Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Trauma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius pada
masyarakat disebabkan prevalensi yang tinggi terhadap tingkat kecelakaan pada
setiap penduduk negara. Kecelakaan tersebut bermacam-macam dan memiliki
berbagai tingkatan, dari trauma ringan, sedang sampai berat. Berbagai macam
trauma ini tentu saja memberikan efek yang berbeda. Salah satu dari dampak
adanya trauma mekanis adalah fraktur. Fraktur adalah patah tulang maupun
jaringan keras gigi atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang maupun jaringan
keras gigi yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Fraktur pada gigi dan
rahang mempunyai berbagai macam tipe yang mana akan mempengaruhi dari
penatalaksanaannya nanti. Pada makalah yang berjudul Gambaran Radiografi
pada Fraktur Gigi dan Rahang ini bertujuan agar pembaca dapat mengidentifikasi
macam-macam fraktur gigi dan rahang serta dapat membedakannya dengan jenis
fraktur yang lain dengan menginerpretasikan gambaran radiografinya.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana gambaran radiografi dari fraktur gigi:
a. Fraktur mahkota
b. Fraktur akar
c. Fraktur mahkota akar
2. Bagaimana gambaran radiografi dari luksasi:
a. Concussion
b. Subluksasi
c. Avulsi
3. Bagaimana gambaran radiografi dari fraktur tulang alveolar:
a. Fraktur pada socket
b. Fraktur pada prosesus alveolar
c. Fraktur yang melibatkan rahang
4. Bagaimana gambaran radiografi dari fraktur Mandibula :
a. Kondilus

b. Koronoideus
c. Ramus
d. Sudut mandibula
e. Body mandibula
f. Simfisis
5. Bagaimana gambaran radiografi dari fraktur 1/3 facial skeleton:
a. Dento-alveolar Fractures / proc. Alveolaris maksilla
b. Central middle third fractures
c. Fractures of zygomatic
d. Fractures af the orbitale
e. Fractures of the naso-ethmoidal complex

1.3 Tujuan
1. Mampu mengidentifikasi gambaran radiografi dari fraktur gigi:
f. Fraktur mahkota
g. Fraktur akar
h. Fraktur mahkota akar
2. Mampu mengidentifikasi gambaran radiografi dari luksasi:
a. Concussion
b. Subluksasi
c. Avulsi
3. Mampu mengidentifikasi gambaran radiografi dari fraktur tulang
alveolar:
a. Fraktur pada socket
b. Fraktur pada prosesus alveolar
c. Fraktur yang melibatkan rahang
4. Mampu mengidentifikasi gambaran radiografi dari fraktur Mandibula :
a. Kondilus
b. Koronoideus
c. Ramus
d. Sudut mandibula
e. Body mandibular
f. Simfisis
5. Mampu mengidentifikasi gambaran radiografi dari fraktur 1/3 facial
skeleton:
a. Dento-alveolar
b.
c.
d.
e.

Fractures

proc.

Alveolaris

maksilla
Central middle third fractures
Fractures of zygomatic
Fractures af the orbitale
Fractures of the naso-ethmoidal complex

BAB II
ISI

A. FRAKTUR GIGI
Definisi Fraktur
Fraktur adalah patah tulang maupun jaringan keras gigi atau terputusnya
kontinuitas jaringan tulang maupun jaringan keras gigi yang ditentukan sesuai
dengan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2000). Interpretasi pada gambaran
radiografi adalah sebagai berikut:
1. Garis radiolusen

: Jika diantara fragmen tulang terpisah (Pada

gambar A dan B)
2. Garis radiopak

: Jika fragmen-fragmen saling menutupi (Pada

gambar D)

3. Perubahan outline tulang: Jika fragmen tulang displaced, menghasilkan


step deformity dari lower border atau occlusal plane (Pada gambar C)

Definisi Fraktur Gigi


Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah
gigi merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang
biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari
ringan (melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar yang disebut email dan
dentin) sampai berat (melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau horizontal akar).
Email dan dentin adalah dua lapisan pelindung terluar gigi. Email adalah
permukaan terluar yang keras dan berwarna putih. Dentin adalah lapisan kuning
yang terletak tepat di bawah email. Email dan dentin keduanya berfungsi
melindungi jaringan gigi bagian dalam. Mahkota terlihat sepertiga dari gigi,
sedangkan sisanya dua pertiga yang ditutupi dengan gusi disebut akar
Menurut Honsik (2004), fraktur pada gigi diklasifikasikan menjadi 4 tipe, antara
lain:

