Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

LOOSE OF TEETH TO DOE TRAUMA


Disusun Untuk Melengkapi Tugas Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat
Poli Gigi RSD Kalisat Jember

disusun oleh :
Syamsinar

101611101082

Dokter Pembibing:
drg. Andi Nur Fadila

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2016

LAPORAN KASUS POLIKLINIK GIGI DAN MULUT


A. Identitas
No. RM

: 100911

Nama

: Sdr Ali Wafi

Umur

: 22 tahun

Jenis Kelamin

: Laki laki

Agama

: Islam

Alamat

: Glagahwero. Kalisat, Jember

B. Anamnesa
Keluhan utama

: Pasien datang mengkonsultasikan gigi depan atas yang sakit karena


trauma.

C. Pemeriksaan Obyektif
a. Ekstraoral

: taa

b. intraoral

: Terdapat gigi palsu tukang pada gigi 11 yang dikaitkan pada gigi 21

Gambar 1. loose of teeth to doe trauma

Gambar 2. setelah pelepasan gigi palsu tukang

D. Pemeriksaan Penunjang : E. Diagnosa : loose of teeth to doe trauma


D. Different Diagnosa : Pulpitis
F. Penatalaksanaan di poliklinik Gigi dan Mulut :
Kunjungan Pertama:
1) Membuka gigi palsu pada regio 11 dan 21
2) Medikasi :
R/ Amoxycillin tab 500 mg No. X
s 3 d.d 1
R/ Asam mefenamat tab 500 mg No. X
s 3 d.d 1
Kunjungan Kedua : tambal komposit sinar pada gigi 21

Tinjauan Pustaka
Fraktur dental atau patah gigi menurut American Dental Association (ADA) merupakan
hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya disebabkan oleh
trauma atau benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan (melibatkan chipping dari
lapisan gigi terluar yang disebut email dan dentin) sampai berat (melibatkan fraktur vertikal,
diagonal, atau horizontal akar).
Trauma adalah luka atau jejas baik fisik maupun psikis yang disebabkan oleh tindakantindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur.Trauma dengan kata lain
disebut injury atau wound. Trauma juga diartikan sebagai suatu kejadian tidak terduga atau
suatu penyebab sakit, karena kontak yang keras dengan suatu benda. Definisi lain
menyebutkan bahwa trauma gigi adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi
periodontal karena sebab mekanis.

Trauma pada gigi dapat menyebabkan injuri pulpa,

dengan atau tanpa kerusakan mahkota atau akar, atau pemindahan gigi dari soketnya. Bila
mahkota atau akar patah atau mengalami fraktur, pulpa dapat sembuh, pulpa dapat nekrosis,
atau dapat mengalami degenerasi progresif dan akhirnya nekrosis.
Klasifikasi Fraktur Gigi
Banyak klasifikasi telah diperkenalkan untuk gigi yang mengalami fraktur. Klasifikasi
yang sering digunakan adalah seperti klasifikasi Ellis, klasifikasi Ellis dan Davey, klasifikasi
World Health Organization (WHO) dan klasifikasi Andreasen. Dengan mengunakan
klasifikasi cedera traumatik akan mempermudah komunikasi serta penyebaran informasinya.
1. Klasifikasi fraktur menurut Ellis.

Klasifikasi Ellis (1961) terdiri dari enam kelompok dasar:


a.

Fraktur email.

Fraktur mahkota sederhana, tanpa mengenai dentin atau hanya sedikit mengenai dentin.
b.

Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa.

Fraktur mahkota yang mengenai cukup banyak dentin, tapi tanpa mengenai pulpa.
c.

Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa.

Fraktur mahkota yang mengenai dentin dan menyebabkan pulpa terbuka.


d. Fraktur akar.

e.

Luksasi gigi.

f.

Intrusi gigi
2. Klasifikasi menurut Ellis dan Davey

Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior menurut
banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu :
Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.
Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin tetapi belum
melibatkan pulpa.
Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan terbukanya
pulpa
Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau tanpa
kehilangan struktur mahkota.
Kelas

5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.

Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.


Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang menyebabkan fraktur
mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar tidak mengalami perubahan.
Kelas 9: kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan
3. Klasifikasi menurut World Health Organization (WHO) dan modifikasi oleh
Andreasen.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun 1978 memakai
klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan Klasifikasi Penyakit Internasional
(International Classification of Diseases), sebagai berikut;
a) 873.60: Fraktur email.
Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur tidak menyeluruh atau
retak pada email.
b) 873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa terbukanya pulpa.
Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak terbuka.
c) 873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa.

Fraktur yang rumit yang mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa yang
terbuka.
d) 873.63: Fraktur akar.
Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa. Juga disebut fraktur
akar horizontal.
e) 873.64: Fraktur mahkota-akar.
Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan sementum akar. Bisa disertai atau tidak
dengan terbukanya pulpa.
f) 873.66: Luksasi.
Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion), subluksasi, luksasi lateral, luksasi
ekstruksi, dan luksasi intrusi.
g) 873.67: Intrusi atau ekstrusi.
h) 873.68: Avulsi.
Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari soketnya.
i) 873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak.
Klasifikasi ini dimodifikasi oleh Andreasen (1981) menurut contoh berikut:
a) 873.64: Fraktur mahkota-akar yang tidak rumit tanpa terbukanya pulpa.
b) 873.64: Fraktur mahkota-akar yang rumit dengan terbukanya pulpa.
c) 873.64 (Fraktur mahkota-akar komplit atau tidak komplit)
d) 873.66: Konkusi (concussion), injuri pada struktur pendukung gigi yang bereaksi
terhadap perkusi.
e) 873.66: Subluksasi, suatu injuri pada struktur pendukung gigi dengan kegoyahan
abnormal tetapi tanpa pemindahan gigi.
F) 873.66: Luksasi lateral, pemindahan gigi pada arah lain daripada ke aksial, diikuti
oleh fraktur soket alveolar.
g) 873.66 (Konkusi, subluksasi, lateral luksasi)
4. Klasifikasi menurut Andreasen.
Andreasen juga mengklasifikasikan injuri pada tulang pendukung dan injuri pada
mukosa mulut. Menurut Andreasen dalam bukunya Patologi Gigi Geligi Kelainan Jaringan
Keras Gigi, secara garis besar fraktur gigi digolongkan menurut penyebabnya sebagai
berikut:

a)Fraktur Spontan
Merupakan jenis fraktur yang diakibatkan oleh adanya tekanan pengunyahan. Pada hal ini
elemen-elemen enamel gigi mengalami atrisi dan aus karena adanya gesekan pada saat
mengunyah. Keadaan ini bisa menyebabkan gigi mengalami fraktur. Fraktur spontan lebih
sering terjadi pada gigi molar satu bawah.
b)Fraktur Traumatik
Fraktur traumatik terjadi akibat adanya benturan keras yang bersifat tiba-tiba. Fraktur
traumatik biasanya tidak terjadi pada bayi dibawah umur 1 tahun karena pengaruh aktivitas
yang dilakukannya. Penyebab fraktur yang sering terjadi adalah benturan akibat kecelakaan
atau karena dipukul. Berdasarkan bagian yang mengalami fraktur, fraktur traumatrik
dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
c) Fraktur Mahkota
Fraktur mahkota merupakan jenis fraktur yang terjadi pada bagian enamel hingga ke
bagian tulang gigi dengan atau tanpa patahnya sebagian elemen. Dalam hal ini, yang
termasuk dalam jenis fraktur ini adalah :
Fraktur mahkota juga dapat dibagi menjadi:
1. Infraksi Mahkota: Pada jenis ini, pada beberapa kasus fraktur yang terjadi tidak
membentuk suatu patahan, namun hanya berupa garis retak saja yaitu sekitar 10-13%.
Retak biasa mencapai dentin hingga pulpa.
2. Fraktur Mahkota Tanpa Komplikasi: Merupakan fraktur yang terjadi pada sebagian email,
dan dentin. Fraktur ini biasanya terjadi pada gigi anterior dan patah pada bagian sudut
mesial maupun sudut distal. Biasanya jenis fraktur ini tidak menimbulkan rasa sakit,
namun apabila fraktur terjadi hingga mencapai dentin, maka rasa sakit akan terasa
terutama pada saat makan maupun karena perubahan suhu. Rasa sakit pada saat
mengunyah juga bisa terjadi karena jaringan periodontal juga mengalami kerusakan.
3. Fraktur Mahkota dengan Komplikasi: Pada jenis fraktur ini, bagian besar mahkota dan
tulang gigi patah sehingga pulpa terbuka dan mengalami pendarahan kapiler. Rasa sakit
biasanya timbul pada saat mengunyah dan jika terjadi perubahan suhu. Sekitar 4%
penderita fraktur gigi mengalami fraktur jenis ini.
d) Fraktur Akar
Fraktur akar terjadi pada daerah sekitar akar gigi. Diagnosis fraktur dapat ditegakkan
melalui pemeriksaan foto rontgen untuk mnegetahui kondisi gigi yang mengalami fraktur.

