BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur dentoalveolar adalah fraktur yang pada tulang alveolar dengan gigi yang
berhubungan. Traumatic dental injuri mumunya merupakan kombinasi trauma jaringan lunak
perioral, gigi, dan jaringan pendukungnya. Traumatic dental injuri dapat disebabkan oleh
benturan, aktivitas fisik, kecelakaan lalu lintas, mengigit benda keras, penggunaan gigi yang
Menurut WHO, truma dental injuri diklasifikan menjadi, kerusakan pada jaringan
keras gigi dan pulpa, kerusakan pada jaringan periodontal, kerusakan pada tulang penyokong,
dan kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut. Sedangkan klasifikasi menurut
Ellis dan Davey, trauma dental injuri diklasifikasikan menjadi beberapa kelas bergantung
Untuk dapat menangani berbagai macam keadaan trauam dental injuri, maka kita
perlu mengetahui berbagai perawatan umum , perawatan segera, perawatan fraktur akar, serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Traumatic injury adalah injury yang dapat bersifat fisik (badan) atau emosional
yang dihasilkan oleh luka luka fisik atau mental, atau shock. Traumatic dental injury atau
dental trauma merupakan injury yang terjadi pada mulut, termasuk gigi, bibir, gusi, lidah,
dan tulang rahang. Traumatic dental injury umumnya merupakan kombinasi trauma
Fraktur dentoalveolar adalah fraktur yang pada tulang alveolar dengan gigi yang
berhubungan.
energi mekanis yang cukup untuk menghasilkan suatu injuri/luka. Peristiwa TDI
terjadi karena aktivitas yang menyebabkan kejadian TDI seperti jatuh, benturan,
aktivitas fisik diwaktu senggang, kecelakaan lalu lintas, permaian yang kasar,
kekerasan, penggunaan gigi yang tidak sesuai, serta menggigit benda keras.
Terdapat TDI yang tidak disengaja, TDI yang disengaja (kekerasan pada diri
Sering terjadi pada anak dan orang tua. Seperti jatuh dari tangga, di
TDI dapat terjadi pada pasien pemakai tindikan pada lidah dan oral.
suatu gigi dan restorasi, kerusakan pulpa, gigi yang retak, dan abrasi
gigi.
mengalami TDI.
4
1) Penyiksaan fisik
sakit karena trauma fasial. Penyembuhan fraktur multipel pada gigi atau
Satu dari lima anak dan satu dari empat dewasa memiliki bukti dental
injuri pada gigi anteriornya. Bahkan pada beberapa negara, prevalensi trauma
dental lebih banyak daripada dental karies. Laki-laki lebih sering mengalami
trauma ini dua kali lebih besar dari perempuan. Insidensi puncak dari dental injuri
and Stomatology diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi
2) Fraktur yang hanya mengenai lapisan email saja atau email dan
fracture).
4) Fraktur pada mahkota gigi yang hanya mengenai email, dentin dan
fracture).
fracture).
Gambar 2.1: Diagram kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa ,
Gambar 2.3: Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa dan tulang
disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka
dilaserasi. Beberapa reaksi yang terjadi pada jaringan pulpa setelah gigi
sedikit atau tidak sama sekali bagian dentin dari mahkota (hanya mengenai
bagian enamel)
dentin yang luas, tetapi belum mengenai pulpa (hanya sampai bagian dentin)
c. Kelas III : Fraktur pada mahkota gigi dengan terbukanya dentin yang
d. Kelas IV : Trauma pada gigi yang mengakibatkan gigi menjadi non vital
ekstrusi, labial, palatal, bukal, distal, mesial, rotasi) tanpa disertai oleh
h. Kelas VIII : Trauma yang menyebabkan fraktur mahkota yang besar pada
gigi, tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar gigi tidak mengalami
perubahan.
i. Kelas IX : Semua kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi
depan.
