SKENARIO 1
BLOK 12 BIOMATERIAL DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI
KELOMPOK TUTORIAL 3
Gipsum
Gipsum Mahasiswa semester IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember sedang melakukan skill lab manipulasi gipsum. Pelaksanaan skill lab kali
ini terbagi dalam 3 kelompok. Kelompok I manipulasi gipsum plaster of paris,
kelompok II manipulasi gipsum dental stone, dan kelompok III manipulasi
gipsum dental stone hight strength. Semua tahapan manipulasi mulai
pencampuran, initial setting sampai final setting harus dilakukan dengan benar
agar hasilnya tidak porous. Catat setting time untuk masingmasing gipsum tanpa
penambahan bahan retarder dan bahan akselerator.
STEP 1 (Clarifying Unfamiliar Terms)
1. Final setting: adonan gipsum mengeras dan cukup kuat untuk digunakan,
suhu gipsum turun, dapat dilepas dari cetakan.
2. Bahan Retarder: bahan kimia yang ditambahkan ke suatu bahan untuk
memperlambat setting time, contoh: sitrat, asetat, dan borax, potasium.
3. Bahan Akselerator: Bahan kimia untuk mempercepat pengerasan gipusm
( setting time), contoh: Na2SO4.
4. Manipulasi Gipsum: proses mencampurkan plaster/gips dengan air/larutan
dengan perbandingan tertentu.
5. Porus: suatu pori-pori di permukan gipsum karena adanya udara saat
proses pengadukan/perbandinga w/p yang tinggi.
6. Skill lab: sarana untuk mahasiswa dalam melatih keterampilan klinis dan
mencapai standar kompetensi seorang dokter.
STEP 3 (Brainstorming)
1. -membuat model/die
-sebagai bahan tanam
-pekerjaan laboratorium dalam pembuatan protesa gigi
-pencetakan oklusal dan untuk refraktori invesment
-untuk model diagnosis dan model analisis
-mounting (penyatuan model gips ke artikulator)
2. macam gipsum menurut ADA dibagi menjadi 5
- tipe 1: jarang digunakan diganti dengan bahan yang tidak kaku,
digunakan untuk gigi tiruan lengkap, plasret cetak, memerlukan rasio w/p
lebih besar.
-tipe 2 (tipe plester): bahan utama beta hemihidrat, bentuk partikel tidak
teratur, lebih menyerap air,plaster model, kekuatan tidak terlalu besar,
temperatur 110-120ºC.
-tipe 3 (dental stone): bahan utama alfa hemihidrat, bentuk partikel
batang dan lebih teratur, tdk menyerap air lebih banyak.
-tipe 4 (dental stone high strenght): patikel lebih kecil, kekuatan lebih
besar dari tipe 3, ditambahkan larutan CaCl2 dalam proses pembuatan
bubuk gipsumnya.
-tipe 5 (dental stone high strenght, high expansion): partikel sangat halus,
kekuatan kompresi paling besar.
Tipe gipsum:
-stone : lebih kuat, porusitas lebih sedikit, partikel dari alfa hemihidrat
-plaster : porusitas tinggi, lebih lemah,partikel dari beta hemihidrat
PEMBERIAN PERBANDINGAN
PEMILIHAN
BAHAN RASIO W/P
BAHAN
SEPARATOR
PADA
CETAKAN
DESINFEKTAN
Tabel Rasio air/bubuk untuk pembuatan model dan die dari material gipsum
(McCabe, 2014).
Perbandingan air dan bubuk dental plaster dan dental stone berbeda - beda
pada merek yang tertentu, namun ada kisaran perbandingan yang
direkomendasikan menurut Anusavice (2003) :
5. PENUANGAN
Pada saat proses penuangan, porositas dapat dikurangi dengan cara
memvibrasi atau menggetarkan adonan gipsum agar gelembung-gelembung udara
naik ke permukaan. Getaran juga digunakan untuk memudahkan memindahkan
gipsum ke bahan cetak atau wadah lainnya (cetakan diletakan diatas vibrator).
Biasanya, campuran tersebut digetarkan selama 10 sampai 15 detik (McCabe,
2014).