1. Fraktur Mahkota Akar


Fraktur mahkota akar yang terjadi dari insisal sampai 2-3 mm di bawah pengikatan
gingival pada elemen pada arah vestibulolingual, dan pulpa sering terlibat dalam hal ini. Pada
gigi premolar atas, tonjol vestibular sering patah. Pada kasus yang terakhir, bagian yang patah
biasanya ditahan pada tempatnya oleh serabut periodontal, sehingga retak pada mulanya
kurang menarik perhatian. Keluhan yang terjadi pada pasien seperti keluhan pada pulpitis,
dan sakitnya akan bertambah ketika digunakan untuk menggigit.
2. Fraktur Akar Gigi yang baru erupsi memiliki resiko untuk lepas dari alveolus apabila
terjadi benturan, sedangkan gigi yang telah tumbuh sempurna memiliki resiko patah.
Andreasen (1981) juga mengklasifikasi trauma terhadap gigi berdasarkan gejala pada
gambaran klinis, seperti:
1. Perubahan warna enamel menjadi lebih putih atau kuning hingga kecokelatan.
2. Perubahan warna enamel yang mengalami hipoplasia, menjadi lebih putih atau kuning
hingga kecokelatan.
3. Dilaserasi mahkota.
4. Malformasi gigi.
5. Dilaserasi akar.
6. Gangguan pada erupsi.

Etiologi
Menurut penelitian Peng pada tahun 2007, kebanyakan penyebab fraktur dental adalah
benturan atau trauma terhadap gigi yang menimbulkan disrupsi atau kerusakan email, dentin,
atau keduanya. Disamping itu, faktor lain yang ditambahkan oleh American Dental
Association (ADA) yaitu kebiasaan buruk, kehilangan sebagian besar struktur gigi, paparan
email gigi terhadap suhu ekstrim, tambalan pada gigi, gigi pasca rawatan endodontik dan
kesalahan dokter gigi.
1. Trauma
Dalam satu penelitian yang dilaku oleh Schwartz, katakan selama masa remaja, cedera
olahraga merupakan kasus yang umum namun pada usia dewasa, kasus seperti cedera
olahraga, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan industri, dan kekerasan dalam rumah tangga
merupakan penyebab potensial trauma. Olahraga yang melibatkan kontak fisik merupakan

penyebab umum fraktur dental, seperti sepakbola dan bola basket. Olahraga tanpa kontak
fisik seperti berkuda terdapat menyebabkan fraktur dental. Benturan atau trauma, baik berupa
pukulan langsung terhadap gigi atau berupa pukulan tidak langsung terhadap mandibula,
dapat menyebabkan pecahnya tonjolan-tonjolan gigi, terutama gigi-gigi posterior. Selain itu,
tekanan oklusal yang berlebihan terutama terhadap tumpatan yang luas dan tonjol-tonjolnya
tak terdukung oleh dentin dapat pula menyebabkan fraktur.
Keparahan fraktur bisa hanya sekedar retak saja, pecahnya prosesus, atau sampai
lepasnya gigi yang tidak bisa diselamatkan lagi. Trauma secara langsung kebanyakan
mengenai gigi anterior, dan karena arah pukulan mengenai permukaan labial, garis
retakannya menyebar ke belakang dan biasanya menyebab fraktur horizontal atau miring.
Pada fraktur yang lain, tekanan hampir selalu mengenai permukaan oklusal, sehingga fraktur
pada umumnya vertikal.
2.Kebiasaan Buruk
Kebiasaan buruk yang sering menjejaskan kualitas gigi. Sebagai contoh, banyak orang
menggunakan gigi mereka sebagai alat pembuka botol dan kemasan plastik atau mencabut
label harga pada baju. Kebiasaan ini dapat menyebabkan efek traumatis pada gigi,
melemahkan tepi gigi bahkan bisa menyebabkan maloklusi.13 Menggigit pensil atau pulpen
juga merupakan kebiasaan yang paling sering dilakukan oleh banyak orang. Sama halnya
dengan mengunyah es batu, menggigit benda keras bisa menyebabkan email gigi mengalami
penipisan dan fraktur. Apalagi, dilanjut dengan kebiasaan mengunyah batu es terutama
sehabis meminum minuman dingin. Bentuknya yang keras dan temperatur dingin dari batu
es, sebenarnya dapat mengikis.

