1. Submucosal injection
Jarum diinsersikan dan cairan anestesi dideponir ke dalam jaringan di bawah mukosa
sehingga larutan anestesi mengadakan difusi pada tempat tersebut.
2. Paraperiosteal injection
Jarum diinsersikan sampai mendekati atau menyentuh periosteum, dan setelah
diinjeksikan larutan anestesi mengadakan difusi menembus periosteum dan porositas
tulang alveolar.
3. Intraosseous injection
Injeksi dilakukan ke dalam struktur tulang, setelah terlebih dahulu dibuat suatu jalan
masuk dengan bantuan bur.
4. Interseptal injection
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik intraosseous, dimana jarum disuntikkan ke
dalam tulang alveolar bagian interseptal diantara kedua gigi yang akan dianestesi. Teknik
ini biasanya dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan injeksi intraosseous.
5. Intraperiodontal injection
Jarum diinjeksikan langsung pada periodontal membran dari akar gigi yang
bersangkutan.
6. Pappilary Injection
Teknik ini sebenarnya termasuk teknik submukosa yang dilakukan pada papila
interdental yang melekat dengan periosteum. Teknik ini diindikasikan terutama pada
gingivectomy, yang memerlukan baik efek anestesi maupun efek hemostatis dari obat
anestesi.
Anestesi lokal pada rahang atas dapat dilakukan dengan beberapa teknik injeksi
diantaranya :
1. Lokal infiltration (submucous injection)
2. Field block (araperiosteal injection)
3. Anterior superior alveolar nerve block (paraperiosteal injection)
4. Middle superior alveolar nerve block (paraperiosteal injection)
5. Posterior superior alveolar nerve block
6. Infra orbital nerve block
7. Nasopalatine nerve block
8. Anterior palatine nerve block
Instrumen Untuk Anastesi Lokal
A. Syringe Anastesi (Syringe, Cartridge)
Syringe obat bius (gambar 1-15) dirancang untuk mendukung dan mengusir solusi
anestesi dari tabung kaca komersial yang disusun disebut carpuletm. (nama merek
dagang, carpule). Jarum cartridge yang tersedia untuk anestesi lokal memiliki cincin yang
menangani ibu jari pada akhir luar dan tombak pada akhir cartridge dari plunger. Seruit
ini dirancang untuk melibatkan plunger karet penyumbat cartridge. Cincin-ibu jari
digunakan untuk menarik kembali plunger serta menentukan apakah jarum telah
menembus pembuluh darah. Prosedur ini disebut "aspirating" dan syringenya adalah
syringe aspirating.
3.2 EKSODONSIA
3.2.1 Tehnik Pencabutan
Pada dasarnya hanya ada 2 metode pencabutan . Metode pertama yang cukup memadai
dalam sebagian besar kasus biasanya disebut “forceps extraction” (pencabutan dengan
tang) dan terdiri dari pencabutan gigi atau akar dengan menggunakan tang atau bein atau
kedua-duanya. Blade instrument-instrumen ini ditekan masuk ke dalam membrane
periodontal antara akar gigi dan dinding tulang soket. Metode ini biasa disebut sebagai
pencabutan “intraalveolar”
Metode pencabutan yang lain adalah memisahkan gigi atu akar dari perlekatannya
dengan tulang. Pemisahan ini dilakukan dengan mengambil sebagian tulang penyanngga
akar gigi itu yang mana kemudian dikeluarkan dengan bein dan/tang. Teknik ini lazimnya
disebut “surgical method” (metode pembedahan), tetapi karena semua pencabutan yang
dilakukan merupakan prosedur bedah, maka nama yang lebih baik dan lebih akurat
adalah pencabutan “trans-alveolar”.
Prinsip-prinsip Mekanik pencabutan
Ekspansi dinding tulang soket, untuk memungkinkan pengambilan gigi yang terdapat di
dalamnya. Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan gigi sebagi instrument yang
dapat melebarkan dan ini merupakan factor terpenting dalam pencanutan dengan tang.
Penggunaan sebuah pengungkit dan titik tumpu , untuk mendesak gigi atau akar keluar
dari soketnya sepanjang lintasan dengan hambatan terkecil. Ini merupakn factor dasar
yang menentukan penggunaan bein untuk mencabut gigi geligi serta akar0-akar dan
penggunaan instrument .
Penggunaan sebuah penjepit, antara akar gigi dan dinding tulang soket, yang mana
menyebabkan gigi terangkat dari soketnya.
Pencabutan Intra-Alveolar
Pencabutan gigi geligi rahang atas
Insisivus sentral sering memilki akar yang berbentuk konis dan dapat dapat diatasi
dengan hanya melakukan pergerakan rotasi.
Insisisvus lateral memilki akar-akar yang ramping dan seringkali permukaan mesial
maupun distalnya rata. Pilihlah tang blade yang kecil dan pegang akarnya dengan baik
sebelum memberikan tekanan pada gigi tersebut.
Caninus memilki akar yang panjang dan kuat dengan potongan melintang yang berbentuk
segitiga. Beberapa tang gigi caninus memilki ujung yang terlalu lebar sehingga
membentuk kontak 2 titik jika digunakan. Dengan benar dengan akarnya. Dalam
sebagian kasus gigi ini lebih baik dipecah.Bila akan melakukan pencabutan berganda,
maka kemungkinan terjadinya fraktur pada lapisan tulang labial pada saat caninus di
cabut dapat berkurang dengan mencabut gigi ini sebelum gigi insisivus lateral dan
premolar pertamanya, karena pencabutan terlebih dahulu pada gigi insisivus lateral dan
premolar akan melemahkan lapisan tulang labial.
