Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Gigi Tiruan Lepasan Sebagian”.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik
dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan pembuatan makalah ke depannya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................................................................. 2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Skenario........................................................................................................................ 3
1.2 Learning Objective.........................................................................................................3
2.1.1 Definisi...........................................................................................................6
2.1.2 Klasifikasi.......................................................................................................6
2.2.1 Definisi.........................................................................................................11
2.2.2 Tujuan...........................................................................................................11
2.2.3 Indikasi.........................................................................................................11
2.2.4 Komponen....................................................................................................11
2.2.5 Alat...............................................................................................................16
2.2.6 Anamnesis....................................................................................................18
2.2.8 Surveying......................................................................................................41
2.2.9 Design...........................................................................................................42
Daftar Pustaka........................................................................................................52
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Skenario
Ibu Sri (40 tahun) datang ke RSGM Unsyiah ingin dibuatkan gigi tiruan.
Ibu Sri
Mengeluh banyak giginya yang sudah ompong. Selain itu, terdapat gigi yang
berlubang besar, tajam dan terkadang bengkak serta sakit. Ibu Sri sangat tidak
nyaman saat mengunyah makanan dan juga kurang percaya diri saat berbicara
karena gigi depannya yang ompong. Ibu Sri berprofesi sebagai penjahit di sebuah
butik ternama.
Pada pemeriksaa ekstra oral diketahui profil muka Ibu Sri :cembung,
sedangkan bentuk muka : oval. Pada pemeriksaan intra oral diketahui OH buruk,
terdapat kehilangan gigi pada rahang atas : 16, 17, 18, 22, 23, 24, 25, 26 dan
kehilangan gigi pada rahang bawah : 37, 38. Terdapat sisa akar pada gigi 35, 36,
47, 48. Pada gigi 46 terdapat karies dentin di oklusal dan ekstrusi 1mm dari bidang
oklusi. Pada pengukuran awal hubungan rahang diperkirakan terdapat penuruan
dimensi vertikal oklusal (DVO).
3
3.2 Pemeriksaan Ekstra Oral
3.3 Pemeriksaan Intra Oral
3.4 Pemeriksaan Penunjang
3.5 Penentuan Alat dan Bahan
- Manipulasi Bahan
- Teknik Mencetak
- Anatomi sendok cetak yang tepat
- Posisi operator dan pasien
3.6 Surveying
3.7 Diagnosis, Prognosis, dan Alternatif Perawatan
3.8 Pertimbangan Pemilihan Design
3.9 Pemilihan Bahan Gigi Tiruan
3.10 Preparasi Mulut
3.11 Try In
3.12 Edukasi Pasien
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5
2. Kelas II (Unilateral Free End) adalah daerah yang tidak bergigi itu unilateral
terletak pada bagian gigi posterior. Kemudian gigi yang asli tersisa itu terletak
pada bagian anterior dan posterior.
3. Kelas III (Bounded Saddle) adalah daerah yang tidak bergigi itu paradental.
Kemudian gigi yang tersisa itu gigi anterior ataupun posterior.
4. Kelas IV (Single), gigi asli yang tersisa adalah posterior. Area yang edentulous
hanya gigi bagian anterior.
6
Aturan 2 adalah jika molar ketiga tidak ada dan tidak digantikan, gigi molar
ketiga tidak akan dipertimbangkan dalam klasifikasi.
Aturan 3 adalah jika molar ketiga ada dan digunakan sebagai gigi penyangga dan
molar ketiga dapat dipertimbangkan dalam klasifikasi.
Aturan 4 adalah molar kedua tidak dipertimbangkan dalam klasifikasi jika tidak
ada dan tidak akan digantikan.
7
Aturan 5 adalah penentuan klasifikasi selalu dari daerah edentulous paling
posterior
8
Aturan 8 adalah tidak ada modifikasi pada kelas IV Kennedy.
9
2.2 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
2.2.1 Definisi
GTSL adalah protesa yang dirancang dapat dilepas pasang oleh
penggunanya (pasien) yang menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang
dan jaringan pendukung gigi yang berdekatan.
2.2.2 Tujuan
Tujuan utama dari Gigi Tiruan Sebagian Lepasan adalah
• Untuk mempertahankan atau meningkatkan fonetik
• Meningkatkan efisiensi fungsi mastikasi
• Menstabilkan hubungann antara gigi geligi
• Untuk memperbaiki estetika
2.2.3 Indikasi
Mayor Konektor
Komponen yang menghubungkan satu sisi rahang dengan
sisi yang lainnya. Mayor Konektor harus:
-Rigid
-Melindungi jaringan lunak
-Bisa etensi indirek yang diindikasikan
-Bisa diletakkan elemen gigi tiruan
-kenyamanan pasien
10
Jenis mayor Konektor terbagi menjadi 2:
Mandibula dan maksila
Palatar Bar :
-Setengah oval dan tipis
-Terbatas penggunaan klas iii
-Tidak boleh diletakkan dianterior karena tidak nyaman
Palatal Strab :
-Band Lebar
-Dimensi anterroposterior tidak lebih dari 8mm
-Tipis sehingga mudah diterima pasien
-Bisa menyebabkan papilar hiperplasia jika tidak dijaga.
