ONLAY
DOSEN PENANGGUNGJAWAB
DRG.HJ.DIAN HANDAYANI, M.KES
DI SUSUN OLEH
NIM : B1G119040
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena
kami dapat meneyelesaikan makalah yang berjudul “ONLAY” ini. Penyusunan
makalah ini sebagi bentuk pemenuhan tugas dari mata kuliah Ilmu Konservasi Dasar.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Onlay............................................................................. 4
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Onlay................................................. 4
2.3 Keuntungan dan Kerugian Onlay.................................................... 5
2.4 Teknik Preparasi............................................................................. 6
2.5 Pembuatan Model Kerja (Die) dan Pola Malam............................. 12
2.6 Restorasi Onlay Porselen................................................................ 15
2.7 Restorasi Onlay Bahan Komposit................................................... 23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 29
3.2 Saran............................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
perawatan hendaknya sudah dipertimbangkan sebelum perawatan saluran
akarnya dimulai, meskipun keputusan akhir mengenai restorasi yang tepat
sering diambil ketika perawatan sedang dilakukan.
Sementara itu, terdapat beberapa dasar pertimbangan dalam memilih
restorasi setelah perawatan endodontik agar restorasi dapat bertahan dalam
jangka waktu yang lama. Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh restorasi
setelah perawatan endodontik, diantaranya menutupi koronal secara
menyeluruh, melindungi struktur gigi yang tersisa, memiliki retensi agar
restorasi tidak lepas, memiliki resistensi agar mampu menahan daya kunyah,
mampu mengembalikan fungsi gigi, yaitu fungsi pengunyahan, estetik,bicara,
dan menjaga gigi antagonis dan gigi sebelahnya.
Restorasi onlay adalah restorasi yang memberikan proteksi oklusal
yang paling besar dan merupakan restorasi yang optimal jika kehilangan
struktur giginya sangat luas.
1.2 Rumusan Masalah
Hal yang akan dibahas di makalah ini tersebut:
1. Pengertian Onlay
2. Indikasi dan Kontraindikasi Onlay
3. Keuntungan dan Kerugian Onlay
4. Teknik Preparasi
5. Pembuatan Model Kerja(Die) dan Pola Malam
6. Restorasi Onlay Porselen
7. Restorasi Onlay Bahan Komposit
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian Onlay
2. Indikasi dan Kontraindikasi Onlay
3. Keuntungan dan Kerugian Onlay
4. Teknik Preparasi
2
5. Pembuatan Model Kerja(Die) dan Pola Malam
6. Restorasi Onlay Porselen
7. Restorasi Onlay Bahan Komposit
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Onlay
Onlay mirip dengan mahkota gigi, tetapi membutuhkan lebih sedikit
pemangkasan gigi.Onlay diberikan ketika komposit tidak memadai untuk
merestorasi gigi. Meskipun tidak mutlak diperlukan, onlay biasanya menutupi
seluruh permukaan gigit gigi. Sebelumnya,onlay hanya dibuat dalam bentuk
emas. Kini onlay juga bisa dari porselin yang estetis. Onlay merupakan
modifikasi dari MOD inlay dimana sebagian/seluruh permukaan dilindungi
dengan restorasi rigid atau logam cor.
Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau
lebih tonjol gigi/ cusp. Apabila morfologi oklusal telah mengalami perubahan
karena restorasi sebelumnya, karies, atau penggunaan fisik, maka inlay
dengan dua permukaan tidak akan adekuat lagi. Hal ini memerlukan suatu
restorasi yang meliputi seluruh daerah oklusal. Dan dalam keadaan ini, onlay
MOD merupakan jenis restorasi yang tepat. ( Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)
2.2. Indikasi dan Kontraindikasi Onlay
A. Indikasi
1. Abrasi gigi posterior yag luas
2. Lebar istimus >1/3 cups
3. Karies MOD
4. Gigi membutuhkan tekanan besar
5. Restorasi gigi posterior pasca perawatan saluran akar
6. Kerusakan gigi posterior yang besar teapi email dan dentin bagian
bukal dan lingual masih sehat
7. Telah dirawat endodontik
8. Memperbaiki fungsi oklusi
9. Kemungkinan terjadinya frakur cups karena kurang jaringan sehat
pendukungnya
4
10. Lebar ishmus telah melebihi sepertiga jarak antar cups
11. Sebagai pengganti restorasi amalgam
B. Kontraindikasi
1. Dinding bukal dan lingual sudah rusak
2. Mahkota klinis pendek
3. Usia kurang 10 tahun
4. OH buruk
2.3. Keuntungan dan kerugian Onlay
A. Keuntungan
1. Waktu kunjungan Kurang diperlukan karena fabrikasi (di)
laboratorium
2. Jauh lebih tahan aus dari restorasi komposit direk
3. Menunjukkan polimerisasi penyusutan yang sedikit, jadi
mengurangi kebocoran mikro dan sensitivitas pasca operasi
4. Restorasi indirek meningkatkan sifat fisik
5. Lebih biokompatibel dengan respons jaringan yang lebih baik.
6. Mencapai kontak dan kontur yang lebih baik
7. Memperkuat struktur gigi yang tersisa
8. Mempoles ekstraoral adalah mudah.
B. Kekurangan
Restorasi indirek memiliki kelemahan sebagai berikut:
a. Membutuhkan lebih banyak jumlah kunjungan pasien
b. Teknik yang sangat sensitif
c. Restorasi membutuhkan ketrampilan tingkat tinggi operator.
d. Keramik mengikis gigi antagonis dan restorasi.
e. Ada kebutuhan untuk restorasi sementara.
f. Lebih mahal daripada komposit direk.
g. Perbaikan Sulit dengan keramik.
5
h. Ikatan yang lemah dari restorasi komposit secara indirek
terhadap semen komposit. Dengan demikian, mereka
membutuhkan abrasi mekanik dan / atau perawatan kimia untuk
adhesi yang tepat untuk semen
2.4. Teknik Preparasi
Langkah Persiapan gigi untuk onlay :
1. Outline Form oklusal
- Sebelumnya gigi diisolasi terlebih dahulu menggunakan rubber
dam intuk mendapatkan penglihatan (visibiltas ) yang lebih baik.
- Preparasi awal menggunakan bur no. 271 secara pararel atau
terhadap sumbu panjang gigi
- Titik masuk harus di fossa sentral. Menjaga bur paralel,
memperpanjang preparasi atau diperlebar dengan tetap menjaga
kedalaman pulpa agat tetap yang sama sebesar 2mm.
- Mengurangi cups untuk mendapatkan bentuk convenience. Untuk
mendapatkan akses dan penglihatan yang baik pada tahap
preparasi gigi.
- Perawatan dilakukan untuk menghindari cups dan memperluas
preparasi adekuat.
- Oklusal divergen tergantung pada kedalaman oklusoservikal dari
preparasi dan bentuk retensi gigi yang dipreparasi.
- Dinding oklusal di bentuk taper uniform 3-5o.
6
Gambar Preparasi akhir cups dilakukan setelah membentuk groove untuk
mendapatkan preparasi yang akurat dan uniform
7
Gambar Box proksimal diperluas hingga daerah kontak
3. Pengurangan cusp
Penurunan cusp dilakukan dengan menggunakan no. 271
karbida bur. pengurangan cusp harus dimulai setelah membuat groove
dari 1,5 mm (Untuk cusp nonfungsional) dan 2 mm (cusp fungsional)
kedalaman di puncak cusp. Groove membantu dalam pemotongan yang
akurat dan seragam. Sambil mengurangi titik puncak yang berdekatan,
melibatkan lingual atau groove developmental bukal dalam
pemotongan.
4. Bentuk Retensi dan Form Resisten
Untuk meningkatkan retensi dan resistensi, groove di buat pada
dinding proksimal dari box. Groove di buat pada facioaxial dan
linguoaxial line angle dan di buat pada dentin sehingga menambah
retensi. Arah penempatan groove harus paralel dengan arah pemasangan
dari pola lilin.