Premolar pertama rahang atas memilki dua akra kecil yang mungkin membengkok dan
meregang. Dan selama pencabutan sering terjadi fraktur.
Pencabutan Trans-Alveolar
Metode pencabutan ini terdiri dari pemisahan gigi atau akar dari perlekatannya dengan
tulang. Metode ini sering disebut dengan metode “terbuka” atau metode “pembedahan”.
Namun karena semua pencabutan yang dilakukan merupakan suatu prosedur bedah, maka
nama yang lebih baik dan lebih akurat adalah pencabutan :trans-alveolar”, dan metode ini
harus digunakan bila terdapat salah satu dari indikasi-indikasi berikut ini :
Setiap gigi yang tidak dapat dicabut dengan pencabutan intra-alveolar dengan
menggunakan gaya yang cukup besar.
Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein, terutama
sisa akar yang berhubungan dengan sinus maksilaris
Riwayat pencabutan-pencabutan yang sulit
Setiap gigi dengan restorasi yang cukup besar , terutama bila akarnya telah diisi atau tak
berpulpa
Gigi geligi yang mengalami hipersementosis atau ankilosis
Gigi geligi yang m,engalami geminasi atau dilaserasi
Gigi geligi yang secara roentgenologis menunjukkan pola-pola akar yang rumit, atau akar
–akar dengan arah lintasan pengeluaran yang tidak menguntungkan atau rumit.
Bila akan dicabut pemasangan gigi tiruan segera atau sesaat setelah pencabutan.
Setelah memutuskan akan menggunakan metode “trans-alveolar” untuk mencabut sebuah
gigi atau akar, jenis anastesi yang akan digunakan harus ditetapkan, dan rencana secara
keseluruhan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan serta menghindari atau menghadapi
setiap komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi harus disusun.komponen-komponen
yang penting dari rencana semacam ini adalah bentuk flap mukopeiostealnya, metode
yang akan digunakanuntuk mengeluarkan gigi atau akar-akar dari soketnya , dan
pengambilan tulang yang dibutuhkan untuk memudahkannya.
Elevator
Bentuk Warwick James (kiri dan kanan)
Bentuk Cryer 30/31 (kiri dan kanan)
Bentuk Lindo Levien (besar, sedang dan kecil)
Mouth gag dengan lidah Ferguson
Pengganjal gigi McKesson (1 set terdiri dari 3 buah)
Kehamilan
Pregnancy bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi,
karena tidak ada hubungan antara pregnancy dengan pembekuan darah. Perdarahan pada
gusi mungkin merupakan manifestasi dari pregnancy gingivitis yang disebabkan
pergolakan hormon selama pregnancy.
Yang perlu diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus
yang meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap setelah melahirkan, namun cukup
dapat menimbulkan masalah saat dilakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan
perusakan jaringan dan pembuluh darah. Jadi, bila ada pasien dalam keadaan pregnant
bermaksud untuk scaling kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya di-refer dulu untuk
pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, dan kadar gula darahnya. Jangan lupa
sebelum dilakukan tindakan apapun, pasien dilakukan tensi dulu.
Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi (dimana hal itu tidak bisa dihindari lagi,
pencabutan gigi (dan juga tindakan surgery akut lainnya seperti abses,dll) bukanlah suatu
kontraindikasi waktu hamil. Hati-hati bila pada 3 bulan pertama. rontgen harus dihindari
saja kecuali kasus akut (politrauma, fraktur ,dll). Hati-hati bila menggunakan obat bius
dan antibiotic, (ada daftarnya mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (FDA)
sedative (nitrous oxide, dormicum itu tidak dianjurkan). Kalau memang harus dicabut
giginya atau scalling pada ibu hamil, waspada dengan posisi tidurnya jangan terlalu
baring, karena bisa bikin kompresi vena cafa inferior.
Kalau memang riskan, dan perawatan gigi-mulut tidak dapat ditunda sampai post-partus,
maka sebaiknya tindakan dilakukan di kamar operasi dengan bekerja sama dengan tim
code blue, atau tim resusitasi. Ekstraksi gigi pada pasien hamil yang ’sehat’ bisa
dilakukan dengan baik dan aman di praktek, clinic biasa, atau rumah sakit.
Kesulitan yang sering timbul pada ekstraksi gigi pada ibu hamil adalah keadaan
psikologisnya yang biasanya tegang, dll. Seandainya status umum pasien yang kurang
jelas sebaiknya di konsulkan dulu ke dokter obsgin-nya.
Penyakit Kardiovaskuler
Sebelum menangani pasien ketika berada di klinik, kita memang harus mengetahui
riwayat kesehatan pasien baik melalui rekam medisnya atau wawancara langsung dengan
pasien. Jika ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak napas, kelelahan kronis,
palpitasi, sukar tidur dan vertigo maka perlu dicurigai bahwa pasien tersebut menderita
penyakit jantung. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat,
misalnya pemeriksaan tekanan darah. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung diagnosa
sehingga kita dapat menyusun rencana perawatan yang tepat dan tidak menimbulkan
akibat yang tidak diinginkan.