Anteroposterior palatal bar :
-Mengurangi penutupan jaringan lunak
-Digunakan saat pasien adc tori besar tidak dapat dihilangkan
Horshoe Connector:
-Bentuk band tipis yang terletak dilingual permukaan palatal 6-
8mm
-Untuk gigi anterior
-cenderung fleksibel sehingga harus tebal
11
-menghubungkan basis kemayor konektor
-sebagai lengan untuk proyeksi vertikal
Rest dan Rest seats
-Bagian dari retensiv clasp yang berfungsi untuk dukungan tambahan
mencegah
gerakan vertikal kelas i ii ii
Direct retainer
Penahan langsung diletakkan diabutment dan menahan gaya copot
Indirect retainer
Rotasi basis ekstensi yang jauh dari jaringan pendukung
12
ini memungkinkan untuk mengembalikan dimensi residual rige yang parah
secara optimum. Akan tetapi pada pasien dengan terapi regenerative bukan
pilihan yang tepat dapat dibuatkan basis gigi tiruan untuk menggantikan
lengkung gigi yang hilang. Sehingga basis gigi tiruan dengan kontur yang
tepat dapat digunakan untuk mendukung daerah pipi, bibir, dan juga
mengembalikan kontur wajah.
13
2.2.5 Alat
Surveyor
a. Definisi
Dr. A.J.Fortunati: (Parallelometer) Instrumen yang
digunakan untuk menentukan kesejajaran permukaan gigi
penjangkaran.
b. Fungsi Surveyor
▪ Menentukan arah pasang dan lepas GTSL
▪ Menentukan undercut untuk retensi
▪ Menentukan garis survei
▪ Identifikasi undercut yang harus diblockout
▪ Menentukan desain GTSL
c. Jenis Surveyor
Surveyor yang paling banyak digunakan adalah surveyor
Ney dan surveyor Jelenko.
14
d. Bagian-Bagian Surveyor
15
▪ Surveying Tools
a. Analyzing Rod: Mengidentifikasi adanya undercut
b. Undercut Gauges: Mengukur besar undercut
c. Carbon Marker: Penanda survey line
d. Was Knife/Trimmers: Mengambil kelebihan wax pada
bagian yang diblockout
▪ Surveying Table
1. Artikulator
a. Definisi
Instrumen yang digunakan sebagai simulator pergerakan rahang (jaw
simulator movement)
b. Fungsi Artikulator
▪ Sebagai alat bantu pada pembuatan GT untuk memperoleh oklusi dan
artikulasi yang baik
▪ Sebagai simulator untuk menggerakkan rahang
16
2.2.6 Anamnesis
Penjelasan :
a. Bila sebab kehilangan gigi karena karies, kemungkinan besar pasien kurang
memperhatikan kebersihan mulutnya, dengan demikian pengetahuan kesehatan
giginya harus ditingkatkan. Bila disebabkan karena gigi goyang, penyakit sistemik
dan penyakit periodontal harus diperhatikan. Bila karena benturan, kadang-kadang
perlu dilakukan roentgen foto untuk mengetahui apakah masih ada sisa akar gigi yang
tertinggal, atau adakah tulang yang tajam.
b. Waktu/kapan pencabutan terakhir perlu diketahui untuk memperkirakan kecepatan
resorbsi tulang alveolar dan pergeseran gigi atau penyakit sistemik.
c. Pasien yang pernah memakai gigi tiruan adaptasinya akan lebih mudah dibandingkan
pasien yang belum pernah. Namun pasien ini biasnya senang membanding-
bandingkan protesa lamanya dengan protesa yang baru. Untuk itu, perlu dilihat dan
diperhatikan protesa lamanya. Apabila tidak mengganggu prinsip dasar perawatan,
protesa yang baru jangan terlalu berbeda dengan protesa lama, baik desain, macam,
dan jenisnya. Pengalaman pasien dengan gigi tiruan lamanya juga perlu ditanyakan,
kapan mulai dipakai, apa yang disukai dan yang tidak disukai dari gigi tiruan lamanya,
supaya diketahui apa yang dikehendaki oleh pasien.
17
d. Untuk mengetahui tujuan utama (motivasi) pembuatan gigi tiruannya, untuk estetika
(misalnya seorang pemain sinetron, guru), fungsi pengunyahan (orang tua, penderita
penyakit lambung), fungsi bicara (penyiar, imam) dll., atau hanya memenuhi
permintaan orang lain.
Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan bentuk dan susunan elemen gigi, juga
sebagai pedoman untuk penetapan hubungan rahang.
Pemeriksaan ini terutama diperlukan untuk menentukan garis interpupil dan garis Camper
(garis yang ditarik dari tragus ke basis hidung) pada kehilangan banyak gigi. Garis interpupil
ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang insisal galengan gigit anterior, sedangkan garis Camper
ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang oklusal galengan gigit posterior. Selain itu, garis yang
ditarik dari tragus ke foramen infraorbita juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk mencetak rahang
atas, yaitu garis tersebut harus sejajar dengan lantai, supaya posisi kepala pasien agak menunduk.