Tipe 1: Fraktur hanya mengenai enamel


Tipe 2: Fraktur mengenai enamel dan dentin
Tipe 3: Fraktur mengenai enamel, dentin dan pulpa
Tipe 4: Fraktur mengenai akar

Gambaran radiografi
1. Enamel Infraction
Yaitu fraktur tidak sempurna berupa retakan pd email tanpa adanya
substansi gigi dan penampakan mikroskop, tampak seperti garis gelap yang
parallel terhadap prisma email dan berhenti pada dentinoenamel junction. Nampak
pada gambar dibawah terdapat retakan pada selapis enamel, dan tidak sampai
menghilangkan substansi dari enamel tersebut.

Apabila diperbesar:

Enamel
infraction

Pada kasus yang ditampilkan pada gambar diatas, gambaran radiografi yg


ditampakkan pada kasus enamel infraction tidak terlalu nampak jelas, namun
secara klinis terlihat terdapat suatu retakan. Apabila dilihat secara lateral, retakan
tersebut bermula dari outline enamel hingga berbatas dentinoenamel junction.
2. Fraktur enamel
Fraktur yang berupa hilangnya substansi gigi berupa lapisan email saja,
belum melibatkan struktur dentin. Pada gambar dibawah ini terlihat bahwa

terdapat hilangnya substansi lapisan enamel, tidak melibatkan dentin dan ruang
pulpa.

3. Fraktur enamel dentin (Uncomplicated crown fracture)


Fraktur yg mengenai email & dentin nemun pulpanya tidak terbuka. Pada
gambar dibawah ini terlihat bahwa enamel dan dentin terlibat dalam fraktur ini,
namun tidak sampai melibatkan ruang pulpa.

4. Fraktur mahkota kompleks (Complicated crown fracture)


Fraktur email dentin yg melibatkan pulpa. Biasanya ditandai dengan
adanya perdarahan pada bagian pulpa yg terlibat serta adanya sensitivitas terhadap
perubahan suhu.
7

Fraktur mahkota kompleks :


a. Fraktur mahkota dg pulpa terbuka (vital)
b. Fraktur mahkota dg pulpa terbuka (non vital)
Dapat dilihat pada gambaran radiograph dibawah ini terjadi keterlibatan enamel,
dentin dan ruang pulpa.

5. Fraktur mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown-root


fracture)
Fraktur yang melibatkan enamel dentin sementum tapi tidak sampai
melibatkan pulpa. Pada gambaran radiograf, kami tidak menemukan gambaran
yang begitu jelas, kebanyakan dari mereka adalah gambaran radiograf pada
fraktur mahkota akar kompleks yang melibatkan ruang pulpa, sehingga kami

hanya mendapatkan gambaran fraktur mahkota-akar non kompleks secara skema


dibawah ini.

Garis fraktur yang


melibatkan
enamel, dentin
dan sementum,
tidak sampai ke
ruang pulpa.

6. Fraktur mahkota-akar kompleks (complicated crown-root fracture)


Fraktur yang melibatkan enamel dentin sementum dengan ruang pulpa juga
terlibat, nampak jelas pada gambaran radiograf dibawah ini.

7. Fraktur akar

Fraktur yang mana melibatkan dentin sementum dan pulpa, tanpa


keterlibata enamel.

Dapat disubklasifikasikan menjadi apikal, tengah dan

sepertiga koronal (gingiva). Nampak pada gambaran radiograf dibawah ini, garis
fraktur pada daerah apikal yang melibatkan struktur dentin, saluran akar dan
sementum.

Secara skema, macam-macam fraktur pada gigi dapat digambarkan seperti gambar
dibawah ini:

10

KLASIFIKASI ELLIS
Fraktur dental adalah patahnya gigi atau hilangnya gigi atau lepasnya fragmen
dari suatu gigi utuh yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur
ini dikelompokkan oleh Ellis dalam beberapa klas. Berikut klasifikasi fraktur Ellis
yang didasarkan kerusakan pada gigi :
1. Fraktur Ellis Klas I
Tidak ada fraktur atau fraktur mengenai email dengan atau tanpa memakai
perubahan tempat, menunjukkan luka kecil chipping dengan kasar.