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi eksodonsi. Kontra indikasi
eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan eksodonsi pada
pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini
dokter spesialis jantung. Dengan berkonsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi atau
izin dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima
tindakan eksodonsi tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta
tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan eksodonsi,
misalnya saja penderita jantung rema harus diberi penicillin sebelum dan sesudah
eksodonsi dilakukan.
Kelainan Darah
a. Purpura hemoragik
Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan dari dalam gusi
merupakan keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan karena fragilitas kapiler (daya
tahan kapiler abnormal terhadap rupture) pada pasien tersebut dalam keadaan kurang,
sehingga menuju kearah keadaan mudah terjadi pendarahan petechie dan ecchimosis.
Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca eksodonsia, atau
pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada pemerikasaan darah yaitu
waktu pendarahan dan waktu penjedalan darah, juga konsentrasi protrombin.
b. Lekemia
Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya
dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi perdarahan.
b.1. Lekemia Limfatika
Tanda2 :
• badan mkn lelah dan lemah
• tanda2 anemia à pucat, jantung berdesir, tknn drh rendah
• limfonodi membesr dsluruh tbh
• gusi berdarah
• petechyae
• perdarahan pasca eksodonsia
• batuk2
• pruritus
• pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder
b.2. Lekemia Mielogenous
• Kek. Tbh penderita bkrg
• bb berkurang
• tanda2 anemia
• pembesaran limfa
• perut terasa kembung & mual
• demam
• gangguan gastro intestinal
• gatal2 pada kulit
• perdrahan pd bbgai bag tbh
• gangguan penglihatan / perdarahan krn infiltrais leukemik
• perbesaran lien
• perdarahan petechyae
• perdrahan gusi
• rasa berat di daerah sternum
c. Anemia
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan
darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu, penderita anemia
memiliki kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler.
d. Hemofilia
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah,
hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang
meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor
koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh
darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin,
konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada
hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von
Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang
ditemukan.
Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan
perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada
penderita
Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan
menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah,
sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak
mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan
pasca ekstraksi.
Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu
seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga
dapat menyebabkan perdarahan.
Jaundice
Tanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut
bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa berwarna
kuning, juga terlihat pada cairan tubuh ( bila pigmen yang menyebabakan warna menjadi
kuning ).
Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat menyebabkan “prolonged hemorrahage”
yaitu perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima
pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau
sebelum eksodonsi lakukan premediksi dahulu dengan vitamin K.
AIDS
Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan secara hati-
hati, sering lesi oral tersebut tidak terpikirkan, karena lesi oral sering tidak terasa nyeri.
Macam-macam manifestasi infeksi HIV pada oral dapat berupa infeksi jamur, infeksi
bakteri, infeksi virus dan neoplasma.
Pada penderita AIDS terjadi penghancuran limfosit sehingga sistem kekebalan tubuh
menjadi berkurang. Pada tindakan eksodonsi dimana tindakan tersebut melakukan
perlukaan pada jaringan mulut, maka akan lebih mudah mengalami infeksi yang lebih
parah.Bila pasien sudah terinfeksi dan memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk
mendapatkan perawatan medis dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut
gigi.
Dengan demikian, apabila dokter gigi sudah menemui gejala penyakit mematikan ini
pada pasiennya, maka dokter bisa langsung memperoteksi diri sesuai standar universal
precautaion (waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa memakai sarung tangan, masker,
kacamata, penutup wajah, bahkan juga sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan
vaksin HIV.
Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita
sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga
penyembuhan luka terhambat.
Nefritis
Eksodonsi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat berakibat keadaan
nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter ahli sebelum melakukan eksodonsi.
Malignansi Oral
Di daerah perawatan malignasi suatu rahang melalui radiasi sel jaringan mempunyai
aktivitas yang rendah sehingga daya resisten kurang terhadap suatu infeksi. Eksodonsia
yang dilakukan di daerah ini banyak yang diikuti osteoradionekrosis rahang ( Archer,
1966 ). Apabila perawatan rad iasi memang terpaksa harus dikerjakan sehubungan
dengan malignansi tersebut maka sebaiknya semua gigi pada daerah yang akan terkena
radiasi dicabut sebelum dilakukan radiasi. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa
semua gigi yang masih ada di daerah itu, dibuang bersih dahulu sebelum penderita
menerima radiasi yang berat.
Tujuan utama adalah mencabut gigi-gigi dan melakukan alveolektomi seluruh processus
alveolaris sejauh sepertiga dekat apeks lubang alveolus. Mukoperiosteal flap dibuka lebar
pada daerah yang akan dikerjakan operasi dan kemudian direfleksikan ke arah lipatan
mukobukal atau lipatam labial. Semua tulang labial atau bukal diambil dengan
menggunakan chisel dan mallet. Pengambilan tulang tersebut meliputi daerah akar dan
interseptal, dan kemudian gigi-gigi dicabut. Dengan memakai bone rongers, chisel, bone
burs yang besar , kikir bulat. Semua tulang alveolus yang tinggal dan tulang kortikal
bagian lingual diambil dengan meninggalkan sepertiga dari tulang apeks alveolus.
Kemudian flaps yang berlebihan digunting agar masing-masing ujung flaps dapat
bertemu dengan baik, tanpa terdapat teganagan. Penyembuhan biasanya cepat dan
perawatan radiasi dapat dimulai dalam waktu seminggu.