Pemeriksaan cara bernafas pasien dilakukan menggunakan kaca mulut yang ditempelkan
pada lubang hidung pasien, kemudian pasien diminta untuk bernafas melalui hidung dengan mulut
dalam keadaan tertutup. Bila kaca mulut terlihat berembun, berarti pernafasan melalui hidung lancar.
Bila pernafasan tidak lancar, akan menimbulkan kesulitan pada waktu dilakukan pencetakan karena
pasien sulit bernafas yang mengakibatkan rasa ingin muntah. Salah satu jalan keluarnya adalah
memilih bahan cetak dengan waktu pengerasan yang cepat.
Rima oris yang sempit biasanya akan menghalangi penempatan sendok cetak dan bahan cetak
ke dalam mulut, maupun pada saat pengeluarannya. Pemilihan ukuran sendok cetak harus lebih
diperhatikan.
18
h. Bibir bawah : hipotonus / normal / hipertonus *, tebal / tipis *
simetris / asimetris *
Tonus dan tebal tipisnya bibir berhubungan dengan inklinasi labio-lingual gigi anterior.
Panjang pendeknya bibir untuk menentukan letak bidang insisal dan garis tertawa. Pada bibir yang
asimetris, penyusunan gigi harus dibuat sedemikian rupa sehingga keadaan tersebut tidak begitu
terlihat (dentogenik).
Letakkan jari pada garis eye-ear line (garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata), kira-kira
11-12 mm dari tragus, kemudian pasien diminta untuk membuka dan menutup mulutnya berkali-kali
secara perlahan-lahan, dan dengarkan apakah terjadi bunyi ‘klik’ pada waktu membuka atau
menutup mulut. Bila bunyinya tidak keras, operator tidak bisa mendengar bunyi yang terjadi (kecuali
dengan stetoskop), tetapi pasien sendiri dapat mendengarnya. Pada saat pasien membuka dan
menutup mulutnya, perhatikan juga apakah ada penyimpangan gerak (deviasi), dan apakah pasien
mengalami kesulitan pada waktu membuka mulutnya (trismus). Bila ketiga gejala tersebut ada,
pasien mungkin mempunyai kelainan sendi rahang, dan dianjurkan untuk memeriksakan dan
merawat sendinya ke bagian Gnatologi.
19
j. Kelainan lain :
Pembengkakan / celah bibir / celah langit-langit / tic doloreux / angular cheilitis / pasca bedah
maksilektomi / mandibulektomi / THT */........................................................................................
Tuliskan di sini bila ada kelainan lain yang terlihat dalam rongga mulut
Kuantitas dan kualitas saliva mempengaruhi retensi terutama untuk gigi tiruan lengkap
Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu pencetakan dan pemasangan gigi tiruan.
Pasien akan merasakan ruang lidahnya sempit, sehingga terjadi gangguan bicara dan kestabilan
protesa.
Posisi Kelas I : posisi ujung lidah terletak di atas gigi anterior bawah.
Kelas II : posisi lidah lebih tertarik ke belakang
Kelas III : lidah menggulung ke belakang sehingga terlihat frenulum lingualis.
Posisi yang paling menguntungkan adalah Kelas I.
Lidah yang aktif atau mobilitas aktif/tinggi akan mengganggu retensi dan stabilisasi gigi tiruan.
Mempengaruhi proses mencetak. Bila refleks muntah tinggi, perlu diupayakan misalnya dengan
menyemprotkan anestetikum ke bagian palatum pasien. Cara lain adalah dengan mengalihkan
perhatian pasien pada hal-hal lain, mengajak pasien mengobrol dll.
20
4. Gigitan : ada / tidak ada *
Bila ada : stabil / tidak stabil *
Tumpang gigit anterior : ..... mm, posterior : ..... mm
Jarak gigit anterior : ..... mm, posterior : ..... mm
Gigitan terbuka : ada / tidak ada *, regio: .........................................................
Gigitan silang : ada / tidak ada *, regio: .........................................................
Hubungan rahang : ortognati / retrognati / prognati *
Gigitan dikatakan ada dan stabil bila model rahang atas dan rahang bawah dapat dikatupkan dengan
baik di luar mulut, dan terlihat adanya 3 titik bertemu yaitu 1 di bagian anterior, dan 2 di bagian
posterior. Tetapi bila terlihat banyak gigi yang aus dan kontak antara rahang atas dan bawah kurang
meyakinkan, dikatakan gigitan ada tetapi tidak stabil.
Tumpang gigit adalah overbite, sedangkan jarak gigit adalah overjet, keduanya diukur dengan
milimeter. Dalam keadaan normal, overbite dan overjet berkisar antara 2-4 mm. Bila lebih, harus
diwaspadai adanya perubahan dalam relasi maksilo-mandibula. Dengan demikian, oklusi yang lama
tidak dapat dipakai sebagai pedoman penentuan gigit.
Bila ada gigitan terbuka atau gigitan silang, tuliskan regionya. Hal ini harus diperhatikan terutama
pada pembuatan gigi tiruan cekat yang mempunyai antagonis dengan regio tersebut.
Hubungan rahang ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk pada dasar vestibulum anterior rahang
atas dan ibu jari pada dasar vestibulum anterior rahang bawah.
