Anda di halaman 1dari 22

Makalah

Dental Material

GIPS DAN MOLDANO

Dosen : drg. Bintang H Simbolon, M.Kes

Disusunoleh :

Putri Alsyira Diana

1912401008

Jurusan Teknik Gigi PoltekkesKemenkesTanjungKarang


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Dental
material dengan materi “Gips dan Moldano”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………….
DaftarIsi ………………………………………………………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Penjelasan Umum………………………………………………………………………..
1.2 Tujuan………………………………………………………………………………………….
1.3 Sasaran…………………………………………………………………………………………
1.4 Istilah dan Definisi………………………………………………………………………..
1.5 Klasifikasi Gipsum…………………………………………………………………………

BAB 2 GIPS dan MOLDANO

2.1.1 Karakteristik Gips……….…………………………………………………………..


2.1.2 Kekuatan kompresi Gipsum….…………………………........................
2.1.3 Pembuatan Gipsum…..…………………………………………………………..
2.1.4 Moldano……………………………..…………………………………………………
2.1.5 Perubahan Dimensi Moldano…………………………………………………

BAB 3 PENUTUP

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….
Kesimpulan……………………………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Penjelasan Umum.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan teknologi serta


bahan

dalam bidang Teknik Gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

bahan yang sering digunakan oleh Tekniker Gigi salah satunya garam anorganik.

Garam anorganik atau yang biasa dikenal sebagai gypsum dalam Teknik Gigi,

merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimiawi, gipsum

yang digunakan untuk keperluan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat

(CaSO4. 2H2O) murni. Produk gipsum dapat digunakan untuk membuat model

studi dan model kerja dalam bidang Teknik Gigi. Model studi dibuat dari

pencetakan rongga mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai media penting

untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan


protesa

gigi (Anusavice, 2004).

Produk gipsum berdasarkan spesifikasi American Dental

Association No.25, terdapat lima tipe produk gipsum yang masing-masing

mempunyai sifat yang berbeda. Tipe I (Plaster of Paris), Tipe II (Plaster of

Model), Tipe III (Dental stone), Tipe IV (Dental stone, High strength, Low

expansion), dan Tipe V (Dental stone, High strength, High expansion), (McCabe
dan Walls, 2008).

1.2 Tujuan.

1. Tujuan umum adalah untuk mengetahui pengaruh terhadap perubahan

dimensi dari gips dan moldano.

2. Tujuan khusus adalah bertujuan untuk mengetahui tingkat energi

microwave yang ideal terhadap perubahan dimensi dari gips dan moldano.

1.3 Sasaran.

Gipsum paling banyak digunakan untuk pembuatan model studi atau model

kerja dan sebagai bahan pengisian kuvet atau biasa disebut dengan bahan tanam.

Model studi digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dan rencana

perawatan, sedangkan model kerja digunakan sebagai media untuk mendesain

gigi tiruan. Gipsum banyak dipakai di bidang Teknik Gigi karena memiliki sifat

mudah untuk dimanipulasi, dimensi yang stabil dan kompatibilitas dengan bahan
lainnya.

1 Kegunaan gipsum secara umum dapat dijadikan sebagai

bahan bangunan, selain itu dapat juga digunakan di bidang Teknik Gigi.

1.4 Istilah dan Definisi.


Gipsum merupakan mineral yang berasal dari alam yang telah dikenal selama

berabad-abad. Gipsum terbentuk secara alamiah dari hasil penguapan air di

pedalaman perairan kuno yang mengendap.16 Gipsum atau kalsium sulfat


dihidrat

yang murni berwarna putih transparan, namun terkadang dapat berwarna abu-
abu,

coklat atau merah muda dan memiliki struktur kimia CaSO4.2H2O. Ketika

dipanaskan, gipsum kehilangan sekitar tiga perempat kadar air dan menjadi
gipsum

hemihidrat (CaSO4.½H2O), yang lembut dan dapat dengan mudah dihancurkan


yang

disebut plaster of paris.

1.5 Klasifikasi Gipsum

Gipsum terdiri dari beberapa tipe.

American Dental Association (ADA) No.25 membagi gipsum menjadi lima tipe 13
Masing -

masing tipe memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda, hal ini disesuaikan
untuk

kegunaannya.

