Anda di halaman 1dari 37

CASE BASED DISCUSSION

FRAKTUR ELLIS KELAS TIGA DISERTAI NEKROSIS PULPA


Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter (PPPD)
Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut RSUD Tugurejo Semarang

Dosen Pembimbing
drg. Eny Rusdaningsih, Sp.KG

Oleh :
Dia Pirlita
01.210.6125

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Nama / NIM

: Dia Pirlita / 01.210.6125

Universitas

: Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Fakultas

: Kedokteran Umum

Diajukan

: 6 Juli 2015

Periode Kepaniteraan

: 29 Juni 11 Juli 2015

Bagian

: Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut

Pembimbing

: drg. Eny Rusdaningsih, Sp.KG

Telah diperiksa dan disetujui tanggal :


Mengetahui,
Ketua KSM Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
RSUD Tugurejo

Pembimbing

drg. Evalina

drg. Eny Rusdaningsih, Sp.KG

DAFTAR ISI
Halaman judul .............................................................................................................. 1
Halaman Pengesahan ................................................................................................... 2
Daftar Isi ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..5
BAB III DESKRIPSI KASUS.30
Daftar Pustaka..36

BAB I
PENDAHULUAN

Pulpa merupakan pangkal rasa sakit. Dimana di dalamnya terdapat


pembuluhdarah, limfe, saraf yang masuk melalui foramen apical. Fungsi dari pulpa
adalah sebagaiformatik yaitu pembentuk dentin oleh sel-sel ondotoblast, fungsi
nutrisi intuk memberimakan jaringan gigi, fungsi sensorik untuk menerima dan
meneruskan rangsangan danfungsi protektif untuk melindungi gigi.
Trauma dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Pada obliterasi kanal pulpa akibat
trauma pada gigi insisivus permanen didapatkan 16% kasus mengalami nekrosis
pulpa melalui tes elektrikal pulpa. Nekrosis juga dapat disebabkan prosedur medik
yang dilakukan oleh klinisi, dari 617 gigi dari 51 pasien yang dilakukan osteotomi
pada fraktur Le Fort I didapatkan 0,5% gigi mengalami nekrosis pulpa4
Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa. Dapat sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada apakah sebagian atau seluruh pulpa terlibat. Nekrosis, meskipun
suatu akibat inflamasi, dapat juga terjadi setelah injuri traumatic yang pulpanya rusak
sebelum terjadi reaksi inflamasi. Sebagai hasilnya, suatu infarkasi iskemik dapat
berkembang dan dapat menyebabkan suatu pulpa nekrotik dengan gangrene kering.
Nekrosis ada dua jenis umum : koagulasi dan likuefaksi/pengentalan dan pencairan.1,2
Penatalaksanaan yang dibutuhkan untuk nekrosis pulpa adalah menghentikan
proses dan penyebaran infeksi serta perlu dilakukan perawatan saluran akar.
Perawatan saluran akar adalah mengeluarkan seluruh jaringan pulpa gigi yang rusak
diikuti dengan pembersihan, perbaikan bentuk dan pengisian sistem saluran akar
sehingga gigi dapat menjadi unit fungsional dalam lengkung. Tahap perawatan
saluran akar antara lain preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan
pembentukan (biomekanis), disinfeksi, dan pengisian saluran akar.1,7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. FRAKTUR GIGI
Definisi
Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah gigi
merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan
(melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar yang disebut email dan dentin)
sampai berat (melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau horizontal akar)..7
Klasifikasi Fraktur Gigi
Banyak klasifikasi telah diperkenalkan untuk gigi yang mengalami fraktur.
Klasifikasi yang sering digunakan adalah seperti klasifikasi Ellis, klasifikasi Ellis
dan Davey, klasifikasi World Health Organization (WHO) dan klasifikasi
Andreasen. Dengan mengunakan klasifikasi cedera traumatik akan mempermudah
komunikasi serta penyebaran informasinya.
-

Klasifikasi Fraktur Menurut Ellis.

Klasifikasi Ellis (1961) terdiri dari enam kelompok dasar: 8,9,10


a. Fraktur email.
Fraktur mahkota sederhana, tanpa mengenai dentin atau hanya sedikit
mengenai dentin.
b.

Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa.


Fraktur mahkota yang mengenai cukup banyak dentin, tapi tanpa

mengenai pulpa.
c. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa.
Fraktur mahkota yang mengenai dentin dan menyebabkan pulpa terbuka.
d. Fraktur akar.
e. Luksasi gigi.
f. Intrusi gigi
- Klasifikasi Menurut Ellis dan Davey.
Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi trauma pada gigi anterior
menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu:8,9,10,11
a. Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan
email.
b. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan
jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa.
c. Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
menyebabkan terbukanya pulpa.
d. Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non
vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
e. Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau
avulsi.
f. Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
g. Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.
h. Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang
menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada
tempatnya dan akar
tidak mengalami perubahan.
i.

Kelas 9: kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi


depan.