Hipersensitivitas
Bagi pasien dengan alergi pada beberapa jenis obat, dapat mengakibatkan shock
anafilaksis apabila diberi obat-obatan pemicu alergi tersebut. Oleh karena itu, seorang
dokter gigi perlu melakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan dan
menghindari obat-obatan pemicu alergi.
Toxic Goiter
Ciri-ciri pasien tersebut adalah tremor, emosi tidak stabil, tachycardia dan palpitasi ,
keringat keluar berlebihan, glandula tiroidea membesar secara difus (kadang tidak ada),
exophthalmos (bola mata melotot), berat badan susut, rata-rata basal metabolic naik,
kenaikan pada tekanan pulsus, gangguan menstruasi (pada wanita), nafsu makan berlebih.
Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis tiroid, tanda-
tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah ,tidak terkontrol meskipun telah diberi obat
penenang.
Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah mulut, termasuk tindakan
eksodonsi, karena dapat menyababkan krisis tiroid dan kegagalan jantung.
Komplikasi
Pendarahan (individu dengan penyakit hati pasien yang menrima terapi antikoagulan,
pasien yang minum aspirindosis tinggi: cek lab dan kerja sama dengan dokter spesialis
penanganan : menghindari pembuluh darah, mengetahui anatomi
regio resiko tinggi: palatum, a. Palatina mayor, vestikulum bukal M bawah, a.fasialis,
regio mandibula anterior, vaskularisasi melimpah
tekanan dan klem: penanganan awal perdarahan arteri adalah dengan penekanan langsung
dengan jari kasa darah deras , diklem dengan mehostat
Fraktur: disebabkan oleh tekanan berlebihan dan tidak terkontrol (fraktur ujung akar /
foramen, fraktur minor / mayor procalupolaris fraktur mandi bula)
Cedera jaringnan lunak
lecet : kesalahan teknik flap
luka besar bibir yang teranestasi tertekan handpiece: aplikas salip antibiotik / strtoid
empiseme sulokutan
Cidera saraf
ex: N linguasi paling sering cidera karena pencabutan m3 bawah yang implikasi
terapi: dekompresi, eksisi den anastomosis ulang
3.2.4 Perbedaan Eksodonsia Pada Gigi Sulung Dan Gigi Permanen
Pencabutan Gigi Susu
Pencabutan gigi susu atas : Gigi susu bisa dicabut dengan menggunakan tang (#150 atau
#151 (#150 S atau # 151 S). Gigi molar susu atas mempunyai akar yang memancar,yang
menyulitkan pencabutannya. Apabila masalah tersebut ditambah dengan adanya resorpsi
maka tekanan berlebihan sebaiknya dihindari. Seperti pada pencabutan semua gigi atas,
digunakan pinch grasp dan telapak menghadap keatas.
Pencabutan gigi susu bawah : Untuk pencabutan gigi molar susu, digunakan tang #151
dengan sling grasp, seperti pada gigi molar atas, biasanya gigi ini mempunyai akar
resopsi yang divergen. Pertimbangan utama pada pencabutan gigi susu adalah
menghindari cedera pada gigi permanen yang sedang berkembang. Misalnya tang #23
(crownHorn), bukan merupakan pilihan yang cocok untuk molar bawah susu. Apabila
diperkirakan akan terjadi cedera selama pencabutan dengan tang, sebaiknya direncanakan
pembedahan dan pemotongan gigi susu. Resorpsi akar menimbulkan masalah dalam
apakah akar ini sudah keluar semuanya atau belum. Apabila ada keraguan, sebaiknya
dilakukan foto rontgen. Sedangkan apabila pengambilan fraktur akar dianggap
membahayakan gigi permanen penggantinya, pencabutan gigi sebaiknya ditunda karena
rasio manfaat / resiko tidak menguntungkan.
Meskipun pencabutan gigi anterior susu biasanya amat mudah dilakukan dengan teknik
dasar pencabutan gigi. Gigi posterior susu terkadang lebih sulit dicabut daripada gigi
tetap penggantinya. Beberapa faktor berkombinasi menyebabkan kesulitan ini. Mulut
anak kecil dan akses terbatas serta gigi premolar yang sedang terbentuk terletak dikitari
akar gigi susu sehingga dapat rusak bila gigi molar susu diatasnya dicabut. Gigi molar
susu tidak memiliki massa akar dan karies yang kadang meluas hingga ke akar gigi
membuatnya sulit untuk dipegang dengan tang. Resorpsi akar gigi pada gigi geligi
campuran tidak terjadi dalam pola yang teratur dari apeks ke mahkota gigi. Sering bagian
samping dari akar gigi teresopsi dan secara tidak sengaja menahan fragmen akar gigi.
Teknik pencabutan gigi susu pada dasarnya dalah sama seperti teknik yang dipergunakan
untuk mencabut gigi tetap. Yang amat penting adalah ketika mengaplikasikan tang harus
yakin bahwa bilah tang cukup kecil untuk melewati membrane periodontal dan bahwa
bilah benar diaplikasikan pada akar gigi. Bila tang hanya ditempatkan pada sisi bukal dan
lingual dari gigi dan dipaksakan masuk kedalam jaringan benih gigi tetap pengganti dapat
menjadi rusak. Gerakan kearah lingual yang kuat biasanya menyebabkan gigi muncul
dari soketnya dan dapat dicabut dengan gerakan kebukal dan rotasi kedepan. Lebih baik
meninggalkan patahan fragmen akar gigi susu yang kecil yang akan mengalami resopsi
atau eksfoliasi daripada merusak atau mengubah posisi benih gigi tetap pengganti dalam
upaya menenemukan lokasi dan mengambil fragmen akar gigi susu tadi. Keputusan untuk
mengambil akar gigi tersebut, jaringan lunak harus cukup terbuka sehingga operator
dapat melihat jelas hubungan benih gigi tetaP pengganti dan memmungkinkan operator
mengeluarkan fragmen akar gigi tadi dengan melihat langsung.
