Anda di halaman 1dari 111

Ilmu kedokteran Gigi

Drg. FITRI ANGRAINI NST


Anatomi gigi
Nomenklatur gigi
(cara penulisan gigi dengan simbol)
• Gigi decidui
• Cara IDF ( INTERNATIONAL DENTAL
FEDERATION ) – 5 – 8 untuk gigi susu

• System 2 angka : – 5 = rahang atas kanan 5 6


I. Angka pertama menunjukan kuadran – 6 = rahang atas kiri 8 7
gigi – 7 = rahang bawah kiri
II. Angka kedua menunjukan elemen gigi – 8 = rahang bawah kanan
• Gigi Permanent
– 1-4 untuk gigi permanent • 55 54 53 52 51 61 62 63 64 65
– 1 = rahang atas kanan 1 2
• 85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
– 2 = rahang atas kiri 4 3
– 3 = rahang bawah kiri
• Contoh :
– 4 = rahang bawah kanan
• 43 = permanen, caninus bawah kanan
• 1817161514131211 2122232425262728
• 25 = permanen, premolar dua atas kiri
• 4847464544434241 3132333435363738
• 73 = decidui, caninus bawah kiri
• 65 = decidui, molar dua atas kiri
 Cara Zsigmondy :
 Gigi decidui :
 V IV III II I I II III IV V
 Gigi permanent :
 V IV III II I I II III IV V
 87654321 12345678
 87654321 12345678
 Contoh : c bawah kanan
Contoh : P2 atas kanan = 5 | = III |
 I 1 bawah kiri = | 1  m2 atas kiri = | V
Erupsi Gigi
 Definisi: pergerakan gigi dari dalam tulang ke arah oklusal
sampai pada posisi fungsional dalam rongga mulut
Oklusi
 Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi
pada maksila dan mandibula, yang terjadi selama
pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh
dari gigi geligi pada kedua rahang.
 Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental
system, Skeletal system dan muscular system
Istilah
Fissure : celah
Cusp : tonjolan pada permukaan oklusal dari gigi-
geligi caninus dan posterior
Mamelon : tonjolan pada insisal gigi insisivus yang baru
tumbuh
Cingulum : tonjolan kecil pada bagian 1/3 servikal dari
permukaan palatal/lingual dari suatu gigi
Ridge : tonjolan kecil dan panjang pada
permukaan suatu gigi dan dinamakan
menurut letak dan bentuknya
Pit : lekukan yang kecil seujung jarum, yang
terdapat pada permukaan oklusal gigi
molar, dimana developmental bertemu
atau saling melintang.
Karies gigi Kerusakan jaringan keras gigi
yang disebabkan oleh asam yang ada dalam
karbohidrat melalui perantara mikroorganisme
yang ada dalam saliva.
1. Komponen gigi dan saliva yang meliputi : komposisi
gigi, morphologi gigi, posisi gigi, Ph Saliva, Kuantitas
saliva, kekentalan saliva

2. Komponen mikroorganisme yang ada dalam mulut

3. Komponen makanan, yang mengandung karbohidrat

4. Komponen waktu
1. Karies berdasarkan lokasi permukaan kunyah
a. Karies oklusal
b. Karies labial
c. Karies bukal
d. Karies palatal/lingual
e. Karies aproksimal
f. Karies kombinasi (Mengenai semua permukaan)
Karies berdasarkan lokasi permukaan kunyah
2. Karies berdasarkan kedalamannya

