Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1
BLOK 12 BIOMATERIAL DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
KELOMPOK TUTORIAL 3

Ketua : Rismawati Tri K 161610101025


Sekretaris : Pramita Wahyu 161610101020
Balqis Salsabila 161610101024
Anggota : Choridatul Aini 161610101017
Dinda Atika 161610101019
Paramudibta Lungit 161610101021
Nia Nurmayanti 161610101022
Dheamira Rosida 161610101023
Dosen Pengampu : drg. Puji Astuti, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018
SKENARIO 1

Gipsum
Gipsum Mahasiswa semester IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember sedang melakukan skill lab manipulasi gipsum. Pelaksanaan skill lab kali
ini terbagi dalam 3 kelompok. Kelompok I manipulasi gipsum plaster of paris,
kelompok II manipulasi gipsum dental stone, dan kelompok III manipulasi
gipsum dental stone hight strength. Semua tahapan manipulasi mulai
pencampuran, initial setting sampai final setting harus dilakukan dengan benar
agar hasilnya tidak porous. Catat setting time untuk masingmasing gipsum tanpa
penambahan bahan retarder dan bahan akselerator.
STEP 1 (Clarifying Unfamiliar Terms)

1. Final setting: adonan gipsum mengeras dan cukup kuat untuk digunakan,
suhu gipsum turun, dapat dilepas dari cetakan.
2. Bahan Retarder: bahan kimia yang ditambahkan ke suatu bahan untuk
memperlambat setting time, contoh: sitrat, asetat, dan borax, potasium.
3. Bahan Akselerator: Bahan kimia untuk mempercepat pengerasan gipusm
( setting time), contoh: Na2SO4.
4. Manipulasi Gipsum: proses mencampurkan plaster/gips dengan air/larutan
dengan perbandingan tertentu.
5. Porus: suatu pori-pori di permukan gipsum karena adanya udara saat
proses pengadukan/perbandinga w/p yang tinggi.
6. Skill lab: sarana untuk mahasiswa dalam melatih keterampilan klinis dan
mencapai standar kompetensi seorang dokter.

STEP 2 (Problem Definition)

1. Apa saja kegunaan gipsum di bidang KG?


2. Apa saja macam-macam gipsum dan bagaimana sifatnya?
3. Bagaimana cara manipulasi gipsum?
4. Apa yang menyebabkan terjadinya porus?
5. Bagaimana cara meminimalisir porus pada gipsum?
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi setting time?
7. Apa pengaruh bahan akselerator dan retarder?

STEP 3 (Brainstorming)

1. -membuat model/die
-sebagai bahan tanam
-pekerjaan laboratorium dalam pembuatan protesa gigi
-pencetakan oklusal dan untuk refraktori invesment
-untuk model diagnosis dan model analisis
-mounting (penyatuan model gips ke artikulator)
2. macam gipsum menurut ADA dibagi menjadi 5
- tipe 1: jarang digunakan diganti dengan bahan yang tidak kaku,
digunakan untuk gigi tiruan lengkap, plasret cetak, memerlukan rasio w/p
lebih besar.
-tipe 2 (tipe plester): bahan utama beta hemihidrat, bentuk partikel tidak
teratur, lebih menyerap air,plaster model, kekuatan tidak terlalu besar,
temperatur 110-120ºC.
-tipe 3 (dental stone): bahan utama alfa hemihidrat, bentuk partikel
batang dan lebih teratur, tdk menyerap air lebih banyak.
-tipe 4 (dental stone high strenght): patikel lebih kecil, kekuatan lebih
besar dari tipe 3, ditambahkan larutan CaCl2 dalam proses pembuatan
bubuk gipsumnya.
-tipe 5 (dental stone high strenght, high expansion): partikel sangat halus,
kekuatan kompresi paling besar.
Tipe gipsum:
-stone : lebih kuat, porusitas lebih sedikit, partikel dari alfa hemihidrat
-plaster : porusitas tinggi, lebih lemah,partikel dari beta hemihidrat

3. cara manipulasi gipsum


- menggunakan mangkuk karet dan spatula, menakar air dengan gelas
ukur dan bubuk gipsum dengan timbangan sesuai perbandingan w/p
yang telah ditetapkan.
- dituangkan air terlebih dahulu kke bowl kemudian bubuknya sedikit
demi sedikit tidak lebih dari 10 detik sambil diaduk kurang lebih satu
menit
- dituangkan dalam cetakannya (dilakukan vibrasi)

- menunggu setting time (initial setting dan final setting)

- desinfeksi: dimasukkan dalam balok larutan kimia


- disimpan dalam kontainer
Initial setting: lose of gloss, tidak mengalir, kaku, panas (eksotermik)
Final seting: suhu dingin, kaku, keras
4. - pada saat pencampuran terdapat udara yg masuk dan terjebak didalamnya
- memasukkan bubuk dahulu kemudian baru air
-tidak dilakukan vibrasi saat dituangkan dalam cetakan