8
Gambar Preparasi onlay dengan retention groove pada facioaxial dan
lingoaxial line angle
Persiapkan reverse bevel atau counter bevel pada permukaan
facial atau lingual dari cups facial atau lingual yang telah dikurangi
secara berurutan. Untuk ini, biasanya flame shaped diamond bur
biasanya digunakan. Bevel pada permukaan facial dan lingual dibuat
dengan memegang bur dengan kemiringan 30 derajat terhadap
permukaan gigi. Counter bevel harus cukup luas sehingga cavosurface
margin di perpanjang setidaknya 1mm melewati kontak oklusal dengan
gigi lawan. Pembuatan bevel tidak dilakukan pada cups facial gigi P1
dan M1 maksila karena estetik merupakan pertimbangan utama ppada
daerah tersebut. Retraction cord di aplikasikan pada gingiva sebelum
dilakukan pembuatan bevel dan flare. Pembuatan bevel dan flare pada
dinding gingival. Preparasi onlay yang baik harus memiliki bentuk boxs
proksimal untuk retensi dan dinding pulpa dan gingival yang rata untuk
resistensi terhadap gaya pelepasan.
5. Preparasi akhir
Bersihkan kavitas yang sudah dipreparasi dengan semprotan
udara / air atau dengan cotton roll dan memeriksanya untuk mengetahu
adanya debris dan mengoreksi semua sudut cavosurface dan margin,
hilangkan karies yang tersisa dan / atau bahan restoratif lama.
9
Gambar Preparasi onlay selesai menunjukkan sudut oklusal membulat, sudut yang
tepat, dinding tapper dan halus.
10
Setelah akses dipereloh, kavitas bisa dileharkan sampei dicapai
pertautan email-dentin yang sehat.
4. Keywy
Keyway dapat mempengaruhi setensi onlay dan ketahanan
terrhadap kemungkinan bergesemya restorasi. Keyway dibuat dengan
kemiringan minimal sekitar 6-10"terhadap sumbu gigi dengan
mengunakan bur fissure kuncup dan dijaga sumbu bur sejajar dengan
sumbu gigi. Setelah membuat keyway, kavitas dikeringkan untuk
memeriksa ada tidaknya sisa karies dan bahwa kavitas sedikit
membuka dengan sumbu yang benar.
5. Pembuatan boks aproksirnal
Di bagian ini kasivitas didalamkan memakai bur bulat
kecepatan rendah dan dengan cara yang sama dengan preparasi untuk
amalgan dengan jalan membuang dentin karies pada pertautan email-
dentin. Ketika dentin karies pada pertautan email-dentin telah dibuang,
dinding email dapat dipecahkan dengan pahat dan tepi kavitasnya
dihaluskan dengan pahat pemotong tepi gingiva. Preparasi dibuat
miring 10 terhadap sumbu gigi dengan bur fisur tunsten carbide
kecepatan tinggi.
6. Pembuatan karies dalam
Karies mungkin tertinggal di dinding aksial dan paling baik
dibuang dengan bur ukuran medium (ISO 012) dalam kecepatan
rendah. Jika dentin karies telah dibuang, periksa kembali untuk
memastikan tidak adanya undercut. Jika masih ada undercut, maka
undercut tersebut ditutup dengan semen pelapik pada tahap preparasi
berikutnya sehingga preparasi mempunyai kemiringan yang
dikehendaki.