Gambar 3. Kebiasaan buruk seperti membuka botol

3.Kehilangan Sebagian Besar Struktur Gigi

Kehilangan bagian email dan dentin gigi umumnya disebabkan oleh kondisi karies
yang meluas. Gigi yang mengalami karies yang meluas akan mengurang kekuatan gigi untuk
menahan daya untuk kegiatan harian terutama mengunyah yang menyebabkan gigi lebih
rentan fraktur. Karies pada gigi yang meluas pada garis servikal menambah resiko fraktur
berjadi.18
4. Suhu Ekstrim
Orang yang mepaparkan email gigi kepada suhu ekstrim seperti makan makanan
panas kemudian minum air es. Perlakuan ini melemahkan email gigi dan memudahkan terjadi
fraktur gigi.
5. Tambalan
Salah satu kebiasaan yang terjadi fraktur adalah ketika gigi mempunyai tambalan
yang besar. Kekuatan gigi yang rendah disebabkan oleh bahan tambalan gigi yang tidak sama
kuat dibandingkan dengan email atau dentin, dapat menimbulkan resiko gigi menjadi fraktur.

Gambar 4 Tambalan yang besar pada gigi.

Gigi Pasca Perawatan Endodontik


Pelemahan struktur mekanik gigi terjadi waktu akses persiapan rongga, sedangkan
pembersihan dan pembentukan saluran akar meningkatkan kemungkinan gigi fraktur.
Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar dan diisikan dengan gutta perca
atau pasak akan mempunyai resiko fraktur yang sangat tinggi dibandingkan dengan gigi yang
asli. Waktu gigi dipreparasi untuk diisi akan menyebabkan struktur gigi menjadi lemah dan
lebih mudah fraktur. Penggunaan sekrup dan post adalah aspek lain dari fraktur akar gigi

karena efek tolak-menolak (wedging). Post runcing dan berulir lazimnya menghasilkan
kejadian fraktur akar tertinggi, diikuti dengan post meruncing dan sejajar.

Gambar 5. Fraktur gigi pasca perawatan endodontik.

Gambaran Klinis
Menurut klasifikasi fraktur dari Ellis, fraktur terdiri dari empat kelompok dasar:
1. Fraktur Email
Fraktur mahkota sederhana tanpa mengenai dentin.

Gambar 6. Fraktur terbatas pada email dengan hilangnya struktur gigi.


2. Fraktur Dentin Tanpa Terbukanya Pulpa
Fraktur mahkota yang megenai cukup banyak dentin, tanpa megenai pulpa.

Gambar 7. Fraktur terbatas pada email dan dentin dengan hilangnya struktur gigi, tapi tidak
melibatkan pulpa.
3. Fraktur Mahkota dengan Terbukanya Pulpa
Fraktur mahkota yang mengenai dentin dan menyebabkan pulpa terbuka.

Gambar 8 Fraktur yang melibatkan email dan dentin dengan hilangnya struktur gigi dan eksposur
pulpa.
4.Fraktur Akar
Fraktur terbatas pada akar gigi yang melibatkan sementum, dentin, dan pulpa

Gambar 9. Fraktur terbatas pada akar gigi yang melibatkan sementum, dentin, dan pulpa

Diagnosis dan Perawatan yang Tepat.