5. -memasukkan air terlebih dahulu, kemudia baru bubuk gipsum


- diusahakan tidak terdapat gelembung pada saat pengadukan (pengadukan
sesuai prosedur, memutar searah jarum jam)
-melakukan vibrasi saat proses penuangan ke cetakan

6. Yang mempengaruhi setting time


- dari bubuk gipsum (pabrik): memberi bahan tambahan (akselerator,
retarder)
- dari operator: suhu (0-50ºC lebih cepat setting), rasio w/p (semakin
tinggi rasio, setting time lebih lama), mixing time (semakin cepat
mangaduk semakin cepat setting)
Penyimpanan: dalam lingkungan kering agar tidak mudah lembab

7. Pengaruh retarder dan akselerator pada gipsum


Retader: memperlambat proses setting, bahan-bahan retarder seperti borax,
asetat mampu menembus inti nukleus pada kristal dan meracuni inti
kristal.
Akselerator: NaCl dibawah 20% membantu melarutkan hemihidrat, dan
mempercepat pembentukan dihidrat, sehingga mempercepat proses setting.
STEP 4 (Mapping)

STEP 5 (Learning Objective)

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi, syarat Gipsum,


dan Gipsum tipe plaster di bidang Kedokteran Gigi.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komposisi dan sifat
Gipsum tipe stone.
3. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan meng-aplikasikan proses
manipulasi gipsum.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor yang mempengruhi
manipulasi gipsum dan kegunaan gipsum dalam bidang Kedokteran Gigi.
STEP 7

1. Definisi, Syarat, dan gypsum tipe plaster


Gipsum (kalsium sulfat dihidrat; (CaSO4, 2H2O) merupakan mineral
yang ditambang dari gunung kapur yang ada di berbagai belahan dunia yang
diproduksi sebagai produk sampingan dari desulfurisasi gas buang di beberapa
pembangkit listrik tenaga batubara (Sumber: Philips, 2013). Beberapa syarat
diperlukan dari bahan yang akan digunakan untuk membuat cetakan, model, atau
die. Properti ini adalah:
1. Akurasi
2. Dimensi stabilitas
3. Kemampuan untuk mereproduksi detail halus
4. Kekuatan dan ketahanan terhadap abrasi
5. Kompatibilitas dengan bahan impression
6. Warna
7. Keamanan biologis
8. Kemudahan penggunaannya
9. Biaya (Stewart, M.2013).
Dari semua jenis gipsum termasuk dalam kalsium sulfat hemihidrat yang
diperoleh dari proses kalsinasi. Proses Kalsinasi merupakan proses pemanasan
material dengan cara mengkombinasikan dengan air dan karbondioksida. Proses
kalsinasi sebagai berikut (Stewart, M. 2013):

Spesimen ADA No. 25 menggolongkan jenis produk gypsum, seperti


ditunjukkan pada Tabel 9-5, dengan persyaratan properti untuk setiap jenis.
Beberapa bahan gypsum diformulasikan untuk tujuan khusus seperti untuk
menuangkan cetakan ortodontik atau menempelkan gips ke artikulator. Kriteria
untuk memilih produk gypsum tertentu bergantung pada penggunaan yang
diinginkan dan sifat fisik yang diperlukan untuk penggunaan tertentu.
1) Tipe 1 (Impression plaster)
Tipe ini sering juga disebut soluble plaster. Gipsum dipanaskan dalam
bejana terbuka dengan temperatur 110-120 derajat celcius sehingga menghasilkan
plaster of paris (Combe, 1992). Plaster of paris (β-hemihydrate) merupakan
bahan impression ini yang telah dimodifikasi dengan ditambahkan pengatur
setting time dan pengatur setting ekspansi. Plaster impression jarang digunakan
lagi untuk membuat dental impression karena telah diganti dengan bahan yang
kurang kaku seperti hydrocolloids dan elastomer (Philips, 2013). Plaster terbatas
digunakan untuk cetakan akhir, atau wash dalam pembuatan gigi tiruan penuh.
2) Tipe 2 (Plaster of model)
Plaster model ini atau plaster laboratorium tipe II sekarang digunakan
untuk mengisi kuvet dalam pembuatan protesa bila ekspansi pengerasan tidaklah
penting dan kekuatan cukup, sesuai batasan yang disebutkan dalam spesifikasi.
Biasanya dipasarkan dalam warna putih alami, jadi terlihat kontras dengan stone
yang umumnya berwarna (Stewart, M. 2013).