11
7. Pembuatan bevel
Garis sudut aksio-pulpa hendaknya dibevel, baik dengan
memakai bur pengakhir kecepatan rendah maupun dengan bur
pengakhir kecepatan tinggi yang sesuai. Bevel hendaknya diletakkan
di tepi email, agar tepi tipis hasil tuangan dapat dipaskan seandainya
kerapatan hasil tuangan dengan gigi tidak baik. Hendaknya bevel tidak
diluaskan lebih ke dalam karena akan mengurangi retensi dari suatu
restorasi. Bur lain yang dapat digunakan adalah bur fisur kuncup untuk
preparasi kavitas. Tepi luar bevel harus halus dan kontinyu untuk
mempermudah penyelesaian restorasi dan supaya tepi tumpatannya
beradaptasi dengan baik dengan gigi. Bevel biasanya tidak dibuat di
dinding aproksimal karena akan menciptakan undercut, mengingat
sebagian besar tepi kavitas terletak di bawah bagian gigi yang paling
cembung. Akan tetapi dinding gingiva dapat dan harus dibevel. Bur
yang paling cocok adalah bur Baker Curson halus dan kuncup dalam
kecepatan tinggi. Bevel gingiva sangat penting karena akan
mneingkatkan kecekatan tuangan yang biasanya merupakan hal yang
paling kritis. ( Baum, Lloyd dkk. 1997 : 374)
2.5. Pembuatan Model Kerja (Die) dan Pola Malam
2.5.1. Pembuatan Model Kerja (Die)
Cast and Die systems
1. Working cast with removanle die
I. Straight dowel pin
Menggunakan 2 teknik
1. Pre pour teknik
Pin diposisikan pada cetakan tepat di daerah
gigi yang di preparasi, pin dilekatkan dengan
menggunakan sticky wax
12
Setelah posisi pin tepat, cetakan diisi dengan
die stone sampai permukaan gigi saja, sehingga
setengah dari pin tertanam dalam gips
Beri separating medium pada permukaan pin
dan gips
Isi kembali model dengan die stone sampai
seluruh permukaan cetakan
2. Post pour teknik
Isi cetakan dengan die stone sampai ½ darihasil
cetakan yang ada (sampai permukaan gigi dari
cetakan)
Setelah mengeras lubangi stone
Tempatkan pin pada stone tersebut dengan
menggunakan lem
Olesi stone dengan separating medium
Isi kembali dengan die stone
II. Curved dowel pin
III. Di-lok tray
Bentuk model seperti huruf U
Isi Di-lok tray dengan gips stone. Tempatkan model
diatas gips stone pada Di-lok tray
Keuntungan:
- Mudah digunakan
Kerugian:
- Memerlukan peralatan yang khusus (Di-look
tray )
13
IV. Pindex system
Sistem pindex merupakan pemasangan pin pada
model dengan menggunakan mesin pindex
Teknik:
- Tentukan daerah yang akan di pindex tepat
diatas bur mesin pindex dengan tanda mesin
merah pada pindex
- Tekan model pada mesin pindex untuk
melubangi model
- Latakkan pin pada model dengan
menggunakan lem
- Tanam model ke dalam base former untuk
pembuatan basis
- Setelah basis mengeras gergaji model pada
daerah gigi yang dipreparasi
- Buat tanda pada tepi akhiran servikal dengan
pensil
- Dengan menggunakan bur bulat trimming die
tepat dibawah akhiran servikal preparasi
membentuk suatu lekukan dengan kedalaman 1
mm
2. Working cast with separate die
2.5.2. Pembuatan Pola Malam
Pada Pola Malam dibuat secara: - Direct : pembuatan restorasi
rigid secara langsung dalam satu kali kunjungan. - Indirect :
pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium dan berkali-
kali kunjungan.
14
Cara pembuatan pola lilin (wax pattern)
1. Secara langsung
Dibuat dalam mulut,inlay dan mahkota sebagian gigi anterior
2. Tidak langsung
Dibuat diluar mulut
3. Secara langsung-tidak langsung (direct-indirect)
Langakah pembuatan:
- Panaskan lilin jangan sampai mencair, tekankan pada
model yang telah dipreparasi pada die yang telah dioleskan
separator
- Bias juga dengan mencelupkan die ke lilin yang telah
mencair
- Cara pembentukan lilin lapis demi lapis
- Nile direct dilakukan secara langsung dalam mulut
- Dilakukan pembentukan dan pengukiran pola lilin
2.6. Restorasi Onlay Perselen
KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 25 tahun datang ke Bagian Konservasi,
RSGMP FKG Unhas Makassar dengan keluhan gigi belakang atas berlubang
karena tambalan lepas sekitar 2 minggu lalu, gigi ditambal sekitar 3 bulan lalu.
