Anda di halaman 1dari 45

Berdasarkan tepat insersi jarum, teknik injeksi anestesi lokal dapat dibedakan menjadi:

1. Submucosal injection
Jarum diinsersikan dan cairan anestesi dideponir ke dalam jaringan di bawah mukosa
sehingga larutan anestesi mengadakan difusi pada tempat tersebut.
2. Paraperiosteal injection
Jarum diinsersikan sampai mendekati atau menyentuh periosteum, dan setelah
diinjeksikan larutan anestesi mengadakan difusi menembus periosteum dan porositas
tulang alveolar.
3. Intraosseous injection
Injeksi dilakukan ke dalam struktur tulang, setelah terlebih dahulu dibuat suatu jalan
masuk dengan bantuan bur.
4. Interseptal injection
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik intraosseous, dimana jarum disuntikkan ke
dalam tulang alveolar bagian interseptal diantara kedua gigi yang akan dianestesi. Teknik
ini biasanya dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan injeksi intraosseous.

5. Intraperiodontal injection
Jarum diinjeksikan langsung pada periodontal membran dari akar gigi yang
bersangkutan.
6. Pappilary Injection
Teknik ini sebenarnya termasuk teknik submukosa yang dilakukan pada papila
interdental yang melekat dengan periosteum. Teknik ini diindikasikan terutama pada
gingivectomy, yang memerlukan baik efek anestesi maupun efek hemostatis dari obat
anestesi.
Anestesi lokal pada rahang atas dapat dilakukan dengan beberapa teknik injeksi
diantaranya :
1. Lokal infiltration (submucous injection)
2. Field block (araperiosteal injection)
3. Anterior superior alveolar nerve block (paraperiosteal injection)
4. Middle superior alveolar nerve block (paraperiosteal injection)
5. Posterior superior alveolar nerve block
6. Infra orbital nerve block
7. Nasopalatine nerve block
8. Anterior palatine nerve block
Instrumen Untuk Anastesi Lokal
A. Syringe Anastesi (Syringe, Cartridge)
Syringe obat bius (gambar 1-15) dirancang untuk mendukung dan mengusir solusi
anestesi dari tabung kaca komersial yang disusun disebut carpuletm. (nama merek
dagang, carpule). Jarum cartridge yang tersedia untuk anestesi lokal memiliki cincin yang
menangani ibu jari pada akhir luar dan tombak pada akhir cartridge dari plunger. Seruit
ini dirancang untuk melibatkan plunger karet penyumbat cartridge. Cincin-ibu jari
digunakan untuk menarik kembali plunger serta menentukan apakah jarum telah
menembus pembuluh darah. Prosedur ini disebut "aspirating" dan syringenya adalah
syringe aspirating.

B. Disposable Needles (Needles, Disposable)


Jarum sekali pakai dikemas untuk menjaganya dalam kondisi steril. Setelah digunakan,
jarum akan dibuang. Jarum ini melekat pada syringe yang dihubungkan oleh plastic-hub
yang merupakan bagian dari jarum sekali pakai. Umumnya jarum tersedia dalam ukuran
13/16 inci dan 1 3 / 8 inci.
Jarum sekali pakai selalu steril, selalu tajam, dan cenderung mudah patah daripada yang
lain jarum. Jarum hipodermik harus dibuang agar tidak dapat melukai operator maupun
menguhindari kejadianlain yang tidak diinginkan.

3.1.4 Persiapan Instrument Anastesi


A. Sterilisasi Instrumen
Seperti dalam pemeriksaan dasar, anestesi juga memerlukan persiapan tertentu. Salah
satu instrumen dalam persiapan yang selalu membutuhkan, yaitu penyterilan syringe.
Item lainnya disterilisasi oleh produsen dan dikemas dalam kondisi steril.
B. Anastesi Topical
Item pertama saat persiapan adalah topikal xylocaine. Anastesi ini diproduksi dalam
bentuk jelly atau salep. Hal ini paling sering digunakan untuk menganastesi daerah
tempat suntikan yang sebenarnya harus dilakukan. Dua kasa 1-2 inci atau cotton tip
aplicator akan diperlukan bila menggunakan topikal xylocaine. Sejumlah kecil
ditempatkan pada aplikator dan diaplikasikan di atas area yang akan disuntikkan. Tujuan
anestesi topikal adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan pada pasien selama injeksi
berlangsung.
C. Syringe.
Syringe (sisi-loading jarum suntik cartridge) adalah satu-satunya item dalam persiapan
yang memerlukan penyterilan setelah digunakan pada setiap pasien. Syringe ini
digunakan untuk mengaplikasikan anestesi lokal. Jarum syringe merupakan jenis sekali
pakai. Panjang dan jarum gauge yang digunakan akan bervariasi, tergantung kebutuhan
operator. Operator akan menangani dua jarum yang berbeda: sebuah infiltrasi dan jarum
konduktif. Jarum infiltrasi memiliki panjang 13/16 inci dan digunakan untuk injeksi
maksilaris, untuk membius daerah kecil sekitar dua hingga tiga gigi. Sedangkan, jarum
konduktif memiliki panjang 1 3 / 8 inci panjang. Injeksi blok dibuat dengan
menggunakan jarum tersebut, anastesi daerah menyeluruh.
D. Anastesi Lokal.
Saat ini, dua jenis obat bius lokal yang banyak tersedia, yaitu lidokain hidroklorida
(xylocaine) dengan epinefrin (1:50.000 hingga 1:100.000) dan mepivacaine hidroklorida
(carbocaine) tanpa epinefrin. Jenis ini dapat diidentifikasi dengan warna tutup dan dengan
warna wadah. Sebagai contoh: lidokain hidroklorida dengan epinefrin (1:50.000),
ditandai dengan tutup hijau dan garis hijau di wadah; lidokain hidroklorida dengan
epinephrine (1:100.000) memiliki tutup merah dan bergaris-garis merah; dan hidroklorida
mepivacaine memiliki tutup putih dan wadah cokelat. Epinefrin adalah faktor pengendali
untuk berapa lama anestesi akan berlangsung. Penambahan epinefrin mengakibatkan
semakin lama daerah tersebut akan teranastesi. Epinefrin adalah vasokonstriktor yang
menyebabkan jaringan di sekitar kapiler membengkak, sehingga akan mengkonstriksi
kapiler dan memperlambat aliran darah. Aliran darah yang menurun menyebabkan
lambatnya difusi anastesi di seluruh tubuh, sehingga memperpanjang aksinya. Hal ini
juga dapat membantu dalam mengontrol pendarahan.
E. Aspirasi
Perakitan dan penggunaan syringe aspirasi cukup sederhana. Syringe ini dilengkapi
dengan perangkat yang memungkinkan operator untuk menentukan apakah operator telah
menginjeksi ke dalam aliran darah. Penginjeksian agen ke dalam sistem peredaran darah
dapat menimbulkan gejala yang tidak diinginkan atau kematian. Perhatikan cincin jempol
dan plunger berpentil. Pentil itu menembus tutup karet cartridge anestesi, yang
memungkinkan aspirasi ketika operator menarik plunger melalui jarum suntik pada cincin
jempol.
F. Instrument
Untuk instrumen yang biasa digunakan pada anastesi lokal, dapat dilihat pada gambar 3.
Prosedur
A. Pengisian Tabung Syringe
Ketika jarum sekali pakai digunakan, hub plastik berulir ke syringe tanpa merusak segel
atau memindahkan silinder plastik pelindung luar. Langkah pertama adalah memasukkan
jarum yang tepat. Langkah berikutnya adalah untuk menarik plunger dari jarum suntik
dan masukkan carpuletm (cartridge) dari obat bius. Setelah memasukkan carpuletm,
lepaskan plunger dan amankan pentil pada stopper karet dengan menyolok cincin jempol
di telapak tangan. Pelindung silinder dapat dilepas tergantung kebutuhan dan
kenyamanan operator dalam bekerja. Hal ini biasanya akan dilakukan setelah carpuletm
larutan anestesi telah dan disisipkan tepat sebelum injeksi diberikan. Hub dan jarum dan
dibuang setelah digunakan, berikut pencegahan standar, dan sesuai dengan kebijakan
lokal.
B. Injeksi.
Ketika operator siap menyuntikkan larutan anestesi, daerah injeksi/ kerja harus
dikeringkan dengan kain kasa. Operator dapat mengaplikasikan antiseptik ke daerah
tersebut dengan aplikator, sehingga jaringan tersebut siap untuk di injeksi.
Anestesi lokal tidak diragukan lagi adalah obat yang paling sering digunakan dalam
praktek kedokteran gigi. Jarum anestesi tersedia dalam ukuran (gauge) yang berbeda dan
panjang. Jarum dengan ukuran panjang biasanya digunakan terutama untuk injeksi "blok"
dan jarum pendek untuk tipe injeksi infiltrasi. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk
menggunakan jarum panjang pada kedua jenis injeksi. Gauge 25 merupakan jarum
panjang yang disediakan dalam bidang gigi.
C. Komplikasi
Meskipun telah mengikuti teknik, dan obat-obatan yang digunakan memiliki batas
keselamatan yang sangat tinggi, dan peralatan yang digunakan efisien dan mudah
disterilkan, komplikasi masih dapat terjadi. Komplikasi paling umum adalah sinkop
(pingsan) yang disebabkan oleh anemia otak (yang biasanya psikogenik di alam) dan
biasanya berlangsung dari 30 detik sampai 2 menit. Kadang-kadang, reaksi alergi
terhadap obat yang dipakai mungkin timbul, tetapi ini sangat jarang.

3.1.6 Perbedaan Dosis Pada Anak-Anak Dan Dewasa


jenis injeksi jarum Nervus yang di anastesi dosis
dewasa anak
Injeksi supraperiosteal
1 7/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. -25 gauge-hub.pendek
1 in-27 gauge-hub pendek Nervus alveolaris superior posterior
1-2 cc
0,5-1 cc
Injeksi supraperiosteal
1 7/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. -25 gauge-hub.pendek
1 in-27 gauge-hub pendek Nervus alveolaris superior medius
1-2 cc 0,5-1 cc
Injeksi supraperiosteal
1 7/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. - 25 gauge-hub.pendek
1 in - 27 gauge-hub pendek Nervus alveolaris superior anterior
1-2 cc
0,5-1 cc
Injeksi blok
*injeksi zigomatik
1 7/8 in. - 25 gauge-hub panjang
1 7/8 in. - 23 gauge-hub pendek Blok nervus alveolaris superior posterior sebelum masuk
ke maksila di atas molar ketiga
11/2 - 2 cc
0,75-1 cc
Injeksi blok
Injeksi infraorbital
1 7/8 in. – 23 gauge – hub panjang

1 7/8 in – 25 gauge - hub pendek Blok n.infraorbitalis melalui deponir anastetikum ke


dalam canalis infraorbitalis agar nervus cabang seperti n.alveolaris superior medius n
anterior teranastesi
2 cc
1 cc
Injeksi blok
*injeksi mandibular
1 7/8 in. – 23 gauge – hub panjang
1 7/8 in. – 25 gauge – hub pendek Blok n.alveolaris inferior dengan deponir anastetikum
sebelum masuk ke canalis mandibula 2 cc 1 cc
Injeksi blok
*injeksi mentalis
1 7/8 in. – 25 gauge – hub panjang Blok n.alveolaris inferior dengan deponir anastetikum
ke dalam canalis mandibula melalui foramen mentale 1 cc 0,5 cc

jenis injeksi jarum Nervus yang di anastesi dosis


dewasa anak
Injeksi bukalis longus
17/8 in. – 23 gauge – hub panjang
17/8 in. – 25 gauge – hub pendek
Nervus bukalis longus 0,75 cc 0.375 cc
Injeksi lingual
17/8 in. – 25 gauge – hub panjang Nervus lingualis 0,5 cc 0,25 cc
Injeksi n. nasopalatinus 1 in. – 25 gauge - hub pendek
1 in. – 27 gauge - hub pendek Nervus nasopalatinus 0,5 cc 0,25 cc
Injeksi nervus palanus mayor
17/8 in. – 25 gauge-hub panjang
1 in. – 25 gauge – hub pendek
1 in. – 27 gauge – hub pendek Nervus palatines mayor 0,5 cc 0,25 cc
Injeksi intraseptal
17/8 in. gauge – hub panjang
13/4 in. – hub pendek Nervus yg berkontak langsung dengan anastetikum yang mengalir
masuk ke dalam apicis dentis dan membrane periodontium 0,5 cc 0,25 cc

3.1.7 Faktor Penyebab Keefektifan Dan Kegagalan Dalam Anastesi Lokal


Faktor Penyebab Keefektifan dan Kegagalan Anestesi Lokal:
kadar obat dan potensinya
jumlah pengikatan obat oleh protein dan pengikatan obat ke jaringan local
kecepatan metabolisme
perfusi jaringan tempat penyuntikan obat.
Onset, intensitas, dan durasi blokade saraf ditentukan oleh ukuran dan lokasi anatomis
saraf.
Adanya perbedaan sensitifitas serabut saraf
Pada umumnya serabut saraf kecil lebih peka terhadap anestesi local.
Serabut saraf terkecil yang tidak bermielin pada umumnya lebih cepat dihambat daripada
serabut bermielin.
Kepekaan serabut sasraf tidak tergantung dari fungsi serabut, dengan demikian serabut
sensorik maupun motorik yang sama besar tidak berbeda kepekaannya.
Serabut halus bermielin melebihi kepekaan serabut besar bermielin.
Anestetika lokal umumnya kurang efektif pada jaringan yang terinfeksi dibanding
jaringan normal, karena biasanya infeksi mengakibatkan asidosis metabolik lokal, dan
menurunkan pH.
Anomali serabut saraf antar individu
Psikologis pasien

3.2 EKSODONSIA
3.2.1 Tehnik Pencabutan
Pada dasarnya hanya ada 2 metode pencabutan . Metode pertama yang cukup memadai
dalam sebagian besar kasus biasanya disebut “forceps extraction” (pencabutan dengan
tang) dan terdiri dari pencabutan gigi atau akar dengan menggunakan tang atau bein atau
kedua-duanya. Blade instrument-instrumen ini ditekan masuk ke dalam membrane
periodontal antara akar gigi dan dinding tulang soket. Metode ini biasa disebut sebagai
pencabutan “intraalveolar”
Metode pencabutan yang lain adalah memisahkan gigi atu akar dari perlekatannya
dengan tulang. Pemisahan ini dilakukan dengan mengambil sebagian tulang penyanngga
akar gigi itu yang mana kemudian dikeluarkan dengan bein dan/tang. Teknik ini lazimnya
disebut “surgical method” (metode pembedahan), tetapi karena semua pencabutan yang
dilakukan merupakan prosedur bedah, maka nama yang lebih baik dan lebih akurat
adalah pencabutan “trans-alveolar”.
Prinsip-prinsip Mekanik pencabutan
Ekspansi dinding tulang soket, untuk memungkinkan pengambilan gigi yang terdapat di
dalamnya. Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan gigi sebagi instrument yang
dapat melebarkan dan ini merupakan factor terpenting dalam pencanutan dengan tang.
Penggunaan sebuah pengungkit dan titik tumpu , untuk mendesak gigi atau akar keluar
dari soketnya sepanjang lintasan dengan hambatan terkecil. Ini merupakn factor dasar
yang menentukan penggunaan bein untuk mencabut gigi geligi serta akar0-akar dan
penggunaan instrument .
Penggunaan sebuah penjepit, antara akar gigi dan dinding tulang soket, yang mana
menyebabkan gigi terangkat dari soketnya.

