Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Blok 8 Skenario 2

Dosen Fasilitator
Dr.drg. Okmes Fadriyanti, Sp.Pros.
Oleh
Kelompok 4 :
1. Agung Bardi Dea 2110070110001
2. Dhita JN Putri Tresya 2110070110011
3. Ayyi Rezky Agustine 2110070110014
4. Dita Julia Hadi 2110070110017
5. Miftahul Hafiz 2110070110031
6. M Habib Al Fajar 2110070110034
7. Nadya Adinata 2110070110041
8. Nazhiva Ineta 2110070110043
9. Yasmine Ansinni Fawwaz 2110070110049
10. Yunnisari Athariq Erizal 2110070110050
11. Tiara Utiansyah 2110070110052
12. Winda Sari Darmawan 2110070110056
13. Selficia Cuba Ratu Intan 2110070110084

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Tutorial Skenario 2 blok 8 Dalam laporan tutorial skenario 2 blok 8 ini,
kami menyadari sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam
penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
yang kami miliki, kami menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan
petunjuk dari semua pihak tidak mungkin hasil laporan tutorial skenario 2
blok 8 dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Dr.drg. Okmes
Fadriyanti, Sp.Pros. sebagai dosen fasilitator kami sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan
kepada kami, semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT, serta Makalah
Skenario 2 Blok 8 ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya, dan para
pembaca umumnya.

Padang, 21 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I..............................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................1

1.3 Tujuan Pembelajaran.......................................................................2

BAB II............................................................................................................4

PEMBAHASAN.............................................................................................4

2.1 Klasifikasi Istilah..................................................................................4

2.2 Menetapkan Permasalahan....................................................................5

2.3 Curah Pendapat.....................................................................................5

2.4 Analisis Masalah...................................................................................7

2.5 Menentukan tujuan pembelajaran.........................................................8

2.6 Pembelajaran Mandiri...........................................................................8

2.7 Laporan Pembelajaran Mandiri.............................................................8

BAB III.........................................................................................................39

PENUTUP....................................................................................................39

3.1 KESIMPULAN...................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................40

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Restorasi gigi dapat dilakukan dengan beberapa macam bahan. Bahan
restorasi di kedokteran gigi sangat beragam dan terus mengalami
perkembangan, diantaranya amalgam, resin komposit, bahan tumpatan
modifikasi resin (komposit modifikasi polyacid), kompomer, giomer
(komposit modifikasi glass filler), semen ionomer kaca (self-setting),
resin modifikasi glass ionomer (polimerisasi sinar), serta bahan restorasi
sementara semen zinc oxide eugenol (WHO, 2009). Bahan restorasi resin
komposit banyak digunakan dalam praktik dokter gigi karena memiliki
banyak keunggulan, yaitu memiliki estetika yang baik, mudah digunakan,
berikatan secara mikromekanis terhadap email, serta membutuhkan
sedikit preparasi (Patki, 2013). Resin komposit disamping memiliki
kelebihan juga memiliki kekurangan, yaitu mudah terjadi pengerutan
polimerisasi sehingga menimbulkan terbentuknya celah (gap) dan
menyebabkan karies sekunder. Resin komposit juga memiliki ketahanan
pemakaian yang rendah dan mudah terjadi fraktur (Garg et al., 2013).
Menurut Bayne dan Heyman, resin komposit berdasarkan ukuran filler-
nya dibagi menjadi: megafil (1-2 mm), makrofil (10-100 µm), midifil (1-
10 µm), minifil (0.1-1 µm), mikrofil (0.01-0.1 µm), dan nanofil (0.005-
0.01 µm) (Garg et al., 2013). Resin komposit nanofil memiliki ukuran
partikel filler yang sangat kecil sehingga mudah dipoles, kuat dan dapat
mengurangi pengerutan, serta sering digunakan untuk restorasi posterior
yang besar (Chan et al., 2010).
Restorasi resin komposit posterior harus mempertimbangkan sifat
mekanik, seperti ketangguhan retak, kekuatan tekan, kekuatan lentur,
ketahanan aus, dan kekuatan tarik diametral. Resin komposit untuk gigi
posterior harus memiliki sifat mekanik seperti struktur gigi asli dan harus
memiliki kekuatan tekan yang sama atau lebih baik dari struktur gigi asli
untuk menahan gaya mastikasi (Banava et al., 2008). Kekuatan tekan
memiliki peran penting dalam proses mastikasi (Didem et al., 2014) serta
berpengaruh besar dibandingkan dengan sifat mekanis lainnya (Ilie dan
Hickel, 2011). Ketika suatu objek diuji dengan tekanan, kegagalan
mungkin akan terjadi sebagai akibat dari stress yang kompleks pada objek
tersebut (Sakaguchi dan Powers, 2012). Resin komposit nanofil diketahui
memiliki kekuatan tekan yang lebih rendah dibandingkan dengan resin
komposit mikrohibrid dan mikrofil (Hambire dan Tripathi, 2014). Resin
komposit nanofil menunjukkan peningkatan penyerapan air dan dapat
menyebabkan degradasi filler atau perlekatan matriks sehingga
berpengaruh negatif pada sifat mekanis komposit nanofil ketika
dibandingkan dengan komposit mikrohibrid (Ilie dan Hickel, 2011). Salah
satu pertimbangan penyebab kegagalan restorasi adalah fraktur karena
kelelahan bahan. Kelelahan bahan pada restorasi gigi dipengaruhi
penyerapan air oleh matriks resin dan kekuatan oklusi (Matheus et al.,
2010). Pengerutan polimerisasi juga menimbulkan stress pada gigi yang
direstorasi sehingga dapat mengakibatkan ketahanan yang tidak memadai
dalam lingkungan mulut (Caselli et al., 2006).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu restorasi?
2. Apa saja teknik – teknik restorasi?
3. Apa saja jenis bahan restorasi?
4. Apa saja indikasi dan kontra indikasi bahan tambalan?
5. Apa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
restorasi?
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi restorasi
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik restorasi
sandwich
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis bahan

