Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN DISKUSI PEMICUN 1 BLOK 11

Mama ingin dibuatkan gigi palsu full denture

DISUSUN OLEH:
Yolanda Elisa Siregar (190600197)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rongga mulut merupakan lingkungan yang amat beragam kondisinya. Material yang akan
digunakan dalam lingkungan tersebut harus mampu bertahan dalam segala kondisi. Dalam
lingkungan rongga mulut, beberapa hal mungkin terjadi, seperti perubahan temperatur yang
drastis, tekanan mekanis yang besar, melekatnya komunitas mikroorganisme pada semua
permukaan, maupun adanya serangan bahan kimiawi dari makanan maupun cairan tubuh.
Memahami dasar-dasar ilmu material merupakan kunci untuk dapat mengembangkan material
yang cocok dengan lingkungan mulut serta relevan dengan kenyataan klinis yang dihadapi..

B. Deskripsi Topik
Seorang perempuan membawa ibunya yang berusia 65 tahun ke praktek dokter gigi yang ingin
dibuatkan gigi palsu karena semua giginya sudah ompong Pada pemeriksaan intra oral terlihat
edentulous penuh pada rahang atas dan rahang bawah. Dokter merencanakan untuk membuatkan
gigi palsu full denture pada rahang atas dan rahang bawah. Dokter melakukan pengambilan
cetakan anatomis dan fisiologis. Dokter tidak lupa melakukan desinfeksi pada cetakan agar tidak
terjadi kontaminasi silang. Setelah diperoleh model kerja, dokter membuatkan basis dan bite rim
dari wax.
BAB II

Pembahasan

1. Jelaskan perbedaan diantara bahan cetak elastis dan tidak elastis!


Jawab:
Bahan cetak diklasifikasikan berdasarkan komposisi, mekanisme setting, sifat mekanis, dan
penggunaannya. Pada penelitian ini akan dibahas klasifikasi berdasarkan sifat mekanisnya.
Berdasarkan sifat mekanisnya, bahan cetak diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bahan cetak elastis
dan bahan cetak non elastis (Anusavice, 2013).
1) Bahan cetak elastic
Material lentur atau fleksibel, dapat kembali kebentuk semula setelah diregangkan, dan dapat
mencetak struktur keras maupun lunak dari rongga mulut secara akurat termasuk undercut dan
celah interproksimal. Contoh: agar, alginat, dan elastomer. Bahan cetak elastis kemudian di
klasifikasikan menjadi 2 yaitu bahan cetak hidrokoloid irreversible dan hidrokoloid reversible.
2) Bahan cetak non elastic
Material tidak lentur atau tidak fleksibel, hasil cetakan akan fraktur atau pecah saat di regangkan,
sering digunakan untuk membuat konstruksi gigi tiruan penuh karena ideal untuk mencetak
rahang tidak bergigi atau jaringan lunak karena memiliki konsistensi baik. Contoh: pasta ZOE
dan bahan cetak berbasis semen.