2. Fraktur Ellis Klas II


Fraktur mengenai dentin dan belum mengenai pulpa dengan atau tanpa
memakai perubahan tempat. Pasien mungkin mengeluh rasa sakit untuk
menyentuh dan kepekaan terhadap udara. Sebuah paparan kuning pucat
proses dentinal, yang berkomunikasi langsung dengan pulpa dapat terjadi.
Pasien dengan umur kurang dari 12tahun memiliki gigi belum
menghasilkan dentin apalagi mencakup ruang antara pulpa dan enamel.
Kesempatan infeksi dan kerusakan pada pulpa dikelompok usia ini jauh
lebih besar karena ukuran pulpa lebih besar dan lebih pendek jarak dentin
infeksi harus melintasi.

11

3. Fraktur Ellis Klas III


Fraktur mahkota dengan pulpa terbuka dengan atau tanpa perubahan
tempat. Tanda merah muda atau kemerahan disekitar dentin sekitarnya
atau darah ditengah-tengah gigi dari pulpa terlibat.
4. Fraktur Ellis Klas IV
Gigi mengalami trauma sehingga gigi menjadi non vital dengan atau tanpa
hilangnya struktur mahkota.
5. Fraktur Ellis Klas V
Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi
6. Fraktur Ellis Klas VI
Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota
7. Fraktur Ellis Klas VII
Perubahan posisi atau displacement gigi atau tanpa fraktur mahkota atau
akar gigi (Luksasi, Intrusi, Ekstrusi).
8. Fraktur Ellis Klas VIII
Trauma yg menyebabkan fraktur mahkota yg besar pada gigi (total
destruction) tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar gigi tidak
mengalami perubahan
9. Fraktur Ellis Klas IX
Fraktur pada gigi desidui akibat trauma.

B. LUXATION
1) Conccusion
Injury pada struktur pendukung gigi tanpa menyebabkan peningkatan
mobilitas gigi atau perpindahan gigi, tapi pada tes perkusi terasa sakit.
Trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi yang menyebabkan gigi
lebih sensitive terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya kegoyangan
atau perubahan posisi gigi.

12

2) Subluxation
Injury pada struktur pendukung gigi yang mengakibatkan peningkatan
mobilitas gigi tetapi tanpa adanya perpindahan gigi. Pendarahan pada
sulkus gingiva menegaskan dari diagnosa ini.

13

3) Avulsion
Gigi sudah keluar dari soketnya. Soket gigi ini sudah kosong dan terisi
oleh koagulum

14

15

C. FRAKTUR PROCESSUS ALVEOLARIS


Klasifikasi Fraktur Prosesus Alveolaris (Clark, 2005)

Klas 1 : Fraktur alveolar pada daerah edentulous

Klas 2 : Fraktur yang melibatkan regio bergigi dengan perubahan letak


ringan

Klas 3: Fraktur yang melibatkan regio bergigi dengan perubahan letak


sedang hingga berat

Klas 4: Fraktur prosesus alveolaris dimana satu atau beberapa garis fraktur
bergabung dengan fraktur tulang fasial

16

Alveolar fracture combined with fracture through symphysis

Fraktur alveolar biasanya disebut fraktur sebagai dento-alveolar karena


keterlibatan gigi terkait. Sebagaimana didefinisikan di bawah, patah tulang ini
biasanya terbuka dan kadang-kadang dapat comminuted. Fraktur terbuka

17

melibatkan gigi daerah maksila atau mandibula, dimana fraktur memiliki sebagai
luka ekstraoral atau bantalan intraoral. Kominusi mengacu menghancurkan tulang
menjadi fragmen kecil dan biasanya terjadi sebagai akibat dari dampak energi
tinggi di wilayah yang terbatas. Dalam patah tulang alveolar kominuta,
periosteum dan terkait ligamen periodontal (PDL) biasanya terluka parah dan
mungkin ada gangguan atau fraktur dengan keterlibatan gigi.
Andreasen mengklasifikasikan luka dari tulang pendukung ke dalam jenis
berikut:
1

Soket alveolar: hancurnya soket alveolar terkait dengan gigi

Fraktur dinding soket alveolar: fraktur biasanya terbatas pada tulang


kortikal wajah atau lingual.

Fraktur proses alveolar: fraktur melibatkan kedua tulang kortikal labial


dan lingual, yang mungkin atau mungkin tidak melibatkan soket gigi.