2. Komposisi dan Sifat Gipsum tipe stone


a. Dental Stone (Tipe III)
Merupakan kalsium sulfat hemihidrat yang dibuat dengan pemanasan
kalsium sulfat dihidrat pada suhu 110-130 derajat celcius di dalam autoclave
(Stewart, M. 2013).
Komposisi gipsum tipe III (Anusavice, 2003):
1. Kalsium sulfat hemihidrat sebagai komposisi utama
2. Bahan pewarna untuk membedakan dengan plaster gigi
3. Bahan aditif sebagai pengontrol waktu setting
Sifat:
 Mempunyai struktur kristal α-hemihidrat sehingga memiliki bentuk
kistal lebih teratur.
Partikel-partikel kalsium sulfat á-hemihidrat (stone kedokteran gigi)
Sumber : McCabe John F, Walls Angus W. G. Bahan kedokteran gigi edisi
9. Jakarta : EGC, 2014

 ekspansi sebesar 0,15-0,2%


 w/p memiliki ratio 28-30 ml air : 100 gram bubuk gips
 Memiliki kekuatan kompresi minimal 1 jam sebesar 20,7 Mpa (3000
psi), tetapi tidak melebihi 34,5 Mpa(5000 psi)
 Ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk gigi tiruan penuh yang
cocok dengan jaringan lunak
 Lebih disukai untuk pembuatan model yang digunakan pada konstruksi
protesa (Anusavice, 2003).

b. Dental Stone, High-Strength (Tipe IV)

Partikel bubuk stone tipe IV dan V. Pembesaran 400x


(Sumber : Anusavice KJ. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi
10. Jakarta: EGC; 2003)
Gipsum tipe IV dihasilkan dengan memanaskan gipsum kedalam larutan
CaCl2 30% pada suhu 1200-1300C. (Chandra dkk., 2000).
Komposisi:
Komposisi utama dari gypsum tipe IV addalah kristal α-hemihidrat jenis
densite (Anusavice, 2003).
Sifat:
- Gips tipe IV (Dental Stone, High Strength) terdiri dari densit yang
memiliki bentuk partikel kuboidal dengan daerah permukaan yang lebih kecil
sehingga partikelnya paling padat dan halus bila dibandingkan dengan â-
hemihidrat dan hidrokal (Anusavice, 2003; Hatrick dkk., 2011).
- Gipsum tipe IV memiliki setting ekspansi 0,1%
- Kekuatan kompresi minimal pada 1 jam sebesar 5000 psi
- Rasio W:P adalah 0,22 – 0,24
Pada pencampuran gypsum tipe IV ini penggunaan air lebih sedikit
dibandingkan dengan gipsum tipe III sehingga kekerasan gipsum ini lebih besar
dari gipsum tipe III.
- Rata-rata kekerasan permukaan kering ± 92
Kegunaan :
Gipsum tipe IV sering dikenal sebagai die stone sebab gipsum tipe IV ini
sangat cocok digunakan untuk membuat pola malam dari suatu restorasi,
umumnya digunakan sebagai dai pada inlay, mahkota dan jembatan gigi tiruan.
Diperlukan permukaan yang keras dan tahan abrasi karena preparasi kavitas diisi
dengan malam dan diukir menggunakan instrumen tajam hingga selaras dengan
tepi-tepi dai (Anusavice, 2003; Hatrick dkk., 2011).

c. Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V)


Adanya penambahan terbaru pada klasifikasi produk gypsum ADA
dikarenakan terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan serta
ekspansi lebih tinggi. Pembuatan gips tipe V sama seperti gips tipe IV namun gips
tipe V 11 memiliki kandungan garam lebih sedikit untuk meningkatkan setting
ekspansinya (Mc Cabe dkk, 2008).
Komposisi :
Komposisi utama dari gypsum tipe V adalah kristal α-hemihidrat jenis
densite (Anusavice, 2003).
Sifat
- Partikel gipsum tipe V sangat halus
- Gips tipe V memiliki setting ekspansi 0,3% untuk mengkompensasi
pengerutan casting yang lebih besar pada pemadatan logam campur
- Rasio w : p adalah 0,18 - 0,22memiliki rasio air bubuk yang lebih rendah
sehingga dihasilkan kekuatan kompresi gipsum yang lebih tinggi
- Kekuatan kompresi pada sekitar 7000 psi
- Bahan ini umumnya berwarna biru atau hijau dan merupakan produk
gypsum yang paling mahal (Anusavice, 2003; Chandra dkk, 2000).
Kegunaan:
Gips tipe V umumnya digunakan sebagai dai untuk pembuatan bahan
logam campur yang memiliki pengerutan tinggi (Anuavice, 2004).