Pencabutan Intra-Alveolar
Pencabutan gigi geligi rahang atas
Insisivus sentral sering memilki akar yang berbentuk konis dan dapat dapat diatasi
dengan hanya melakukan pergerakan rotasi.
Insisisvus lateral memilki akar-akar yang ramping dan seringkali permukaan mesial
maupun distalnya rata. Pilihlah tang blade yang kecil dan pegang akarnya dengan baik
sebelum memberikan tekanan pada gigi tersebut.
Caninus memilki akar yang panjang dan kuat dengan potongan melintang yang berbentuk
segitiga. Beberapa tang gigi caninus memilki ujung yang terlalu lebar sehingga
membentuk kontak 2 titik jika digunakan. Dengan benar dengan akarnya. Dalam
sebagian kasus gigi ini lebih baik dipecah.Bila akan melakukan pencabutan berganda,
maka kemungkinan terjadinya fraktur pada lapisan tulang labial pada saat caninus di
cabut dapat berkurang dengan mencabut gigi ini sebelum gigi insisivus lateral dan
premolar pertamanya, karena pencabutan terlebih dahulu pada gigi insisivus lateral dan
premolar akan melemahkan lapisan tulang labial.
Premolar pertama rahang atas memilki dua akra kecil yang mungkin membengkok dan
meregang. Dan selama pencabutan sering terjadi fraktur.

Pencabutan Gigi geligi Rahang Bawah


Incisivus rahang bawah memiliki akar-akar yang kecil dan rata pada bagian
sampingnya(pipih).Gigi geligi ini mungkin sangat mudah untuk dicabut tapi kadang-
kadang juga sangat rapuh, sehingga harus digunakan tang dengan blade yang kecil.
Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah, sering dapat di permudah dengan
menggoyangkannya dengan bein lurus.
Akar dari caninus rahang bawah lebih panjang dan lebih kokoh daripada akar gigi
tetangganya. Apeknya sering memiliki inklinasi ke distal. Harus dgnkan sbh tang dengan
blade yang lebih lebar dan penggunaannya pada gigi memerlukan kecermatan yang
tinggi.
Premolar rahang bawah memiliki akar” yang berbentuk runcing dan apeknya mungkin
memiliki inklinasi ke distal. Akar-akar premolar rahang bawah sering tertanam dalam
tulang yang padat dan jika terjadi fraktur selama pencabutan, biasanya harus dikeluarkan
dengan jalan pembedahan. Sepasang tang dengan blade yang cukup kecil untuk
mendapatkan kontak dengan dua titik pada akar harus digunakan secara hati-hati pada
gigi tersebut.
Molar rahang bawah paling tepat dicabut dengan tang molar tapi banyak operator yang
tidak menggunakan tang ini oleh karena mereka menjumpai banyak kesulitan dalam
memasukkan blade yang lebar itu ke dalam membrane periodontal. Jika ia tidak bertindak
hati-hati dalam mendorong masuk blade ke dalam membrane periodontal sehingga massa
akar dapat dipegang, maka mahkota gigi itu akan hancur di dalam tang.

Pencabutan gigi geligi susu


Sementara pencabutan gigi geligi aanterior ini biasanmya sangatlah mudah bila
menggunakan tehnik dasar, tapi pencabutan terhadap gigi molar pertama san molar kedua
susu kadang-kadang lebih sulit daripada gigi permanen penggantinya. Kesulitan ini
ditimbulkan oleh gabungan dari beberapa factor.mulut yang kecil dan memberikan jalan
masuk terbatas, dan gigi premolar yang sedang di bentuk terdapat diantara akar-akar gigi
susu pendahulunya
Tehnik pencabutan gigi geligi susu ini pada dasarnya sama dengan tehnik yang
digunakan dalam pencabutan terhadap gigi geligi permanen. Yang penting terutama bila
menggunakan tang, adalah memastikan bahwa bladenya cukup kecil agar dapat masuk ke
dalam membrane periodontal dan blade ini digunakan pada akar.

Pencabutan Trans-Alveolar
Metode pencabutan ini terdiri dari pemisahan gigi atau akar dari perlekatannya dengan
tulang. Metode ini sering disebut dengan metode “terbuka” atau metode “pembedahan”.
Namun karena semua pencabutan yang dilakukan merupakan suatu prosedur bedah, maka
nama yang lebih baik dan lebih akurat adalah pencabutan :trans-alveolar”, dan metode ini
harus digunakan bila terdapat salah satu dari indikasi-indikasi berikut ini :
Setiap gigi yang tidak dapat dicabut dengan pencabutan intra-alveolar dengan
menggunakan gaya yang cukup besar.
Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan bein, terutama
sisa akar yang berhubungan dengan sinus maksilaris
Riwayat pencabutan-pencabutan yang sulit
Setiap gigi dengan restorasi yang cukup besar , terutama bila akarnya telah diisi atau tak
berpulpa
Gigi geligi yang mengalami hipersementosis atau ankilosis
Gigi geligi yang m,engalami geminasi atau dilaserasi
Gigi geligi yang secara roentgenologis menunjukkan pola-pola akar yang rumit, atau akar
–akar dengan arah lintasan pengeluaran yang tidak menguntungkan atau rumit.
Bila akan dicabut pemasangan gigi tiruan segera atau sesaat setelah pencabutan.
Setelah memutuskan akan menggunakan metode “trans-alveolar” untuk mencabut sebuah
gigi atau akar, jenis anastesi yang akan digunakan harus ditetapkan, dan rencana secara
keseluruhan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan serta menghindari atau menghadapi
setiap komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi harus disusun.komponen-komponen
yang penting dari rencana semacam ini adalah bentuk flap mukopeiostealnya, metode
yang akan digunakanuntuk mengeluarkan gigi atau akar-akar dari soketnya , dan
pengambilan tulang yang dibutuhkan untuk memudahkannya.

3.2.2 Instrumen Untuk Eksodonsia


Tiap dokter gigi memiliki instrument favorit dan ini menyebabkan kesulitan dalam
penyusunan alat-alat yang dipergunakan . Mahasiswa yang sedang belajar melakukan
pencabutan gigi, harus dilatih menggunakan instrument yang terbatas pada tahap
pertama. Untuk itu amatlah baik bila digunakan instrument dasar dan meskipun para
pembimbing mungkin memiliki pandangan yang berbeda tentang komposisi satu
perangkat instrument, kebanyakan menyetujui penggunaan instrument baja tahan karat
karena kepraktisannya.
Peralatan modern yang dianjurkan untuk tujuan ini secara mudahnya digolongkan
menjadi dua golongan yaitu tang dan elevator,
Tang Pencabut Gigi
Untuk Gigi Tetap Nomor
Tang akar gigi bawah (kecil) 74n
Tang akar gigi bawah (besar) 137
Tang mahkota gigi molar bawah 73
Tang atas lurus (kecil) 29
Tang atas lurus (besar) 2
Tang premolar atas (read) 76s
Tang premolar atas (kecil) 147
Tang mahkota gigi molar atas (kiri dan kanan) 94 dan 95
Tang bayonet atas 101

Untuk Gigi Sulung


Tang atas lurus 163
Tang akar gigi atas lurus 159
Tang mahkota gigi molar atas 157
Tang akar gigi bawah 162
Tang mahkota gigi molar atas 160

Elevator
Bentuk Warwick James (kiri dan kanan)
Bentuk Cryer 30/31 (kiri dan kanan)
Bentuk Lindo Levien (besar, sedang dan kecil)
Mouth gag dengan lidah Ferguson
Pengganjal gigi McKesson (1 set terdiri dari 3 buah)

3.2.3 Indikasi, Kontraindikasi Dan Komplikasi Eksodonsia


Indikasi
Beberapa Indikasi pencabutan gigi :
1. Gigi dengan supernumerary, maksudnya gigi yang berlebih yg tumbuh secara
tidak normal.
2. Gigi persistensi, gigi sulung yang tidak tanggal pada waktunya, sehingga
menyebabkan gigi tetap terhambat pertumbuhannya.
3. Gigi yang menyebabkan fokal infeksi, maksudnya dengan keberadaan gigi yang tidak
sehat dapat menyebabkan infeksi pada tubuh manusia.
4. Gigi yang tidak dapat dirawat secara endodontik/restorasi, gigi yang tidak bisa lagi
dirawat misalnya; tambal, perawatan saluran akar.
5. Gigi dengan fraktur/patah pada akar krena trauma misalnya jatuh, kondisi ini jelas
akan membuat rasa sakit berkelanjutan pada penderita hingga gigi tersebut menjadi non
vital atau mati.
6. Gigi dengan sisa akar, sisa akar akan menjadi patologis karena hilangnya jaringan ikat
seperti pembuluh darah, kondisi ini membuat akar gigi tidak vital.
7. Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang alveolar ataupun pada garis fraktur
tulang alveolar, kondisi ini sama dengan gigi pada fraktur pada akar.
8. Untuk keperluan perawatan ortodontik ataupun prostodontik, biasanya hal ini
merupakan perawatan konsul dari bagian ortodontik dengan mempertimbangkan
pencabutan gigi untuk mendapatkan ruangan yang dibutuhkan dalam perawatannya.
9. Dan biasanya yang terakhir adalah keinginan pasien untuk dicabut giginya, dengan
pertimbangan 'langsung' menghilangkan keluhan sakit giginya, walaupun gigi tersebut
masih dirawat secara utuh.
Kontraindikasi
Untuk mendukung diagnosa yang benar dan tepat serta menyusun rencana perawatan
yang tidak menimbulkan akibat yang tidak diinginkan, maka sebelum dilakukan tindakan
eksodonsi atau tindakan bedah lainnya harus dipersiapkan dahulu suatu pemeriksaan
yang teliti dan lengkap. Yaitu dengan pertanyaan adakah kontra indikasi eksodonsi atau
tindakan bedah lainnya yang disebabkan oleh faktor lokal atau sistemik.
Kontra indikasi eksodonsi akan berlaku sampai dokter spesialis akan memberi ijin atau
menanti keadaan umum penderita dapat menerima suatu tindakan bedah tanpa
menyebabkan komplikasi yang membahayakan bagi jiwa penderita.
Kontra Indikasi Sistemik
Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan khusus
untuk dilakukan eksodonsi. Bukan kontra indikasi mutlak dari eksodonsi. Faktor-faktor
ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi
riwayat penyakit tersebut, eksodonsi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien
sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa
dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya komplikasi
sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah pencabutan gigi.
Diabetes Mellitus
Malfungsi utama dari diabetes melitus adalah penurunan absolute atau relative kadar
insulin yang mengakibatkan kegagalan metabolisme glukosa. Penderita diabetes melitus
digolongkan menjadi:
Diabetes Melitus ketergantungan insulin (IDDM, tipe 1, juvenile,ketotik, britlle).
Terjadi setelah infeksi virus dan produksi antibodi autoimun pada orang yang
predisposisi antigen HLA. Biasanya terjadi pada pasien yang berumur di bawah 40 tahun.
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NDDM, tipe 2, diabetes dewasa stabil).
Diturunkan melalui gen dominan dan biasanya dikaitkan dengan kegemukan. Lebih
sering terjadi pada umur di atas 40 tahun.
Pembedahan dentoalveolar yang dilakukan pada pasien diabetes tipe 2 dengan
menggunakan anestesi local biasanya tidak memerlukan tambahan insulin atau
hipoglikemik oral. Pasien diabetes tipe 1 yang terkontrol harus mendapat pemberian
insulin seperti biasanya sebelum dilakukan pembedahan; dan makan karbohidrat dalam
jumlah yang cukup. Perawatan yang terbaik untuk pasien ini adalah pagi hari sesudah
makan pagi. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, yang sering disebabkan oleh
karena sulit mendapatkan insulin, harus dijadikan terkontorl lebih dahulu sebelum
dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan rujukan dan kemungkinan pasien harus
rawat inap.

