Anda di halaman 1dari 52

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Gigi Tiruan Lepasan Sebagian”.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik
dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan pembuatan makalah ke depannya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Banda Aceh, 16 September 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... 1

Daftar Isi.............................................................................................................................. 2

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Skenario........................................................................................................................ 3
1.2 Learning Objective.........................................................................................................3

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kehilangan Gigi.............................................................................................................6

2.1.1 Definisi...........................................................................................................6

2.1.2 Klasifikasi.......................................................................................................6

2.1.3 Dampak Kehilangan Gigi.............................................................................10

2.2 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan......................................................................................11

2.2.1 Definisi.........................................................................................................11

2.2.2 Tujuan...........................................................................................................11

2.2.3 Indikasi.........................................................................................................11

2.2.4 Komponen....................................................................................................11

2.2.5 Alat...............................................................................................................16

2.2.6 Anamnesis....................................................................................................18

2.2.7 Pencetakan Model Studi...............................................................................34

2.2.8 Surveying......................................................................................................41

2.2.9 Design...........................................................................................................42

2.2.10 Preparasi Rongga Mulut dan Cetak Model Kerja.......................................44

2.2.11 Try in..........................................................................................................48

2.2.12 Edukasi Pasien...........................................................................................50

Daftar Pustaka........................................................................................................52

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Skenario
Ibu Sri (40 tahun) datang ke RSGM Unsyiah ingin dibuatkan gigi tiruan.
Ibu Sri

Mengeluh banyak giginya yang sudah ompong. Selain itu, terdapat gigi yang
berlubang besar, tajam dan terkadang bengkak serta sakit. Ibu Sri sangat tidak
nyaman saat mengunyah makanan dan juga kurang percaya diri saat berbicara
karena gigi depannya yang ompong. Ibu Sri berprofesi sebagai penjahit di sebuah
butik ternama.

Pada pemeriksaa ekstra oral diketahui profil muka Ibu Sri :cembung,
sedangkan bentuk muka : oval. Pada pemeriksaan intra oral diketahui OH buruk,
terdapat kehilangan gigi pada rahang atas : 16, 17, 18, 22, 23, 24, 25, 26 dan
kehilangan gigi pada rahang bawah : 37, 38. Terdapat sisa akar pada gigi 35, 36,
47, 48. Pada gigi 46 terdapat karies dentin di oklusal dan ekstrusi 1mm dari bidang
oklusi. Pada pengukuran awal hubungan rahang diperkirakan terdapat penuruan
dimensi vertikal oklusal (DVO).

1.2. Learning Objective


1. Edentulous
1.1 Definisi
1.2 Klasifikasi
1.3 Dampak Jangka Panjang
2. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
2.1 Definisi
2.2 Tujuan
2.3 Indikasi
2.4 Komponen
2.5 Jenis
2.6 Alat
3. Penatalaksanaan Kasus
3.1 Anamnesis

3
3.2 Pemeriksaan Ekstra Oral
3.3 Pemeriksaan Intra Oral
3.4 Pemeriksaan Penunjang
3.5 Penentuan Alat dan Bahan
- Manipulasi Bahan
- Teknik Mencetak
- Anatomi sendok cetak yang tepat
- Posisi operator dan pasien
3.6 Surveying
3.7 Diagnosis, Prognosis, dan Alternatif Perawatan
3.8 Pertimbangan Pemilihan Design
3.9 Pemilihan Bahan Gigi Tiruan
3.10 Preparasi Mulut
3.11 Try In
3.12 Edukasi Pasien

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kehilangan Gigi

2.1.1 Definisi Kehilangan Gigi

Kehilangan gigi merupakan kondisi permanen dalam tatanan alami yang


terganggu dan dalam artian itu seperti kondisi medis kronis. Seperti hipertensi dan
diabetes, kondisi yang tidak dapat kembali lagi dan yang membutuhkan
manajemen medis untuk memantau perawatan untuk memastikan respon yang
sesuai dari waktu ke waktu.

2.1.2 Klasifikasi Kehilangan Gigi

Klasifikasi kehilangan gigi salah satunya adalah klasifikasi kennedy.


Persyaratan untuk diterimanya metode klasifikasi lengkung edentulous sebagian
harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Itu seharusnya menampakkan visualisasi langsung dari edentulous sebagian
yang sedang dipertimbangkan.
2. Itu seharusnya memperlihatkan differential segera dari gigi pendukung, gigi,
dan jaringan pendukung gigi
3. Harus dapat diterima secara umum.