Fraktur mandibula atau maksila: fraktur melibatkan dasar mandibula atau


maksila dan proses alveolar. fraktur ini mungkin atau mungkin tidak
melibatkan soket alveolar.

Gambar 7-1 Cedera tulang pendukung. A, Kominusi dari soket alveolar. B dan C,
Fraktur dinding soket alveolar. D dan E, Fraktur prosesus alveolar. F dan G,
Fraktur mandibula dan maksila.

18

(Dimodifikasi dari Powers MP, Quereshy FA,


Ramsey CA:. Diagnosis dan manajemen dari
cedera dentoalveolar Dalam Fonseca JR et al,
editor:. Trauma oral dan maksilofasial, vol 1,
ed 3, St Louis, 2005, Saunders)

Gambaran Radiografi Fraktur Prosessus


Alveolar
Meskipun fraktur alveolar mungkin hanya melibatkan gigi terisolasi,
mereka biasanya melibatkan dua atau lebih gigi dengan labial atau lingual
perpindahan dari segmen dento-alveolar, mengakibatkan hilangnya kontinuitas
lengkungan dan gangguan oklusal terasa sakit. Pada lengkung rahang atas,
biasanya segmen dento-alveolar malposisi dalam palatal dan inferior, dengan
fraktur yang terjadi pada dinding soket alveolar labial atau bukal. Di rahang
bawah, terutama di daerah anterior, baik soket alveolar yang patah tulang dinding
labial dan lingual biasanya terjadi, dengan perpindahan dari segmen diarahkan
labial

atau

ke

lingual,

mungkin

ada

luksasi

terkait,

avulsions.

Radiografi periapikal dan panoramik dapat mengungkapkan garis fraktur


horisontal, biasanya di atas apeks atau pada tingkat apeks gigi. garis fraktur
vertikal biasanya terlihat di sepanjang ruang PDL gigi atau di tulang interdental,
dan memiliki pelebaran lateral atau apikal ruang PDL, menunjukkan perpindahan

19

dari gigi. Proyeksi periapikal radiografi juga sangat berguna dalam memantau gigi
trauma dari waktu ke waktu (Gambar. 7-3). Gambaran radiografi oklusal dan
lateral berguna dalam mengidentifikasi dan mengkonfirmasikan fraktur dinding
soket alveolar dan arah gigi. Proyeksi lateral harus mencakup jaringan lunak dari
bibir karena mereka berguna dalam mendeteksi keberadaan jaringan lunak
tertanam radiopak benda asing atau fragmen gigi. Luka dari gigi primer, rute
lateral membantu untuk menentukan posisi gigi primer dan hubungan mereka
dengan mengembangkan benih gigi tetap dan alveolar socket wall (Gbr. 7-4).
Gambar 7-3 A, radiografi Panoramic dari seorang anak 12 tahun setelah
kecelakaan
rahang

atas

mandibula

sepeda

dengan

dan

anterior

dento-alveolar

fraktur

menunjukkan

perpindahan

dan kehilangan

beberapa gigi permanen. B,


Kiri

fraktur

maksila;
oklusal.
alveolar

proc.

alveolar

perhatikan
C,

bidang

patahnya

disertai

proc.
dengan

perubahan letak dari kedua gigi


insisivus
insisivus

sentral
lateral

dan

kiri
yang

ditunjukkan oleh peningkatan


ruang PDL apikal dan lateral.

20

Gambar

7-4

A,

oklusal

radiografi

menunjukkan intrusi gigi primer. B,


radiografi lateral pada anak menunjukkan
intrusi gigi primer dan perforasi piring
kortikal

labial,

yang

akan

menjadi

indikasi untuk ekstraksi.

RADHIKA. CHIGURUPATI, KENNETH


H. DAWSON

D. RAKTUR MANDIBULAR
Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur
tulang pada mandibula. Hilangnya kontinuitas pada rahang
bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila tidak ditangani
dengan benar.
21

Fraktur mandibula dapat dibagi menjadi dua kelompok utama :


1. Fraktur

tanpa

terbukanya

tulang

dan

tanpa

kerusakan jaringan lunak


2. Fraktur dengan terbukanya tulang disertai dengan
kerusakan yang hebat dari jaringan lunak
Mandibula mudah terkena cedera karena posisinya yang
menonjol, sehingga mandibula mudah menjadi sasaran pukulan
dan benturan. Daerah yang lemah pada mandibula adalah
daerah subkondilar, angulus mandibula, dan daerah mentalis
a. Klasifikasi
Secara umum

klasifikasi

fraktur

mandibula

dapat

diklasifikasikan berdasarkan terminologi, yaitu :


