Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PROSTODONSIA II

KELOMPOK 4 (GENAP)
SELF ADHESIVE RESIN SEMEN

1. Afina Zahra Ch (13/345856/KG/09472)


2. Meutia Angaya R. F. (13/352895/KG/09640)
3. Hilda Mutia Hanum (14/367020/KG/09946)
4. Putri Intan Pratiwi (14/367022/KG/09948)
5. Chandra Livia V. (14/367028/KG/09950)
6. Sherly Gioviany (14/369027/KG/09984)
7. Sofia Maulida (14/369032/KG/09986)
8. Muhammad Ari Kafin (14/369034/KG/09988)
9. Thalia Ayu Arianda (14/369044/KG/09990)
10. Della Safitri Sugiyanto (14/369078/KG/09994)
11. Sekar Kusumaningtyas (14/369084/KG/09996)
12. Chintia Arifa P. (14/369097/KG/09998)
13. Sindy Windya N (14/369106/KG/10000)
14. Ryadhiljannah (14/369120/KG/10002)
15. Nike Wulandarie (14/369125/KG/10004)
16. Fadella Karisma (14/369130/KG/10006)
17. Salsabila Yufa (14/369136/KG/10008)
18. Yudhistira Pradiptya (14/369142/KG/10010)
19. Aulia Ayub (14/369153/KG/10012)
20. Tan Poh Kuan (14/369483/KG/10016)
21. Marnii Rynusshaa, S.K. Syed Ambrul Z. (14/369836/KG/10020)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


PENDIDIKAN DOKTER GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADD
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehilangan gigi merupakan keadaan lepasnya satu atau lebih gigi dari soketnya
yang dapat terjadi akibat trauma, penyakit periodontal, maupun karies. Seseorang yang
mengalami kehilangan gigi tentunya membutuhkan perawatan serta pemberian gigi tiruan
untuk menggantikan fungsi gigi yang sudah tanggal tersebut. Gigi tiruan memiliki dua
jenis, yaitu gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan.
Gigi tiruan cekat merupakan gigi tiruan yang direkatkan secara permanen pada gigi
abutmen yang sudah dipreparasi. Dalam tahap perekatan gigi tiruan cekat tentunya
membutuhkan suatu bahan yang disebut dengan bahan sementasi. Oleh sebab itu, bahan
sementasi pada proses perawatan gigi tiruan cekat penting untuk dipahami guna
mengetahui karakteristik, indikasi, prosedur penggunaan, kekurangan, serta kelebihan
bahan sementasi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peran semen dalam bidang prostodonsia?
2. Apa saja komponen penyusun self adhesin semen?
3. Apa indikasi dan kontraindikasi penggunaan self adhesin semen?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan self adhesin semen?
5. Bagaimana prosedur penggunaan self adhesin semen pada gigi yang akan direkatkan
gigi tiruan cekat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peran semen dalam bidang prostodonsia.
2. Untuk mengetahui komponen penyusun self adhesin semen.
3. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi penggunaan self adhesin semen dalam
perawatan gigi tiruan cekat.
4. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan self adhesin semen.
5. Untuk mengetahui bagaimana prosedur penggunaan self adhesin semen yang akan
digunakan sebagai perekat gigi tiruan cekat.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Sementasi Gigi Tiruan Cekat

a. Pengertian

Bahan yang digunakan untuk menempelkan retainer dengan gigi abutment.


Dental semen dibagi menjadi 2 yaitu luting dan bonding. Yang termasuk semen luting
yaitu semen zinc fosfat, semen zinc polycarboksilat, SIK, dan IKMR. Sedangkan yang
termasuk bonding yaitu semen resin. Indikasi keberhasilan sementasi dilihat dari:

- biokompatibilitas baik, sifat toksis rendah.


- sifat fisika: kelarutan minimum, working time dan setting time pendek, viskositas
rendah, ketebalan film tipis sehingga semakin baik retensinya.
- Sifat mekanis: gaya tekanan, kekuatan serta gesekan tinggi, ikatan antara struktur
gigi dengan material restorasi kuat.