Klasifikasi Menurut World Health Organization (WHO) dan Modifikasi

oleh Andreasen.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun 1978
memakai klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan Klasifikasi
Penyakit
Internasional

(International

Classification

of

Diseases),

berikut:10,12
a. 873.60: Fraktur email.
Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur tidak
menyeluruh atau retak pada email.
b. 873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa

sebagai

terbukanya pulpa.
Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak terbuka.
c. 873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa.
Fraktur yang rumit yang mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa
yang terbuka.
d. 873.63: Fraktur akar.
Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa. Juga
disebut fraktur akar horizontal.
e. 873.64: Fraktur mahkota-akar.
Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan sementum akar. Bisa disertai
atau tidak dengan terbukanya pulpa.
f. 873.66: Luksasi.
Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion), subluksasi, luksasi
lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi.
g. 873.67: Intrusi atau ekstrusi.
h. 873.68: Avulsi.
Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari soketnya.
i.

873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak.

Klasifikasi ini dimodifikasi oleh Andreasen (1981) menurut contoh


berikut:7,10
a. 873.64: Fraktur mahkota-akar yang tidak rumit tanpa terbukanya pulpa.
b. 873.64: Fraktur mahkota-akar yang rumit dengan terbukanya pulpa.
c. 873.66: Konkusi (concussion), injuri pada struktur pendukung gigi yang
bereaksi terhadap perkusi.
d. 873.66: Subluksasi, suatu injuri pada struktur pendukung gigi dengan
kegoyahan abnormal tetapi tanpa pemindahan gigi.
e. 873.66: Luksasi lateral, pemindahan gigi pada arah lain daripada ke
aksial, diikuti oleh fraktur soket alveolar.

Klasifikasi Menurut Andreasen.

Andreasen juga mengklasifikasikan injuri pada tulang pendukung dan injuri


pada mukosa mulut. Menurut Andreasen dalam bukunya Patologi Gigi Geligi
Kelainan Jaringan Keras Gigi, secara garis besar fraktur gigi digolongkan
menurut
penyebabnya sebagai berikut:7
a. Fraktur spontan
Merupakan jenis fraktur yang diakibatkan oleh adanya tekanan pengunyahan.
Pada hal ini elemen-elemen email gigi mengalami atrisi dan aus karena
adanya gesekan pada saat mengunyah. Keadaan ini bisa menyebabkan gigi
mengalami fraktur. Fraktur spontan lebih sering terjadi pada gigi molar satu
bawah.
b. Fraktur Traumatik
Fraktur traumatik terjadi akibat adanya benturan keras yang bersifat tibatiba.
Fraktur traumatik biasanya tidak terjadi pada bayi dibawah umur 1 tahun
karena pengaruh aktivitas yang dilakukannya. Penyebab fraktur yang sering
terjadi adalah benturan akibat kecelakaan atau karena dipukul. Berdasarkan
bagian yang mengalami fraktur, fraktur traumatrik dibedakan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut:

Fraktur Mahkota

Fraktur mahkota merupakan jenis fraktur yang terjadi pada bagian email
hingga ke bagian tulang gigi dengan atau tanpa patahnya sebagian elemen.
Dalam hal ini, yang termasuk dalam jenis fraktur ini adalah jenis fraktur Ellis
1 dan Ellis 2.

Fraktur Akar

Fraktur akar terjadi pada daerah sekitar akar gigi. Diagnosis fraktur dapat
ditegakkan melalui pemeriksaan foto rontgen untuk mengetahui kondisi gigi
yang mengalami fraktur.
Etiologi
Menurut penelitian Peng pada tahun 2007, kebanyakan penyebab fraktur
dental adalah benturan atau trauma terhadap gigi yang menimbulkan disrupsi
atau kerusakan email, dentin, atau keduanya. Disamping itu, faktor lain yang
ditambahkan oleh American Dental Association (ADA) yaitu kebiasaan buruk,
kehilangan sebagian besar struktur gigi, paparan email gigi terhadap suhu
ekstrim, tambalan pada gigi, gigi pasca rawatan endodontik.7,13
-

Trauma

Dalam satu penelitian yang dilaku oleh Schwartz, katakan selama masa
remaja, cedera olahraga merupakan kasus yang umum namun pada usia
dewasa, kasus seperti cedera olahraga, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan
industri, dan kekerasan dalam rumah tangga merupakan penyebab potensial
trauma. Olahraga yang melibatkan kontak fisik merupakan penyebab umum
fraktur dental, seperti sepakbola dan bola basket. Olahraga tanpa kontak fisik
seperti berkuda terdapat menyebabkan fraktur dental. Benturan atau trauma,
baik berupa pukulan langsung terhadap gigi atau berupa pukulan tidak
langsung terhadap mandibula, dapat menyebabkan pecahnya tonjolan-tonjolan
gigi, terutama gigi-gigi posterior. Selain itu, tekanan oklusal yang berlebihan
terutama terhadap tumpatan yang luas dan tonjol-tonjolnya tak terdukung oleh
dentin dapat pula menyebabkan fraktur.14 Keparahan fraktur bisa hanya
sekedar retak saja, pecahnya prosesus, atau sampai lepasnya gigi yang tidak
bisa diselamatkan lagi. Trauma secara langsung kebanyakan mengenai gigi

anterior, dan karena arah pukulan mengenai permukaan labial, garis


retakannya menyebar ke belakang dan biasanya menyebab fraktur horizontal
atau miring. Pada fraktur yang lain, tekanan hampir selalu mengenai
permukaan oklusal, sehingga fraktur pada umumnya vertikal.11
-