a. Karies Superfisial karies yang hanya


mengenai email
b. Karies Media karies yang mengenai
email dan telah mencapai setengah dentin
c. Karies Profunda karies yang
mengenai lebih dari setengah dentin dan
bahkan menembus pulpa
Karies berdasarkan kedalamannya
Penambalan
kebiasaan berulang menggunakan rongga
mulut
1. Menghisap jari
2. Dot
3. Menggigit kuku
4. Menggigit bibir
5. Bernafas dengan mulut
1. maloklusi
2. Kerusakan jari
3. Iritasi pada bibr
4. Adenoid fasies
Peranan orang tua
gigi yang erupsi normalnya terhalang atau
terhambat, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan
patologis sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan
sempurna mencapai oklusi yang normal
a. Abnormal posisi gigi
b. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut
c. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
d. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi
e. Gigi desidui persistensi(tidak mau tanggal)
f. Pencabutan prematur pada gigi
g. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa disekitar gigi
h. Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang karena
inflamasi atau abses
Ekstraksi
1. PULPITIS REVERSIBEL
2. PULPITIS IRREVERSIBEL AKUT
3. PULPITIS IRREVERSIBEL
KRONIKHIPERPLASIA PULPITIS
4. GANGREN PULPA/NEKROSIS PULPA
Fisik :
1. Mekanik (trauma, iatrogenik, fraktur tulang gigi, abrasi)
2. Termal (panas)
3. Elektrik
Kimiawi :
1. Asam phospor
2. Semen salisilat
Bakteri :
1. Invasi pulpa dari caries yang dalam
2. Blood borne mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pulpa
3. Infeksi dari ligamen periodontal
PULPITIS REVERSIBEL

Peradangan pulpa awal sampai sedang akibat peradangan


Nyeri bersifat tajam, singkat, berhubungan makanan yang dingin
atau panas, dan hilang setelah rangsang dihilangkan.
 Terapi : penambalan untuk membentuk sekunder dentin
PULPITIS IRREVERSIBEL AKUT

 Radang pulpa dengan rasa nyeri yang hebat


 Nyeri tetap berlangsung meski rangsangan
dihilangkan
 Terapi : perawatan saluran akar
PULPITIS IRREVERSIBEL KRONIS

Peradangan pulpa yang berlangsung lama.


Rasa nyeri bersifat ringan, tumpul dan berlangsung interval.
Gigi yang meradang kurang sensitif terhadap panas dan
dingin.
Terapi : pulpitis ringan dilakukan pulpotomi dengan
Ca(OH)2, pulpitis yang berlangsung lama dengan pulpotomi
formokresol
HIPERPLASIA PULPITIS

 Inflamasi kronik pada pulpa dan terjadi proliferasi jaringan granulasi pada
pulpa.
 Biasanya terjadi pada desidui molar dan molar 1 permanen.
 Ada massa merah yang mudah berdarah melebar ke permukaan oklusal.
 Terapi : kuretase atau eksavasi, kemudian mencabut jaringan pulpa dengan
perawatan saluran akar diikuti perawatan gigi
GANGREN/ NEKROSIS PULPA

Kematian pulpa yang berasal dari pulpitis yang tidak diterapi


baik yang kronik maupun akut.
Dapat terjadi pada traumatik injury dimana pulpa
mengalami kerusakan
Tanda : gigi berubah warna, tidak nyeri.
Terapi : perawatan saluran akar atau ekstraksi
Karies yang disebabkan oleh penggunaan botol pada
anak.

Botol bisa berisi susu atau jus --> glukosa yang menempel
di gigi --> Bakteri akan menghasilkan asam --> merusak
email gigi.
Ringan : remineral dengan flour
Mahkota gigi : tambal
Pulpa : terapi pulpa atau ekstraksi
 Sikat gigi 2x/hari smear pea size
<2 tahun, menggunakan pasta gigi smear
2-5 tahun, pasta gigi pea size
 Setelah makan, dapat dibersihkan dengan kassa
basah
 Tidak membiarkan anak tidur dengan botol susu
di mulutnya.
Temporomandibular Joint (TMJ)
Disorders
 Berikut ini adalah perilaku atau kondisi yang dapat
menyebabkan gangguan TMJ.

