Anda di halaman 1dari 15

DENTAL MATERIAL

BAHAN CETAK

Kelompok 1:
1. Dina Novitaa Hidayani Nisfi
2. Erlangga Fauziyansyah
3. Maulana Haqqi Tararain
4. Nusaibahtul Labibah J
5. Pratiwi Sri Wahyuni
6. Regina Aqta Novalia
7. Yiyit Firdausy Setiawan

JURUSAN TEKNIK GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bahan-bahan kedokteran gigi merupakan salah satu media penularan agen infeksi kepada
dokter gigi. Menurut Miller dan Cottone yang dikutip oleh Ghahramanloo, setetes saliva
mengandung 50.000 bakteri yang berpotensi patogen. Bakteri patogen ini dapat dengan mudah
menyebar melalui bahan cetak, terutama hidrokoloid ireversibel yang menjadi tempat berkumpul
bakteri lebih banyak daripada bahan cetak lainnya.1

Cetakan mengandung mikroba dalam jumlah yang sangat banyak, di antaranya


streptococci (100%), staphylococci (65,4%), dan P. aeruginosa (7,7%) yang semuanya telah
diketahui bersifat patogen, mengakibatkan nosokomial, dan merupakan infeksi yang mengancam
nyawa bagi orang yang memiliki imunitas rendah.

The American Dental Association (ADA) menganjurkan bahan cetak harus dicuci
terlebih dahulu dengan air untuk menghilangkan saliva dan darah yang melekat pada bahan cetak
kemudian direndam dalam larutan disinfektan untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri
sebelum dikirim ke laboratorium.

Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran gigi.
Keakuratan dari model kerja atau die selain tergantung kepada sifat-sifat fisik dan mekanik dari
bahan model, juga tergantung kepada sifat-sifat fisik dan mekanik dari bahan cetak yang
digunakan.

Cetakan alginat yang mengandung 85% air dapat mengalami penyusutan yaitu
menguapnya air bila terjadi kenaikan suhu atau bila disimpan di udara terbuka dalam waktu
tertentu sehingga cetakan alginat akan mengalami kontraksi. Cetakan alginat bersifat imbibisi
yakni menyerap air bila berkontak dengan air dalam waktu tertentu sehingga akan mengembang.
Selain itu, alginat juga dapat mengalami sineresis yaitu reaksi sol yang terus berlanjut. Karena
rawan terjadi ekspansi maka perlu diwaspadai terjadinya perubahan dimensi yang dapat
menyebabkan ketidakakuratan cetakan alginat.
Salah satu disinfektan yang tidak mahal namun efektif adalah sodium hipoklorit, yang
selama ini dikenal sebagai bahan pemutih. Hipoklorit telah terdaftar oleh ADA sebagai
disinfektan bahan cetakan dan merupakan bahan disinfeksi cetakan yang paling banyak dipakai
oleh dokter gigi.

Melakukan disinfeksi pada cetakan dapat menjadi sebuat tantangan tersendiri. Disinfektan
harus secara efektif membunuh mikroorganisme yang berpindah ke cetakan tanpa merusak
cetakan atau mengurangi keakuratannya. Waktu perendaman cetakan merupakan hal yang
penting. Idealnya waktu perendaman sesingkat mungkin, tetapi dapat mendisinfeksi cetakan dan
menghindari kemungkinan terjadinya goresan atau kerusakan detail permukaan cetakan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Bahan Cetak

Untuk menghasilkan cetakan yang akurat, bahan yang digunakan untuk membuat tiruan
dari jaringan oral dan ekstraoral harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:

- Bahan tersebut harus cukup cair untuk beradaptasi dengan jaringan mulut serta cukup kental
untuk tetap berada dalam sendok cetak yang menghantar bahan cetak ke dalam mulut

- Bahan tersebut harus berubah atau mengeras menjadi padat menyerupai karet dalam waktu
tertentu selama di dalam mulut, dan cetakan yang mengeras harus tidak berubah atau robek ketika
dikeluarkan dari mulut.