Klasifikasi kennedy merupakan metode yang awalnya diusulkan oleh


Dr.Edward Kennedy pada tahun 1925. Klasifikasi ini dibuat untuk
mengklasifikasikan lengkung edentulous sebagian dengan cara yang memakai
prinsip desain tertentu untuk desain tertentu. Kennedy membagi semua lengkung
edentulous sebagian kedalam 4 dasar kelas. Jadi, area edentulous selain itu
sebagai modifikasi space.

Klasifikasi kennedy adalah sebagai berikut:


1. Kelas I (Bilateral Free End) adalah daerah yang tidak bergigi itu bilateral
terletak pada bagian gigi posterior. Kemudian gigi yang asli tersisa itu terletak
pada gigi anterior.

5
2. Kelas II (Unilateral Free End) adalah daerah yang tidak bergigi itu unilateral
terletak pada bagian gigi posterior. Kemudian gigi yang asli tersisa itu terletak
pada bagian anterior dan posterior.

3. Kelas III (Bounded Saddle) adalah daerah yang tidak bergigi itu paradental.
Kemudian gigi yang tersisa itu gigi anterior ataupun posterior.

4. Kelas IV (Single), gigi asli yang tersisa adalah posterior. Area yang edentulous
hanya gigi bagian anterior.

Aturan penetapan aplikasi klasifikasi kennedy :


Aturan 1 adalah klasifikasi ditentukan setelah ekstraksi gigi yang mungkin
mengubah klasifikasi awal.

6
Aturan 2 adalah jika molar ketiga tidak ada dan tidak digantikan, gigi molar
ketiga tidak akan dipertimbangkan dalam klasifikasi.

Aturan 3 adalah jika molar ketiga ada dan digunakan sebagai gigi penyangga dan
molar ketiga dapat dipertimbangkan dalam klasifikasi.

Aturan 4 adalah molar kedua tidak dipertimbangkan dalam klasifikasi jika tidak
ada dan tidak akan digantikan.

7
Aturan 5 adalah penentuan klasifikasi selalu dari daerah edentulous paling
posterior

Aturan 6 adalah daerah edentulous diluar klasidikasi dikategorikan sebagai


modifikasi dan sesuai dengan jumlah daerah edentulous.

Aturan 7 adalah luas daerah modifikasi tidak dipertimbangkan hanya jumlah


daerah edentulous yang ditambahkan.

8
Aturan 8 adalah tidak ada modifikasi pada kelas IV Kennedy.

2.1.3. Dampak kehilangan Gigi


Ditinjau dari segi anatomic
Dengan hilangnya gigi, residual ridge tidak lagi bermanfaat
stimulus fungsional yang pernah dialaminya. Karena dapat terjadinya
kehilangan volume ridge, baik yang tinggi maupun lebarnya, kecuali
dipasangkan implant. Kehilangan volume ridge tidak dapat diprediksi untuk
semua individu yang kehilangan gigi karena perubahan anatomu bervariasi
pada setiap pasiennya. Kehilangan tulang yang lebih besar di mandibula dan
lebih banyak pada posterior daripada anterior dan itu menghasilkan
lengkung mandibula yang lebih luas sementara konstitusi lengkung rahang
atas.

9
2.2 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
2.2.1 Definisi
GTSL adalah protesa yang dirancang dapat dilepas pasang oleh
penggunanya (pasien) yang menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang
dan jaringan pendukung gigi yang berdekatan.

2.2.2 Tujuan
Tujuan utama dari Gigi Tiruan Sebagian Lepasan adalah
• Untuk mempertahankan atau meningkatkan fonetik
• Meningkatkan efisiensi fungsi mastikasi
• Menstabilkan hubungann antara gigi geligi
• Untuk memperbaiki estetika

2.2.3 Indikasi

1. Area Edentulous Panjang


Gigi yang bersebelahan dengan area edentulous Panjang dapat
mendukung GTSL. Namun, GTSL membutuhkan support tambahan dan
stabilisasi dari gigi penyangga pada rahang yang berlawanan dan dari
jaringan residual ridge tanpa adanya gaya tambahan maka daya ungkit
dan torsi pada gigi abutment akan berlebihan.