6. PENYIMPANAN
Gips dapat menyerap air dari lingkungan. Kelembaban dan tempat yang
dekat dengan sumber air akan berpengaruh buruk pada powder, sehingga
mempengaruhi waktu setting. Stone/plaster sebaiknya disimpan pada tempat
tertutup dan kering. Apabila temperatur penyimpanan dinaikkan 90-110ºC,
pengerutan terjadi begitu kristalisasi air dikeluarkan dan dihidrat berubah menjadi
hemihidrat (Anusavice, 2003).
7. DESINFEKTAN
Hal ini berkaitan dengan tindakan pengendalian penyebaran infeksi di
laboratorium kedokteran gigi (KG). Kecemasan terhadap kemungkinan
kontaminasi silang antara staf praktik KG oleh mikroorganisme termasuk virus
hepatitis B dan HIV melalui cetakan KG, telah mendorong ditelitinya pengaruh
teknik penyemprotan dan perendaman desinfektan pada bahan cetak.
Model dan die dapat didesinfeksi dengan semprotan iodophor sesuai
instruksi pabrik atau dengan cara merendamnya dalam larutan natrium hipoklorit
5% dengan pengenceran 1:10 selama 30 menit. Model yang telah didesinfeksi
harus diperiksa dengan cermat untuk melihat kerusakan permukaan, karena tidak
semua desinfektan kompatibel dengan produk gipsum (Anusavice, 2003).
b. Penetapan konsistensi
Tepatkan tengah-tengah campuran dental stone dalam cincin di bawah
batang peluncur B. Tempelkanujung batang peluncur C pada permukaan
campuran dental stone. Kencangkan sekrup E, dan atur indikator F pada ujung
atas skala, tepatkan pada skala nol. Bebaskan batang dengan melonggarkan sekrup
E secara cepat, kemudian baca skala untuk menentukan penetrasi (jika pasta
kelihatan encer, pada pembacaan awal turunnya batang B dapat. Pada dental stone
dikatakan telah mengalami setting ketika penetrasi jarum hanya sedalam 2 mm
(AASHTO, 2001).
2. Plaster tipe 1:
Memiliki komposisi kalsium sulfat dihidrat yang telah diberikan anti
ekspansi, retarder dan juga pewarna. Dimana anti ekspansi menyebabkan setting
ekspansi yang dimiliki tipe ini sangat kecil dan memudahkan terbentuknya porus
sehingga plaster tipe 1 memiliki kekuatan kompresi paling rendah dan mudah
fraktur. Penambahan retarder diberikan untuk mengatur sifat – sifat meterial.
Sedangkan pewarnaan yang biasanya digunakan yaitu alzarin merah yang berguna
untuk mempertegas perbedaan antara cetakan dan model.
Plaster tipe 2:
Memiliki komposisi kalsium sulfat dihidrat yang diberi pengatur setting
time, sehingga tidak berpengaruh pada setting ekspansinya yang lebih tinggi
dibanding dengan plaster tipe 1. Selain itu, pada plaster tipe 2 dipasaran berwarna
putih (McCabe, 2015 ).
3. Pada pengecoran logam campur gigi, dibutukan model die yang dibuat
dari gypsum. Karena bahan logam campur memiliki pengerutan yang tinggi ,
maka untuk menyeimbangkannya dibutuhkan tipe gypsum yang memiliki
ekspansi tinggi seperti dental stone tipe V. dengan menggunakan bahan dental
stone tipe V yang memiliki ekspansi tinggi, maka ekspansi massa bahan dalam
proses pembuatannya akan lebih besar sehingga pengerutan logam campur gigi
yang tinggi tersebut dapat diseimbangkan dengan adanya ekspansi massa bahan
dari gypsum.
4. Rasio w/p akan mempengaruhi sifat fisik maupun kimia dari produk
gypsum itu sendiri. Apabila rasio w/p nya tinggi, maka menyebabkan sifak kimia
partikel gypsum terganggu. Daya larut dan konsentrasi gypsum akan menurun,
sehingga membuat setting time menjadi lebih lama. Selain itu, bila rasio w/p nya
tinggi dapat menyebabkan kekuatan menurun dan tingkat porusitas tinggi (Mc.
Cabe J.F. dan Walls, 2014).
5. Hal ini disebabkan karena stone tidak mudah rusak saat adanya
pengukiran pola lilin yang menempel pada stone sehingga cocok untuk model
kerja. Sedangkan apabila hanya untuk model diagnosa menggunakan yang plaster
karena harga lebih terjangkau (Mc. Cabe J.F. dan Walls, 2014).
DAFTAR PUSTAKA