1. Gigi grinding dan mengepalkan gigi (bruxism)


meningkatkan keausan pada lapisan tulang rawan sendi
rahang tersebut.
2. Kebiasaan mengunyah permen karet atau menggigit
kuku
3. Masalah gigi dan misalignment dari gigi (maloklusi).
4. Trauma pada rahang
5. Stres
6. Tugas kerja seperti memegang telepon antara kepala dan
bahu dapat menyebabkan gangguan TMJ.
Gejala Klinis:
Gangguan nyeri TMJ biasanya terjadi karena aktivitas tidak seimbang,atau
terlalu sering menggunakan otot-otot rahang. Gejala cenderung kronis,
dan pengobatan ditujukan untuk menghilangkan faktor pencetus. Banyak
gejala mungkin tidak muncul terkait dengan TMJ sendiri. Berikut ini adalah
gejala umum.
Sakit kepala:
Nyeri sering diperburuk ketika membuka dan menutup rahang. Paparan
cuaca dingin atau udara AC dapat meningkatkan kontraksi otot dan nyeri
wajah.
Sakit telinga:
Sekitar 50% pasien dengan rasa sakit gangguan sendi rahang
pemberitahuan telinga dan tidak memiliki tanda-tanda infeksi telinga. Rasa
sakit telinga biasanya digambarkan sebagai berada di depan atau di bawah
telinga.
Suara:
Grinding, suara berderak, atau popping, krepitus
Pusing:
Penyebab dari jenis pusing belum dipahami dengan baik.

Rasa penuh pada telinga:


Gejala ini biasanya disebabkan oleh estachius-tabung
disfungsi,.Diperkirakan bahwa pasien dengan gangguan
sendi rahang mempunyai aktivitas hiperspasme dari otot-
otot yang bertanggung jawab untuk mengatur
pembukaan dan penutupan tuba eustachia.

Tinnitus:
Alasannya belum diketahui
Diagnosis:
 Ada bunyi pada rahang
 Sakit saat mengunyah dan rahang sulit membuka
 Aus pada gigi dan hilangnya tonjolan pada permukaan gigi.
 Ada gangguan pada telinga

Pemeriksaan penunjang:
sinar-X dan CT Scan membantu untuk menentukan detail
tulang sendi, MRI digunakan untuk menganalisis jaringan
lunak.
 Pengobatan

1. Jaw rest
2. Panas dan terapi es: untuk membantu mengurangi ketegangan otot .
3. Obat-obatan: Obat anti inflamasi untuk mengendalikan peradangan. Relaksan
otot, seperti diazepam dapat membantu mengurangi kejang otot.
4. Terapi fisik: Secara pasif membuka dan menutup rahang, pijat, dan stimulasi
listrik membantu untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan jangkauan
gerak dan kekuatan sendi.
5. Manajemen stres
6. Terapi oklusal

7. Koreksi kelainan gigitan


8. Pembedahan: Pembedahan diindikasikan dalam situasi di mana terapi medis
telah gagal. Hal ini dilakukan sebagai upaya terakhir. TMJ Artroskopi, pengetatan
ligamen, restrukturisasi sendi, dan penggantian sendi dipertimbangkan dalam
kasus yang paling parah.
Gingivitis erupsi
 Yaitu peradangan gusi yang disebabkan adanya proses erupsi gigi pada
anak –anak.
 Ini berkaitan dengan kesulitan erupsi yang menyebabkan adanya
pengumpulan plak.
 Klinis :
- peradangan sekitar gigi yang akan erupsi
- rasa sakit
- sering terjadi pada anak 6-7 tahun.
 Penyebab :
- kesulitan erupsi gigi permanen karena posisi
- Faktor lokal
- Debris, plak
 Terapi :
Ringan : Peningkatan Oral Hygiene
Berat : Antibiotik
KELAINAN JARINGAN LUNAK
EPULIS
 Epulis adalah istilah yang nonspesifik untuk tumor dan
massa seperti tumor pada gingiva(gusi).

 Ada beberapa jenis epulis, yaitu:


1. Epulis Fissuratum
 Yaitu pertumbuhan jaringan ikat fibrosa yang berlebihan
di daerah mukosa yang berkontak dengan tepi gigi tiruan
yang biasanya terlalu cekat dan menekan mukosa.