A. Klasifikasi Bahan Cetak

Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat replika stuktur oral yang
ketika digunakan untuk mencetak harus dalam bentuk plastis. Berdasarkan cara mengerasnya,
bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi ireversibel atau reversibel. Ireversibel berarti bahan
tersebut tidak dapat kembali ke bentuk semula karena telah terjadi reaksi kimia, sedangkan
reversibel berarti bahan tersebut dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan
pendinginan karena tidak terjadi perubahan kimia. Menurut perubahan fisik, reaksi kimia, atau
perubahan polimerisasi, bahan cetak dibedakan menjadi elastis atau non-elastis. Bahan cetak
elastis dapat secara akurat mereproduksi struktur keras dan lunak rongga mulut, sedangkan bahan
cetak non-elastis harus dipatahkan atau diubah bentuknya terlebih dahulu untuk kemudian
dikeluarkan melalui undercut.

 Bahan Cetak Non-Elastis

 Gips Cetak

Sekarang Gips Paris jarang digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer
telah tersedia, tetapi dapat digunakan sebagai bahan untuk membersihkan cetakan
edentulous. Gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah daripada bengkok. Bahan ini
kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil, dan karena itu paling cocok digunakan bila
tidak ada undercut tulang. Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan
menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan. Macam-macam gypsum
:

1. Plaster cetak (tipe I)

Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan untuk
mengatur waktu pengerasan dan ekspansi pengerasan. Plaster cetak jarang digunakan lagi
untuk mencetak dalam kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang kurang
kaku seperti hidrokoloid dan elastomer . plaster terbatas digunakan untuk cetakan akhir,
atau wash, dalam pembuatan gigi tiruan penuh.

2. Plaster model (tipe II)

Plaster model ini atau plaster laboratorium tipe II sekarang digunakan untuk
mengisi kuvet dalam pembuatan protesa bila ekspansi pengerasan tidaklah penting dan
kekuatan cukup, suatu batasn yang disebutkan dalam spesifikasi. Biasanya dipasarkan dalm
warna putih alami, jadi terlihat kontras dengan stone yang umumnya berwarna.

3. Stone Gigi (tipe III)

Pada tahun 1930, suatu peristiwa penting terjadi, yaitu ketika α-gipsum
ditemukan dan diperkenalkan dalam kedokteran gigi. Dikombinasikan dengan kemajuan
dari bahan cetak hidrokoloid, α-gipsum yang diperbaharui kekerasannya
membuat die stone dapat digunakan dan pembuatan model tidak langsung mungkin
dilakukan.

Kedokteran gigi banyak membantu sejarah perkembangan plaster. Seorang


peneliti pada Perusahaan Gipsum USA mempelajari bahwa mold plaster yang digunakan
untuk membentuk basis karet protesa dalam suatu tekanan uap vulkanisasi menjadi amat
keras dalam semalam. Penelitian lanjut menunjukkan bahwa gipsum yang mengeras
mengalami pengapuran di bawah tekanan uap, membentuk kristalisasi kalsium sulfat
hemidrat yang lebih bermutu. Karena perbaikan ini, bahan kemudian langsung dipatenkan
sebagai α-gipsum. Sejak penemuan ini, untuk penemuan komersial, proses tersebut
dilakukan dalam suatu otoklaf.

Stone tipe III memiliki kekuatan kompresi minimal 1 jam sebesar 20,7 Mpa
(3000 psi), tetapi tidak melebihi 34,5 Mpa (5000 psi). Bahan ini ditujukan untuk
pengecoran dalam membentuk gigi tiruan penuh yang cocok dengan jaringan lunak. Die
stone merupakan reproduksi gigi yang dipreparasi dimana protesa dibuat pada atau di
dalam model tersebut. Karena kondisi keausan yang parah pada bagian tepi ketika
dilakukan pembuatan pola malam, dan karena tekanan yang lebih tinggi mengenai die
stone selama mencoba dan penyesuaian, kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi
dibutuhkan oleh bahan die. Sebagai tambahan, sedikit ekspansi pengerasan dapat ditolerir
pada model yang mereproduksi jaringan lunak, tetapi tidak bila menyangkut gigi. Stone tipe
III lebih disukai untuk pembuatan model yang digunakan pada konstruksi protesa,
karena stone tersebut memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan itu serta protesa lebih
mudah dikeluarkan setelah proses selesai.