Ortognati, bila ujung kedua jari terletak segaris vertikal;
Retrognati, bila ujung ibu jari lebih ke arah pasien;
Prognati, bila ujung jari telunjuk lebih ke arah pasien.
Hubungan rahang dapat juga diperiksa dengan cara mengatupkan model rahang atas dan bawah,
kemudian dilihat hubungan yang ada.
21
5. Artikulasi : Cuspid protected / group function / artikulasi seimbang *
Kanan :ada / tidak ada *
Kiri :ada / tidak ada *
Kontak prematur :ada / tidak ada *
Blocking :ada / tidak ada *
Cuspid protected occlusion atau yang disebut juga mutually protected occlusion atau organic
occlusion adalah terjadinya disklusi gigi posterior pada saat gerak lateral / protrusif dari mandibula,
dan gigi kaninus bertindak sebagai pelindung bagi gigi posterior. Kontak hanya terjadi pada gigi
kaninus atas dan bawah pada setiap posisi oklusal, kecuali interkuspasi maksimum.
Pada interkuspasi maksimum, gigi posterior melindungi gigi anterior dengan cara mendukung oklusi
sehingga tidak terdapat beban pada gigi anterior.
Pada group function, saat mandibula bergerak ke lateral, tonjol bukal gigi posterior pada sisi kerja
dalam keadaan kontak dengan gigi lawan (artikulasi seimbang pada satu sisi).
Artikulasi seimbang atau balanced occlusion, apabila terdapat keseimbangan pada sisi kerja maupun
sisi keseimbangan pada saat mandibula bergerak ke lateral.
Kontak prematur diperiksa dengan meletakkan kertas artikulasi di seluruh permukaan oklusal gigi
dalam mulut pasien, kemudian pasien diminta untuk mengatupkan mulutnya berulang kali dalam
keadaan oklusi. Perhatikan tanda-tanda merah atau biru yang terjadi pada gigi geligi di dalam mulut.
Bila ada warna yang lebih gelap, tebal, dan atau lebar, berarti pada daerah tersebut terjadi kontak
prematur yang harus diperbaiki dengan cara occlusal adjustment.
Selanjutnya pasien diminta untuk menggerakkan rahangnya ke lateral kiri, kanan, dan ke depan. Bila
pasien tidak dapat melakukan gerakan ini, berarti ada gigi, tambalan, atau restorasi yang
menghambat. Daerah mana yang menghambat atau menyebabkan blocking dapat diketahui dengan
melihat jejas warna yang lebih gelap. Bila terlihat adanya blocking pada gigi kaninus, jangan cepat-
cepat diasah, karena kemungkinan itu adalah cuspid protected occlusion yang harus dipertahankan.
22
6. Daya kunyah : normal / besar *
Bila terlihat banyak gigi-geligi yang aus atau atrisi dengan faset yang tidak tajam dan permukaan
yang mengkilap, kemungkinan tekanan kunyah pasien ini besar. Pada keadaan ini, apalagi bila ridge
sudah rendah, hindarilah pemakaian elemen gigi porselen terutama untuk gigi posterior, dan bidang
oklusal gigi-gigi jangan dibuat terlalu besar.
7. Kebiasaan buruk : bekertak gigi / clenching / mengigit bibir / menggigit benda keras /
mendorong lidah / mengunyah satu sisi kanan atau kiri /
hipermobilitas rahang * / ............................................................
Dengan cara anamnesis, pasien ditanya mengenai adanya kebiasaan buruk di atas. Bekertak gigi
(bruxism) atau clenching juga dapat dilihat dari adanya faset tajam pada gigi. Adanya kebiasaan ini
dapat menyebabkan gigi tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak stabil, dan dapat merupakan
etiologi kelainan sendi rahang.
Kebiasaan menggigit bibir atau benda keras berkaitan dengan pembuatan gigi tiruan cekat pada gigi
anterior, yaitu dalam penentuan bahan yang akan dipakai.
Kebiasaan mendorong lidah dan mengunyah satu sisi biasanya menyebabkan stabilitas gigi tiruan
berkurang, selain itu mengunyah satu sisi juga dapat menimbulkan kelainan sendi rahang.
Pada hipermobilitas rahang, kesulitan yang akan timbul adalah kesulitan pada penentuan relasi
sentrik.
Bila terlihat adanya gigi yang fraktur, tuliskan elemennya, arah garis fraktur, lokasi garis
fraktur dan diagnosis gigi fraktur tersebut.
23
3. Perbandingan mahkota dan akar: .......................... gigi : ......................................
4. Lain-lain: gigi kerucut / mesiodens / diastema / impaksi / miring / berjejal
/labio versi / linguo versi / hipoplasia * / ..............................................
5. Ketinggian tulang alveolar (sesuai dengan foto panoramik)
Gambar dengan tinta biru, tinggi tulang alveolar sesuai dengan yang tampak pada foto
panoramik.
b. Pemeriksaan lain:
1. Vestibulum :
Post. Kanan Post. Kiri Anterior
Rahang Atas:dalam/sedang/dangkal*dalam/sedang/dangkal* dalam/sedang/dangkal*
Rahang Bawah:
dalam/sedang/dangkal*dalam/sedang/dangkal* dalam/sedang/dangkal*
Vestibulum adalah ruangan yang terdapat di antara mukosa bukal/labial prosesus alveolaris dan
pipi/bibir. Kedalamannya diperiksa menggunakan kaca mulut nomor 3 yang dimasukkan ke dalam
ruangan tersebut.
