Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM UJI SIFAT BAHAN

BIOMATERIAL II PRAKTIKUM 2021

DISUSUN OLEH :
1. Maria Listya ( 20190710006 )
2. Rezon Shanahan ( 20190710010 )
3. Feline Monica ( 20190710018 )
4. Erza Nandia ( 20190710035 )
5. Faradila A’izza Nabila Nuro ( 20190710052 )
6. Muhammad Ridwan Firdansyah ( 20190710057 )
7. Muhammad Alvin Alfarisi ( 20190710064 )
8. Denadia Rouselabertha W. ( 20190710066 )
9. Fatimah Hanin ( 20190710077 )
10. Rahmadiah Amihani ( 20190710088 )
11. Julian Cendikia P. ( 20180710089 )
12. Jaenely P. E ( 20170710017 )
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2021

I. JUDUL
Uji Kompresi Bahan Gipsum

II. PENDAHULUAN
Kekuatan kompresi (tekan) adalah tegangan (stress) maksimal dimana
suatu bahan masih bisa menerima tekanan (compression) tanpa mengalami
patah atau fraktur. Kekuatan kompresi merupakan hal penting dalam beberapa
material restorasi dan material tambahan lain yang digunakan pada teknik dan
operasional perawatan gigi. Sifat ini terutama penting dalam proses mastikasi
karena beberapa gaya dalam mastikasi adalah kompresi. Kekuatan kompresi
paling bermanfaat untuk membandingkan material yang getas dan umumnya
lemah dalam tegangan sehingga tidak digunakan di area rongga mulut yang
kekuatan tariknya besar. Kekuatan kompresi merupakan sifat yang berguna
untuk membandingkan material amalgam gigi, resin komposit, dan semen, serta
untuk menentukan kualitas material lain seperti gip plaster, investments, dan
beberapa material cetak.
Kekuatan produk gips umumnya dinyatakan dalam istilah kekuatan
kompresi, meskipun kekuatan tarik juga harus diperhitungkan bila seseorang
ingin mendapatkan informasi yang lengkap tentang keseluruhan karakteristik
kekuatannya, Kekuatan gips plaster atau stone gips meningkat dengan cepat
begitu bahan mengeras setelah waktu pengerasan awal. Akan tetapi, free water
content dari produk gips yang telah mengeras sebenarnya mempengaruhi
kekuatannya. Dikenal 2 kekuatan gips, yaitu kekuatan basah dan kekuatan
kering. Kekuatan basah adalah kekuatan yang diperoleh bila kelebihan air yang
diperlukan untuk hidrasi hemihidrat masih ada dalam sampel uji. Bila sampel
uji dikeringkan dan kelebihan airnya, maka kekuatan yang diperoleh adalah
kekuatan kering. Kekuatan kering gips mungkin 2 kali atau lebih dari kekuatan
basahnya.

III. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mahasiswa FKG Universitas Hang Tuah Semester IV mampu
menjelaskan sifat-sifat material gipsum, akrilik, dan semen dalam
menahan daya tekan (kompresi)
2. Mahasiswa FKG Universitas Hang Tuah Semester IV mampu
melakukan uji daya tekan (compressive strength) pada gips, akrilik, dan
semen dengan benar
3. Mahasiswa FKG Universitas Hang Tuah Semester IV mampu
menjelaskan pengaruh tekanan terhadap material gips, akrilik, dan
semen

IV. METODE PRAKTIKUM


1. Letakkan sampel di bawah crushing arm dengan posisi tegak dan sejajar
garis kedua crushing arm
2. Pasang spring scale dan wadah beban pada kaitan di ujung crushing arm
3. Pasang kaitan di atas spring scale pada kaitan di tengah kaki tiga, atur
tempat beban agar tidak jatuh (stabil)
4. Ambil beban (anak timbangan dan batu kecil) dimasukkan sedikit demi
sedikit ke dalam wadah beban sampai sampel (gipsum) pecah
5. Catat berat beban yang diperlukan
6. Hitung kekuatan kompresi dengan rumus
V. HASIL

SAMPEL KE- KEKUATAN KOMPRESI BAHAN GYPSUM (DALAM


SATUAN MPA)