2.2.4 Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Mayor Konektor
Komponen yang menghubungkan satu sisi rahang dengan
sisi yang lainnya. Mayor Konektor harus:
-Rigid
-Melindungi jaringan lunak
-Bisa etensi indirek yang diindikasikan
-Bisa diletakkan elemen gigi tiruan
-kenyamanan pasien

10
Jenis mayor Konektor terbagi menjadi 2:
Mandibula dan maksila
Palatar Bar :
-Setengah oval dan tipis
-Terbatas penggunaan klas iii
-Tidak boleh diletakkan dianterior karena tidak nyaman
Palatal Strab :
-Band Lebar
-Dimensi anterroposterior tidak lebih dari 8mm
-Tipis sehingga mudah diterima pasien
-Bisa menyebabkan papilar hiperplasia jika tidak dijaga.
Anteroposterior palatal bar :
-Mengurangi penutupan jaringan lunak
-Digunakan saat pasien adc tori besar tidak dapat dihilangkan
Horshoe Connector:
-Bentuk band tipis yang terletak dilingual permukaan palatal 6-
8mm
-Untuk gigi anterior
-cenderung fleksibel sehingga harus tebal

Jenis Konektor mayor mandibula:


-Lingual Bar
-Lingual Palate
-Double lingual bar
-Labial Bar
Minor konektor, yang menghubungkan komponen gigi tiruan sebagian
lepasan ke konektor mayor
-meghubungkan clasp ke mayor konektor
-menghubungkan ondireck retainer ke mayor konektpr

11
-menghubungkan basis kemayor konektor
-sebagai lengan untuk proyeksi vertikal
Rest dan Rest seats
-Bagian dari retensiv clasp yang berfungsi untuk dukungan tambahan
mencegah
gerakan vertikal kelas i ii ii
Direct retainer
Penahan langsung diletakkan diabutment dan menahan gaya copot
Indirect retainer
Rotasi basis ekstensi yang jauh dari jaringan pendukung

Komponen yang menahan perpindahan

1. Tidak Terdapat Gigi Penyangga Poseterior dalam Ruang Edentulous


GTSL didukung pada 1 sisi yang menghasilkan kekuatan torsi yang
besar, kekuatan ini sering mengakibatjan resorbsi tulang, mobilitas dan
kegagalan restorasi.
2. Kurangnya Dukungan Jaringan Periodontal Gigi Geligi yang Kurang Baik.
Hal ini menyebabkan gigi abutjent tidak dapat mendukung fixed
protesa. Pada situasi ini fixed partial denture memperoleh dukungan yang
besar dari gigi yang tersisa dan residual ridge. Oleh karena itu, dukungan
yang tersedia pada gigi penyangga akan berkurang.

3. Membutuhkan Stabilisasi dari Lengkung Rahang yang Berlawanan

4. Kehilangan Tulang yang Berlebihan Pada Residual Ridge


Ketika kehilangan gigi digantikan dengan GTSL maka leher pontik
akan berkontak ringan dengan mukosa diatas edentulous ridge. Saat terdapat
trauma surgery, resorbsi abnormal dapat menyebabkan kehilangan tulang
yang berlebih. Sehingga drg perku membuat kontur ridge dengan terapi
regenerative. Misalnya pencangkokan tulang dan penggantian jaringan hal

12
ini memungkinkan untuk mengembalikan dimensi residual rige yang parah
secara optimum. Akan tetapi pada pasien dengan terapi regenerative bukan
pilihan yang tepat dapat dibuatkan basis gigi tiruan untuk menggantikan
lengkung gigi yang hilang. Sehingga basis gigi tiruan dengan kontur yang
tepat dapat digunakan untuk mendukung daerah pipi, bibir, dan juga
mengembalikan kontur wajah.

5. Masalah Fisik/emosinal pada pasien


Persiapan yang memakan waktu dalam prosedur pembuatan GTSL
dapat diuji coba terlebih dahulu khususnya pada pasien yang memiliki
masalah fisik dan emosional. Contohnya : meminimalisir waktu dikursi
dental.

6. Estetika menjadi perhatian yang utama


7. Kebutuhan segera untuk menggantikan gigi yang diekstraksi
8. Keinginan pasien

9. Hubungan. yang tidak menguntungkan pada maksilomandibula.


Hubungan mandibula yang tidak baik ini termasuk posisi lengkung
rahang, ukuran dan bentuk. Kegagalan tersebut dapat menyebabkan hasil
restorasi yang buruk

13
2.2.5 Alat

Surveyor
a. Definisi
Dr. A.J.Fortunati: (Parallelometer) Instrumen yang
digunakan untuk menentukan kesejajaran permukaan gigi
penjangkaran.
b. Fungsi Surveyor
▪ Menentukan arah pasang dan lepas GTSL
▪ Menentukan undercut untuk retensi
▪ Menentukan garis survei
▪ Identifikasi undercut yang harus diblockout
▪ Menentukan desain GTSL
c. Jenis Surveyor
Surveyor yang paling banyak digunakan adalah surveyor
Ney dan surveyor Jelenko.