 Sering juga disebut inflammatory fibrous hyperplasia atau


denture epulis
Penyebab
 iritasi kronik karena pemakaian gigi tiruan, di mana tepi
gigi tiruan menekan daerah gusi yang berbatasan dengan
pipi bagian dalam (alveolar vestibular mucosa).
 Penekanan tersebut menyebabkan tulang daerah
tersebut terus menerus berubah karena kehilangan
tulang, akibatnya dukungan tulang untuk basis gigi tiruan
menjadi tidak stabil.
 Hal ini lama kelamaan mengarah kepada terjadinya
penonjolan yaitu epulis fissuratum
Gejala

 Umumnya berupa lipatan hiperplastik berwarna merah muda,


keras dan fibrous. Bagian dalam dan luar dari lesi terpisah oleh
cekungan (groove) dalam yang menandakan tempat di mana
tepi gigi tiruan menekan mukosa.

 lebih sering pada bagian depan rahang (anterior).

 Ukuran lesi bervariasi.

 Terkadang iritasi dapat cukup parah sehingga menyebabkan


mukosa tampak kemerahan dan ulserasi, terutama di dasar
cekungan di mana tepi gigi tiruan berkontak dengan mukosa.
Penatalaksanaan
 Eksisi
 Gigi tiruan diperbaiki
 Meski lesi ini sangat jarang dihubungkan dengan
karsinoma sel skuamosa, namun sebagai tindakan
preventif sebaiknya dilakukan pemeriksaan mikroskopis
pada lesi yang telah dibuang tersebut.
Giant Cell Epulis
 Peripheral giant cell granuloma, giant cell reparative
granuloma, osteoclastoma and myeloid epulis
 Penyebab pastinya tidak diketahui, namun diperkirakan
sebagai respon terhadap suatu cedera.
 Selain itu, banyak kasus yang pasiennya mengekspresikan
reseptor permukaan untuk hormon estrogen, sehingga
timbul spekulasi bahwa pengaruh hormonal dapat
memainkan peranan terhadap perkembangan lesi ini.
 Paling banyak umur 40-60 tahun, dan terutama pada
wanita.
Gejala
 Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di
antara dua gigi, kaya vaskularisasi sehingga mudah
berdarah dengan sentuhan dan umumnya berwarna
merah keunguan.
 Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya
berukuran kurang dari 2 cm namunada kasus yang
ukurannya diameter melebihi 4 cm.
 Lesi ini dapat tumbuh menjadi massa yang bentuknya
tidak beraturan yang dapat menjadi ulserasi dan mudah
berdarah.

 Pada beberapa kasus giant cell epulis dapat menginvasi


tulang di bawahnya sehingga pada gambaran radiografis
akan terlihat erosi tulang.
Penatalaksanaan
 Melibatkan bedah eksisi dan kuretase tulang yang
terlibat.
 Gigi yang berdekatan dengan epulis juga perlu dicabut
bila sudah tidak dapat dipertahankan, atau dilakukan
pembersihan karang gigi (scaling) dan penghalusan
akar (root planing).
 Dilaporkan angka rekurensi sebesar 10 % sehingga
diperlukan tindakan eksisi kembali.
Epulis Kongenital
 Penyebab : belum pasti namun para ilmuwan meyakini bahwa
epulis ini berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang asalnya
dari neural crest.

 Epulis tipe ini adalah kondisi kongenital yang sangat jarang


ditemui, dan terjadi pada bayi saat kelahiran.

 Dari penelitian didapati bahwa epulis kongenital lebih


banyak dijumpai pada bayi perempuan daripada laki-laki
dengan rasio 8:1, dan paling banyak terjadi pada maksila
(rahang atas) dibandingkan mandibula (rahang bawah).
Gejala
 Pada bayi yang baru lahir  massa pada mulutnya,
biasanya pada tulang rahang atas bagian anterior
(depan).
 Dari 10% kasus yang dilaporkan  lesi multipel namun
dapat juga berupa lesi tunggal. Ukuran 0.5cm - 2 cm
namun ada kasus di mana ukuran epulis mencapai 9 cm.
 Lesi ini lunak,bertangkai dan terkadang berupa lobus-
lobus dari mukosa alveolar.
 Bila epulis terlalu besar, dapat mengganggu saluran
pernafasan dan menyulitkan bayi saat menyusu.
Tata laksana
 Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan
sendirinya dan menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8
bulan.
 Lesi yang lebih besar dapat mengganggu pernafasan dan/atau
menyusui sehingga perlu dilakukan pembedahan dengan
anestesi total.
 Dilaporkan keberhasilan penggunaan laser karbondioksida
untuk mengoperasi lesi epulis yang besar.
 Dari kasus-kasus yang ada,kejadian ini tampaknya tidak
mengganggu proses pertumbuhan gigi.
 Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular
cell tumor yang terjadi padaorang dewasa.