1. Tipe I (Impression Plaster).


Gipsum tipe I digunakan untuk mencetak pasien yang telah kehilangan gigi,

hal ini disebabkan sifatnya yang tidak elastis dan mudah patah. Apabila gipsum
tipe

ini digunakan untuk mencetak pada pasien yang memiliki gigi, maka undercut gigi

tidak dapat tercetak dengan baik. Gipsum tipe ini memiliki karakteristik waktu

pengerasan (setting time) yang pendek, ekspansi yang kecil sekitar 0,13%, w/p
ratio

yang tinggi dan kekuatan kompresi yang rendah.

2. Tipe II (Laboratory or Model Plaster).

Pada dasarnya gipsum tipe II merupakan plaster of Paris, gipsum ini

digunakan sebagai model studi dan sebagai bahan pengikat model kerja ke

artikulator. Gipsum tipe II memiliki karakteristik w/p ratio yang rendah, ekspansi

yang lebih tinggi dibandingkan gipsum tipe I, setting time yang pendek dan
kekuatan

kompresi yang lebih tinggi daripada gipsum tipe I.

3. Tipe III (Dental Stone).

Dental stone umumnya digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja.

Gipsum tipe III memiliki karakteristik lebih keras dan lebih kuat dibandingkan

gipsum tipe II sehingga lebih tahan lama. Dental stone memiliki w/p ratio yang
lebih

rendah dibandingkan gipsum tipe II, ekspansi sebesar 0,15-0,2% dan kekuatan

kompresi sebesar 20,7–34,5 MPa.


4. Tipe IV (Dental Stone, High Strength).

Gipsum tipe IV atau biasa disebut dengan die stone digunakan untuk media

pembuatan dai. Gipsum ini memiliki ketahanan terhadap abrasi yang cukup baik

untuk menghindari perubahan bentuk gipsum saat mengukir wax, w/p ratio yang

rendah dan kekuatannya dua kali lipat dari gipsum tipe III.

5. Tipe V (High-Strength, High Expansion Dental Stone).

Gipsum tipe V memiliki kekuatan kompresi dan ekspansi yang lebih tinggi

dibandingkan gipsum tipe IV, hal ini diperoleh dari pengurangan perbandingan air

dan bubuk (w/p ratio). Gipsum tipe ini digunakan sebagai model kerja dalam

pembuatan gigitiruan berbasis logam 13.


BAB 2
KARAKTERISTIK GIPSUM

2.1.1 Karakteristik Gipsum.

Gipsum mempunyai beberapa karakteristik yaitu :

1. Setting time.

Setting time atau waktu pengerasan merupakan waktu yang dibutuhkan bubuk

gipsum dan air untuk bereaksi sempurna yang dihitung saat dimulai pengadukan

sampai campuran gipsum mengeras.

Reaksi pengerasan yang terjadi adalah sebagai berikut :

a. Ketika bubuk hemihidrat gipsum dicampurkan dengan air, terbentuk suatu

suspensi cair dan dapat dimanipulasi.

b. Bubuk hemihidrat terlarut sampai terbentuk larutan jenuh.

c. Larutan jenuh ini sangat penuh dengan dihidrat sehingga dihidrat

mengendap.

d. Ketika dihidrat mengendap, larutan sudah tidak lagi jenuh dengan

hemihidrat, maka hemihidrat akan terus terlarut.

2. Setting expansion.

Setting expansion merupakan hasil dari pertumbuhan kristal dari nukleus yang
saling berikatan satu dengan lainnya dan menyebabkan suatu tekanan atau
dorongan

keluar yang terjadi pada semua kristal gipsum. Hal ini juga yang memengaruhi

perubahan dimensi dari suatu hasil cetakan. Setiap tipe gipsum memiliki ekspansi

massa yang berbeda-beda yang dapat diamati pada saat perubahan partikel
hemihidrat

menjadi dihidrat, berdasarkan komposisi produk gipsum ekspansi linier yang


dapat

diamati sekitar 0,06% - 0,5%.