4
restorasi
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan
kontra indikasi bahan tambalan (gic dan resin komposit)
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan ayat al qur’an
dan hadist yang berkaitan dengan skenario

5
BAB II

PEMBAHASAN

Skenario 2

TAMBALANKU COPOT LAGI

Aku adalah seorang mahasiswa FKG di kotaku. Ramuna, teman seka


kerabat dekatku. Semalam dia menelpon menanyakan - keadaan gigi
belakangnya yang beberapa kali ditambal oleh mahasiswa koas kembali
copot. Aku menyarankan agar Ramuna konsul ke Drg supaya kejadian
tersebut tidak terulang lagi. Aku menemani Ramuna ke Drg dan menayakan
kenapa tambalan gigi Ramuna copot lagi. Drg melakukan pemeriksaan, dan
menerangkan bahwa gigi belakang kanan bawah Ramuna dasar lobangnya
sudah berada dibawah tepi gusi, pemilihan jenis restorasi yang kurang tepat
pada kondisi gigi tersebut dan inilah yang menyebabkan tambalan gigi tidak
awet. Drg akan melakukan penambalan dengan pemilihan jenis restorasi
yang tepat.

2.1 Klasifikasi Istilah


1. Restorasi
Restorasi adalah prosedur yang memiliki tujuan mengembalikan
fungsi dan bentuk gigi ke semula. Restorasi dilakukan untuk
penggantian jaringan keras gigi dengan suatu bahan
penambalan bertujuan untuk memperbaiki struktur gigi yang
rusak

4
5

2.2 Menetapkan Permasalahan


1. Apa saja yang mendukung keberhasilan dari restorasi?
2. Apakah ukuran lobang kavitas sudah berada di bawah tepi gusi
juga mempengaruhi masalah pada skenario?
3. Bagaimana prinsip preparasi ketika dilakukan penambalan ulang
agar tidak lepas lagi?
4. Jenis restorasi apa yang dipakai raimuna sehingga tidak tahan
lama pada giginya?
5. Selain jenis restorasi yang kurnag tepat, apa saja faktor yang
mempengaruhi tambalan gigi tidak awet?
6. Bagaimana cara pemilihan jenis resorasi yang tepat?
7. Bahan tambalan apa yang seharusnya diberikan pada Raimuna
agar tidak lepas lagi?
8. Apakah ada resiko atau efek samping dari penambalan?
9. Apakah usia dan jenis kelamin mempengaruhi masalah yang ada
di skenario?
10. Termasuk ke dalam klasifikasi karies apakah karies yang dialami
Raimuna?
2.3 Curah Pendapat
1. Apa saja yang mendukung keberhasilan dari restorasi?
Faktor pendukung keberhasilan restorasi adalah :
- Klinis : keahlian dokter gigi
- Isolasi daerah kerja yang baik
- Pemilihan bahan restorasi yang tepat
- Desain kavitas yang sesuai
- Perbandingan akar gigi dengan mahkota gigi yang tertinggal
2. Apakah ukuran lobang kavitas sudah berada di bawah tepi gusi
juga mempengaruhi masalah pada skenario?
Iya, karena ukuran kedalaman kavitas sangat menentukan dalam
pemilihan bahan restorasi yang cocok pada gigi yang bermasalah
sehingga pasien tetap merasa nyaman dalam menggunakan gigi

5
6

yang sudah ditambal untuk melakukan aktifitas sehari – hari.


