Anda di halaman 1dari 9

1. Pemeriksaan Saliva : ditujukan untuk menentukan diagnosa hiposalivasi atau xerostomia.

Sialografi Sialografi sendiri adalah suatu teknik pemeriksaan secara radiologis dari kelenjar ludah beserta salurannya dengan menggunakan media kontras. Sedangkan saluran kelenjar ludah ini mempunyai cabang - cabang dan berfungsi membawa air liur disalurkan ke dalam mulut. Dalam kelenjar ini pun terdapat tiga pasang yang utama yakni : Kelenjar Parotis, Kelenjar Submandibular, dan Kelenjar Sublinguali. Indikasi : Calculi, Fistel pada saluran, divertikel, cyst, peradangan, stenosis, dan indikasi lainnya. Kontraindikasi : Inflamasi ductus dan alergi media kontras Persiapan Alat :

Spuit 2-5 cc Kateter dan canule sialografi ( bila tidak ada dapat menggunakan abocath ) Alcohol Bengkok Media kontras ( Water Soluble ) Kortison Pastiles / permen asam Antihistamin dan cortisone Plaster

Prosedur Pemeriksaan

Pasien tidur supine dan dibuat foto plain AP, Lateral Pasien diberi pastiles untuk merangsang air liur keluar Melalui keluarnya air liur dimasukkan jarum sialo dan dihubungkan dengan kateter dan diplester ke kulit Ujung kateter dihubungkan dgn spuit yang berisi kontras Kontras disuntikkan dan difoto Setelah selesai pemotretan pasien diberi minum asam supaya semua kontras terangsang keluar

Posisi Pemotretan

Proyeksi Tangensial AP (untuk kelenjar parotid) o Posisi pasien : Pasien tidur telentang, duduk, Kel.parotid ditempelkan pd tengah kaset o Posisi obyek : Kepala ditempatkan pada posisi AP Kepala dimiringkan pada sisi yang diperiksa Kel.parotid tegak lurus pd pertengahan film Ramus mandibula sejajar film, dan occipital rapat pd film o CR : tegak lurus pada film, o CP : pada ramus bagian luar o Kriteria Radiograf :

Terlihat jaringan lunak Kelenjar parotid terlihat pada posisi lateral Terlihat ductus stensens Mastoid overlapping dengan batas atas dari kelenjar parotid

Proyeksi Lateral Eisler ( untuk melihat kel.parotid dan submaxilaris ) o Posisi pasien : semiprone, berdiri o Posisi obyek untuk kelenjar parotid Kepala berada pd posisi lateral Pertengahan film 1 diatas angulus mandible Kepala diatur sedemikian rupa dan MSP dirotasikan kedepan 150 dari posisi lateral o Kaset 18 x 24 cm o Central ray : tegak lurus pada film dan Central point pada angulus sebelah luar. o Kriteria Radiograf : Tampak kelenjar parotid superposisi diatas ramus mandibula Ramus mandibula terlihat tidak overlapping dengan vertebrae cervicalis Posisi Obyek Untuk Kelenjar Sub Maksilaris o Kepala true lateral diatas kaset o Margo inferior dari angulus mandibula pada pertengahan film o Film 18 x 24 cm o Central ray : tegak lurus pada kaset o CP : Pada angulus mandibula sebelah luar o Kriteria Radiograf : Tampak kedua ramus dan angulus mandibula superposisi Kelenjar sub maksila berada pada ramus dan angulus yang superposisi tersebut

METODOLOGI (http://samuraithief.wordpress.com) Alat dan Bahan : Pipet tetes Gelas ukur Tabung reaksi Rak tabung reaksi Penjepit tabung reaksi Cawan keramik Larutan pati 2% Reagen Benedict Larutan urea 10% Asam asetat encer HCl Iodine Reagen Molibdat khusus BaCl2 Reagen Molisch H2SO4 saliva Penangas air

Cara Kerja :