Ney Surveyor Jelenko Surveyor

14
d. Bagian-Bagian Surveyor

A. Platform: Tempat peletakan


surveying table.
B. Vertical Column/Vertical
Arm: Membantu horizontal
arm.
C. Horizontal arm/Cross Arm
D. Surveying arm: Memanjang
secara vertikal dari horizontal
arm. Dapat bergerak dalam
arah vertikal.
E. Mandrel
F. Surveying tools
G. Surveying table

15
▪ Surveying Tools
a. Analyzing Rod: Mengidentifikasi adanya undercut
b. Undercut Gauges: Mengukur besar undercut
c. Carbon Marker: Penanda survey line
d. Was Knife/Trimmers: Mengambil kelebihan wax pada
bagian yang diblockout
▪ Surveying Table

1. Artikulator
a. Definisi
Instrumen yang digunakan sebagai simulator pergerakan rahang (jaw
simulator movement)
b. Fungsi Artikulator
▪ Sebagai alat bantu pada pembuatan GT untuk memperoleh oklusi dan
artikulasi yang baik
▪ Sebagai simulator untuk menggerakkan rahang

16
2.2.6 Anamnesis

a. Sebab kehilangan gigi / kerusakan


: lubang besar / gigi goyang / benturan *
gigi
b. Pencabutan terakhir
• Pada gigi atas : depan kanan / kiri *, belakang kanan / kiri *
• Pada gigi bawah : depan kanan / depan kiri *, belakang kanan /
belakang kiri *
c. Pemakaian gigi tiruan : pernah / tidak pernah *
• Bila pernah : - pada rahang atas / pada rahang bawah / pada rahang atas dan
rahang bawah *
- gigi tiruan cekat / gigi tiruan lepas *
- masih dipakai / tidak dipakai *
• Pengalaman : …………………………………………………..…………
d. Tujuan membuat gigi tiruan : fungsi estetik / fungsi pengunyahan /
fungsi bicara *

Penjelasan :
a. Bila sebab kehilangan gigi karena karies, kemungkinan besar pasien kurang
memperhatikan kebersihan mulutnya, dengan demikian pengetahuan kesehatan
giginya harus ditingkatkan. Bila disebabkan karena gigi goyang, penyakit sistemik
dan penyakit periodontal harus diperhatikan. Bila karena benturan, kadang-kadang
perlu dilakukan roentgen foto untuk mengetahui apakah masih ada sisa akar gigi yang
tertinggal, atau adakah tulang yang tajam.
b. Waktu/kapan pencabutan terakhir perlu diketahui untuk memperkirakan kecepatan
resorbsi tulang alveolar dan pergeseran gigi atau penyakit sistemik.

c. Pasien yang pernah memakai gigi tiruan adaptasinya akan lebih mudah dibandingkan
pasien yang belum pernah. Namun pasien ini biasnya senang membanding-
bandingkan protesa lamanya dengan protesa yang baru. Untuk itu, perlu dilihat dan
diperhatikan protesa lamanya. Apabila tidak mengganggu prinsip dasar perawatan,
protesa yang baru jangan terlalu berbeda dengan protesa lama, baik desain, macam,
dan jenisnya. Pengalaman pasien dengan gigi tiruan lamanya juga perlu ditanyakan,
kapan mulai dipakai, apa yang disukai dan yang tidak disukai dari gigi tiruan lamanya,
supaya diketahui apa yang dikehendaki oleh pasien.

17
d. Untuk mengetahui tujuan utama (motivasi) pembuatan gigi tiruannya, untuk estetika
(misalnya seorang pemain sinetron, guru), fungsi pengunyahan (orang tua, penderita
penyakit lambung), fungsi bicara (penyiar, imam) dll., atau hanya memenuhi
permintaan orang lain.

Pemeriksaan ekstra oral :


a. Muka : lonjong / persegi / segitiga / kombinasi *
b. Profil : lurus / cembung / cekung *

Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan bentuk dan susunan elemen gigi, juga
sebagai pedoman untuk penetapan hubungan rahang.

c. Pupil : sama tinggi / tidak sama tinggi *


d. Tragus : sama tinggi / tidak sama tinggi *
e. Hidung : simetris / asimetris * pernafasan melalui hidung : lancar / tidak