Bila pada regio tersebut terdapat gigi yang hilang, pengukuran dilakukan pada regio yang tidak
bergigi, yaitu batas atas diukur dari puncak prosesus alveolaris (alveolar crest) sampai ke dasar
vestibulum (batas mukosa bergerak dan tidak bergerak).
Sedangkan bila masih ada gigi geligi, batas atasnya adalah servikal gigi, dan batas bawahnya
adalah dasar vestibulum.
Vestibulum dikatakan dalam bila pada pemeriksaan, lebih dari setengah kaca mulut terbenam,
dikatakan sedang bila setengah kaca mulut terbenam, dan dikatakan dangkal bila yang terbenam
kurang dari setengah kaca mulut.
Vestibulum yang menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan adalah yang dalam, karena sayap
gigi tiruan dapat dibuat lebih panjang, sehingga menambah retensi.
24
2. Prosesus alveolaris / residual ridge regio :
Rahang atas Post. Kanan Post. Kiri Anterior
Relasi rahang :
- Anterior : prognati / normal / retrognati *
- Posterior : kanan : normal / gigitan silang / scissors bite *
kiri : normal / gigitan silang / scissors bite *
Bentuk prosesus alveolaris berpengaruh terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan lepas, serta
pemilihan desain pontik pada gigi tiruan cekat.
Ketinggian prosesus alveolaris mencerminkan besarnya resorpsi yang terjadi. Bila resorpsi besar,
prosesus menjadi rendah. Hal tersebut diperiksa dengan cara dibandingkan dengan gigi sisa di
sebelahnya. Bila pasien sudah tidak mempunyai gigi sama sekali, tingginya diukur dengan
menggunakan kaca mulut nomor 3 seperti pada pemeriksaan kedalaman vestibulum.
Tahanan jaringan berpengaruh terhadap cara pencetakan. Cara pemeriksaannya adalah dengan
menekankan burnisher pada mukosa di atas prosesus alveolaris. Bila burnisher tidak terlalu
terbenam, dan warna mukosa menjadi pucat, maka mukosa dikatakan keras, atau tahanan
25
jaringannya rendah. Bila burnisher bisa ditekan lebih dalam, mukosa dikatakan lunak, atau
tahanan jaringannya tinggi. Mukosa dikatakan flabby bila mukosa bisa bergerak dalam arah
bukolingual saat ditekan dengan burnisher.
Tahanan jaringan pada usia muda, biasanya rendah karena mukosanya masih padat. Sedangkan
pada pasien yang sudah pernah memakai gigi tiruan yang kurang baik, mukosanya cenderung
menjadi lunak dan flabby.
Tahanan jaringan yang tinggi biasanya terdapat pada regio gigi yang baru dicabut, dan pada regio
retromolar pad pada kasus free-end.
Relasi rahang diperiksa pada daerah anterior dan posterior. Pada daerah anterior : relasi normal,
prognati atau retrognati. Daerah posterior : gigitan normal, gigitan silang / terbuka / terbalik.
3. Frenulum :
- Labialis superior : tinggi / sedang / rendah
*
- Labialis inferior : tinggi / sedang / rendah
*
- Bukalis rahang atas kanan : tinggi / sedang / rendah
*
- Bukalis rahang atas kiri : tinggi / sedang / rendah
*
- Bukalis rahang bawah : tinggi / sedang / rendah
kanan *
- Bukalis rahang bawah kiri : tinggi / sedang / rendah
*
- Lingualis : tinggi / sedang / rendah
*
Frenulum adalah tempat perlekatan otot bibir / pipi / lidah terhadap prosesus alveolaris. Frenulum
dikatakan tinggi bila perlekatan ototnya mendekati puncak prosesus alveolaris, dikatakan rendah
bila menjauhi, dan sedang bila berada di tengah antara puncak prosesus alveolaris dengan dasar
vestibulum.
Frenulum yang tinggi dapat mengurangi retensi gigi tiruan lepas karena mengganggu sayap gigi
tiruan.
26
4. Palatum:
- Persegi / oval / segititiga *
- Dalam / sedang / dangkal *
- Torus palatinus : besar / kecil / tidak ada *
- Palatum molle : House kelas I / II / III *
Bentuk dan dalam palatum berkaitan dengan retensi dan stabilisasi gigi tiruan lepas.
Torus yang besar akan mengganggu stabilitas gigi tiruan. Pada torus yang besar, agar tidak terjadi
fulkrum, dilakukan relief pada saat dilakukan pencetakan fisiologis.
Palatum molle merupakan jaringan lunak di bagian posterior palatum durum. Daerah ini memiliki
jaringan yang sangat kuat yang disebut aponeurisis, sebagai tempat posterior palatal seal
(postdam).
House membagi palatum molle menjadi 3 :
Kelas I : gerakan palatum durum yang paling kecil, dapat dibuat postdam bentuk kupu-kupu.
Kelas II : gerakan palatum durum membentuk sudut >30 derajat, postdam dibuat bentuk kupu-
kupu dengan ukuran lebih kecil.