2. Jelaskan cara pemanipulasian bahan cetak alginat!


Jawab:
Manipulasi alginat adalah proses awal pencetakan untuk mendapatkan model studi yang akan
membantu rencana perawatan dan diskusi dengan pasien (Anusavice, 2013). Proses pencetakan
dilakukan berdasarkan tahapan berikut (Powers, 2008):
1) Pemilihan sendok cetak
Sendok cetak untuk rahang atas harus memenuhi beberapa kriteria berikut, yaitu:
(1) dapat menutup tuberositas secara keseluruhan,
(2) lebih lebar 4 mm dari batas tulang alveolar di region molar,
(3) menutupi seluruh gigi anterior.
Sedangkan untuk rahang bawah harus memenuhi kriteria berikut:
(1) menutupi seluruh gigi dan retromolar pad,
(2) lebih lebar 4 mm dari bagian bukal dan lingual gigi posterior dan 4 mm lebih lebar dari labial
dan lingual gigi anterior.
2) Modifikasi sendok cetak
Menambahkan wax pada bagian labial anterior dari sendok mungkin diperlukan, untuk
memastikan alginat dapat mengalir ke vestibulum bagian labial, selain itu penambahan wax pada
batas sendok cetak di bagian tertentu juga mungkin dibutuhkan agar alginat dapat mencetak
seluruh bagian yang diinginkan.
3) Dispensing alginate
Jumlah bubuk alginat dan air yang akan dicampurkan sebaiknya ditakar menggunakan sendok
takar yang terdapat dalam kemasan. Alginat kemudian dimasukkan kedalam bowl yang berisi air
bertemperatur 22-23°C.
4) Pengadukan
Bubuk alginat dan air diaduk dengan menggunakan spatula yang cukup kaku dan lebar.
Pengadukan dilakukan dengan gerakan angka delapan yang cepat dengan cara ditekan pada
dinding bowl untuk mengeluarkan gelembung. Waktu yang dibutuhkan untuk mencampur
alginat dengan waktu setting sedang secara sempurna sekitar 45 detik, sedangkan untuk alginat
dengan waktu setting cepat adalah 30 detik. Hasil cetakan yang baik akan didapatkan dari
campuran yang halus, tidak berbutir, dan konsistensi tepat (Anusavice, 2013).
5) Penempatan alginat pada sendok cetak
Alginat ditempatkan pada sendok cetak dengan menggunakan spatula. Alginat harus menempati
seluruh bagian sendok cetak terutama bagian perforasi untuk menambah retensi alginat saat
dilepaskan dari rongga mulut agar tidak mudah lepas.
6) Pencetakan
Pencetakan dalam rongga mulut dilakukan dalam waktu 2-3 menit sampai setting sempurna.
Bagian yang harus tercetak pada proses pencetakan adalah seluruh gigi rahang atas dan bawah,
seluruh prosesus alveolaris, seluruh retromolar rahang bawah, hamular notch rahang atas, setiap
detail jaringa rongga mulut.
7) tahapan akhir
Setelah pencetakan, hasil cetakan alginat harus melalui beberapa tahapan lagi sebelum di cor
dengan menggunakan gips. Tahapan dilakukan secara berurutan: cetakan dibilas dengan air,
potong kelebihan alginat yang mengganggu visual, desinfeksi hasil cetakan, bilas dengan air,
keringkan kelebihan air, lalu di cor menggunakan gips.

3. Jelaskan bahan cetak yg menghasilkan by product!


Jawab:
Bahan cetak mercaptan yang menghasilkan by product dalam pengerasannya adalah polysulfide.
Polysulfide merupakan material elastomer yang pertama dipakai dalam dunia kedokteran gigi.
Polysulfide mengandung mercaptan (-SH), filler (lithopone atau titanium dioksida) yang berguna
untuk meningkatkan kekuatan, plasyicizer (dibutyl phthalate) untuk memberi viskositas, dan
sulfur (0.5%) sebagai akselerator/katalis. Selama reaksi berjalan, jaringan-jaringan yang kuat
mulai terbentuk. Pada saat set akhir, materialnya menjadi elastis dan kuat. Kondisi yang panas
dan lembab juga dapat mempercepat setting dari bahan ini. Setelah reaksi kondensasi selesai,
akan dihasilkan air sebagai by product.