3. Proses Manipulasi Gipsum


A. PENGERTIAN MANIPULASI GIPSUM
Manipulasi merupakan suatu pengadukan (mempengaruhi kinerja
dari gipsum) (Sulastri, 2017). Manipulasi gipsum adalah pencampuran dari bubuk
gipsum dengan air untuk menghasilkan suatu campuran yang tepat dan dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan (McCabe, 2014). Produk Gipsum yang
digunakan di kedokteran gigi adalah gipsum plaster dan gipsum stone. Proses
manipulasi kedua produk gipsum sama, tetapi perbandingan rasio air dan bubuk
(w/p) harus diperhatikan di setiap jenis produk gypsum (Anusavice, 2003).
B. ALAT DAN BAHAN
Alat:

Mangkok Karet/ Bowl Spatula Gipsum Gelas Ukur

Timbangan Stopwatch Cetakan

Jarum Gillmore Jarum Vicat Vibrator


Bahan:

Gipsum Plaster/Stone Air Bersih Bahan separator/vaseline

C. PROSES MANIPULASI GIPSUM KEDOKTERAN GIGI

PEMBERIAN PERBANDINGAN
PEMILIHAN
BAHAN RASIO W/P
BAHAN
SEPARATOR
PADA
CETAKAN

PENYIMPANA PENUANGAN PENGADUKAN


N

DESINFEKTAN

1. PEMBERIAN BAHAN SEPARATOR PADA CETAKAN


Sebelum dilakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi bahan
separasi seperti vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah gips setting maka akan
mudah dilepas. Namun tidak boleh terlalu berlebihan karena akan membuat
permukaan menjadi lebik lunak (Anusavice, 2003).
2. PEMILIHAN BAHAN
Untuk mengawali proses manipulasi, terlebih dahulu harus dilakukan
pemilihan bahan gips berdasarkan aplikasi yang akan dibuat (Combe, 1992).
3. PERBANDINGAN RASIO W/P
Setiap tipe bahan gipsum memiliki rasio air bubuk (W/P) yang dianjurkan
oleh pabrik. Jumlah air dapat diukur dengan menggunakan silinder pengukur
volume sedangkan bubuk diukur dengan satuan massa dan bukan berdasarkan
volume, karena tidak dimampatkan seragam (Anusavice 2003).

Rasio air bubuk mempengaruhi :


• konsistensi campuran,
• kekuatan material,
• setting time
• setting expansi.

Air (ml) Bubuk (g) Rasio (ml/g)

Plaste 50-60 100 0.55


r

Stone 20-35 100 0.30

Rasio teoretis 18,6* 100 0,186

Tabel Rasio air/bubuk untuk pembuatan model dan die dari material gipsum
(McCabe, 2014).
Perbandingan air dan bubuk dental plaster dan dental stone berbeda - beda
pada merek yang tertentu, namun ada kisaran perbandingan yang
direkomendasikan menurut Anusavice (2003) :

• tipe II dental plaster, 0.45 sampai 0.50 ml/gr,

• tipe III dental stone, 0.28 sampai 0.30 ml/gr ;

• tipe IV dental stone, 0.22 sampai 0.24 ml/gr.

4. PENGADUKAN Gipsum diaduk dengan kecepatan


Pengadukan bahan gipsum dapat dilakukan dengan tangan atau mekanis.
sekitar 1-2 putaran per detik
Bahan plaster biasanya diaduk dengan tangan dalam mangkuk karet fleksibel.
selama sekitar 1 menit dengan
Bahan stone dapat diaduk secara mekanis atau dengan tangan. Bahan dental
gerakan memutar
stone high-strength hampir selalu dengan metode pengadukan mekanis
(McCabe, 2014)
Syarat pengadukan menurut Anusavice (2003):
• Jika gipsum dicampur dengan mixer, operator harus mengaduk
bubuk dan air dengan tangan selama beberapa detik untuk
memastikan bahwa pengadukan mekanik akan bekerja secara efektif
• Jika mengaduk dengan tangan, mangkuk harus berbentuk parabolik,
halus dan tahan terhadap abrasi.
• Spatula harus memiliki bilah yang kaku serta pegangan yang nyaman
dipegang
• Terjebaknya udara dalam adukan harus dihindari agar tidak porus
• Semakin lama dan cepat pengadukan, bahan akan cepat setting.

Mencampur bubuk kedalam Gipsum diaduk dengan kecepatan


bowl berisi air (Stopwatch sekitar 1-2 putaran per detik selama
dimulai) sekitar 1 menit dengan gerakan
memutar