Setahun yang lalu gigi pernah sakit. Pasien ingin giginnya ditambal kembali.
Pada pemeriksaan klinis didapatkan gigi molar pertama kanan rahang atas
(16) terdapat lubang yang besar dan mahkota distopalatal sudah tidak ada,
orifisum saluran akar palatal sudah terbuka (gambar 1). Tes vitalitas perkusi
dan palpasi negatif. Pada pemeriksaan radiografi tampak saluran akar
distopalatal sudah perforasi. Diagnosis gigi 16 nekrosis, rencana perawatan
pada kasus ini adalah perawatan saluran akar dengan restorasi pasca perawatan
yaitu onlay porselen.
15
PENATALAKSANAAN
Dilakukan pemeriksaan klinis, foto intra oral dan radiografi gigi 16,
menentukan diagnosis, rencana perawatan, dan persetujuan informed consent.
Kemudian dilakukan perawatan endodontik multivisit pada gigi 16.
16
Gambar 2 Foto klinis setelah kavitas dilapis dengan glass ionomer cement
17
Gambar 5 Pengecekan dengan malam biru
18
Gambar 8 Pengecekan oklusi setelah pemasangan mahkota sementara
19
Gambar 10. Insersi sementara mahkota onlay all porcelain
Gambar 11 Pengecekan oklusi pada insersi sementara mahkota onlay all porcelain
Gambar 12 Self adhesive resin cement yang digunakan untuk insersi onlay
20
Gambar 13 Insersi permanen mahkota onlay all porcelain
Gambar 14 Tampilan mahkota onlay all porcelain pada saat oklusi setelah insersi
permanen
21
dibandingkan dengan ketiga lainnya, translusensi baik, dan dapat menjaga
keakuratan bentuk dalam proses pembakaran berulang. Tipe ini digunakan
sebagai elemen gigi tiruan. Medium dan low fusing memiliki homogenitas
bubuk yang baik, menguntungkan selama proses pembakaran. Tipe ini
digunakan untuk restorasi all porcelain dan metal porselen. Ultra low dan low
fusing digunakan sebagai restorasi mahkota dan jembatan. Berdasarkan
aplikasi, porselen dibedakan menjadi porselen untuk mahkota dan jembatan,
all porcelain sebagai restorasi inlay, onlay, mahkota, veneer, dan porselen
untuk gigitiruan.
Nilai estetika dental porselen sangat tinggi, sehingga menjadi pilihan
bahan restorasi untuk gigi anterior. Porselen bersifat rapuh dengan tingkat
kekerasan yang sangat tinggi, melebihi enamel, sehingga dapat mengikis gigi
antagonisnya, dan memiliki tensile strength rendah. Material ini resisten
terhadap korosi dan abrasi. Terdapat dua pilihan dalam penggunaan bahan
porselen, yaitu seluruhnya porselen (all porcelain), atau metal porselen. All
porcelain digunakan untuk kavitas gigi yang dalam, sehingga restorasi
porselen memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan tekanan kunyah.
Salah satu bahan inti dari all porcelain yang sedang berkembang saat ini
adalah Zirconia. Zirconia merupakan bahan dengan sifat biokompatibel yang
baik dan adhesi bakteri pada bahan minimal. Sifatnya rapuh namun memiliki
daya transformation toughening, yang menyebabkan Zirconia memiliki
ketahanan terhadap fraktur yang lebih baik sebagai bahan all porcelain
dibandingkan dengan porselen lainnya. Bahan ini menjadi salah satu pilihan
pada restorasi mahkota all porcelain.
