DISUSUN OLEH:
Yolanda Elisa Siregar (190600197)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rongga mulut merupakan lingkungan yang amat beragam kondisinya. Material yang akan
digunakan dalam lingkungan tersebut harus mampu bertahan dalam segala kondisi. Dalam
lingkungan rongga mulut, beberapa hal mungkin terjadi, seperti perubahan temperatur yang
drastis, tekanan mekanis yang besar, melekatnya komunitas mikroorganisme pada semua
permukaan, maupun adanya serangan bahan kimiawi dari makanan maupun cairan tubuh.
Memahami dasar-dasar ilmu material merupakan kunci untuk dapat mengembangkan material
yang cocok dengan lingkungan mulut serta relevan dengan kenyataan klinis yang dihadapi..
B. Deskripsi Topik
Seorang perempuan membawa ibunya yang berusia 65 tahun ke praktek dokter gigi yang ingin
dibuatkan gigi palsu karena semua giginya sudah ompong Pada pemeriksaan intra oral terlihat
edentulous penuh pada rahang atas dan rahang bawah. Dokter merencanakan untuk membuatkan
gigi palsu full denture pada rahang atas dan rahang bawah. Dokter melakukan pengambilan
cetakan anatomis dan fisiologis. Dokter tidak lupa melakukan desinfeksi pada cetakan agar tidak
terjadi kontaminasi silang. Setelah diperoleh model kerja, dokter membuatkan basis dan bite rim
dari wax.
BAB II
Pembahasan
Tepi sendok cetak harus dilapisi dengan soft boxing wax pada tuberositas dan vestibulum bukal
untuk membantu adaptasi tepi sendok cetak dengan jaringan, melindungi jaringan perifer dari
kekerasan tepi sendok cetak dan sebagai pembatas bagi bahan cetak alginat agar tidak mengalir
jauh dari jaringan yang akan dicetak. Sendok cetak tidak boleh menyebabkan distorsi atau
perubahan bentuk terhadap jaringan dan struktur yang harus berkontak dengan tepi serta
permukaan gigi tiruan.
Bahan cetak yang sering digunakan untuk pencetakan anatomis adalah alginat (irreversible
hidrocolloid) karena harga yang ekonomis, mudah untuk digunakan dan mempunyai viskositas
yang tinggi.
Hasil cetakan, harus meluas mencakup seluruh jaringan pendukung gigitiruan dan perifer.
Cetakan rahang atas harus meliputi kedalaman fungsional dari sulkus labial, bukal dan
tuberositas serta mencakup hamular notch dan vibrating line pada bagian posterior. Pada cetakan
rahang bawah harus meliputi kedalaman fungsional dari sulkus labial, bukal dan lingual serta
mencakup retromolar pads dan fossa retromylohyoid di bagian posterior.
Hasil cetakan harus segera diisi dengan bahan plaster of paris untuk mendapatkan studi model
dan sebagai model untuk pembuatan sendok cetak fisiologis.
a. Border Molding
Border molding atau disebut juga sebagai muscle trimming, merupakan proses
pembentukan tepi-tepi sendok cetak fisiologis untuk mendapatkan anatomi struktur pembatas
gigitiruan yang lebih akurat.
Beberapa bahan telah digunakan untuk border molding pada sendok cetak fisiologis, antara lain
modeling compound, heavy bodied vinyl polysiloxane dan polyether. Green stick compound
merupakan bahan yang paling bagus digunakan karena memiliki beberapa keuntungan antara
lain setting cepat, dapat digunakan kembali apabila dilakukan pengulangan prosedur border
molding, karena kekakuannya dapat digunakan untuk memperpanjang sendok cetak yang terlalu
pendek sekitar 3-4 mm, umumnya bahan cukup kental untuk mempertahankan bentuknya bila
dalam keadaan lunak sehingga memberikan lebar yang ideal (2-3 mm) pada tepi sendok cetak,
tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan setelah pengerasan serta menghasilkan
detail jaringan secara halus. Bahan ini juga memiliki kelemahan yaitu dapat menyebabkan
distorsi ketika dikeluarkan dari daerah undercut, dapat mengiritasi mukosa palatal serta
menimbulkan aspirasi.
Wax spacer masih berada pada sendok cetak selama prosedur border molding berlangsung dan
sebelum melakukan prosedur border molding, tepi sendok cetak dikurangi terlebih dahulu 2 mm
dari batas jaringan yang harus dicetak.1,4 Apabila menggunakan green stick compound sebagai
bahan border molding, secara bertahap compound dipanaskan dengan lampu spiritus dan
didinginkan sedikit hingga mencapai suhu kerja sekitar 49oC (120o F) sampai 60oC (140o F),
kemudian dimasukkan ke dalam rongga mulut pasien untuk membentuk tepi yang cocok dengan
gerakan fisiologis dari struktur anatomi pembatas gigitiruan. Prosedur border molding dilakukan
secara berurutan dimulai dari vestibulum bukal, kemudian vestibulum labial, daerah posterior
palatum pada rahang atas dan bagian lingual dari rahang bawah.
Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari permukaan dalam sendok
cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round bur nomor 6 pada daerah median palatine
raphe, daerah anterolateral dan posterolateral dari palatum durum untuk sendok cetak rahang
atas, serta di tengah-tengah daerah alveolar dan fosa retromolar untuk sendok cetak rahang
bawah. Lubang-lubang ini dimaksudkan sebagai jalan keluar bagi bahan cetak yang berlebih,
memberikan retensi bagi bahan cetak, mengurangi tekanan secara selektif dan mencegah
perpindahan jaringan saat pencetakan fisiologis
b. Teknik Mencetak
Pencetakan fisiologis dilakukan dengan menggunakan teknik mukokompresi. Jaringan lunak di
rongga mulut harus dalam keadaan sehat diistirahatkan terlebih dahulu sebelum membuat
cetakan fisiologis. Untuk itu, pasien harus melepas gigitiruannya minimal 24 jam sebelum
pencetakan fisiologis.
Dua faktor yang terpenting untuk mendapatkan cetakan yang baik untuk gigitiruan penuh yaitu
bentuk dan ketepatan sendok cetak fisiologis serta penempatan yang tepat dari sendok cetak
fisiologis pada jaringan pendukung gigi tiruan penuh di rongga mulut.
8. Jelaskan jenis dental wax yang digunakan untuk pembuatan bite rim!
Jawab:
Jenis dental wax yang digunakan dalam pembuatan bite rim adalah base plate wax. Komposisi
base plate wax, terdiri dari paraffin atau ceresin (75%), beeswax, dan resin.4
Chandra. A Textbook of Dental Materials. New Delhi: Jaypee Brothers Publisher; 2000.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahan cetak diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bahan cetak elastis dan bahan cetak non elastis.
Alginat adalah bahan cetak elastis jenis hidrokoloid irreversible, yang mudah dimanipulasi,
harga relatif murah, dan nyaman untuk pasien. Alginat merupakan bahan cetak yang paling
banyak digunakan dalam praktek kedokteran gigi. Selain itu, terdapat juga bahan elastomer
mercaptan yang menghasilkan by product air dalam reaksinya, yaitu polysulfide.
Desinfeksi dalam kedokteran gigi sering dilakukan pada bahan cetak untuk mencegah terjadinya
infeksi silang (penularan penyakit). Pencetakan anatomis berfungsi untuk mendapatkan batas
dukungan gigi tiruan dan memperoleh studi model, sedangkan pencetakan fisiologis bertujuan
untuk mendapatkan model kerja untuk pembuatan basis gigi tiruan.
Untuk pembentukan bite rim digunakan jenis base plate wax. Base plate wax adalah material
untuk menghasilkan kontak dari sebuah basis gigi tiruan setelah gigi diletakkan pada posisinya
sebelum pada akhirnya akan tersusun pola untuk membentuk gigi tiruan berbasis plastis. Wax
yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi memiliki fungsi dan sifat yang berbeda-beda
tergantung pada jenis wax tersebut. Untuk itu, perlu dipahami terlebih dahulu sebelum
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice, KJ 2003, Philip’s science of dental materials, 11th edn, Saunders, St.Louis.
2. Powers, JM & Wataha, JC 2008, Dental Materials properties and manipulation, 9th edn,
3. Mosby Elsevier, St.Louis.
4. Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials. 12th ed. St Louis: WB
5. Saunders Company; 2013. 168-70.
6. Santoso E D L, Widodo T T, Baehaqi M. Pengaruh lama perendaman cetakan alginate
7. didalam larutan desinfektan glutaraldehid 2% terhadap stabilitas dimensi. Odonto dent J
8. 2014; 1(2): 35-9.
9. Sastrodihardjo S. Desinfeksi Hasil Cetakan. JMKG 2016; 5(2): 45-51.
10. Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku ajar prostodonti untuk pasien tak
11. bergigi menurut Boucher. Ed 10. Alih bahasa. Mardjono D. Jakarta: EGC, 2001:41-
12. 82;143-64;191-206;253-63;282-300;413-43.
13. Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, Jacob RF, Fenton AH, Stern RM. Prosthodontic
14. treatment for edentulous patients complete denture and implant support prostheses. 12 th
15. ed. St. Louis: Mosby, 2004:73-99;252-66;329-77.
16. Jacobsen P. Restorative dentistry an integrated approach. 2nd Ed. UK: Blackwell
17. Munksgaard, 2008: 175-6;199-239; 237-39.
18. Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete dentures. 6 th ed. Canada:
19. PMPH-USA, 2009:45-63;85-139;161-95;217-49.
20. Bird D I, Robinson D S. Modern Dental Assisting. E-book. Elsevier Health Sciences:
21. 2017.
22. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/1e40bce5201d8a4d24d14a4acf5d
23. 2843.pdf
24. Syafiar L, Rusfian, Sastrodihardjo S, Yudhit A. Imanda H K, Aryani H S. Ilmu material
25. dan teknologi kedokteran gigi. Ed.revisi. Medan. Usu press 2019: 71-101.
26. Dyah Irnawati. Keuletan dan Kemampuan Cetak Malam Model. MIKGI. 2008; Vol.IX
27. No.2. 92-96.