Pemeriksaan ini terutama diperlukan untuk menentukan garis interpupil dan garis Camper
(garis yang ditarik dari tragus ke basis hidung) pada kehilangan banyak gigi. Garis interpupil
ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang insisal galengan gigit anterior, sedangkan garis Camper
ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang oklusal galengan gigit posterior. Selain itu, garis yang
ditarik dari tragus ke foramen infraorbita juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk mencetak rahang
atas, yaitu garis tersebut harus sejajar dengan lantai, supaya posisi kepala pasien agak menunduk.
Pemeriksaan cara bernafas pasien dilakukan menggunakan kaca mulut yang ditempelkan
pada lubang hidung pasien, kemudian pasien diminta untuk bernafas melalui hidung dengan mulut
dalam keadaan tertutup. Bila kaca mulut terlihat berembun, berarti pernafasan melalui hidung lancar.
Bila pernafasan tidak lancar, akan menimbulkan kesulitan pada waktu dilakukan pencetakan karena
pasien sulit bernafas yang mengakibatkan rasa ingin muntah. Salah satu jalan keluarnya adalah
memilih bahan cetak dengan waktu pengerasan yang cepat.

f. Rima oris : - empit / normal / besar *


- panjang / normal / pendek *

Rima oris yang sempit biasanya akan menghalangi penempatan sendok cetak dan bahan cetak
ke dalam mulut, maupun pada saat pengeluarannya. Pemilihan ukuran sendok cetak harus lebih
diperhatikan.

g. Bibir atas : hipotonus / normal / hipertonus *, tebal / tipis *


simetris / asimetris, panjang / pendek *

18
h. Bibir bawah : hipotonus / normal / hipertonus *, tebal / tipis *
simetris / asimetris *

Tonus dan tebal tipisnya bibir berhubungan dengan inklinasi labio-lingual gigi anterior.
Panjang pendeknya bibir untuk menentukan letak bidang insisal dan garis tertawa. Pada bibir yang
asimetris, penyusunan gigi harus dibuat sedemikian rupa sehingga keadaan tersebut tidak begitu
terlihat (dentogenik).

i. Sendi rahang : Kanan : bunyi / tidak *, sejak ………………


Kiri : bunyi / tidak *, sejak ………………………….…..
Buka mulut : deviasi ke kanan / deviasi ke kiri / tidak ada deviasi *
Trismus : ............... mm / tidak trismus *

Letakkan jari pada garis eye-ear line (garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata), kira-kira
11-12 mm dari tragus, kemudian pasien diminta untuk membuka dan menutup mulutnya berkali-kali
secara perlahan-lahan, dan dengarkan apakah terjadi bunyi ‘klik’ pada waktu membuka atau
menutup mulut. Bila bunyinya tidak keras, operator tidak bisa mendengar bunyi yang terjadi (kecuali
dengan stetoskop), tetapi pasien sendiri dapat mendengarnya. Pada saat pasien membuka dan
menutup mulutnya, perhatikan juga apakah ada penyimpangan gerak (deviasi), dan apakah pasien
mengalami kesulitan pada waktu membuka mulutnya (trismus). Bila ketiga gejala tersebut ada,
pasien mungkin mempunyai kelainan sendi rahang, dan dianjurkan untuk memeriksakan dan
merawat sendinya ke bagian Gnatologi.

19
j. Kelainan lain :
Pembengkakan / celah bibir / celah langit-langit / tic doloreux / angular cheilitis / pasca bedah
maksilektomi / mandibulektomi / THT */........................................................................................

Tuliskan di sini bila ada kelainan lain yang terlihat dalam rongga mulut

Pemeriksaan Intra Oral


1. Saliva : - Kuantitas : sedikit / normal / banyak *
- Kualitas : encer / normal / kental *

Kuantitas dan kualitas saliva mempengaruhi retensi terutama untuk gigi tiruan lengkap

2. Lidah : - Ukuran : kecil / normal / besar *


- Posisi Wright : Kelas I / II / III *
- Mobilitas : normal / aktif *

Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu pencetakan dan pemasangan gigi tiruan.
Pasien akan merasakan ruang lidahnya sempit, sehingga terjadi gangguan bicara dan kestabilan
protesa.
Posisi Kelas I : posisi ujung lidah terletak di atas gigi anterior bawah.
Kelas II : posisi lidah lebih tertarik ke belakang
Kelas III : lidah menggulung ke belakang sehingga terlihat frenulum lingualis.
Posisi yang paling menguntungkan adalah Kelas I.
Lidah yang aktif atau mobilitas aktif/tinggi akan mengganggu retensi dan stabilisasi gigi tiruan.

