Anda di halaman 1dari 12

1

HUBUNGAN KERJA SHIFT TERHADAP KELELAHAN PERAWAT


DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. SAYIDIMAN MAGETAN
TAHUN 2012

Inta Hestya, Trimawan Heru Wijono, Santi Setiorini
Jurusan Kesehatan Lingkungan Kampus Magetan

ABSTRAK
Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam
dimana perawat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah
sakit. Pekerjaan seorang perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan tidak terlepas dari pengaturan jam kerja /shift kerja. Dalam
jangka waktu yang lama kerja shift dapat mengakibatkan gangguan
pencernaan, gangguan tidur dan kelelahan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional. Sampel diambil dengan cara purporsive
sampling. Jumlah sampel pada perawat yang bekerja shift adalah 35
perawat yang terdiri dari 8 shift pagi, 13 shift siang dan 7 shift malam serta
perawat yang tidak menjalankan shift sebesar 7 perawat (sebagai
kelompok pembanding) .
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kerja shift terhadap
kelelahan perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan. Pengaruhnya
kecil tetapi terdapat perbedaan dimana perawat yang bekerja shift
mempunyai peluang lelah 1,125 kali daripada perawat yang tidak bekerja
shift. Kerja shift belum tentu merupakan faktor penyebab terjadinya
kelelahan tetapi kemungkinan ada faktor risiko lain yang menyebabkan
kelelahan yaitu iklim kerja, masa kerja, status perkawinan dan beban kerja
fisik pada kegiatan pemenuhan kebersihan dan kebutuhan kebersihan dan
kenyamanan fisik pasien serta beban mental pada shift pagi sehingga
perawat yang bekerja pada shift pagi lebih lelah daripada shift malam dan
shift sore. Oleh karena itu sebaiknya diperhatikan pembagian beban kerja
antara perawat yang bekerja shift pagi dan yang tidak bekerja shift agar
kelelahan pada pekerja shift dapat berkurang.
Kata Kunci : Shift, Kelelahan, Perawat IRNA

PENDAHULUAN
Dalam Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
dalam pasal 86 dinyatakan bahwa tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai nilai agama. Dan salah satu upaya keselamatan
kesehatan kerja (K3) adalah memelihara faktor faktor lingkungan kerja
2

agar senantiasa dalam batas-batas yang aman dan sehat sehingga tidak
terjadi penyakit atau kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja dapat
menikmati derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pekerja kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis
maupun jumlahnya. Dalam melaksanakan tugasnya, pekerja rumah sakit
banyak terpapar dengan berbagai faktor yang dapat menimbulkan dampak
negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. Mereka selalu
berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, dimana bila tidak
diantisipasi dengan baik dan benar dapat mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerjanya (Depkes ,2003).
Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam
dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah
sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang
berjumlah sekitar 60 % dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit.
Perawat merupakan salah satu pekerja kesehatan yang selalu ada di
setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
rumah sakit.
Pekerjaan seorang perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan tidak terlepas dari pengaturan jam kerja di suatu rumah sakit
yang lebih dikenal dengan istilah shift kerja. Shift kerja dapat berperan
penting terhadap permasalahan pada manusia yang dapat meluas
menjadi ganguan tidur (60 80%), gangguan kesehatan fisik dan psikologi
serta gangguan sosial maupun kehidupan keluarga. United Electrical (UE)
News Health and Safety (1998) melaporkan bahwa dalam jangka waktu
yang lama kerja shift dapat mengakibatkan gangguan pencernaan,
gangguan tidur dan kelelahan.
Kelelahan kerja merupakan komponen kelelahan fisiologis dan
psikologis. Kerja fisik terus menerus dan memerlukan konsentrasi dapat
diukur dengan perubahan fisiologis dalam tubuh yaitu penurunan waktu
reaksi dan perubahan psikologis yaitu adanya perasaan lelah, khususnya
bagi tenaga kerja Indonesia (Setyawati, 1985). Kelelahan dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain rotasi shift kerja, faktor
3