10
Gambar 2.4 : Anatomi gigi dan klasifikasi fraktur Ellis (Sumber: Barratt, Michael
R. 2008. Principles of Clinical Medicine for Space Flight. New York :Springer)
pergeseran beberapa gigi dalam satu segmen, laserasi pada gingiva dan vermilion bibir,
serta adanya pembengkakan atau luka pada dagu. Untuk menegakkan diagnosa
Tanda-tanda klinis lainnya dari fraktur alveolar yaitu adanya luka pada gingiva
dan hematom di atasnya, serta adanya nyeri tekan pada daerah garis fraktur. Pada kasus
ini fraktur alveolar mungkin terjadi karena adanya trauma tidak langsung pada gigi atau
tulang pendukung yang dihasilkan dari pukulan atau tekanan pada dagu. Hal ini biasa
terlihat dengan adanya pembengkakan dan hematom pada dagu serta luka pada bibir.
11
2.5.1 Perdarahan
Penekanan, baik langsung dengan jari atau secara tidak langsung dengan
serius, tetapi karena diperlukan untuk tindakan bedah pada waktu selanjutnya,
maka pada sebagian besar trauma orofasial mayor harus dilakukan pemeriksaan
2.5.2 Antibiotik
Terapi ini diperuntukkan pada individu resiko tinggi, terutama untuk pasien di
kulit atau mukosa) dan kemungkinan besar terkontaminasi, atau apabila perawatan
yang mengalami cedera yang relative berat, tidak terlalu menderita seperti
narkotik mulai dapat diberikan secara oral dan sering terdapat dalam bentuk cairan.
Karena pasien biasanya tidak bisa makan secara normal, terapi pendukung
untuk pasien orofasial terdiri atas pemberian cairan yang cukup. Di rumah sakit hal
ini dilakukan dengan pemberian cairan intravena (biasanya larutan elektrolit yang
lewat mulut. Pasien diberi diet cairan, kadang ditambah dengan protein atau
pembedahan.
adanya dikontinuitas lengkung rahang dan terjadi hambatan oklusi. Juga cedera
Penatalaksanaan :
anestesi umum apabila anestesi local tidak berhasil, atau pada pasien yang
sangat takut
4) Imobilisasi segmen pada posisi sudah di reduksi degan arch bar atau splint
13
antibiotic
Jangan mencabut gigi pada segmen kecuali bila ada kemungkinan terjadi avulsi
atau aspirasi karena akan mengakibatkan hilangnya tulang dalam waktu singkat.
Dan jangan melakukan prosedur dimana harus membuka flap dan mengangkat
periosteum yang dapat mengakibatkan gangguan suplai darah yang biasanya diikuti
perawatan yang harus dilakukan untuk memperbaiki fraktur tersebut sehingga gigi bisa
Yang dimaksud dengan fraktur email disini adalah fraktur tidak mengenai
jaringan gigi yang lebih dalam (dentin maupun pulpa) namun hanya sebatas
email. Sebenarnya kasus ini memiliki prognosis yang baik. Namun tidak
diberikan antara lain dengan menghaluskan bagian email yang kasar akibat
fraktur tersebut atau dengan memperbaiki struktur gigi tersebut dengan restorasi
Fraktur ini mengenai jaringan gigi yang lebih dalam, tidak hanya sebatas
pada email namun juga sudah mengenai dentin namun pulpa masih terlindungi.
untuk mengembalikan struktur gigi atau dengan cara yang lebih konservatif lagi
yakni menempelkan kembali fragmen fraktur tersbut pada jaringan gigi setelah
Fraktur jenis ini adalah tipe fraktur yang bisa dikatakan complicated,
karena fraktur melibatkan daerah email, dentin dan juga pulpa. Perawatannya pun
agak sedikit berbeda dan tidak sesederhana dua kasus di atas. Hal lain yang harus
diperhatikan saat menangani kasus ini adalah maturasi gigi, ini penting untuk
menentukan apakah apeks gigi sudah menutup sempurna atau belum karena akan
dinding akar masih tipis, vitalitas gigi harus tetap dipertahankan demi
kelangsungan hidup gigi selanjutnya. Hal yang bisa dilakukan pada tahap ini
Gambar 2.5: Pulpotomi pada gigi dengan apeks yang masih terbuka
Namun ada jika ingin hasil restorasi yang lebih estetik dapt dilakukan
tahapan pulpotomi.
