Disusun oleh:
Dosen Pengampu
drg. Brigitta Natania Renata Purnomo, Sp.KG
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan mengenai klasifikasi Fraktur berdasarkan
Ellis, Ellis modif Craig, dan WHO.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan mengenai etiologi dan pencegahan
fraktur.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan mengenai tatalaksana pemeriksaan pada
kasus dental (rencana PSA gigi permanen muda; indikasi, kontraindikasi, teknik perawatan
dan material)
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan anomali (pertumbuhan) gigi pada anak
(ukuran, bentuk, jumlah, dan struktur)
Belajar Mandiri
1. Klasifikasi Fraktur
A. Klasifikasi Ellis and Davey(1)
- Kelas 1 merupakan fraktur sederhana pada mahkota gigi dengan melibatkan
sedikit atau tidak ada dentin. Fraktur ini akan terlihat berwarna putih dengan
tekstur kapur.
- Kelas 2 merupakan fraktur mahkota yang luas dengan melibatkan cukup banyak
dentin, tanpa melibatkan pulpa. Sering terjadi pada anak-anak dari pada orang
dewasa. Hal ini disebabkan karena gigi anak-anak mempunyai pulpa lebih besar
dari pada dentin.
- Kelas 3 merupakan fraktur mahkota yang luas dengan melibatkan cukup banyak
dentin dan melibatkan pulpa. Fraktur yang terpapar pada pulpa gigi dianggap
fraktur gigi yang paling serius. Dalam kasus ini dapat menyebabkan hilangnya
gigi permanen.
- Kelas 4 merupakan gigi yang mengalami trauma menjadi non vital dengan atau
tanpa kehilangan struktur mahkota.
- Kelas 5 merupakan kehilangan gigi. Avulsi gigi yaitu trauma yang mengenai
gigi sehingga membuat gigi benar-benar terlepas dari soketnya.
- Kelas 6 merupakan fraktur akar gigi dengan atau tidak melibatkan struktur
mahkota.
- Kelas 7 merupakan perpindahan gigi tanpa fraktur mahkota atau akar
- Kelas 8 merupakan fraktur kompleks mahkota gigi
- Kelas 9 merupakan trauma pada gigi decidui
PENCEGAHAN
Pencegahan trauma gigi yang tidak disengaja dilakukan dengan edukasi,perubahan
lingkungan, dan pelaksanaan. Edukasi dapat dilakukan dengan memberi informasi dan
pelatihan. Perubahan lingkungan dilakukan dengan memodifikasi lingkungan yang aman.
Sedangkan pelaksanaan dilakukan dengan membuat peraturan. Adapun tahapan
pencegahan terjadinya trauma gigi yaitu : (1)(2)
• Pencegahan primer adalah pencegahan keadaan yang dapat menimbulkan luka.
Pencegahan primer dilakukan dengan penyediaan pelindung mulut
(mouthguard) saat berolahraga dan taman bermain yang nyaman.
• Pencegahan sekunder adalah pencegahan atau meminimalisir keparahan insiden
cedera yang terjadi. Mengintervensi, mendiagnosa, dan mengobati pada gigi
yang mengalami fraktur sebagai pencegahan sekunder terhadap komplikasi
trauma.
• Pencegahan tersier adalah perawatan yang optimal dan rehabilitasi dengan
meminimalkan dampak dari cedera. Trauma gigi pada anak – anak dapat
dilakukan perawatan saat masa dewasa dengan memanfaatkan teknologi
khususnya dibidang implantologi dan teknologi porselen
3. Tatalaksana Pemeriksaan Traumatic Dental Injury pada Anak
Tatalaksana
Dilakukan pemeriksaan subektif, objektif, dan radiografis, kemudian dilakukan
Apeksifikasi, perawatan saluran akar. (3)
A. Apeksifikasi
Merupakan perawatan endodontik dengan tujuan untuk menutup foramen periapikal
dengan jaringan keras sebagai barrier pada gigi permanen muda non vital dengan
akar belum terbentuk sempurna. (3)
Tahap-tahap Apeksifikasi :
1) VISIT-1 :
- Persiapan → pemeriksaan subyjektif, objektif, informed consent
- Pembukaan cavity entrance (endo access bur)
- Eksplorasi menggunakan hand file (# 30) → awal & panjang kerja
definitif (Ro-foto)
- Preparasi biomekanik (secara minimal)
(Pertimbangkan urutan file → dinding sal.akar tipisgerakan
circumferential filling) → rotary (brushing movement)
- Irigasi dgn NaOCl → 2.5 % untuk 2/3 bagian koronal
→ 0.5 – 1% untuk 1/3 apikal
→ Selanjutnya akuades steril (bisa dengan jarum
30G)
- Irigasi dengan EDTA 17% → membuang smear layer → dikeringkan
- Aplikasi Ca(OH)2 → sampai apikal → Ro-foto
- Kontrol (1 minggu)
2) VISIT KE-2 :
- Kontrol dan pemeriksaan penderita (perubahan klinis)
- Dilakukan penggantian Ca(OH)2 pertimbangan kelarutan dan higroskopis -
- Evaluasi dengan Ro
- Tumpat dengan GIC
3) VISIT KE-3
→ Dilakukan tahapan seperti pada Visit ke-2
Catatan : - Pada kontrol terakhir → Ro (Teridentifikasi jaringan keras pada
ujung akar) - Pembuktian → dapat digunakan K-file
- Sebagai dasar Tx. RCT (3)