3. W/p ratio.

W/p ratio atau perbandingan air dan bubuk gipsum merupakan faktor penting

dalam menentukan sifat fisik dan kimia dari produk akhir gipsum. Semakin banyak

air yang digunakan untuk pengadukan maka akan semakin sedikit jumlah nukleus

pada unit volume, misalnya semakin tinggi perbandingan air dan bubuk gipsum
akan

menyebabkan semakin lama waktu pengerasan yang dibutuhkan dan semakin


lemah

kekuatannya. Setiap tipe gipsum memiliki w/p ratio yang berbeda, namun secara

umum gipsum tipe I memiliki w/p ratio 50-75 ml air : 100 gram bubuk gipsum,

gipsum tipe II memiliki w/p ratio 45-50 ml air : 100 gram bubuk gipsum, gipsum
tipe

III memiliki w/p ratio 28-30 ml air : 100 gram bubuk gipsum, gipsum tipe IV

memiliki w/p ratio 22-24 ml air : 100 gram bubuk gipsum dan gipsum tipe V
memiliki w/p ratio 18-22 ml air : 100 gram bubuk gipsum.

4. Kekuatan kompresi.

Kekuatan produk gipsum umumnya dinyatakan dalam istilah kekuatan

kompresi. Berdasarkan teori pengerasan, maka suatu produk gipsum akan


memiliki

kekuatan yang meningkat pada saat bahan mulai mengeras. Kekuatan kompresi

gipsum berbeda setiap tipenya, gipsum tipe I memiliki kekuatan kompresi 4 MPa
atau

sekitar 580 psi, gipsum tipe II memiliki kekuatan kompresi 9 MPa atau sekitar
1300

psi, gipsum tipe III memiliki kekuatan kompresi 20,7 MPa atau sekitar 3000 psi,

gipsum tipe IV memiliki kekuatan kompresi 34,5 MPa atau sekitar 5000 psi dan

gipsum tipe V memiliki kekuatan kompresi 48,3 MPa atau sekitar 7000 psi.

5. Perubahan dimensi.

Idealnya sebuah bahan untuk pembuatan model gigi harus memiliki sifat

kestabilan dimensi yang baik, sehingga ukuran struktur rongga mulut dapat
tercetak

secara akurat. Namun, bahan gipsum mengalami sedikit perubahan dimensi pada
saat

pengerasan. Perubahan dimensi dapat dipengaruhi oleh perbandingan air dan


bubuk
gipsum, perbandingan air dan bubuk yang tinggi akan menyebabkan ekspansi
yang

lebih sedikit. Sementara itu, penambahan air pada saat pengadukan awal dapat

meningkatkan ekspansi pada saat pengerasan. Jenis ekpansi ini disebut ekspansi

higroskopis. Ekspansi higroskopis dapat meningkat secara signifikan, pada gipsum

tipe IV, ekspansi higroskopis dapat meningkat dari 0,05% tanpa penambahan air

menjadi 0,1% setelah penambahan air.

2.1.2 Kekuatan Kompresi Gipsum.

Dalam ilmu kekuatan bahan, kekuatan kompresi dapat diartikan sebagai

kapasitas suatu bahan untuk menahan beban yang diberikan kepada bahan
tersebut,

dimana beban yang diberikan cenderung dapat menghancurkannya. Kekuatan

kompresi dapat diukur dengan menghancurkan spesimen bahan berbentuk


silindris

pada alat uji tekan. Kekuatan kompresi dihitung dari kegagalan suatu bahan

menerima tekanan dibagi dengan cross-sectional area beban yang dinyatakan


dalam

satuan per square inch (psi) atau megapascal (MPa).

Kekuatan kompresi pada gipsum dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

kekuatan basah dan kekuatan kering. Kekuatan yang diperoleh pada saat
kelebihan air
yang dibutuhkan pada proses hidrasi hemihidrat tertinggal di dalam bahan
disebut

kekuatan basah, sedangkan kekuatan kering adalah kekuatan yang diperoleh


apabila

bahan atau gipsum dikeringkan dari kelebihan air. Kekuatan kering dinyatakan

memiliki kekuatan yang lebih hingga dua kali lipat dari kekuatan basah. Apabila

waktu pengeringan ditambah maka kekuatan kompresi gipsum dapat meningkat


pula.