5. PENUANGAN
Pada saat proses penuangan, porositas dapat dikurangi dengan cara
memvibrasi atau menggetarkan adonan gipsum agar gelembung-gelembung udara
naik ke permukaan. Getaran juga digunakan untuk memudahkan memindahkan
gipsum ke bahan cetak atau wadah lainnya (cetakan diletakan diatas vibrator).
Biasanya, campuran tersebut digetarkan selama 10 sampai 15 detik (McCabe,
2014).
6. PENYIMPANAN
Gips dapat menyerap air dari lingkungan. Kelembaban dan tempat yang
dekat dengan sumber air akan berpengaruh buruk pada powder, sehingga
mempengaruhi waktu setting. Stone/plaster sebaiknya disimpan pada tempat
tertutup dan kering. Apabila temperatur penyimpanan dinaikkan 90-110ºC,
pengerutan terjadi begitu kristalisasi air dikeluarkan dan dihidrat berubah menjadi
hemihidrat (Anusavice, 2003).
7. DESINFEKTAN
Hal ini berkaitan dengan tindakan pengendalian penyebaran infeksi di
laboratorium kedokteran gigi (KG). Kecemasan terhadap kemungkinan
kontaminasi silang antara staf praktik KG oleh mikroorganisme termasuk virus
hepatitis B dan HIV melalui cetakan KG, telah mendorong ditelitinya pengaruh
teknik penyemprotan dan perendaman desinfektan pada bahan cetak.
Model dan die dapat didesinfeksi dengan semprotan iodophor sesuai
instruksi pabrik atau dengan cara merendamnya dalam larutan natrium hipoklorit
5% dengan pengenceran 1:10 selama 30 menit. Model yang telah didesinfeksi
harus diperiksa dengan cermat untuk melihat kerusakan permukaan, karena tidak
semua desinfektan kompatibel dengan produk gipsum (Anusavice, 2003).

D. PENGUKURAN PENGERASAN PRODUK GIPSUM


1. JARUM GILLMORE
Jarum Gillmore ini terdiri dari 2 jenis jarum.Jenis jarum pertama
mempunyai berat 125gr dengan diameter 0,2 mm(Combe, 1981). Jarum yang
kecil ini paling sering digunakan untuk menguji waktu pengerasan semen
kedokteran gigi, dan juga digunakan untuk produk gipsum. Adukan gypsum
dibentangkan. Jarum direndahkan sampai ke permukaan, dan saat ketika jarum
tidak meninggalkan jejas disebut pengerasan awal (Initial Setting).
Penusukan pada permukaan adonan diulangi lagi setiap 30 detik sambil cetakkan
digerakkan memutar untuk mendapatkan daerah tusukan yang berbeda. Keadaan
ini ditandai dengan peningkatan kekuatan yang nyata. Pengerasan awal terjadi ±
13 menit (Anusavice, 2003).
Jenis kedua mempunyai berat 500gr dengan diameter 0,1 mm(Combe,
1981). Jarum yang lebih berat ini digunakan untuk mengukur proses pengerasan
selanjutnya. Permukaan gipsum ditusuk dengan ujurng jarum dengan cara yang
sama seperti pengukuran pengerasan awal. Waktu yang terentang sampai hanya
meninggalkan sedikit jejas yang masih dapat diamati pada permukaan gipsum
disebut waktu pengerasan akhir (final setting) (Anusavice, 2003).
2. JARUM VICAT
Jarum vicat adalah salah satu jarum yang digunakan sebagai indikator
pengerasan produk gipsum (setting time).Jarum ini memiliki panjang 5cm,
diameter 1 mm dan berat 300gr.Cara mengetahui waktu setting dengan jarum
iniadalah mengukur waktu permulaan pencampuran bahan, sampai adonan
gipsum cukup kuat menahan jarum vicat(Anusavice, 2003).

a. Bagian – bagian vicat apparatus

Gambar bagian – bagian vicat apparatus. Sumber : American Association State.


Standard Test Method for Time of Setting of Hydraulic Cement by Vicat Needle,
2001; hal 6.
Alat vicat terdiri dari rangka Ayang mempunyai batang B yangdapat
digerakkan, beratnya 300 gram, salah satu ujung torak C berdiameter 10 mm,
berjarak sekurang-kurangnya 50 mm, dan ujung lainnya jarum D yang dapat
dibongkar pasang berdiameter 1 mm dan panjang 50 mm. Batang B dapat
dipergunakan secara bolak balik dan dapat dipasang dalam beberapa posisi
dengan pengatur sekrup E dan mempunyai indikator F yang dapat diatur, dapat
bergerak pada skala (ditunjukkan dalam mm) yang skalanya dilekatkan pada
rangka A. Pasta semen atau gipsum yang akan diuji dimasukkan ke dalam cincin
G, yang kaku berbentuk kerucut, diletakkan di atas pelat datar H yang tidak
menyerap air, lebar masing-masing sisinya ± 100 mm. Cincin terbuat dari bahan
tidak korosi, tidak menyerap air mempunyai diameter dalam bagian bawah 70 mm
dan bagian atas 60 mm dengan tinggi 40 mm (AASHTO, 2001).

b. Penetapan konsistensi
Tepatkan tengah-tengah campuran dental stone dalam cincin di bawah
batang peluncur B. Tempelkanujung batang peluncur C pada permukaan
campuran dental stone. Kencangkan sekrup E, dan atur indikator F pada ujung
atas skala, tepatkan pada skala nol. Bebaskan batang dengan melonggarkan sekrup
E secara cepat, kemudian baca skala untuk menentukan penetrasi (jika pasta
kelihatan encer, pada pembacaan awal turunnya batang B dapat. Pada dental stone
dikatakan telah mengalami setting ketika penetrasi jarum hanya sedalam 2 mm
(AASHTO, 2001).

