Anda di halaman 1dari 6

FRAKTUR DENTOALVEOLAR

 Fraktur menurut Dorlan pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang
 Menurut mansyur (2000) fraktur yaitu terputusya atau diskontinyue jaringan akibat
trauma
 Fraktur dentoalveolar adalah diskontinyue atau terputusnya jaringan tulang keras pada
gigi dan alveolusnya yang disebabkan oleh trauma
A: Prevalensi
30%  terjadi pada gigi sulung
22%  terjadi pada gigi permanen
>50% terjadi pada anak sekolah  fraktur enamel
Menurut usia dibagi menjadi 4:
1. Usia 18 bulan – 2 tahun :
- Rawan terjadi trauma
- Baru seneng jalan, baru berjalan jalan, sedangkan koordinasi motorik antara kaki,
tangan dan kecepatan itu belum bisa dikontrol sering mengalami trauma
- Biasanya luksasi(perpindahan tempat) ke lateral, avulsi, dan jarang terjadi fraktur
mahkota atau akar
2. Usia 2 th- 5 tahun
- Belajar berjalan dan berlari
- Kasusnya banyak: perpindahan tempat
3. Usia 5-10 tahun
- Belajar sepedah , main sepatu roda, skuter tanpa perlindungan gigi
- Banyak : fraktur mahkota gigi secara kompleks
- Fraktur mahkota macam – macam  bisa hanya mengenai enamel, hanya
mengenai dentin, ataupun bisa mengenai pulpa
4. Usia remaja
- Paling suka olahraga (sepakbola)
- Berlatih sepedah motor  meningkatkan resiko trauma
- 3,5% terjadi secara langsung  benturan dengan teman, terjatuh
- L>P  laki – laki lebih aktif
- 50% fraktur
- 37% insisivus 1 atas
- 18% insisivus 1 bawah
- 3% insisivus 2 atas
- 6% insisivus 2 bawah
B: Klasifikasi menurut WHO
Cidera jaringan keras (gigi dan pulpa, periodontal dan tulang pendukung) , cidera rongga
mulut, ...
1) Cidera pada jaringan keras
a. Enamel infraction
- Fraktur tidak sempurna
- Berupa retakan
- Bukan hanya karena jatuh, tetapi pada pengguna braket. Yaitu pembersihan
menggunakan skaler yang terlalu besar energinya
b. Fraktur enamel
- Hilangnya substansi gigi berupa enamel saja
- Biasanya pasien tidak mengeluh ngilu tetapi secara estetik gigi hanya patah
(cuil)
c. Fraktur enamel dentin
- Hilangnya substansi gigi yaitu sebatas enamel dentin tidak melibatkan pulpa
- Tanda klinis: pasien mengeluh ngilu apabila makan dingin, panas  tanda
sudah mengenai dentin
d. Fraktur mahkota komplek
- Pulpa terpapar
- Ciri: apabila kejadian langsung diobati  tidak terjadi infeksi, apabila tidak
dirawat hanya diminum obat  bisa terjadi infeksi
e. Fraktur mahkota akar tidak komplek
- Fraktur enamel, dentin, sementum fraktur
- Pulpa masih terlindung
f. Graktur mahkota akar komplek
- Fraktur enamel,dentin,sementum
- Melibatkan pulpa
g. Fraktur akar
- Melibatkan sementum, dentin dan pulpa
- Dapat dibagi lagi yaitu apikal, tengah, 1/3 koronal