lapisan kalsium hidroksida dan menggantinya dengan material adhesif. Hal ini
jika menggunakan material ini maka tidak diperlukan pembukaan gigi kembali
setelah 6-12 bulan. Namun ada tahapan yang berbeda yakni, pengaplikasikan
MTA harus pada keadaan gigi yang lembab diletakkan sedikit demi sedikit
pada pulpa lalu biarkan mengeras selama 6-12 jam (tidak perlu ditutupi
restorasi, pada saat ini pasien diharapkan tidak menggunakan gigi tersebut).
dilakukan jika fraktur yang terjadi sudah mencapai daerah margin gingiva dan
Lain halnya jika fraktur dengan pulpa terbuka ini terjadi pada gigi
sulung. Ada dua hal yang diindikasikan yakni pencabutan dan pulpotomi.
Semua ini bergantung pada usia pasien, jika setengah bagian apeks sudah
resorpsi maka pemcabutan adalah indikasi utama namun jika akar belum
mengalami resorpsi bisa dilakukan perawatan saluran akar dengan pasta OSE
menggunakan komposit.
derah apeks, jika apeks sudah tertutup maka perawatannya sama seperti
perawatan abses alveolar akut. Namun jika apeks masih terbuka maka perawatan
radiografik.
Fraktur pada akar tidak selalu memerlukan perawatan saluran akar, hal
koronal dan distabilkan dengan splin selama kurang lebih 12 minggu. Kemudian
mahkota.
Kunjungan pertama
Kunjungan kedua
3) Jika letaknya sudah sesuai maka pada bagian pin kita beri takik kira-
5) Periksa kedudukan pin, jika sudah pas bisa dilakukan restorasi tetap.
tulang baru terbentuk di sekitar pin dan gigi akan menjadi stabil. Tahapan yang
dilakukan:
preparasi.
konvensional dan diisi gutta perca, fragmen apeks dibiarkan dan jaringan pulpa
mungkin tetap vital. Terapi lain yang mungkin diberikan adalah dengan preparasi
pada kedalaman garis fraktur di palatal. Bila pasien datang, frakmen korona
sering sangat goyang dapat tetap melekat melalui ligament periodontal. Biasanya
anestesi local perlu diberikan agar frakmen dapat dilepas dan dilakukan
pemeriksaan dari luas fraktur. Bila fraktur terletak superficial, maka perawatan
saluran akar dapat dilakukan dan dilakukan pembuatan mahkota pasak. Bila
fraktur lebih dalam, akan lebih sulit untuk mengisolasi gigi untuk perawatan
saluran akar dan ekstruksi ortodonti dari akar perlu dipertimbangkan sebelum
merestorasi dengan mahkota pasak (Heithersay). Bila fraktur sangat dalam maka
apa yang tertinggal terlalu kecil untuk mendukung restorasi bahkan setelah
dilakukan ekstruksi ortodonti; gigi seperti ini juga cenderung tanggal (Feiglin).
Gigi yang mengalami avulsi atau luksasi kedua-nya merupakan suatu masalah
gigi dan emosional. Keadaan ini biasanya dikarenakan perkelahian, olahraga, dan
kecelakaan mobil. Replantasi pada gigi avulsi memanfaatkan viabilitas sel dari pulpa
dan ligamen periodontal, yang dapat membantu melekatkan kembali dan mencegah
komplikasi post trauma pada resorpsi akar. Kesuksesan replantasi dapat dikaitkan dengan
waktu gigi berada di luar soket. Semakin cepat gigi direplantasi, semakin baik
prognosisnya. Andreasen menemukan bahwa gigi yang direplantasi kurang dari 30 menit
Waktu sangat penting pada perawatan avulsi, replantasi pada tempat injury
menggunakan saline atau susu atau menyedot atau dengan meludah pada gigi dan
21
meletakkan kembali pada soket. jika tidak bisa, ditaruh di vestibulum buka atau di bawah
lidah pasien. Efek yang sama dapat diraih dengan menggunakan susu, saline (1 sendok
teh garam ditambah dengan 8 ons air), atau dengan saliva pada handuk. Air keran tidak
dianjurkan karena hipotonik yang dapat menyebabkan sel lisis. Susu dapat
dengan sel vital, bebas bakteri, dan fungsinya bisa mendapatkan vitalitas sel ligamen
periodontal 3 jam periode postavulsi. Gigi tidak diperbolehkan kering karena dapat
menyebabkan kerusakan irreversibel pada ligamen periodontal. Medium lain yang dapat
digunakan adalah Hanks balanced salt solution (HBSS) yang dipertimbangkan sebagai
dalam sapu tangan atau tisu kering karena ligamen periodontal akan mengalami
dehidrasi.
