1. Trauma gigi
a. Definisi
Trauma gigi disebabkan oleh benturan yang dihasilkan dari energy mekanik yang
cukup untuk menghasilkan luka pada gigi. Trauma gigi sering disebut dengan
Traumatic Dental Injuries (TDI) (Andreasen, et al., 2007). Menurut Harty & Ogston
(2014) fraktur merupakan patahan. Fraktur gigi terbagi menjadi 2 yaitu fraktur
longitudinal dan fraktur horizontal.
Andreasen, J.O., Andreasen, f.M., dan Andersson, L. 2007. Textbook and Color
Atlas of Traumatic Injuries to the Teeth, Blackwell Munksgaard, Denmark.
H.
Walton, RE dan M. Torabinejad. Principles and Practice of Endodontics. 3rd
ed. 2002. Philadelphia:W.B.Saunders
b. Klasifikasi fraktur gigi
a. Menurut Ellis and Davey, 1970.
1) Kelas 1 merupakan fraktur sederhana pada mahkota gigi dengan melibatkan
sedikit atau tidak ada dentin. Fraktur ini akan terlihat berwarna putih dengan
tekstur kapur. Fraktur pada email dapat menyebabkan laserasi pada jaringan
lunak karena ujungnya yang tajam dan sebagian besar menimbulkan masalah
estetik.
2) Kelas 2 merupakan fraktur mahkota yang luas dengan melibatkan cukup
banyak dentin, tanpa melibatkan pulpa. Sering terjadi pada anakanak dari pada
orang dewasa. Hal ini disebabkan karena gigi anak-anak mempunyai pulpa
lebih besar dari pada dentin. Adapun gejala yang sering ditimbulkan pada
fraktur ini yaitu sensitif terhadap air atau udara dingin dan kontak langsung.
3) Kelas 3 merupakan fraktur mahkota yang luas dengan melibatkan
cukup banyak dentin dan melibatkan pulpa. Fraktur yang terpapar pada
pulpa gigi dianggap fraktur gigi yang paling serius. Dalam kasus ini
dapat menyebabkan hilangnya gigi permanen. Fraktur pada pulpa akan
terlihat berwarna warna merah muda pada bagian tengah retakan,
biasanya disertai rasa sakit kecuali suplai neurovaskular gigi telah terganggu
pada akar gigi.
4) Kelas 4 merupakan gigi yang mengalami trauma menjadi non vital dengan atau
tanpa kehilangan struktur mahkota.
5) Kelas 5 merupakan kehilangan gigi. Avulsi gigi yaitu trauma yang mengenai
gigi sehingga membuat gigi benar-benar terlepas dari soketnya.
6) Kelas 6 merupakan fraktur akar gigi dengan atau tidak melibatkan
struktur mahkota.
7) Kelas 7 merupakan perpindahan gigi tanpa fraktur mahkota atau akar
8) Kelas 8 merupakan fraktur kompleks mahkota gigi
9) Kelas 9 merupakan trauma pada gigi decidui (Wang, et al., 2011).
Wang, Ling. Lingling, Cui., Xing, Li., Yalan, T., Juntao, Bao.,., et al. 2011.
Breasfeeding and early childhood caries : a meta-analysis of observational
studies. Asia Pac J Clin Nutr ; 26(5) : 867-880
c. Klasifikasi menurut World Health Organization (WHO) dan modifikasi oleh Andreasen.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun 1978 memakai
klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan Klasifikasi Penyakit Internasional
(International Classification of Diseases), sebagai berikut:
873.60: Fraktur email. Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur
tidak menyeluruh atau retak pada email.
873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa terbukanya pulpa.
Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak terbuka.
873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa. Fraktur yang rumit yang mengenai
email dan dentin dengan disertai pulpa yang terbuka.
873.63: Fraktur akar. Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa.
Juga disebut fraktur akar horizontal.
873.64: Fraktur mahkota-akar. Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan sementum
akar. Bisa disertai atau tidak dengan terbukanya pulpa.
873.66: Luksasi. Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion), subluksasi, luksasi
lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi.
873.67: Intrusi atau ekstrusi.
873.68: Avulsi. Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari soketnya.
873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak.
Grossman LI. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa, Rafiah abiyono. Editor, Sutatmi
Suryo. Ed 11. Jakarta: EGC, 1995
Walton, Richad E. Prinsip dan praktik ilmu endodonsi. Alih bahasa, Narlan Sumawinata,
Winiati Sidharta, Bambang Nursasongko. Editor, Narlan Sumawinata. Ed 2. Jakarta: EGC,
1997
Grossman LI. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa, Rafiah abiyono. Editor, Sutatmi
Suryo. Ed 11. Jakarta: EGC, 1995
e. Klasifikasi fraktur mahkota gigi menurut World Health Organization (WHO) dengan nomor
kode yang sesuai dengan klasifikasi Penyakit Internasional (International Classification of
Diseases) tahun 1995, sebagai berikut:
(S 02.50): Infraksi enamel. Sebuah fraktur tidak utuh atau retaknya enamel tanpa
kehilangan substansi giginya.
(S 02.50): Fraktur enamel. Sebuah fraktur dengan hilangnya substansi gigi yang
mengenai enamel.
(S 02.51): Fraktur enamel-dentin. Sebuah fraktur dengan hilangnya substansi gigi yang
melibatkan enamel dan dentin tanpa terbukanya pulpa.
(S 02.52): Fraktur mahkota yang mengenai enamel dan dentin, dengan terbukanya
pulpa.
(S 02.53): Fraktur akar. Sebuah fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan pulpa.
(S 02.54): Fraktur mahkota-akar. Sebuah fraktur yang mengenai enamel, dentin, dan
sementum dengan atau tanpa terbukanya pulpa.
h. Andreasen (1981) juga mengklasifikasi trauma terhadap gigi berdasarkan gejala pada
gambaran klinis, seperti:
Perubahan warna enamel menjadi lebih putih atau kuning hingga kecokelatan.
Perubahan warna enamel yang mengalami hipoplasia, menjadi lebih putih atau
kuning hingga kecokelatan.
Dilaserasi mahkota.
Malformasi gigi.
Dilaserasi akar.
Gangguan pada erupsi.
Mathewson RJ, Primosch RE. Fundamentals of pediatric dentistry. USA: quintessenic Books, 1995: 286
Grossman LI. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa, Rafiah abiyono. Editor,
Sutatmi Suryo. Ed 11. Jakarta: EGC, 1995
Grossman LI. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa, Rafiah abiyono. Editor,
Sutatmi Suryo. Ed 11. Jakarta: EGC, 1995