Dosen Pembimbing
drg. Eny Rusdaningsih, Sp.KG
Oleh :
Dia Pirlita
01.210.6125
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Nama / NIM
Universitas
Fakultas
: Kedokteran Umum
Diajukan
: 6 Juli 2015
Periode Kepaniteraan
Bagian
Pembimbing
Pembimbing
drg. Evalina
DAFTAR ISI
Halaman judul .............................................................................................................. 1
Halaman Pengesahan ................................................................................................... 2
Daftar Isi ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..5
BAB III DESKRIPSI KASUS.30
Daftar Pustaka..36
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. FRAKTUR GIGI
Definisi
Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah gigi
merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan
(melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar yang disebut email dan dentin)
sampai berat (melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau horizontal akar)..7
Klasifikasi Fraktur Gigi
Banyak klasifikasi telah diperkenalkan untuk gigi yang mengalami fraktur.
Klasifikasi yang sering digunakan adalah seperti klasifikasi Ellis, klasifikasi Ellis
dan Davey, klasifikasi World Health Organization (WHO) dan klasifikasi
Andreasen. Dengan mengunakan klasifikasi cedera traumatik akan mempermudah
komunikasi serta penyebaran informasinya.
-
mengenai pulpa.
c. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa.
Fraktur mahkota yang mengenai dentin dan menyebabkan pulpa terbuka.
d. Fraktur akar.
e. Luksasi gigi.
f. Intrusi gigi
- Klasifikasi Menurut Ellis dan Davey.
Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior
menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu:8,9,10,11
a. Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan
email.
b. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan
jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa.
c. Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
menyebabkan terbukanya pulpa.
d. Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non
vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
e. Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau
avulsi.
f. Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
g. Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
h. Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang
menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada
tempatnya dan akar
tidak mengalami perubahan.
i.
oleh Andreasen.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun 1978
memakai klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan Klasifikasi
Penyakit
Internasional
(International
Classification
of
Diseases),
berikut:10,12
a. 873.60: Fraktur email.
Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur tidak
menyeluruh atau retak pada email.
b. 873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa
sebagai
terbukanya pulpa.
Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak terbuka.
c. 873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa.
Fraktur yang rumit yang mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa
yang terbuka.
d. 873.63: Fraktur akar.
Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa. Juga
disebut fraktur akar horizontal.
e. 873.64: Fraktur mahkota-akar.
Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan sementum akar. Bisa disertai
atau tidak dengan terbukanya pulpa.
f. 873.66: Luksasi.
Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion), subluksasi, luksasi
lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi.
g. 873.67: Intrusi atau ekstrusi.
h. 873.68: Avulsi.
Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari soketnya.
i.
Fraktur Mahkota
Fraktur mahkota merupakan jenis fraktur yang terjadi pada bagian email
hingga ke bagian tulang gigi dengan atau tanpa patahnya sebagian elemen.
Dalam hal ini, yang termasuk dalam jenis fraktur ini adalah jenis fraktur Ellis
1 dan Ellis 2.
Fraktur Akar
Fraktur akar terjadi pada daerah sekitar akar gigi. Diagnosis fraktur dapat
ditegakkan melalui pemeriksaan foto rontgen untuk mengetahui kondisi gigi
yang mengalami fraktur.