Diabetes dan Infeksi


Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik
untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan
mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga
memerlukan pemberian antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut
diduga keras akibat defisiensi leukosit polimorfonuklear dan menurunnya atau
terganggunya fagositosis, diapedisis, dan khemotaksis karena hiperglikemi. Sebaliknya,
infeksi orofasial menyebabkan kendala dalam pengaturan dan pengontrolan diabetes,
misalnya meningkatnya kebutuhan insulin. Pasien dengan riwayat kehilangan berat badan
yang penyebabnya tidak diketahui, yang terjadi bersamaan dengan kegagalan
penyembuhan infeksi dengan terapi yang biasa dilakukan, bisa dicurigai menderita
diabetes.
Keadaan Darurat pada Diabetes
Diabetes kedaruratan, syok insulin (hipoglikemia), dan ketoasidosis (hiperglikemia) lebih
sering terjadi pada diabetes tipe 1. Kejadian yang sering terlihat adalah hipoglikemia,
yang dapat timbul sangat cepat apabila terjadi kegagalan menutupi kebutuhan akan
insulin dengan asupan karbohidrat yang cukup. Sedangkan ketoasidosis biasanya
berkembang setelah beberapa hari. Pasien yang menderita hipoglikemia menunjukkan
tanda-tanda pucat, berkeringat, tremor, gelisah, dan lemah. Dengan pemberian glukosa
secara oral (10-20 gram), kondisi tersebut akan dengan mudah membaik. Kegagalan
untuk merawat kondisi ini akan mengakibatkan kekejangan, koma, dan mungkin
menyebabkan kematian. Untuk mengatasi ketoasidosis diperlukan pemberian insulin dan
cairan. Hal tersebut sebaiknya dilakukan di rumah sakit (pasien rawat inap).

Kehamilan
Pregnancy bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi,
karena tidak ada hubungan antara pregnancy dengan pembekuan darah. Perdarahan pada
gusi mungkin merupakan manifestasi dari pregnancy gingivitis yang disebabkan
pergolakan hormon selama pregnancy.
Yang perlu diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus
yang meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap setelah melahirkan, namun cukup
dapat menimbulkan masalah saat dilakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan
perusakan jaringan dan pembuluh darah. Jadi, bila ada pasien dalam keadaan pregnant
bermaksud untuk scaling kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya di-refer dulu untuk
pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, dan kadar gula darahnya. Jangan lupa
sebelum dilakukan tindakan apapun, pasien dilakukan tensi dulu.
Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi (dimana hal itu tidak bisa dihindari lagi,
pencabutan gigi (dan juga tindakan surgery akut lainnya seperti abses,dll) bukanlah suatu
kontraindikasi waktu hamil. Hati-hati bila pada 3 bulan pertama. rontgen harus dihindari
saja kecuali kasus akut (politrauma, fraktur ,dll). Hati-hati bila menggunakan obat bius
dan antibiotic, (ada daftarnya mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (FDA)
sedative (nitrous oxide, dormicum itu tidak dianjurkan). Kalau memang harus dicabut
giginya atau scalling pada ibu hamil, waspada dengan posisi tidurnya jangan terlalu
baring, karena bisa bikin kompresi vena cafa inferior.
Kalau memang riskan, dan perawatan gigi-mulut tidak dapat ditunda sampai post-partus,
maka sebaiknya tindakan dilakukan di kamar operasi dengan bekerja sama dengan tim
code blue, atau tim resusitasi. Ekstraksi gigi pada pasien hamil yang ’sehat’ bisa
dilakukan dengan baik dan aman di praktek, clinic biasa, atau rumah sakit.
Kesulitan yang sering timbul pada ekstraksi gigi pada ibu hamil adalah keadaan
psikologisnya yang biasanya tegang, dll. Seandainya status umum pasien yang kurang
jelas sebaiknya di konsulkan dulu ke dokter obsgin-nya.
Penyakit Kardiovaskuler
Sebelum menangani pasien ketika berada di klinik, kita memang harus mengetahui
riwayat kesehatan pasien baik melalui rekam medisnya atau wawancara langsung dengan
pasien. Jika ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak napas, kelelahan kronis,
palpitasi, sukar tidur dan vertigo maka perlu dicurigai bahwa pasien tersebut menderita
penyakit jantung. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat,
misalnya pemeriksaan tekanan darah. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung diagnosa
sehingga kita dapat menyusun rencana perawatan yang tepat dan tidak menimbulkan
akibat yang tidak diinginkan.
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi eksodonsi. Kontra indikasi
eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan eksodonsi pada
pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini
dokter spesialis jantung. Dengan berkonsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi atau
izin dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima
tindakan eksodonsi tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta
tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan eksodonsi,
misalnya saja penderita jantung rema harus diberi penicillin sebelum dan sesudah
eksodonsi dilakukan.

Kelainan Darah
a. Purpura hemoragik
Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan dari dalam gusi
merupakan keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan karena fragilitas kapiler (daya
tahan kapiler abnormal terhadap rupture) pada pasien tersebut dalam keadaan kurang,
sehingga menuju kearah keadaan mudah terjadi pendarahan petechie dan ecchimosis.
Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca eksodonsia, atau
pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada pemerikasaan darah yaitu
waktu pendarahan dan waktu penjedalan darah, juga konsentrasi protrombin.
b. Lekemia
Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya
dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi perdarahan.
b.1. Lekemia Limfatika
Tanda2 :
• badan mkn lelah dan lemah
• tanda2 anemia à pucat, jantung berdesir, tknn drh rendah
• limfonodi membesr dsluruh tbh
• gusi berdarah
• petechyae
• perdarahan pasca eksodonsia
• batuk2
• pruritus
• pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder
b.2. Lekemia Mielogenous
• Kek. Tbh penderita bkrg
• bb berkurang
• tanda2 anemia
• pembesaran limfa
• perut terasa kembung & mual
• demam
• gangguan gastro intestinal
• gatal2 pada kulit
• perdrahan pd bbgai bag tbh
• gangguan penglihatan / perdarahan krn infiltrais leukemik
• perbesaran lien
• perdarahan petechyae
• perdrahan gusi
• rasa berat di daerah sternum
c. Anemia
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan
darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu, penderita anemia
memiliki kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler.
d. Hemofilia
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah,
hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang
meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor
koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh
darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin,
konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada
hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von
Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang
ditemukan.
Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan
perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada
penderita
Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan
menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah,
sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak
mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan
pasca ekstraksi.
Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu
seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga
dapat menyebabkan perdarahan.
Jaundice
Tanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut
bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa berwarna
kuning, juga terlihat pada cairan tubuh ( bila pigmen yang menyebabakan warna menjadi
kuning ).
Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat menyebabkan “prolonged hemorrahage”
yaitu perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima
pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau
sebelum eksodonsi lakukan premediksi dahulu dengan vitamin K.
AIDS
Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan secara hati-
hati, sering lesi oral tersebut tidak terpikirkan, karena lesi oral sering tidak terasa nyeri.
Macam-macam manifestasi infeksi HIV pada oral dapat berupa infeksi jamur, infeksi
bakteri, infeksi virus dan neoplasma.
Pada penderita AIDS terjadi penghancuran limfosit sehingga sistem kekebalan tubuh
menjadi berkurang. Pada tindakan eksodonsi dimana tindakan tersebut melakukan
perlukaan pada jaringan mulut, maka akan lebih mudah mengalami infeksi yang lebih
parah.Bila pasien sudah terinfeksi dan memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk
mendapatkan perawatan medis dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut
gigi.
Dengan demikian, apabila dokter gigi sudah menemui gejala penyakit mematikan ini
pada pasiennya, maka dokter bisa langsung memperoteksi diri sesuai standar universal
precautaion (waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa memakai sarung tangan, masker,
kacamata, penutup wajah, bahkan juga sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan
vaksin HIV.
Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita
sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga
penyembuhan luka terhambat.

Nefritis
Eksodonsi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat berakibat keadaan
nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter ahli sebelum melakukan eksodonsi.
Malignansi Oral
Di daerah perawatan malignasi suatu rahang melalui radiasi sel jaringan mempunyai
aktivitas yang rendah sehingga daya resisten kurang terhadap suatu infeksi. Eksodonsia
yang dilakukan di daerah ini banyak yang diikuti osteoradionekrosis rahang ( Archer,
1966 ). Apabila perawatan rad iasi memang terpaksa harus dikerjakan sehubungan
dengan malignansi tersebut maka sebaiknya semua gigi pada daerah yang akan terkena
radiasi dicabut sebelum dilakukan radiasi. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa
semua gigi yang masih ada di daerah itu, dibuang bersih dahulu sebelum penderita
menerima radiasi yang berat.
Tujuan utama adalah mencabut gigi-gigi dan melakukan alveolektomi seluruh processus
alveolaris sejauh sepertiga dekat apeks lubang alveolus. Mukoperiosteal flap dibuka lebar
pada daerah yang akan dikerjakan operasi dan kemudian direfleksikan ke arah lipatan
mukobukal atau lipatam labial. Semua tulang labial atau bukal diambil dengan
menggunakan chisel dan mallet. Pengambilan tulang tersebut meliputi daerah akar dan
interseptal, dan kemudian gigi-gigi dicabut. Dengan memakai bone rongers, chisel, bone
burs yang besar , kikir bulat. Semua tulang alveolus yang tinggal dan tulang kortikal
bagian lingual diambil dengan meninggalkan sepertiga dari tulang apeks alveolus.
Kemudian flaps yang berlebihan digunting agar masing-masing ujung flaps dapat
bertemu dengan baik, tanpa terdapat teganagan. Penyembuhan biasanya cepat dan
perawatan radiasi dapat dimulai dalam waktu seminggu.
Hipersensitivitas
Bagi pasien dengan alergi pada beberapa jenis obat, dapat mengakibatkan shock
anafilaksis apabila diberi obat-obatan pemicu alergi tersebut. Oleh karena itu, seorang
dokter gigi perlu melakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan dan
menghindari obat-obatan pemicu alergi.
Toxic Goiter
Ciri-ciri pasien tersebut adalah tremor, emosi tidak stabil, tachycardia dan palpitasi ,
keringat keluar berlebihan, glandula tiroidea membesar secara difus (kadang tidak ada),
exophthalmos (bola mata melotot), berat badan susut, rata-rata basal metabolic naik,
kenaikan pada tekanan pulsus, gangguan menstruasi (pada wanita), nafsu makan berlebih.

Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis tiroid, tanda-
tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah ,tidak terkontrol meskipun telah diberi obat
penenang.
Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah mulut, termasuk tindakan
eksodonsi, karena dapat menyababkan krisis tiroid dan kegagalan jantung.

Kontra Indikasi Lokal


Kontraindikasi eksodonsi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu infeksi
akut jaringan di sekitar gigi.
Infeksi gingival akut
Infeksi gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing ulcerative gingivitis
(ANUG) atau fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri
fusospirochaetal atau streptococcus.
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
a. memiliki OH yg jelek
b. perdarahan pada gusi
c. radang pada gusi
d. sakit
e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)
Infeksi perikoronal akut
Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi molar yang
terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi molar 3 bererupsi
sebagian (hanya muncul sedikit pada permukaan gusi). Keadaan ini menyebabkan bakteri
dapat masuk ke sekitar gigi dan menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis, makanan / plak
dapat tersangkut di bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga dapat mengiritasi gusi,
pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan rahang. Selain itu,
faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah trauma dari gigi di sebelahnya,
merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian atas.
Sinusitis maksilaris akut
Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi
sinus) terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung, kerongkongan,
sinus) mengalami pembengkakan. Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus
yang bermuara ke rongga hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara
normal. Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang mendorong terjadinya
infeksi sinus.
Gejala sinusitis akut :
¨ Nyeri, sakit di sekitar wajah
¨ Hidung tersumbat
¨ Kesulitan ketika bernapas melalui hidung
¨ Kurang peka terhadap bau dan rasa
¨ Eritem di sekitar lokasi sinus
¨ Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di sekitar wajah
Radiasi
Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi
akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh
dan terjadi keadaan septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan
oleh infeksi dengan tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan
infeksi berat pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat
dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien telah mengalami sepsis
dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic
dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
Tanda-tanda respon sistemik sepsis :
Takhipne (respirasi > 20 kali/menit
Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)
Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)
Sedangkan syok septik adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh tidak
cukupnya perfusi jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang disebabkan oleh sepsis.
Keadaan diatas kadangkala disebut juga Sindroma Respon Inflamasi Sistemik (Systemic
Inflammatory Response Syndrome = SIRS) yaitu suatu respon inflamasi sistemik yang
bervariasi bentuk kliniknya, ditunjukkan oleh dua atau lebih keadaan sebagai berikut :
a. Temperatur > 38
b. Denyut jantung > 90 kali /menit
c. Respirasi > 20 kali/menit
d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3