Pada umumnya, produk gipsum atau model kerja mencapai kekuatan maksimum

setelah mengalami pengeringan selama 24 jam. Hal ini disebabkan pada saat
tetesan

air yang terakhir keluar, kristal-kristal gipsum mengendap dan akan


menjangkarkan

kristal-kristal yang lebih besar berfungsi sebagai penguat ikatan antar kristal.

Kekuatan kompresi gipsum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. W/p ratio.

Semakin banyak air yang digunakan, maka semakin sedikit jumlah nukleus

per unit volume dan kristal-kristal gipsum yang kecil akan langsung terlarut
sehingga

penjangkaran antar kristal menghilang, hal ini menyebabkan semakin sedikit


jumlah

kristal per unit volume untuk berat hemihidrat tertentu. Keadaan ini disebut
porositas,

semakin besar porositas maka akan semakin kecil kekuatan kering yang dihasilkan
dan semakin rendah kekuatan kompresinya.

2. Kecepatan dan waktu pengadukan.

Sebagian kristal gipsum langsung terbentuk pada saat bubuk gipsum

berkontak dengan air, pada saat pengadukan dimulai pembentukan kristal


meningkat,

pada saat yang bersamaan ikatan kristal yang dibentuk diputuskan oleh spatula

pengaduk dan didistribusikan secara merata sehingga nukleus kristal lebih banyak

terbentuk. Waktu pengadukan juga berpengaruh terhadap kekuatan kompresi


produk

gipsum, umumnya dengan peningkatan waktu pengadukan kekuatan kompresi


akan

meningkat pula sampai batas optimalnya, namun apabila pengadukan terlalu


lama,

kristal-kristal gipsum yang sudah terbentuk akan pecah dan jumlah ikatan antar

kristal sedikit, hal ini yang menyebabkan kekuatan kompresi dapat menurun.

3. Akselerator dan retarder.

Penambahan akselerator ataupun retarder dapat mengurangi kekuatan basah

ataupun kekuatan kering dari produk gipsum. Hal ini disebabkan oleh
penambahan

garam yang dilakukan memengaruhi kemurnian serta mengurangi kohesi antar


kristal

gypsum.
4. Kemurnian bubuk gypsum.

Gipsum merupakan material yang higroskopis (dapat menyerap air dari

udara). Apabila bubuk gipsum dibiarkan di udara terbuka selama beberapa hari,
maka

bubuk gipsum tersebut akan menyerap air dari udara dan permukaan dari partikel

hemihidrat akan berubah menjadi dihidrat. Efek yang ditimbulkan pada saat

pengadukan yaitu penurunan waktu pengerasan karena rendahnya kelarutan dari

partikel hemihidrat yang dapat menurunkan kekuatan kompresi.

5. Suhu dan kelembaban udara.

Gipsum hanya stabil apabila berada dibawah suhu 40°C. Apabila pengeringan

produk gipsum dilakukan pada suhu yang tinggi harus dapat dikontrol dengan
baik.

Kehilangan air akan sangat cepat terjadi apabila berada pada suhu diatas 100°C
dan

dapat menyebabkan pengerutan dan penurunan kekuatan komperesi.

2.1.3 Pembuatan Gipsum.

Gipsum diproduksi dengan cara mengkalsinasi kalsium sulfat

dihidrat. Kalsinasi merupakan proses pemanasan gipsum untuk mengeluarkan air


dan mengubah kalsium sulfat dihidrat menjadi kalsium sulfat hemihidrat.
Berdasarkan metode kalsinasi, berbagai bentuk hemihidrat dapat diperoleh.
Bentuk-bentuk yang dapat diperoleh antara lain α-hemihidrat, α-hemihidrat
modifikasi dan β-hemihidrat.
Perbedaan antara α- dan β-hemihidrat yaitu ukuran partikel kristal hemihidrat
dan luas permukaan. β-hemihidrat atau dental plaster (tipe I dan II) diperoleh dari
proses pemanasan di ketel terbuka dengan suhu 110°-120°C, partikel yang
dihasilkan berukuran besar, berbentuk ireguler dan spongious, sementara α-
hemihidrat diperoleh dari proses pemanasan di autoklaf dengan tekanan uap
120°-130°C memiliki partikel berukuran lebih kecil dan berbentuk batang atau
prisma yang teratur. α-hemihidrat modifikasi diperoleh dari proses pendidihan
gipsum di dalam 30% larutan kalsium Klorida dan magnesium klorida. Proses ini
menghasilkan partikel hemihidrat yang paling halus, berbentuk kuboid dan lebih
padat sehingga digunakan sebagai dai. αhemihidrat modifikasi lebih dikenal
sebagai die stone atau gipsum tipe IV.