1. Tipe fraktur
a. Fraktur simple atau fraktur tertutup, yaitu keadaan
fraktur dengan jaringan lunak yang terkena tidak
terbuka.
b. Fraktur kompoun atau fraktur terbuka, yaitu keadaan
fraktur yang berhubungan dengan lingkungan luar,
yakni jaringan lunak seperti kulit, mukosa atau ligamen
periodontal terpapar di udara.
c. Fraktur komunisi, yaitu fraktur yang terjadi pada satu
daerah tulang yang diakibatkan oleh trauma yang hebat
sehingga

mengakibatkan

tulang

hancur

berkeping-

keping disertai kehilangan jaringan yang parah.


d. Fraktur greenstick, yaitu fraktur tidak sempurna dimana
pada satu sisi dari tulang mengalami fraktur sedangkan
pada sisi yang lain tulang masih terikat. Fraktur ini
sering dijumpai pada anak-anak.
b. Pola Fraktur
a. Fraktur unilateral adalah fraktur yang biasanya tunggal
pada satu sisi mandibula saja.

22

b. Fraktur bilateral adalah fraktur yang sering terjadi akibat


kombinasi trauma langsung dan tidak langsung, terjadi
pada kedua sisi mandibula.
c. Fraktur multipel adalah variasi pada garis fraktur
dimana bisa terdapat dua atau lebih garis fraktur pada
satu

sisi mandibula. Lebih

dari

50% dari

fraktur

mandibula adalah fraktur multi


d. Fraktur patologis, yaitu fraktur yang diakibatkan oleh
adanya penyakit pada mandibula, seperti osteomielitis,
tumor ganas, kista atau penyakit tulang sistemik. Proses

patologis pada mandibula menyebabkan tulang lemah


sehingga trauma yang kecil dapat mengakibatkan
fraktur.
c. Lokasi fraktur
Klasifikasi fraktur

mandibula

berdasarkan

pada

letak

anatomi dari fraktur mandibula dapat terjadi pada daerahdaerah sebagai berikut :
g. Kondilus
h. Koronoideus
i. Ramus
j. Sudut mandibula
k. Body mandibula
l. Simfisis
23

Gambar 1. Lokasi fraktur mandibular

Gambar 2. Posteroanterior radiografi, fraktur pada condilaris


sebelah kiri
Fraktur Kondilus Mandibula

24

Gambar 3. CT scan, (a) menunjukan fraktur kondilaris


B
A

sebelah kiri disertai perpindahan franktur ke lateral (b)


Fraktur pada kondilaris sebelah kanan dengan perpindahan
fraktur.
Fraktur Prosesus Koronoideus
Gambar 4. Ada gambaran

radiolusen

(fraktur)

yang

memisahkan antara ramus mandibular dengan prosesus

koronoideus

Fraktur Ramus Mandibula

25

Gambar 5. Radiolusen pada ramus mandibular sebelah kiri dan


juga pada symphysis mandibular tetapi tidak diikuti dengan
perpindahan mandibular
Fraktur Sudut Mandibula
Gambar 6. Posteroanterior radiographic, adanya radiolusen

yang

memisahkan

ramus

mandibular

dengan

body

mandibular tepat pada sudut mandibular sebelah kiri.


Fraktur Body Mandibula
26

Gambar 7. Panoramic radiograf, radiolusen pada body


mandibular (fracture) mulai dari tulang alveolar hingga
melibatkan rahang pada sebelah kiri

Fraktur Symphisis Mandibula

Gambar 8. Radiolusen pada body mandibular hingga melibatkan


symphisis mandibular

27

Gambar

9.

Garis radiolusen pada symphisis mandibula dan garis radiolusen


pada ramus mandibular sebelah kiri

E. FRAKTUR 1/3 FACIAL SKELETON


1. Dento-alveolar Fractures / proc. Alveolaris maksilla
Fraktur dento-alveolar / processus alveolaris maksila adalah fraktur yang
melibatkan tulang alveolar dengan gigi atau fraktur yang terjadi pada
processus alevolaris dengan melibatkan fraktur pada maksila. Rusaknya
kontinuitas tulang maxillaris sinistra yang dapat disebabkan oleh trauma baik
secara langsung atau tidak langsung. Fratur maksila dapat menyebabkan
robekan pada sinus maxilaris. Fraktur maksila diklasifikasikan menjadi tiga
pola. Biasanya fraktur maksila merupakan modifikasi dari le fort I, le fort II
dan le fort III. Pada gambaran radiograph ini tampak adanya fraktur alveolar
maksila pada bidang oklusal.