Komplikasi
Pendarahan (individu dengan penyakit hati pasien yang menrima terapi antikoagulan,
pasien yang minum aspirindosis tinggi: cek lab dan kerja sama dengan dokter spesialis
penanganan : menghindari pembuluh darah, mengetahui anatomi
regio resiko tinggi: palatum, a. Palatina mayor, vestikulum bukal M bawah, a.fasialis,
regio mandibula anterior, vaskularisasi melimpah
tekanan dan klem: penanganan awal perdarahan arteri adalah dengan penekanan langsung
dengan jari kasa darah deras , diklem dengan mehostat
Fraktur: disebabkan oleh tekanan berlebihan dan tidak terkontrol (fraktur ujung akar /
foramen, fraktur minor / mayor procalupolaris fraktur mandi bula)
Cedera jaringnan lunak
lecet : kesalahan teknik flap
luka besar bibir yang teranestasi tertekan handpiece: aplikas salip antibiotik / strtoid
empiseme sulokutan
Cidera saraf
ex: N linguasi paling sering cidera karena pencabutan m3 bawah yang implikasi
terapi: dekompresi, eksisi den anastomosis ulang
3.2.4 Perbedaan Eksodonsia Pada Gigi Sulung Dan Gigi Permanen
Pencabutan Gigi Susu
Pencabutan gigi susu atas : Gigi susu bisa dicabut dengan menggunakan tang (#150 atau
#151 (#150 S atau # 151 S). Gigi molar susu atas mempunyai akar yang memancar,yang
menyulitkan pencabutannya. Apabila masalah tersebut ditambah dengan adanya resorpsi
maka tekanan berlebihan sebaiknya dihindari. Seperti pada pencabutan semua gigi atas,
digunakan pinch grasp dan telapak menghadap keatas.
Pencabutan gigi susu bawah : Untuk pencabutan gigi molar susu, digunakan tang #151
dengan sling grasp, seperti pada gigi molar atas, biasanya gigi ini mempunyai akar
resopsi yang divergen. Pertimbangan utama pada pencabutan gigi susu adalah
menghindari cedera pada gigi permanen yang sedang berkembang. Misalnya tang #23
(crownHorn), bukan merupakan pilihan yang cocok untuk molar bawah susu. Apabila
diperkirakan akan terjadi cedera selama pencabutan dengan tang, sebaiknya direncanakan
pembedahan dan pemotongan gigi susu. Resorpsi akar menimbulkan masalah dalam
apakah akar ini sudah keluar semuanya atau belum. Apabila ada keraguan, sebaiknya
dilakukan foto rontgen. Sedangkan apabila pengambilan fraktur akar dianggap
membahayakan gigi permanen penggantinya, pencabutan gigi sebaiknya ditunda karena
rasio manfaat / resiko tidak menguntungkan.
Meskipun pencabutan gigi anterior susu biasanya amat mudah dilakukan dengan teknik
dasar pencabutan gigi. Gigi posterior susu terkadang lebih sulit dicabut daripada gigi
tetap penggantinya. Beberapa faktor berkombinasi menyebabkan kesulitan ini. Mulut
anak kecil dan akses terbatas serta gigi premolar yang sedang terbentuk terletak dikitari
akar gigi susu sehingga dapat rusak bila gigi molar susu diatasnya dicabut. Gigi molar
susu tidak memiliki massa akar dan karies yang kadang meluas hingga ke akar gigi
membuatnya sulit untuk dipegang dengan tang. Resorpsi akar gigi pada gigi geligi
campuran tidak terjadi dalam pola yang teratur dari apeks ke mahkota gigi. Sering bagian
samping dari akar gigi teresopsi dan secara tidak sengaja menahan fragmen akar gigi.
Teknik pencabutan gigi susu pada dasarnya dalah sama seperti teknik yang dipergunakan
untuk mencabut gigi tetap. Yang amat penting adalah ketika mengaplikasikan tang harus
yakin bahwa bilah tang cukup kecil untuk melewati membrane periodontal dan bahwa
bilah benar diaplikasikan pada akar gigi. Bila tang hanya ditempatkan pada sisi bukal dan
lingual dari gigi dan dipaksakan masuk kedalam jaringan benih gigi tetap pengganti dapat
menjadi rusak. Gerakan kearah lingual yang kuat biasanya menyebabkan gigi muncul
dari soketnya dan dapat dicabut dengan gerakan kebukal dan rotasi kedepan. Lebih baik
meninggalkan patahan fragmen akar gigi susu yang kecil yang akan mengalami resopsi
atau eksfoliasi daripada merusak atau mengubah posisi benih gigi tetap pengganti dalam
upaya menenemukan lokasi dan mengambil fragmen akar gigi susu tadi. Keputusan untuk
mengambil akar gigi tersebut, jaringan lunak harus cukup terbuka sehingga operator
dapat melihat jelas hubungan benih gigi tetaP pengganti dan memmungkinkan operator
mengeluarkan fragmen akar gigi tadi dengan melihat langsung.
Sewaktu mengaplikasikan bilah tang pada akar yang mengalami karies didaerah gusi
harus disadaribahwa gusi cenderung untuk tumbuh masuk ke dalam gigi tersebut,
sehingga bagian tepi akar gigi tersebut sebaiknya benar-benar terlihat. Akar gigi susu
yang tidak dpat dipegang dengan tang, harus digoyangkan kedalam kearah gigi tetap
yang sedang bertumbuh menggunakan elevator Warwick James, dengan memakai
dinding soket sebagai tumpuan. Akar gigi susu yang dicabut harus diperiksa untuk
memeriksa bahwa pencabutan telah sempurna. Permukaan gigi yang patah terasa rata dan
mengkilap dengan tepi yang tajam, akar yang mengalami resopsi biasanya kasar dengan
tepi tidak berbentuk tidak teratur.

Pencabutan Gigi Permanen


Pencabutan gigi geligi atas
Insisivus pertama memiliki akar gigi yang konus dan dapat dilakukan pencabutan hanya
dengan gerakan rotasi saja. Insisivus kedua memiliki akar gigi yang yang lebih ramping
dan sering datar pada permukaan distal dan mesial. Pilihlah bilah tang yang lebih kecil
dan bilah tang harus benar-benar masuk ke dalam akar gigi sebelum memberikan tekanan
pada gigi.
Kaninus memiliki akar gigi yang panjang dan kuat dengan potongan melintang yang
berbentuk segitiga. Beberapa tang kaninus memiliki bilah tang yang terlalu lebar untuk
membentuk ’ kontak dua titik’, jika diaplikasikan dengan benar pada akar gigi.
Premolar pertama atas memiliki dua akar gigi yang kecil, yang melengkung atau divergen
dan fraktur dapat terjadi selama pencabutan.
Pada mulut dengan gigi yang berjejal, gigi premolar kedua atas sering keluar dari
lengkung gigi. Pada beberapa kasus gigi tersebut dipegang dalam arah mesiodistal
dengan tang yang dipegang menyilang lengkung gigi dan pencabutan dilakukan, berarti
pencabutan gigi ini harus dengan pembedahan.
Akar gigi molar pertama atas tetap dapat menyebar sehingga bila tang molar
dipergunakan, haruslah hati-hati untuk memastikan bahwa bilah tangbenar-benar masuk
kemembran periodontal sehingga dapat memegang masa akar gigi. Pada beberapa kasus,
diindikasikan pencabutan transalveolar dengan pemecahan akar gigi.
Posisi sumbu panjang akar gigi molar ketiga atas adalah sedemikian rupa sehingga
mahkota gigi terletak lebih posterior daripada akar giginya. Ini mempersulit aplikasi
tang.dan bila mulut pasien membuka terlalu lebar, prosesus koronoid dapat mengganggu
masuknya tang dan menambah kesulitan. Namun, bila pasien menutup separuh mulut dan
tang bayonet atau tang premolardigunakan, biasanya gigi dapat dipegang dengan benar,
dan dengan tekanan kearah bukal sudah dapat mengeluarkannya. Gerakan kearah bukal
ini dapat dilakukan apabila pasien menggerakan mandibulanya kesisi pencabutan,
sehingga menggerakan procesus koronoid keluar dari daerah operasi. Pada banyak kasus,
akar gigi ini memiliki bentuk konus yang sederhana , tapi terkadang bentuk akar menjadi
lebih rumit sehingga menghambat pencabutan dengan tang dan untuk kasus ini
diindikasikan pencabutan dengan pembedahan.

Pencabutan gigi geligi bawah


Gigi insisivus bawah memiliki akar yang kecil dengan sisi yang rata. Gigi-gigi ini dapat
dengan mudah dicabut, tapi terkadang sangat rapuh. Tang dengan bilah kecil harus
digunakan. Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah, dapat juga dibantu dengan
menggoyangkannya menggunakan elevator atau bein lurus.
Akar gigi dari kaninus bawah lebih panjang dan lebih besar daripada gigi sebelahnya.
Apeksnya terkadangmiring kedistal. Tang dengan bilah yang lebih besar harus digunakan
dan diaplikasikan dengan cermat pada gigi.
Gigi premolar bawah memiliki akar berbentuk mengecil kebawah dan apeksnyadapat
miring kedistal. Akar gigi premolar bawah akarnya sering tertanam pada tulang yang
padat dan apabila fraktur selama pencabutan gigi biasanya dilakukan pembedahan untuk
mengeluarkannya. Tang dengan bilah kecil dengan menghasilkan ‘ kontak 2 titik’ pada
akar, harus diaplikasikan dengan hati-hati. Gerakan pertama harus kuat tapi perlahan, dan
hanya untuk pencabutan gigi premolar kedua saja, gerakan pertama yang harus dilakukan
adalah rotasi. Bila terasa ada tahanan pada rotasi. Bila terasa ada tahanan pada’rotasi
pertama’ jangan dipaksakan dan cobalah gerakan yang lebih klasik yaitu gerakan
kelateral. Bila pencabutan drngan gerakan rotasi tetap diteruskan, fraktur akar berbentuk
spiral dapat terjadi dan meninggalkan patahan akar gigi yang sulit dikeluarkan.
Gigi molar bawah paling bagus dicabut dengan tang molar, tapi banyak operator tidak
menggunakan tang ini karena mereka ,erasa lebih sulit memasukkan bilah tang membrane
periodontal tidak dilakukan dengan hati-hati, mahkota gigi dapat hancur akibat terjepit
oleh tang. Pada pencabutan gigi dengan karies gigi yang amat besar, banyak dokter gigi
lebih suka mengaplikasikan tang pada akar gigi daripada bagian mahkota gigi yang lebih
sehat. Gigi ini sering digoyangkan dengan tekanan kearah bukolingual dan paling baik
dicabut dengan tambahan gerak rotasi. Pencabutan gigi molar kedua dan ketiga bawah,
terkadang dapat dibantu dengan aplikasi elevator pada sebelah mesial sebelum aplikasi
tang. Teknik ini seharusnya tidak dilakukan selama pencabutan dengan tang gigi molar
pertama tetap bawah karena dengan pola akar berbeda premolar kedua, perlekatan gigi
premolar kedua dapat rusak akibat tekanan yang disalurkan melalui septum interdental.
Bentuk akar dari gigi molar ketiga bawahtetap amat bervariasi sehingga harus dibuat
pemotretan radiografi sebelum pencabutan gigi, meskipun gigi tersebut erupsi penuh.
Dalam banyak kasus, gigi ini lebih baik dibedah dari perlekatannya.

3.2.5 Perbedaan Tindakan Eksodonsi pada Mandibula dan Maksila serta Regio-regionya
Pengaturan Umum
Posisi Operator. Untuk mencabut semua gigi kecuali gigi molar kanan bawah, premolar
dan kaninus, operator berdiri pada samping tangan pasien, seperti gambar A. Untuk
pencabutan gigi kanan bawah dengan metode intra-alveolar, operator harus di belakang
pasien seperti gambar C. Terkadang operator harus berdiri lebih tinggi dengan menginjak
suatu kursi kecil supaya memperoleh posisi kerja optimal.

Tinggi Kursi Pasien. Ini adalah pertimbangan penting yang terkadang diabaikan. Bila
daerah pencabutan terlalu tinggi atau terlalu rendah bagi operator, berarti operator bekerja
pada keadaan mekanis yang tidak menguntungkan dan dalam posisi yang melelahkan
serta tidak nyaman.
Bila hendak dilakukan pencabutan gigi atas, kursi pasien harus disesuaikan sehingga
daerah kerja lebih kurang 8 cm di bawah bahu operator (gambar A). Selama pencabutan
gigi bawah, tinggi kursi pasien harus diatur sehingga gigi yang akan dicabut lebih kurang
16 cm di bawah siku operator (gambar B). Bila operator berdiri di belakang pasien
(gambar C), kursi pasien harus direndahkan secukupnya agar dokter gigi dapat melihat
jelas daerah kerja dan memperoleh posisi kerja yang nyaman. Hal ini dapat diperoleh bila
dokter gigi menggunakan kotak pijakan khususnya untuk pasien yang tinggi.
Lampu. Walaupun agak berlebihan untuk mnegatakan bahwa pencahayaan yang baik
pada daerah kerja adalah mutlak untuk keberhasilan pencabutan gigi, kegagalan
memperoleh penerangan yang cukup pada daerah kerja adalah kesalahan yang biasa
terjadi, dan merupakan alasan utama kegagalan sejumlah pencabutan gigi.
Dokter gigi harus mencoba untuk melakukan pekerjaan dalam suasana yang tenang,
efisien, tidak terburu-buru, dan sesuai dengan metode. Ini, bersamaan dengan dorongan
yang simpatik, akan banyak berpengaruh dalam memperoleh kerjasama dan kepercayaan
dari pasien. Operator harus mencegah timbulnya kekhawatiran dari pihak pasien dengan
hanya menunjukkan instrumen bila tidak lagi dapat disembunyikan. Ia harus berpijak
stabil selama prosedur perawatan dan harus yakin bahwa sepatu maupun lantai yang
dipijaknya tidak mengganggu keseimbangan tubuh.