Kebiasaan Buruk

Kebiasaan buruk yang sering menjejaskan kualitas gigi. Sebagai contoh


banyak orang menggunakan gigi mereka sebagai alat pembuka botol dan
kemasan plastik atau mencabut label harga pada baju. Kebiasaan ini dapat
menyebabkan efek traumatis pada gigi, melemahkan tepi gigi bahkan bisa
menyebabkan maloklusi. Menggigit pensil atau pulpen juga merupakan
kebiasaan yang paling sering dilakukan oleh banyak orang. Sama halnya
dengan mengunyah es batu, menggigit benda keras bisa menyebabkan email
gigi mengalami penipisan dan fraktur. Apalagi, dilanjut dengan kebiasaan
mengunyah batu es terutama sehabis meminum minuman dingin. Bentuknya
yang keras dan temperatur dingin dari batu es, sebenarnya dapat mengikis
-

Kehilangan Sebagian Besar Struktur Gigi

Kehilangan bagian email dan dentin gigi umumnya disebabkan oleh kondisi
karies yang meluas. Gigi yang mengalami karies yang meluas akan
mengurang kekuatan gigi untuk menahan daya untuk kegiatan harian terutama
mengunyah yang menyebabkan gigi lebih rentan fraktur. Karies pada gigi
yang meluas pada garis servikal menambah resiko fraktur berjadi.18
-

Suhu Ekstrim

Orang yang mepaparkan email gigi kepada suhu ekstrim seperti makan
makanan panas kemudian minum air es. Perlakuan ini melemahkan email gigi
dan memudahkan terjadi fraktur gigi.

10

Tambalan

Salah satu kebiasaan yang terjadi fraktur adalah ketika gigi mempunyai
tambalan yang besar. Kekuatan gigi yang rendah disebabkan oleh bahan
tambalan gigi yang tidak sama kuat dibandingkan dengan email atau dentin,
dapat menimbulkan resiko gigi menjadi fraktur.19
-

Gigi Pasca Rawatan Endodontik

Pelemahan struktur mekanik gigi terjadi waktu akses persiapan rongga,


sedangkan pembersihan dan pembentukan saluran akar meningkatkan
kemungkinan gigi fraktur.20 Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar
dan diisikan dengan gutta perca atau pasak akan mempunyai resiko fraktur
yang sangat tinggi dibandingkan
dengan gigi yang asli. Waktu gigi dipreparasi untuk diisi akan menyebabkan
struktur gigi menjadi lemah dan lebih mudah fraktur. Penggunaan sekrup dan
post adalah aspek lain dari fraktur akar gigi karena efek tolak-menolak
(wedging). Post runcing dan berulir lazimnya menghasilkan kejadian fraktur
akar tertinggi, diikuti dengan post meruncing dan sejajar.13,20,21
B. NEKROSIS PULPA
Definisi
Nekrosis adalah matinya pulpa. Dapat sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada apakah sebagian atau seluruh pulpa terlibat. Nekrosis,
meskipun suatu akibat inflamasi, dapat juga terjadi setelah injuri traumatic
yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi. Sebagai hasilnya, suatu
infarkasi iskemik dapat berkembang dan dapat menyebabkan suatu pulpa
nekrotik dengan gangrene kering. Nekrosis ada dua jenis umum : koagulasi
dan likuefaksi/pengentalan dan pencairan.

11

Gambar 1. Nekrosis pulpa15


Etiologi
Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh injuri yang membahayakan pulpa seperti
bakteri, trauma, dan iritasi kimiawi. Nekrosis pulpa sebagian besar terjadi oleh
komplikasi dari pulpitis baik yang akut mapun yang kronik yang tidak ditata laksana
dengan baik dan adekuat.
Trauma/cedera

Skema. Tahap terjadinya Nekrosis Pulpa


Trauma dapat menyebabkan pulpitis yang berakhir dengan nekrosis pulpa. Menurut
Robertson dkk, pada obliterasi kanal pulpa akibat trauma pada gigi insisivus
permanen didapatkan 16% kasus mengalami nekrosis pulpa melalui tes elektrikal
pulpa. Nekrosis juga dapat disebabkan prosedur medik yang dilakukan oleh klinisi.
Menurut Poul dkk, dari 617 gigi dari 51 pasien yang dilakukan osteotomi pada fraktur
Le Fort I didapatkan 0,5% gigi mengalami nekrosis pulpa4.
Klasifikasi

12

Nekrosis pulpa ada 2 :


1. Nekrosis Koagulasi
Nekrosis Koagulasi adalah kematian jaringan pulpa dalam keadaan
kering/padat.Jumlah kuman, virulensi dan patogenitasnya kecil.Sehingga
tidak memberi respon terhadap tes dingin, panas, tes vitalitas ataupun tes
kavitas.Tes membau tidak jelas.
Penyebab :
a. Trauma : benturan, jatuh, kena pukul
b. Termis : panas yang berlebihan waktu mengebor gigi.
c. Listrik : timbulnya aliran galvanis akibat dua tumpatanlogam yang
berbeda pada gigi yang berdekatan
d. Chemis/kimia
: asam dari tambalan silikat.