Tanpa melihat jenis stone yang digunakan, terdapat sedikitnya 2 metode untuk
membuat model. Dalam salah satu metode, mold untuk pengecoran dibuat dengan
membungkus sekitar cetakan dengan lembaran malam lunak sehingga melebihi kurang
lebih 12 mm di luar sisi jaringan pada cetakan. Basis untuk model dibentuk pada daerah ini.
Proses ini disebut boxing. Adukan stone dan air kemudian dituang ke dalam cetakan di
bawah vibrator. Adukan dibiarkan mengalir perlahan dalam aliran yang terkendali
sepanjang cetakan, sehingga aliran tersebut dengan sendirinya mendorong udara keluar
begitu adukan mengisi semua cetakan gigi tanpa adanya gelembung udara yang terjebak.

Metode lain adalah dengan mengisi cetakan seperti yang telah dijabarkan. Sisa
adukan stone-air dituang pada lempeng kaca. Cetakan yang telah terisi kemudian
dibalikkan pada tumpukan stone di lempeng kaca tersebut, dan basis dibentuk dengan
spatula sebelumstone mengeras. Prosedur tersebut tidak diindikasikan bila digunakan bahan
cetak yang mudah mengalami deformasi atau bila stone mengalir menyebar. Model baru
boleh dilepaskan dari cetakan setelah pengerasan awal tercapai. Waktu pengerasan minimal
bervariasi dari 30-60 menit, bergantung pada kecepatan pengerasan stone atau plaster serta
jenis bahan cetak yang digunakan.

4. Stone gigi, kekuatan tinggi (tipe IV)

Persyaratan utama bagi bahan stone untuk pembuatan die adalah kekuatan,
kekerasan, dan ekspansi pengerasan minimal. Untuk memperoleh sifat ini, digunakan α-
hemihidrat dari jenis ’Densite’. Partikel-partikel berbentuk kuboidal serta daerah
permukaan yang lebih kecil menghasilkan sifat tersebut tanpa menyebabkan pengentalan
adukan.
Diperlukan permukaan keras bagi suatu die yang terbuat dari stone, karena
preparasi kavitas diisi dengan malam dan diukir sehingga selaras dengan tepi-tepi die.
Suatu instrumen yang tajam digunakan untuk tujuan ini. Karenanya, stone harus tahan
terhadap abrasi. Untungnya, kekerasan permukaan meningkat lebih cepat bila dibandingkan
dengan kekuatan kompresi, karena permukaan lebih cepat mengering. Ini merupakan
keunggulan nyata, dimana permukaan tahan terhadap abrasi, sementara inti die cukup liat
dan kurang terpaparkan terhadap patah tanpa disengaja. Rata-rata kekerasan permukaan
kering dari stone tipe IV (’stone die’) kurang lebih 92 (kekerasan Rockwell), stone tipe III
adalah 82. meskipun permukaan lebih keras, tetaplah harus berhati-hati ketika mengukir
pola malam.

5. Stone gigi, kekuatan tinggi, ekspansi tinggi ( tipe V)

Ini merupakan produk gipsum yang dibuat akhir-akhir ini, dan memiliki
kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibandingkan stone gigi tipe IV. Kekuatan yang
ditingkatkan ini diperoleh dengan menurunkan lebih jauh rasio W:P. Sebagai tambahan,
ekspansi pengerasan ditingkatkan dari maksimal 0,10%-0,30%. Alasan peningkatan batasan
ekspansi pengerasan disebabkan karena logam campur yang baru, seperti basis logam,
memiliki pengerutan pengecoran yang lebih besar dibandingkan logam campur mulia
konvensional. Jadi, dibutuhkan ekspansi lebih tinggi pada stone yang digunakan
untuk die untuk mengimbangi pengerutan pemadatan logam campur.