3. Bagaimana prinsip preparasi ketika dilakukan penambalan ulang
agar tidak lepas lagi?
- Tambalan yang sudah pernah diberikan harus dibongkar atau
dibuang terlebih dahulu
- Buang seluruh jaringan karies yang ada pada gigi tersebut
untuk mencegah terbentuknya karies sekunder
- Periksa keadaan gigi tersebut, apakah harus dilakukan
perawatan saluran akar terlebih dahulu atau tidak
- Pemilihan bahan restorasi bergantung pada keadaan gigi,
lokasinya, beban kunyah, kedalaman lesi karies. Jika ingin
menambal dengan resin komposit pastikan keadaan gigi
harus tetap lembab, tidak terlalu kering dan tidak terlalu
basah.
4. Jenis restorasi apa yang dipakai raimuna sehingga tidak tahan
lama pada giginya?
Kemungkinan Raimuna menggunakan jenis restorasi GIC,
karena GIC kurang tepat untuk gigi posterior. Hal ini disebabkan
oleh sifat GIC yang rapuh, dan juga GIC digunakan jika kavitas
belum mencapai pulpa. Sedangkan dijelaskan di skenario gigi
posterior Raimuna kavitasnya sudah sampai pada tepi gusi
5. Selain jenis restorasi yang kurnag tepat, apa saja faktor yang
mempengaruhi tambalan gigi tidak awet?
- Faktor kebiasaan buruk pasien setelah penambalan.
Contohnya sering mengunyah makanan yang keras,
memakan makanan yang terlalu panas ataupun terlalu dingin.
Kurang menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut juga
dapat menyebabkan rusaknya tumpatan yang sudah diberikan
karen terbentuknya karies sekunder.
- Salah pemilihan jenis sikat gigi dan pasta gigi. Pasien yang
giginya sudah ditambal sebaiknya menggunakan jenis sikat
gigi yang soft atau medium dan menggunakan pasta gigi

6
7

yang banyak mengandung fluor dan potassium sitrat.


- Kesalahan dokter gigi pada saat preparasi yaitu masih adanya
jaringan karies yang belum sempurna dibuang.
6. Bagaimana cara pemilihan jenis resorasi yang tepat?
- Dokter gigi harus mengenali kebutuhan pasien, baik dalam
hal estetika maupun sifat bahan restorasi yang dibutuhkan
pasien.
- Pertimbangkan letak gigi berkaries yang akan ditambal.
- Perhatikan banyaknya jaringan gigi sehat yang tersisa
- Perhatikan kesehatan rongga mulut pasien
7. Bahan tambalan apa yang seharusnya diberikan pada Raimuna
agar tidak lepas lagi?
Penggunaan teknik sandwich adalah opsi yang paling tepat untuk
kasus Raimuna. Karena kavitas pada gigi Raimuna sudah
mencapai tepi gusi. Dimana teknik sandwich ini menggabungkan
2 jenis bahan tumpatan, yaitu GIC dan resin komposit.
8. Apakah ada resiko atau efek samping dari penambalan?
Ada efek samping, meskipun tujuan restorasi untuk
mengembalikan fungsi gigi, tetapi yang terbentuk dari restorasi
tidak mampu menyamai selayaknya fungsi jaringan gigi, jadi
besar kemungkinan setelah penambalan banyak efek samping
yang terjadi contohnya gigi menjadi sensitif, atau bahkan alergi
terhadap bahan tambalan
9. Apakah usia dan jenis kelamin mempengaruhi masalah yang ada
di skenario?
Iya. Usia menjadi faktor yang berpengaruh dalam menentukan
berapa lama tumpatan yang diberikan dapat bertahan pada
kavitas. Contohnya pada anak – anak yang giginya masih gigi
decidui yang tidak membutuhkan bahan restorasi yang daya
tahannya lama. Kemudian jenis kelamin juga berpengaruh,
terutama pada wanita. Contohnya pada wanita hamil dan
menstruasi serta anak – anak perempuan yang giginya lebih

7
w
f
d
R
g
h
a
b
j
t
p
m
o
k
n
s
e
r
c
i cepat erupsi.
10. Termasuk ke dalam klasifikasi karies apakah karies yang dialami
Raimuna?
Raimuna mengalami karies klas II karena melibatkan sisi
proksimal gigi posterior.
2.4 Analisis Masalah

2.5 Menentukan tujuan pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi
restorasi
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik restorasi
sandwich
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis bahan
restorasi
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan
kontra indikasi bahan tambalan (gic dan resin komposit)
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan ayat al qur’an
dan hadist yang berkaitan dengan skenario
2.6 Pembelajaran Mandiri
Pada Tahap ini kami melakukan belajar mandiri, yaitu dengan mencari
berbagai literature yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran baik dari
web journal, buku, maupun dari pakarnya secara langsung.
2.7 Laporan Pembelajaran Mandiri