Gejala-gejala :
Tidak ada keluhan, kecuali dari segi estetis (terutama gigi depan) dan
gigi berubah warna menjadi lebih suram
Tanda-Tanda Klinis :
Inspeksi
Gigi berubah bewarna suram
Gigi fraktur atau dengan tambalan
Sondasi

: tidak memberi keluhan

Perkusi

: tidak memberi keluhan

Termis

: tidak memberi keluhan

Tes vitalitas

: tidak bereaksi

2. Nekrosis likuifaksi
Likuifaksi = pencairan, menjadi cair
Nekrosis

= kematian

13

Jadi nekrosis likuifaksi adalah kematian jaringan pulpa dalam keadaan


basah.Tes membau positif.Jumlah kuman terutama bakteri anaerob cukup
banyak.Memberi respon (+) terhadap tes panas atau tes vitalitas karena terjadi
konduksi

melalui

cairan

dalam

pulpa

menuju

jaringan

vital

didekatnya.Pada gigi utuh yang mengalami nekrosis perubahan warna biasanya


merupakan petunjuk pertama bagi kematian pulpa.
Penyebab :
a. Kelanjutan dari pulpitis
b. Nekrosis Koagulasi yang telah terinfeksi
Gejala-gejala :
a.
b.
c.
d.

bau yang tidak enak


kadang-kadang sakit bila dipakai mengunyah
bila makan panas kadang-kadang terasa sakit
warna berubah

Tanda Klinis/pemeriksaan objektif :


Inspeksi
Karies profunda dengan pulpa terbuka/tumpatan terbuka
Gigi berubah warna menjadi lebih suram (keabu-abuan)
Sondasi

: tidak beraksi

Perkusi

: tidak beraksi

Termis panas

: terasa sakit

Tekanan

: tidak beraksi

Tes Vitalitas

: tidak beraksi

Tes Membau

: bau busuk (gas indol & skatol/H2S)

PATOFISIOLOGI NEKROSIS PULPA

14

Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast;
memiliki kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan
untuk mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila
terjadi inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari
radang jaringan pulpa maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa.
Hal ini sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan
pemulihan atau penyembuhan. Semakin luas kerusakan jaringan pulpa yang
meradang semakin berat sisa jaringan pulpa yang sehat untuk mempertahankan
vitalitasnya.
Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi
bakteria pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara
jaringan pulpa dengan lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan
direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi bacteria ke jaringan pulpa
yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan
penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi
perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan
nekrosis pulpa. Dentinal tubules dapat terbentuk sebagai hasil dari operative
atau restorative procedure yang kurang baik atau akibat restorative material
yang bersifat iritatif. Bisa juga diakibatkan karena fraktur pada enamel, fraktur
dentin, proses erosi, atrisi dan abrasi. Dari dentinal tubules inilah infeksi
bakteria dapat mencapai jaringan pulpa dan menyebabkan peradangan.
Sedangkan direct pulpal exposure bisa disebabkan karena proses trauma,
operative procedure dan yang paling umum adalah karena adanya karies. Hal
ini mengakibatkan bakteria menginfeksi jaringan pulpa dan terjadi peradangan
jaringan pulpa.
Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat
menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu yang segera yaitu beberapa minggu.
Pada dasarnya prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam
pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat

15

menyebabkan obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya


mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi
kapiler pulpa ini diikuti dengan degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa.
Karena kekurangan sirkulasi kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia
infark sebagian atau total pada pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap
inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk penetrasi sampai ke
pembuluh dara kecil pada apeks. Semua proses tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya nekrosis pulpa.
Gejala-gejala :
Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan gejala rasa
sakit. Sering, diskolorasi gigi adalah indikasi pertama bahwa pulpa mati. Penampilan
mahkota yang buram atau opak hanya disebabkan karena translusensi normal yang
jelek, tetapi kadang-kadang gigi mengalami perubahan warna keabu-abuan atau
kecoklat-coklatan yang nyata dan dapat kehilangan kecemerlangan dan kilauan yang
biasa dipunyai. Adanya pulpa nekrotik mungkin ditemukan hanya secara kebetulan,
karena gigi macam itu adalah asimtomatik, dan radiograf adalah nondiagnostik. Gigi
dengan nekrosis sebagian dapat bereaksi terhadap perubahan termal, karena adanya
serabut saraf vital yang melalui jaringan inflamasi di dekatnya.

Gambar Nekrosis Pulpa yang terlihat diskolorasi keabuan pada mahkota


.
Diagnosis

16

Radiograf umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan besar, suatu


jalan terbuka ke saluran akar, dan suatu penebalan ligament periodontal. Beberapa
gigi tidak mempunyai kavitas ataupun tumpatan, dan pulpanya mati sebagai akibat
trauma. Sedikit pasien mempunyai riwayat rasa sakit parah yang berlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti oleh penghentian seluruh rasa sakit yang
terjadi sekonyong-konyong. Selama waktu ini, pulpa sudah hampir tamat
riwayatnya dan memberi pasien perasaan seolah-olah aman dan sehat. Pada kasus
lain, pasien tidak sadar bahwa pulpa telah mati secara perlahan-lahan dan diam-diam,
tanpa gejala. Gigi dengan pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap dingin, tes pulpa
listrik, atau tes kavitas. Namun demikian, pada kasus yang jarang terjadi, timbul suatu
reaksi minimal terhadap arus maksimum tester pulpa listrik bila arus listrik
dikonduksi melalui uap lembah yang terdapat pada saluran akar setelah pencairan
nekrosis ke jaringan vital tetangganya. Pada pasien lain, beberapa serabut saraf apical
terus bertahan dan bereaksi dengan cara yang sama. Serabut saraf tahan terhadap
perubahan inflamasi. Suatu korelasi tes dingin dan tes listrik dan suatu riwayat rasa
sakit, bersama dengan pemeriksaan klinis yang cermat, harus menentukan suatu
diagnosis yang tepat.
Bakteriologi :
Banyak bakteri telah diisolasi dari gigi dengan pulpa nekrotik. Pada persentase tinggi
kasus-kasus ini, saluran akar berisi suatu campuran flora microbial, aerobic dan
anaerobic.
Histopatologi :
Jaringan pulpa nekrotik, debris selular, dan mikroorganisme mungkin terlihat di
dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal, atau menunjukkan sedikit
inflamasi yang dijumpai pada ligament periodontal.
Perawatan :