 Perbedaannya : pada epulis kongenital tidak rekuren dan


tampaknya tidak berpotensi ke arah keganasan.

 Kelainan ini dapat ditemui secara dini saat sang ibu


memeriksakan kandungan melalui alat sonography
namun diagnosa yang pasti belum dapat ditegakkan.
Epulis Gravidarum (Tumor
Kehamilan)
 Epulis gravidarum adalah granuloma pyogenik yang
berkembang pada gusi selama kehamilan.
 Tumor ini adalah lesi proliferatif jinak pada jaringan lunak
mulut dengan angka kejadian berkisar dari 0.2 hingga 5 %
dari ibu hamil.
 Epulis tipe ini berkembang dengan cepat, dan ada
kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya.
 Tumor kehamilan ini biasanya muncul pada trimester
pertama kehamilan namun ada juga pada trimester kedua
kehamilannya.
 Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan
hormon estrogen dan progestin pada saat kehamilan.
 Penyebab dari tumor kehamilan hingga saat ini masih
belum dipastikan,namun diduga kuat berhubungan erat
dengan perubahan hormonal yang terjadi pada saat
wanita hamil.
 Faktor lain yang memberatkan keadaan ini adalah
kebersihan mulut ibu hamil yang buruk.
Gejala
 Tonjolan pada gusi dengan warna yang bervariasi mulai
dari merah muda, merah tua hingga papula yang
berwarna keunguan, paling sering dijumpai pada rahang
atas.
 Umumnya tidak sakit, namun sangat mudah berdarah
saat pengunyahan atau penyikatan gigi.
 Ukuran diameter tidak lebih dari 2 cm, namun pada
beberapa kasus dilaporkan ukuran lesi yang jauh lebih
besar sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.
Tata laksana
 Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan
sendirinya segera setelah ibu melahirkan bayinya,
sehingga perawatan yang berkaitan dengan lesi ini
sebaiknya ditunda hingga setelah kelahiran kecuali bila
ada rasa sakit dan perdarahan terus terjadis ehingga
mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan rutinitas
sehari-hari.
 Namun pada kasus-kasus dimana epulis tetap bertahan
setelah bayi lahir, diperlukan biopsi untuk pemeriksaan
lesi secara histologis.
 Rekurensi yang terjadi secara spontan dilaporkan pada 75
% kasus, setelah 1 - 4 bulan setelah melahirkan.
 Bila massa tonjolan berukuran besar dan mengganggu
pengunyahan dan bicara : bedah eksisi yang konservatif.
Namun terkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat
dengan laser karena memberi keuntungan yaitu sedikit
perdarahan.
Papiloma
 Papiloma adalah neoplasma epitel jinak yang tersusun
atas epitel skuamosa.
 Penyebabnya tidak diketahui, tapi banyak yang
berpendapat karena virus.
 Bisa terjadi dalam bentuk lesi tunggal ataupun multipel,
sessile, warty lesions, jarang yang berukuran lebih dari
beberapa milimeter.
 DD: veruka vulgaris, polip fibroepitel dan kondiloma
akuminata.
 Histologi: gambaran seperti jari epitel skuamosa di atas
lapisan mukosa. Banyak juga terjadi hiperkeratosis.
 Tatalaksana: eksisi
 Rekurensi : jarang
ULKUS
 Ulkus adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan
mukosa yang memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis
jaringan yang sedikit demi sedikit.

