- Gigi yang terkena : 37% insisivus sentral atas, 18% insisivus sentral
bawah, 6 % insisivus lateral bawah, 3% insisivus lateral atas
- Injury / luka di wajah lebih sering pada anak laki-laki usia 6-12 tahun,
terjadi pada mandibula
KLASIFIKASI FARKTUR MENURUT
Ellis dan Davey
◦ Klas I : Fraktur pada mahkota gigi yang mengenai email.
◦ Klas II : Fraktur pada mahkota gigi yang melibatkan email dan
dentin.
◦ Klas III : Fraktur pada mahkota gigi yang melibatkan email,dentin &
pulpa.
◦ Klas IV : Fraktur mengakibatkan gigi non vital dg atau tanpa
kehilangan mahkota gigi
◦ Klas V : Fraktur menyebabkan gigi avulsi.
◦ Klas VI : Fraktur akar gigi dengan atau tanpa kehilangan mahkota
◦ KlasVII : Fraktur mengakibatkan gigi berubah letak.
◦ KlasVIII: Fraktur yang mengakibatkan kehilangan seluruh mahkota
gigi.
◦ Klas IX :Fraktur pada gigi sulung.
◦ Klas I ◦ Klas III
◦ Klas II
◦ Klas IV
◦ Klas VII
◦ Klas V
◦ Klas VIII
◦ Klas VI
◦ Klas IX
Modifikasi Klasifikasi menurut Mc. Donald
1. Riwayat injury
- Kapan injury terjadi ? → menentukan bila kasus avulsi akan dilakukan reimplantasi
- Dimana injury terjadi ? → apakah daerah injuri terjadi akan menyebabkan
tetanus→perlu propilaksis
- Bagaimana injury terjadi ? → untuk menentukan daerah lain yang mungkin terlibat
injury.
- Apakah ada periode ketidaksadaran → ada tanda2 gegar otak : sakit kepala,
amnesia, muntah, mual, mata tidak focus → perlu perawatan medis.
- Apakah ada gangguan pada oklusi → adakah oklusi terlibat sehingga
terjadi gangguan oklusi
- Apakah ada cedera sebelumnya pada gigi tsb ? → apakah gigi pernah
terjadi injuri sebelumnya ?
2. Medical History
- Adakah Riwayat alergi, kelainan perdarahan, dan kondisi lain yang mempengaruhi
perawatan, apakah sudah vaksin tetanus.
Pemeriksaan Obyektif
A. Extraoral
- Palpasi otot muka dan mandibula → pembengkakan jaringan lunak, memar, atau
laserasi pada wajah dan bibir ada luka krn fragmen gigi atau benda asing lainnya
B. Intra Oral
Pemeriksaan harus sistematis dan dilakukan pencatatan:
• pembengkakan, laserasi, perdarahan mukosa mulut, gingiva
• kelainan pada oklusi
• gigi yang hilang, bergeser atau bergerak, mahkota yang retak, atau
retakan pada enamel.
Pemeriksaan radiologis
◦ Dilakukan pada area gigi yang injury/cedera pada sudut yang berbeda →
- akibat pada area sekitar gigi yang terkena injury.
- fraktur gigi
- fraktur akar.
- fraktur tulang alveolar
- fragmen dari fraktur
Traumatic injury pada gigi sulung
◦ 30% pada anak prasekolah (3-5 tahun)
◦ Trauma berakibat pada benih gigi permanen :
intrusi & avulsi 52 %,
ekstrusi & sub luksasi 34%
Injury pada jaringan keras gigi dan pulpa
Perawatan Segera.
- Menenangkan pasien dan orang tua.
- Meredakan rasa nyeri.
- Perlindungan pulpa.
- Penjahitan jaringan lunak.
- Splinting.
◦ Tes Vitalitas
Dilakukan pemeriksaan jangka panjang, 1 bulan
setelah trauma dan setiap 3-6 bulan selama 2 th.
Perawatan segera pada fraktur gigi sulung
◦ Enamel infarction → tanpa perawatan
◦ Fraktur enamel → restorasi komposit, selektif
grinding
◦ Fraktur enamel & dentin →restorasi GIC atau
komposit, kasus tertentu menggunakan Ca(OH)2
◦ Fraktur enamel & dentin dengan pulpa terbuka →
pulpotomi
◦ Fraktur gigi sulung dan mengenai folikel gigi
pengganti → ekstraksi
◦ Fraktur mahkota lengkap → ekstraksi
◦ Fraktur mahkota akar (email, dentin, sementum)
dengan pulpa terlibat →ekstraksi
◦ Fraktur akar, bila mahkota terjadi perubahan
letak berat →ekstraksi
Fraktur akar :
1/3 ujung akar (apeks) → tanpa perawatan, tetap vital &
resorbsi normal
◦ Restorasi komposit
◦ Fraktur email – dentin melibatkan pulpa
Untuk mempertahankan vitalitas pulpa :
Pulp Capping (direct pulp capping) bila :
- kondisi pulpa normal
- tidak ada luksasi dengan kerusakan bagian apical
- pulpa terbuka < 1mm
- pulpa terbuka tidak lebih 12 jam
- ditunggu sp 2 bulan → tidak ada keluhan, direstorasi.
Pulpotomi :
- untuk gigi permanen mature atau immature dengan pulpa
terlihat memerah (pulpa terbuka)
- pulpa terbuka karena mengalami trauma, apeks belum
menutup sempurna.
- inflamasi pulpa bagian korona belum menyebar lebih dalam
- tidak ada untuk tumpatan sementara
◦ Obat : Ca (OH)2