8
8
9

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi


restorasi
Restorasi adalah penggantian jaringan keras gigi yang telah
rusak dengan bahan yang diletakkan pada gigi tersebut untuk
waktu yang tidak terbatas. Untuk mencegah kerusakan gigi maka
sedapat mungkin dipertahankan dengan suatu restorasi. Restorasi
terdiri dari beberapa jenis antara lain restorasi plastis seperti
amalgam, resin komposit, GIC, dan restorasi jenis nonplastis
yaitu inlay. Restorasi gigi merupakan penggantian jaringan keras
gigi yang telah rusak dengan bahan yang diletakkan pada gigi
dalam waktu yang tidak terbatas. Menurut Yuni (2007),
pembuatan suatu restorasi bertujuan untuk mencegah lanjutnya
kerusakan gigi sehingga gigi dapat dipertahankan selama
mungkin di dalam rongga mulut. 1 Bahan resin komposit dapat
digunakan untuk gigi anterior maupun posterior dan menjadi
pilihan dalam prosedur restorasi rutin para dokter gigi.
- Restorasi sandwich adalah suatu teknik restorasi dengan
menggabungkan dua macam bahan yaitu glass ionomer
cement dan resin komposit yang pertama kali diperkenalkan
oleh Wilson dan McLean (1988). Teknik ini dikenal dengan
istilah restorasi laminasi dengan menggunakan GIC sebagai
bahan pengisi, yang memiliki biokompatibilitas, sifat fisik
dan kekuatan perlekatan yang baik terhadap dentin.
Penggabungan kedua bahan dalam satu restorasi ini bertujuan
untuk mendapatkan suatu restorasi yang monolitik antara
resin komposit, glass ionomer cement dan jaringan keras
gigi.
- Restorasi Indirek. Restorasi indirect adalah restorasi yang
proses pembuatannya dilakukan di labolatorium teknik gigi
dengan mencetak rahang pasien (Istikharoh, 2018:46).
Kemudian hasil cetakan dibuatkan model gigi dengan die dan
pembuatan pola malam pada die. Penyesuaian dan

9
10

penyelesaian dilakukan pada model di labolatorium. Dengan


demikian pada saat pemasangan restorasi pada pasien hanya
sedikit untuk melakukan penyesuaian karena sebagian besar
pekerjaanya telah dilakukan pada model.
- Restorasi direc artinya bahan tambalan diletakkan segera ke
lubang gigi yang sudah dibersihkan dalam satukunjungan.
Termasuk di dalamnya adalah amalgam, ionomer kaca, resin
ionomer, dan resinkomposit.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik restorasi
(direct, indirect, dan sandwich)
a. Restorasi Direct
- Teknik pelapisan horizontal
Teknik penempatan horizontal menggunakan lapisan resin
komposit, masing-masing dengan tebal <2,0 mm [Gambar 1].
Teknik ini telah dilaporkan meningkatkan faktor-C, dan
kemudian meningkatkan tegangan susut antara dinding
rongga yang berlawanan
- Teknik pelapisan miring
Teknik miring dilakukan dengan menempatkan serangkaian
kenaikan komposit berbentuk baji. Setiap kenaikan difoto
dua kali, pertama melalui dinding kavitas dan kemudian dari
permukaan oklusal, untuk mengarahkan vektor polimerisasi
ke permukaan perekat [Gambar 2]. Teknik ini mengurangi
faktor-C dan mencegah distorsi dinding rongga.[11,12,13,14]
- Teknik pelapisan vertikal
Tempatkan sedikit demi sedikit dalam pola vertikal mulai
dari satu dinding, yaitu bukal atau lingual dan dibawa ke
dinding lain. Mulai polimerisasi dari balik dinding, yaitu jika
penambahan bukal ditempatkan pada dinding lingual, maka
akan disembuhkan dari luar dinding lingual. Ini mengurangi
celah pada dinding gingiva yang terbentuk karena
penyusutan polimerisasi, sehingga sensitivitas pasca operasi

10
11

dan karies sekunder [Gambar 3].