 Jenis ulkus pada mulut:


 Stomatitis aphtosa
 Ulkus TBC
 Ulkus syphillis
 Ulkus traumatik
 Ulkus dekubitalis
Stomatitis Aphtosa
 Ulkus yang sering pada mulut
 Biasanya berulang dan nyeri
 Ada 3 tipe: minor,mayor, herpetiform
Stomatitis Aphtosa
Minor:
 < 0,5 cm
 Dangkal
 Sembuh 7-14 hari
 Tanpa jaringan parut

Mayor:
 >0,5cm
 Lesi lebih dalam
 Sembuh 4-6 minggu
 Dapat meninggalkan jaringan parut

Herpetiform:
 0,5-3mm
 Multipel
 Dangkal
 Sembuh 7-14 hari, tanpa jaringan parut kecuali jika ada penggabungan
Stomatitis Aphtosa
Ulkus TBC
 Gambaran klinis:
 ulkus yang irregular, tepi yang tidak teratur
 sedikit indurasi
 dasar lesi berwarna kuning
 disekeliling ulkus juga dijumpai satu atau beberapa nodul kecil
 nyeri dan tidak sembuh-sembuh

Pengobatan:
 Pemeliharaan oral hygiene
 Cegah perkembangan lesi
Ulkus syphilis
 Penyebab: Treponema Pallidum
 Pengobatan : Penicilin G
 Terdiri atas 3 stadium: primer (chancre), sekunder (skin
eruption, mucous patches, condylomalatum), tersier.
Ulkus syphilis
Ulkus Traumatik
Gambaran klinis:
 Lesi dangkal, tidak teratur
 Membran putih-kekuningan
 Ada area inflamasi
 Sakit sedang sampai berat
 Ada riwayat traumatik

Pengobatan:
 Simptomatik: analgetik topikal + covering agent
 Antibiotik infeksi sekunder
Ulkus Traumatik
Ulkus dekubitus
 Penyebab : iritasi kronik
 Gambaran klinis: lesi cekung, dasar putih abu-abu, ada
penyebab berhadapan dengan lesi, bentuk=penyebab,
sakit tidak menonjol kecuali infeksi.
 Pengobatan: hilangkan penyebab, bila terinfeksi beri
antibiotik dan analgetik.
Ulkus dekubitus
Mucocele

 Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan


oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin
ke jaringan lunak di sekitarnya.
 Mucocele (kista retensi) paling sering terjadi pada bibir
bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat terjadi juga
di mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut.
 Mucocele jarang terjadi pada bibir atas, palatum (langit-
langit) lunak.
Penyebab
 Umumnya karena trauma lokal, misalnya bibir yang sering tergigit
pada saat sedang makan.
 Atau dapat juga disebabkan karena adanya penyumbatan pada
duktus (saluran) kelenjar liur minor.

Gambaran Klinis
 Pembengkakan yang berbentuk kubah, dengan diameter 1-2 mm
hingga lebih. Mucocele paling sering terjadi pada anak-anak dan
orang dewasa muda, namun dapat terjadi di segala usia termasuk
bayi yang baru lahir dan orang lansia.
 Permukaan mukosa dapat terlihat kebiruan dan translusen.
 Ciri khas lesi ini adalah fluctuant, namun pada beberapa kasus
mucocele dapat terasa keras saat dipalpasi.
 Mucocele dapat hilang timbul, yang kadang-kadang pecah sehingga
cairannya keluar.
 Biasanya mucocele tidak disertai rasa sakit.
Tata laksana

 Mucocele adalah lesi yang tidak berumur panjang, bervariasi


dari beberapa hari hingga beberapa minggu, dan dapat hilang
dengan sendirinya.
 Namun banyak juga lesi yang sifatnya kronik dan
membutuhkan pembedahan eksisi.
 Pada saat dieksisi, dokter gigi sebaiknya mengangkat semua
kelenjar liur minor yang berdekatan, dan dilakukan
pemeriksaan mikroskopis untuk menegaskan diagnosa dan
menentukan apakah ada kemungkinan tumor kelenjar liur.
 Selain dengan pembedahan, mucocele juga dapat diangkat
dengan laser.
Mucocele
Apa itu karies dentis??
 Karies gigi adalah penyakit infeksi dan
merupakan suatu proses demineralisasi
yang progresif pada jaringan keras
permukaan mahkota dan akar gigi yang
dapat dicegah.
 Risiko karies adalah kemungkinan
berkembangnya karies pada individu.
 Risiko karies bervariasi pada setiap individu
tergantung pada keseimbangan faktor
pencetus dan penghambat terjadinya karies.
 Risiko karies dibagi
- tinggi
- Sedang
- rendah.
 Pembagian risiko karies ini berdasarkan:
- pengalaman karies terdahulu
- penemuan di klinik
- kebiasaan diet
- Riwayat sosial
- penggunaan fluor
- kontrol plak
- saliva
- Riwayat kesehatan umum anak.
kebersihan mulut