All porcelain digunakan untuk kavitas gigi yang dalam sehingga
restorasi porselen memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan tekanan
kunyah. Bahan baru untuk porselen adalah porselen felspathic seperti In-
Ceram, Cerec, IPS Empress, atau fabricated dari sistem keramik lain
diantaranya alumina, zirconia, atau silika. Bahan yang lebih baru adalah
22
lithium disilicate yang memiliki kekuatan lebih baik, ketahanan terhadap
fraktur yang lebih baik, dan tingkat translusensi yang lebih tinggi. Bahan-
bahan ini dapat menahan tekanan yang besar sebagai restorasi pada gigi
posterior yang telah dirawat endodontik. Bentuk restorasi dengan bahan
porselen dapat berupa inlay, onlay, dan mahkota prostetik. Indikasi pemilihan
bahan porselen disesuaikan dengan kebutuhan gigi dan keinginan pasien. Gigi
posterior secara umum tidak membutuhkan restorasi dengan nilai estetika
yang tinggi, namun jika pasien mengiginkan restorasi yang estetis maka bahan
ini menjadi pilihan.
2.7. Restorasi Onlay Bahan Komposit
KASUS
Seorang laki laki berumur 23 tahun dirujuk ke klinik spesialis
Konservasi Gigi RSGM FKG Unpad, karena gigi belakang rahang bawah
kanan telah dirawat endodontik. Selanjutnya pasien menginginkan gigi
tersebut ditambal sesuai warna gigi alaminya.
Gambar 1 Foto klinis pasca endodontik Gambar 2 Foto ronsen pasca endodontik
23
pasca perawatan saluran akar. Rencana perawatan gigi 47 adalah pembuatan
onlay komposit indirek.
PENATALAKSANAAN KASUS
Kunjungan pertama
24
dibuat di model, selanjutnya polimerisasi dilanjutkan dengan menggunakan
sterilisator kering selama 10 menit dengan suhu 120 0C, terakhir dilakukan
penghalusan restorasi dengan bur fine finishing bur dan alat poles.
Kunjungan kedua
Kunjungan ke dua dilakukan pembuangan tambalan sementara dan
kavitas dibersihkan, dilakukan uji coba onlay (Gambar 4) dengan melakukan
pengecekan tepi restorasi pada permukaan gigi, hubungan proksimal dengan
gigi sebelahnya, penyesuaian oklusi dengan menggunakan kertas artikulasi.
Setelah pasien merasa nyaman dan tidak ada kontak prematur, dipersiapkan
penyemenan. Daerah kerja diisolasi dengan cotton roll, diaplikasi etsa 37%
(Gambar 5), kemudian dibersihkan dan dikeringkan, selanjutnya aplikasi
bonding pada kavitas dan disinar selama 20 detik dan pada onlay diaplikasi
etsa. Selanjutnya, dilakukan penyemenan (Gambar 6) dengan dual cure resin
cement pada onlay dan gigi. Kemudian onlay dimasukkan ke dalam kavitas
dengan tekanan ringan sampai bahan semen keluar dan onlay berkontak
dengan baik pada kavitas, dilakukan penyinaran selama 5 detik, kemudian
sisa semen dibersihkan dan penyinaran dilanjutkan kembali selama 20 detik
untuk pengerasan yang sempurna. Pasien diinstruksikan kembali satu minggu
kemudian untuk kontrol restorasi.
Kunjungan ketiga
Pada kunjungan ke tiga dilakukan kontrol restorasi onlay (Gambar 7),
pasien tidak merasa ada keluhan, dilakukan pemeriksaan intra oral jaringan
sekitarnya terlihat normal, pemeriksaan perkusi, tekan dan kegoyangan
negatif. Gigi dapat berfungsi dengan baik.
25
Gambar 4 Uji coba onlay komposit Gambar 5 Aplikasi etsa
26
Indikasi onlay komposit indirek adalah pada kavitas yang luas, estetik
lebih baik, karena warna dapat disesuaikan dengan gigi alami, sesuai dengan
keinginan pasien. Sedangkan kontra indikasinya adalah pasien tidak boleh
memiliki kebisaan parafungsi, ketidakmampuan menciptakan lingkungan
yang kering, kesukaran mencapai daerah subgingiva yang dalam.