4. Jelaskan bahan desinfektan yg dipergunakan pada setiap jenis bahan cetak!


Jawab:
Desinfeksi dalam kedokteran gigi sering dilakukan pada bahan cetak untuk mencegah terjadinya
infeksi silang (penularan penyakit). Bahan desinfeksi cetakan :
Glutaraldehid (8%), merupakan desinfektan kelompok aldchid yang memiliki sifat bakterisid,
fungisid dan dapat membasmi virus dan telah efektif sebagai desinfektan bahan cetak.
Sodium hipoklorit (77%), merupakan bahan desinfektan yang aman dan banyak digunakan
dan bersifat bakterisid. Bahan desinfektan ini mengandung aldehida yang bebas, potassium
peroxomono sulfat, sodium benzoate, dan asam tartaric. Senyawa utamanya adalah klorin yang
termasuk golongan intermediate level desinfektan. Sodium hipoklorit memiliki bau kurang enak,
mengiritasi kulit dan mata serta mengkorosi logam. Tetapi Keuntungannya merupakan
antimikroba yang berspektrum luas, tidak meninggalkan zat sisa yang toksik dan terjangkau.
Hydrogen peroksida (4%),
Alkohol (8%)
lodofor
Fenol
Alternatif tradisional : Daun sirih (piper betle linn), Daun sirih terkenal akan khasiatnya
sebagai desinfektan karena mimiliki kandungan kavikol. Kavikol mempunyai khasiat bakterisid
lima kali lebih kuat dari pada fenol biasa. Sebagian besar penelitian tentang tanaman daun sirih
telah membuktikan efek antibakterial terhadap streptococcus mutans. Penilitian Vani K dkk
(2011) menunjukkan bahwa daun sirih memiliki efek antimikroba dalam mengurangi mikroflora
didalam mulut.
Metode desinfeksi cetakan :
Perendaman : Anusavice telah menyatakan bahwa desinfeksi dengan bahan kimia dapat
dilakukan dengan perendaman dengan cairan desinfektan selama kurang dari 10 menit agar tidak
terjadi perubahan dimensi. The American Dental Assosiation (ADA) merekomendasikan
perendaman cetakan alginate dalam larutan natrium hipoklorit 0,5% selama 10 menit efektif
membunuh mikroorganisme (Ahila dkk.,2012). Desinfeksi cetakan dengan teknik perendaman
dapat menimbulkan beberapa kerugian , yaitu dapat menghilangkan beberapa sifat dari cetakan
alginate seperti dimensi, stabilitas, wettability. Teknik perendaman cetakan alginat pada larutan
desinfektan akan menyebabkan terjadinya imbibisi jika tidak dilakukan dengan benar.
Teknik penyemprotan : Penyemprotan dengan cairan desinfektan menggunakan spayer.
Penyemprotan menggunakan sodium hipoklorit 0,5% terbukti efektif untuk mencegah infeksi
silang yang disebabkan bakteri gram positif dan negatif. Teknik penyemprotan dianggap sebagai
metode yang efektif karena untuk mengurangi terjadinya resiko perubahan dimensi pada cetakan
dibandingkan dengan teknik perendaman.
Sterilisasi dengan otoklaf : otoklaf sebagai alat sterilisasi juga dipergunakan untuk
mendesinfeksi hasil cetakan. Thota dkk telah melakukan desinfeksi bahan cetak elastomer
dengan menggunakan otoklaf dan mengevaluasi kestabilan dimensi bahan cetak tersebut.
Sterilisasi dengan mikrowef : sterilisasi hasil cetakan dengan menggunakan mikrowef juga
telah diajukan oleh beberapa peneliti. Ramakrishnaiah dkk mendapatkan bahwa sterilisasi bahan
cetak elastomer dengan mikrowef menyebabkan perubahan dimensi tetapi masih dalam batas
toleransi rekomendasi American Dental Assosiation (ADA).
Sterilisasi dengan mempergunakan sinar ultra violet : Sinar ultra violet dikenal sebagai sinar
yang dipergunakan dalam melakukan sterilisasi. Al- khafagy dkk telah melakukan desinfeksi
bahan cetak alginat dan silicon dengan mempergunakan sinar ultra violet (8watt/cm2) Mereka
merekomendasikan pemakaian sifat-sifat bahan cetak yang dipergunakan. Pengamatan lebih
mendalam perlu dilakukan untuk mendapatkan metode desinfeksi yang tepat untuk hasil cetakan.

5. Jelaskan prosedur pengambilan cetakan anatomis pada kasus !


Jawab:
Pencetakan anatomis berfungsi untuk mendapatkan batas dukungan gigi tiruan dan memperoleh
studi model. Sendok cetak yang digunakan untuk melakukan pencetakan anatomis adalah sendok
cetak pabrik yang terbuat dari bahan metal atau plastik. Sendok cetak ini ada yang berlubang dan
tidak berlubang. Bentuk sendok cetak untuk pasien edentulus membulat pada permukaan yang
menutupi linggir alveolar. Sendok cetak harus disesuaikan terlebih dahulu pada rongga mulut
pasien. Ukuran sendok cetak edentulus sekitar 5 mm lebih besar dari permukaan linggir alveolar
agar memberikan tempat yang cukup untuk bahan cetak.

Tepi sendok cetak harus dilapisi dengan soft boxing wax pada tuberositas dan vestibulum bukal
untuk membantu adaptasi tepi sendok cetak dengan jaringan, melindungi jaringan perifer dari
kekerasan tepi sendok cetak dan sebagai pembatas bagi bahan cetak alginat agar tidak mengalir
jauh dari jaringan yang akan dicetak. Sendok cetak tidak boleh menyebabkan distorsi atau
perubahan bentuk terhadap jaringan dan struktur yang harus berkontak dengan tepi serta
permukaan gigi tiruan.
Bahan cetak yang sering digunakan untuk pencetakan anatomis adalah alginat (irreversible
hidrocolloid) karena harga yang ekonomis, mudah untuk digunakan dan mempunyai viskositas
yang tinggi.
Hasil cetakan, harus meluas mencakup seluruh jaringan pendukung gigitiruan dan perifer.
Cetakan rahang atas harus meliputi kedalaman fungsional dari sulkus labial, bukal dan
tuberositas serta mencakup hamular notch dan vibrating line pada bagian posterior. Pada cetakan
rahang bawah harus meliputi kedalaman fungsional dari sulkus labial, bukal dan lingual serta
mencakup retromolar pads dan fossa retromylohyoid di bagian posterior.

Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan plaster of paris untuk mendapatkan studi model
dan sebagai model untuk pembuatan sendok cetak fisiologis.

6. Jelaskan prosedur pengambilan cetakan fisiologis pada kasus!


Jawab:
Prosedur pencetakan fisiologis bertujuan untuk mendapatkan model kerja untuk pembuatan basis
gigitiruan. Pencetakan fisiologis menggunakan sendok cetak fisiologis yang dibuat dari bahan
resin akrilik swapolimerisasi.

a. Border Molding
Border molding atau disebut juga sebagai muscle trimming, merupakan proses
pembentukan tepi-tepi sendok cetak fisiologis untuk mendapatkan anatomi struktur pembatas
gigitiruan yang lebih akurat.
Beberapa bahan telah digunakan untuk border molding pada sendok cetak fisiologis, antara lain
modeling compound, heavy bodied vinyl polysiloxane dan polyether. Green stick compound
merupakan bahan yang paling bagus digunakan karena memiliki beberapa keuntungan antara
lain setting cepat, dapat digunakan kembali apabila dilakukan pengulangan prosedur border
molding, karena kekakuannya dapat digunakan untuk memperpanjang sendok cetak yang terlalu
pendek sekitar 3-4 mm, umumnya bahan cukup kental untuk mempertahankan bentuknya bila
dalam keadaan lunak sehingga memberikan lebar yang ideal (2-3 mm) pada tepi sendok cetak,
tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan setelah pengerasan serta menghasilkan
detail jaringan secara halus. Bahan ini juga memiliki kelemahan yaitu dapat menyebabkan
distorsi ketika dikeluarkan dari daerah undercut, dapat mengiritasi mukosa palatal serta
menimbulkan aspirasi.
Wax spacer masih berada pada sendok cetak selama prosedur border molding berlangsung dan
sebelum melakukan prosedur border molding, tepi sendok cetak dikurangi terlebih dahulu 2 mm
dari batas jaringan yang harus dicetak.1,4 Apabila menggunakan green stick compound sebagai
bahan border molding, secara bertahap compound dipanaskan dengan lampu spiritus dan
didinginkan sedikit hingga mencapai suhu kerja sekitar 49oC (120o F) sampai 60oC (140o F),
kemudian dimasukkan ke dalam rongga mulut pasien untuk membentuk tepi yang cocok dengan
gerakan fisiologis dari struktur anatomi pembatas gigitiruan. Prosedur border molding dilakukan
secara berurutan dimulai dari vestibulum bukal, kemudian vestibulum labial, daerah posterior
palatum pada rahang atas dan bagian lingual dari rahang bawah.

Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari permukaan dalam sendok
cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round bur nomor 6 pada daerah median palatine
raphe, daerah anterolateral dan posterolateral dari palatum durum untuk sendok cetak rahang
atas, serta di tengah-tengah daerah alveolar dan fosa retromolar untuk sendok cetak rahang
bawah. Lubang-lubang ini dimaksudkan sebagai jalan keluar bagi bahan cetak yang berlebih,
memberikan retensi bagi bahan cetak, mengurangi tekanan secara selektif dan mencegah
perpindahan jaringan saat pencetakan fisiologis
b. Teknik Mencetak
Pencetakan fisiologis dilakukan dengan menggunakan teknik mukokompresi. Jaringan lunak di
rongga mulut harus dalam keadaan sehat diistirahatkan terlebih dahulu sebelum membuat
cetakan fisiologis. Untuk itu, pasien harus melepas gigitiruannya minimal 24 jam sebelum
pencetakan fisiologis.
Dua faktor yang terpenting untuk mendapatkan cetakan yang baik untuk gigitiruan penuh yaitu
bentuk dan ketepatan sendok cetak fisiologis serta penempatan yang tepat dari sendok cetak
fisiologis pada jaringan pendukung gigi tiruan penuh di rongga mulut.