6. Gypsum sintetik

α-hemihidrat dan β-hemihidrat juga dapat dibuat sebagai produk sampingan atau
produk sisa dalam pembuatan asam fosforik. Produk sintetik biasanya lebih mahal
dibandingkan yang dibuat dari gipsum alami tetapi bila produk tersebut dibuat dengan
tepat, sifatnya sebanding atau melebihi stone alami. Kendala dalam prosesnya cukup
banyak dan hanya sedikit yang berhasil. Metode yang digunakan adalah rahasia
perusahaan. Sumber hemihidrat tidaklah sepenting sifat dari penggunaan produk akhir yang
pada dasarnya sama. Terlepas dari manapun asalnya.

 Kompound

Ini merupakan suatu bahan termoplastik yang akan melunak jika dipanaskan
dalam uap air dengan suhu 55-700C. Terdapat dua jenis kompound yang ditentukan oleh
ADA. Tipe I digunakan untuk mencetak dan tipe II digunakan untuk preparasi sendok
cetak. Walaupun jarang digunakan, kompound dapat dipakai untuk pencetakan mahkota
penuh (tipe I), cetakan rahang edentulous sebagian atau seluruhnya (tipe I), dan membuat
cetakan pada sendok cetak di mana cetakan akhir dibuat dengan menggunakan bahan
lainnya (tipe II). Kompound tidak dapat digunakan untuk mencetak undercut karena tidak
bersifat elastik.

 Oksida Seng Eugenol (OSE)

Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil. Karena itu bahan ini
lebih disukai dibandingkan dengan alginat pada semua kasus yang tidak mempunyai
undercut tulang. Pemakaian OSE terutama adalah sebagai bahan cetak untuk gigitiruan
pada lingir edentulous dengan undercut kecil atau tanpa undercut. OSE juga dapat
digunakan sebagai cetakan pembersih di atas kompound pada sendok cetak atau pada
sendok cetak individual akrilik.

 Bahan Cetak Elastis

 Hidrokoloid Reversible (Agar)

Hidrokoloid reversible adalah bahan cetak yang paling akurat. Bahan ini memiliki
riwayat keberhasilan yang cukup panjang untuk pembuatan gigi tiruan tunggal dan gigi tiruan
cekat sebagian karena akurasinya yang tinggi.

 Hidrokoloid Ireversible (Alginat)

Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran gigi.
Bahan ini dipakai untuk membuat cetakan untuk gigi tiruan sebagian lepasan, cetakan
pendahuluan untuk gigitiruan penuh, ortodontik, dan model studi. Bahan ini tidak cukup akurat
untuk cetakan gigitiruan sebagian cekat.

Penggunaan Alginat dalam Kedokteran Gigi. Garam asam alginat yang diperoleh dari
rumput laut jika dicampur dengan air dalam proporsi yang tepat akan membentuk hidrokoloid
ireversibel, yakni suatu gel yang dipergunakan dalam pencetakan gigi-geligi.
Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran gigi.
Hal ini dikarenakan kemudahan penggunaannya, harga yang relatif murah, proses pengerasan
yang cepat, serta keakuratan yang memuaskan.

Alginat dipakai menurut viskositasnya. Pada pembuatan geligitiruan lengkap, jenis


kekentalan tinggi dianjurkan untuk pembuatan cetakan pendahuluan karena derajat kecermatan
model yang dihasilkan tidak dituntut setinggi seperti yang diperlukan bagi model kerja yang akan
digunakan untuk membuat geligitiruan atau sewaktu membuat cetakan akhir yang bertujuan
untuk mencatat seakurat mungkin bentuk mukosa sekaligus sulkus secara fungsional. Selain itu
alginat juga dipakai untuk pencetakan pada pembuatan geligitiruan sebagian lepasan, alat
ortodontik, dan model studi. Akan tetapi, alginat tidak cukup akurat untuk pembuatan mahkota
dan jembatan.

Proses Gelasi Bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk pasta.
Menurut kecepatan proses gelasinya, alginat dibedakan menjadi dua jenis, yakni :

a) Quick Setting Alginate, mengeras dalam 1 menit dan digunakan untuk mencetak rahang anak-
anak atau penderita yang mudah mual.
b) Regular Setting Alginate, mengeras dalam 3 menit dan dipakai untuk pemakaian rutin.