Gipsum Plaster of Gipsum Dental Gipsum Bonded


Paris (Tipe 2) Stone (Tipe 3) Investment

1 20 60 1.2

2 22 52 1

3 16 62 0.8

4 18 55 0.7

5 18 53 1.1

RATA-RATA 18.8 56.4 0.96

Sumber: McCabe, 2008

VI. PEMBAHASAN
Produk gipsum merupakan salah satu bahan yang paling memadai
dalam membantu profesi kedokteran gigi dan paling banyak digunakan untuk
pembuatan model studi atau model kerja dan sebagai bahan pengisian kuvet
atau biasa disebut dengan bahan tanam (Anusavice, 2012). Gipsum dalam
kedokteran gigi dapat diklasifikasikan menjadi 5 tipe menurut Americans
Dental Association (ADA) dan International Organization for Standardization
(ISO) yang masing-masing mempunyai sifat yang berbeda. Tipe I (Plaster of
Paris), Tipe II (Plaster of Model), Tipe III (Dental stone), Tipe IV (Dental stone,
High strength, Low expansion), dan Tipe V (Dental stone, High strength, High
expansion). Pembuatan model kerja umumnya sering menggunakan gipsum
tipe III, karena gipsum tersebut memiliki kekuatan dan ketahanan abrasi lebih
tinggi dibandingkan gipsum tipe II, dan memiliki ketahanan abrasi lebih rendah
dibandingkan tipe IV dan tipe V. Untuk mencapai hasil perawatan yang sukses,
selain kekuatan model, keakuratan model kerja juga perlu diperhatikan.
Kekuatan kompresi dental stone merupakan faktor yang penting untuk
menentukan daya tahan terhadap fraktur dan abrasi selama prosedur laboratoris
sebagai media pembuatan gigi tiruan (Anusavice, 2012). Gipsum dalam bidang
kedokteran gigi harus memiliki ketahanan yang tinggi, setting time yang
singkat, mudah dan aman untuk digunakan, murah, dan mudah untuk dibuang
atau didaur ulang. Gipsum juga harus memiliki sifat-sifat diantaranya stabilitas
dimensi, kekuatan tekan (compressive strength), kekuatan tarik (tensile
strength), kekerasan, dan ketahanan abrasi (Noort, 2013). Pada praktikum ini
yang menjadi pokok bahasan adalah kekuatan tekan atau dikenal juga dengan
compressive strength.
Kekuatan tekan (compressive strength) digunakan untuk
membandingkan bahan material yang rapuh dan umumnya rapuh ketika pada
kondisi tegang. Kekuatan kompresi biasanya digunakan untuk membandingkan
bahan amalgam, komposit resin, semen, dental stone, atau investment
(Sakaguchi, 2018). Kompresi gipsum adalah kekuatan yang dimiliki produk
gipsum untuk menahan patah atau fraktur. Kekuatan kompresi merupakan sifat
mekanis yang paling umum untuk menilai produk gipsum karena berhubungan
dengan proses mastikasi yang kekuatan tariknya besar. Jenis kompresi gipsum
dibagi menjadi dua yaitu kekuatan basah dan kekuatan kering. Kekuatan basah
didapatkan apabila air untuk hidrasi hemihidrat masih terdapat dalam sampel,
sedangkan kekuatan kering apabila kelebihan air sudah tidak terdapat dalam
sampel. Berdasarkan teori, hasil kekuatan kering gipsum dua kali lipat lebih
kuat daripada kekuatan basah. Hal ini disebabkan ketika kristal halus endapan
gipsum berikatan dengan partikel kristal yang lebih besar. Jika kelebihan air
direndam atau diserap, partikel yang lebih kecil lebih dahulu larut dan ikatan
dengan partikel kristal yang besar akan menghilang (Anusavice, 2012).
Saat gipsum telah setting, maka produk gipsum akan menunjukkan nilai
kuat tekan yang relatif tinggi. Kuat tekan berbanding terbalik dengan W/P ratio.
Semakin banyak air yang digunakan untuk membuat campuran, maka akan
semakin rendah kuat tekannya. Model plaster memiliki kelebihan air paling
banyak, sedangkan dental stone berkekuatan tinggi mengandung paling sedikit
kelebihan air, dan plaster model lebih berpori daripada dental stone. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kerapatan model plaster lebih rendah jika
dibandingkan dengan dental stone yang padat. Dengan ini menunjukkan bahwa
dental stone memiliki kekuatan tekan tertinggi (Sakaguchi, 2018).
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan uji kompresi bahan
menggunakan gipsum plaster of paris (tipe 2), gipsum dental stone (tipe 3), dan
gipsum bonded investment dan didapatkan hasil rata-rata kekuatan
kompresinya masing-masing sebesar 18,8 MPa, 56,4 MPa, dan 0,96 MPa.
Kekuatan kompresi dental stone dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
rasio air dan bubuk (W:P), accelerator dan retarder, suhu dan tekanan atmosfer,
waktu pengadukan, kecepatan pengadukan, serta kemurnian bubuk gipsum.
Rasio air dan bubuk (W:P) berpengaruh terhadap kekuatan kompresi. Semakin
besar rasio air yang melebihi rasio air dan bubuk (W:P) akan mengakibatkan
penurunan kekuatan kompresi (Anusavice, 2003).
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa gipsum plaster
of paris memiliki tingkat compressive strength dengan rata-rata nilai 18,8 MPa
yang mana jauh lebih rendah dibandingkan tingkat compressive strength
gipsum dental stone dengan rata-rata nilai 56,4 MPa. Hal ini disebabkan karena
partikel dental stone lebih halus, maka air yang diperlukan untuk mencampur
lebih sedikit dibandingkan dengan air yang dibutuhkan untuk pencampuran
plaster of paris. Sedangkan gipsum bonded investment memiliki kekuatan
kompresi dengan rata-rata nilai 0,96 MPa yang berarti gips jenis ini sangat
rapuh dan mudah pecah. Maka dari itu, pada kedokteran gigi khususnya bidang
prostetik, gipsum tipe III atau dental stone lebih disukai sebagai bahan untuk
membuat model kerja pada pembuatan protesa karena memiliki kekuatan yang
cukup sehingga tahan terhadap fraktur dan abrasi dibanding dengan gipsum tipe
I dan II sedangkan gipsum bonded investment digunakan sebagai bahan tanam
yang dipergunakan untuk pengecoran logam paduan emas kedokteran gigi.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


1. Anusavice, K.J. 2003. Phillips’ Science of Dental Materials 11th ed.
USA:
Saunder Elsevier.
2. Sakaguchi, R., Ferracane, J., dan Powers, J. 2018. Craig’s Restorative
Dental Materials 14th ed. St. Louis, Mo. Mosby Elsevier.
3. Anusavice, K.J., Shen. C., dan Rawls, R. H. 2012. Phillips’ Science of
Dental Materials. 12th ed. USA: Saunder Elsevier.
4. Noort, R.V. 2013. Introduction to Dental Materials 4th ed. Edinburgh,
Mosby Elsevier.
5. McCabe, J.F. dan Walls, A.W.G. 2008. Applied Dental Materials 9th
ed. Oxford, UK, Blackwell Publishing.

Anda mungkin juga menyukai