Pencabutan dengan Tang


Pencabutan Gigi Geligi Atas
Insisivus pertama memiliki akar gigi yang konus dan dapat dilakukan pencabutan hanya
dengan gerakan rotasi saja.
Insisivus kedua memiliki akar gigi yang lebih ramping dan sering datar pada permukaan
distal dan mesial. Pilihlah bilah tang yang lebih kecil dan bilah tang harus benar-benar
masuk ke dalam akar gigi sebelum memberikan tekanan pada gigi.
Kaninus memiliki akar gigi yang panjang dan kuat dengan potongan melintang berbentuk
segitiga. Beberapa tang kaninus memiliki bilah yang terlalu lebar untuk membentuk
‘kontak dua titik’, jika diaplikasijan dengan benar pada akar gigi. Pada banyak kasus, gigi
ini lebih baik dibelah. Bila pencabutan multipel dilakukan, kemungkinan patahnya pelat
tulang alveolar sebelah labial sewaktu mencabut gigi kaninus dapat dikurangi dengan
mencabut gigi ini sebelum pencabutan gigi insisivus kedua dan gigi premolar pertama
akan melemahkan pelat tulang alveolar sebelah labial.
Premolar pertama atas memiliki dua akar yang kecil, yang melengkung atau divergen,
dan fraktur dapat terjadi selama pencabutan. Pada beberapa kasus, sumbu panjang gigi
semakin ke atas semakin miring ke medial, apeksnya lebih dekat dengan gigi kaninus
daripada apeks gigi premolar kedua. Inklinasi gigi perlu diperhatikan dan berhati-hatilah
ketika menempatkan bilah tang yang kecil sepanjang sumbu panjang gigi.
Sering dianjurkan agar gigi ini ditarik, tapi pada praktiknya gerakan ke lateral sering
diperlukan untuk mengeluarkan gigi dengan akar pipih yang divergen. Bila lebih
dominan dilakukan gerakan lateral dalam arah ke bukal dan terjadi fraktur akar gigi, akar
palatal biasanya dapat dikeluarkan semuanya, meninggalkan akar bukal yang lebih
mudah untuk dikeluarkan dengan pembedahan. Bila gigi telah nekrosis atau memiliki
restorasi yang besar, atau bila pasien mempunyai riwayat kesulitan dalam pencabutan
gigi, teknik transalveolar merupakan indikasi. Bila molar pertama atas tetap telah hilang,
gigi premolar atas dapat miring ke distal dan rotasi pada akar palatalnya. Rotasi ini, dan
juga kemiringan, harus dipertimbangkan dengan cermat bila mengaplikasikan bilah tang
pada gigi.
Gigi premolar kedua sering keluar dari lengkung rahang pada mulut dengan gigi yang
berjejal. Pada beberapa kasus gigi tersebut dapat dipegang dalam arah mesiodistal dengan
tang yang dipegang menyilang lengkung gigi, dan pencabutan gigi ini harus dengan
pembedahan.
Akar gigi molar pertama atas tetap dapat menyebar sehingga bila tang molar
dipergunakan, haruslah hati-hati untuk memastikan bahwa bilah tang benar-benar masuk
ke membran periodontal sehingga dapat memegang massa akar gigi. Pada beberapa
kasus, diindikasikan pencabutan transalveola dengan pemecahan akar gigi.
Bila gigi molar pertama telah hilang, dan gigi molar atas lainnya migrasi, gigi tersebut
cenderung rotasi pada akar palatal dan miring ke mesial. Atau pada beberapa kasus,
posisi massa akar molar kedua atas oblik terhadap mahkota gigi, sehingga disebut ‘akar
molar oblik’. Pada kedua keadaan tersebut, dapat massa akar sulit atau tidak mungkin
dipegang dengan tang molar; maka tang premolar atas harus digunakan, dengan bilah
bukal ditempatkan hati-hati pada akar mesiobukal atau distobukal, tetapi jangan di
antaranya.
Posisi sumbu panjang akar gigi molar ketiga atas adalah sedemikian rupa sehingga
mahkota gigi terletak lebih posterior daripada akar giginya. Ini mempersulit aplikasi tang,
dan bila mulut pasien membuka terlalu melebar, prosesus koronoid dapat mengganggu
masuknya tang dan menambah kesulitan. Namun, bila pasien menutup separuh mulut dan
tang bayonet atau tang premolar digunakan, biasanya gigi dapat dipegang dengan benar,
dan dengan tekanan ke arah bukal sudah dapat mengeluarkannya. Gerakan ke arah bukal
ini dapat dilakukan bila pasien menggerakkan mandibulanya ke sisi pencabutan, sehingga
menggerakkan prosesus koronoid keluar dari daerah operasi. Pada banyak kasus, akar
gigi ini memiliki konus yang sederhana, tapi terkadang bentuk akar menjadi lebih rumit,
sehingga menghambat pencabutan dengan tang, dan untuk kasus ini diindikasikan
pencabutan dengan pembedahan.
Jangan mencoba mengaplikasikan tang pada gigi molar ketiga atas yang erupsi sebagian
atau pada akar gigi posterior atas kecuali bila kedua permukaan bukal dan lingual terlihat
jelas. Bila tekanan diaplikasikan ke arah atas, gigi atau akar gigi dapat masuk ke dalam
sinus maksilaris.
Pencabutan Gigi Geligi Bawah
Gigi insisivus bawah memiliki akar yang kecil dengan sisi yang rata. Gigi-gigi ini dapat
dengan mudah dicabut, tapi terkadang sangat rapuh. Tang dengan bilah kecil harus
digunakan.
Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah, dapat juga dibantu dengan
menggoyangkannya menggunakan elevator/bein lurus.
Akar dari kaninus bawah lebih panjang dab lebih besar daripada gigi sebelahnya.
Apeksnya terkadang miring ke distal. Tang dengan bilah yang lebih besar harus
digunakan dan diaplikasikan dengan cermat pada gigi.
Gigi premolar bawah memiliki akar berbentuk mengecil ke bawah dan apeksnya dapat
miring ke distal. Akar gigi premolar bawah sering tertanam dalam tulang yang padat dan
bila fraktur selama pencabutan gigi biasanya diperlukan pembedahan untuk
mengeluarkannya. Tang dengan bilah kecil yang menghasilkan ‘kontak dua titik’ pada
akar, harus diaplikasikan dengan hati-hati. Gerakan pertama harus kuat tapi perlahan, dan
hanya untuk pencabutan gigi premolar kedua saja, gerakan pertama adalah rotasi. Bila
terasa tekanan pada rotasi pertama , jangan dipaksakan dan cobalah gerakan yang lebih
klasik, yaitu gerakan ke lateral. Bila usaha pencabutan dengan gerakan rotasi tetap
diteruskan, fraktur akar berbentuk spiral dapat terjadi, dan meninggalkan patahan akar
gigi yang sulit dikeluarkan.
Gigi molar bawah paling baik dicabut dengan menggunakan tang molar, tatapi banyak
operator tidak menggunakan tang ini karena mereka lebih sulit memasukkan bilah tang
yang lebih lebar ke dalam membran periodontal. Jika penekanan bilah tang ke dalam
membran periodontal tidak dilakukan dengan hati-hati, mahkota gigi dapat hancur akibat
terjepit oleh tang. Pada pencabutan gigi dengan karies yang amat besar, banyak dokter
gigi lebih suka mengaplikasikan tang pada aka gigi daripada bagian mahkota gigi yang
lebih sehat. Gigi ini sering digoyangkan dengan tekanan ke arah bukolingal dan paling
baik dicabut dengan tambahan gerak rotasi. Pencabutan gigi molar kedua dan ketiga
bawah terkadang dapat dibantu dengan aplikasi elevator pada sebelah mesial sebelum
aplikasi tang. Teknik ini seharusnya tidak dilakukan selama pencabutan gigi molar
pertama bawah tetap karena dengan pola akar yang berbeda dengan gigi premolar kedua,
perlekatan gigi premolar kedua dapat rusak akibat tekanan yang disalurkan melalui
septum interdental. Bentuk akar dari gigi molar ketiga bawah tetap amat bervariasi
sehingga harus dibuat pemotretan radiografi sebelum pencabutan gigi, meskipun gigi
tersebut erupsi penuh. Dalam banyak kasus, gigi ini lebih baik dibedah dari
perlekatannya.

3.2.6 Penatalaksanaan Bedah


Diagnosis dan Rencana Perawatan
Anamnesis untuk memperoleh riwayat secara lengkap dan pemeriksaan klinis yang
didukung oleh metode pemeriksaan tertentu bila perlu, memungkinkan diduganya
kesulitan yang bakal terjadi, dan komplikasi serta menetapkan pilihan teknik pencabutan
yang tepat.
Keputusan yang perlu diambil sehubungan dengan pembedahan
Pasien rawat jalan atau rawat inap, ditentukan oleh
Kondisi pasien
Kemungkinan lamanya operasi
Indikasi jenis anastesi
Apakah perlu kesiapan khusus?
–instruksi kepada pasien
- apakah perlu pemberian pramedikasi?
- apakah perlu pemberian nantibotik terlebih dahulu ?
- apakah dipetlukan bentukk perawatan medis yang lain (seperti antikonvulsi, insulin,
antikoagulan atau terapi steroid?
Pada saat operasi
Yakin bahwa semua instrument yang mungkin diperlukan sudah tersedia dan sudah steril
(dengan cara memikirkan tiap tahap prosedur dan mencatat daftar intrumen yang
diperlukan untuk melakukan tahap prosedur tadi)
Letakkan instrument dalam urutan seperti biasa pada baki steril atau pada trolley yang
telah didesinfeksi kering dengan bagian atasnya ditutup dengan lap steril.
Bila instrument yang dipergunakan mempunyai satu ujung, hanya tangkai instrument
ygang boleh disentuh.
Setelah digunakan, instrument harus dikembalikan ke tempat semula pada baki atau
trolley. Bahan-bahan yang kotor harus ditempatkan pada tempat yang terpisah.
Keperluan lain, penerangan yang cukup, asisten yang terampil, gambaran radiografis
daerah operasi, anastesi yg efektif, dan rencana operasi yang disusun untuk mengatasi
kesulitan dan menghindari komplikasi.
Pasca operasi
Resepkan analgesic seperlunya
Memberikan instruksi yang jelas sehubungan dengan
Kebersihan mulut,termasuk penggunaan kumur-kumur larutan saline hangat
Perdarahan, rasa sakit setelah dioperasi dan pembengkakan pasca operasi
Indikasi untuk perawatan darurat serta hal-hal yang perlu dilakukan
Buat janji untuk kanjungan berikutnya.
KOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI
the inspiration comes from notes
KOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI
I. Fraktur
II. Laserasi mukosa
III. Komplikasi pd injeksi
IV. Lesi pd nervus
V. Luksasi TMJ
VI. Perdarahan
VII. Perforasi sinus maksilaris
VIII. Komplikasi pd penyembuhan

I. FRAKTUR
1) Fraktur dari gigi
2) Fraktur dari alveolus
3) Fraktur dari tulang rahang

Etiologi fraktur :
1. Tehnik pencabutan gigi kurang sempurna
2. Keadaan gigi itu sendiri :
- Gigi rapuh karena karies besar
- Gigi mengalami kalsifikasi
- Karies servikal
- Akar abnormal
3. Tulang alveolus sangat tebal

1) FRAKTUR DARI GIGI


- Fraktur pd mahkota saja
- Fraktur dari akar
a. Fraktur 1 akar
b. Fraktur 2 akar
c. Fraktur semua akar
Metode pengambilan fraktur :
• metode terbuka
• metode tertutup
2) FRAKTUR PROC.ALVEOLARIS
- Hipersementose
- Sering pd pencabutan gigi caninus dan molar yg letaknya bukoversi
- Pd pencabutan molar maksila bagian distobukal turut tercabut
Perawatan :
- menghaluskan tulang yg tajam dengan bur atau knabel tang
3) FRAKTUR RAHANG
Sering pd pencabutan molar tiga rahang bawah, sering terjadi fraktur pd angulus atau
ramus
II. LASERASI MUKOSA
Yaitu sobekan pd mukosa, disebakan karena mukosa atau gingiva terjepit oleh tang pd
waktu manipulasi pencabutan gigi

III. LESI DARI NERVUS


- Nervus dpt terluka pd waktu pencabutan
- Nervus terluka pd waktu pemberian anestesi lokal krn terkena jarum tumpul, dpt
menyebabkan “ Prolonged anesthesis”
- Waktu penyuntikan ada sisa alkohol masuk ke dalam jaringan sampai ke nervus dpt
menyebabkan nekrose dan parastesi

IV. LUKSASIO SENDI RAHANG


Yaitu suatu keadaan dimana prosessus kondiloideus dng diskus artikularisnya keluar dari
fossa artikularis dan berada di depan tuberkulum artikularis
Luksasio TMJ ada 2 macam :
- Habitual
Dlm keadaan menguap saja dpt tjd luksasio ok kapsul artikularisnya kendor.
- Non habitual
Membuka mulut terlalu lebar
• Luksasi bilateral
→ dagu menonjol ke depan, pasien tdk dpt menutup mulut
• luksasi unilateral
→ dagu miring ke arah yg sehat, pasien tdk dpt menutup mulut
Perawatan : Reposisi

V. PERDARAHAN
Yaitu keluarnya darah yg tdk dpt berhenti sendiri tanpa sesuatu perawatan
Macam-macam perdarahan :
1. Menurut waktunya
a. Primer
Terjadinya pendarahan sewaktu tindakan pembedahan dilakukan krn banyaknya
pembuluh darah yg terpotong. Misalnya pd operasi kista, reseksi rahang
b. Intermedier
Yaitu pendarahan yg terjadi 6 – 12 jam sesudah tindakan pembedahan.
Penyebab :
Terlepasnya koagulum darah yg menyumbat pembuluh darah yg terputus.
Sesudah pembedahan penderita terlalu aktif
c. Sekunder
Yaitu keluarnya darah 12 jam hingga beberapa hari sesudah tindakan pembedahan.
Infeksi sekunder
Keadaan pasien yg lemah sekali
2. Menurut kausanya
a. Pendarahan krn trauma
Kecelakaan
Berkelahi
Tindakan pembedahan
Pencabutan gigi
b. Pendarahan krn non trauma
Disebabkan krn penyakit sistemik misalnya : anemia, leukemia, hemofilia, radang
pembuluh darah, hipovitaminosis C
3. Menurut pembuluh darah yg terkena
a. Pendarahan arterial
Tandanya : keluar darah yg berwarna terang dan memancar seperti air mancur yg sesuai
dg denyut nadi.
Dpt tjd pd pengambilan gigi impaksi, waktu pemboran tulang dpt menembus kanalis
mandibularis & mengenai arteri alveolaris inferior
b. Pendarahan vena
Yg terputus adalah vena, ditandai dg :
Darah yg keluar berwarna merah tua
Darah yg keluar banyak tapi mengalirnya lambat
c. Pendarahan kapiler
Kapiler yg terputus dan darah yg keluar merembes, tjd pd waktu pencabutan gigi
4. Perdarahan menurut lokalisasinya
a. Pendarahan eksterna
Keluarnya darah ke permukaan tubuh mll kulit
b. Pendarahan interna
Disini darah keluar mll pembuluh darah tetapi tdk keluar mll tubuh

Faktor2 yg menyebabkan terjadinya pendarahan :


