ABSTRAK Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana perawat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Pekerjaan seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak terlepas dari pengaturan jam kerja /shift kerja. Dalam jangka waktu yang lama kerja shift dapat mengakibatkan gangguan pencernaan, gangguan tidur dan kelelahan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel diambil dengan cara purporsive sampling. Jumlah sampel pada perawat yang bekerja shift adalah 35 perawat yang terdiri dari 8 shift pagi, 13 shift siang dan 7 shift malam serta perawat yang tidak menjalankan shift sebesar 7 perawat (sebagai kelompok pembanding) . Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kerja shift terhadap kelelahan perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan. Pengaruhnya kecil tetapi terdapat perbedaan dimana perawat yang bekerja shift mempunyai peluang lelah 1,125 kali daripada perawat yang tidak bekerja shift. Kerja shift belum tentu merupakan faktor penyebab terjadinya kelelahan tetapi kemungkinan ada faktor risiko lain yang menyebabkan kelelahan yaitu iklim kerja, masa kerja, status perkawinan dan beban kerja fisik pada kegiatan pemenuhan kebersihan dan kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik pasien serta beban mental pada shift pagi sehingga perawat yang bekerja pada shift pagi lebih lelah daripada shift malam dan shift sore. Oleh karena itu sebaiknya diperhatikan pembagian beban kerja antara perawat yang bekerja shift pagi dan yang tidak bekerja shift agar kelelahan pada pekerja shift dapat berkurang. Kata Kunci : Shift, Kelelahan, Perawat IRNA
PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dalam pasal 86 dinyatakan bahwa tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai nilai agama. Dan salah satu upaya keselamatan kesehatan kerja (K3) adalah memelihara faktor faktor lingkungan kerja 2
agar senantiasa dalam batas-batas yang aman dan sehat sehingga tidak terjadi penyakit atau kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja dapat menikmati derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pekerja kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Dalam melaksanakan tugasnya, pekerja rumah sakit banyak terpapar dengan berbagai faktor yang dapat menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. Mereka selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, dimana bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerjanya (Depkes ,2003). Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar 60 % dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Perawat merupakan salah satu pekerja kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Pekerjaan seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak terlepas dari pengaturan jam kerja di suatu rumah sakit yang lebih dikenal dengan istilah shift kerja. Shift kerja dapat berperan penting terhadap permasalahan pada manusia yang dapat meluas menjadi ganguan tidur (60 80%), gangguan kesehatan fisik dan psikologi serta gangguan sosial maupun kehidupan keluarga. United Electrical (UE) News Health and Safety (1998) melaporkan bahwa dalam jangka waktu yang lama kerja shift dapat mengakibatkan gangguan pencernaan, gangguan tidur dan kelelahan. Kelelahan kerja merupakan komponen kelelahan fisiologis dan psikologis. Kerja fisik terus menerus dan memerlukan konsentrasi dapat diukur dengan perubahan fisiologis dalam tubuh yaitu penurunan waktu reaksi dan perubahan psikologis yaitu adanya perasaan lelah, khususnya bagi tenaga kerja Indonesia (Setyawati, 1985). Kelelahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain rotasi shift kerja, faktor 3
individu (kesehatan/ penyakit, jenis kelamin, umur, pendidikan, beban kerja, masa kerja dan status gizi) dan faktor lingkungan fisik (kebisingan, penerangan, suhu dan tekanan panas, vibrasi dan ventilasi). Kelelahan kerja di Rumah Sakit antara lain kelelahan yang disebabkan faktor fisik seperti suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, kebisingan dan circardian rhythms (terutama pada perawat shift malam) sedangkan kelelahan non fisik disebabkan oleh faktor psikososial baik ditempat kerja maupun dirumah atau masyarakat sekeliling. RSUD dr. Sayidiman Magetan merupakan sarana pelayanan yang bekerja selama 24 jam dengan jumlah perawat pada IRNA I V yaitu 69 perawat. Dengan adanya pelayanan 24 jam tersebut kegiatan diatur dengan sistem shift. Jam kerja untuk shift pagi yaitu pukul 07.00 14.00 WIB ( 7 jam), shift siang pada pukul 14.00 20.00 ( 6 jam) dan shift malam pada pukul 20.00 07.00 WIB ( 11 jam). Sistem shift yang digunakan terdiri dari 4 kelompok shift dimana setiap kelompok diatur 3 hari bekerja shift pagi dilanjutkan 3 hari bekerja shift malam, istirahat 2 hari selanjutnya bekerja shift sore 3 hari dan istirahat 1 hari. Meskipun telah diatur dengan shift ternyata menurut survey awal muncul keluhan kelelahan pada perawat seperti adanya gejala sakit setelah shift malam, penurunan konsentrasi, pusing, sering menguap, mengantuk dan lelah seluruh badan. Shift adalah solusi untuk pekerjaan yang terus menerus, sudah ada libur yang cukup tetapi masih ada keluhan kelelahan. Dari latar belakang dirumuskan tujuan yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh kerja shift terhadap kelelahan perawat dan untuk mengetahui kelompok shift yang paling banyak mengalami kelelahan.
METODE PENELITAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang rawat inap 4
RSUD dr. Sayidiman Magetan yaitu di IRNA I 15 orang, IRNA II 11 orang, IRNA III 17 orang, IRNA IV 16 orang dan IRNA V 9 orang. Total populasi yaitu 69 orang.Sampel diambil dengan cara purporsive sampling. Jumlah sampel pada perawat yang bekerja shift adalah 35 perawat yang terdiri dari 8 shift pagi, 13 shift siang dan 7 shift malam serta perawat yang tidak menjalankan shift sebesar 7 perawat (sebagai kelompok pembanding) . Teknik Pengumpulan Data Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan pengukuran. Observasi digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja dan kegiatan yang dilakukan perawat selama bekerja. Wawancara dengan kuesioner berdasarkan hasil observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran responden, kegiatan yang dinilai menimbulkan lelah dan upaya mengurangi kelelahan. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengukuran kelelahan dengan mengukur kecepatan waktu reaksi rancang cahaya menggunakan Reaction Timer L77 Lakassidaya dan iklim kerja dengan Slink Psikrometer. Teknik Analisis Data Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas, variabel terikat sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dan besar peluangnya menggunakan RP (Rasio Prevalensi) dan tingkat kemaknaan menggunakan Confidence Interval (CI). HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Responden paling banyak adalah kelompok umur 22 28 tahun (54,29%), berjenis kelamin perempuan sebesar 62,86%,masa kerja > 1 tahun sebesar 80% dan sudah menikah 57,14%.
5
Tabel 1 Distribusi Kelelahan Perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan No Tingkat Kelelahan Jumlah Persentase (%) 1 Lelah 11 31,43 2 Tidak lelah 24 68,57 Jumlah 35 100% Tabel 2 Distribusi Kelelahan Responden Berdasarkan Shift Pada Perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan No Pembagian Kerja Jumlah Persentase (%) 1 Non Shift 2 18,18 2 Shift Pagi 4 36,36 3 Shift Sore 2 18,18 4 Shift Malam 3 27,28 Jumlah 11 100% Tabel 3 Lima Kegiatan yang Menimbulkan Keluhan Lelah pada Perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan No Kegiatan Bekerja Shift Tidak Bekerja Shift 1 Pemenuhan kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik pasien 15 3 2 Kebutuhan eliminasi pasien 10 2 3 Menjaga keselamatan pasien yang gelisah ditempat tidur 9 2 4 Pemenuhan kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan 8 2 5 Penjagaan keselamatan pasien yang dibawa dengan brancard 7 2 Tabel 4 Hubungan Shift Kerja Terhadap Kelelahan Perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan Kerja Shift Kelelahan Jumlah Mengalami Tidak Mengalami Bekerja Shift 9 (25,71%) 19 (54,29%) 28 (80%) Tidak Shift 2 (5,71%) 5 (14,29%) 7 (20%) Jumlah 11 (31,42%) 24 (68,58%) 35 (100%) Berdasarkan hasil perhitungan RP (Rasio Prevalensi) diketahui 6
RP = 1,125 berarti bahwa kelelahan terhadap perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan yang bekerja shift mempunyai peluang lelah 1,125 kali dari mereka yang tidak bekerja shift. Dari hasil perhitungan CI diperoleh hasil yaitu RP = 1,125 terletak diantara Confidence Interval yaitu 0,248 dan 9,516. Hal ini berarti kerja shift belum tentu merupakan faktor penyebab terjadinya kelelahan tetapi kemungkinan ada faktor-faktor risiko lain yang menyebabkan terjadinya kelelahan. PEMBAHASAN Kerja Shift dan Pengaruhnya Terhadap Kelelahan Melihat hasil pengumpulan data shift kerja dan kelelahan yang ditampilkan pada tabel 4 ternyata kerja shift pada perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan berpengaruh terhadap kelelahan tetapi pengaruhnya sangat kecil. Meskipun pengaruhnya kecil tetapi terdapat perbedaan. Berdasarkan hasil analisa ternyata perawat yang bekerja shift lebih lelah dengan peluang kelelahan 1,125 kali daripada perawat yang tidak bekerja shift. Dari hasil perhitungan CI (tingkat kemaknaan) diperoleh hasil yaitu RP = 1,125 terletak diantara Confidence Interval yaitu 0,248 dan 9,516 sehingga kerja shift belum tentu merupakan faktor penyebab terjadinya kelelahan sehingga kemungkinan ada faktor risiko lain yang dapat menyebabkan kelelahan. Faktor risiko yang mempunyai kemungkinan mempunyai pengaruh terhadap kelelahan yaitu: 1. Umur Responden yang paling banyak mengalami kelelahan adalah kelompok umur 22 28 tahun. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang. (Sumamur,2009). Tim perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan yang bekerja pagi terbagi menjadi kelompok yang mengikuti rotasi shift dan kelompok yang tidak mengikuti rotasi shift. Kegiatan keperawatan yang bersifat fisik dan berhubungan langsung dengan pasien pada waktu pagi 7
kebanyakan dilakukan oleh perawat yang bekerja shift dan termasuk kelompok umur 22 28 tahun. Sedangkan kelompok yang tidak mengikuti rotasi shift rata rata mengerjakan kegiatan yang jarang kontak langsung dengan pasien. Dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan, kelelahan dapat timbul pada kelompok umur 22 28 meskipun secara teoritis kelelahan lebih mudah dialami oleh umur yang lebih tua. 2. Jenis Kelamin Kelelahan terbanyak dialami oleh laki laki. Pada shift pagi dan shift malam kelelahan yang dialami oleh responden laki laki lebih tinggi dibanding shift sore. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif kurang dibanding pria, secara biologis wanita mengalami siklus haid, kehamilan dan menopause, dan secara sosial, kultural, yaitu akibat kedudukan sebagai ibu dalam rumah tangga dan tradisi sebagai pencerminan kebudayaan (Sumamur PK, 2009) Perawat laki laki di IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan lebih cenderung melakukan kontak langsung dengan pasien karena rata rata tidak menyukai kegiatan dalam ruangan kerja seperti kegiatan yang berhubungan dengan tulis menulis. Mereka lebih cenderung melakukan tindakan keperawatan yang membutuhkan banyak tenaga seperti memindahkan pasien, dll. Kegiatan yang berhubungan dengan dokumentasi kegiatan keperawatan lebih sering dilakukan oleh perawat perempuan. 3. Masa Kerja Perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan paling banyak mengalami kelelahan adalah perawat dengan masa kerja > 1 tahun. Selain melakukan kegiatan keperawatan, perawat yang mempunyai masa kerja > 1tahun juga harus membimbing perawat yang masa kerjanya masih kurang dari 1 tahun. Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan berpengalaman 8
dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. 4. Status Perkawinan Perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan yang mengalami kelelahan paling banyak sudah berstatus menikah. Pekerja yang sudah berkeluarga dituntut untuk memenuhi tanggung jawab tidak hanya dalam hal pekerjaan melainkan juga dalam hak urusan rumah tangganya untuk itu dengan bertambahnya tanggung jawab maka bertambah pula risiko mengalami kelelahan kerja. 5. Iklim Kerja Menurut KEPMENKES RI NOMOR: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit suhu dan kelembaban yang memenuhi syarat untuk ruang perawatan yaitu 22 24 o C dan 45-60% RH. Pada shift pagi semua ruangan suhu dan kelembabannya melebihi NAB. Pada shift sore ruangan yang suhunya memenuhi syarat adalah IRNA III dengan suhu berkisar 23 24 o C tetapi untuk kelembaban semua ruangan melebihi NAB. Pada shift malam ruangan yang suhunya memenuhi syarat yaitu IRNA I dan IRNA IV tetapi untuk kelembaban semua ruangan melebihi NAB. Terdapat 11 orang dari 35 responden yang mengalami kelelahan. Kemungkinan orang tersebut kurang mampu beraklimatisasi dengan suhu dan kelelembaban yang tinggi sehingga merasa lelah. Suhu panas dapat berakibat menurunkan prestasi kerja, berfikir, mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi, suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan dengan akibat menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan produksi keringat 9
meningkat. Untuk itu tiap individu perlu aklimatisasi terhadap iklim (cuaca) sehingga menjadi terbiasa terhadap iklim (cuaca) tersebut dan kondisi fisik, faal dan psikis tidak mengalami efek buruk. 6. Beban Kerja/ Kegiatan yang Menimbulkan Kelelahan Kegiatan yang menyebabkan kelelahan pada perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan yaitu kegiatan pemenuhan kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik pasien (personal hygiene) sebanyak 18 orang, pada perawat yang bekerja shift jumlah keluhan karena kegiatan pemenuhan kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik pasien sebesar 15 orang sedangkan pada perawat yang tidak bekerja shift sebanyak 3 orang. Menurut Potter dan Perry (2005) pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya. Karena begitu kompleksnya kegiatan kebersihan yang harus dilakukan banyak perawat kegiatan ini dinilai menimbulkan keluhan rasa lelah.. 7. Upaya Mengurangi Kelelahan Responden yang paling banyak mengalami kelelahan sudah melakukan upaya mengurangi kelelahan dengan tidur siang. Kegiatan rekreasi juga sering dilakukan. Pengaturan jadwal shift juga sudah diatur tetapi pemberian waktu istirahat setelah shift malam masih kurang karena untuk menyesuaikan diri lagi dengan irama circadian yang normal dibutuhkan waktu istirahat yang sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyesuaikan dengan waktu kerja malam. Shift yang Paling Lelah Shift pagi lebih lelah daripada shift malam. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena meskipun pada shift pagi jam kerja lebih pendek tetapi jumlah kegiatan pada waktu shift pagi lebih banyak daripada shift malam. Secara 10
teoritis keadaan pada waktu bekerja pagi hari kondisi badan jauh lebih bugar pada waktu bekerja malam. Pekerja pagi tidak perlu menyesuaikan diri dengan jam biologis manusia karena kondisi tubuh manusia paling baik untuk bekerja pagi. Sedangkan pada malam hari tubuh harus menyesuaikan diri dengan perubahan circadian rhythm. Dari hasil wawancara ternyata hampir semua responden mengeluh paling lelah pada saat mereka selesai melakukan dinas 3/ 4 hari shift malam dan pada saat shift pagi. Pada saat bekerja shift malam mereka merasa kurang beristirahat dengan baik dan merasa cukup kesulitan untuk tidur setelah pulang bekerja karena adanya tuntutan meluangkan waktu untuk kehidupan keluarga dan sosial. Tetapi mereka yang bekerja shift malam juga mempunyai waktu tidur malam yang termasuk cukup dilihat hasil observasi bahwa pada saat malam mereka juga mencuri waktu untuk tidur saat bekerja dan baru membereskan ruangan dan kegiatan lain saat akan menjelang jam 4 pagi. Saat shift pagi juga dinilai paling lelah karena banyaknya kegiatan keperawatan yang harus dilakukan pada saat pagi ditambah lagi jumlah pasien keluar masuk yang cukup banyak pada waktu pagi yang tidak diimbangi jumlah perawat dalam satu kelompok shift kemudian adanya pengawasan dari atasan yang membuat mereka merasa mengalami beban mental serta jumlah jam istirahat yang sedikit. PENUTUP Ada pengaruh kerja shift terhadap kelelahan perawat IRNA RSUD dr. Sayidiman Magetan. Pengaruhnya kecil tetapi terdapat perbedaan dimana perawat yang bekerja shift mempunyai peluang lelah 1,125 kali daripada perawat yang tidak bekerja shift. Kerja shift belum tentu merupakan faktor penyebab terjadinya kelelahan tetapi kemungkinan ada faktor risiko lain yang menyebabkan kelelahan yaitu iklim kerja, masa kerja, status perkawinan dan beban kerja fisik pada kegiatan pemenuhan kebersihan dan kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik pasien serta beban mental pada shift pagi sehingga 11
perawat yang bekerja pada shift pagi lebih lelah daripada shift malam dan shift sore. Sebaiknya diperhatikan pembagian beban kerja antara perawat yang bekerja shift pagi dan yang tidak bekerja shift agar kelelahan pada pekerja shift dapat berkurang. Untuk jangka panjang sebaiknya dipertimbangkan kembali pembagian waktu kerja pada tiap shift. Pada saat ini pembagian waktu kerjanya adalah shift pagi bekerja selama 7 jam, shift sore bekerja selama 6 jam dan shift malam bekerja selama 11 jam, menjadi shift pagi 7 jam, shift sore 8 jam dan shift malam 9 jam dengan pertimbangan banyaknya beban kerja pada shift pagi dan menghindari adanya gangguan irama circadian pada shift malam serta kipas angin yang sudah ada dan jendela dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menjaga kenyamanan ruangan. RUJUKAN Budiono, S., Jusuf, Pusparini, A, 2003. Bunga Rampai HIPERKES & Kesehatan Kerja (cetakan ke-1). Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang ILO. (2003). Encyclopedia of Occupational Health and Safety, Geneva. (http://www.ilo.org/safework_bookshelf/) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Lemeshow, Stanley, 1997, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lientje Setyawati Maurits, Imam Djati Widodo, 2008. Faktor Penjadwalan Shift Kerja., Teknoin.Volume 13, Nomor 2,Desember. Halaman 18 22. (Online),(http://journal.uii.ac.id/index.php/jurnal- teknoin/article/viewFile/792/710) Merulalia,2010. Shift Kerja Rotasi Serta Hubungannya dengan Kepribadian dan Circadian.(http://merulalia.wordpress.com/2010/07/02/hubung an-shift-kerja-dengan-kepribadian-dan-circadian/) Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta 12
Nurmianto, Eko, 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Candi Mas Metropole, Jakarta, Guna Widya. Simanjuntak, Krismes, 2010. Analisa Pengaruh Faktor Shift Kerja dan Temperatur Terhadap Jumlah Kesalahan yang Terjadi Pada Pengangkatan Lori Dengan Hoisting Crane di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing tinggi. Tugas Sarjana. Program Pendidikan Sarjana Ekstensi Departemen Teknik Industri USU. Medan. Sudjoko,Kuswadji,1997.Pengaturan Tidur Pekerja Shift (http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12PengaturanTidurPekerjaSh ift116.pdf/12PengaturanTidurPekerjaShift116.html) Sumamur, P.K.,1986. Ergonomi Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakata, CV Haji Mas Agung. ____________ 1987. Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi . Dharma Bakti Printing, Jakarta, BP Dharma Bakti, BP Muara Agung. ____________ 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta, Sagung Seto. Sutjipto, Tito, 2000. Pengaruh Lingkungan Fisik di Tempat Kerja di Rumah Sakit dan Institusi Kesehatan Lain. Pelatihan Singkat K3 di Rumah Sakit dan Institusi Lain. Yogyakarta: 25 -27 April Tarwaka,2012.Pengujian Kelelahan Umum (http://safelindo.blogspot.com/2009/02/kuesioner-pengujian- kelelahan-umum.html) Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta, Uniba Press Wignjosoebroto, Sritomo, 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Prima Printing, Surabaya, Guna Widya. Wijaya, Lientje S.M., Endang, Suparniati, 2006. Hubungan Antara Shift Kerja dengan Ganguan Tidur dan Kelelahan Kerja Perawat Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta. Sains Kesehatan. Volume 19, Nomor 2. April. Halaman 235 245.(Onlie), (http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=39)