Gelasi alginat yang normal tercapai dalam 3 menit. Gerakan pada waktu gelasi
berlangsung, misalnya pasien batuk, bergerak, muntah, atau menelan akan menyebabkan stres
internal pada alginate.

Temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban udara merupakan faktor utama


yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat. Bahan yang sudah disimpan selama
satu bulan pada 650C tidak dapat digunakan dalam perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak
dapat mengeras sama sekali atau mengeras terlalu cepat. Simpan persediaan alginat pada
lingkungan yang dingin dan kering.

Bahan cetak alginat dikemas dalam kantung tertutup secara individual dengan berat
bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam jumlah besar di kaleng.
Bubuk yang dibungkus per kantung lebih disukai karena mengurangi kontaminasi selama
penyimpanan dan perbandingan air dengan bubuk lebih terjamin karena dilengkapi dengan
takaran plastik untuk mengukur banyaknya air.
Manipulasi Suhu air mempengaruhi waktu pengerasan alginat. Penambahan air dingin
meningkatkan waktu kerja dan waktu setting.

Rasio bubuk-air dan waktu pengadukan dengan sendirinya mempengaruhi hasil adonan
alginat. Perbandingan bubuk dan air yang kurang akan meningkatkan kekuatan, mengurangi
waktu kerja, waktu setting, dan fleksibilitas. Pengadukan yang tidak adekuat tidak mencetak
secara detail dan menghasilkan campuran yang berbutir karena tidak tercampur dengan sempurna
sehingga reaksi kimia berlangsung secara tidak seragam di massa adukan. Pada penempatan
alginat ke dalam sendok cetak, usahakan jangan sampai ada udara terjebak, semua bagian sendok
terisi dengan baik, dan perforasi sendok cetak terisi semua. Bila tidak, alginat dapat terlepas pada
saat sendok dikeluarkan dari mulut.

Bahan cetak terlalu tipis menyebabkan cetakan mudah robek dan berubah bentuk,
sedangkan terjebaknya udara atau cairan pada permukaan gigi atau jaringan akan menyebabkan
cetakan jadi porus. Bahan cetak yang terlalu banyak pada sendok cetak akan menyebabkan
menyulitkan pengeluaran atau pada rahang atas akan menyebabkan bahan cetak mengalir ke
belakang.

Pencetakan dianjurkan untuk tidak langsung dilakukan setelah pekerjaan profilaksis,


karena bila masih ada perdarahan pada gusi, pengerasan alginat akan terpengaruh.

Alginat tidak melekat pada permukaan sendok cetak sehingga retensi harus dipersiapkan
dengan menggunakan suatu sendok cetak berlubang atau suatu bahan perekat. Lubang-lubang
tersebut juga memungkinkan alginat mengalir keluar.

Sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan gerakan sejajar sumbu panjang gigi.
Kadang-kadang sendok harus dikeluarkan dengan cara melepas penutupan tepi pada sisi kiri atau
kanan, tetapi hendaknya hal ini dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah terjadinya
distorsi.

Hidrokoloid adalah bahan yang bergantung pada kecepatan dan regangan. Jadi,
ketahanan terhadap sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan sentakan tiba-tiba.
Jika cetakan dilepas perlahan-lahan, kerusakan alginat cenderung akan terjadi.

Pembersihan Cetakan Alginat, setelah dikeluarkan dari mulut, saliva harus dibersihkan
dari permukaan cetakan dengan mencuci cetakan di bawah aliran air. Kelebihan air dibuang
dengan mengibaskan cetakan atau dikeringkan dengan tiupan udara.
Bila ada saliva berlendir dan tidak dapat dibersihkan dengan air, cetakan dapat ditaburi
bubuk atau adonan gips yang sangat encer. Sesudah itu bersihkan dengan aliran air sampai semua
lendir terbawa.