Sewaktu mengaplikasikan bilah tang pada akar yang mengalami karies didaerah gusi
harus disadaribahwa gusi cenderung untuk tumbuh masuk ke dalam gigi tersebut,
sehingga bagian tepi akar gigi tersebut sebaiknya benar-benar terlihat. Akar gigi susu
yang tidak dpat dipegang dengan tang, harus digoyangkan kedalam kearah gigi tetap
yang sedang bertumbuh menggunakan elevator Warwick James, dengan memakai
dinding soket sebagai tumpuan. Akar gigi susu yang dicabut harus diperiksa untuk
memeriksa bahwa pencabutan telah sempurna. Permukaan gigi yang patah terasa rata dan
mengkilap dengan tepi yang tajam, akar yang mengalami resopsi biasanya kasar dengan
tepi tidak berbentuk tidak teratur.
3.2.5 Perbedaan Tindakan Eksodonsi pada Mandibula dan Maksila serta Regio-regionya
Pengaturan Umum
Posisi Operator. Untuk mencabut semua gigi kecuali gigi molar kanan bawah, premolar
dan kaninus, operator berdiri pada samping tangan pasien, seperti gambar A. Untuk
pencabutan gigi kanan bawah dengan metode intra-alveolar, operator harus di belakang
pasien seperti gambar C. Terkadang operator harus berdiri lebih tinggi dengan menginjak
suatu kursi kecil supaya memperoleh posisi kerja optimal.
Tinggi Kursi Pasien. Ini adalah pertimbangan penting yang terkadang diabaikan. Bila
daerah pencabutan terlalu tinggi atau terlalu rendah bagi operator, berarti operator bekerja
pada keadaan mekanis yang tidak menguntungkan dan dalam posisi yang melelahkan
serta tidak nyaman.
Bila hendak dilakukan pencabutan gigi atas, kursi pasien harus disesuaikan sehingga
daerah kerja lebih kurang 8 cm di bawah bahu operator (gambar A). Selama pencabutan
gigi bawah, tinggi kursi pasien harus diatur sehingga gigi yang akan dicabut lebih kurang
16 cm di bawah siku operator (gambar B). Bila operator berdiri di belakang pasien
(gambar C), kursi pasien harus direndahkan secukupnya agar dokter gigi dapat melihat
jelas daerah kerja dan memperoleh posisi kerja yang nyaman. Hal ini dapat diperoleh bila
dokter gigi menggunakan kotak pijakan khususnya untuk pasien yang tinggi.
Lampu. Walaupun agak berlebihan untuk mnegatakan bahwa pencahayaan yang baik
pada daerah kerja adalah mutlak untuk keberhasilan pencabutan gigi, kegagalan
memperoleh penerangan yang cukup pada daerah kerja adalah kesalahan yang biasa
terjadi, dan merupakan alasan utama kegagalan sejumlah pencabutan gigi.
Dokter gigi harus mencoba untuk melakukan pekerjaan dalam suasana yang tenang,
efisien, tidak terburu-buru, dan sesuai dengan metode. Ini, bersamaan dengan dorongan
yang simpatik, akan banyak berpengaruh dalam memperoleh kerjasama dan kepercayaan
dari pasien. Operator harus mencegah timbulnya kekhawatiran dari pihak pasien dengan
hanya menunjukkan instrumen bila tidak lagi dapat disembunyikan. Ia harus berpijak
stabil selama prosedur perawatan dan harus yakin bahwa sepatu maupun lantai yang
dipijaknya tidak mengganggu keseimbangan tubuh.
I. FRAKTUR
1) Fraktur dari gigi
2) Fraktur dari alveolus
3) Fraktur dari tulang rahang
Etiologi fraktur :
1. Tehnik pencabutan gigi kurang sempurna
2. Keadaan gigi itu sendiri :
- Gigi rapuh karena karies besar
- Gigi mengalami kalsifikasi
- Karies servikal
- Akar abnormal
3. Tulang alveolus sangat tebal
V. PERDARAHAN
Yaitu keluarnya darah yg tdk dpt berhenti sendiri tanpa sesuatu perawatan
Macam-macam perdarahan :
1. Menurut waktunya
a. Primer
Terjadinya pendarahan sewaktu tindakan pembedahan dilakukan krn banyaknya
pembuluh darah yg terpotong. Misalnya pd operasi kista, reseksi rahang
b. Intermedier
Yaitu pendarahan yg terjadi 6 – 12 jam sesudah tindakan pembedahan.
Penyebab :
Terlepasnya koagulum darah yg menyumbat pembuluh darah yg terputus.
Sesudah pembedahan penderita terlalu aktif
c. Sekunder
Yaitu keluarnya darah 12 jam hingga beberapa hari sesudah tindakan pembedahan.