(Yu,H,dkk, 2014)

b. Perkembangan bahan sementasi

(Yu,H,dkk, 2014)

c. Bahan sementasi yang digunakan pada Gigi Tiruan Cekat


1. Semen zinc fosfat
Bahan ini diperkenalkan pada tahun 1878. Memiliki kekuatan kompres
tinggi yaitu 96-110 Mpa, modulus elastisitas baik, gaya tarik buruk. Ketebalan
film tipis sehingga retensi baik. Daya larut ketika setting rendah. PH 3,5
sehingga bisa menyebabkan iritasi pulpa, setting timenya lambat.

2. Semen Ionomer Kaca (SIK)


Memiliki kekuatan kompres tinggi yaitu 130 MPa, modulus elastisitas
baik, gaya tarik buruk. Ketebalan film tipis sehingga retensi baik. Daya larut
ketika setting sangat rendah. Tidak menyebabkan iritasi pulpa, setting timenya
cepat. Daya alir bagus.
3. Semen ionomer Kaca Modifikasi Resin (IKMR)
4. Semen resin
Memiliki kekuatan kompres tinggi, modulus elastisitas baik, gaya tarik
baik. Retensi buruk karena ketebalan film tebal. Mengiritasi pulpa, setting
timenya cepat. Daya alir bagus.
5. Self adhesive resin

(Shillingburg,1997)

d. Indikasi dan Kontra Indikasi

(Yu,H,dkk, 2014)

II.2 Pengertian dan Komposisi Semen Resin


Semen self-adhesive adalah kategori terbaru dari jenis semen resin karena memiliki
tingkat estetis yang tinggi, sehingga cocok untuk crown all-ceramic dan inlay-onlay
porcelain. Metode polimerisasi semen ini adalah dual-cured dan dapat secara efektif
menyatu dengan dentin. Perbedaan semen ini adalah prosedur sementasi menjadi lebih
sederhana dimana bonding agent adesif terpisah tidak diperlukan seperti semen resin
konvensional (Ramaraju, Alluri dan Raju, 2014). Semen Self-adhesive menghilangkan
kebutuhan akan primer yang terpisah untuk bonding pada gigi , alloy atau substrat
keramik (Powers dan Wataha, 2016). Mengandung monomer akrilik atau diakrilik dan
monomer adhesive spesifik yang cukup asam untuk menghasilkan sifat self-adhesive
(Ramaraju, Alluri dan Raju, 2014). Semen self-adhesive terdiri dari resin diakrilat
dengan asam dan kelompok adhesive serta glass filler (Powers dan Wataha, 2016)

II.3 Indikasi dan Kontraindikasi

Self adhesive resin cement memiliki indikasi dan kontra indikasi sebagai berikut:
a. Indikasi Self Adhesive Resin Cement
1. All-ceramic crown, onlay, inlay, bridge
2. All-metal atau ceramic metal crown/bridge
3. High-strength ceramic (zirconia) crown, bridge, inlay, onlay
4. Posts (metal dan fiber)
5. Lithium disilicate inlay, onlay, crown dan bridge
6. Indirek komposit inlay, onlay, crown
(Bunek and Powers, 2012)
7. Sementasi ceramic-metal crown dan bridge
8. Sementasi ceramic (kecuali veneer)
9. Restorasi indirek
(Anusavice dkk, 2013; Sakaguchi and Powers, 2012)
10. Sementasi adhesive akhir komposit prostodontik
11. Memperkuat pre-fabricated, cast post, dan pins
(Curtis and Watson, 2008)

b. Kontraindikasi Self Adhesive Resin Cement


1. Ceramic veneers
2. Crown atau bridge dengan poor retention
3. Resin-bonded bridges
(Bunek and Powers, 2012)
4. Lutting agent orthodontik cekat
(Anusavice dkk, 2013; Sakaguchi and Powers, 2012)
5. Sementasi veneer
(Curtis and Watson, 2008)