resorpsi gigi.
pada gigi dengan pembentukan akar yang tidak sempurna jika replantasi
1) Bila gigi di dalam soketnya, lakukan ligasi, stabilisasi, dan sesuaikan oklusi
gigi yang direplantasi. Bila gigi keluar dari soketnya atau posisinya tidak baik,
2) Buat suatu radiograf untuk memeriksa posisi gigi di dalam soket dan untuk
mengetahui apakah terdapat fraktur akar atau tulang alveolar. Periksa gigi-gigi
3) Jangan mencoba melakukan perawatan endodontik pada waktu ini kecuali bila
gigi memerlukan drainase. Dalam kasus seperti itu, kamar pulpa dibuka, kamar
selama mungkin (sampai satu tahun). Restorasi ini harus protektif, rapat, dan bagus
estetik serta fungsinya. Restorasi sementara semipermanen untuk gigi posterior yang
baik adalah amalcore yang mengonlay cusp yang telah lemah, sehingga dapat
melindungi fungsi dan kerapatannya. Jika dikemudian hari harus diganti dengan
Restorasi anterior analognya biasanya lebih sukar karena adanya faktor estetik dan
adanya kesukaran dalam memperoleh mahkota yang rapat. Suatu mahkota pasak
sementara tidak menjamin adanya kerapatan yang adekuat. Lebih disukai untuk
membuat pasak dan inti segera setelah perawatan (yang menjamin adanya kerapatan
mahkota yang baik) jika gigi tersebut merupakan indikasi bagi pemasangan mahkota
sementara.
23
Ada tiga prinsip praktis agar restorasi dapat berfungsi dengan baik dan
Gambar 2.8: Fraktur gigi akibat pembuangan restorasi lama yang tidak
sempurna.
2. Retensi. Restorasi korona memperoleh retensinya dari inti dan sisa dentin
3. Proteksi sisa struktur gigi. Pada gigi posterior, hal ini diaplikasikan untuk
Dalam kasus fraktur yang tidak parah dengan tepian tajam dipinggirnya,
abrasive disc atau bur dapat digunakan untuk menghaluskan fraktur. jika
pasien menginginkan hasil yang estetis, dan pasien mampu, mahkota dapat
Fraktur mahkota yang parah merupakan kasus yang sulit untuk dihadapi
jika kurangnya kerjasama dari anak dan karena perawatan (pulpotomy) adalah
hasilnya sama baik antara pilihan yang tersedia, mendukung indikasi untuk
pendekatan konservatif untuk mengobati luka. dalam satu studi klinis, tingkat
dibiarkan tidak diobati dan akan resorbsi pada waktu yang diharapkan. ketika
diekstraksi untuk mencegah anak menghirup itu. fragmen apikal dapat dibiarkan
untuk resorpsi fisiologis. jika anak mampu mengatasi dan fragmen koronal
dapat diaplikasi ke gingiva gigi dua kali sehari selama 7 hari dapat
direkomendasikan.
2.10.5 Ekstrusi
Ekstrusi gigi primer dapat mangalami reposisi dan stabil untuk waktu
yang singkat jika anak segera diobati jika ada cedera. jika bekuan darah sudah
masuk ke dalam soket alveolar dan tidak terjadi reposisi, gigi dapat kembali
normal secara spontan atau diekstraksi tergantung pada tingkat ekstrusi dan
mobilitas.
occlusal. dalam kasus ini, setelah penggunaan anestesi lokal, gigi yang
posisinya kombinasi antara gabungan tekanan labial dan palatal. jika perlu dan
Karena open bite anterior pada anak kecil lebih sering terlukasi lateral
gigi utama tidak mengalami gangguan oklusal dapat sembuh tanpa pengobatan,
dan reposisi spontan dipengaruhi oleh kekuatan fisiologis lidah biasanya dapat
terjadi dalam waktu 3 bulan. Namun, dalam studi lanjutan, 5% dari gigi yang
Untuk mengobati lateral luxations tanpa open bite yang tidak dapat
direposisi, mengikis tepi incisal gigi atas dan bawah atau sementara
anterior.