individu (kesehatan/ penyakit, jenis kelamin, umur, pendidikan, beban
kerja, masa kerja dan status gizi) dan faktor lingkungan fisik (kebisingan,
penerangan, suhu dan tekanan panas, vibrasi dan ventilasi).
Kelelahan kerja di Rumah Sakit antara lain kelelahan yang disebabkan
faktor fisik seperti suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia,
kebisingan dan circardian rhythms (terutama pada perawat shift malam)
sedangkan kelelahan non fisik disebabkan oleh faktor psikososial baik
ditempat kerja maupun dirumah atau masyarakat sekeliling.
RSUD dr. Sayidiman Magetan merupakan sarana pelayanan yang
bekerja selama 24 jam dengan jumlah perawat pada IRNA I V yaitu 69
perawat. Dengan adanya pelayanan 24 jam tersebut kegiatan diatur
dengan sistem shift. Jam kerja untuk shift pagi yaitu pukul 07.00 14.00
WIB ( 7 jam), shift siang pada pukul 14.00 20.00 ( 6 jam) dan shift
malam pada pukul 20.00 07.00 WIB ( 11 jam). Sistem shift yang
digunakan terdiri dari 4 kelompok shift dimana setiap kelompok diatur 3
hari bekerja shift pagi dilanjutkan 3 hari bekerja shift malam, istirahat 2 hari
selanjutnya bekerja shift sore 3 hari dan istirahat 1 hari.
Meskipun telah diatur dengan shift ternyata menurut survey awal
muncul keluhan kelelahan pada perawat seperti adanya gejala sakit
setelah shift malam, penurunan konsentrasi, pusing, sering menguap,
mengantuk dan lelah seluruh badan. Shift adalah solusi untuk pekerjaan
yang terus menerus, sudah ada libur yang cukup tetapi masih ada keluhan
kelelahan. Dari latar belakang dirumuskan tujuan yaitu untuk mengetahui
apakah ada pengaruh kerja shift terhadap kelelahan perawat dan untuk
mengetahui kelompok shift yang paling banyak mengalami kelelahan.

METODE PENELITAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan Cross
Sectional
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang rawat inap
4

RSUD dr. Sayidiman Magetan yaitu di IRNA I 15 orang, IRNA II 11 orang,
IRNA III 17 orang, IRNA IV 16 orang dan IRNA V 9 orang. Total populasi
yaitu 69 orang.Sampel diambil dengan cara purporsive sampling. Jumlah
sampel pada perawat yang bekerja shift adalah 35 perawat yang terdiri
dari 8 shift pagi, 13 shift siang dan 7 shift malam serta perawat yang tidak
menjalankan shift sebesar 7 perawat (sebagai kelompok pembanding) .
Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan pengukuran.
Observasi digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja dan
kegiatan yang dilakukan perawat selama bekerja. Wawancara dengan
kuesioner berdasarkan hasil observasi dilakukan untuk memperoleh
gambaran responden, kegiatan yang dinilai menimbulkan lelah dan upaya
mengurangi kelelahan. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah pengukuran kelelahan dengan mengukur kecepatan waktu reaksi
rancang cahaya menggunakan Reaction Timer L77 Lakassidaya dan iklim
kerja dengan Slink Psikrometer.
Teknik Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat
dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan
distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas, variabel
terikat sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh dan besar peluangnya menggunakan RP (Rasio
Prevalensi) dan tingkat kemaknaan menggunakan Confidence Interval
(CI).
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Responden paling banyak adalah kelompok umur 22 28 tahun
(54,29%), berjenis kelamin perempuan sebesar 62,86%,masa kerja > 1
tahun sebesar 80% dan sudah menikah 57,14%.