Gambar

2) Cidera pada jaringan periodontal


a. Concussion
- Tidak ada perpindahan gigi
- Seolah – olah tidak ada apa apa, tetapi di perkusi akan mengeluh sakit
b. Subluksasi
- Goyang abnormal tetapi tidak ada perpindahan gigi
- Goyang derajat 2
c. Luksasi ekstrusi (parsial avulsi)
- Perpindahan sebagian gigi keluar menjauhi soket, tidak sampai lepas
d. Luksasi intrusi
- Masuk ke soket
e. Luksasi lateral
- Perpindahan ke arah aksial disertai fraktur soket alveolar
- Biasanya gigi mesial/distal . C: labial –lingual/palatal, I: M-D dan L-P
f. Avulsi
- Lepas dari soket
- Management: apabila kurang dari 6 jam masih bisa direplantasi, apabila > 6
jam dapat menimbulkan nekrosis
- Ada 3 cairan untuk menyimpan sementara: susu (susu segar atau formula),
air liur (ditaruh dilingual), air salin
3) Cidera pada tulang pendukung
a. Pecah dinding soket alveolar mandibula atau maksila
- Hancur dan tertekannya soket alveolar pada cidera intrusi dan lateral luksasi
b. Fraktur dinding soket alveolar maksila dan mandibula
- Fraktur yang terbatas pada fasial atau lingual
- Dinding soket penting
c. Fraktur maksila/mandibula melibatkan soket alveolar atau tidak
Gambar
C. Klasifikasi
a. WHO
b. Andreson
c. Andreason
d. ellis berdasarkan kerusakan
Permanen:
1) tidak ada fraktur, hanya berupa retakan
2) fraktur pada enamel dan dentin dan belum terkena pulpa dengan atau
tanpa perubahan tempat
3) fraktur mahkota dengan pulpa terbuka dengan perubhan tempat
4) gigi non vital karena trauma
5) avulsi
6) fraktur akar dengan
7) perpindahan gigi
8) fraktur mahkota sampai akar
desidui
9) divisi 1  fraktur gigi desidui
Divisi 2  fraktur dengan perpindahan tempat atau luksasi
D. Etiologi dan epidemiologi
a. Etiologi welburi 2005
1) langsung
- langsung mengenai gigi
- pada gigi anterior
2) tidak langsung
- benturan rahang bawah dan atas
- benturan pada mahkota akar pada P/M, dan juga kondilus dan simpisis rahang
- benturan terlalu keras  mencoba oklusi  patah
Penyebab : 26-82 %  terjatuh
olahraga
Anak : kecelakaan lalu lintas,serangan hewan, perkelahian, kekerasan dalam rumah
tangga
 maloklusi  meningkatkan resiko trauma dentolaveolar
- proturi anterior
kelas 1 divisi 2 atau kelas 2 divisi 1
- braket  jaringan penyangga tidak kuat/ gigi goyang
- overjet berlebih

b. epidemiologi  belum pasti


- sulung  30%  tulang alveolar lunak, bibir tidak inkompeten
> berimbas pada gigi permanen  defek enamel, desalerasi mahkota (sigar
jambe)
Ex. Ada intrusi  masuk ke tooth bud  perubahan warna
- gigitan binatang  anjing, monyet
- paling banyak perubahan tempat lateral/intrusi
Ex:gambar: 1. Luksasi dengan perpindahan minimal
2. intrusi
3. luksasi insisiv ke labial
4. fraktur akar vertikal
Patologis pulpa sulung gigi
1. Trauma  translusensi mahkota dan pelebaran pembuluh darah  pendaraan pd
pulpa  pembuluh darah pecah  bisa trjd resorpsi  kalo diteruskan bisa
mnybabkan gigi non vital.
 Gigi sulung  gigi warna pink  terlambat: non vital, resorsbsi internal ;
 gigi permanen tidak
2. perubahan warna mahkota  Diskolorasi sementara/tetap
3. Oliterasi saluran akar  disposisi jaringan progresif
4. Pulpa nekrosis  tidak ada vaskularisasi  penutupan pada saluran apikal ;
kista/granuloma
5. Perdarahan pada proses resorbsi
- pada kasus luksasi
- berhubungan dengan kasus pulpa dan peradangan
- kasus cepat
- kasus endodontik
6. perubahan proses resorbsi
- pada kasus irreversibel
- ankilosis
7. injuri perkembangan gigi permanen