Infeksi sekunder
Keadaan pasien yg lemah sekali
2. Menurut kausanya
a. Pendarahan krn trauma
Kecelakaan
Berkelahi
Tindakan pembedahan
Pencabutan gigi
b. Pendarahan krn non trauma
Disebabkan krn penyakit sistemik misalnya : anemia, leukemia, hemofilia, radang
pembuluh darah, hipovitaminosis C
3. Menurut pembuluh darah yg terkena
a. Pendarahan arterial
Tandanya : keluar darah yg berwarna terang dan memancar seperti air mancur yg sesuai
dg denyut nadi.
Dpt tjd pd pengambilan gigi impaksi, waktu pemboran tulang dpt menembus kanalis
mandibularis & mengenai arteri alveolaris inferior
b. Pendarahan vena
Yg terputus adalah vena, ditandai dg :
Darah yg keluar berwarna merah tua
Darah yg keluar banyak tapi mengalirnya lambat
c. Pendarahan kapiler
Kapiler yg terputus dan darah yg keluar merembes, tjd pd waktu pencabutan gigi
4. Perdarahan menurut lokalisasinya
a. Pendarahan eksterna
Keluarnya darah ke permukaan tubuh mll kulit
b. Pendarahan interna
Disini darah keluar mll pembuluh darah tetapi tdk keluar mll tubuh
Pembengkakan
Biasa terjadi setelah trauma, bila keadaan berlanjut biasanya terdapat infeksi dan perlu
diatasi dengan pemberian antibiotika.
Kadangkala bila terjadi infeksi disertai pula keadaan kesulitan membuka mulut
( trismus ), bilamana hal ini terjadi maka perlu diberikan latihan untuk membuka mulut
serta diberikan terapi panas. Bila trismus berkelanjutan perlu pemberian terapi diatermi
dan latihan membuka mulut.
Drysocket
Keadaan ini sering terjadi dan menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan setelah
pencabutan gigi.
Drysocket ditandai dengan hilangnya – rusaknya blood clot pada socket, dimulai dengan
adanya blood clod yang keabu-abuan dan diikuti rusaknya blood clot sehingga socket
terlihat kering.
Terapi :
irigasi dengan H2O2 atau normal saline
pemberian aplikasi lokal pada socket : alvolgyl, iodoform
II.2. Indikasi dan kontraindikasi pencabutan gigi
Indikasi : 4
1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.
2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan endodontic
tidak dapat dilakukan.
3. Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus
dilakukan pencabutan.
4. Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang
alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau
mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.
5. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
6. Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk
mencegah infeksi tulang.
7. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah
trauma atau kerusakan.
8. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies,
menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.
9. Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi
10. Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi dicabut)
11. Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi normal.
12. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat
membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang
berhubungan dengan osteomelitis.
13. Gigi dengan supernumerary, maksudnya gigi yang berlebih yg tumbuh secara tidak
normal.(2)
14. Gigi persistensi, gigi sulung yang tidak tanggal pada waktunya, sehingga
menyebabkan gigi tetap terhambat pertumbuhannya.(2)
15. Gigi yang menyebabkan fokal infeksi, maksudnya dengan keberadaan gigi yang tidak
sehat dapat menyebabkan infeksi pada tubuh manusia.(2)
16. Gigi dengan fraktur/patah pada akar krena trauma misalnya jatuh, kondisi ini jelas
akan membuat rasa sakit berkelanjutan pada penderita hingga gigi tersebut menjadi non
vital atau mati.(2)
17. Gigi dengan sisa akar, sisa akar akan menjadi patologis karena hilangnya jaringan
ikat seperti pembuluh darah, kondisi ini membuat akar gigi tidak vital.(2)
18. Untuk keperluan perawatan ortodontik ataupun prostodontik, biasanya hal ini
merupakan perawatan konsul dari bagian ortodontik dengan mempertimbangkan
pencabutan gigi untuk mendapatkan ruangan yang dibutuhkan dalam perawatannya.(2)
19. Dan biasanya yang terakhir adalah keinginan pasien untuk dicabut giginya, dengan
pertimbangan 'langsung' menghilangkan keluhan sakit giginya, walaupun gigi tersebut
masih dirawat secara utuh.(2)
Kontraindikasi :
Kontra Indikasi Sistemik(11)
Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan khusus
untuk dilakukan eksodonsi. Bukan kontra indikasi mutlak dari eksodonsi. Faktor-faktor
ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi
riwayat penyakit tersebut, eksodonsi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien
sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa
dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya komplikasi
sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah pencabutan gigi.
1. Diabetes Mellitus
Malfungsi utama dari diabetes melitus adalah penurunan absolute atau relative kadar
insulin yang mengakibatkan kegagalan metabolisme glukosa. Penderita diabetes melitus
digolongkan menjadi:
1. Diabetes Melitus ketergantungan insulin (IDDM, tipe 1, juvenile,ketotik, britlle).
Terjadi setelah infeksi virus dan produksi antibodi autoimun pada orang yang
predisposisi antigen HLA. Biasanya terjadi pada pasien yang berumur di bawah 40 tahun.
2. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NDDM, tipe 2, diabetes dewasa stabil).
Diturunkan melalui gen dominan dan biasanya dikaitkan dengan kegemukan. Lebih
sering terjadi pada umur di atas 40 tahun.
Pembedahan dentoalveolar yang dilakukan pada pasien diabetes tipe 2 dengan
menggunakan anestesi local biasanya tidak memerlukan tambahan insulin atau
hipoglikemik oral. Pasien diabetes tipe 1 yang terkontrol harus mendapat pemberian
insulin seperti biasanya sebelum dilakukan pembedahan; dan makan karbohidrat dalam
jumlah yang cukup. Perawatan yang terbaik untuk pasien ini adalah pagi hari sesudah
makan pagi. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, yang sering disebabkan oleh
karena sulit mendapatkan insulin, harus dijadikan terkontorl lebih dahulu sebelum
dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan rujukan dan kemungkinan pasien harus
rawat inap.