Keburukan utama dari alginat adalah dimensinya tidak stabil waktu mengeras. Cetakan
alginat harus segera diisi dengan dental gipsum sesegera mungkin dan tidak lebih dari 30 menit
atau bila tidak cetakan akan menjadi tidak akurat dan perlu dilakukan pencetakan ulang karena
dimensi yang tepat telah hilang. Jika masih ada sisa air di permukaan cetakan atau cetakan terlalu
lama direndam di dalam cairan yang mengandung air selama lebih dari 10 menit, maka akan
terjadi imbibisi yang akan menyebabkan alginat mengembang. Sebaliknya, jika cetakan dibiarkan
kering di udara terbuka, akan terjadi penguapan air dengan akibat mengerutnya alginat. Untuk
mencegah hal-hal tersebut, letakkan cetakan dalam udara lembab, bungkus dengan kain basah
atau paling aman masukkan ke dalam humidor yang mempunyai kelembaban atmosfir 100%.

Cetakan alginat ditutup secepat mungkin dengan kain lembab dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik. Cetakan harus dicor dalam waktu 10 menit setelah cetakan selesai. Selama
cetakan menunggu untuk diisi, hendaknya tidak diletakkan bersandar pada kelebihan alginat yang
mengalir ke luar di tepi posterior sendok cetak karena dapat menyebabkan perubahan bentuk

Dalam proses pengecoran, rasio antara bubuk gipsum dan air harus sesuai dengan
petunjuk pabriknya. Adonan terlalu encer akan menghasilkan model yang rapuh. Sebaliknya,
adonan yang terlalu kental akan menyebabkan ketidaktepatan model karena distorsi alginat begitu
gipsum dituang ke dalam cetakan. Penggetaran berlebih juga dapat menyebabkan distorsi alginat.

Adanya eksudat mukus pada permukaan cetakan akan memperlambat reaksi kimia pada
model dan menghasilkan permukaan kasar pada model. Hal ini dapat dihindarkan dengan
penggunaan larutan pengeras K2SO4 (kalium sulfat) 2%. Larutan ini berguna mendapatkan
permukaan halus dari model, mempercepat pengerasan bahan gipsum, dan memperoleh
konsistensi permukaan model yang lebih padat. Alginat masa kini biasanya tidak perlu lagi
direndam dalam larutan seperti ini.

Waktu penyimpanan cetakan alginat sampai diisi oleh gips tidak boleh lebih dari 30
menit. Setelah cetakan diisi, sendok cetak harus diletakkan pada supporting jig atau sendok
bagian posterior diberi alas gulungan kapas supaya tidak terjadi penekanan pada ujung alginat
pada sendok.
Cara melepas model dari cetakan tergantung dari bahan cetak yang digunakan karena
tiap jenis bahan membutuhkan perlakuan khusus. Untuk alginat, segera setelah gipsum mengeras,
kurang lebih 30-60 menit, model harus segera dilepas dari cetakan sehingga permukaan model
akan tetap halus. Bila cetakan dibiarkan dan baru besoknya dilepas, alginat biasanya mengerut
dan keras, sehingga bagian-bagian halus model bisa patah.

 Elastomer

Elastomer meliputi bahan cetak polisulfid, polieter, silikon kondensasi, dan yang
berpolimerisasi dengan penambahan. Bahan-bahan ini elatis dan mudah kembali ke bentuk
semula dengan baik, dan stabil dimensinya, tetapi relatif mahal terutama silikon yang
berpolimerisasi dengan penambahan. Kekentalannya bermacam-macam, mulai dari pasta yang
sangat padat sampai yang sangat encer, menghasilkan kelompok bahan cetak yang cocok untuk
berbagai penerapan klinis. Bahan-bahan ini bersih dan mudah penggunaannya, serta memiliki
rentang waktu yang cukup untuk bekerja dan mengeras, sehingga cocok untuk hampir semua
teknik.

1. Bahan cetak polisulfid

Yaitu bahan cetak elastomerik yang paling sedikit kekakuannya. Kelenturan ini denagn
tekanan minimal, memiliki ketahanan tertinggi terhadap robekan.