1. Faktor lokal
a. Terkena atau terpotongnya suatu pembuluh darah yg besar
b. Kausa mekanis yg dpt mempengaruhi pembekuan darah :
Koagulum larut krn terlalu banyak kumur2
Koagulum lepas krn terkena gesekan lidah atau tangan
Krn pemberian tampon kurang padat
2. Faktor umum
a. Penyakit2 hepar, terdpt ggn pengeluaran cairan empedu
b. Kelainan susunan darah
c. Kelainan pembuluh darah
Pembuluh darah mudah pecah disebabkan krn resistensinya kurang, defisiensi vit.C
d. Pada keadaan tekanan darah meninggi

→ Penyakit2 yg memudahkan terjadinya pendarahan disebut dg “Haemorrhagic


Diathese”
→ Bila terdapat indikasi sistemik, dikonsultasikan ke dokter spesialis
→ Perawatan pendarahan secara lokal
1. Tekanan
2. Biologis
3. Kauterisasi kimia
4. Kauterisasi listrik
5. Pengikatan atau penjahitan
6. Hemostat
VI. PERFORASI SINUS MAKSILARIS
Lubang yg menghubungi antrum dg cavum oris

VII. KOMPLIKASI PD PENYEMBUHAN


Disebut “Dolor Post Extractionum” yaitu sakitnya makin lama makin terasa dan tdk mau
hilang setelah 2 – 3 hari
Sebab2 :
1. Trauma yg besar
2. Tulang alveolus yg tajam
3. Radang atau inflamasi dpt tjd pd luka bekas pencabutan krn perawatan luka yg kurang
baik, misalnya :
- Pasien memegang luka dengan jari
- Membiarkan kapas atau tampon diatas luka sehari penuh
4. Dry socket
Yaitu alveolus sesudah pencabutan gigi tdk terisi dg koagulum darah.
Gejala2nya :
- Sakitnya terus menerus dan mendalam
- Sakitnya kadang2 memancar
- Biasanya pasien dlm keadaan lemah objektif
- Adanya alveolus yg kosong sesudah pencabutan gigi dan hanya dilapisi selapis tipis
jaringan nekrotis yg berwarna abu2 dg dikelilingi ginggiva yg berwarna merah
- Jaringan nekrotis berbau gangren
- Kadang2 terdapat pembengkakan dari luar
Etiologi :
- Larutnya koagulum darah
- Tdk tjd koagulum darah

KOMPLIKASI LOKAL ANESTESI

Kegagalan pemberian lokal anestesi :


2. Tehnik yg kurang baik
3. Kelainan struktur anatomis dari pasien
4. Psikis pasien terganggu
5. Pasien resisten terhadap anestetikum
6. Anestetikum yg terlalu lemah
7. Anestetikum sudah lewat waktunya

Komplikasi lokal anestesi terjadi karena :


- Psikis penderita
- Anestetikum

Komplikasi lokal anestesi :


1. Kolaps
Keadaan pasien :
- Pucat
- Pusing
- Penglihatan gelap
- Keluar peluh dingin
- Denyut nadi menjadi kecil kadang2 disertai vomitus
Pertolongan :
- Pasien ditidurkan dg kepala lebih rendah dari badan
- Pakaian yg menekan harus dilonggarkan
- Berikan ventilasi yg cukup
- Bila pasien masih bisa mendengarkan, dpt ditenangkan dg perawatan mental
- Diciumkan amonia atau minyak colonge
2. Efek toksis dalam penggunaan anestesi lokal
Keracunan ringan :
- Nausea, vomitus
- Denyut nadi cepat sekali
- Gelisah
- Mengigau
- Sukar dalam bernafas
Keracunan berat :
- Kolaps
- Kejang2
- Depresi jantung
- Serebral anemi
- Kulit dingin
- Kadang pingsan
- Tremor dan spasme
- Otot bergetar
- Pasien tidak tenang
- Terasa sakit dlm perut
- Mual samapi muntah
- Jika paralise atau depresi pd alat pernapasan berakhir dgn kematian
Bahan vasokonstriksi yg ditambahkan pd bahan anestetikum dpt menyebabkan :
- Waktu anestesi lebih panjang
- Menahan absorpsi yg cepat dari susunan anestesi yg toksis
- Kurangnya perdarahan pd daerah operasi
3. Rasa sakit
Dpt tjd krn :
- Injeksi dalam : muskulus, kelenjar parotis, TMJ
- Rasa sakit pada injeksi krn : ujung jarum tumpul, mengeluarkan anestetikum terlalu
cepat, anestetikum tdk isotonis, infeksi pda tempat penyuntikan krn alat suntik tdk steril,
kontaminasi, anestetikum, mikroorganisme msk ke dlm jaringan
4. Alergi
5. Pemucatan jaringan
6. Kebutaan sementara
Tjd kalau cairan anestetikum sampai pada nervus optikus
7. Juling
Bila teranestesi N.Nasopalatinus sebelah kiri anterior, medius dan posterior
8. Terkelupas atau lecet
9. Trismus
Bila masuk ke dlm otot2 pengunyahan
10. Luka (ulcers)
11. Komplikasi pd tehnik pemberian anestesi
- Tuber anestesi menyebabkan hematom
- Mandibular anestesi : jarum putus, paralise xerostomia
- N. palatinus anterior. Anestesi menyebabkan :
Disfagia
Gaging
eccymosis
12. ”Prolonged Anestesi”
Penyebab :
1. Alkohol ketinggalan dlm jarum masuk ke dlm jaringan dekat nervus
Terapi : neuroterapi, fisioterapi, pembedahan
2. Nervus yg terluka krn ujung jarum bengkok
KOMPLIKASI SETELAH PENCABUTAN GIGI
Perdarahan
Sedikit perdarahan setelah dilakukan pencabutan gigi merupakan keadaan yang normal.
Perdarahan yang masih terjadi setelah 30-60 menit dilakukan penekanan dengan
menggigit tampon perlu perawatan lanjut hal ini disebut sebagai perdarahan primer
( primary hemorrhage ).
Dapat pula terjadi perdarahan setelah beberapa hari dilakukan pencabutan disebut
perdarahan sekunder ( secondary hemorrhage ).
Terapi :
Membersihkan Blood clot
Irigasi pada socket dengan isotonik salin
Perdarahan dari gusi diatasi dengan penjahitan
Perdarahan dari tulang dapat diatasi dengan penjahitan rapat dan ditambahkan diberi pack
Gigit tampon selama 15-30 menit
Diberikan obat-obatan coagulan.

Echymosis dan hematoma


Dapat terjadi sedikit echymosis setelah pencabutan gigi terutama pada penderita usia
lanjut
Bila terdapat echymosis dan hematoma dapat diatasi dengan kompres es pada hari
pertama dan selanjutnya dengan terapi panas.

Pembengkakan
Biasa terjadi setelah trauma, bila keadaan berlanjut biasanya terdapat infeksi dan perlu
diatasi dengan pemberian antibiotika.
Kadangkala bila terjadi infeksi disertai pula keadaan kesulitan membuka mulut
( trismus ), bilamana hal ini terjadi maka perlu diberikan latihan untuk membuka mulut
serta diberikan terapi panas. Bila trismus berkelanjutan perlu pemberian terapi diatermi
dan latihan membuka mulut.

Drysocket
Keadaan ini sering terjadi dan menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan setelah
pencabutan gigi.
Drysocket ditandai dengan hilangnya – rusaknya blood clot pada socket, dimulai dengan
adanya blood clod yang keabu-abuan dan diikuti rusaknya blood clot sehingga socket
terlihat kering.

Terapi :
irigasi dengan H2O2 atau normal saline
pemberian aplikasi lokal pada socket : alvolgyl, iodoform
II.2. Indikasi dan kontraindikasi pencabutan gigi
Indikasi : 4
1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.
2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan endodontic
tidak dapat dilakukan.
3. Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus
dilakukan pencabutan.
4. Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang
alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau
mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.
5. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
6. Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk
mencegah infeksi tulang.
7. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah
trauma atau kerusakan.
8. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies,
menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.
9. Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi
10. Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi dicabut)
11. Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi normal.
12. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat
membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang
berhubungan dengan osteomelitis.
13. Gigi dengan supernumerary, maksudnya gigi yang berlebih yg tumbuh secara tidak
normal.(2)
14. Gigi persistensi, gigi sulung yang tidak tanggal pada waktunya, sehingga
menyebabkan gigi tetap terhambat pertumbuhannya.(2)
15. Gigi yang menyebabkan fokal infeksi, maksudnya dengan keberadaan gigi yang tidak
sehat dapat menyebabkan infeksi pada tubuh manusia.(2)
16. Gigi dengan fraktur/patah pada akar krena trauma misalnya jatuh, kondisi ini jelas
akan membuat rasa sakit berkelanjutan pada penderita hingga gigi tersebut menjadi non
vital atau mati.(2)
17. Gigi dengan sisa akar, sisa akar akan menjadi patologis karena hilangnya jaringan
ikat seperti pembuluh darah, kondisi ini membuat akar gigi tidak vital.(2)
18. Untuk keperluan perawatan ortodontik ataupun prostodontik, biasanya hal ini
merupakan perawatan konsul dari bagian ortodontik dengan mempertimbangkan
pencabutan gigi untuk mendapatkan ruangan yang dibutuhkan dalam perawatannya.(2)
19. Dan biasanya yang terakhir adalah keinginan pasien untuk dicabut giginya, dengan
pertimbangan 'langsung' menghilangkan keluhan sakit giginya, walaupun gigi tersebut
masih dirawat secara utuh.(2)

Kontraindikasi :
Kontra Indikasi Sistemik(11)
Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan khusus
untuk dilakukan eksodonsi. Bukan kontra indikasi mutlak dari eksodonsi. Faktor-faktor
ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi
riwayat penyakit tersebut, eksodonsi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien
sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa
dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya komplikasi
sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah pencabutan gigi.
1. Diabetes Mellitus
Malfungsi utama dari diabetes melitus adalah penurunan absolute atau relative kadar
insulin yang mengakibatkan kegagalan metabolisme glukosa. Penderita diabetes melitus
digolongkan menjadi:
1. Diabetes Melitus ketergantungan insulin (IDDM, tipe 1, juvenile,ketotik, britlle).
Terjadi setelah infeksi virus dan produksi antibodi autoimun pada orang yang
predisposisi antigen HLA. Biasanya terjadi pada pasien yang berumur di bawah 40 tahun.
2. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NDDM, tipe 2, diabetes dewasa stabil).
Diturunkan melalui gen dominan dan biasanya dikaitkan dengan kegemukan. Lebih
sering terjadi pada umur di atas 40 tahun.
Pembedahan dentoalveolar yang dilakukan pada pasien diabetes tipe 2 dengan
menggunakan anestesi local biasanya tidak memerlukan tambahan insulin atau
hipoglikemik oral. Pasien diabetes tipe 1 yang terkontrol harus mendapat pemberian
insulin seperti biasanya sebelum dilakukan pembedahan; dan makan karbohidrat dalam
jumlah yang cukup. Perawatan yang terbaik untuk pasien ini adalah pagi hari sesudah
makan pagi. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, yang sering disebabkan oleh
karena sulit mendapatkan insulin, harus dijadikan terkontorl lebih dahulu sebelum
dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan rujukan dan kemungkinan pasien harus
rawat inap.
Diabetes dan Infeksi
Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik
untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan
mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga
memerlukan pemberian antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut
diduga keras akibat defisiensi leukosit polimorfonuklear dan menurunnya atau
terganggunya fagositosis, diapedisis, dan khemotaksis karena hiperglikemi. Sebaliknya,
infeksi orofasial menyebabkan kendala dalam pengaturan dan pengontrolan diabetes,
misalnya meningkatnya kebutuhan insulin. Pasien dengan riwayat kehilangan berat badan
yang penyebabnya tidak diketahui, yang terjadi bersamaan dengan kegagalan
penyembuhan infeksi dengan terapi yang biasa dilakukan, bisa dicurigai menderita
diabetes.
Keadaan Darurat pada Diabetes
Diabetes kedaruratan, syok insulin (hipoglikemia), dan ketoasidosis (hiperglikemia) lebih
sering terjadi pada diabetes tipe 1. Kejadian yang sering terlihat adalah hipoglikemia,
yang dapat timbul sangat cepat apabila terjadi kegagalan menutupi kebutuhan akan
insulin dengan asupan karbohidrat yang cukup. Sedangkan ketoasidosis biasanya
berkembang setelah beberapa hari. Pasien yang menderita hipoglikemia menunjukkan
tanda-tanda pucat, berkeringat, tremor, gelisah, dan lemah. Dengan pemberian glukosa
secara oral (10-20 gram), kondisi tersebut akan dengan mudah membaik. Kegagalan
untuk merawat kondisi ini akan mengakibatkan kekejangan, koma, dan mungkin
menyebabkan kematian. Untuk mengatasi ketoasidosis diperlukan pemberian insulin dan
cairan. Hal tersebut sebaiknya dilakukan di rumah sakit (pasien rawat inap).
2. Kehamilan
Pregnancy bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi,
karena tidak ada hubungan antara pregnancy dengan pembekuan darah. Perdarahan pada
gusi mungkin merupakan manifestasi dari pregnancy gingivitis yang disebabkan
pergolakan hormon selama pregnancy.
Yang perlu diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus
yang meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap setelah melahirkan, namun cukup
dapat menimbulkan masalah saat dilakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan
perusakan jaringan dan pembuluh darah. Jadi, bila ada pasien dalam keadaan pregnant
bermaksud untuk scaling kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya di-refer dulu untuk
pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, dan kadar gula darahnya. Jangan lupa
sebelum dilakukan tindakan apapun, pasien dilakukan tensi dulu.
Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi (dimana hal itu tidak bisa dihindari lagi,
pencabutan gigi (dan juga tindakan surgery akut lainnya seperti abses,dll) bukanlah suatu
kontraindikasi waktu hamil. Hati-hati bila pada 3 bulan pertama. rontgen harus dihindari
saja kecuali kasus akut (politrauma, fraktur ,dll). Hati-hati bila menggunakan obat bius
dan antibiotic, (ada daftarnya mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (FDA)
sedative (nitrous oxide, dormicum itu tidak dianjurkan). Kalau memang harus dicabut
giginya atau scalling pada ibu hamil, waspada dengan posisi tidurnya jangan terlalu
baring, karena bisa bikin kompresi vena cafa inferior.
Kalau memang riskan, dan perawatan gigi-mulut tidak dapat ditunda sampai post-partus,
maka sebaiknya tindakan dilakukan di kamar operasi dengan bekerja sama dengan tim
code blue, atau tim resusitasi. Ekstraksi gigi pada pasien hamil yang ’sehat’ bisa
dilakukan dengan baik dan aman di praktek, clinic biasa, atau rumah sakit.
Kesulitan yang sering timbul pada ekstraksi gigi pada ibu hamil adalah keadaan
psikologisnya yang biasanya tegang, dll. Seandainya status umum pasien yang kurang
jelas sebaiknya di konsulkan dulu ke dokter obsgin-nya.