Kelas III : gerakan palatum durum membentuk sudut >60 derajat, postdam dibuat dengan
cekungan bentuk V atau U (berbentuk parit).
5. Tuber Maksila :
- Kanan : besar / kecil *
- Kiri : besar / kecil *
Disebut juga tuberositas maxillare atau alveolar tubercle. Daerah ini ditutup oleh jaringan fibrous
dengan ketebalan yang berbeda-beda. Disebut kecil bila tuber ini lebih kecil dari prosesus
alveolaris, dan besar bila tuber melebar atau menonjol ke arah oklusal atau lateral.
Tuber yang besar dapat mengganggu retensi gigi tiruan.
27
6. Undercut :
Undercut biasanya mengganggu perluasan basis protesa yang dapat mempengaruhi retensi dan
stabilisasi gigi tiruan, serta menghalangi pemasukan dan pengeluaran gigi tiruan. Bila
diperkirakan akan mengganggu, perlu dilakukan alveolotomi atau alveolektomi sebelum
dilakukan pencetakan untuk pembuatan model kerja.
7. Ruang retromilohioid :
- kanan : dalam / sedang / dangkal *
- kiri : dalam / sedang dangkal *
Ruang ini berada di antara prosesus alveolaris rahang bawah dan lidah. Kriteria penentuannya
adalah sama dengan vestibulum, yaitu dengan menggunakan kaca mulut nomor 3. Ruang
retromilohiod yang dalam memungkinkan sayap lingual gigi tiruan penuh dibuat lebih panjang,
sehingga dapat menambah retensi dan stabilitasnya.
8. Bentuk lengkung rahang :
- Rahang atas : persegi / oval / segitiga *
- Rahang bawah : persegi / oval / segitiga *
Bentuk lengkung rahang segitiga adalah yang paling menyulitkan terutama saat penyusunan
elemen gigi tiruan penuh yang tidak mengganggu artikulasi dan selanjutnya tidak mengganggu
stabilisasi.
28
9. Ruang gigi tiruan regio ......... : besar / sedang / kecil *
Jarak mesio distal (span) : ............. mm (>, n, <) *
Tinggi serviko oklusal : ............. mm (>, n, <) *
Ruang gigi tiruan adalah jarak vertikal antara prosesus alveolaris rahang atas dan rahang bawah.
Ruang gigi tiruan yang besar adalah menguntungkan dalam hal penyusunan gigi, dan penentuan
tinggi bidang oklusal.
Diperlukan untuk menentukan panjang sayap lingual gigi tiruan rahang bawah, yang akan
mempengaruhi stabilisasi gigi tiruan.
11. Lain-lain :
Eksostosis : ada / tidak ada * Bila ada, regio
:........................................................................
Torus mandibularis : ada / tidak ada * Bila ada, regio :
.........................................................
Tuliskan di sini bila ada penonjolan tulang, sekaligus dengan lokasinya, dan perhatikan apakah
akan menyulitkan pemasangan gigi tiruan.
29
merawatnya. Untuk memperoleh keberhasilan, diperlukan seorang pendamping atau keluarga untuk
memberikan penjelasan sehubungan dengan perawatannya. Prognosis kurang menguntungkan.
4. Histerical : adalah pasien yang sangat emosional, tidak stabil, mempunyai reaksi berlebihan dan
sangat sensitif. Pasien biasanya takut terhadap perawatan kedokteran gigi, dan yakin bahwa
pemasangan gigi tiruan akan berakhir dengan kegagalan. Prognosis seringkali kurang baik, dan
kadang-kadang diperlukan bantuan psikiater sebelum perawatan dimulai.
Diagnosis :
Pengertian Diagnosis dalam Prostodonsia berbeda dengan pengertian diagnosis pada umumnya. Dalam
bidang Prostodonsia, Diagnosis merupakan identifikasi, evaluasi, dan kesimpulan tentang kondisi yang
ditemukan dalam pemeriksaan, beserta perawatan pilihan yang akan dilakukan pada pasien.
Contoh : Bentuk kasus kehilangan gigi ………………………….. memerlukan rehabilitasi dengan
pemasangan Mahkota Tiruan Penuh / Mahkota Tiruan Pasak / Gigi Tiruan Jembatan / Gigi Tiruan
Sebagian Lepas / Gigi Tiruan Penuh / Gigi Tiruan penuh Tunggal, dan lain-lain.
30
Rencana perawatan
31
b. Desain:
1. Alternatif I :
2. Alternatif II :
Gambarkan desain perawatan yang akan Anda buat pada gambar Alternatif I. Gambar Alternatif II
adalah untuk desain yang merupakan alternatif perawatan lain dari kasus yang sama, misalnya untuk
desain kerangka logam dll.
32
2.2.7 Pencetakan Model Study
Tujuan Pencetakan :
Untuk pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan menggunakan metal tray tidak
berlubang karena bersifat kaku, mampu menahan alginate dengan baik
sehingga memudahkan operator mendapatkan cetakan yang luas dan baik.
• Pastikan ada jarak 5-7 mm antara bagian dalam sendok cetak dengan
permukaan gigi dan jaringan lunak. Jarak ini penting untuk
memastikan undercut tercetak.