Diabetes dan Infeksi
Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik
untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan
mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga
memerlukan pemberian antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut
diduga keras akibat defisiensi leukosit polimorfonuklear dan menurunnya atau
terganggunya fagositosis, diapedisis, dan khemotaksis karena hiperglikemi. Sebaliknya,
infeksi orofasial menyebabkan kendala dalam pengaturan dan pengontrolan diabetes,
misalnya meningkatnya kebutuhan insulin. Pasien dengan riwayat kehilangan berat badan
yang penyebabnya tidak diketahui, yang terjadi bersamaan dengan kegagalan
penyembuhan infeksi dengan terapi yang biasa dilakukan, bisa dicurigai menderita
diabetes.
Keadaan Darurat pada Diabetes
Diabetes kedaruratan, syok insulin (hipoglikemia), dan ketoasidosis (hiperglikemia) lebih
sering terjadi pada diabetes tipe 1. Kejadian yang sering terlihat adalah hipoglikemia,
yang dapat timbul sangat cepat apabila terjadi kegagalan menutupi kebutuhan akan
insulin dengan asupan karbohidrat yang cukup. Sedangkan ketoasidosis biasanya
berkembang setelah beberapa hari. Pasien yang menderita hipoglikemia menunjukkan
tanda-tanda pucat, berkeringat, tremor, gelisah, dan lemah. Dengan pemberian glukosa
secara oral (10-20 gram), kondisi tersebut akan dengan mudah membaik. Kegagalan
untuk merawat kondisi ini akan mengakibatkan kekejangan, koma, dan mungkin
menyebabkan kematian. Untuk mengatasi ketoasidosis diperlukan pemberian insulin dan
cairan. Hal tersebut sebaiknya dilakukan di rumah sakit (pasien rawat inap).
2. Kehamilan
Pregnancy bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi,
karena tidak ada hubungan antara pregnancy dengan pembekuan darah. Perdarahan pada
gusi mungkin merupakan manifestasi dari pregnancy gingivitis yang disebabkan
pergolakan hormon selama pregnancy.
Yang perlu diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus
yang meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap setelah melahirkan, namun cukup
dapat menimbulkan masalah saat dilakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan
perusakan jaringan dan pembuluh darah. Jadi, bila ada pasien dalam keadaan pregnant
bermaksud untuk scaling kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya di-refer dulu untuk
pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, dan kadar gula darahnya. Jangan lupa
sebelum dilakukan tindakan apapun, pasien dilakukan tensi dulu.
Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi (dimana hal itu tidak bisa dihindari lagi,
pencabutan gigi (dan juga tindakan surgery akut lainnya seperti abses,dll) bukanlah suatu
kontraindikasi waktu hamil. Hati-hati bila pada 3 bulan pertama. rontgen harus dihindari
saja kecuali kasus akut (politrauma, fraktur ,dll). Hati-hati bila menggunakan obat bius
dan antibiotic, (ada daftarnya mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (FDA)
sedative (nitrous oxide, dormicum itu tidak dianjurkan). Kalau memang harus dicabut
giginya atau scalling pada ibu hamil, waspada dengan posisi tidurnya jangan terlalu
baring, karena bisa bikin kompresi vena cafa inferior.
Kalau memang riskan, dan perawatan gigi-mulut tidak dapat ditunda sampai post-partus,
maka sebaiknya tindakan dilakukan di kamar operasi dengan bekerja sama dengan tim
code blue, atau tim resusitasi. Ekstraksi gigi pada pasien hamil yang ’sehat’ bisa
dilakukan dengan baik dan aman di praktek, clinic biasa, atau rumah sakit.
Kesulitan yang sering timbul pada ekstraksi gigi pada ibu hamil adalah keadaan
psikologisnya yang biasanya tegang, dll. Seandainya status umum pasien yang kurang
jelas sebaiknya di konsulkan dulu ke dokter obsgin-nya.
3. Penyakit Kardiovaskuler
Sebelum menangani pasien ketika berada di klinik, kita memang harus mengetahui
riwayat kesehatan pasien baik melalui rekam medisnya atau wawancara langsung dengan
pasien. Jika ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak napas, kelelahan kronis,
palpitasi, sukar tidur dan vertigo maka perlu dicurigai bahwa pasien tersebut menderita
penyakit jantung. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat,
misalnya pemeriksaan tekanan darah. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung diagnosa
sehingga kita dapat menyusun rencana perawatan yang tepat dan tidak menimbulkan
akibat yang tidak diinginkan.
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi eksodonsi. Kontra indikasi
eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan eksodonsi pada
pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini
dokter spesialis jantung. Dengan berkonsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi atau
izin dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima
tindakan eksodonsi tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta
tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan eksodonsi,
misalnya saja penderita jantung rema harus diberi penicillin sebelum dan sesudah
eksodonsi dilakukan.
4. Kelainan Darah
a. Purpura hemoragik
Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan dari dalam gusi
merupakan keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan karena fragilitas kapiler (daya
tahan kapiler abnormal terhadap rupture) pada pasien tersebut dalam keadaan kurang,
sehingga menuju kearah keadaan mudah terjadi pendarahan petechie dan ecchimosis.
Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca eksodonsia, atau
pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada pemerikasaan darah yaitu
waktu pendarahan dan waktu penjedalan darah, juga konsentrasi protrombin.
b. Lekemia
Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya
dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi perdarahan.
b.1. Lekemia Limfatika
Tanda2 :
• badan mkn lelah dan lemah
pucat, jantung berdesir, tknn drh rendahץ tanda2 anemia
• limfonodi membesr dsluruh tbh
• gusi berdarah
• petechyae
• perdarahan pasca eksodonsia
• batuk2
• pruritus
• pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder
b.2. Lekemia Mielogenous
• Kek. Tbh penderita bkrg
• bb berkurang
• tanda2 anemia
• pembesaran limfa
• perut terasa kembung & mual
• demam
• gangguan gastro intestinal
• gatal2 pada kulit
• perdrahan pd bbgai bag tbh
• gangguan penglihatan / perdarahan krn infiltrais leukemik
• perbesaran lien
• perdarahan petechyae
• perdrahan gusi
• rasa berat di daerah sternum
c. Anemia
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan
darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu, penderita anemia
memiliki kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler.
d. Hemofilia
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah,
hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang
meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor
koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh
darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin,
konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada
hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von
Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang
ditemukan.
Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan
perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada
penderita
5. Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan
menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah,
sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak
mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan
pasca ekstraksi.
Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu
seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga
dapat menyebabkan perdarahan.
6. Jaundice
Tanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut
bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa berwarna
kuning, juga terlihat pada cairan tubuh ( bila pigmen yang menyebabakan warna menjadi
kuning ).
Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat menyebabkan “prolonged hemorrahage”
yaitu perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima
pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau
sebelum eksodonsi lakukan premediksi dahulu dengan vitamin K.
7. AIDS
Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan secara hati-
hati, sering lesi oral tersebut tidak terpikirkan, karena lesi oral sering tidak terasa nyeri.
Macam-macam manifestasi infeksi HIV pada oral dapat berupa infeksi jamur, infeksi
bakteri, infeksi virus dan neoplasma.
Pada penderita AIDS terjadi penghancuran limfosit sehingga sistem kekebalan tubuh
menjadi berkurang. Pada tindakan eksodonsi dimana tindakan tersebut melakukan
perlukaan pada jaringan mulut, maka akan lebih mudah mengalami infeksi yang lebih
parah. Bila pasien sudah terinfeksi dan memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk
mendapatkan perawatan medis dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut
gigi.
Dengan demikian, apabila dokter gigi sudah menemui gejala penyakit mematikan ini
pada pasiennya, maka dokter bisa langsung memperoteksi diri sesuai standar universal
precautaion (waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa memakai sarung tangan, masker,
kacamata, penutup wajah, bahkan juga sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan
vaksin HIV.
8. Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita
sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga
penyembuhan luka terhambat.
9. Nefritis
Eksodonsi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat berakibat keadaan
nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter ahli sebelum melakukan eksodonsi.
11. Hipersensitivitas
Bagi pasien dengan alergi pada beberapa jenis obat, dapat mengakibatkan shock
anafilaksis apabila diberi obat-obatan pemicu alergi tersebut. Oleh karena itu, seorang
dokter gigi perlu melakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan dan
menghindari obat-obatan pemicu alergi.
Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis tiroid, tanda-
tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah ,tidak terkontrol meskipun telah diberi obat
penenang.
Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah mulut, termasuk tindakan
eksodonsi, karena dapat menyababkan krisis tiroid dan kegagalan jantung.
Gambar 2.
Insisi bukal pada pencabutan gigi molar tiga impaksi 5
Infeksi spatium parafaringeal terjadi antara mukosa faring dan otot konstriktor superior
yang merupakan kedaruratan yang mengancam jiwa.
Prinsip utama adalah drainase pus dan antibiotika adekuat.
Infeksi lokal yaitu alveolar osteitis yang dikenal dengan dry socket. Infeksi ini terutama
pada pengambilan gigi molar bawah yang sulit dengan trauma yang besar disertai adanya
penyakit periodontal disekitarnya, perokok dan menggunakan lokal anestetik dengan
vasokonstriktore yang banyak. Infeksi ini ditandai oleh adanya bau mulut yang khas, rasa
nyeri yang menyebar dan terjadi 48 jam setelah tindakan. Komplikasi ini Terapi yang
dianjurkan adalah dengan irigasi soket dengan saline hangat dan aplikasi kassa yodoform
sampai gejala hilang. Terapi kuratase jangan dilakukan karena tidak memperbaiki
keadaan penyakit.
7. Perdarahan 5,6,7,8
Perdarahan yang terjadi dapat dibagi menjadi perdarahan primer, intermediat atau
sekunder atau perdarahan arteri, vena dan kapiler. Pada tindakan pencabutan gigi molar
tiga pada pasien tanpa kelainan darah, umumnya disebabkan oleh perdarahan kapiler.
Perdarahan sekunder disebabkan oleh oral fibrinolisis akibat terlalu banyak kumur,
infeksi lokal atau trauma pencabutan yang terlalu besar. Terapinya adalah aplikasi
tampon adrenalin, pemberian anti perdarahan kapiler seperti asam trasexamik, hemostatik
lokal seperti spongostan, surgicel dan penjahitan.