Etiologi
Menurut penelitian Peng pada tahun 2007, kebanyakan penyebab fraktur
dental adalah benturan atau trauma terhadap gigi yang menimbulkan disrupsi
atau kerusakan email, dentin, atau keduanya. Disamping itu, faktor lain yang
ditambahkan oleh American Dental Association (ADA) yaitu kebiasaan buruk,
kehilangan sebagian besar struktur gigi, paparan email gigi terhadap suhu
ekstrim, tambalan pada gigi, gigi pasca rawatan endodontik.7,13
-
Trauma
Dalam satu penelitian yang dilaku oleh Schwartz, katakan selama masa
remaja, cedera olahraga merupakan kasus yang umum namun pada usia
dewasa, kasus seperti cedera olahraga, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan
industri, dan kekerasan dalam rumah tangga merupakan penyebab potensial
trauma. Olahraga yang melibatkan kontak fisik merupakan penyebab umum
fraktur dental, seperti sepakbola dan bola basket. Olahraga tanpa kontak fisik
seperti berkuda terdapat menyebabkan fraktur dental. Benturan atau trauma,
baik berupa pukulan langsung terhadap gigi atau berupa pukulan tidak
langsung terhadap mandibula, dapat menyebabkan pecahnya tonjolan-tonjolan
gigi, terutama gigi-gigi posterior. Selain itu, tekanan oklusal yang berlebihan
terutama terhadap tumpatan yang luas dan tonjol-tonjolnya tak terdukung oleh
dentin dapat pula menyebabkan fraktur.14 Keparahan fraktur bisa hanya
sekedar retak saja, pecahnya prosesus, atau sampai lepasnya gigi yang tidak
bisa diselamatkan lagi. Trauma secara langsung kebanyakan mengenai gigi
Kebiasaan Buruk
Kehilangan bagian email dan dentin gigi umumnya disebabkan oleh kondisi
karies yang meluas. Gigi yang mengalami karies yang meluas akan
mengurang kekuatan gigi untuk menahan daya untuk kegiatan harian terutama
mengunyah yang menyebabkan gigi lebih rentan fraktur. Karies pada gigi
yang meluas pada garis servikal menambah resiko fraktur berjadi.18
-
Suhu Ekstrim
Orang yang mepaparkan email gigi kepada suhu ekstrim seperti makan
makanan panas kemudian minum air es. Perlakuan ini melemahkan email gigi
dan memudahkan terjadi fraktur gigi.
10
Tambalan
Salah satu kebiasaan yang terjadi fraktur adalah ketika gigi mempunyai
tambalan yang besar. Kekuatan gigi yang rendah disebabkan oleh bahan
tambalan gigi yang tidak sama kuat dibandingkan dengan email atau dentin,
dapat menimbulkan resiko gigi menjadi fraktur.19
-
11
12
Gejala-gejala :
Tidak ada keluhan, kecuali dari segi estetis (terutama gigi depan) dan
gigi berubah warna menjadi lebih suram
Tanda-Tanda Klinis :
Inspeksi
Gigi berubah bewarna suram
Gigi fraktur atau dengan tambalan
Sondasi
Perkusi
Termis
Tes vitalitas
: tidak bereaksi
2. Nekrosis likuifaksi
Likuifaksi = pencairan, menjadi cair
Nekrosis
= kematian
13
melalui
cairan
dalam
pulpa
menuju
jaringan
vital
: tidak beraksi
Perkusi
: tidak beraksi
Termis panas
: terasa sakit
Tekanan
: tidak beraksi
Tes Vitalitas
: tidak beraksi
Tes Membau
14
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast;
memiliki kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan
untuk mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila
terjadi inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari
radang jaringan pulpa maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa.
Hal ini sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan
pemulihan atau penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringan pulpa yang
meradang semakin berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan
vitalitasnya.
Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi
bakteria pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara
jaringan pulpa dengan lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan
direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi bacteria ke jaringan pulpa
yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan
penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi
perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan
nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai hasil dari operative
atau restorative procedure yang kurang baik atau akibat restorative material
yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur
dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubules inilah infeksi
bakteria dapat mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan.
Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karena proses trauma,
operative procedure dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal
ini mengakibatkan bakteria menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan
jaringan pulpa.
Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat
menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu.
Pada dasarnya prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam
pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat
15
16
17
Preparasi akses
Ekstirpasi pulpa
Debridement
Drying
Obturasi
Restorasi : disesuaikan dengan kondisi jaringan gigi yang masih ada.