17

Perawatan terdiri dari preparasi dan obturasi saluran akar.


preparasi saluran akar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Preparasi akses
Ekstirpasi pulpa
Debridement
Drying
Obturasi
Restorasi : disesuaikan dengan kondisi jaringan gigi yang masih ada.

Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa tanpa Pembengkakan :


Walaupun gigi nekrosis tanpa pembengkakan tidak memberikan respons terhadap
stimuli, gigi tersebut mungkin masih mengandung jaringan terinflamasi vital di
saluran akar di daerah apeks dan memiliki jaringan periradikuler terinflamasi yang
menimbulkan nyeri (periodontitis akut). Oleh karena itu, demi kenyamanan dan kerja
sama pasien, anestesi lokal hendaknya diberikan. Setelah pemasangan isolator karet,
debridemen yang sempurna merupakan perawatan pilihan. Jika waktu tidak
memungkinkan, dilakukan debridemen parsial pada panjang kerja yang diperkirakan.
Saluran akar tidak boleh diperlebar tanpa mengetahui panjang kerja. Selama
pembersihan saluran akar dan pada penyelesaian prosedur ini dilakukan irigasi

18

dengan larutan natrium hipokhlorit, kemudian keringkan dengan poin kertas isap
(paper point), jika saluran akar yang cukup lebar, diisi dengan pasta kalsium
hidroksida dan ditambal sementara. Sejumlah klinisi menempatkan pelet kapas yang
dibasahi medikamen intrakanal di kamar pulpa sebelum penambalan sementara,
sebetulnya pemberian medikamen itu tidak bermanfaat 18
Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa dengan Pembengkakan Terlokalisasi :
Gigi nekrosis dengan pembengkakan terlokalisasi atau abses alveolar akut atau
disebut juga abses periapikal / periradikuler akut adalah adanya suatu pengumpulan
pus yang terlokalisasi dalam tulang alveolar pada apeks akar gigi setelah gigi
nekrosis. Biasanya pembengkakan terjadi dengan cepat, pus akan keluar dari saluran
akar ketika kamar pulpa di buka. Perawatan abses alveolar akut mula-mula dilakukan
buka kamar pulpa kemudian debridemen saluran akar yaitu pembersihan dan
pembentukan saluran akar secara sempurna bila waktu memungkinkan. Lakukan
drainase untuk meredakan tekanan dan nyeri serta membuang iritan yang sangat
poten yaitu pus. Pada gigi yang drainasenya mudah setelah pembukaan kamar pulpa,
instrumentasi harus dibatasi hanya di dalam sistem saluran akar. Pada pasien dengan
abses periapikal tetapi tidak dapat dilakukan drainase melalui saluran akar, maka
drainase dilakukan dengan menembus foramen apikal menggunakan file kecil sampai
no. 25. Selama dan setelah pembersihan dan pembentukan saluran akar, lakukan
irigasi dengan natrium hipokhlorit sebanyak-banyaknya. Saluran akar dikeringkan
dengan poin kertas, kemudian diisi dengan pasta kalsium hidroksida dan diberi pellet
kapas lalu ditambal sementara Beberpa klinisi menyarankan, jika drainase melalui
saluran akar tidak dapat dihentikan, kavitas akses dapat dibiarkan terbuka untuk
drainase lebih lanjut, nasihatkan pasien berkumur dengan salin hangat selama tiga
menit setiap jam. Bila perlu beri resep analgetik dan antibiotik. Membiarkan gigi
terbuka untuk drainase, akan mengurangi kemungkinan rasa sakit dan pembengkakan
yang berlanjut

19

Penatalaksanaan Nekrosis Pulpa dengan Pembengkakan Menyebar :