2. Central
terdiri

middle third
fractures;
dari:
28

a. Le Fort I
b. Le Fort II
c. Le Fort III

LE FORT I

Garis fraktur : sebagian dinding sinus maksilaris(SM), palatum, bagian bawah


proc.pterygoideus, bawah proc. Zygomatikus Klinis : maloklusi, RA seperti lepas
Disebut juga dengan fraktur guerin.

29

LE FORT II
Garis fraktur : bagian bawah os. Nasi, dinding orbita medial dan inferior, dinding
lateral SM dan septum nasi. Klinis : wajah bengkak (month face), perdarahan
hidung

LE FORT III

Garis fraktur : os.nasi,dinding medial dan leteral cavum orbita, arkus zigomatikus,
septum nasi. Klinis : edeme 1/3 tengah wajah (month face), edem konjuntiva,
kerusakan orbita(bleeding, penglihatan menurun), bleeding hidung

30

3. Fractures of zygomatic

31

4. Fractures af the orbitale


Radiografi orbital harus mencakup beberapa pandangan
dengan jelas menggambarkan berbagai bagian mata tanpa
halangan. Gambar mata terpengaruh juga dapat diperoleh
untuk membandingkan bentuk dan struktur dengan orangorang

dari

mata

yang

terkena.

Frontal

tomograph

konvensional dari fract frontal tomograph konvensional blowout dari fraktur blow-out.
Secara optimal, foto polos orbit harus mencakup akuisisi
frontal langsung (posteroanterior [PA] atau anteroposterior
[AP]),

Caldwell,

Waters,

Towne,

dan

lateral.

Artinya,

pandangan mungkin termasuk yang berikut: sisi (lateral, dari


kedua belah pihak), kembali ke depan (PA), dan pandangan
dasar. Juga, gambar dari pusat ke salah satu ujung luar
(proyeksi setengah-aksial) dan proyeksi kanal optik mungkin
berguna. Untuk semua pandangan ini, pasien dapat duduk
tegak atau berbaring.
Visualisasi fragmen tulang displaced sangat ideal. Seperti
yang terlihat di patah tulang dasar orbital, temuan ini sering
disebut sebagai tanda trap-door. Dasar fragmen biasanya
tetap melekat di bagian medial, mirip dengan engsel,

32

dengan miring ke lateral yang khas. Seringkali, seluruh dasar


fragmen dapat ditekan ke dalam sinus maksilaris yg terletak
di bawah. Jika sedikit displaced, mungkin terletak sejajar
(inferior) ke posisi semula. Tergantung pada orientasi,
depresi

dasar

fragmen

dapat

muncul

sebagai

opacity

nonanatomic di antrum maksilaris. Jika berorientasi dengan


cara yang tidak cukup melemahkan sinar radiografi, itu
mungkin tidak terlihat pada radiograf.
Fraktur dasar orbital blow-out dengan enophthalmos frank
muncul sebagai massa jaringan lunak bulat memanjang dari
tingkat yang diharapkan dari dasar orbital ke dalam antrum
maksilaris bawah. Temuan langsung termasuk asimetris,
kekeruhan terkait perdarahan dari sinus paranasal yang
berdekatan dengan permukaan orbital tertentu. Sebagai
contoh,

tingkat

udara-cairan

di

antrum

maksilaris

menunjukkan cedera dasar orbital. kekeruhan unilateral dari


sel udara ethmoid menunjukkan kemungkinan fraktur medial
dinding. Temuan tidak langsung lain adalah emfisema orbital.
Koleksi patologis ini dipandang sebagai lucency pada aspek
superoposterior orbit. Meskipun perjalanan udara ke orbit
secara teoritis dapat terjadi melalui komunikasi dengan
cedera, rongga sinus paranasal yang berdekatan, emfisema
orbital terdeteksi gambar polos sering adalah hasil dari
fraktur blow-out dari dinding medial. Fraktur dinding medial
dan atap orbital divisualisasikan buruk pada radiografi polos.
Ketika kecurigaan klinis dari fraktur orbital berlanjut tetapi
temuan radiografi polos yang samar-samar atau biasa-biasa
saja, CT studi scan diperlukan untuk penilaian yang lebih
definitif orbit.