18
dengan larutan natrium hipokhlorit, kemudian keringkan dengan poin kertas isap
(paper point), jika saluran akar yang cukup lebar, diisi dengan pasta kalsium
hidroksida dan ditambal sementara. Sejumlah klinisi menempatkan pelet kapas yang
dibasahi medikamen intrakanal di kamar pulpa sebelum penambalan sementara,
sebetulnya pemberian medikamen itu tidak bermanfaat 18
Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa dengan Pembengkakan Terlokalisasi :
Gigi nekrosis dengan pembengkakan terlokalisasi atau abses alveolar akut atau
disebut juga abses periapikal / periradikuler akut adalah adanya suatu pengumpulan
pus yang terlokalisasi dalam tulang alveolar pada apeks akar gigi setelah gigi
nekrosis. Biasanya pembengkakan terjadi dengan cepat, pus akan keluar dari saluran
akar ketika kamar pulpa di buka. Perawatan abses alveolar akut mula-mula dilakukan
buka kamar pulpa kemudian debridemen saluran akar yaitu pembersihan dan
pembentukan saluran akar secara sempurna bila waktu memungkinkan. Lakukan
drainase untuk meredakan tekanan dan nyeri serta membuang iritan yang sangat
poten yaitu pus. Pada gigi yang drainasenya mudah setelah pembukaan kamar pulpa,
instrumentasi harus dibatasi hanya di dalam sistem saluran akar. Pada pasien dengan
abses periapikal tetapi tidak dapat dilakukan drainase melalui saluran akar, maka
drainase dilakukan dengan menembus foramen apikal menggunakan file kecil sampai
no. 25. Selama dan setelah pembersihan dan pembentukan saluran akar, lakukan
irigasi dengan natrium hipokhlorit sebanyak-banyaknya. Saluran akar dikeringkan
dengan poin kertas, kemudian diisi dengan pasta kalsium hidroksida dan diberi pellet
kapas lalu ditambal sementara Beberpa klinisi menyarankan, jika drainase melalui
saluran akar tidak dapat dihentikan, kavitas akses dapat dibiarkan terbuka untuk
drainase lebih lanjut, nasihatkan pasien berkumur dengan salin hangat selama tiga
menit setiap jam. Bila perlu beri resep analgetik dan antibiotik. Membiarkan gigi
terbuka untuk drainase, akan mengurangi kemungkinan rasa sakit dan pembengkakan
yang berlanjut
19
Karena
edema
telah
menyebar
di
jaringan,
20
21
Saluran akar, tambalan tetap, atau crown dievaluasi untuk melihat ada /
tidaknya masalah. Setelah PSA selesai, gigi akan disuplai nutrisinya oleh
tulang dan gusi di sekitarnya.
22
kemomekanis dario sistem saluran akar, yang membentuk perawatan endodonti yang
baik dan berhasil.
Pada terapi endodonti multikunjungan, obat-obat saluran akar digunakan untuk
satu atau beberapa alasan berikut ini:
1. Untuk membantu mengeluarkan mikroorganisme
2. Mengurangi rasa sakit
3. Menghilangkan eksudat apikal
4. Untuk mempercepat penyembuhan dan pembentukan jaringan keras
5. Untuk mengontrol resorpsi peradangan akar
Pengisian saluran akar
Setelah jaringan pulpa dikeluarkan akan terdapat luka, yang kemudian
dibersihkan dan didesinfeksi dengan instrumentasi dan irigasi. Luka ini tidak akan
menutup epitelium, seperti luka pada tubuh lain, dan karena itu mudah terkena infeksi
ulang, untuk mencegah penetrasi mikroorganisma dan toksin dari luar melalui rongga
pulpa ke tubuh, ruang ini harus ditutup di bagian koronal dan apikal, yang terakhir ini
untuk mencegah infeksi dan untuk memblokir lubang periapeks bagi organisme yang
bahkan setelah instrumentasi maupun desinfeksi, tetap hidup dalam rongga pulpa.
Selain itu, untuk mencegah infeksi ulang dari ruang pulpa oleh mikroorganisme dari
rongga mulut, seluruh ruang pulpa harus diisi , jadi memblokir tubula dentin dan
saluran asesori. Dengan cara menentukan lokus pembelahan bakteri dan semua
lubang masuk ke tubuh, maka hal ini dapat dicegah.
Pada prakteknya, seal yang tidak permeabel harus menutup foramen apikal dan
dari bahan yang sesuai serta dapat berfungsi sebagai dresing luka dimana jaringan
sehat akan dibentuk untuk beberapa tahun.
23
24
25
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi
serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan
instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam
perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan.
Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta
kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif.
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagin dokter
gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran
keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan
bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan
prognosis yang buruk pula.
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan
pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari
akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang
rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan
iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan
pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks
radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih
jauh 16.
26
27
dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis
selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran
akar yang memadai
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan
mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya
bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum
dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang
baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta
mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum
dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada
tahap awal preparasi
4. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang
berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.
Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan
karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal 16
BAB III
DESKRIPSI KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien
: Ny. Y.T
2. No CM
: 22-86-**
3. Jenis kelamin
: Perempuan
4. Umur
: 31 tahun
28
5. Agama
: Islam
6. Status
: Menikah
7. Alamat
8. Pekerjaan
9. Tanggal periksa
: 30 Juli 2015
: Poli gigi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
29
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat Jantung
: disangkal
Riwayat Gigi
gigi
Riwayat Lain
:-
:-
III.
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1) Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Status gizi
: Baik
Derajat kesakitan
: Ringan
: 99 / 78 mmHg
: 88 kali/menit
30
Frekuensi Nafas
Suhu
Tinggi Badan
Berat Badan
: 20 kali/menit
: 36,6 C
: 156 cm
: 60 kg
3) Pemeriksaan extraoral
Asimetri muka
: negatif
Fluktuasi
: negatif
: negatif
4) Pemeriksaan intraoral
Gigi
Gingiva
Mukosa
Lidah
Palatum
5) Status Lokalis
Nomenklatur Sigmondy
8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan :
31
: Missing Teeth
: Fraktur Ellis disertai Nekrosis Pulpa
Inspeksi
Sondase
: negatif
Perkusi
: negatif
Tekanan
: negatif
Palpasi
: negatif
Thermal test
: negatif
Rontgen
32
IV.
ORAL HYGIENE
Sedang
VII.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
-
:-
33
XI. KOMPLIKASI
Periodontitis
Fokus Infeksi
XII.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
XIII.
KESIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Sandler
NA.
Odontogenic
infections.
Diunduh
dari:
http://www1.umn.edu/dental/courses/oral_surg_seminars/odontogenic_infecti
ons.pdf, 20 april 2014).
2. Stanley J. Nelson and Major M. Ash. Wheelers Dental Anatomy, Physiology,
and Occlusion. 9th Ed. Missouri : Saunders Elsevier. 2010:256-8
3. Lix, Kolltveit, Tronstad L, Olsen I. Systemic diseases caused by oral
infection. Clinical Microbiology Reviews 2000 Oct; 547-58.
4. Peterson
LJ.
Odontogenic
infections.
Diunduh
dari
35
5. Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles and practice of oral medicine. 2 nd ed.
Philadelphia: WB Saunders Company; 1995. p.399-415.
6. Kidd A.E.M. 2005. Essentials of Dental Caries Third edition. Oxford
University Press Inc: United States.
7. Murrsy JJ. The Prevention Of Dental Disease. 2 nded. New York, Oxford
University Press; 1989: 441-7
8. Shidu HK, Ali A. Ankylosis and Infraocclusion: Report of a Case Restored
With a Fibre-Reinforeed Ceromeric Bridge. http://www.nature.com/cgitaf/journal.htm
9. Tjut Rostina. Oklusi, Maloklusi, Etiologi Maloklusi.Bagian Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi USU: 2003: 75-2
10. Rock WP, Andlaw RJ, A Manual Of Paedodontics.2 nded. United State of
america, Churchill Livingstone Inc; 1999: 123,131
11. Salzmann JA. Orthodontics: Practice and Technics. Philadelphia, WB
Saunders Co; 2000: 30-3
12. Veronika W, Gross JC. Malposition, Malocclusion of Teeth Buds.
http://hoag.myelectronicmd.com/screening/partners_3.shtml.
13. Gangren radiks.www.medicastore.com. Diakses tanggal 20 Desember 2010.
14. Karies gigi.http//medicascore.com. [Diakses 21 Desember 2010]
15. Tooth
Eruption.http://www.adandental.com.au/tooth_eruption_dates.htm
Jakarta : EGC.
36
37