3. Refleks muntah : tinggi / rendah *

Mempengaruhi proses mencetak. Bila refleks muntah tinggi, perlu diupayakan misalnya dengan
menyemprotkan anestetikum ke bagian palatum pasien. Cara lain adalah dengan mengalihkan
perhatian pasien pada hal-hal lain, mengajak pasien mengobrol dll.
20
4. Gigitan : ada / tidak ada *
Bila ada : stabil / tidak stabil *
Tumpang gigit anterior : ..... mm, posterior : ..... mm
Jarak gigit anterior : ..... mm, posterior : ..... mm
Gigitan terbuka : ada / tidak ada *, regio: .........................................................
Gigitan silang : ada / tidak ada *, regio: .........................................................
Hubungan rahang : ortognati / retrognati / prognati *

Gigitan dikatakan ada dan stabil bila model rahang atas dan rahang bawah dapat dikatupkan dengan
baik di luar mulut, dan terlihat adanya 3 titik bertemu yaitu 1 di bagian anterior, dan 2 di bagian
posterior. Tetapi bila terlihat banyak gigi yang aus dan kontak antara rahang atas dan bawah kurang
meyakinkan, dikatakan gigitan ada tetapi tidak stabil.

Tumpang gigit adalah overbite, sedangkan jarak gigit adalah overjet, keduanya diukur dengan
milimeter. Dalam keadaan normal, overbite dan overjet berkisar antara 2-4 mm. Bila lebih, harus
diwaspadai adanya perubahan dalam relasi maksilo-mandibula. Dengan demikian, oklusi yang lama
tidak dapat dipakai sebagai pedoman penentuan gigit.
Bila ada gigitan terbuka atau gigitan silang, tuliskan regionya. Hal ini harus diperhatikan terutama
pada pembuatan gigi tiruan cekat yang mempunyai antagonis dengan regio tersebut.

Hubungan rahang ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk pada dasar vestibulum anterior rahang
atas dan ibu jari pada dasar vestibulum anterior rahang bawah.
Ortognati, bila ujung kedua jari terletak segaris vertikal;
Retrognati, bila ujung ibu jari lebih ke arah pasien;
Prognati, bila ujung jari telunjuk lebih ke arah pasien.

Hubungan rahang dapat juga diperiksa dengan cara mengatupkan model rahang atas dan bawah,
kemudian dilihat hubungan yang ada.

21
5. Artikulasi : Cuspid protected / group function / artikulasi seimbang *
Kanan :ada / tidak ada *
Kiri :ada / tidak ada *
Kontak prematur :ada / tidak ada *
Blocking :ada / tidak ada *

Cuspid protected occlusion atau yang disebut juga mutually protected occlusion atau organic
occlusion adalah terjadinya disklusi gigi posterior pada saat gerak lateral / protrusif dari mandibula,
dan gigi kaninus bertindak sebagai pelindung bagi gigi posterior. Kontak hanya terjadi pada gigi
kaninus atas dan bawah pada setiap posisi oklusal, kecuali interkuspasi maksimum.
Pada interkuspasi maksimum, gigi posterior melindungi gigi anterior dengan cara mendukung oklusi
sehingga tidak terdapat beban pada gigi anterior.

Pada group function, saat mandibula bergerak ke lateral, tonjol bukal gigi posterior pada sisi kerja
dalam keadaan kontak dengan gigi lawan (artikulasi seimbang pada satu sisi).

Artikulasi seimbang atau balanced occlusion, apabila terdapat keseimbangan pada sisi kerja maupun
sisi keseimbangan pada saat mandibula bergerak ke lateral.

Kontak prematur diperiksa dengan meletakkan kertas artikulasi di seluruh permukaan oklusal gigi
dalam mulut pasien, kemudian pasien diminta untuk mengatupkan mulutnya berulang kali dalam
keadaan oklusi. Perhatikan tanda-tanda merah atau biru yang terjadi pada gigi geligi di dalam mulut.
Bila ada warna yang lebih gelap, tebal, dan atau lebar, berarti pada daerah tersebut terjadi kontak
prematur yang harus diperbaiki dengan cara occlusal adjustment.

Selanjutnya pasien diminta untuk menggerakkan rahangnya ke lateral kiri, kanan, dan ke depan. Bila
pasien tidak dapat melakukan gerakan ini, berarti ada gigi, tambalan, atau restorasi yang
menghambat. Daerah mana yang menghambat atau menyebabkan blocking dapat diketahui dengan
melihat jejas warna yang lebih gelap. Bila terlihat adanya blocking pada gigi kaninus, jangan cepat-
cepat diasah, karena kemungkinan itu adalah cuspid protected occlusion yang harus dipertahankan.