diet dan konsumsi gula

kunjungan berkala ke dokter gigi


kebersihan mulut

-Penyikatan gigi anaksejak erupsi gigi pertama anak


-Metode penyikatan gigi  membersihkan keseluruhan
giginya
-Anak sebaiknya tiga kali sehari menyikat gigi segera
sesudah makan dan sebelum tidur malam

Pemakaian benang gigi 12 tahun ke ataspenyakit


periodontal meningkat pada umur ini, flossing juga sulit
dilakukan dan memerlukan latihan yang lama sebelum
benar-benar menguasainya.

Profesional profilaksis (skeling, aplikasi fluor) dilakukan oleh dokter


gigi
diet dan konsumsi gula

pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi


asupan gula yang tinggi

-Memakan makanan yang cukup jumlah protein dan


fosfat yang dapat menambah sifat basa dari saliva,
memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan
yang berserat dan berair .
-membatasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari
serta menekan keinginan untuk makan di antara jam
makan.

Xylitol dan sorbitol mempunyai efek menstimulasi


daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S. Mutans.
Xylitol dan sorbitol dapat dijumpai dalam bentuk tablet, pastiles,
permen karet, minuman ringan, farmasi dan lain-lain.
Permukaan gigi belakang
yang kita pakai untuk
mengunyah tidak rata dan
datar, memiliki ceruk-ceruk
yang sempit dan dalam pit
dan fissure.
Di dalam pit dan fissure
inilah sisa-sisa makanan
terjebak dan sangat sulit
dibersihkan oleh sikat gigi,
bahkan yang memiliki bulu
sikat paling halus
sekalipun KARIES
- menutup bagian tersebut dengan suatu bahan adhesive
yang dapat mengalir dengan baik ke dalam pit dan
fissure.
- sesegera mungkin setelah gigi molar (geraham) pertama
baru tumbuh/erupsi, yaitu saat anak berusia ± 6 tahun &
pada saat gigi molar kedua baru erupsi, yaitu saat anak
berusia ± 12 tahun.
Bahan yang digunakan adalah bahan adhesive berbahan
dasar resin yang dioleskan ke permukaan gigi yang telah
dibersihkan, lalu dikeraskan dengan bantuan sinar
(visible light curing unit). Bahan sealant ini terus
menerus dikembangkan, dan yang kini lazim digunakan
adalah resin komposit flowable yang dapat mengalir
dengan baik dan dengan mudah menutupi bagian-bagian
pit dan fissure.
Fluor Menghambat metabolisme bakteri plak yang
dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan
hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit
enamel lebih tahan terhadap asam sehingga dapat
menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi yang merangsang perbaikan dan
penghentian lesi karies
-fluoridasi air minum Konsentrasi
optimum fluorida yang dianjurkan dalam air
minum adalah 0,7–1,2 ppmpemberian
tablet fluor
-pasta gigi dan obat kumur mengandung fluor
: Penyikatan gigi dua kali sehari
: berkumur dengan 0,2% NaF/minggu dan 0,05%
NaF/ hari *tidak disarankan untuk anak berumur
di bawah 6 tahun.*
topikal varnis 1 x dalam 4/6 bulanDuraphat
(colgate oral care)
Klorheksiden merupakan
antimikroba yang digunakan
sebagai obat kumur, pasta gigi,
permen karet, varnis dan dalam
bentuk gel.
 Gigi natal adalah gigi yang
sudah tumbuh sejak bayi lahir.
 gigi neonatal adalah gigi yang
tumbuh dalam 30 hari
pertama sejak bayi lahir. Gigi-
gigi tersebut biasanya adalah
gigi susu yang tumbuh lebih
cepat dari waktunya.
 Kasus natal teeth sebenarnya jarang terjadi dan
biasanya merupakan kelainan yang tidak
berkaitan dengan penyakit lain. Tapi kelainan ini
juga bisa merupakan bagian dari sindroma
tertentu, yaitu penyakit yang memiliki berbagai
macam gejala.
 Terlihat gigi yang sudah tumbuh sejak bayi lahir. Gigi natal
biasanya tumbuh pada rahang bawah depan, yaitu di
tempat gigi seri rahang bawah akan tumbuh. Biasanya gigi
tersebut goyang karena akarnya belum terbentuk dengan
sempurna dan hanya berpegang pada tepi gusi. Karena
posisinya, gigi natal dapat menyebabkan masalah dalam
pemberian ASI karena gigi ini dapat menyebabkan luka
pada ibu saat menyusui dan juga luka pada lidah bayi.
Selain itu juga terdapat resiko bagi gigi ini tertelan dan
menyebabkan gangguan pernafasan.
 pencabutan gigi natal tersebut, mengingat
resiko dapat tertelannya gigi tersebut
sehingga menyebabkan gangguan pernafasan
bayi. Segera lakukan konsultasi dengan dokter
gigi Anda bila bayi Anda memiliki kelainan ini.
 Teething adalah Tumbuh gigi mengacu pada proses gigi
baru naik melalui gusi.