1. Tes Molisch Mencampurkan 2 mL saliva yang akan diperiksa dengan 2 tetes alfa-naftol dalam alkohol 95 os (reagen Molisch). Lalu mengocok larutan tersebut dan memiringkan tabung reaksi sekitar 45o. Memasukkan H2SO4 pekat secara perlahan-lahan dan hati-hati sebanyak 2 cc. Dengan perlahan, menegakkan tabung reaksi kembali. Pada Tes Molisch, saliva yang di uji ternyata menunjukkan ada nya cincin ungu di bagian endapan. Dan cincin ungu ini membuktikan adanya karbohidrat dalam saliva. 2. Tes Iodine Menambahkan 2 mL saliva ke dalam 5 mL larutan pati 2%. Menempatkan tabung reaksi pada suhu 37 oC dan mencatat waktunya bila opalescenci hilang dan bila reaksi dengan iodine tercapai. Tes Iodine menunjukkan hasil negatif. Dan hasil negatif itu membuktikan ada nya polisakarida dalam saliva. 3. Tes Benedict Menuangkan larutan benedict sebanyak 2,5 cc. Melarutkan benedict ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 4 tetes saliva. Mencampurkan dan memanaskan nya selama 2-3 menit pada api langsung atau penangas air selama 5 menit. Memperhatikan warna dan endapan yang terjadi. Tes Benedict pada saliva ini adalah untuk membuktikan ada nya glukosa dalam saliva. Dan yang terjadi adalah dengan ada nya endapan warna merah bata pada campuran saliva dan benedict. Hal ini menunjukkan adanya glukosa dalam saliva. 4. Memisahkan Musin 2 mL saliva + 1 mL larutan asam asetat encer. Hasilnya adalah positif dengan ditemukan endapan warna putih yang menunjukkan adanya musin dalam saliva. 5. Tes Sulfat Menambahkan asam klorida encer ke dalam 2 mL saliva. Menambahkan Barium Klorida 1% tetes demi tetes. Tes sulfat juga positif. Dan ini menunjukkan bahwa saliva mengandung ion sulfat dengan ada nya endapan warna putih setelah diteteskan 2 tetes BaCl2. 6. Tes Fosfor Menuangkan 10% urea sebanyak 10 mL ke dalam 1 mL saliva pada tabung reaksi 2 mL reagen molibdat khusus dicampurkan ke dalam tabung reaksi tadi dan menambahkan larutan ferro-sulfat khusus sebanyak 1 mL. Hasil Tes Fosfor menunjukkan hasil positif dengan berubah nya warna campuran menjadi biru. Hasil positif ini menunjukkan bahwa saliva mengandung orto fosfor.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi mulut kering : Obat-obatan antihipertensi dapat mempengaruhi aliran saliva secara langsung dan tidak langsung. Bila secara langsung akan mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem syaraf autonom atau dengan bereaksi pada proses seluler yang diperlukan untuk saliva. Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan sekresi yang lebih cair, sedangkan saraf simpatis memproduksi saliva yang lebih sedikit dan kental. Sedangkan secara tidak langsung akan mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar. (Hadyanto 2009) Hormon (GH ) menurun > atropi > sel-sel tubuh (termasuk sel-sel kelenjar saliva menurun > produksi saliva menurun > hyposalivasi. Menopause (estrogen menurun ) > atropi epitel kelenjar saliva > produksi saliva > menurun hyposalivasi. Penyakit penyerta , Misal: Arteriosklerosis > vasodilatasi menurun > suplai darah ke kelenjar saliva menurun > produksi saliva menurun > hyposalivasi.

3. Mekanisme sekresi saliva Di kelenjar saliva, granula sekretorik (zymogen) yang mengandung enzim-enzim saliva dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam duktus. Karakteristik ketiga kelenjar saliva pada manusia dapat diringkas sebagai berikut: Kelenjar Jenis histologi sekresi Persentase saliva total pd manusia (1.5 L per hari), Parotis Serosa Air 20, Sub mandibulla Campuran Agak viskous 70, Sub lingua mucus vikous 5. Regulasi sekresi saliva Sekresi saliva berada dibawah kontrol saraf. Rangsangan pada (1) Inervasi saraf parasimpatik memegang peran utama stimulus sekresi saliva, dan berpengaruh terhadap komposisinya. Saraf parasimpatis dari nukleus salivatorius superior (bagian dari nervus fasialis dan berlokasi di pontine tegmentum) menyebabkan sekresi liur cair dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organik yang rendah. Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (vasoactive intestine polipeptide). Polipeptida ini adalah co-transmitter dengan asetilkolin pada sebagian neuron parasimpatis pascaganglion. Rangsangan (2) Saraf simpatis cenderung mempengaruhi volume sekresinya. Saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva yang akan bahan organik dari kelenjar submandibularis. Pada kelenjar sub lingual dan kelenjar-kelenjar minor, lebih dipengaruhi oleh respon kolinergik, sedangkan pada kelenjar lainnya cenderung ke inervasi adrenergik. . Selain dari perbedaan tipe reseptor autonom yang aktif, terdapat dua faktor lain yang berpengaruh terhadap komposisi saliva, yaitu intensitas dan durasi stimulasi ke kelenjar. Perbedaan tersebut berpengaruh langsung kepada permeabilitas membran sel-sel sekretori sebagai akibat dari hilangnya elektrolit sel tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan merangsang sekresi saliva:

Mekanis, misalnya mengunyah makanan keras atau permen karet. Kimiawi, oleh rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit, dan pedas. Neuronal, melalui sistem saraf autonom baik simpatis maupun parasimpatis. Psikis, stress menghambat sekresi, ketegangan dan kemarahan dapat bekerja sebagai stimulasi. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian protesa yang dapat menstimulasi sekresi.

4. Mekanisme luka di lidah : Sekresi saliva + mengeringnya jaringan epitel oral > kemampuan perbaikan jaringan menurun , antimikroba menurun > papila yang kasar + gesekan dari makanan > peradangan meningkat , sedangkan st. Imun menurun > terjadi luka yang mengakibatkan rasa sakit pada epitel lidah dengan fisura (celah). (http://pakasam.blogspot.com) 5. FUNGSI SALIVA : 1. Menetralisir kadar asam yang terkandung dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi. 2. Membuat lidah dapat merasakan makanan dan minuman (pengecapan rasa) , karena air liur berfungsi memecah dan melarutkan makanan secara kimia. Saliva berperan dalam melarutkan bahan-bahan makanan yang memiliki rasa tertentu sehingga dapat diterima stimulusnya oleh reseptor-reseptor pengecap (Ganong, 1995). Penurunan jumlah saliva dapat mengganggu proses pengecapan, sukar mengunyah dan menelan, apalagi jika makanan tersebut kering atau kental(Kidd and Bechal, 1987). 3. Membuat makanan dapat lebih mudah dicerna (fungsi lubrikasi) dengan cara menghaluskan dan membentuk makanan menjadi bolus-bolus sehingga dapat ditelan dengan mudah. Saliva dapat membentuk lapisan mukus pelindung pada membran mukosa yang akan bertindak sebagai pelindung terhadap iritan dan akan mencegah kekeringan dalam rongga mulut. Jika mukosa mulut tidak dilindungi oleh saliva, maka mukosa mulut akan mudah luka dan terkena infeksi. Peradangan mukosa ditandai oleh rasa nyeri atau seperti terbakar dan akan mengalami eksaserbasi oleh makanan pedas, buahbuahan, minuman panas, dan tembakau (Kidd and Bechal, 1987). 4. Mempermudah proses menelan karena liur berfungsi mengikat makanan. 5. Melembabkan dan mencegah kekeringan pada lapisan mulut. 6. Membersihkan gigi dari makanan dan bakteri yang menempel oleh karena ada zat antibakteri dan antibodi dalam saliva.

Saliva mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan bakteri. Salah satunya adalah ion tiosianat dan beberapa enzim proteolitik seperti lisozim, yang dapat menyerang bakteri, membantu ion tiosianat memasuki bakteri yang kemudian menjadi bakterisidal, dan dapat pula mencerna partikel makanan sehingga dapat menghilangkan pendukung metabolisme bakteri (Guyton dan Hall, 1997) 7. Kandungan Fosfor dan Kalsium pada air liur membantu perbaikan dan pertumbuhan enamel gigi. 8. Membunuh dan menghancurkan pertumbuhan jamur tertentu yang dapat menggangu kesehatan gigi dan mulut. 9. Memecah karbohidrat, zat tepung menjadi polisakarida dan maltose, suatu disakarida. ( karena adanya enzim amilase dalam saliva). 10. Mencegah kerusakan dan erosi pada gigi. 11. Proses remineralisasi karena dalam saliva terkandung Ion-ion seperti Ca, P. 12. Membantu proses bicara dengan memudahkan gerakan bibir dan lidah. 13. Saliva sebagai Buffer Sistem bufer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan amonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menurunkan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas bufer dan pH saliva erat hubungannya dengan kecepatan sekresinya. Peningkatan kecepatan sekresi saliva mengakibatkan naiknya kadar natrium dan bikarbonat saliva, sehingga kapasitas bufer saliva pun meningkat. Peningkatan kapasitas bufer dapat melindungi mukosa rongga mulut dari asam yang terdapat pada makanan saat muntah. Selain itu, penurunan pH plak sebagai akibat ulah organisme akan dihambat (Kidd and Bechal, 1987). Sistem bufer saliva membantu mempertahankan pH rongga mulut sekitar 7,0 (Ganong, 1995). 14. Pencegah Karies Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan Fe ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi karies dini. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti lisozim, laktoperoksidase, dan laktoferin mempunyai daya anti bakteri yang langsung terhadap mikroflora tersebut, sehingga derajat asidogeniknya berkurang (Kidd and Bechal, 1987). 15. Menjaga higiene rongga mulut Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga meningkatkan pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Jika jumlah saliva di dalam mulut menurun, akumulasi plak akan meningkat dan terjadi modifikasi flora