33
Membuat sendok cetak individual :
• Modelling plastic di
sesuaikan pada tray sesuai
area cetak
34
• Kemudian gunakan alginate adhesive pada tray
Maksila Mandibula
35
Manipulasi Alginat
36
Teknik Mencetak
37
• Apabila saliva sulit dibersihkan dapat menggunakan brush dan deterjen
ringan
38
Posisi pasien dan dokter gigi selama prosedur pembuatan Cetakan
Posisi pasien dan dokter gigi dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap prosedur
pembuatan kesan. Pengalaman menunjukkan pasien harus duduk tegak dan dokter gigi harus
berdiri selama prosedur ini. Ini meningkatkan kenyamanan pasien dan memberikan dokter gigi
dengan akses, kontrol, dan bidang penglihatan yang tepat.
Pasien harus diposisikan sehingga bidang oklusal sejajar dengan lantai ketika mulut
pasien terbuka. Ini sedikit berbeda untuk lengkung rahang atas dan rahang bawah; oleh karena
itu, beberapa penyesuaian kursi diperlukan di antara tayangan. Ketinggian kursi harus
disesuaikan sehingga mulut pasien berada pada level yang sama dengan siku dokter gigi. Ini
memungkinkan peningkatan kenyamanan operator selama prosedur tayangan. Ketika membuat
kesan mandibula, seorang dokter gigi tangan kanan harus berdiri di sebelah kanan dan di depan
pasien (Gambar 5-19). Hal ini memungkinkan dokter gigi untuk memegang baki cetakan di
tangan kanan sambil memanipulasi sudut kanan mulut pasien. dengan tangan kiri. Saat
membuat kesan maksila, dokter gigi kanan harus berdiri di sebelah kanan dan belakang pasien.
Ini memungkinkan lengan dan tangan kiri dokter gigi untuk melingkari kepala pasien dan
memanipulasi sudut kiri mulut (Gbr 5-20).
39
2.2.8 Surveying
Hal yang dilakukan pertama yaitu pemasangan model studi di meja surveyor,
kemiringan gips dapat diatur. Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1. Adanya Undercut
Undercut harus ada pada gigi abutment ketika model studi ditempatkan dalam posisi
horizontal. Karena gaya lepas (disloging force) diarahkan tegak lurus dengan bidang
oklusal. Contoh dari disloging force yaitu makanan yang lengket / gaya gravitasi yang
bekerja di gigi tiruan maksila.
Apabila posisi undercut mau diubah maka dapat mengubah undercut bagian gigi yang
lain. Posisi lengan retensi diposisikan tidak jauh dari oklusal/insisal dan berada di
sepertiga tengah gigi sehingga menghasilkan hasil yang estetis dan dapat menurunkan
gaya torsi yang ditransmisikan ke abutment.
2. Koreksi interference
Struktur tertentu seperti gigi, tonjolan tulang/jaringan lunak, eksostosis dapat
mengganggu pemasangan GTS. Sehingga dapat mengubah kemiringan model studi di
meja surveyor.
3. Estetika
Memperhatikan kemiringan model studi yangmana lengan retentive harus
disembunyikan dimana posisi ideal retentive clasp pada sepertiga gingiva dari mahkota
klinis. Saat kehilangan gigi anterior, perlu dipertimbangkan apakah model studi perlu
dilakukan recontouring pada gigi yang masih tersisa (gigi abutment) apakah masih ada
cukup ruang untuk tempat protesa.
4. Menciptakan guiding line yang bagus
Jika ingin mendapatkan guiding line permukaan gigi abutment dalam posisi parallel
yang mengarah pada posisi penyisipan & pengangkatan (lepas pasang) GTS dimana
berfungsi untuk menstabilkan protesa terhadap kekuatan lateral.
Memperhatikan Path of Insertion yangmana arah yang dipakai oleh GTS saat dilepas-
pasang berdasarkan kemiringan model studi saat diletakkan di meja surveyor. Arah ini akan
selalu parallel dengan lengan vertical surveyor.
Selanjutnya, tripodisasi model studi yaitu menyimpan posisi akhir model studi saat
akan dikirimkan ke lab. Tripod ini dapat dilakukan dengan cara memberikan tanda (x) pada
40
model studi yang diberi jarak sama besar dengan lengan vertical surveyor dipegang dalam
posisi tetap vertical.
1. Pilih undercut gauge yang tepat, masukkan pada mandrel dan kunci
2. Meja surveyor diposisikan hingga gigi abutment berkontak dengan batas undercut
gauge
3. Vertical arm surveyor dinaikkan sampai batas undercut gauge menyentuh bidang
infrabulge gigi
4. Titik kontak yang dihasilkan ditandai dengan garis
2.2.9 Design
Dalam hal pemilihan design untuk pembuatan GTS terdapat beberapa konsep dasar yaitu :
41
- Untuk menghasilkan gerakan vertical (dari posisi diam ke fungsional) maka jumlah
direct retainer harus dibatasi/dikurangi. Direct retainer harus didesign mampu
memberikan minimum retensi yangmana dapat meningkatkan kesehatan jaringan
dan menghasilkan protesa yang ringan dengan perawatan yang minimal. Namun,
dapat berakibat pada rasa tidak nyaman pada pasien karena GTS sedikit diatas
bidang oklusal ketika GTS dalam posisi dalam sehingga aka nada kontak premature
antara gigi antagonis dengan protesa selama oklusi. Serta sulit untuk mendapatkan
indirect retention yang efektif karena pergerakan vertical dari GTS dan minimal
retention yang didapatkan dari direct retainer.