22
6. Daya kunyah : normal / besar *

Bila terlihat banyak gigi-geligi yang aus atau atrisi dengan faset yang tidak tajam dan permukaan
yang mengkilap, kemungkinan tekanan kunyah pasien ini besar. Pada keadaan ini, apalagi bila ridge
sudah rendah, hindarilah pemakaian elemen gigi porselen terutama untuk gigi posterior, dan bidang
oklusal gigi-gigi jangan dibuat terlalu besar.

7. Kebiasaan buruk : bekertak gigi / clenching / mengigit bibir / menggigit benda keras /
mendorong lidah / mengunyah satu sisi kanan atau kiri /
hipermobilitas rahang * / ............................................................

Dengan cara anamnesis, pasien ditanya mengenai adanya kebiasaan buruk di atas. Bekertak gigi
(bruxism) atau clenching juga dapat dilihat dari adanya faset tajam pada gigi. Adanya kebiasaan ini
dapat menyebabkan gigi tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak stabil, dan dapat merupakan
etiologi kelainan sendi rahang.

Kebiasaan menggigit bibir atau benda keras berkaitan dengan pembuatan gigi tiruan cekat pada gigi
anterior, yaitu dalam penentuan bahan yang akan dipakai.

Kebiasaan mendorong lidah dan mengunyah satu sisi biasanya menyebabkan stabilitas gigi tiruan
berkurang, selain itu mengunyah satu sisi juga dapat menimbulkan kelainan sendi rahang.

Pada hipermobilitas rahang, kesulitan yang akan timbul adalah kesulitan pada penentuan relasi
sentrik.

a. Pemeriksaan gigi geligi dan tulang alveolar:


1. Bentuk umum gigi / besar gigi : besar / normal / kecil *
2. Fraktur gigi : pada gigi ................................................ .........................................
Arah : horizontal / diagonal / vertikal *
Ukuran : < 1/3, 1/3, ½, 2/3, serviko insisal / serviko oklusal / mesio distal *

Bila terlihat adanya gigi yang fraktur, tuliskan elemennya, arah garis fraktur, lokasi garis
fraktur dan diagnosis gigi fraktur tersebut.

23
3. Perbandingan mahkota dan akar: .......................... gigi : ......................................
4. Lain-lain: gigi kerucut / mesiodens / diastema / impaksi / miring / berjejal
/labio versi / linguo versi / hipoplasia * / ..............................................
5. Ketinggian tulang alveolar (sesuai dengan foto panoramik)

Gambar dengan tinta biru, tinggi tulang alveolar sesuai dengan yang tampak pada foto
panoramik.

b. Pemeriksaan lain:
1. Vestibulum :
Post. Kanan Post. Kiri Anterior
Rahang Atas:dalam/sedang/dangkal*dalam/sedang/dangkal* dalam/sedang/dangkal*
Rahang Bawah:
dalam/sedang/dangkal*dalam/sedang/dangkal* dalam/sedang/dangkal*

Vestibulum adalah ruangan yang terdapat di antara mukosa bukal/labial prosesus alveolaris dan
pipi/bibir. Kedalamannya diperiksa menggunakan kaca mulut nomor 3 yang dimasukkan ke dalam
ruangan tersebut.
Bila pada regio tersebut terdapat gigi yang hilang, pengukuran dilakukan pada regio yang tidak
bergigi, yaitu batas atas diukur dari puncak prosesus alveolaris (alveolar crest) sampai ke dasar
vestibulum (batas mukosa bergerak dan tidak bergerak).
Sedangkan bila masih ada gigi geligi, batas atasnya adalah servikal gigi, dan batas bawahnya
adalah dasar vestibulum.

Vestibulum dikatakan dalam bila pada pemeriksaan, lebih dari setengah kaca mulut terbenam,
dikatakan sedang bila setengah kaca mulut terbenam, dan dikatakan dangkal bila yang terbenam
kurang dari setengah kaca mulut.
Vestibulum yang menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan adalah yang dalam, karena sayap
gigi tiruan dapat dibuat lebih panjang, sehingga menambah retensi.