II.4 Kelebihan dan Kekurangan

Keuntungan dari resin semen antara lain memiliki kekuatan tekan dan tarik yang paling
baik. Dengan kelarutan yang rendah. Dapat berikatan secara mikromekanik pada email dan
dentin, permukaan alloy dan permukaan keramik. Serta memiliki warna yang beragam.
Kekurangan resin semen antara lain, manipulasi agak rumit, dapat mengalami kebocoran tepi
dengan adanya polimerisasi shrinkage, dapat mengiritasi pulpa tidak melepas flour, modulus
elastisitas rendah, dan sulit di bersihkan jika mengeras. (Octarina,2012)
Semen resin adhesive mempunya beberapa kelebihan yaitu:
 kelarutan yang rendah.
 mempunyai kemampuan untuk obligasi ke struktur gigi.
 mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan dislodgement selama menjalani
fungsinya. ( Dean, 2016)
Semen resin adhesive adalah bahan yang mempunyai adaptasi tepi yang baik ke
permukaan gigi. (Ferrari, 2008)
Self-adhesive dual-cured resin cement memiliki keuntungan dapat berikatan dengan
jaringan gigi tanpa adanya aplikasi etsa, primer dan bonding, sehingga aplikasinya lebih
mudah dan mengurangi tahapan klinis. Self-adhesive dual-cured resin cement juga dapat
berikatan secara kimiawi terhadap struktur gigi yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit
pada gigi serta memiliki beragam warna untuk menghasilkan estetik yang baik. (Capa dkk.,
2009)

II.5 Prosedur Pemakaian


Prosedur Pengaplikasian Self-adhesive Resin Cement

1. Sediaan serbuk-cairan telah dikemas dalam kapsul yang telah telah dilakukan
triturasi dengan amalgamator setelah diaktivasi.
2. Sediaan pasta-
pasta dapat
dicampurkan dengan
metode hand-mixed
setelah proses
dispensing.
3. Beberapa pabrik
menyuplai mixer tips
berbentuk dual-barreled
syringe yang dapat
digunakan sebagai alat
pencampur kedua pasta
secara auto-mixed, dan
langsung di aplikasikan
ke mahkota yang sudah dipreparasi.
4. Working time dimulai dari pencampuran pasta adalah 2 menit.
5. Pada sediaan dual-cured, ekses atau kelebihan dari semen dihilangkan setelah
dipapar oleh sinar selama 20 detik atau selama proses pengerasan setelah fase
gel tercapai.
Total set time yang setelah awal pencampuran adalah sekitar 5 menit setelah
dimulainya campuran.
(Curtiz dan Watson, 2008)
(Rosenstiel, 2016)
BAB III

KESIMPULAN

1. Bahan sementasi yang digunakan pada Gigi Tiruan Cekat adalah Semen zinc fosfat,
Semen Ionomer Kaca (SIK), Semen ionomer Kaca Modifikasi Resin (IKMR), Semen
resin dan Self adhesive resin.
2. Semen self-adhesive adalah kategori terbaru dari jenis semen resin karena memiliki
tingkat estetis yang tinggi, sehingga cocok untuk crown all-ceramic dan inlay-onlay
porcelain.
3. Keuntungan dari resin semen yaitu kekuatan tekan dan tarik yang paling baik, kelarutan
yang rendah, berikatan secara mikromekanik pada email dan dentin, permukaan alloy
dan permukaan keramik, dan memiliki warna yang beragam. Kekurangan resin semen
antara lain, manipulasi agak rumit, dapat mengalami kebocoran tepi dengan adanya
polimerisasi shrinkage, dapat mengiritasi pulpa tidak melepas flour, modulus elastisitas
rendah, dan sulit di bersihkan jika mengeras.
DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, K.J., Shen, C., dan Rawls, R, 2013, Phillip’s Science of Dental Materials,
Elsevier, Missouri, hal. 269

Bunek, S.S. dan Powers,M., 2012, Crown and Bridge Cements: Clinical Applications,
Dentistry Today, No.156: 1-10

Capa, N et al., 2009, Shear bond strengt of luting agent to fixed prosthodontic restorative core
material, Australia Dental Journal

Curtis, R.V., dan Watson, T.F., 2008, Dental Biomaterials: Imaging, Testing and Modelling,
Woodhead Publishing Limited: England, hal. 187.

Octarina, 2012, Pengaruh Durasi Sandblasting Pada Permukaan Restorasi Veener Resin

Komposit Terhadap Kuat Rekat Resin Semen Dengan Email Gigi

Powers, J.M. dan Wataha, Dental Materials: Foundations and Applications, Elsevier: USA,
hal. 90.

Rosenstiel, S.F, et al., 2016, Contemporary Fixed Prosthodontics, Elsevier: China, hal. 783.

Shillingburg,H.T., 1997, Fundamentals of Fixed Prosthodontics third Edition, the Ovoid Bell
Press, USA.

Yu,H., Zheng,M., Chen,R., 2014, Proper Selection of Contemporary Dental Cement, OHDM-
Vol. 13 (1): 54-59.

Anda mungkin juga menyukai