CIDERA MAKSILOFASIAL
> fasial
a) Tanda klinis:
- sakit
-bengkak
-trismus
-deskreptasi oklusal
- staping pada condlower( lingir bawah)
-ekimosis si sublingual/bukal
- asimetri dagu
- parastesia saraf mentalis

> mandibula  paling banyak parasimspisis dan leher kondilar


- Fraktur kondilar ditmukan pd 2/3kasus fraktur mandibular  fraktur pd lingir
bawah dagu krn trauma. Misal anak kecil yg dagunya terbentur meja.
- Fraktur subkondilar
- jarang tjd pd anak tp dpt tjd jika otot lateral ptrygoidnya kaku lgsg
narik kepala kondil shg berubah posisi
- terlihat deviasi dagu (oklusi tetap, dagu bergeser) tanpa disharmoni
oklusal
- pendarahan dari meatus akustikus eksternal
- disebabkan n dan kanal auditori oleh kepala kondilar dikarenakan
perforasi dinding anterior dr kanal auditori ke kepala kondilar (kepala
kondilnya masuk ke kanal)
- Displacement mandibular pd fossa jrg ditemukan
- Deviasi  gambar
> Maksila
- jarang ditemukan  kecuali benturan yang sangat keras
- muncul kraniofasial yang parah
- Biasanya pada cedera yang parah
- Frakturnitasnya tdak termasuk dlm “garis limford” (klasifikasinya sampe 3 tipe jd
wajah dibagi 3 daerah. Ranahnya dokter bedah ).
- Kenapa pd anak2 tdk trmsuk dlm klasifikasi “garis limford” ?
krn skeleton immature shg frakturnya greenstik (tidak terdeteksi scra pasti ttp ada
kemungknan untuk bisa recovery).
- Klinisnya : Dasar orbital blow-out (menonjol keluar) dan atas orbitalnya blow-in
(masuk ke dlm), pasienny trapped jd sulit menutup mata dg normal (bengkak bnyak
cairan kaku  sulit digerakan), pembengkakan wajah, ekimosis periorbital, nause dan
vomit, photopobia (kalo kena sinar agak sakit), deformasi,

` -Gmbar2-
 Fraktur akar : melibatkan enamel dan sementum dg atau tnp melibatkan pulpa. Dpt
trjd nekrosis pulpa, namun trgntung keparahan displacement fragment. Peradangan
eksternal dan resorpsi akar. Pd gg permanen 2-4%. Respon jaringan pd fraktur akar
ada 4 :
1. Penyembuhan dg penyatuan jaringan keras dg jar terkalsifikasi
(osteodentik)  biasanya hipersementosis jd gigi nya menyatu dg
tulang alveolar. Di bekas frakturnya radiopak kalo osteodentik
2. Penyembuhan dg hiperposisi tulang
3. Penyembuhan dg jar ikat fibros : kalo trjd fraktur horizontal
(seringnya) bagian gigi dr apikal – koronal ada gambaran radiolusen
maupun vertikal,osteodentin : radiopak
4. Jar granulasi pd garis fraktur mengindikasikan pulpa koronal pd
infeksi. Misal pulpa polip
Ex: Fraktur akar horizontal  perpindahan letak akar
Fraktur akar vertikal
Fraktur akar apikal dan koronal hrs di reposisi dlu atau observasi
CEDERA JARINGAN LUNAK
- Paling mudah ditemukan
- Contussio / memar
- Laserasi : lepasnya gingiva atau kulit dr tempatnya. Misal gingiva lepas dr tulang
alveolar
- Pada anak2, bibir bawah mrupakan tmpt yg paling sering kena benturan.
- Luka pd kulit hrs segera dijahit , 6-24jam pertama
- Luka hrs segera dibeersihkan betadin, revanol
- Terlepasnya gingiva  karena benda tumpul

Anda mungkin juga menyukai