2.1.4 Moldano

Produk gipsum yang sering digunakan dalam pembuatan cetakan dan model
gigi adalah

dental stone.

Dental stone tersusun oleh partikel α-hemihidrat dengan sifat lebih padat
danmempunyai bentuk prismatik. Penggunaan dental stone sebagai bahan
pengisi hasil cetakan gigi memiliki resiko terjadinya penyebaran mikroorganisme
patogen yang berasal dari saliva bila tidak dilakukan desinfeksi terlebih dahulu.
Pemilihan metode desinfeksi yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya
perubahan dimensi pada dental stone sehingga tingkat keakuratan pada dental
stone berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perubahan
dimensi pada dental stone setelah dilakukan proses desinfeksi menggunakan daya
energi microwave yang berbeda. Sampel yang digunakan berbentuk silinder
dengan ukuran diameter 30 mm dan tinggi 15 mm sebanyak 24 buah. Sampel
dibagi 4 kelompok dengan masing-masing terdiri dari 6 spesimen. Kelompok I
tanpa diberi perlakuan desinfeksi. Kelompok II, III,IV dilakukan desinfeksi dengan
energi microwave 600 watt, 800 watt, 1000 watt. Proses desinfeksi dilakukan
selama 7 menit. Pengukuran perubahan dimensi dilakukan menggunakan
electronic digital caliper. Hasil data dilakukan uji statistik parametrik One Way
Anava. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perubahan
dimensi dental stone yang signifikan oleh penggunaan tingkat energi microwave
sebagai alat desinfeksi (p<0,05). Semakin tinggi tingkat energi microwave yang
digunakan akan meningkatkan perubahan dimensi pada dental stone.

Kalsium sulfat dihidrat (CaSO4.2H2O) murni merupakan gipsum atau garam


anorganik yang
sering digunakan dalam kedokteran gigi.

Dental stone adalah salah satu produk gipsum yang sering digunakan dalam
pembuatan model studi dan model kerja.
Model studi atau kerja diperoleh dari pencetakan rongga mulut serta struktur
maksilo-fasial dan sebagai media penting untuk pekerjaan laboratorium
kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi (Anusavice, 2004).

Dental stone mempunyai kandungan air sehingga dapat menyerap gelombang


elektromagnetik yang dihasilkan oleh microwave saat proses desinfeksi.

Kandungan air yang terpapar gelombang elektromagnetik mempunyai molekul


polar yang terdiri dari kutub positif dan kutub negatif yang saling berotasi dan
menyebar hingga menyebabkan saling bertabrakan antar molekul.

Molekul polar yang menyebar menimbulkan getaran molekul yang menghasilkan


panas dan meningkatkan suhu sehingga kandungan air yang terdapat dalam
dental stone menguap dan menyebabkan inaktivasi mikroorganisme. (Meghashri,
et.al., 2014). Penguapan air yang berlebihan pada dental stone dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dimensi sehingga mempengaruhi keakuratan
suatu model kerja.
2.1.5 Perubahan Dimensi Moldano

Perubahan dimensi adalah berubahnya ukuran hasil cetakan dental stone dari
keadaan semula. Perubahan dimensi dapat terjadi selama waktu pengerasan atau
waktu setting dental stone sebagai hasil dari reaksi kimia pada gipsum.
Berdasarkan spesifikasi American Dental Association (ADA) no. 25, pengukuran
ekspansi gipsum disarankan dilakukan dua jam setelah pencampuran air dan
bubuk gipsum. Setting ekspansi maksimum dari dental stone setelah dua jam dari
watu pengadukan sebesar 0,20% (Powers dan Wataha, 2008).

Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dan setting higroskopis.


Ekspansi gipsum dapat diketahui selama perubahan partikel hemihidrat menjadi
partikel dihidrat yang biasa disebut sebagai proses kristalisasi.