5

Tabel 1
Distribusi Kelelahan Perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan
No Tingkat Kelelahan Jumlah Persentase (%)
1 Lelah 11 31,43
2 Tidak lelah 24 68,57
Jumlah 35 100%
Tabel 2
Distribusi Kelelahan Responden Berdasarkan Shift Pada Perawat
IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan
No Pembagian Kerja Jumlah Persentase (%)
1 Non Shift 2 18,18
2 Shift Pagi 4 36,36
3 Shift Sore 2 18,18
4 Shift Malam 3 27,28
Jumlah 11 100%
Tabel 3
Lima Kegiatan yang Menimbulkan Keluhan Lelah pada Perawat IRNA
RSUD dr. Sayidiman Magetan
No Kegiatan
Bekerja
Shift
Tidak Bekerja
Shift
1 Pemenuhan kebutuhan
kebersihan dan kenyamanan
fisik pasien
15 3
2 Kebutuhan eliminasi pasien 10 2
3 Menjaga keselamatan pasien
yang gelisah ditempat tidur
9 2
4 Pemenuhan kebutuhan
pengobatan dan membantu
proses penyembuhan
8 2
5 Penjagaan keselamatan
pasien yang dibawa dengan
brancard
7 2
Tabel 4
Hubungan Shift Kerja Terhadap Kelelahan Perawat IRNA
RSUD dr. Sayidiman Magetan
Kerja Shift
Kelelahan
Jumlah
Mengalami
Tidak
Mengalami
Bekerja Shift
9
(25,71%)
19
(54,29%)
28
(80%)
Tidak Shift
2
(5,71%)
5
(14,29%)
7
(20%)
Jumlah
11
(31,42%)
24
(68,58%)
35
(100%)
Berdasarkan hasil perhitungan RP (Rasio Prevalensi) diketahui
6

RP = 1,125 berarti bahwa kelelahan terhadap perawat IRNA RSUD dr.
Sayidiman Magetan yang bekerja shift mempunyai peluang lelah 1,125
kali dari mereka yang tidak bekerja shift. Dari hasil perhitungan CI
diperoleh hasil yaitu RP = 1,125 terletak diantara Confidence Interval yaitu
0,248 dan 9,516. Hal ini berarti kerja shift belum tentu merupakan faktor
penyebab terjadinya kelelahan tetapi kemungkinan ada faktor-faktor risiko
lain yang menyebabkan terjadinya kelelahan.
PEMBAHASAN
Kerja Shift dan Pengaruhnya Terhadap Kelelahan
Melihat hasil pengumpulan data shift kerja dan kelelahan yang
ditampilkan pada tabel 4 ternyata kerja shift pada perawat IRNA RSUD dr.
Sayidiman Magetan berpengaruh terhadap kelelahan tetapi pengaruhnya
sangat kecil. Meskipun pengaruhnya kecil tetapi terdapat perbedaan.
Berdasarkan hasil analisa ternyata perawat yang bekerja shift lebih lelah
dengan peluang kelelahan 1,125 kali daripada perawat yang tidak bekerja
shift. Dari hasil perhitungan CI (tingkat kemaknaan) diperoleh hasil yaitu
RP = 1,125 terletak diantara Confidence Interval yaitu 0,248 dan 9,516
sehingga kerja shift belum tentu merupakan faktor penyebab terjadinya
kelelahan sehingga kemungkinan ada faktor risiko lain yang dapat
menyebabkan kelelahan. Faktor risiko yang mempunyai kemungkinan
mempunyai pengaruh terhadap kelelahan yaitu:
1. Umur
Responden yang paling banyak mengalami kelelahan adalah
kelompok umur 22 28 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
ada yaitu umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin tua
umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh
yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh
dan kapasitas kerja seseorang. (Sumamur,2009).
Tim perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan yang bekerja pagi
terbagi menjadi kelompok yang mengikuti rotasi shift dan kelompok
yang tidak mengikuti rotasi shift. Kegiatan keperawatan yang bersifat
fisik dan berhubungan langsung dengan pasien pada waktu pagi
7