3. Penyakit Kardiovaskuler
Sebelum menangani pasien ketika berada di klinik, kita memang harus mengetahui
riwayat kesehatan pasien baik melalui rekam medisnya atau wawancara langsung dengan
pasien. Jika ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak napas, kelelahan kronis,
palpitasi, sukar tidur dan vertigo maka perlu dicurigai bahwa pasien tersebut menderita
penyakit jantung. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat,
misalnya pemeriksaan tekanan darah. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung diagnosa
sehingga kita dapat menyusun rencana perawatan yang tepat dan tidak menimbulkan
akibat yang tidak diinginkan.
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi eksodonsi. Kontra indikasi
eksodonsi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan eksodonsi pada
pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini
dokter spesialis jantung. Dengan berkonsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi atau
izin dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima
tindakan eksodonsi tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta
tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan eksodonsi,
misalnya saja penderita jantung rema harus diberi penicillin sebelum dan sesudah
eksodonsi dilakukan.

4. Kelainan Darah
a. Purpura hemoragik
Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan dari dalam gusi
merupakan keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan karena fragilitas kapiler (daya
tahan kapiler abnormal terhadap rupture) pada pasien tersebut dalam keadaan kurang,
sehingga menuju kearah keadaan mudah terjadi pendarahan petechie dan ecchimosis.
Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca eksodonsia, atau
pengalaman pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada pemerikasaan darah yaitu
waktu pendarahan dan waktu penjedalan darah, juga konsentrasi protrombin.
b. Lekemia
Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya
dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi perdarahan.
b.1. Lekemia Limfatika
Tanda2 :
• badan mkn lelah dan lemah
pucat, jantung berdesir, tknn drh rendahץ tanda2 anemia
• limfonodi membesr dsluruh tbh
• gusi berdarah
• petechyae
• perdarahan pasca eksodonsia
• batuk2
• pruritus
• pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder
b.2. Lekemia Mielogenous
• Kek. Tbh penderita bkrg
• bb berkurang
• tanda2 anemia
• pembesaran limfa
• perut terasa kembung & mual
• demam
• gangguan gastro intestinal
• gatal2 pada kulit
• perdrahan pd bbgai bag tbh
• gangguan penglihatan / perdarahan krn infiltrais leukemik
• perbesaran lien
• perdarahan petechyae
• perdrahan gusi
• rasa berat di daerah sternum
c. Anemia
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan
darah untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu, penderita anemia
memiliki kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler.
d. Hemofilia
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah,
hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang
meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor
koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh
darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin,
konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada
hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von
Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang
ditemukan.
Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan
perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada
penderita

5. Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan
menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah,
sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak
mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan
pasca ekstraksi.
Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu
seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga
dapat menyebabkan perdarahan.

6. Jaundice
Tanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut
bronzed skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa berwarna
kuning, juga terlihat pada cairan tubuh ( bila pigmen yang menyebabakan warna menjadi
kuning ).
Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat menyebabkan “prolonged hemorrahage”
yaitu perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima
pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau
sebelum eksodonsi lakukan premediksi dahulu dengan vitamin K.

7. AIDS
Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan secara hati-
hati, sering lesi oral tersebut tidak terpikirkan, karena lesi oral sering tidak terasa nyeri.
Macam-macam manifestasi infeksi HIV pada oral dapat berupa infeksi jamur, infeksi
bakteri, infeksi virus dan neoplasma.
Pada penderita AIDS terjadi penghancuran limfosit sehingga sistem kekebalan tubuh
menjadi berkurang. Pada tindakan eksodonsi dimana tindakan tersebut melakukan
perlukaan pada jaringan mulut, maka akan lebih mudah mengalami infeksi yang lebih
parah. Bila pasien sudah terinfeksi dan memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk
mendapatkan perawatan medis dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut
gigi.
Dengan demikian, apabila dokter gigi sudah menemui gejala penyakit mematikan ini
pada pasiennya, maka dokter bisa langsung memperoteksi diri sesuai standar universal
precautaion (waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa memakai sarung tangan, masker,
kacamata, penutup wajah, bahkan juga sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan
vaksin HIV.

8. Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita
sifilis, daya tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga
penyembuhan luka terhambat.

9. Nefritis
Eksodonsi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat berakibat keadaan
nefritis bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter ahli sebelum melakukan eksodonsi.

10. Malignansi Oral


Di daerah perawatan malignasi suatu rahang melalui radiasi sel jaringan mempunyai
aktivitas yang rendah sehingga daya resisten kurang terhadap suatu infeksi. Eksodonsia
yang dilakukan di daerah ini banyak yang diikuti osteoradionekrosis rahang ( Archer,
1966 ). Apabila perawatan rad iasi memang terpaksa harus dikerjakan sehubungan
dengan malignansi tersebut maka sebaiknya semua gigi pada daerah yang akan terkena
radiasi dicabut sebelum dilakukan radiasi. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa
semua gigi yang masih ada di daerah itu, dibuang bersih dahulu sebelum penderita
menerima radiasi yang berat.
Tujuan utama adalah mencabut gigi-gigi dan melakukan alveolektomi seluruh processus
alveolaris sejauh sepertiga dekat apeks lubang alveolus. Mukoperiosteal flap dibuka lebar
pada daerah yang akan dikerjakan operasi dan kemudian direfleksikan ke arah lipatan
mukobukal atau lipatam labial. Semua tulang labial atau bukal diambil dengan
menggunakan chisel dan mallet. Pengambilan tulang tersebut meliputi daerah akar dan
interseptal, dan kemudian gigi-gigi dicabut. Dengan memakai bone rongers, chisel, bone
burs yang besar , kikir bulat. Semua tulang alveolus yang tinggal dan tulang kortikal
bagian lingual diambil dengan meninggalkan sepertiga dari tulang apeks alveolus.
Kemudian flaps yang berlebihan digunting agar masing-masing ujung flaps dapat
bertemu dengan baik, tanpa terdapat teganagan. Penyembuhan biasanya cepat dan
perawatan radiasi dapat dimulai dalam waktu seminggu.

11. Hipersensitivitas
Bagi pasien dengan alergi pada beberapa jenis obat, dapat mengakibatkan shock
anafilaksis apabila diberi obat-obatan pemicu alergi tersebut. Oleh karena itu, seorang
dokter gigi perlu melakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan dan
menghindari obat-obatan pemicu alergi.

12. Toxic Goiter


Ciri-ciri pasien tersebut adalah tremor, emosi tidak stabil, tachycardia dan palpitasi ,
keringat keluar berlebihan, glandula tiroidea membesar secara difus (kadang tidak ada),
exophthalmos (bola mata melotot), berat badan susut, rata-rata basal metabolic naik,
kenaikan pada tekanan pulsus, gangguan menstruasi (pada wanita), nafsu makan berlebih.

Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat mengakibatkan krisis tiroid, tanda-
tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah ,tidak terkontrol meskipun telah diberi obat
penenang.
Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah mulut, termasuk tindakan
eksodonsi, karena dapat menyababkan krisis tiroid dan kegagalan jantung.

Kontra Indikasi Lokal(11)


Kontraindikasi eksodonsi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu infeksi
akut jaringan di sekitar gigi.
1. Infeksi gingival akut
Infeksi gingival akut biasa juga disebut dengan acute necrotizing ulcerative gingivitis
(ANUG) atau fusospirochetal gingivitis. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri
fusospirochaetal atau streptococcus.
Ciri-ciri penderita infeksi gingival akut adalah :
a. memiliki OH yg jelek
b. perdarahan pada gusi
c. radang pada gusi
d. sakit
e. nafas tidak sedap (adanya akumulasi plak)
2. Infeksi perikoronal akut
Merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak di sekitar mahkota gigi molar yang
terpendam (gigi impaksi). Perikoronitis dapat terjadi ketika gigi molar 3 bererupsi
sebagian (hanya muncul sedikit pada permukaan gusi). Keadaan ini menyebabkan bakteri
dapat masuk ke sekitar gigi dan menyebabkan infeksi. Pada perikoronitis, makanan / plak
dapat tersangkut di bawah flap gusi di sekitar gigi sehingga dapat mengiritasi gusi,
pembengkakan dan infeksi dapat meluas di sekitar pipi, leher, dan rahang. Selain itu,
faktor-faktor yang juga menyebabkan infeksi adalah trauma dari gigi di sebelahnya,
merokok dan infeksi saluran pernapasan bagian atas.
3. Sinusitis maksilaris akut
Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi
sinus) terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung, kerongkongan,
sinus) mengalami pembengkakan. Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus
yang bermuara ke rongga hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara
normal. Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang mendorong terjadinya
infeksi sinus.
Gejala sinusitis akut :
• Nyeri, sakit di sekitar wajah
• Hidung tersumbat
• Kesulitan ketika bernapas melalui hidung
• Kurang peka terhadap bau dan rasa
• Eritem di sekitar lokasi sinus
• Jika menunduk ke depan nyeri berdenyut akan terasa di sekitar wajah
4. Radiasi
Alasan melarang eksodonsi dengan keadaan seperti tersebut diatas adalah bahwa infeksi
akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke seluruh tubuh
dan terjadi keadaan septikemia. Septikemia adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan
oleh infeksi dengan tanda-tanda respon sistemik, septikimia juga biasa diartikan dengan
infeksi berat pada darah. Infeksi dalam rongga mulut bila tidak ditangani secara adekuat
dapat menjadi suatu induksi untuk terjadinya sepsis. Bila pasien telah mengalami sepsis
dan tidak segera ditangani maka keadaan sepsis ini akan berlanjut menjadi syok septic
dan dapat mengakibatkan kematian pasien.
Tanda-tanda respon sistemik sepsis :
a. Takhipne (respirasi > 20 kali/menit
b. Takhikardi (denyut nadi > 90 kali/menit)
c. Hipertermi (suhu badan rektal > 38,3)
Sedangkan syok septik adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh tidak
cukupnya perfusi jaringan dan adanya hipoksia jaringan yang disebabkan oleh sepsis.
Keadaan diatas kadangkala disebut juga Sindroma Respon Inflamasi Sistemik (Systemic
Inflammatory Response Syndrome = SIRS) yaitu suatu respon inflamasi sistemik yang
bervariasi bentuk kliniknya, ditunjukkan oleh dua atau lebih keadaan sebagai berikut :
a. Temperatur > 38
b. Denyut jantung > 90 kali /menit
c. Respirasi > 20 kali/menit
d. Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau <>3
Komplikasi pencabutan gigi molar impaksi
Komplikasi secara terminologi adalah penyakit atau jejas yang terjadi pada waktu
dilakukan terapi penyakit sebelumnya.4 Waktu pencabutan gigi molar impaksi tidak
dapat ditentukan dengan jelas. Bila telah ada indikasi pencabutan gigi tersebut, maka
tindakan pencabutan gigi molar tiga impaksi sebaiknya pada usia relatif muda pada waktu
pertumbuhan tulang telah berhenti (16-18 tahun), karena akan mengurangi komplikasi
karena akar belum terbentuk sempurna (sebaiknya bila akar telah terbentuk sepertiga atau
duapertiga) dan tulang sekitar gigi belum padat.5,6
Bagian terpenting dari pencabutan gigi impaksi karena tindakan ini adalah tindakan
elektif adalah pemberian penjelasan dan konsultasi tentang resiko dan komplikasi
sebelum tindakan.
Beberapa komplikasi pencabutan gigi impaksi yang sering dijumpai:
1. Nyeri dan Bengkak 4,7,8
Ketidak nyamanan, bengkak dan rasa nyeri merupakan suatu konsekuensi tindakan
pencabutan gigi impaksi, yang harus diminimalkan. Waktu tindakan yang lama dan
retraksi flap akan menambah pembengkakan. Pada umumnya tindakan yang dapat
dilakukan adalah dengan kompres es dan pemberian preparat steroid yang mempunyai
efek anti inflamasi kuat seperti betametason dan eksametason pra bedah. Tindakan lain
adalah dengan melakukan irigasi cairan fisiologis yang adekuat selama operasi dan
menggunakan anestesi lokal long acting seperti bupivacain.
2. Kerusakan saraf 4,7,8
Kerusakan saraf sangat mungkin terjadi pada tindakan operasi gigi molar tiga impaksi
dengan frekuensi berkisar 0,5-5% .2 Pada umumnya kerusakan saraf akan mengalami
perbaikan secara spontan terutama saraf alveolaris inferior karena terletak dalam kanalis
mandibula sehingga ujung2 saraf yang rusak dapat dengan lebih baik mendekat secara
spontan.
2.1. Saraf alveolaris inferior
Jejas pada saraf alveolaris inferior terjadi secara primer karena hubungan anatominya
dengan gigi molar tiga bawah. Posisi keduanya dapat ditentukan secara radiografi dengan
foto panoramik. Secara statistik, faktor yang berhubungan dengan insidensi kerusakan
saraf alveolaris inferior pada waktu tindakan pengangkatan gigi molar tiga adalah full
bony impaction, impaksi horizontal, pengggunaan bur, apeks gigi pada atau dibawah
neurovasculer bundle, bundle terlihat pada waktu tindakan dan perdarahan yang banyak
pada waktu waktu operasi. 5 Faktor lain adalah umur pasien karena makin tua maka
semakin sulit tindakan.
Gambar 1.
Relasi radiografi saraf alveolaris inferior dengan gigi molar bawah 5
1. Outline kortikal kanalis utuh, kemungkinan hanya superimposisi
2. Outline kortikal kanalis hilang, kemungkinan saraf grooving akar gigi
3. Outline kortikal kanalis hilang dan penyempitan dan deviasi kanalis mandibula,
menunjukkan hubungan yang erat antara akar gigi dengan kanalis

2.2. Saraf lingualis


Kerusakan saraf lingualis lebih sulit diterangkan dan lebih mengganggu pasien karena
akan menyebabkan sensasi rasa yang abnormal dan lebih sulit mengalami perbaikan.
Diseksi anatomi menunjukan variasi posisi saraf lingualis dan dapat melintas pada daerah
retromolar pad. Dengan demikian saraf ini dapat mengalami kerusakan oleh elevasi flap
dan retraksi, pengeluaran folikel dan penjahitan. Tidak seperti pada saraf alveolaris
inferior, maka pada kerusakan saraf lingualis teknik operasi memegang peran penting.
Flap harus didesign lebih kearah bukal sehingga dapat menghindari retromolar pad
(Gambar 2). Flap ligual jangan dielevasi, jangan memakai lingual bone-splitting
technique, dan jangan melakukan kuretase secara agresif serta jahitan pada lingual harus
ditempatkan superfisial.