Preparasi (Gambar 8) dilakukan dengan pengambilan kedalaman
kavitas sedalam 1,5-2 mm untuk memberi kekuatan pada restorasi onlay di
bagian oklusal, internal line angle dibulatkan, tepi kavitas dibevel untuk
mengurangi stres saat polimerisasi, kemungkinan terjadinya fraktur pada
restorasi. serta pembuatan dinding kavitas yang tegak dan sedikit membuka
ke arah oklusal 5-100 untuk memudahkan arah pemasangan restorasi pada
saat penyemenan. Restorasi menggunakan komposit secara indirek juga
sangat dipengaruhi semen luting yang merupakan perantara antara restorasi
dengan permukaan gigi.
Restorasi onlay komposit pada kasus ini dilakukan secara selapis
demi selapis dan dilakukan polimerisasi sekunder dengan menggunakan
sterilisasi kering dengan suhu 1200C selama 10 menit untuk penyempurnaan
proses polimerisasi yang akan meningkatkan sifat fisik, antara lain
kekerasan, wear resistance, dan mengurangi shrinkage, dan menghasilkan
stabilitas warna yang baik.
27
Pada kasus ini digunakan semen berbahan dasar resin karena
kemampuannya berikatan dengan struktur gigi maupun restorasi, memiliki
ketahanan terhadap abrasi, memiliki solubilitas yang rendah dan sifat
mekanis yang lebih baik. Semen resin self adhesive dual cure merupakan
bahan yang direkomendasikan untuk penyemenan restorasi onlay indirek.
Pengetsaan awal dan diaplikasi bonding dilakukan pada kavitas kemudian
dilakukan penyinaran. Aplikasi semen dilakukan pada permukaan dalam
onlay dan pada kavitas.
28
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Mahkota onlay all porcelain sangat baik digunakan sebagai restorasi
akhir pasca perawatan endodontik pada gigi posterior yang kehilangan 1 atau
2 cusp mahkota karena besarnya ruang pulpa yang terbuka setelah dilakukan
preparasi saluran akar dan tekanan kunyah pada gigi posterior yang cukup
besar.
3.2. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.
29
DAFTAR PUSTAKA
Messer HH, Wilson PR. Preparation for restoration and temporization. In:
Walton RE, Torabinejad M. Prinsiples an practice of endodontics. 3rd Edd.
Philadelphia: WB Saunders; 2006. p.268-94.
http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?
option=com_journal_review&id=5055&task=view
http://id.scribd.com/doc/305007373/Restorasi-Rigid-Onlay-dan-Inlay
https://dokumen.tips/amp/documents/model-kerja-dan-pembuatan-die.html
https://id.scribd.com/doc/237843892/Pembuatan-Pola-Malam
http://www.pdgimakassar.org/jurnal/index.php/MDJ/article/view/182
http://repository.unair.ac.id/40439/
https://id.scribd.com/document/358303862/Peparasi-ONLAY
https://id.scribd.com/document/174911696/160110070077-3-2149
https://id.scribd.com/document/319969366/Bpsl-Konsevasi-Gigi
https://id.scribd.com/doc/138223202/Restorasi-Rigid
https://menurutparaahli.com/tag/definisi-onlay/
https://s-prtw-gigi.blogspot.com/2008/08/onlay-uplay.html
https://www.scribd.com/document/342429024/Indikasi-Dan-Kontraindikasi-
Onlay-Tahap-Pekerjaan
https://dewipangestuti.blogspot.com/2016/05/onlay-terjemahan-dari-textbook-
of.html
https://dspace.hangtuah.ac.id/xmlui/bitstream/handle/dx/448/MAJALAH
%20DENTA%20NO%2010%20VOL%202%20FANI.pdf?
sequence=3&isAllowed=y
30