è Komposisi

Pasta basis mengandung polimer polisulfid, bahan pengisinya yang cocok(seperti


lithopone dan titanium dioksida) untuk memberikan kekuatan yang diperlukan, bahan pembentuk
sifat plastik(seperti dibutil phtlat) untuk menghasilkan kekentalan yang tepat bagi pasta, sulfur ±
0,5%. Untuk meningkatkan reaksi yang disebut sebagai pasta katalis atau aselator reaksi
mengandung timah dioksid yang menghasilkan sifat warna cokelat gelap.

è Manipulasi

Pasta katalis dan pasta basis dikeluarkan dengan panjang yang sama pada lembaran kaca
pengaduk. Pasta katalis mula- mula dikumpulkan pada spatula tahan karat dan kemudian
diistribusikan di atas pasta basis, diaduk di lembar pengadukan.
2. Bahan Cetak Silikon Kondensasi

Dikemas sebagai pasta basis dan katalis atau cairan dengan kekentalan rendah. Karena
polimer silikon merupakan suatu cairan,silikon koloidal / logam oksida ukuran mikro
ditambahkan sebagai pengisi untuk membetuk suatu pasta. Pengaruh pengisi terhadap kekuatan
adalah hal yang lebih penting untuk suatu elastomer silikon dibanding cetakan yang lainnya.
Bahan denagn kekentalan tinggi(putty, seperti dempulan) dikembangkan untuk mengatur
pengerutan polimerisasai yang besar dari bahan cetak silikon kondensasi

è Manipulasi

Panjang basis yang sesuai dikeluarkan dari dalam tubepada lembar pengaduk. Lalu satu
tetes cairan katalis ditambahkan untuk tiapa unit panjang basis. Bhan ini agak sulit diaduk karena
perbedaan- perbedaan komponen

è Elastisitas

Lebih ideal daripada polisulfid. Menunjukkan deformasi permanen minimal dan dapat
kembali ke bentuk semula dengan cepat bila direnggangkan. Bila terlalu kaku.

3. Bahan Cetak Silikon dengan Reaksi Tambahan

è Manipulasi

Vinyl polysiloxane encer dan agak kental dikenas dalam dua pasta, bahan putty dikemas
dalam dua toples yang terdiri dari bahan basis denagn kekentalan tinggi dam bahan katalis. Bahan
havy, body dan putty telah dimodifikasi untuk menggunakan alat pengaduk otomatis, dengan
menggunakan alat mekanis tersebut, terdapat keseragaman dalam membagi danmengaduk bahan,
semakin kecil kemungkiana masuknya udara ke dalam adukan, waktu pengadukan menjadi lebih
singkat, kontaminasi bahan lebih sedikit. Bahan cetak yang telah diaduk dimasukkan langsung ke
dalam sendok cetak yang dilapisi adhesi. Waktu kerja dan pengerasan, dapat diperpanjang 100%
dengan penambahan retarder yang dipasok oleh masing- masing pabrik dan dengan pendinginan
alas pengaduk. Silikan dapat disimpan di lemari es.
4. Bahan Cetak Polieter

è Komposisi

Karet polieter dipasok berupa dua pasta

è Basis

Polimer polieter, suatu silika koloidal sebagai pengisi, dan suatu bahan pembuat plastik
seperti glikoeter/ ftalat.

è Pasta aselator

Alkil sulfonat aromatik sebagai tambahan terhadap bahan pengisi, waktu kerja dan
pengerasan, kecepatan pengerasan polieter kurang sensitif terhadap perubahan temperatur
DAFTAR PUSAKA

http://adeivind.blogspot.com/2011/12/bahan-cetak-ilmu-bahan-kedokteran-gigi.html

http://amaliapradana.blogspot.com/2010/09/bahan-cetak.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22427/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isA
llowed=y

https://ferianangputradrg.blogspot.com/2016/07/material-cetak-kedokteran-gigi.html

file:///C:/Users/Asus/Downloads/Material%20Cetak.pdf

http://dstyayu.blogspot.com/2015/10/bahan-bahan-kedokteran-gigi.html

Anda mungkin juga menyukai