33

Antonio Pascotto, MD
5. Fractures of the naso-ethmoidal complex
Nasoorbitoethmoid (NOE) fraktur disebabkan oleh kekuatan
berdampak tinggi (high impact force) mengenai anterior
hidung dan ditransmisikan sampai ke posterior melalui
tulang ethmoid.
Pada gambaran radiografi, Kominusi (pecah/hancur) kedua
rahang atas medial dalam pola fraktur yang melibatkan

34

tulang hidung dan septum, sinus ethmoid, dan dinding


orbital medial.
Markowitz dan sistem klasifikasi Manson mengkategorikan
fraktur kompleks NOE sebagai berikut :
a. tipe I - dimana canthal tendon medial utuh dan terhubung
ke sebuah fragmen fraktur tunggal yang besar
b. tipe II - fraktur kominusi, dan canthal tendon medial
melekat fragmen tulang tunggal
c. tipe III - kominusi meluas ke canthal tendon berinsersi ke
medial di dinding orbital medial anterior pada tingkat
fossa lakrimal, dengan avulsi resultan dari tendon

BAB III
KESIMPULAN

35

1. Fraktur adalah patah tulang maupun jaringan keras gigi atau terputusnya
kontinuitas jaringan tulang maupun jaringan keras gigi yang ditentukan
sesuai dengan jenis dan luasnya. Menurut American Dental Association
(ADA), fraktur dental atau patah gigi merupakan hilangnya atau lepasnya
fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya disebabkan oleh trauma atau
benturan. Fraktur gigi dibedakan menjadi fraktur pada mahkota, fraktur akar,
dan fraktur yang mengenai mahkota-akar. Fraktur dari luksai dibagi menjadi
3 yaitu concussion, subluksasi, dan avulsi. Selain itu ada fraktur tulang
alveolar diantaranya fraktur pada socket, fraktur pada prosesus alveolar.
Fraktur yang melibatkan rahang dapat menyebabkan hilangnya
kontinuitas pada rahang bawah (mandibula) serta dapat
berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.fraktur 1/3
facial skeleton diantaranya Dento-alveolar
Alveolaris

Fractures

proc.

maksilla, fraktur alveolar maksila pada bidang

oklusal, central middle third fracturescyang terdiri dari Le


Fort I, Le Fort II, dan Le Fort III, Fractures of zygomatic, dan
fractures af the orbitale, serta fractures of the nasoethmoidal complex. Untuk mengeidentifikasi adanya fraktur
pada gigi, mandibula, proc. Alveolaris, dan mandibula serta
pada 1/3 facial skeleton pada bahasan kali ini dapat
dilakukan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan ini berguna
untuk

melihat

jenis

fraktur

dan

mendeteksi

tingkat

keparahannya, serta sebagai penunjang untuk melakukan


rencana perawatan bagi pasien.

36

DAFTAR PUSTAKA

Antonio Pascotto, MD Consulting Ophthalmologist, Pascotto, Istituto per la


Salute degli Occhi, Clinica Mediterranea, Italy. Updated: Jul 14, 2015.
http://emedicine.medscape.com/article/383739-overview#a2
Clark. 2005. Clarks Positioning Radiography. 12 th ed. Amold Publishers.
London
Dr Anthony J. Diangelis Hennepin. Dental Trauma. 2007. Minnesota : Country
Medical Center, Departement of Dentistry.
Dr Jeremy Jones, Dr Dalia Ibrahim et al. 2015. Naso-orbitoethmoid (NOE)
complex fracture
Ingle NA, Baratam N, Charania Z. Journal Oral Health Comm Dent : Prevalence
and Factors Associated with Traumatic Dental Injuries to Anterior Teeth of 11-13
Years Old School Going Children of Maduravoyal, Chennai. Vol 4 Issuue 3.
Chennai: 2010. Hal: 57-59.
Radhika. Chigurupati, kenneth H. Dawson. Alveolar fractures chapter 7. Jan 2,
2015
Walton , Richard E. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih Bahasa, Narlan
Sumawinata, Winiati Sidharta, Bambang Nursangsoko. Ed 2. Jakarta : EGC

37

Anda mungkin juga menyukai