Dentoalveolar
Instruktur:
Achmad Harijadi, drg., MS., Sp.BMM(K)
DEFINISI
Tulang Alveolar
EKSTRA ORAL
➢ FISIK
Dapat ditemukan asimetri wajah
Keadaan umum diperiksa sehubungan dg
berupa bengkak bibir, hematoma,
kesadaran pasien
abrasi, laserasi
Jika disertai cedera kepala/ leher dan bagian
tubuh lain → gangguan pernafasan, sirkulasi,
persarafan → kesadaran pasien dapat terganggu
MACAM PEMERIKSAAN
2. OBJEKTIF
INTRA ORAL
● Evaluasi kondisi rongga mulut → jaringan keras & jaringan lunak
● Dilakukan pemeriksaan:
1. Tes mobilisasi gigi (kegoyangan gigi)
2. Reaksi pada perkusi
3. Tes vitalitas pulpa
4. Warna gigi
● Adanya benda asing (gumpalang darah, kotoran yang masih menempel,
fragmen gigi, tanah/ pasir) → harus dibersihkan dengan H2O2 3%, larutan
saline, dan air hangat
MACAM PEMERIKSAAN
3. PENUNJANG
RADIOGRAFI Proyeksi :
▶ Lateral oblique
Dapat Dilihat : ▶ Oklusal rahang bawah
• Ada / tidaknya fraktur akar ▶ TMJ
• Tingkat ekstrusi atau intrusi ▶ Panoramic
• Ukuran ruang pulpa ▶ P.A. Skull foto
• Ada atau tidaknya kelainan periodontal
• Ada atau tidaknya fraktur rahang
• Fragmen gigi / benda asing yang masuk ke
jaringan lunak
Gejala Klinis
Ada Trauma Fungsiolaesa
Fraktur Melibatkan
Fraktur Dental Jaringan Lunak
1.
●
Fraktur dental
Fraktur dental adalah suatu kondisi hilangnya atau lepasnya fragmen
dari gigi utuh yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan.
● Perawatan :
Hampir tidak memerlukan perawatan. Dapat
dilakukan juga sealing dg bahan restoratif untuk
mencegah stain.
b. Uncomplicated crown fracture
● Fraktur mahkota pada enamel dan dentin, tanpa
tereksposnya akar (Pulpa tidak terbuka).
● Perawatan :
1. Jika hanya melibatkan enamel → haluskan bagian yang
tajam dan recontouring dengan komposit.
2. Bila telah melibatkan dentin → proteksi tubuli dentin
dengan bahan sealer (dental bonding agent) dan tumpat
dengan komposit. Lakukan tes vitalitas pulpa secara
periodik.
c. Complicated crown fracture
● Fraktur mahkota yang menimbulkan terbukanya ruang
pulpa.
● Perawatan :
1. proteksi dengan CaOH pada pulpa terbuka, tutup dengan GIC
diikuti dengan dentin bonding agent dan komposit.
2. Fraktur yang luas → ekstirpasi pulpa & root canal treat-ment
sebelum restorasi.
3. Fraktur kecil
→ direct pulp capping jika <24 jam
→ Pulpotomi jika >24 jam
D. Uncomplicated crown root fracture
• Fraktur meliputi enamel, dentin, dan sementum
tanpa pulpa yang terbuka
E. Complicated crown root fracture
● Fraktur meliputi enamel, dentin, dan sementum
dengan pulpa yang terbuka.
● Perawatan:
1. Ekstraksi bila fraktur longitudinal mengikuti
sumbu panjang gigi atau bila fragmen melebihi 1/3
akar.
2. Gigi dapat direstorasi baik bila garis fraktur di
atas batas servikal dengan crown lengthening.
F. Root Fracture
● Fraktur akar yang melibatkan dentin, sementum &
menimbulkan terjadinya terbukanya pulpa
● Dapat disubklasifikasikan lagi menjadi apikal, tengah,
dan sepertiga koronal.
● Perawatan:
1. Jika tdk ada displacement → endodontik
2. Jika ada displacement→ aposisi segmen fraktur
dengan splinting selama 12 minggu.
1. Fraktur dental
ELLIS CLASSIFICATIONS
I : Fraktur mengenai enamel
II : Fraktur enamel-dentin
III : Fraktur melibatkan pulpa
IV : Fraktur melibatkan akar
2. Fraktur dental yang melibatkan jaringan
periodontal
a. Concussion
b. Luxation
➢Subluxation
➢Extrusive Luxation
➢Intrusive Luxation
➢Lateral Luxation
c. Avulsion
2. Fraktur dental yang melibatkan jaringan periodontal
A. CONCUSSION
Trauma yang terjadi pada jaringan periodontal dan
dapat disertai dengan adanya kegoyangan atau
displacement gigi minimal.
Perkusi : Nyeri
Perawatan:
1. Apabila terdapat keluhan tidak nyaman pada pasien → occlusal
adjustment.
2. Apabila terjadi kegoyangan yang cukup parah → reposisi
kemudian splinting pada gigi yang terlibat
2. Fraktur dental yang melibatkan jaringan periodontal
B. LUXATION
Perawatan.
1. Dapat dilakukan upaya re-erupsikan gigi dengan
tarikan langsung apabila luksasi intrusif dangkal dan
orthodontic extrusion bila luksasi intrusif dalam
2. Apabila terjadi nekrosis pulpa dapat dilakukan
perawatan endodontik.
3. Apabila terjadi saat apeks sudah terbentuk dan
tertutup sempurna dapat dilakukan splinting.