Gambar 2.
Insisi bukal pada pencabutan gigi molar tiga impaksi 5

2.3. Evaluasi kerusakan saraf


Bila terjadi kerusakan saraf, maka daerah yang mengalami sensasi abnormal harus
didokumentasikan sehingga perbaikan saraf dapat dicatat dengan akurat. Demikian pula
dengan sensasi rasa pada lidah (Manis, asin, pahit, asam). Terapi yang dapat diberikan
untuk regenerasi saraf adalah methy cobalt, vitamin B kompleks dan fisioterapi.
Follow up dilakukan secara periodik. Perbaikan saraf dimulai 6-8 minggu dan selesai 6-9
bulan. Terdapat pula kemungkinan terjadi perbaikan 18 bulan-24 bulan. Follow up yang
dianjurkan adalah evaluasi tiap 2 minggu selama 2 bulan, evaluasi tiap 6 minggu untuk 6
bulan berikut, evaluasi tiap 6 bulan selama 2 tahun dan evaluasi tahunan untuk tahun
berikutnya.
Kerusakan saraf dapat pula disebabkan oleh hematoma dan fibrosis akibat penyuntikan
anestesi lokal.
3. Infeksi 4,5,6
Infeksi dapat terjadi baik sebelum maupun setelah tindakan pencabutan gigi molar tiga.
Infeksi akibat gigi molar tiga perlu mendapat perhatian serius karena dapat menyebar ke
spatium kepala dan leher yang berakibat fatal (Gambar 3).
Gambar 3.
Potongan koronal ramus asenden mandibula 5
1. Spatium parafaringeal
2. Spatium pterigoid interna
3. Spatium submaseter
4. Spatum buksinator
5. Spatium bukalis
Infeksi pada spatium bukal dan buksinator umumnya terlokalisir pada sisi lateral
mandibula. Infeksi pada submaseter akan berada pada spatium antara tepi lateral
madibula dan otot maseter dan menyebabkan trismus.
Infeksi spatium pterigoid interna berada pada ruang antara otot pterigoid interna dan
permukaan medial mandibula yang juga menyebabkan trismus dan masalah jalan nafas.
Infeksi spatium submandibular dapat menyebabkan gangguan jalan nafas. Bilateral
submandibular infeksi dengan selulitis disebut Ludwig Angina yang dapat berakibat fatal.

Infeksi spatium parafaringeal terjadi antara mukosa faring dan otot konstriktor superior
yang merupakan kedaruratan yang mengancam jiwa.
Prinsip utama adalah drainase pus dan antibiotika adekuat.
Infeksi lokal yaitu alveolar osteitis yang dikenal dengan dry socket. Infeksi ini terutama
pada pengambilan gigi molar bawah yang sulit dengan trauma yang besar disertai adanya
penyakit periodontal disekitarnya, perokok dan menggunakan lokal anestetik dengan
vasokonstriktore yang banyak. Infeksi ini ditandai oleh adanya bau mulut yang khas, rasa
nyeri yang menyebar dan terjadi 48 jam setelah tindakan. Komplikasi ini Terapi yang
dianjurkan adalah dengan irigasi soket dengan saline hangat dan aplikasi kassa yodoform
sampai gejala hilang. Terapi kuratase jangan dilakukan karena tidak memperbaiki
keadaan penyakit.

4. Komplikasi sinus maksilaris 5,6


Secara anatomis terdapat hubungan yang erat antara gigi premolar dan molar atas dengan
sinus maksilaris, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya resiko perforasi sinus
maksilaris pada waktu pencabutan gigi2 tersebut. Bila perforasi kecil maka akan sembuh
secara spontan dengan adanya bekuan darah dalam soket. Bila tidak terjadi penutupan,
maka diperlukan penutupan baik dengan bukal atau palatal flap disertai dengan
pemberian antibiotika beta laktam atau sefalosforin dan nasal dekongestan. Bila sudah
terjadi sinusitis maka diperlukan irigasi sinus dan teknik Cadwell Luc untuk membuang
dinding sinus yang mengalami infeksi.

5. Fraktur tulang mandibula 5,6,7,8


Fraktur mandibula merupakan komplikasi pencabutan gigi molar tiga bawah yang dapat
terjadi pada penderita dengan atropi mandibula, osteoporosis atau adanya kista ata tumor
yang besar. Dapat pula terjadi bila menggunakan terlalu besar tenaga. Bila terjadi fraktur
mandibula maka segera hentikan tindakan, lakukan imobilisasi dan lakukan foto
Panoramik.

6. Terdorongnya gigi ke spatium sekitarnya 5,6,7


Gigi molar tiga atas dapat terdorong kearah posterosuperior kedalam spatium
infratemporalis bila menggunakan tenaga yang berlebihan pada waktu elevasi kearah
distal tanpa retraktor debelakang tuberositas. Bila terjadi, maka akan sangat menyulitkan
karena terjadi rembesan darah vena yang cukup banyak dari plexus pterigoid. Dengan
demkian maka perlu dijahit dulu, kemudian letak gigi dilokalisasi dengan foto tiga
dimensi atan CT scan dan gigi diangkat dalam 7-10 hari kemudian.
Gigi molar bawah dapat terdorong kearah spatium sublingual melewati otot milohioid
dan masuk ke fasia leher (Gambar 4). Komplikasi ini umumnya disebabkan oleh elevasi
lingual dan posterior yang berlebihan pada tulang lingual yang tipis. Bila gigi tersebut
tidak teraba maka luka dijahit dulu, pemberian antibiotika, buat foto 3 dimensi dan gigi
dicabut kemudian sebagai prosedur sekunder melalui tindakan ekstra oral.
Gambar 4.
Gigi terdorong kedalam spatium lingualis 5

7. Perdarahan 5,6,7,8
Perdarahan yang terjadi dapat dibagi menjadi perdarahan primer, intermediat atau
sekunder atau perdarahan arteri, vena dan kapiler. Pada tindakan pencabutan gigi molar
tiga pada pasien tanpa kelainan darah, umumnya disebabkan oleh perdarahan kapiler.
Perdarahan sekunder disebabkan oleh oral fibrinolisis akibat terlalu banyak kumur,
infeksi lokal atau trauma pencabutan yang terlalu besar. Terapinya adalah aplikasi
tampon adrenalin, pemberian anti perdarahan kapiler seperti asam trasexamik, hemostatik
lokal seperti spongostan, surgicel dan penjahitan.

8. Komplikasi pada sendi temporomandibula 5


Pencabutan gigi molar kadang akan mengakibatkan disfungsi sendi temporomandibula
terutama pada penderita yang sebelumnya telah mengalami gangguan sendi, tindakan
yang lama dan tenaga yang berlebihan. Komplikasi dapat diminimalkan dengan pasien
menggigit pada bite block pada sisi kontralateral dan istirahat sebentar durante operasi.
Bila terjadi, maka kelainan sendi tersebut diterapi dengan cara konvensional seperti
istirahat, terapi hangat, muscle relaxant dan bila mungkin dengan terapi splint oklusal.

II.3 Hal yang perlu diperhatikan setelah pencabutan


Untuk mempercepat proses penyembuhan:(10)
• Usahakan beristirahat sepanjang hari dan tidak mengerjakan pekerjaan berat.
• Hindari merokok. Bila memungkinkan selama proses penyembuhan (3-4 hari), minimal
selama 24 jam setelah operasi.
• Hindari berkumur atau menggosok gigi selama 24 jam setelah operasi
• Setelah 24 jam, kebersihan daerah operasi dapat dijaga dengan berkumur air hangat
bergaram (1 sendok teh garam untuk 1 gelas air) minimal 4 kali sehari. Berkumurlah
dengan hati-hati karena tekanan dapat menyebabkan lubang bekas operasi terbuka lagi
dan terjadi pendarahan.
• Setelah 24 jam, meggosok gigi dapat dilakukan dengan hati-hati, terutama di daerah
operasi.
• Bila diberi obat penahan sakit dan antibiotik, minumlah sesuai petunjuk dokter.
Antibiotik harus dihabiskan walaupun gigi sudah tidak terasa sakit. Sebaliknya, obat
penahan sakit dapat dihentikan bila sakit mereda.
• Makan dan minumlah seperti biasanya. Hindari berdiet, karena makan dan minum yang
cukup sangat penting untuk proses penyembuhan.
• Hindari minum menggunakan sedotan karena tekanannya dapat melepaskan gumpalan
darah pada lubang operasi.
• Hindari minuman bersoda karena busanya diperkirakan dapat melepaskan gumpalan
darah pada lubang operasi. Minuman jus buah terutama jeruk sangat disarankan.
• Makan tambahan vitamin C dianjurkan.
• Untuk menghindari pembengkakan, setelah operasi rahang sebaiknya dikompres dengan
es atau air dingin. Tempelkan kompres dingin selama 15 menit, diseling 10 menit tanpa
kompres, diulang sampai saat istirahat malam.
• Pada hari-hari setelah hari operasi, rahang dapat dikompres dengan kompres hangat,
untuk menstimulasi peredaran darah di daerah gigi bungsu yang dapat mempercepat
penyembuhan.
Selain hal-hal di atas, pembiusan yang dilakukan sebelum operasi juga dapat berpengaruh
pada kemampuan psikis dan mekanis. Jangan berkendara, melakukan pekerjaan yang
membutuhkan konsentrasi tinggi, atau menandatangani dokumen penting pada hari yang
sama. Bila menggunakan bius total, usahakan ada seseorang yang dapat menemani
selama minimal satu hari tersebut.
Beberapa petunjuk perawatan pada pasien setelah pencabutan gigi impaksi adalah:(9)
• Dilarang menghisap atau meniup
• Dilarang merokok
• Minum menggunakan sedotan selama 24 jam
• Dilarang berkumur keras walaupun menggunakan obat kumur
• Dilarang membersihkan gigi dekat tempat pencabutan
• Dilarang olah raga berat selama 24 jam
• Dilarang minum panas atau alkohol

Masalah yang mungkin timbul setelah pencabutan(9)


• Pendarahan
Pendarahan tidak dapat dihindari dan dapat berlangsung selama satu hari penuh.
Berkumur pada saat pendarahan terjadi sangat tidak dianjurkan. Pendarahan akan
berhenti saat darah mulai menggumpal di lubang pencabutan, dan berkumur dapat
menyebabkan gumpalan darah terlepas. Hal ini dapat memperlambat proses
penyembuhan dan menyebabkan pendarahan terjadi lebih lama.
Bila terjadi pendarahan, letakkan gulungan kecil kasa steril (umumnya diberikan oleh
dokter gigi) pada lubang bekas pencabutan. Kasa harus digigit dengan baik dengan
tekanan secukupnya. Cara ini akan membantu menghentikan pendarahan, tetapi jangan
dilakukan telalu berlebihan sehingga menimbulkan iritasi pada lubang pencabutan.
Gulungan kasa hanya boleh digigit selama sekitar 20 menit. Bila terlalu lama, darah dapat
membeku pada kasa dan gumpalan darah dapat terlepas lagi saat kasa dibuang. Bila
pendarahan masih terjadi setelah 20 menit, ganti dengan kasa yang baru. Demikian
seterusnya hingga pedarahan berkurang atau berhenti.
Bila pendarahan terus berlanjut setelah 1 hari, segera kembali ke dokter gigi dan
laporkan. Pendarahan yang terus menerus menunjukkan masalah pada proses
penyembuhan.
• Lubang operasi tidak tertutup sempurna (Dry socket)
Pada umumnya, setelah gigi bungsu dicabut, darah akan menggenangi lubang bekas gigi
dan menggumpal. Terbentuknya gumpalan darah ini sangat penting karena berfungsi
sebagai tempat gusi kemudian akan tumbuh menutupi lubang. Diperkirakan sebanyak 5-
10% kasus mengalami penutupan lubang yang tidak sempurna atau terlepasnya gumpalan
darah sebelum waktunya, sehingga syaraf pada gusi dan bahkan tulang rahang menjadi
terbuka (dry socket). Telah diketahui bahwa umumnya penderita dry socket adalah
perempuan yang minum pil kontrasepsi. Diperkirakan dry socket dapat dihindari dengan
melakukan operasi pada hari ke-22 hingga ke-28 siklus, yaitu saat kadar estrogen sedang
pada titik terendah.
• Infeksi
Infeksi yang terjadi saat proses penyembuhan dapat dihindari dengan minum antibiotik
dan menjaga kebersihan mulut. Berkumur dengan air garam setiap selesai makan dapat
membantu membersihkan daerah operasi.

Anda mungkin juga menyukai