27
2.10.7 Intrusion
ortodonti, reposisi gigi dengan tindakan bedah dan observasi gigi dengan cara
reerupsi. Sebaiknya jika gigi yang intrusi akarnya belum tumbuh sempuma,
dapat diobservasi dengan cara re-erupsi, sedangkan jika akar gigi sudah tumbuh
pilihan.
pencegahan dari cedera gigi susu berlanjut pada gigi permanen. dalam studi
eksperimen pada monyet, di mana gigi insisif primer yang sengaja menghambat
dan tingkat makroskopik cacat enamel yang hampir identik dalam dua
kelompok.
Studi klinis juga menunjukkan hanya sebagian kecil dan perbedaan yang
pertumbuhan gigi permanen ketika perawatan atau ekstraksi dari intrusi gigi
2.10.8 Avulsion
perhatian baik dan teliti mengenai perawatan dari dokter gigi. Penyebab trauma
pada gigi permanen antara lain jatuh dari sepeda, berkelahi, kecelakaan lalu
menjadi beberapa bagian, yang salah satu diantaranya adalah lepasnya seluruh
bagian gigi dari soket atau yang biasa kita sebut dengan avulsi. Keberhasi1an
perawatan dari gigi yang avulsi tergantung dari berapa lama terjadinya, tempat
kejadian, tindakan apa yang dilakukan pertama kali ketika terjadinya gigi avulsi
terhadap gigi yang mengalami avulsi ini terdiri dari replantasi, splinting serta
avulsi, pada praktikya tidak dapat direkomendasikan sampai bukti lebih lanjut
permanen. ruang yang dihasilkan dari kehilangan gigi incisal primer rahang
dan mandibula. Fraktur adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan keras
Fraktur dari processus alveolaris sering terjadi pada maksila yang tipis
dibandingkan dengan mandibula. Akan tetapi, tipe fraktur yang sering terjadi
pada maksila biasanya disebabkan oleh trauma lokal. Jika terjadi trauma
fraktur pada tulang alveolar. Fraktur pada tulang alveolar biasanya tidak
menyababkan kerusakan yang serius pada gigi, gigi diharapkan masih dapat
Etiologi
lalu lintas, dan lain-lain. Penyebab lainnya adalah akibat dari prosedur
rentan terhadap infeksi. Fraktur yang terjadi pada tulang alveolar dapat meluas
pada gigi di daerah fraktur dapat positif atau negatif. Pada fraktur tulang
alveolar, gigi dapat mengalami perubahan posisi, gigi dapat menjadi luksasi,
Gambaran radiografis
Pada fraktur tulang alveolar garis fraktur dapat terlokalisasi, dari tepi
tulang alveolar sampai apeks akar. Teknik panoramik sangat membantu dalam
menentukan bagian dan posisi garis fraktur. Garis fraktur dapat terlihat dengan
Klasifikasi
posisi
Perawatan
Perawatan medikasi
umum pasien dan dosis obat. Contoh analgesik yang bisa diberikan adalah
Acetaminophen.
penisilin diberikan dan disesuaikan dosisnya dengan umur. Pada pasien yang
31
alternatif pengganti.
Perawatan bedah
Namun pada keadaan tertentu perlu dilakukan anestesi umum yaitu apabila
anastesi lokal tidak berhasil atau pada pasien yang sangat penakut. Reposisi
splint atau arch bar. Hilangkan kontak prematur dan trauma oklusal.
