cenderung fraktur bila tidak dilindungi atau bila retensi sulit dibuat. Berikut ini merupakan macam klas pada inlay (JD Eccles, RM Green, 1994) a. Inlay klas I Merupakan klas sederhana, yang jarang digunakan b. Inlay klas II Misalnya digunakan pada gigi yang daerah mesio oklusal distal terkena, sehingga perlu adanya perlindungan dengan cara menghilangkan tonjolan-tonjolan lemah untuk kemudian dipreparasi dengan menggunakan veneer. c. Inlay klas III dan IV Misalnya digunakan pada jembatan atau attachnment untuk jembatan semi cekat. d. Inlay klas V Misalnya untuk retensi pada geligi tiruan sebagian, atau dapat digunakan pasak untuk perawatan kavitas ruang dangkal akibat abrasi atau erosi.
2. Onlay Onlay adalah restorasi pada gigi yag morfologi oklusalnya mengalami perubahan karena restorasi sebeltorasi inumnya, karies, atau penggunaan fisik. Restorasi ini meliputi seluruh daerah oklusal yang meliputi cusp-cusp gigi (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997)
3. Mahkota / crown Restorasi gigi yang menutupi atau mengelilingi seluruh permukan gigi yang telah dipreparasi. Restorasi ini dibuat untuk gigi yang mengalami kerusakan sehingga tidak bisa ditambal lagi tetapigigi tersebut mash vital. Restorasi ini biasanya digunakan pada gigi premolar dan molar rahang bawah karena karies yang luas atau tambalan yang rusak (Baum, Phillips Leund, edisi III, 1997)
4. Mahkota pigura Mahkota tuang dimana bagian labial atau bukal diberi facing yang sama dengan warna gigi. Facing tersebut lebih mirip dengan veneers (JD Eccels, RM Green, 1994)
3. Menghaluskan model malam yang telah terbentuk dengan alcohol torch. 4. Mengkilapkan model malam yang telah terbentuk dengan menggunakan air sabun. 5. Mempersiapkan penanaman yang meliputi crucible former, sprue, ventilasi dan juga memasang non-asbestos liner pada bumbung tuang. 6. Melekatkn sprue pada daerah tertebal model malam dengan sudut tumpul. 7. Memasang model malam beserta sprue ke crucible former dan menyesuaikan dengan ketinggian pada bumbung tuang. 8. Mengolesi model malam beserta sprue dengan menggunakan wetting agent. 9. Menunggu hingga wetting agent mengering. 10. Menanam model malam. 11. Melepas crucible former dari bumbung tuang. Kemudian lakukan buang malam diatas api selama 1 jam atau hingga bahan tanam tidak tampak lagi kebiruan berate sisa malam telah habis. Kemudian lakukan casting logam dengan menggunakan blowtorch dan centrifugal. 12. Menunggu hingga bumbung tuang agak dingin. 13. Membobgkar bumbung tuang dan mengeluarkan hasil tuangan kasar. 14. Fitting dengan cara mencoret-coret die dengan pensil, sehingga bagian yang belum fit dapat diketahui dengan mudah. 15. Finishing , menggunakan stone merah dan hijau. 16. Polishing, menggunakan rubber merah dan hijau. Lakukan polishing tersebut sampai model malam mengkilat.
3. Mempersiapkan penanaman yang meliputi crucible former, sprue, ventilasi dan juga memasang non-asbestos liner pada bumbung tung. Tujuan pembuatan sprue adalah sebagai jalannya logam yang mencair menuju mould. Diameter sprue haru disesuaikan dengan model malam yang tertebal. Jika diameter sprue terlalu kecil, maka akan terjadi pemadatan sprue sebelum tuangan memadat dan menjadi porositas penyusutan setempat. Panjang sprue haru cukup panjang agar posisi model malam tepat pada bumbung tuang kira-kira 6 milimeter dari tepi ujung bumbung tuang (Kenneth J. Anusavice, edisi 10, 2004). Sprue dan crucible harus rata permukaannya, agar aliran logam dapat berjalan lancer. Selain itu pemasangan non asbestos liner juga berpengaruh untuk member ruang saat bahan tanam mengalami ekspansi. Pemasangan ventilasi dibutuhkan sebagai jalan keluarnya udara. 4.