- Teknik stratified layering
dirancang dan diorientasikan pada pengembangan restorasi
fungsional dan anatomis dengan menggunakan bahan
restorasi resin komposit “estetis” yang mencakup shade
dentin dan email serta berbagai translusensi dan warna
intensif.[15,16,17] Teknik ini dirancang untuk mengukir
berbagai tingkat kroma yang ada di dalam gigi. Ini
melibatkan penempatan warna dentin dari resin komposit
dengan chroma yang lebih tinggi di tengah preparasi dan
menempatkan resin chroma yang lebih rendah dekat dengan
dinding cusp. Teknik stratified layering dilakukan dengan
menempatkan lapisan dentin awal dari warna komposit atau
chroma yang dua atau tiga derajat lebih tinggi dari warna
dasar atau chroma yang dipilih. Variasi halus dalam warna
dentin dapat dicapai dengan mengubah ketebalan setiap
lapisan kroma di area tertentu dari restorasi. Lapisan email
ditempatkan mengikuti kontur yang dibentuk oleh lapisan
dentin dan ketebalannya bervariasi tergantung pada efek
yang diinginkan. Lapisan email dapat diremodeling dengan
menempatkan berbagai warna opalescent atau email intensif
pada area yang berbeda dari restorasi. Efek lebih lanjut dapat
dihasilkan dengan menggunakan warna atau noda resin-
intensif
- Teknik penumpukan sentripetal menawarkan sejumlah
keuntungan ketika restorasi posterior resin komposit
diindikasikan. Teknik ini menggunakan pita matriks logam
tipis dan potongan kayu yang menghilangkan kebutuhan pita
matriks transparan, yang mungkin tidak menyediakan area
kontak yang kuat dan kontur proksimal anatomis [Gambar 4]
dan tidak praktis untuk digunakan bagi banyak praktisi.
Selanjutnya, penelitian terbaru tidak menunjukkan adanya

11
12

kerugian dari pita matriks logam dalam pembentukan celah


serviks.[18]
b. Restorasi Indirect
Proses pembuatannya dilakukan di labolatorium teknik gigi
dengan mencetak rahang pasien (Istikharoh, 2018:46).
Kemudian hasil cetakan dibuatkan model gigi dengan die dan
pembuatan pola malam pada die. Penyesuaian dan
penyelesaian dilakukan pada model di labolatorium. Dengan
demikian pada saat pemasangan restorasi pada pasien hanya
sedikit untuk melakukan penyesuaian karena sebagian besar
pekerjaanya telah dilakukan pada model.
c. Restorasi Sandwich
Tujuan dari restorasi Sandwich adalah untuk mendapatkan
fungsi estetis, pengunyahan, mencegah celah mikro serta
menambah kekuatan gigi. Fungsi estetis kita dapatkan dari
bahan resin komposit sebagai tumpatan karena resin
komposit memiliki translusensi yang lebih tinggi dibanding
semen ionomcr kaca. Resin komposit selain memiliki niai
estetis yang sangat memuaskan juga dapat menerima tekanan
kunyah yang besar, untuk mencegah celah mikro, maka kita
pakai semen glass ionomer sebagai basis. Semen glass
ionomer dapat melepaskan fluor untuk mencegah terjadinya
sekunder karies.
Dengan mendapatkan basis yang baik dan tumpatan yang
tahan terhadap fungsi pengunyahan maka akan menambah
kakuatan gigi.
Prosedur penumpatan pada restorasi Sandwich harus
dilakukan dalam keadaan kering agar didapat pcrlekatan
resin komposit ke permukaan dentin yang dilapisi glass
ionomer.
Posisi atau keberadaan GIC pada restorasi yang menentukan
open sandwich (membangun dinding kavitas serta tidak

12
13

dilindungi RK) dan close (GIC terlindungi oleh RK,


posisinya di dasar kavitas).
- Open sandwich
GIC ikut membangun dinding proksimal gigi baru dilapis
RK. GIC yang digunakan adalah GIC tipe II untuk gigi
anterior klas V. Indikasi : klas IV dan V dengan batas
dinding gingiva melewati CEJ (Cemento-Enamel Junction),
restorasi klas II tunnel (terowongan) yang bagian proksimal
tidak ada gigi, pertimbangan yang ekonomis untuk
pembuatan restorasi indirect yang dapat menekan pemakaian
RK sehingga biaya lebih minim.
- Close Sandwich
GIC tipe III digunakan sebagai basis pengganti dentin dan
dilapisi RK sehingga posisi GIC berada di antara dinding
kavitas dan letaknya di atas CEJ. Indikasi : dilakukan apabila
kavitas sudah dalam pada klas II atau V dan dekat dari
tubulus dentin yang menuju pulpa.

Tahapan melakukan restorasi sandwich :


- Preparasi dan Lining
Kavitas dipreparasi, semua jaringan karies dibuang dengan
menggunakan bur diamond. Diamond stone yang rata atau
tungsten karbid bertujuan untuk menyelesaikan tepi email.
Linier kalsium hidroksida digunakan hanya apabila terlihat
keadaan dentin yang hampir terbuka dengan perkiraan dentin
yang menutupinya hanya sekitar 1 mm atau kurang.
Walaupun demikian, ia tidak boleh menutupi daerah yang
besar yang dapat mengganggu bonding (ikatan) glass
ionomer. Setelah kavitas dipreparasi, kemudian tepi email
dibevel.
- Perawatan Permukaan
Setelah kavitas dibersihkan, dikeringkan kemudian dioleskan
kondisioner pada permukaan kavitas ikatan semen ionomer