Stabilisasi segmen yang fraktur tersebut selama 4 minggu. Contoh cara fiksasi
lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan 2-0 Chromic gut suture
2. Rigid : dapat digunakan pada cervical root fracture dan replantasi gigi
dibawah ini :
(2) Mudah dibuat dengan matetial yang tersedia dalam praktek dental
(7) Mudah dikembalikan dan berakibat minimal atau tidak ada kerusakan
Tipe-tipe splinting
a. Suture splint
Tipe paling simple adalah letak suture pada incisal edge dari
b. Arch bar
Beberapa decade yang lalu, rigid splinting dari gigi luxasi dianggap
perlu, dan jenis splint yang digunakan adalah arch bar atau cap splint. Splint
tidak akurat, yang dapat menekan jaringan longgar gigi terhadap dinding
periodontal karena dekatnya letak splint dan wire terhadap margin gingival.
34
c. Orthodontic appliance
wire.
d. Composite
dan mudah untuk dibuat, tetapi telah ditemukan untuk fraktur pada daerah
kasus. Terlebih lagi, karena kecocokan warna dan bonding strength pada
underlying tooth structure. Jika splint dengan material ini harus digunakan,
maka dianjurkan untuk splint pada gigi luxasi dengan hanya satu gigi yang
berdekatan.
35
e. Wire-composite
Gambar 2.13: Pemasangan Wire Composite pada gigi anterior rahang atas
menjadi rigid splint oleh perubahan dimensi dari wire atau oleh
Pada studi comparative baru pada berbagai tipe dari splint pada
Pada beberapa studi yang menggunakan fiber glass daripada wire telah
dibasahkan dengan composite resin dan tidak ada material pengisi yang
f. Resin
menggunakan tenaga pada gigi selama aplikasi dan secara estetik dan
Pada kasus kehilangan gigi atau dalam mixed dentition, dimana gigi yang
Hal ini dapat dicapai dengan metal bars, orthodontic wire, nylon line, glass
fiber, atau synthetic fiber atau tape yang terdapat di market (Kevlar,
yang dapat dipadukan dengan resin. Jika tidak tersedia, bahkan paperclip
37
material yang bersifat fleksibel dan splint diterima secara direct pada
Prefabricated splint yang terbuat dari titanium telah dilaporkan oleh von
jari dan beradaptasi pada dental arch. Karena desain rhomboid dari splint,
pada permukaan gigi. Splint ini telah ditemukan agar dapat bertoleransi
kecil pasien.
38
Tabel 2.1 Perbandingan jenis splint yang berbeda. (+) : secara kuat berhubungan, (+) : sedikit
berhubungan, dan (-) : tidak ada hubungan terhadap splint yang bersangkutan.
reposition dental
trauma
Suture splint + + - + + +
Arch bar - - - + - - -
splint
Arch bar - - - + - - -
splint with
acrylic
Flexible wire- + + + - - + +
composite
Rigid wire- + + - + - + +
composite
Composie + + - + + + +
splint
Protemp, + + + - + + +
Luxatemp
TTS splint + + + + - + +
Orthodontic + + + + - + +
splint
39
Root fracture; setengah atau sepertiga apical : 4 minggu; tipe fiksasi : rigid
BAB III
KESIMPULAN
Trauma dentoalveolar sering lebih dulu diketahui dan diatasi oleh dokter gigi.
Biasanya perawatan dasarnya dalah secara konsevatif, misalnya dengan splint, immobilisasi
gigi yang goyang dan prosesus alveolaris yang fraktur. Pencabutan dan intervensi terbuka
pemeriksaan klinis dan radiografis, dilanjutkan dengan penentuan rencana pearwatan. Pada
trauma orofasial yang tidak sederhana (komplikasi), dapat direncanakan tahapan perawaa\tan
yang meliputi the outside-inside rule. Jika kerusakan skeletal diperbaiki terlebih dahulu,
penyembuhan jaringan lunak tidak akan mudah terganggu. Setelah semua prosedur oral
selesai, dapat disiapkan untuk melakukan penutupan asepsis dari luka-luka pada wajah.
41
Daftar Pustaka
Decker: Ontario
Barratt, Michael R. 2008. Principles of Clinical Medicine for Space Flight. New York
:Springer
Pedersen, G. 1996. Buku Ajar Bedah Mulut. Alih Bahasa : Purwanto. Jakarta. EGC