kebanyakan dilakukan oleh perawat yang bekerja shift dan termasuk
kelompok umur 22 28 tahun. Sedangkan kelompok yang tidak
mengikuti rotasi shift rata rata mengerjakan kegiatan yang jarang
kontak langsung dengan pasien. Dengan banyaknya kegiatan yang
dilakukan, kelelahan dapat timbul pada kelompok umur 22 28
meskipun secara teoritis kelelahan lebih mudah dialami oleh umur yang
lebih tua.
2. Jenis Kelamin
Kelelahan terbanyak dialami oleh laki laki. Pada shift pagi dan
shift malam kelelahan yang dialami oleh responden laki laki lebih
tinggi dibanding shift sore. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada
yaitu ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif kurang
dibanding pria, secara biologis wanita mengalami siklus haid,
kehamilan dan menopause, dan secara sosial, kultural, yaitu akibat
kedudukan sebagai ibu dalam rumah tangga dan tradisi sebagai
pencerminan kebudayaan (Sumamur PK, 2009)
Perawat laki laki di IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan lebih
cenderung melakukan kontak langsung dengan pasien karena rata
rata tidak menyukai kegiatan dalam ruangan kerja seperti kegiatan
yang berhubungan dengan tulis menulis. Mereka lebih cenderung
melakukan tindakan keperawatan yang membutuhkan banyak tenaga
seperti memindahkan pasien, dll. Kegiatan yang berhubungan dengan
dokumentasi kegiatan keperawatan lebih sering dilakukan oleh perawat
perempuan.
3. Masa Kerja
Perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan paling banyak
mengalami kelelahan adalah perawat dengan masa kerja > 1 tahun.
Selain melakukan kegiatan keperawatan, perawat yang mempunyai
masa kerja > 1tahun juga harus membimbing perawat yang masa
kerjanya masih kurang dari 1 tahun. Masa kerja dapat mempengaruhi
pekerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif
bila semakin lama seseorang bekerja maka akan berpengalaman
8

dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan
pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan
kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja
maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh
lingkungan kerja tersebut.
4. Status Perkawinan
Perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan yang mengalami
kelelahan paling banyak sudah berstatus menikah. Pekerja yang sudah
berkeluarga dituntut untuk memenuhi tanggung jawab tidak hanya
dalam hal pekerjaan melainkan juga dalam hak urusan rumah
tangganya untuk itu dengan bertambahnya tanggung jawab maka
bertambah pula risiko mengalami kelelahan kerja.
5. Iklim Kerja
Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 1204/MENKES/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit suhu dan
kelembaban yang memenuhi syarat untuk ruang perawatan yaitu 22
24
o
C dan 45-60% RH. Pada shift pagi semua ruangan suhu dan
kelembabannya melebihi NAB. Pada shift sore ruangan yang suhunya
memenuhi syarat adalah IRNA III dengan suhu berkisar 23 24
o
C
tetapi untuk kelembaban semua ruangan melebihi NAB. Pada shift
malam ruangan yang suhunya memenuhi syarat yaitu IRNA I dan IRNA
IV tetapi untuk kelembaban semua ruangan melebihi NAB.
Terdapat 11 orang dari 35 responden yang mengalami kelelahan.
Kemungkinan orang tersebut kurang mampu beraklimatisasi dengan
suhu dan kelelembaban yang tinggi sehingga merasa lelah.
Suhu panas dapat berakibat menurunkan prestasi kerja, berfikir,
mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi, suhu yang
terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya
koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu terlalu tinggi akan
menyebabkan kelelahan dengan akibat menurunnya efisiensi kerja,
denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas organ-organ
pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan produksi keringat
9

meningkat. Untuk itu tiap individu perlu aklimatisasi terhadap iklim
(cuaca) sehingga menjadi terbiasa terhadap iklim (cuaca) tersebut dan
kondisi fisik, faal dan psikis tidak mengalami efek buruk.
6. Beban Kerja/ Kegiatan yang Menimbulkan Kelelahan
Kegiatan yang menyebabkan kelelahan pada perawat IRNA RSUD
dr. Sayidiman Magetan yaitu kegiatan pemenuhan kebutuhan
kebersihan dan kenyamanan fisik pasien (personal hygiene) sebanyak
18 orang, pada perawat yang bekerja shift jumlah keluhan karena
kegiatan pemenuhan kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
pasien sebesar 15 orang sedangkan pada perawat yang tidak bekerja
shift sebanyak 3 orang.
Menurut Potter dan Perry (2005) pemeliharaan personal
hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat
menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan
mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta
kebersihan dan kerapihan pakaiannya. Karena begitu kompleksnya
kegiatan kebersihan yang harus dilakukan banyak perawat kegiatan ini
dinilai menimbulkan keluhan rasa lelah..
7. Upaya Mengurangi Kelelahan
Responden yang paling banyak mengalami kelelahan sudah
melakukan upaya mengurangi kelelahan dengan tidur siang. Kegiatan
rekreasi juga sering dilakukan. Pengaturan jadwal shift juga sudah
diatur tetapi pemberian waktu istirahat setelah shift malam masih
kurang karena untuk menyesuaikan diri lagi dengan irama circadian
yang normal dibutuhkan waktu istirahat yang sama dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menyesuaikan dengan waktu kerja malam.
Shift yang Paling Lelah
Shift pagi lebih lelah daripada shift malam. Hal ini tidak sesuai dengan
teori karena meskipun pada shift pagi jam kerja lebih pendek tetapi jumlah
kegiatan pada waktu shift pagi lebih banyak daripada shift malam. Secara
10

teoritis keadaan pada waktu bekerja pagi hari kondisi badan jauh lebih
bugar pada waktu bekerja malam. Pekerja pagi tidak perlu menyesuaikan
diri dengan jam biologis manusia karena kondisi tubuh manusia paling
baik untuk bekerja pagi. Sedangkan pada malam hari tubuh harus
menyesuaikan diri dengan perubahan circadian rhythm.
Dari hasil wawancara ternyata hampir semua responden mengeluh
paling lelah pada saat mereka selesai melakukan dinas 3/ 4 hari shift
malam dan pada saat shift pagi. Pada saat bekerja shift malam mereka
merasa kurang beristirahat dengan baik dan merasa cukup kesulitan
untuk tidur setelah pulang bekerja karena adanya tuntutan meluangkan
waktu untuk kehidupan keluarga dan sosial. Tetapi mereka yang bekerja
shift malam juga mempunyai waktu tidur malam yang termasuk cukup
dilihat hasil observasi bahwa pada saat malam mereka juga mencuri
waktu untuk tidur saat bekerja dan baru membereskan ruangan dan
kegiatan lain saat akan menjelang jam 4 pagi. Saat shift pagi juga dinilai
paling lelah karena banyaknya kegiatan keperawatan yang harus
dilakukan pada saat pagi ditambah lagi jumlah pasien keluar masuk yang
cukup banyak pada waktu pagi yang tidak diimbangi jumlah perawat
dalam satu kelompok shift kemudian adanya pengawasan dari atasan
yang membuat mereka merasa mengalami beban mental serta jumlah jam
istirahat yang sedikit.
PENUTUP
Ada pengaruh kerja shift terhadap kelelahan perawat IRNA
RSUD dr. Sayidiman Magetan. Pengaruhnya kecil tetapi terdapat
perbedaan dimana perawat yang bekerja shift mempunyai peluang lelah
1,125 kali daripada perawat yang tidak bekerja shift. Kerja shift belum
tentu merupakan faktor penyebab terjadinya kelelahan tetapi
kemungkinan ada faktor risiko lain yang menyebabkan kelelahan yaitu
iklim kerja, masa kerja, status perkawinan dan beban kerja fisik pada
kegiatan pemenuhan kebersihan dan kebutuhan kebersihan dan
kenyamanan fisik pasien serta beban mental pada shift pagi sehingga
11

perawat yang bekerja pada shift pagi lebih lelah daripada shift malam dan
shift sore.
Sebaiknya diperhatikan pembagian beban kerja antara perawat yang
bekerja shift pagi dan yang tidak bekerja shift agar kelelahan pada pekerja
shift dapat berkurang. Untuk jangka panjang sebaiknya dipertimbangkan
kembali pembagian waktu kerja pada tiap shift. Pada saat ini pembagian
waktu kerjanya adalah shift pagi bekerja selama 7 jam, shift sore bekerja
selama 6 jam dan shift malam bekerja selama 11 jam, menjadi shift pagi 7
jam, shift sore 8 jam dan shift malam 9 jam dengan pertimbangan
banyaknya beban kerja pada shift pagi dan menghindari adanya
gangguan irama circadian pada shift malam serta kipas angin yang sudah
ada dan jendela dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menjaga
kenyamanan ruangan.
RUJUKAN
Budiono, S., Jusuf, Pusparini, A, 2003. Bunga Rampai HIPERKES &
Kesehatan Kerja (cetakan ke-1). Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang
ILO. (2003). Encyclopedia of Occupational Health and Safety, Geneva.
(http://www.ilo.org/safework_bookshelf/)
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
Lemeshow, Stanley, 1997, Besar Sampel dalam Penelitian
Kesehatan.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Lientje Setyawati Maurits, Imam Djati Widodo, 2008. Faktor Penjadwalan
Shift Kerja., Teknoin.Volume 13, Nomor 2,Desember. Halaman 18
22. (Online),(http://journal.uii.ac.id/index.php/jurnal-
teknoin/article/viewFile/792/710)
Merulalia,2010. Shift Kerja Rotasi Serta Hubungannya dengan
Kepribadian
dan Circadian.(http://merulalia.wordpress.com/2010/07/02/hubung
an-shift-kerja-dengan-kepribadian-dan-circadian/)
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta,
Rineka Cipta
12

Nurmianto, Eko, 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Candi
Mas Metropole, Jakarta, Guna Widya.
Simanjuntak, Krismes, 2010. Analisa Pengaruh Faktor Shift Kerja dan
Temperatur Terhadap Jumlah Kesalahan yang Terjadi Pada
Pengangkatan Lori Dengan Hoisting Crane di Pabrik Kelapa Sawit
PTPN III Kebun Rambutan Tebing tinggi. Tugas Sarjana. Program
Pendidikan Sarjana Ekstensi Departemen Teknik Industri USU.
Medan.
Sudjoko,Kuswadji,1997.Pengaturan Tidur Pekerja Shift
(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12PengaturanTidurPekerjaSh
ift116.pdf/12PengaturanTidurPekerjaShift116.html)
Sumamur, P.K.,1986. Ergonomi Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja.
Jakata, CV Haji Mas Agung.
____________ 1987. Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi .
Dharma Bakti Printing, Jakarta, BP Dharma Bakti, BP Muara Agung.
____________ 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.
Jakarta, Sagung Seto.
Sutjipto, Tito, 2000. Pengaruh Lingkungan Fisik di Tempat Kerja di Rumah
Sakit dan Institusi Kesehatan Lain. Pelatihan Singkat K3 di Rumah
Sakit dan Institusi Lain. Yogyakarta: 25 -27 April
Tarwaka,2012.Pengujian Kelelahan Umum
(http://safelindo.blogspot.com/2009/02/kuesioner-pengujian-
kelelahan-umum.html)
Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk
Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta, Uniba
Press
Wignjosoebroto, Sritomo, 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Prima
Printing, Surabaya, Guna Widya.
Wijaya, Lientje S.M., Endang, Suparniati, 2006. Hubungan Antara Shift
Kerja dengan Ganguan Tidur dan Kelelahan Kerja Perawat
Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta.
Sains Kesehatan. Volume 19, Nomor 2. April. Halaman 235
245.(Onlie), (http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=39)

Anda mungkin juga menyukai