plak

sehingga

jumlah Candida, Laktobasilus dan Streptococcus

mutans makin

banyak. Oleh karena itu, pada pasien yang menderita mulut kering akan sering terjadi infeksi kandida dan gingivitis. (Kidd and Bechal, 1987). 6. Faktor penyebab hiposalivasi (hiposekresi kel. saliva) Obat-obatan: Antikolinergk Anti histamin Anti hipertensi Anti parkinson Radiasi dan radioisotop Radiasi eksternal Terapi radionuklida internal Kondisi oral Tumor benign kelenjar saliva Infeksi mikroba kelenjar saliva Tumor malignant kelenjar saliva Gangguan kelenjar ludah Kondisi lain Gangguan sistem syaraf Kesehatan menurun Psikis Penyakit sistemik Iodine radioaktif Anti epilepsi Kemoterapi onkologi Sedatif Anti depresan

(http://catatanradiograf.blogspot.com)

7. Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi.] Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan. Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi.[4] Walaupun apa yang terlihat dapat berbeda, faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjadi lubang coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, kadang-

kadang diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan seberapa jauh penyakit itu merusak gigi. Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, danglukosa. Asam yang diproduksi tersebut memengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah. Sebuah gigi akan mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH turun menjadi di bawah 5,5, proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi. Bergantung pada seberapa besarnya tingkat kerusakan gigi, sebuah perawatan dapat dilakukan. Perawatan dapat berupa penyembuhan gigi untuk mengembalikan bentuk, fungsi, dan estetika. Walaupun demikian, belum diketahui cara untuk meregenerasi secara besarbesaran struktur gigi, sehingga organisasi kesehatan gigi terus menjalankan penyuluhan untuk mencegah kerusakan gigi, misalnya dengan menjaga kesehatan gigi dan makanan. Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat dibedakan menjadi karies yang memengaruhi enamel, dentin, atau sementum. Pada awal perkembangannya, karies mungkin hanya memengaruhi enamel. Namun ketika karies semakin luas, dapat memengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras yang melapisi akar gigi, maka sementum dapat terkena bila akar gigi terbuka. Karies di dekat leher gigi disebut karies servikal. Tanda dan gejala Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif. Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya. 8. Saraf yang berperan : Kelenjar ludah disarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis (N VII) Saraf parasimpatis = merangsang keluarnya saliva Saraf simpatis = merangsang reseptor dan

-Saraf simpatis > merangsang reseptor B > vasokonstriksi > suplai darah ke kel. Saliva menurun >> produksi dan sekresi protein oleh sel asini meningkat > saliva <<. -Perangsangan reseptor alpha cendrung memberi efek seperti perangsangan reseptor kolinergik. (saliva banyak dan encer) -Saraf parasimpatis> merangsang reseptor kolinergik > vasodilatasi > suplai darah ke kel. Saliva meningkat > sekresi air dan elektrolit meningkat > saliva yang banyak dan encer. Kelenjar ludah mendapatkan supply saraf parasimpatis dari nukleus ludah inferior, kelenjar submandibula dan sublingualis mendapat supply saraf dari nukleus ludah superior. Supply saraf simpatis untuk kelenjar parotis, submandibularis, sublingualis berasal dari ganglion simpatis servikal superior, dengan pleksus saraf yang berjalan ke kelenjar ludah di sepanjang arteri. Kelenjar ludah minor mungkin juga mempunyai supply saraf simpatis dan parasimpatis.

Anda mungkin juga menyukai