3. Broad Stress Distribution
Adanya peningkatan kontak dengan gigi dan mukosa yang ada dapat meminimalkan
lateral force yang diterima. Penggunaan multiple clasp tidak dianjurkan apabila ingin
meningkatkan retensi. Serta komponen yang rigid dapat meminimalkan gerakan rotasi
dan memberikan stabilitas horizontal yang baik.
42
2.2.10 Preparasi rongga mulut dan cetak model kerja
43
e. Memberikan dukungan terhadap gigi dengan periodontal yang lemah
Gigi dengan periodontal yang lemah terkadang perlu displinting. Bisa dalam
bentuk splinting permanen dengan menggabungkan gigi-gigi tersebut dengan
restorasi penuh/parsial. Dapat di cast pada single unit atau cast persatuan dan di
solder.
Gigi yang berdiri sendiri disamping edentulous disebut pier abutmen, peletakan
cangkram digigi ini dapat mengakibatkan kerusakan periodontal dan kehilngan
abutmen. Pier abutmen dapat diletakkan rest, tetapi tidak dengan cangkram. Dapat
dipertimbangkan pernggunaan gigi tiruan cekat.
44
Tinggi kontur bagusnya direndahkan menggunakan Diamond bur dan dihaluskan
dengan karborundum bur
- Menambah undercut retensi terkadang gigi abutment yang dipilih tidak memiliki
potensi yang cukup sehingga kontur gigitannya harus dimodifikasi untuk
menambah undercut yang ada atau untuk membuat undercut biasa
- Restorasi penuh atau sebagian diperlukan untuk gigi yang karies berlesi, restorasi
yang cacat, fraktur atau perawatan endodontik. Jika gigi yang tersisa tidak
menyediakan kontur yang berguna dan permukaan enamel tidak dapat dimodifikasi
untuk membuat kontur yang diinginkan, maka dibutuhkan restorasi penuh atau
sebagian
- membentuk pola wes
- menghilangkan restorasi yang sudah dicast
45
- Oklusal rest seat pada enamel
Ketebalan minimal 1 mm
Preparasi ini croos embrasure oklusal dari 2 gigi posterior yang bersampingan
dari fossa mesial 1 gigi ke distal fossa gigi tetangganya.
46
restorasi akan dipasangkan pada aktif dan harus bergabung pada kolam alternatif
aktifkan minus mandibula biasanya tidak memiliki energi yang cukup untuk preparasi
yang konsep konvensional alternatif ini berbentuk Sabit yang menurut pada Tengah dan
sepertiga apikal mahkota klinis. Jika tidak ada lagi gigi posterior ataupun caninus yang
dapat digunakan sebagai rest, maka dapat dibuatkan insisal rest seat pada enamel.
47
2.2.11 Try In
- Pasien harus duduk di ruang perawatan yang memberikan suasana yang tenang dan
santai. Ini dapat membantu meringankan ketegangan yang mungkin timbul saat pasien
memandang peralatan gigi untuk yang pertama kalinya.
- Basis gigi tiruan tidak perlu diwax untuk kontur yang penuh, tetapi harus rapi, bersih,
dan tahan terhadap tooth displacement.
48
- Panjang gigi harus dievaluasi secara hati-hati. Jika semua gigi anterior diganti dan bibir
atas normal panjangnya, tepi (edge) gigi insisivus sentral harus terlihat saat rileks. Saat
bibir ditarik ke atas (misalnya dalam senyum yang berlebihan), kontur gingiva dari
basis gigi tiruan harus minimum jelas.
- Jika ruang edentulous relatif besar, diastema dapat dimasukkan ke tooth arrangement.
Jika ini harus dilakukan, pasien harus diberitahu tentang kesulitan potensial yang
terkait dengan jarak interdental. Jarak ini mempersulit prosedur kebersihan mulut,
meningkatkan kemungkinan impaksi makanan, dan dapat membuat kesulitan dengan
fonetik.
- Penjajaran vertikal gigi juga harus dievaluasi. Sedikit penyimpangan dari vertikal
dapat menghasilkan hasil estetika yang dapat diterima, tetapi penyimpangan yang
signifikan dapat membuat kesulitan terhadap estetika. Praktisi harus membuat
perhatian khusus pada garis tengah rahang atas. Garis tengah atau mid line ine harus
diperhatikan untuk keselarasan vertikal dan garis tengah wajah. Kesalahan apapun
pada posisi garis tengah rahang atas bisa sangat menganggu.
49
2.2.12 Edukasi Pasien
50
restorasi gigi, respon terhadap protesa gigi, dan penerimaan pasien. Periodic
recall dilakukan 24 jam setelah pemasangan, seminggu setelahnya dan 6
bulan setelahnya.
51
DAFTAR PUSTAKA
52