7. Jelaskan klasifikasi dental wax!


Jawab:
1. Terdapat tujuh klasifikasi dental wax, yaitu4:
a. Pattern Wax, merupakan wax yang digunakan untuk membuat model restorasi
dengan menggunakan teknik lost-wax.
- Inlay Wax  untuk membuat crown, inlays, bridges.
- Casting Wax  untuk membuat frame-work metal dari gigi tiruan sebagian
lepasan.
- Base Plate Wax  untuk mendapatkan vertikal dimensi, bidang oklusal, bentuk
rahang, kontur gigi setelah perawatan ortodonti, pemeriksaan artikulasi, dan
pemindahan artikulasi ke artikulator.
b. Processing Wax, merupakan jenis wax yang digunakan sebagai peran tambahan
pada pembuatan model dan cetakan serta soldering.
- Boxing & Utility Wax  bersifat lunak, berwarna gelap dan sedikit lengket agar
dapat melekat antara satu sama lain. Berguna untuk pengambilan dan penuangan
cetakan.
- Sticky Wax  bersifat keras dan brittle pada suhu kamar. Wax ini digunakan
sebagai bahan pelekat pada potongan logam-logam atau resin untuk memperbaiki
posisi sementara.
- Corrective Impression Wax  sebagai wax veneer pada cetakan asli untuk
mencetak detail dari jaringan lunak yang fungsional.
- Bite – registration wax  untuk mendapatkan artikulasi yang akurat dari
beberapa model pada rahang yang berlawanan.
Sumber:
Powers JM, Wataka JC. Dental Materials Properties and Manipulation. 10th ed. Missouri:
Mosby Elsevier; 2013. 126-8.

8. Jelaskan jenis dental wax yang digunakan untuk pembuatan bite rim!
Jawab:
Jenis dental wax yang digunakan dalam pembuatan bite rim adalah base plate wax. Komposisi
base plate wax, terdiri dari paraffin atau ceresin (75%), beeswax, dan resin.4

Wax ini memiliki tiga tipe, yaitu:


- Tipe I (soft), untuk membuat kontur dan veneer.
- Tipe II (hard), untuk membuat model di dalam mulut dengan cuaca hangat.
- Tipe III (extra hard), untuk membuat model di dalam mulut dengan cuaca panas.
Bite rim merupakan tanggul gigitan yang terbuat dari base plate wax yang berfungsi untuk
menentukan tinggi gigitan pasien yang sudah kehilangan semua gigi agar mendapatkan kontak
oklusi. Selain itu, juga sebagai basis pengganti sementara bagi gigi tiruan penuh yang akan
dibuat pada basis protesa, dan menentukan profile pasien, oklusi sentrik, dimensi vertikal,
permukaan oklusal, letak garis tengah, garis senyum, garis caninus, dan paduan saat menyusun
elemen gigi.
Sumber:
Anriatika, Simbolon, Helmira R. Perbandingan Teknik Cor dan Gulung dalam Pembuatan Bite
Rim Pada Gigi Tiruan Penuh Untuk Mendapatkan Efisiensi Waktu dan Bahan. Jurnal
Keperawatan 2016; 12(2): 247-8.
9. Jelaskan sifat-sifat dental wax !
Jawab:
a. Melting range
Suhu meningkat dalam melting range mengakibatkan peningkatan komponen
mencair sehingga berdampak pada peningkatan flow.
b. Thermal expansion
Wax mengalami ekspansi ketika temperatur meningkat dan menurun. Umumnya,
dental wax memiliki ekspansi termal terbesar dari berbagai bahan restorasi lain.
Tingkat ekspansi wax antara 22º dan 52ºC.
c. Mechanical properties
Wax memiliki modulus elastisitas, proportional limit, dan compressive strength
yang rendah jika dibandingkan dengan bahan lain.
d. Flow
Flow berubah bentuk di bawah tekanan yang diberikan. Flow juga bergantung pada
suhu dan waktu.
e. Residual stress
Stres yang tersisa pada wax sebagai hasil manipulasi selama pemanasan,
pendinginan, perlekatan, carving, dsb.
f. Ductility
Ductility meningkat karena peningkatan temperatur wax.
Sumber:
Powers JM, Wataka JC. Dental Materials Properties and Manipulation. 10th ed. Missouri:
Mosby Elsevier; 2013. 126-8.