13
14

kaca ke gigi dapat diperkuat dengan menggunakan larutan


yang mengandung asam poliakrilik, asam tannik atau
dodicin.
- Pemberian Semen
Kavitas dibcrsihkan dan dikeringkan (dalam kasus larutan
ITS, hanya cairan yang berlebihan yang harus diserap).
Semen ionomer kaca diinjeksikan ke dalam kavitas dan
dibirakan menutupi tepi kavosurface (Gambar 1).
Alternatifnya, pencampuran dengan tangan secara standard
dapat digunakan dan semen tersebut diaduk sampai
menyerupai plastik yang berkilau sebelum digunakan. Warna
semen harus dipilih agar sesuai dengan warna dentin.
Pengerasan semen yang dianjurkan adalah dalam waktu 5
menit. Dalam paper ini dicontohkan pada kavitas klas V.
- Pemberian Resin Bonding
Salah satu bonding rang dipakai adalah agen bonding resin
liquid dioleskan segera ke basis semen dan dinding-dinding
kavitas, harus hati-hati untuk memastikan bahwa lapisan
tersebut tipis (Gambar 4). Sistem visible light cured
dianjurkan karena pengerasan yang cepat dari agen bonding
adalah penting untuk menjamin semen dan permukaan email
tidak terkontaminasi.
- Pemberian Resin Komposit
Tumpatan resin dimasukkan dan dikontur ke posisinya
(Gambar 5). Bahan tersebut tidak boleh berlebihan, dan
adaptasi yang tepat dapat dicapai dengan pemakaian matriks
plastik bening.
- Penyelesaian
Setelah disinari, restorasi tersebut diselesaikan dengan bur
diamond rata atau bur karbid (Gambar 6). Pemolesan
restorasi dapat diselesaikan dengan menggunakan "cup
polishing" karet abrasif dan bubuk aluminium oxida yang

14
15

halus
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis bahan
restorasi
a. Semen Ionomer kaca Fuji II banyak digunakan sebagai bahan
restorasi karena dapat mencegah kebocoran tepi, dapat
melepaskan fluoride serta mengurangi sensitivitas gigi.
Bahan ini biasanya digunakan untuk restorasi klas II dan klas
V, karies permukaan akar, erosi pada servikal gigi, abrasi
gigi dan sebagai basis.9 Semen Ionomer kaca Fuji II terdiri
dari bubuk dan cairan, serta mempunyai dua cara
polimerisasi yaitu konvensional dan penyinaran.
b. Semen Ionomer Kaca Fuji IX umumnya digunakan untuk
alternatif usia lanjut, perbaikan restorasi, untuk restorasi gigi
posterior dan sebagai basis restorasi sandwich. Keunggulan
bahan ini adalah dapat digunakan untuk mengurangi
sensitivitas gigi, memperpanjang waktu pemakaian dan
aplikasinya tidak memerlukan penyinaran. Berbagai pilihan
Semen Ionomer Kaca dapat digunakan sebagai basis restorasi
sandwich. Masing-masing bahan mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Yang umum digunakan di klinik adalah Semen
Ionomer Kaca Fuji II dan Fuji IX.
c. Glass Ionomer Cement (GIC) Conventional dan Resin
Modified Glass Ionomer Cement (RMGIC).11 Kedua
material basis ini memiliki kandungan yang sama yaitu kaca
aluminosilikat dan asam polialkenoat. Adapun perbedaan
dari keduanya adalah pada RMGIC diberikan penambahan
resin yaitu 2- hydroxy-ethyl methacrylate (HEMA). Selain
itu, perbedaan lainnya yaitu pada proses pengerasannya
(setting reaction) di mana GIC Conventional mengalami
proses pengerasan secara kimiawi sedangkan RMGIC
pengerasannya dibantu oleh sinar. Perbedaan- perbedaan
tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan kedua basis ini