Pada lesi-lesi ini pembengkakan terjadi dengan progresif dan menyebar cepat
ke jaringan. Kadang-kadang timbul tanda-tanda sistemik, yaitu suhu pasien
naik. Penatalaksanaan pertama yang paling penting adalah debridemen yaitu
pembuangan iritan, pembersihan dan pembentukan saluran akar. Foramen
apikalis dilebarkan sampai ukuran file no. 25 agar dapat meningkatkan aliran
aksudat. Bila pembengkakan luas, lunak dan menunjukan fluktuasi, mungkin
diperlukan insisi malalui jaringan lunak pada tulang. Mukosa di atas daerah
yang terkena dikeringkan terlebih dahulu, kemudian jaringan disemprot
dengan anestetik lokal, misalnya khlor etil. Insisi intraoral dibuat melalui
pembengkakan lunak yang mengalami fluktuasi ke plat tulang kortikal. Suatu
isolator karet atau kain kasa yang digunakan untuk drainase dimasukkan
selama beberapa hari. Pasien disarankan berkumur dengan larutan salin
hangat selama 3 sampai 5 menit setiap jam. Pada bengkak yang difus dan
cepat berkembang, harus diberikan antibiotik dan analgetik. Antibiotik pilihan
pertamanya adalah penisilin mengingat mikroorganisme penyebab biasanya
streptokokus. Jika pasien alergi terhadap penisilin, gunakan eritromisin atau
klindamisin Kecepatan penyembuhan bergantung terutama kepada derajat
debridement saluran akarnya dan banyaknya drainase yang diperoleh selama
kunjungan kedaruratn.

Karena

edema

telah

menyebar

di

jaringan,

pembengkakan yang menyebar berkurang perlahan-lahan dalam periode


berkisar 3-4 hari,
C. PERAWATAN SALURAN AKAR TUNGGAL
Definisi
Perawatan saluran akar adalah perawatan yang dilakukan dengan mengangkat
jaringan pulpa yang telah terinfeksi dari kamar pulpa dan saluran akar,
kemudian diisi padat oleh bahan pengisi saluran akar agar tidak terjadi

20

kelainan lebih lanjut atau infeksi ulang. Tujuannya adalah untuk


mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rahang, sehingga fungsi dan
bentuk lengkung gigi tetap baik.
Tahapan PSA
Tahapan PSA adalah sebagai berikut:
- Tahap 1
Mahkota gigi di-bur untuk mendapatkan jalan masuk ke kamar pulpa. Semua
tambalan dan jaringan rusak pada gigi (karies) dibuang.
- Tahap 2
Pulpa dikeluarkan dari kamar pulpa dan saluran akar. Suatu instrumen kecil
yang disebut file digunakan untuk membersihkan saluran akar. Gigi ditutup
dengan tambalan sementara untuk melindungi kamar pulpa dan saluran akar
agar tetap bersih. Tambalan sementara akan dibongkar pada kunjungan
selanjutnya.
- Tahap 3
Saluran akar diisi dan dibuat kedap dengan suatu bahan yang mencegah
bakteri masuk. Kamar pulpa sampai dengan permukaan mahkota gigi ditutup
dengan tambalan sementara.
- Tahap 4
Tambalan sementara dibongkar dan diganti dengan tambalan tetap atau
dibuatkan crown (sarung gigi).
- Tahap 5

21

Saluran akar, tambalan tetap, atau crown dievaluasi untuk melihat ada /
tidaknya masalah. Setelah PSA selesai, gigi akan disuplai nutrisinya oleh
tulang dan gusi di sekitarnya.

Preparasi Saluran Akar


Perawatan saluran akar dapat didefinisikan sebagai mengeluarkan seluruh pulpa
gigi yang rusak diikuti dengan pembersihan, perbaikan bentuk dan pengisian sistem
saluran akar sehingga gigi dapat menjadi unit fungsional, dalam lengkung rahang.
Eksterpasi dari pulpa vital diikuti dengan terapi saluran akar mungkin diperlukan
pada kasus dimana rencana perawatan mencakup pembuatan overdenture atau bila
susunan angulasi akar terhadap mahkota mengharuskan dibuatnya pasak atau core.
Tujuan perawatan ini untuk membersihkan kavitas pulpa yang terinfeksi dan
kotoran toksik serta untuk membentuk saluran akar dari jaringan periodontal dan dari
rongga mulut.
Alasan perawatan terletak pada fakta bahwa pulpa nonvital, avaskular, tidak
mempunyai mekanisme perlindungan diri. Jaringan ini dalam saluran akar mengalami
autolisis dan produknya akan berdifusi ke jaringan di sekitarnya dan menimbulkan
iritasi periapikal bahwa walaupun tidak terjadi kontaminasi bakteri. Terapi endodonti
harus mencakup penutupan seluruh sistem saluran akar untuk mencegah timbunan
cairan jaringan di saluran akar dan membentuk media kultur bakteri sisa atau
mikroorganisma yang dapat masuk dari aliran darah. Perawatan saluran akar dapat
dilakukan pada salah satu dari kedua cara, baik dengan cara konvensional melalui
kavitas orifice yang dibuat di mahkota gigi atau dengan cara operasi.
Obat-obatan Intrasaluran
Obat-obatan saluran akar dianjurkan sebagai perawatan endododnti rutin untuk
berbagai alasan. Namun obat-obat ini jangan digunakan sebagai pengganti preparasi