4. Faktor yang mempengaruhi manipulasi gypsum dan kegunaan


gypsum dalam kedokteran gigi
Faktor-faktor yang mempengaruhi setting time terbagi menjadi 2 faktor
yaitu faktor-faktor yang dikontrol dari pabrik pembuat serta factor yang dikontrol
oleh operator. Pabrik dapat menambahkan akselerator atau retarder pada dental
gypsum. Bahan akselerator adalah bahan kimia tambahan yang berfungsi untuk
mempercepat terjadinya setting pada gypsum. Cara kerja bahan akselerator
dengan meningkatkan kelarutan dari kalsium sulfat hemihidrat. Contoh
akselerator adalah kalsium sulfat dan potassium sulfat (Mc. Cabe J.F. dan Walls,
2014).
Bahan retarder merupakan bahan yang ditambahkan pada campuran
gypsum yang berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan gypsum. Cara kerja
bahan retader adalah membentuk lapisan tipis pada partikel gypsum, sehingga
memperlambat proses reaksi dengan air. Contoh dari bahan retarder adalah boraks
(Mc. Cabe J.F. dan Walls, 2014).
Factor-faktor yang dikontrol oleh operator adalah suhu, rasio W/P,
pengadukan, kehalusan, dan setting expansion.
 Rasio W/P
Banyaknya air dan hemihidrat harus diukur secara akurat dari beratnya.
Rasio air terhadap bubuk hemihidrat biasanya tercermin dalam rasio W/P, atau
hasil bagi yang diperoleh bila berat (volume) dari air dibagi dengan berat bubuk.
Perbandingan atau rasio biasanya disingkat sebagai W/P. Perbandingan W/P
adalah faktor penting dalam menentukan sifat fisik dan kimia dari produk gypsum
akhir (Scheller C,2010).
Semakin besar rasio w/p, maka semakin memperlambat setting time,
kekuatan produk gypsum menurun, porositas meningkat, kelarutannya lebih
besaar sehingga lebih mudah dituang dalam cetakan. Semakin kecil rasio w/p,
maka semakin mempercepat setting time, kekuatan produk gypsum meningkat,
campuran bahan menjadi lebih kaku sehingga lebih sulit untuk dituang ke dalam
cetakan. Secara umum kekuatan berbanding terbalik dengan rasio air dan bubuk
dan juga jumlah dari sifat porositas. Oleh karena itu, ketika kekuatan maksimal
dibutuhkan, bahan tersebut harus dicampur dengan rasio air dan bubuk yang
sesuai (O’Brien, 2002).
Suhu
Dengan meningkatkan temperature air yang digunakan dalam
memanipulasi gipsum maka akan mempercepat reaksi sehingga setting time
menjadi semakin cepat (Anusavice, 2003).
 Pengadukan
Peningkatan massa pengadukan juga dapat mempercepat proses setting
pada gypsum. Selain itu, waktu pengadukan juga mempengaruhi setting time pada
gypsum. Waktu pengadukan yang ditambah, dapat meningkatkan proses setting
pada gypsum (Mc. Cabe J.F. dan Walls, 2014).
 Kehalusan
Semakin halus ukuran partikel hemihidrat, semakin cepat adukan
mengeras Tidak hanya kecepatan kelarutan hemihidrat yang meningkat, tetapi
juga nucleus gipsum lebih banyak, sehingga proses kristalisasi terjadi lebih cepat
(Anusavice, 2003).
 Setting expansion
Setting expansion merupakan hasil dari pertumbuhan kristal dari nukleus
yang saling berikatan satu dengan lainnya. Semakin kecil rasio w/p dan semakin
lama waktu pengadukan, maka semakin besar setting expansion (Anusavice,
2003).

Produk gypsum dalam kedokteran gigi dimanfaatkan dalam berbagai hal


seperti :
a. Membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo-fasial.
b. Sebagai piranti penting untuk pembuatan protesa gigi.
c. Berbagai jenis gipsum digunakan untuk membuat cetakan model
protesa dan restorasi kedokteran gigi (Subeqi, dkk. 2012).
d. Membuat model kerja dan model diagnose
Jika dibutuhkan kekuatan, keakuratan, dan kekerasan seperti model
kerja, ini menggunakan gypsum tipe stone. Sedangkan, apabila
keakuratan tidak terlalu diperhatikan seperti model diagnose, maka
digunakan gypsum tipe plaster. Hal ini disebabkan harga yang lebih
murah disbanding stone (Mc. Cabe J.F. dan Walls, 2014).
TANYA-JAWAB
Pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud sabilitas dimensional?
2. Apakah perbedaan yang mendasar antara plaster tipe 1 dan 2?
3. Gips tipe V memiliki setting ekspansi 0,3% untuk mengkompensasi
pengerutan casting yang lebih besar pada pemadatan logam campur. Apa
maksud dari mengkompensasi pengerutan casting yang besar pada logam
campur?
4. Bagaimana pengaruh rasio w/p mempengaruhi sifat fisika dan kimia dari
produk gypsum?
5. Mengapa dental stone digunakan untuk model kerja tetapi yang plaster
digunakan untuk model diagnos?
6. Mengapa saat proses pengadukan semakin cepat, setting time terjadi lebih
cepat?
7. Mengapa gipsum dapat mengeras?
8. Apakah initial setting dimulai sejak pertama kali pengadukan atau dimulai
setelah produk dituangkan ke cetakan?
9. Mengapa semakin besar perbandingan w/p semakin kecil kekuatan
ekspansinya?
Jawaban:
1. Stabilitas dimensional adalah stabilitas yang dimiliki gipsum setelah
setting yang perubahan – perubahan lanjut dalam dimensi tidak terbatas dan
material cukup untuk kaku dalam menahan deformasi atau perubahan benty jika
pembentukan restorasi atau piranti dilakukan padanya (McCabe, 2015).

2. Plaster tipe 1:
Memiliki komposisi kalsium sulfat dihidrat yang telah diberikan anti
ekspansi, retarder dan juga pewarna. Dimana anti ekspansi menyebabkan setting
ekspansi yang dimiliki tipe ini sangat kecil dan memudahkan terbentuknya porus
sehingga plaster tipe 1 memiliki kekuatan kompresi paling rendah dan mudah
fraktur. Penambahan retarder diberikan untuk mengatur sifat – sifat meterial.
Sedangkan pewarnaan yang biasanya digunakan yaitu alzarin merah yang berguna
untuk mempertegas perbedaan antara cetakan dan model.
Plaster tipe 2:
Memiliki komposisi kalsium sulfat dihidrat yang diberi pengatur setting
time, sehingga tidak berpengaruh pada setting ekspansinya yang lebih tinggi
dibanding dengan plaster tipe 1. Selain itu, pada plaster tipe 2 dipasaran berwarna
putih (McCabe, 2015 ).

3. Pada pengecoran logam campur gigi, dibutukan model die yang dibuat
dari gypsum. Karena bahan logam campur memiliki pengerutan yang tinggi ,
maka untuk menyeimbangkannya dibutuhkan tipe gypsum yang memiliki
ekspansi tinggi seperti dental stone tipe V. dengan menggunakan bahan dental
stone tipe V yang memiliki ekspansi tinggi, maka ekspansi massa bahan dalam
proses pembuatannya akan lebih besar sehingga pengerutan logam campur gigi
yang tinggi tersebut dapat diseimbangkan dengan adanya ekspansi massa bahan
dari gypsum.

4. Rasio w/p akan mempengaruhi sifat fisik maupun kimia dari produk
gypsum itu sendiri. Apabila rasio w/p nya tinggi, maka menyebabkan sifak kimia
partikel gypsum terganggu. Daya larut dan konsentrasi gypsum akan menurun,
sehingga membuat setting time menjadi lebih lama. Selain itu, bila rasio w/p nya
tinggi dapat menyebabkan kekuatan menurun dan tingkat porusitas tinggi (Mc.
Cabe J.F. dan Walls, 2014).

5. Hal ini disebabkan karena stone tidak mudah rusak saat adanya
pengukiran pola lilin yang menempel pada stone sehingga cocok untuk model
kerja. Sedangkan apabila hanya untuk model diagnosa menggunakan yang plaster
karena harga lebih terjangkau (Mc. Cabe J.F. dan Walls, 2014).

6. Peningkatan jumlah spatulasi atau pengadukan akan memperpendek


waktu setting. Menurut Craig (2008), hal ini dapat terjadi karena dengan
peningkatan jumlah spatulasi akan menyebabkan terbentuknya lebih banyak
jumlah inti nuklei, sehingga proses reaksi dari kalsium sulfat hemihidrat menjadi
kalsium sulfat dihidrat akan membutuhkan waktu yang lebih singkat. Disamping
itu peningkatan pengadukan juga meningkatkan ekspansi setting karena
meningkatkan jumlah inti kristalisasi dari partikel dihidrat.

7. Mekanisme pengerasan gipsum hemihidrat menjadi dihidrat adalah

CaSO4·½H2O + 1·H2O → CaSO4·2H2O + panas (Rx eksotermik)


Ketika kalium sulfat hemihidrat dicampur dengan air, maka terjadi reaksi
eksotermik yang ditandai pembesaran kalor sebesar 3900 kalori (Craigh, 2002).
Sebagian hemihidrat larut menghasilkan ion-ion Ca2+ dan SO42-. Hemihidrat 4
kali lebih larut daripada dihidrat. Kelarutan dihidrat dalam air pada suhu kamar
0,8% sedangkan hemihidrat 0,2%.Reaksi pengerasan dapat terjadi sebagai berikut:
1. Ketika hemihidrat larut dalam air, terbentuk suatu suspensi cair dan dapat
dimanipulasi
2. Hemihidrat akan terus larut sampai terbentuk larutan jenuh
3. Larutan yang terlalu jenuh menyebabkan kalsium sulfat hemihidrat larut
berubah menjadi dihidrat
4. Kalsium sulfat dihidrat mempercepat pengendapaan karena
penghubungan kristal satu sama lain, yang membentuk massa yang keras
(Anusavice, 2003).

8. Initial setting diukur sejak setelah adonan gipsum dituang ke dalam


cetakan hingga mengalami perubahan, seperti:
 Viskositas dari campuran bertambah
 Bahan tidak lagi dapat mengalir dari cetakan
 Warna menjadi keruh (lose of gloss)
 Bahan menjadi kaku, tetapi tidak keras dan tidak dapat dibentuk
 Terjadi ekspansi termis atau pertambahan panas
Waktu pengadukan : waktu dari penambahan bubuk pada air sampai
pengadukan sempurna Pengadukan stone dan plaster secara mekanik biasanya
tercapai dalam 20-30 detik. Pengadukan tangan dengan spatula umumnya
memerlukan sedikitnya 1 menit untuk memperoleh adukan yang halus.
Waktu kerja: ini adalah waktu yang tersedia untuk menggunakan adukan,
dimana konsistensi yang merata dipertahankan untuk dilakukan satu atau beberapa
manipulasi. Misalnya, waktu kerja cukup digunakan untuk mengisi cetakan,
mengisi cetakan cadanagn, dan membersihkan peralatan sebelum gipsum benar-
benar mengeras. Umumnya waktu kerja sekitar 3 menit (Anusavice, 2003).

9. Semakin meningkat rasio w/p, semakin sedikit nukleus kristalisasi per


unit volume yang ada dan dapat dianggap bahwa ruangan antar nukleus lebih
besar pada keadaan tersebut, maka pertumbuhan interaksi kristal-kristal dihidrat
akan makin sedikit, demikian juga dorongan keluar (Anusavice, 2003).

DAFTAR PUSTAKA

American Association State Highway and Transportation Officials Satndard.


Standard test method for time of setting of hydraulic cement by vicat
needle. ASTM International: United State; 2001. 1 – 8.
Anusavice, Kenneth J. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. 11th ed.
W.B Saunders. EGC: Jakarta.
Chandra S, Chandra S, Chandra R. A textbook of dental materials with multiple
choice questions. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd,
2000: 36-47.
Combe, E.C. 1992. “Sari Dental Material” Alih bahasa Slamar Tarigan. “Notes
on Dental Materials”. 1986. Jakarta: Balai Pustaka.
Craig, Robert George, Powers, John M., &Wataha, John C. 2008,
Dental Materials: Properties and Manipulation 8th edition, Mosby,
Michigan.
Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental materials clinical applications for dental
assistants and dental hygienists. 2nd ed. Missouri: Saunders Elsevier,
2011: 203-6.
Mariani, Sampebulu V, Ahmad GA. 2009, Pengaruh Penambahan Admixture
Terhadap Karakteristik Self Compacting Concerete (SCC), Jurnal
Smartek;7(3):176183
McCabe, JF. 2014. Bahan Kedokteran Gigi Ed. 9. Jakarta: EGC.
Philips, Anusavice, K.J., Science of Dental Materials.12th ed.,St. Louis Saunders;
2013; 182-193
O’Brien J,William. 2002. Dental materials and their selection 3rd ed. Canada :
Quintessence PublishhingCo,Inc.Sulastri, Siti. 2017. Dental Material.
Pusat Pendidikan SDM Kesehatan: Kementerian Kesehatan RI.
Scheller C, Sheridan. 2010. Basic guide to dental materials. Oxford: Wiley
Blackwell.
Subeqi, M. D., R.H. Soekartono, E. Haarijanto. 2012. Rancang bangun kombinasi
alat pengadukan elektrik mekanik dengan vibrasi untuk gypsum. Jurnal
PDGI 61(3): 92-95
Stewart, M., Michael bagby.2013. Clinical aspects of dental materials : theory,
practice, and cases. 4th ed.

Anda mungkin juga menyukai