2. Fraktur dental yang melibatkan jaringan periodontal
B. LUXATION
4. LATERAL LUXATION
Laceration Contusio
Laserasi: suatu • Kontusio luka memar yang
luka terbuka
biasanya disebabkan oleh
pada jaringan
pukulan benda tumpul dan
lunak yang
menyebabkan terjadinya
disebabkan oleh
perdarahan pada daerah
benda tajam
submukosa tanpa disertai
sobeknya daerah mukosa.
2. Fraktur Tulang Alveolar
Hilang atau terputusnya kontinuitas
tulang alveolar baik pada maksila
maupun mandibula.
Fraktur pada prossesus alveolaris
sering terjadi bersamaan dengan
trauma pada gigi.
Sering terjadi pada daerah insisif
dan premolar.
2. Fraktur Tulang Alveolar
➢ Ciri fraktur tulang alveolar :
• Terdapat laserasi pada jaringan lunak disekitar daerah trauma
• Terdapat perubahan oklusi gigi
• Hematoma pada vestibulum bukal
• Ketika gigi pada bagian tulang alveolar yang mengalami fraktur digerakkan, gigi sebelahnya
ikut bergerak
• Palpasi : menunjukkan adanya step pada kontur tulang
• Pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya garis fraktur (garis radiolusen) melibatkan
periodontal space tetapi meluas ke tulang alveolar disekitarnya.
➢ Pada fraktur yang melibatkan tulang alveolar, perlu dilakukan reposisi dan stabilisasi daerah
fraktur. Fiksasi dapat menggunakan archbar ataupun splint. Fiksasi harus dipertahankan selama
4-6 minggu.
Direct interdental wiring
Keuntungan Macam
◼ Sederhana, cepat memobilisasi
◼ Multiple loop wiring
mandibula
◼ Teknik mudah ◼ Erich arch bar
◼ mudah didapat, biaya murah, mudah ◼ Ivy loop
adaptasi dan aplikasinya
Kerugian ◼ Essig wiring
◼ Cenderung longgar dan cepat putus -> ◼ Gilmer wiring
ganti
◼ sering merusak struktur periodonsium ◼ Risdon wiring
gigi
MULTIPLE LOOP WIRING
IVY LOOP WIRING
ESSIG WIRING
ARCH BAR
Keuntungan
◼ Mudah didapat
◼ Biaya minimal
◼ Mudah adaptasi dan aplikasinya
Kerugian
◼ Dapat digunakan fiksasi
interdental maupun intermaksiler ◼ Tidak dapat digunakan pada
jumlah gigi sedikit
SPLINT RESIN
stabilisasi bersifat tidak
ETSA ASAM rigid sampai rigid
bergantung pada
diameter wire dan
Kelebihan banyaknya komposit
yang digunakan.
◼ tidak membahayakan mukosa
oral
◼ mudah untuk dibersihkan. ◼ Bersifat rigid untuk kasus fraktur
Kekurangan prosessus alveolar, fraktur
infraalveolar di bagian servikal
◼ adanya tahapan etsa sebelum ◼ Bersifat semirigid untuk kasus fraktur
restorasi komposit yang dapat 2/3 akar
merusak komponen enamel gigi.
BONE HEALING
Proses Penyembuhan Primer
◼ Internal Remodelling
◼ Tidak ada hubungan dengan pembentukan Kalus
2. Contact Healing
◼ Tidak ada invasi pembuluh darah
◼ Terjadi aktivitas dari osteoklas pada bagian fraktur, membentuk cutting cones pada
kedua fragmen tulang yang fraktur, yang menyediakan tempat untuk pertumbuhan
dan proliferasi osteoblas guna membentuk tulang baru.
Proses Penyembuhan Sekunder
Weinmann dan Sicher
◼ Tahap pembentukan darah
◼ Tahap organisasi bekuan darah
◼ Pembentukan fibrous callus
◼ Pembentukan callus primer
◼ Pembentukan secondary bony callus,
◼ Rekonstruksi fungsional pada fraktur tulang.
Calus Primer Calus Sekunder
◼ Anchoring callus ◼ Struktur tulang dewasa
◼ Sealing callus ◼ Menggantikan tulang muda
◼ Bridging callus ◼ Mengandung lebih banyak kalsium
◼ Uniting callus ◼ Dapat terlihat pada rontgenogram.
1. Fase inflamasi 2. Soft Callus 3. Hard Callus (3-4 4. Remodelling:
(1-7 hari): (3 minggu): bulan): -woven bone
-hematoma dan -terbentuk -mineralisasi menjadi
eksudat inflamasi kartilago dan hyalin kartilago lamellar bone
-koagulasi & dasar tulang dari -Pembentukan -terbentuk
jaringan fibrin fibroblast, osteoblas dari sel medullary canal
-resorpsi debris & osteoblast, OPG dan bone
jaringan nekrotik chondroblast matrix
-aktivasi sel OPG
DAFTAR PUSTAKA
• Andersson, L., Kahnberg, K. E., & Pogrel, M. A. (Eds.). (2012). Oral and
maxillofacial surgery. John Wiley & Sons.
• Miloro, M., Ghali, G. E., Larsen, P., & Waite, P. (2004). Peterson's
principles of oral and maxillofacial surgery (Vol. 1). PMPH-USA.
• Freny, R. K., & Jaypee, B. (2006). Textbook of Dental and Maxillofacial
Radiology.
TERIMA
KASIH