22

kemomekanis dario sistem saluran akar, yang membentuk perawatan endodonti yang
baik dan berhasil.
Pada terapi endodonti multikunjungan, obat-obat saluran akar digunakan untuk
satu atau beberapa alasan berikut ini:
1. Untuk membantu mengeluarkan mikroorganisme
2. Mengurangi rasa sakit
3. Menghilangkan eksudat apikal
4. Untuk mempercepat penyembuhan dan pembentukan jaringan keras
5. Untuk mengontrol resorpsi peradangan akar
Pengisian saluran akar
Setelah jaringan pulpa dikeluarkan akan terdapat luka, yang kemudian
dibersihkan dan didesinfeksi dengan instrumentasi dan irigasi. Luka ini tidak akan
menutup epitelium, seperti luka pada tubuh lain, dan karena itu mudah terkena infeksi
ulang, untuk mencegah penetrasi mikroorganisma dan toksin dari luar melalui rongga
pulpa ke tubuh, ruang ini harus ditutup di bagian koronal dan apikal, yang terakhir ini
untuk mencegah infeksi dan untuk memblokir lubang periapeks bagi organisme yang
bahkan setelah instrumentasi maupun desinfeksi, tetap hidup dalam rongga pulpa.
Selain itu, untuk mencegah infeksi ulang dari ruang pulpa oleh mikroorganisme dari
rongga mulut, seluruh ruang pulpa harus diisi , jadi memblokir tubula dentin dan
saluran asesori. Dengan cara menentukan lokus pembelahan bakteri dan semua
lubang masuk ke tubuh, maka hal ini dapat dicegah.
Pada prakteknya, seal yang tidak permeabel harus menutup foramen apikal dan
dari bahan yang sesuai serta dapat berfungsi sebagai dresing luka dimana jaringan
sehat akan dibentuk untuk beberapa tahun.

23

FAKTOR MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN


PERAWATAN SALURAN AKAR
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan
saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan
dan kecelakaan prosedur perawatan.
Faktor Patologis
1. Keadaan patologis jaringan pulpa.
Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan
pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis
memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.
2. Keadaan patologis periapikal
Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan
saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat
dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi
ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.
3. Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan
daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses
penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak
dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan
perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena

24

sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan


perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar
mendapatkan pengisian yang hermetis.
Faktor Penderita
faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar adalah sebagai
:
1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,
mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul
selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi 2. Usia
Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami
penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting
diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah
banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat
perawatan bergantung pada kasusnya .
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang
buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal.
Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau
hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli
endodontis.
Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar bergantung kepada :
1. Perbedaan operator

25

Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi
serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan
instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam
perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan.
Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta
kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif.
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagin dokter
gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran
keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan
bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan
prognosis yang buruk pula.
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan
pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari
akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang
rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan
iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan
pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks
radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih
jauh 16.

Faktor Anatomi Gigi


Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu
perawatan saluran akar dengan mempertimbangkan :
1. Bentuk saluran akar

26

Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk


abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar
yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis 2. Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai
hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada
hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran
radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi
posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi
anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah
periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi
radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi
anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan
dengan gambaran radiologi gigi posterior
3. Saluran lateral atau saluran tambahan
Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal
saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap
permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah
percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke
ligamen periodontal. Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan
adanya saluran tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah
perawatan dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir
perawatan saluran akar, misalnya :
1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding
saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran.
Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan
urutan; penempatan instrumen yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan
instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok). Birai

27

dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis
selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran
akar yang memadai
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan
mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya
bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum
dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang
baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta
mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum
dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada
tahap awal preparasi
4. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang
berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak.
Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan
karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal 16
BAB III
DESKRIPSI KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien

: Ny. Y.T

2. No CM

: 22-86-**

3. Jenis kelamin

: Perempuan

4. Umur

: 31 tahun

28

5. Agama

: Islam

6. Status

: Menikah

7. Alamat

: Wologilo Tengah 1/5 RT 7/6, Semarang

8. Pekerjaan

: Staff Tata Usaha

9. Tanggal periksa

: 30 Juli 2015

10. Pasien diambil dari

: Poli gigi

II. KELUHAN SUBJEKTIF DAN ANAMNESA


Keluhan utama
Pasien mengeluhkan gigi yang patah
Anamnesa : dilakukan secara autoanamnesa yang dilakukan pada tanggal 2 Juli
2015

B. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke poli gigi RSUD Tugurejo Semarang dengan keluhan gigi
yang patah akibat jatuh dari motor + 3 minggu lalu. Pasien awalnya merasa
sakit pada gigi yang patah namun sekarang sudah tidak merasakan sakit, gigi
yang patah tersebut terkadang terasa linu bila terkena rangsangan dingin
ataupun panas, namun keluhan sekarang sudah tidak dirasakan. Pasien ingin
melakukan perawatan gigi yang patah tersebut, sebelumnya pasien sudah
berobat ke dokter gigi sebelumnya sebanyak 2 kali.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

29

Riwayat Hipertensi

: disangkal

Riwayat Jantung

: disangkal

Riwayat Gigi

: tidak pernah melakukan pencabutan pada

gigi
Riwayat Lain

:-

Riwayat Pemakaian Obat

:-

C. Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini
D. Riwayat sosial ekonomi
Pasien seorang staff tata usaha dan suami bekerja swasta, berobat dengan
fasilitas BPJS Non PBI. Kesan ekonomi cukup.

III.

PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1) Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Status gizi

: Baik

Derajat kesakitan

: Ringan

Sianosis (-), Anemia (-), Ikterik (-)


2) Status Present
Tensi
Frekuensi Nadi

: 99 / 78 mmHg
: 88 kali/menit

30

Frekuensi Nafas
Suhu
Tinggi Badan
Berat Badan

: 20 kali/menit
: 36,6 C
: 156 cm
: 60 kg

3) Pemeriksaan extraoral
Asimetri muka

: negatif

Tanda infeksi/radang : negatif


Tepi Rahang

: basis mandibula teraba dengan palpasi

Fluktuasi

: negatif

Pingpong phenomena : negatif


Trismus

: negatif

4) Pemeriksaan intraoral
Gigi
Gingiva
Mukosa
Lidah
Palatum

: ditemukan gigi patah pada


: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan
: tidak ada kelainan

5) Status Lokalis
Nomenklatur Sigmondy
8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8

Keterangan :

31

: Missing Teeth
: Fraktur Ellis disertai Nekrosis Pulpa
Inspeksi

: karies profunda (-), kalkulus (-), gingival polip (-)

Sondase

: negatif

Perkusi

: negatif

Tekanan

: negatif

Palpasi

: negatif

Thermal test

: negatif

Rontgen

32

IV.

ORAL HYGIENE
Sedang

V. DIAGNOSA KELUHAN UTAMA


Fraktur Ellis Kelas Tiga disertai Nekrosis Pulpa
VI.

DIANOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT LAINNYA


Tidak ada

VII.

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
-

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Foto Rontgen : Panoramic
Laboratorium : IX. TERAPI
Medikamentosa

:-

33

Non medikamentosa : perawatan saluran akar tunggal gigi 2


X. EDUKASI
Banyak makanan yang mengandung serat (sayur dan buah-buahan)
Menjaga kebersihan mulut dan gigi dengan menggosok gigi min 2 kali
sehari pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.
Pemakaian obat kumur anti bakteri untuk mengurangi pertumbuhan
bakteri dalam mulut, misalnya obat kumur. Lakukan konsultasi terlebih
dahulu dengan dokter gigi Anda dalam penggunaan obat kumur tersebut.
Kontrol ke dokter gigi 6 bulan sekali.

XI. KOMPLIKASI
Periodontitis
Fokus Infeksi
XII.

PROGNOSIS
Dubia ad bonam

XIII.

KESIMPULAN

Seorang perempuan berumur 31 tahun datang dengan keluhan giginya patah


akibat jatuh dari motor + 3 minggu lalu dan awalnya merasa sakit namun
sekarang sudah tidak merasakan sakit pada gigi yang patah tersebut. Saat
dilakukan pemeriksaan tekanan darah 99 / 78 mmHg, frekuensi nadi 88
kali/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,6C, tinggi badan 156 cm,
berat badan 60 kg. Pada pemeriksaan fisik intraoral dari inspeksi di dapatkan
fraktur ellis kelas 3 disertai nekrosis pulpa.

34

DAFTAR PUSTAKA
1. Sandler

NA.

Odontogenic

infections.

Diunduh

dari:

http://www1.umn.edu/dental/courses/oral_surg_seminars/odontogenic_infecti
ons.pdf, 20 april 2014).
2. Stanley J. Nelson and Major M. Ash. Wheelers Dental Anatomy, Physiology,
and Occlusion. 9th Ed. Missouri : Saunders Elsevier. 2010:256-8
3. Lix, Kolltveit, Tronstad L, Olsen I. Systemic diseases caused by oral
infection. Clinical Microbiology Reviews 2000 Oct; 547-58.
4. Peterson
LJ.
Odontogenic
infections.
Diunduh

dari

http://famona.erbak.com/OTOHNS/Cummings?cumm069.pdf, 29 Juni 2009).

35

5. Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles and practice of oral medicine. 2 nd ed.
Philadelphia: WB Saunders Company; 1995. p.399-415.
6. Kidd A.E.M. 2005. Essentials of Dental Caries Third edition. Oxford
University Press Inc: United States.
7. Murrsy JJ. The Prevention Of Dental Disease. 2 nded. New York, Oxford
University Press; 1989: 441-7
8. Shidu HK, Ali A. Ankylosis and Infraocclusion: Report of a Case Restored
With a Fibre-Reinforeed Ceromeric Bridge. http://www.nature.com/cgitaf/journal.htm
9. Tjut Rostina. Oklusi, Maloklusi, Etiologi Maloklusi.Bagian Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi USU: 2003: 75-2
10. Rock WP, Andlaw RJ, A Manual Of Paedodontics.2 nded. United State of
america, Churchill Livingstone Inc; 1999: 123,131
11. Salzmann JA. Orthodontics: Practice and Technics. Philadelphia, WB
Saunders Co; 2000: 30-3
12. Veronika W, Gross JC. Malposition, Malocclusion of Teeth Buds.
http://hoag.myelectronicmd.com/screening/partners_3.shtml.
13. Gangren radiks.www.medicastore.com. Diakses tanggal 20 Desember 2010.
14. Karies gigi.http//medicascore.com. [Diakses 21 Desember 2010]
15. Tooth

Eruption.http://www.adandental.com.au/tooth_eruption_dates.htm

[diakses 21 Desember 2010]


16. Walton and Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsia
(terjemahan), ed. 3. Jakarta: EGC
17. Bence Richard. 1990 Endodontik Klinik. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia
18. Grossman, Louis I, dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek (edisi ke-11).
Alih Bahasa Rafiah Abiyono.

Jakarta : EGC.

36

37

Anda mungkin juga menyukai