Tumbuh gigi pada bayi dapat mulai usia 2 bulan,


meskipun gigi pertama biasanya tidak muncul sampai
sekitar usia 6 bulan.
peningkatan drooling, Gelisah atau menurun tidur
karena ketidaknyamanan gusi, Penolakan makanan
karena rasa sakit pada daerah gusi, rewel, Membawa
tangan ke mulut, Ruam ringan di sekitar mulut karena
iritasi kulit sekunder untuk berlebihan drooling,
Menggosok pipi atau wilayah telinga akibat nyeri alih
Selama erupsi molar
 menggosok gusi secara lembut dengan jari bersih atau
anak menggigit kain lap yang bersih.
 Jika rasa sakit tampaknya akan menyebabkan masalah
makan, kadang-kadang penggunaan cangkir dapat
mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan
menyusui.
 Benda dingin dapat membantu mengurangi inflamasi
juga.
 Penggunaan obat nyeri: ibuprofen (hati2 pd bayi < 6 bln)
INFEKSI ODONTOGENIK
 Infeksi odontogenik adalah: infeksi yang bersumber
dari gigi dan jaringan pendukung gigi yang dapat
menyebar ke spasium-spasium di daerah kepala dan
leher dan dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut

 Spasium adalah: suatu area yang tersusun atas lapisan-


lapisan berupa jaringan ikat yang membungkus otot-
otot dan berpotensi untuk terserang infeksi serta
dapat ditembus oleh eksudat purulen
SPASIUM FASIALIS
 SPASIUM FASIAL PRIMER
a. Spasium maksila primer : spasium caninus, spasium
bukalis, spasium infratemporalis
b. Spasium mandibula primer : spasium submental,
spasium sublingual, spasium submandibula

 SPASIUM FASIAL SEKUNDER


Spasium masetter, spasium pterigomandibula,
spasium temporal
 SPASIUM FASIAL SERVIKAL
Spasium faringeal lateral, spasium retrofaringeal,
spasium prevertebra
PHLEGMON
Nama lain : Ludwig Angina
Tanda-tanda spesifik :
a. Mengenai 3 spasium mandibula primer dan bilateral
b. Fluktuasi negatif, terdapat indurasi( keras seperti
papan)
c. Pasien susah menelan, susah membuka mulut, lidah
terdorong keatas dan kebelakang, air liur menetes
INFEKSI ODONTOGENIK LAINNYA?

OSTEOMIELITIS?
SINUSITIS MAXILLARIS?

Anda mungkin juga menyukai