Dari peran seorang dokter gigi harus melakukan diagnosis yang tepat baru dapat
memberikan perawatan yang sesuai dan hasil yang baik. Diagnosis dimulai dengan merekam
demografi pasien dan mengambil sejarah singkat peristiwa traumatik, kemudian diikuti
pemeriksaan intra oral dan ekstra oral. Gigi mungkin terasa tidak nyaman waktu perkusi atau
palpasi dan menunjukkan perubahan warna mahkota sementara.
Awalnya, sensibilitas dan tes vitalitas dapat memberikan hasil negatif yang sementara
atau permanen karena kerusakan pulpa yang ditimbulkan oleh trauma. Secara rutin tindakan
lanjut diperlukan untuk memantau status pulpa terus menerus. Setelah itu, dilakukan rongten
foto pada gigi yang dicurigai atau tidak dapat langsung dilihat secara visual dari tes lain.
Pemeriksaan radiografi sangat diperlukan untuk konfirmasi fraktur akar.Kemudian harus
mempunyai rencana perawatan sebelum melakukan pencabutan. Untuk eksodonsia, dipilih
tang yang sesuai dengan gigi yang akan diekstraksi, manipulasi dengan luksasi atau rotasi
sesuai jenis gigi. Kadang kadang, bein digunakan untuk mengoyangkan gigi dan megeluarkan
sisa akar gigi. Jika gigi tersebut sukar dicabut, maka teknik bedah diindikasikan untuk
mengeluarkan gigi tersebut.

PEMBAHASAN

Pada kasus ini diagnosanya yaitu loose of teeth to doe trauma Diagnosa banding yang
bisa ditegakkan adalah pulpitis karena hanya fraktur Dentin Tanpa Terbukanya Pulpa. Fraktur
mahkota yang megenai cukup banyak dentin, tanpa megenai pulpa dan pada saat pemeriksaan

perkusi dan tekanan setelah dilakukan medikasi pada kunjungan pertama pasien tidak ada
keluhan. Etiologi dari kasus ini yaitu trauma. Pada kunjungan pertama pasien mengeluhkan
sakit pada gigi trauma tersebut sehingga penatalaksanaan pada kunjungan pertama yang
dilakukan pada pasien adalah membuka gigi tiruannya dan diberi medikasi berupa antibiotik,
dan analgesik. Setelah terapi selama 4 hari, rasa sakit sudah tidak ada sehingga pada
kunjungan kedua ini dilakukan penambalan komposit sinar pada gigi tersebut dan gigi yang
disebelahnya yang telah dilakukan perawatan saluran akar akan dibuatkan pasak. Pada
kunjungan ketiga akan dilakukan evaluasi terhadap gigi yang telah dilakukan penambalan
komposit sinar. Jika terdapat keluhan maka akan dilakukan perawatan saluran akar.

Gambar 10. Setelah dilakukan perawatan yaitu penambalan komposit sinar

DAFTAR PUSTAKA
Braham RL, Morris ME. Textbook of pediatric Dentistry. USA: williams and Wilkias,
1980: 264.
Grossman LI. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa, Rafiah abiyono. Editor,
Sutatmi Suryo. Ed 11. Jakarta: EGC, 1995: 303-4
Mathewson RJ, Primosch RE. Fundamentals of pediatric dentistry. USA: quintessenic
Books, 1995: 286
McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. St. Louis,
Missouri: Mosby, 2003: 458-9.
Pinkhom JR, Casamassimo DS, McTigue DJ, et al. Pediatric Dentistry. St. Louis,
Missouri: elsevier Saunders, 1988: 237-9.
Rao A. Principles and practice of pedodontics. New Delhi: Jaypee, 2008: 304-5.
Walton, Richad E. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih bahasa, Narlan
Sumawinata, Winiati Sidharta, Bambang Nursasongko. Editor, Narlan Sumawinata. Ed 2.
Jakarta: EGC, 1997: 555-6.
Welbury RR. Pediatrics dentistry. New York: Oxford University Press, 2003: 244-5.

Anda mungkin juga menyukai