15
16

dalam meminimalkan kebocoran mikro pada teknik sandwich


d. Resin komposit Bahan resin komposit dapat memenuhi sifat
estetika yang baik dan terutama digunakan untuk gigi
anterior. Sejak tahun 1980 sifat mekanis dan fisik dari resin
komposit, filler, coupling agent dan bonding agent terus
dikembangkan dan beberapa merek mendapat sertifikasi oleh
ADA. Bila digunakan pada restorasi yang besar terutama
pada gigi posterior dengan teknik inkremental/berlapis harus
menjamin selesainya proses polimerisasi dan sifat
pengkerutan yang minimal. Pada pasien yang sulit
mengontrol saliva, menyebabkan sulit diperoleh adesi yang
baik dengan jaringan gigi dan akan terjadi kebocoran tepi,
dan berakibat akan terjadi karies baru. Masalah yang timbul
adalah keausan permukaan restorasi dan tingkat sensitif
teknik yang tinggi menyebabkan penggunaan bahan ini untuk
restorasi gigi posterior menjadi terbatas. Kelebihan bahan
komposit adalah estetika memuaskan, mempunyai
konduktivitas termal yang rendah, tidak terjadi reaksi
galvanik, dapat dilakukan dengan sekali kunjungan, mudah
untuk melakukan reparasi, ikatan resin akan memperkuat
kekuatan gigi, preparasi jaringan gigi minimal terutama
hanya pada jaringan karies. Kekurangan komposit adalah
tidak mempunyai kemampuan menutup celah sekitar
restorasi seperti amalgam; tidak dapat mengeluarkan fluor
seperti semen glass ionomer, sering terjadi kepatahan
diantara bahan adesif dengan gigi menyebabkan kebocoran
dan terjadi sekunder karies, keausan permukaan di bawah
tekanan kunyah besar, kekuatan untuk menahan patah
rendah, sensitif teknik cukup tinggi, pengerutan saat
polimerisasi menyebabkan masuknya bakteria, dan debu dari
saat pemolesan berpotensi bahaya bagi pasien dan staf klinik
dokter gigi. Indikasi komposit adalah pada kavitas kecil

16
17

sampai sedang untuk gigi posterior dengan tekanan kunyah


yang kecil, semua restorasi anterior dengan ukuran kecil
sampai sedang, dapat digunakan untuk restorasi porselen, dan
sebagai usaha preventif dari restorasi resin. Kontra indikasi
komposit adalah pada restorasi gigi posterior dengan tekanan
kunyah besar, pada pasien yang sulit mengontrol saliva.
e. Semen glass ionomer Bahan ini diperkenalkan kira-kira
sepuluh tahun setelah resin komposit dan bahan enamel
bonding diperkenalkan kepada pasar. Bahan glass ionomer
sebagai bahan restorasi yang kuat dengan berbagai
keterbatasan dalam aplikasi klinik seperti manipulasinya,
massa pengerasan, sensitif dengan kelembaban, estetika dan
tekstur permukaan yang dihasilkan. Dengan kelebihan
sebagai bahan yang mempunyai ikatan kimia dengan jaringan
gigi dan kemampuan melepaskan fluor, bahan ini terus
dikembangkan. Dalam perkembangannya semen glass
ionomer dapat digunakan sebagai pelapis kavitas dan
sementasi restorasi tuang serta untuk restorasi gigi susu dan
restorasi kelas V pada erosi gingival dan abrasi akibat sikat
gigi yang salah. Penggunaan semen glass ionomer juga
penting terutama pada pasien lanjut usia dengan karies pada
akar gigi. Semen glass ionomer tidak direkomendasikan
untuk restorasi yang besar dengan kontak oklusal besar
karena terjadi degradasi kimia serta keausan akibat
pemakaian yang besar. Bahan ini mempunyai sensitif teknik
yang tinggi karena reaksi pengerasan dan maturasi restorasi
glass ionomer yang relatif lambat. Meskipun semen glass
ionomer memperlihatkan pengerutan akibat polimerisasi
kurang seperti pada resin komposit tetapi sering terjadi
kontraksi sehingga terjadi marginal gap.
f. Ionomer adalah estetika memadai, pelepasan fluor sebagai
anti karies, pengantar termal yang rendah, tidak terjadi reaksi

17
18

galvanik, dapat dilakukan aplikasi klinik satu kali kunjungan,


dalam preparasi jaringan gigi yang diambil minimal, dan
dalam aplikasi klinik jarang memerlukan anestesi lokal.
Sementara kekurangannya adalah sensitivitas teknik terutama
terhadap kontrol kelembaban, manipulasi sulit, dan waktu
pengerasan lambat dan sering panjang sehingga 30 menit.
Indikasinya adalah restorasi dengan area kecil sampai sedang
pada gigi sulung, sebagai pelapis kavitas, dalam prosedur
kontrol karies, dan restorasi pada servikal gigi. Kontra
indikasinya adalah pada kavitas dengan kontak oklusal,
restorasi dengan tekanan kunyah besar, dan pada pasien
dengan kontrol kelembaban yang sulit.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan
kontra indikasi bahan tambalan (gic dan resin komposit)
Indikasi komposit adalah pada kavitas kecil sampai sedang
untuk gigi posterior dengan tekanan kunyah yang kecil, semua
restorasi anterior dengan ukuran kecil sampai sedang, dapat
digunakan untuk restorasi porselen, dan sebagai usaha preventif
dari restorasi resin. Kontra indikasi komposit adalah pada
restorasi gigi posterior dengan tekanan kunyah besar, pada
pasien yang sulit mengontrol saliva.
Bahan glass ionomer sebagai bahan restorasi yang kuat
dengan berbagai keterbatasan dalam aplikasi klinik seperti
manipulasinya, massa pengerasan, sensitif dengan kelembaban,
estetika dan tekstur permukaan yang dihasilkan. Dengan
kelebihan sebagai bahan yang mempunyai ikatan kimia dengan
jaringan gigi dan kemampuan melepaskan fluor, bahan ini terus
dikembangkan. Indikasinya adalah restorasi dengan area kecil
sampai sedang pada gigi sulung, sebagai pelapis kavitas, dalam
prosedur kontrol karies, dan restorasi pada servikal gigi. Kontra
indikasinya adalah pada kavitas dengan kontak oklusal, restorasi
dengan tekanan kunyah besar, dan pada pasien dengan kontrol

18
19

kelembaban yang sulit.


5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan ayat al qur’an
dan hadist yang berkaitan dengan skenario
Dalam sebuah hadits
Imam At-Thabrani dalam kitabnya Al-Mu’jam Al-Ausath telah
meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Mas’ud ra.
ُ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم تَ َخلَّلُوْ ا فَِإنَّهُ نَظَافَةٌ َوالنَّظَافَةُ تَ ْد ُعوْ ِإلَى اِإْل ْي َما ِن َواِإْل ْي َمان‬ َ َ‫ق‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬
ْ
‫صا ِحبِ ِه فِى ال َجنَّ ِة (رواه الطبراني‬ َ ‫َم َع‬
"Buanglah sisa-sisa makanan di gigimu, karena perbuatan itu adalah
kebersihan, dan kebersihan itu akan mengajak (menggiring) kepada
iman, dan iman itu akan bersama orang yang memilikinya dalam
surga." (HR. At-Thabrani)
tiara:Syuraih bin Hani bertanya kepada istri Rasulullah, Siti Aisyah
RA, ''Apakah yang didahulukan oleh Nabi SAW jika hendak masuk
rumahnya?'' Saat itu Aisyah menjawab, ''Rasul mengosok gigi
(bersiwak)."

BAB III

19
20

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terdapat berbagai jenis bahan restorasi yang dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi pasien. Tentunya pemilihan bahan, teknik pengaplikasian,
serta digunakan sesuai dengan indikasi penyakitnya. Teknik sandwich
digunakan pada kavitas yang dalam seperti kasus di scenario. Maka,
permasalahan di scenario dapat menggunakan Teknik sandwich dengan
membentuk dinding kavitas dan mengisi kavitas dengan GIC dan dilapis
menggunakan resin komposit sehingga tambalan lebih tahan lama dan tidak
terlepas.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Istikharoh, Fani. 2018. Dental Resin Komposit : Teori, Instrumentasi, dan


Aplikasi. Malang: UB Press. 134 halaman.
jurnal unmas volume 12 no.2 2018 “pengaruh Teknik sandwich terhadap
kebocoran tepi pada restorasi kavitas kelas II
jurnal material kedokteran gigi vol 2 no 1, maret 2013
http://jurnal.pdgimakassar
PENGARUH TEKNIK SANDWICH TERHADAP KEBOCORAN TEPI
PADA RESTORASI KAVITAS KELAS II, I G A A Hartini , Sumantri , Yessy
Angelina . tahun 2018
Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit Nevi
Yanti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara 2014
http://jurnal.pdgimakassar
DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2017
Yanti, Nevi. 2004. Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin
Komposit. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Ferracane, J.L. 2010. Review Resin Composite-State Of The Art. Dental
Materials. 1753: 1-10.
(Nurhapsari, dkk, 2018:67). Dimetaklirat yang umum digunakan pada resin
komposit nanohybrid adalah bisphenol A-glycidyl methacrylate (Bis-GMA),
urethane dimetakrilat (UDMA) dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA)
(Anusavice, 2012:279)
Anusavice, 2012. Phillips’ Science Of Dental Materials, Pennysylvania:
Saunders Company.
Sulastri , Siti. 2017. Dental Material : Bahan Ajar Keperawatan Gigi. Book
Bachelors. .Kemkes.BPPSDM,
Manappallil, J.J. (2016). Basic dental materials. New Delhi ; Philadelphia:
Jaypee Brothers Medical Publishers (P), Ltd.
Heasman, P.A. (2013). Restorative dentistry, paediatric dentistry and
orthodontics. Edinburgh Etc.: Churchill Livingstone/Elsevier.

21
22

Pedoman Tata Laksana Kedokteran Gigi (2019). Andrianto Soeprapto.


Basic Guide to Dental Materials (2010). Carmen Scheller Sheridan. Wiley
Black-well.
Heasman, P.A. (2013). Restorative dentistry, paediatric dentistry and
orthodontics. Edinburgh Etc.: Churchill Livingstone/Elsevier.

22

Anda mungkin juga menyukai