Anda di halaman 1dari 27

drg. Anie Kristiani, M.

Pd

Kebanyakkan

mengenai gigi anterior Pasien dg protusi maksilaris anterior merupakan predisposisi terjadinya trauma Puncak insidensi trauma pada gigi susu adalah usia 1,5 3 tahun Subluksasi, luksasi dan avulsi gigi adalah trauma yang tersering

Pada

usia > 7 th : > 20 % wanita > 30 % pria mengalami trauma dentoalveolar Pada geligi campuran terjadi peningkatan trauma pada anak laki-laki uisa 8 -10 th Pada gigi tetap ; trauma terbanyak adalah fraktur mahkota, jarang terjadi konkusi, luksasi, subluksasi, fraktur akar, avulsi gigi dan fraktur alveolar

Retak vertikal atau horisontal atau fraktur inkomplit dari enamel tanpa kehilangan struktur gigi

a.

Dapat terbatas pada enamel atau mengenai dentin dengan atau tanpa mengenai pulpa. Dapat horisontal, vertikal otau oblik, mengenai garis sudut mesioincisal atau distoincisal.

b. Klasifikasi Ellis : Kelas I: fraktur mahkota sederhana, tidak mengenai atau sedikit mengenai dentin Kelas II: fraktur mahkota yang luas, mengenai dentin tetapi tidak mengenai pulpa gigi Kelas III: fraktur mahkota yang luas dengan mengenai pulpa gigi Kelas IV: hilangnya seluruh mahkota gigi

Fraktur horisontal atau vertikal mengenai apikal, pertengahan atau sepertiga cervikal

Trauma terhadap sebuah gigi yang menyebabkan sensitivitas gigi terhadap sentuhan atau perkusi tetapi tanpa adanya pergerakkan atau perpindahan gigi

Trauma terhadap gigi dan alveolus yang menunjangnya menyebabkan pergerakan gigi yang dapat dirasakan tanpa perpindahan yang dapat dilihat secara klinis

Perpindahan gigi pada tiap bidang, dengan disertai kerusakan tulang alveolar a. Intrusi: Impaksi gigi ke dalam kantung b. Ekstrusi: Perpindahan sebagian gigi dari kantung c. Luksasi labial: Perpindahan gigi ke arah labial/bukal

d. Luksasi lingual: Perpindahan gigi ke arah lingual/ palatinal e. Luksasi lateral: Perpindahan gigi ke arah mesial/ distal

Lepasnya gigi dari alveolus gigi

Tiap fraktur dari tulang alveolar sebagai bagian dari luksasi dan subluksasi dan avulsi gigi. Fraktur tulang alveolar segmental terjadi jika suatu segmen tulang alveolar, termasuk gigi mengalami fraktur secara bersamaan tetapi kantung alveolar tetap utuh.

A. B. C.

RIWAYAT PENYAKIT PEMERIKSAAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFIS

Misalnya ; - gangguan pembekuan darah - Penyakit jantung - Alergi - Pengobatan sekarang - Riwayat gangguan sistem kekebalan dan status imunisasi

Riwayat dental menjelaskan kejadian termasuk pertimbangan medis dan hukum trauma. Suatu pemaparan deskriptif mengenai sebab kecelakaan, lokasi geografis dan waktu terjadinya adalah penting. Jika pasien mampu, ditanya mengenai adanya luka daerah oral dan paraoral. Adanya disorientasi, amnesia, hilangnya kesadaran atau mual dan muntah dicatat.

1.

Pemeriksaan regional kepala dan leher a. Pemeriksaan neuromuskular b. Pemeriksaan kulit wajah dan leher c. Pemeriksaan tulang-tulang wajah d. Adenopati e. Pemeriksaan jaringan lunak f. Pemeriksaan lidah g. Pemeriksaan kelenjar ludah h. Pemeriksaan gusi i. Pemeriksaan gigi dan oklusi

2.

Ringkasan pemeriksaan klinis trauma dentoalveolar a. Palpasi tulang wajah b. Catat cedera jaringan lunak intraoral c. Periksa mahkota gigi d. Catat tiap perpindahan gigi e. Catat reaksi gigi terhadap perkusi dan palpasi

Diperlukan untuk mendeteksi fraktur tengkorak dan alveolar serta fragmen gigi atau benda asing lainnya dalam jaringan lunak. Foto panoramik sangat berguna untuk menilai trauma terhadap rahang atas, rahang bawah, dan kompleks dentoalveolar.

A. B. C. D. E.

Cedera konkusi dan subluksasi Fraktur mahkota Fraktur akar Luksasi dental Avulsi

Trauma terhadap gigi tetap mempunyai akibat jangka panjang dan penanganan yang tepat secara langsung mempengaruhi prognosisnya. Splinting dan stabilisasi gigi tetap yang terluksasi dan teravulsi memainkan bagian penting dan prognosis. Sekarang dianjurkan tehnik splinting.

a.

b.

c.

Pemasangan: mudah dan cepatnya pemasangan dan pelepasan splint adalah penting Stabilitas: splint tidak boleh kaku untuk membiarkan pergerakkan gigi yang fisiologis dan mencegah ankilosis. Kemampuan dibersihkan: untuk mencegah peradangan gusi dan jaringan periodontal lebih lanjut, splint harus terletak supragingiva untuk mempermudah kontrol plak dan penyembuhan periodonsium.

d. e.

Mudah dicapai: splint harus mudah dicapai dan dilihat untuk perawatan endodontik Pemeliharaan: periode stabilisasi didasarkan pada luka yang ada tetapi waktu terpendek yang diperlukan adalah paling baik dan paling disukai. Splint harus segera dilepaskan sesudah gigi cukup stabil tanpa bantuan.

a.

Composite resin splints; (1) Acid-etched design (2) Dengan atau tanpa orthodontic brackets

b.

(2) Ditahan pada tempatnya di permukaan gigi labial dengan bonded composite resin (3) Sangat fleksibel; memungkinkan fungsi periodonsium penunjang

Nylon line splints; (1) Monofilament 50 lb test line

atau kawat

c.

Suture splints:

d.

Sangat baik untuk penanganan perawatan akut dan anak yang tidak dapat dijaga Removable appliances dengan incisal stabilizing

wires:

(1) Dipasang setelah reduksi awal (2) Dalam kasus dimana stabilisasi akut sulit atau jika digunakan splint yang tidak direkomendasikan.

A. B. C. D. E. F.

Cedera konkusi dan subluksasi Fraktur mahkota Fraktur akar Luksasi Avulsi Fraktur alveolar

Anda mungkin juga menyukai