Proses kristalisasi digambarkan dengan pertumbuhan berlebih dari kristal-kristal


dihidrat yang saling berikatan satu dengan yang lainnya.
Kristalkristal dihidrat yang berlebih menghasilkan tekanan atau dorongan keluar
yang menyebabkan ekspansi massa secara keseluruhan sehingga gipsum
mengalami perubahan dimensi (Anusavice, 2004).

Untuk menghitung perubahan dimensi dapat diketahui dari selisih pengukuran


dental stone sebelum diberi perlakuan desinfeks. Penggunakan daya energi 1000
watt untuk desinfeksi hasil cetakan dental stone menghasilkan perubahan
dimensi yang paling besar dikarenakan dental stone yang ditempatkan pada suhu
yang terlau tinggi akan mengalami perubahan dimensi yang progresif
(Kambhampati, et.al.,2014).

Peningkatan tingkat energi microwave yang digunakan akan menghasilkan panas


serta meningkatkan suhu di dalam microwave, sehingga proses dehidrasi terjadi
semakin cepat. Proses dehidrasi tersebut dapat mempengaruhi besar atau
kecilnya perubahan dimensi yang terjadi. Paparan radiasi dari microwave
mengakibatkan terjadinya penguapan langsung dari sebagian kecil sisa kelebihan
air yang terdapat dalam kandungan dental stone. Penguapan air yang terjadi
secara cepat dari sisa kandungan atau kelebihan air yang tidak terlalu banyak
pada hasil cetakan dental stone dapat menyebabkan terjadinya cracking di
struktur permukaan dental stone (Abbas, 2009).

Keakuratan dari suatu hasil model kerja atau die ditentukan oleh besar dan
kecilnya perubahan dimensi yang terjadi. Untuk mendapatkan model kerja atau
die yang akurat, perubahan dimensi harus seminimal mungkin. Perubahan
dimensi yang masih dapat diterima secara klinis menurut American Dental
Association (ADA) sebesar 3 % (Amalan, et.al., 2013).

BAB 3
PENUTUP

Hasil penelitian ini menunjukkan presentase perubahan dimensi dental stone


yang dihasilkan oleh kelompok perlakuan tanpa dilakukan desinfeksi sebesar
0,06% dan kelompok perlakuan yang dilakukan desinfeksi menggunakan tingkat
energi microwave 600 watt, 800 watt, 1000 watt

masing-masing sebesar 1,1 %; 2,9 %; dan 4,5 %. Hasil tersebut menunjukkan


bahwa metode desinfeksi dental stone yang dapat disarankan untuk digunakan
dan menghasilkan perubahan dimensi kurang dari 3% yaitu dengan menggunakan
daya energi microwave 600 watt dan 800 watt.

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice KJ. Philips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi, E/10. Trans.

Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996:

156-157, 169.
Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental materials clinical applications for

dental assistants and dental hygienists. 2nd ed. Missouri: Saunders Elsevier,

2011: 203.

Powers JM, Wataha JC. Dental materials properties and manipulation. 9th ed.

Missouri: Mosby Elsevier, 2008: 205-6, 210-4.

Manappallil JJ. Basic dental materials. India: Jaypee Brothers Medical

Publishers (P) Ltd, 1998: 30-2, 42-4.

Abidoye LK, Bello RA. Restoration of compressive strength of recycled

gypsum board powder. The Pasific Journal of Science and Technology. 2010;

11(2): 42-9. 6. Powers JM, Sakaguchi RL. Craig’s restorative dental materials. 12th
ed.

Missouri: Mosby Elsevier, 2009: 314-5, 318-23

Combe EC. Notes on dental materials. 5th ed. New York: Longman Group

Limited, 1986: 299-308.

Kurniawan A. Perbandingan waktu setting gypsum daur ulang tipe III dengan

gypsum tipe III merk 3L (Germany). Skripsi. Jember: Universitas Jember,

2012 : 20-9.

KESIMPULAN

Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan beberapa kesimpulan.

a. Terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan dimensi dental stone


setelah dilakukan proses desinfeksi dengan penggunaan daya energi microwave
yang berbeda (p<0,05).
b. Penggunaan daya energi microwave yang semakin tinggi akan menghasilkan
perubahan dimensi pada dental stone yang semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai