Anda di halaman 1dari 10

TUGAS HIPERKES

SHIFT KERJA DAN KELELAHAN





Oleh :
1. Sonny Hendra Setiawan 021210113003
2. Mauqieta Nafani 021210113011
3. Ganggas Andika Perkasa 021210113019
4. Linda Zuli Izzatin 021210113042
5. Dwi Rusydiana 021210113048

TEKNIK KESEHATAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan dalam pasal 86 dinyatakan bahwa tenaga kerja
berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia serta nilai nilai agama. Dan salah
satu upaya keselamatan kesehatan kerja (K3) adalah memelihara
faktor faktor lingkungan kerja agar senantiasa dalam batas-batas
yang aman dan sehat sehingga tidak terjadi penyakit atau
kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja dapat menikmati derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Tekniker Gigi di Dental Lab sangat bervariasi baik dari segi
jenis maupun jumlahnya. Dalam melaksanakan tugasnya, banyak
terpapar dengan berbagai faktor yang dapat menimbulkan dampak
negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. Mereka
selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, dimana bila
tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerjanya (Depkes ,2003).

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen
yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-
syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan.
K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan
risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak
boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost)
perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi
jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada
masa yang akan datang.
K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan
penyakit akibat kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar),
getaran, kelembaban udara, dan lain-lain yang dapat menyebabkan
kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan, kerusakan
paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar
ultraviolet, kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja
berkaitan dengan manajemen perusahaan. K3 dalam konteks ini
berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja dan salah satunya
shift kerja yang akan kami bahas dalam makalah ini. Hal-hal
tersebut mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa
kelelahan dalam bekerja yang selanjutnya akan menimbulkan
kecelakaan kerja.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Shift Kerja ?
2. Apakah pengertian Kelelahan dalam bekerja ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kelelahan dalam
bekerja?
4. Bagaimana hubungan antara shift kerja dan kelelahan kerja ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Shift kerja.
2. Untuk mengetahui pengertian dari kelelahan dalam bekerja.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kelelahan dalam bekerja.
4. Untuk mengetahui hubungan shift kerja dan kelelahan kerja.

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian dari Shift Kerja
2. Dapat mengetahui pengertian dari kelelahan dalam bekerja.
3. Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kelelahan dalam bekerja.
4. Dapat mengetahui hubungan shift kerja dan kelelahan kerja.













BAB II
PEMBAHASAN
Shift kerja adalah pembagian waktu kerja berdasarkan waktu tertentu.
Sistem shift merupakan suatu sistem pengaturan kerja yang memberi peluang
untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang tersedia untuk mengoperasikan
pekerjaan (Muchinsky,1997). Sistem shift digunakan sebagai suatu cara yang
paling mungkin untuk memenuhi tuntutan akan kecendrungan semakin
meningkatnya permintaan barang-barang produksi. Sistem ini dipandang akan
mampu meningkatkan produktifitas suatu perusahaan yang menggunakannya.
Menurut Landy (dalam Muchinsky, 1997), jadwal kerja shift adalah
adanya pengalihan tugas atau pekerjaan dari satu kelompok karyawan pada
kelompok karyawan yang lain. Sedangkan Riggio (1990) mendefinisikan shift
kerja sebagai suatu jadwal kerja dimana setiap pekerja secara bergantian datang
ke tempat kerja agar kegiatan operasional tetap berjalan.
Gordon dan Henifin (dalam Muchinsky, 1997), mengatakan bahwa shift
kerja adalah jadwal kerja yang menggunakan jam kerja yang tidak seperti
biasanya, akan tetapi jam kerja tetap dimulai dari pukul 07.00 09.00 pagi.
Sedangkan White dan Keith (dalam Riggio, 1990), mendefinisikan shift kerja
sebagai jadwal kerja diluar periode antara jam 08.00 16.00. Pigors dan Myers
(dalam Aamodt,1991), mengatakan shift kerja adalah suatu alternatif untuk
memperpanjang jam kerja bagi kehadiran karyawan bila itu dibutuhkan untuk
meningkatkan hasil produksi.
Pelaksanaan dari shift itu sendiri adalah dengan cara bergantian, yakni
pekerja pada periode tertentu bergantian dengan pekerja pada periode
berikutnya untuk melakukan pekerjaan yang sama. Pekerja yang bekerja pada
waktu normal digunakan istilah diurnal, yaitu individu atau pekerja yang selalu
aktif pada waktu siang hari atau setiap hari. Sedangkan karyawan yang bekerja
pada waktu malam hari digunakan istilah nocturnal, yaitu individu atau
karyawan yang bekerja atau aktif pada malam hari dan istirahat pada siang hari
(Riggio, 1990).
Kelelahan dalam bekerja merupakan komponen kelelahan fisiologis dan
psikologis. Kerja terus menerus dan memerlukan konsentrasi dapat diukur
dengan perubahan fisiologis dalam tubuh yaitu penurunan waktu reaksi dan
perubahan psikologis yaitu adanya perasaan lelah, khususnya bagi tenaga kerja
Indonesia (Setyawati, 1985). Kelelahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain rotasi shift kerja, faktor individu (kesehatan/ penyakit, jenis kelamin,
umur, pendidikan, beban kerja, masa kerja dan status gizi) dan faktor
lingkungan fisik (kebisingan, penerangan, suhu dan tekanan panas, vibrasi dan
ventilasi).
Pembagian shift kerja juga berpengaruh terhadap kelelehan pekeja, yang
apabila tidak segera ditindaklanjuti akan dapat menyebabkan kecelakaan kerja,
misalnya saja dapat membahayakan kesehtan pekerja. Selain itu ada beberapa
faktor yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan para pekerja/tekniker gigi di
Dental Lab. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor biologis (kuman),
faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terusmenerus seperti
antiseptik pada kulit (zat kimia yang bisa mengiritasi kulit yang sensitif), faktor
ergonomi (cara duduk salah), faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus
(panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.), faktor psikologis (ketegangan di
ruang kerja).Berikut adalah aspek aspek yang dipengaruhi adanya shift kerja
1. Aspek Fisiologis
Masalah utama dari sisi faal tubuh terhadap penggunaan shift kerja adalah
circardian rhythm individu yang sulit diubah. Circadian rhythm, yaitu
proses-proses yang saling berhubungan yang dialami tubuh untuk
menyesuaikan dengan perubahan waktu selama 24 jam (Tayyari dan Smith,
1997). Circadian rhythms berhubungan dengan suhu tubuh, tingkat
metabolisme, detak jantung, tekanan darah, dan komposisi kimia tertentu
pada tubuh. Circadian rhythms dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
terang, gelap, dan suhu lingkungan.
2. Aspek Psikologis
Stress akibat shift kerja akan menyebabkan kelelahan (fatique) yang dapat
menyebabkan gangguan psikis pada pekerja, seperti ketidakpuasan. Tingkat
kecelakaan dapat meningkat dengan meningkatnya stress, fatique, dan
ketidakpuasan akibat shift kerja ini.
3. Aspek Kinerja
Dari beberapa penelitian baik di Amerika maupun Eropa, shift kerja memiliki
pengaruh pada kinerja pekerja (Tayyari &Smith, 1997). Kinerja pekerja,
termasuk tingkat kesalahan, ketelitian dan tingkat kecelakaan, lebih baik pada
waktu siang hari dari pada malam hari, sehingga dalam menentukan shift
kerja harus diperhatikan kombinasi dari tipe pekerjaan, sistem shift dan tipe
pekerja.
4. Domestik dan sosial
Shift kerja akan berpengaruh negatif terhadap hubungan keluarga seperti
tingkat berkumpulnya anggota keluarga dan sering berakibat pada konflik
keluarga. Secara sosial, shift kerja juga akan mempengaruhi sosialisasi
pekerja karena interaksinya terhadap lingkungan menjadi terganggu. Karena
aktivitas keluarga dan sosial biasanya dilakukan pada sore hari atau pada
malam hari, pekerja yang bekerja shift malam biasanya akan kehilangan
waktu-waktu ini.


















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembagian shift kerja berpengaruh terhadap kelelahan pekerja, terutama
pekerja yang mendapatkan shift malam. Pekerja shift malam rata-rata
mempunyai durasi tidur lebih pendek yang selanjutnya akan berpengaruh
terhadap keselamatan kerja. Selain itu pekerja yang mendapatkan shift
malam akan kehilangan aktivitas bersama keluarga dan sosial yang
biasanya dilakukan pada sore hari atau pada malam hari. Kelelahan dalam
bekerja juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

3.2 Saran
Untuk pekerja yang mendapatkan shift malam durasi waktu kerjanya
lebih pendek daripada shift pagi dan siang karena dapat menimbulkan
kecelakaan kerja.






DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-
kerja-k3.html
http://ppnisardjito.blogspot.com/2012/06/kesehatan-dan-keselamatan-
kerja-bagi.html
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-NonDegree-22832-
BAB%20II_fero.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32889/3/Chapter%20II.p
df
http://www.slideshare.net/faridafsihotang/kesehatan-dan-keselamatan-
kerja-dilaboratorium-kesehatan

Anda mungkin juga menyukai