10. Jelaskan kegunaan base plate/modelling wax!


Jawab:
a. Untuk menetapkan dimensi vertikal, bidang oklusal, dan bentuk lengkung insisal
(bite rim) pada pembuatan gigi tiruan sebagian atau lengkap.
b. Untuk menghasilkan bentuk dan kontur gigi tiruan yang diinginkan setelah
penyusunan gigi geligi pada posisinya.
c. Memeriksa relasi artikulasi yang beragam dan menyalurkan ke artikulator mekanis.
d. Pada preparasi onlay dan crown, lembaran wax ini digunakan untuk memeriksa ada
tidaknya reduksi oklusal.
e. Pada preparasi inlay, wax digunakan untuk menentukan adanya undercut pada
kavitas.
Sumber:

Chandra. A Textbook of Dental Materials. New Delhi: Jaypee Brothers Publisher; 2000.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahan cetak diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bahan cetak elastis dan bahan cetak non elastis.
Alginat adalah bahan cetak elastis jenis hidrokoloid irreversible, yang mudah dimanipulasi,
harga relatif murah, dan nyaman untuk pasien. Alginat merupakan bahan cetak yang paling
banyak digunakan dalam praktek kedokteran gigi. Selain itu, terdapat juga bahan elastomer
mercaptan yang menghasilkan by product air dalam reaksinya, yaitu polysulfide.
Desinfeksi dalam kedokteran gigi sering dilakukan pada bahan cetak untuk mencegah terjadinya
infeksi silang (penularan penyakit). Pencetakan anatomis berfungsi untuk mendapatkan batas
dukungan gigi tiruan dan memperoleh studi model, sedangkan pencetakan fisiologis bertujuan
untuk mendapatkan model kerja untuk pembuatan basis gigi tiruan.
Untuk pembentukan bite rim digunakan jenis base plate wax. Base plate wax adalah material
untuk menghasilkan kontak dari sebuah basis gigi tiruan setelah gigi diletakkan pada posisinya
sebelum pada akhirnya akan tersusun pola untuk membentuk gigi tiruan berbasis plastis. Wax
yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi memiliki fungsi dan sifat yang berbeda-beda
tergantung pada jenis wax tersebut. Untuk itu, perlu dipahami terlebih dahulu sebelum
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice, KJ 2003, Philip’s science of dental materials, 11th edn, Saunders, St.Louis.
2. Powers, JM & Wataha, JC 2008, Dental Materials properties and manipulation, 9th edn,
3. Mosby Elsevier, St.Louis.
4. Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials. 12th ed. St Louis: WB
5. Saunders Company; 2013. 168-70.
6. Santoso E D L, Widodo T T, Baehaqi M. Pengaruh lama perendaman cetakan alginate
7. didalam larutan desinfektan glutaraldehid 2% terhadap stabilitas dimensi. Odonto dent J
8. 2014; 1(2): 35-9.
9. Sastrodihardjo S. Desinfeksi Hasil Cetakan. JMKG 2016; 5(2): 45-51.
10. Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku ajar prostodonti untuk pasien tak
11. bergigi menurut Boucher. Ed 10. Alih bahasa. Mardjono D. Jakarta: EGC, 2001:41-
12. 82;143-64;191-206;253-63;282-300;413-43.
13. Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, Jacob RF, Fenton AH, Stern RM. Prosthodontic
14. treatment for edentulous patients complete denture and implant support prostheses. 12 th
15. ed. St. Louis: Mosby, 2004:73-99;252-66;329-77.
16. Jacobsen P. Restorative dentistry an integrated approach. 2nd Ed. UK: Blackwell
17. Munksgaard, 2008: 175-6;199-239; 237-39.
18. Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete dentures. 6 th ed. Canada:
19. PMPH-USA, 2009:45-63;85-139;161-95;217-49.
20. Bird D I, Robinson D S. Modern Dental Assisting. E-book. Elsevier Health Sciences:
21. 2017.
22. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/1e40bce5201d8a4d24d14a4acf5d
23. 2843.pdf
24. Syafiar L, Rusfian, Sastrodihardjo S, Yudhit A. Imanda H K, Aryani H S. Ilmu material
25. dan teknologi kedokteran gigi. Ed.revisi. Medan. Usu press 2019: 71-101.
26. Dyah Irnawati. Keuletan dan Kemampuan Cetak Malam Model. MIKGI. 2008; Vol.IX
27. No.2. 92-96.

Anda mungkin juga menyukai