24
2. Prosesus alveolaris / residual ridge regio :
Rahang atas Post. Kanan Post. Kiri Anterior

Bentuk segi 4/oval/segi 3* segi 4/oval/segi 3*\ segi4/oval/segi3*

Ketinggian tinggi/sedang/rendah* tinggi/sedang/rendah* tinggi/sedang/rendah*

Tahanan jaringan flabby/tinggi/rendah* flabby/tinggi/rendah* flabby/tinggi/rendah*

Bentuk permukaan rata/tidak rata* rata/tidak rata* rata/tidak rata*

Rahang bawah Post. Kanan Post. Kiri Anterior

Bentuk segi 4/oval/segi 3* segi 4/oval/segi 3*\ segi4/oval/segi3*

Ketinggian tinggi/sedang/rendah* tinggi/sedang/rendah* tinggi/sedang/rendah*

Tahanan jaringan flabby/tinggi/rendah* flabby/tinggi/rendah* flabby/tinggi/rendah*

Bentuk permukaan rata/tidak rata* rata/tidak rata* rata/tidak rata*

Relasi rahang :
- Anterior : prognati / normal / retrognati *
- Posterior : kanan : normal / gigitan silang / scissors bite *
kiri : normal / gigitan silang / scissors bite *

Bentuk prosesus alveolaris berpengaruh terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan lepas, serta
pemilihan desain pontik pada gigi tiruan cekat.

Ketinggian prosesus alveolaris mencerminkan besarnya resorpsi yang terjadi. Bila resorpsi besar,
prosesus menjadi rendah. Hal tersebut diperiksa dengan cara dibandingkan dengan gigi sisa di
sebelahnya. Bila pasien sudah tidak mempunyai gigi sama sekali, tingginya diukur dengan
menggunakan kaca mulut nomor 3 seperti pada pemeriksaan kedalaman vestibulum.

Tahanan jaringan berpengaruh terhadap cara pencetakan. Cara pemeriksaannya adalah dengan
menekankan burnisher pada mukosa di atas prosesus alveolaris. Bila burnisher tidak terlalu
terbenam, dan warna mukosa menjadi pucat, maka mukosa dikatakan keras, atau tahanan
25
jaringannya rendah. Bila burnisher bisa ditekan lebih dalam, mukosa dikatakan lunak, atau
tahanan jaringannya tinggi. Mukosa dikatakan flabby bila mukosa bisa bergerak dalam arah
bukolingual saat ditekan dengan burnisher.

Tahanan jaringan pada usia muda, biasanya rendah karena mukosanya masih padat. Sedangkan
pada pasien yang sudah pernah memakai gigi tiruan yang kurang baik, mukosanya cenderung
menjadi lunak dan flabby.
Tahanan jaringan yang tinggi biasanya terdapat pada regio gigi yang baru dicabut, dan pada regio
retromolar pad pada kasus free-end.

Relasi rahang diperiksa pada daerah anterior dan posterior. Pada daerah anterior : relasi normal,
prognati atau retrognati. Daerah posterior : gigitan normal, gigitan silang / terbuka / terbalik.

3. Frenulum :
- Labialis superior : tinggi / sedang / rendah
*
- Labialis inferior : tinggi / sedang / rendah
*
- Bukalis rahang atas kanan : tinggi / sedang / rendah
*
- Bukalis rahang atas kiri : tinggi / sedang / rendah
*
- Bukalis rahang bawah : tinggi / sedang / rendah
kanan *
- Bukalis rahang bawah kiri : tinggi / sedang / rendah
*
- Lingualis : tinggi / sedang / rendah
*

Frenulum adalah tempat perlekatan otot bibir / pipi / lidah terhadap prosesus alveolaris. Frenulum
dikatakan tinggi bila perlekatan ototnya mendekati puncak prosesus alveolaris, dikatakan rendah
bila menjauhi, dan sedang bila berada di tengah antara puncak prosesus alveolaris dengan dasar
vestibulum.
Frenulum yang tinggi dapat mengurangi retensi gigi tiruan lepas karena mengganggu sayap gigi
tiruan.

26
4. Palatum:
- Persegi / oval / segititiga *
- Dalam / sedang / dangkal *
- Torus palatinus : besar / kecil / tidak ada *
- Palatum molle : House kelas I / II / III *

Bentuk dan dalam palatum berkaitan dengan retensi dan stabilisasi gigi tiruan lepas.

Torus yang besar akan mengganggu stabilitas gigi tiruan. Pada torus yang besar, agar tidak terjadi
fulkrum, dilakukan relief pada saat dilakukan pencetakan fisiologis.

Palatum molle merupakan jaringan lunak di bagian posterior palatum durum. Daerah ini memiliki
jaringan yang sangat kuat yang disebut aponeurisis, sebagai tempat posterior palatal seal
(postdam).
House membagi palatum molle menjadi 3 :
Kelas I : gerakan palatum durum yang paling kecil, dapat dibuat postdam bentuk kupu-kupu.
Kelas II : gerakan palatum durum membentuk sudut >30 derajat, postdam dibuat bentuk kupu-
kupu dengan ukuran lebih kecil.
Kelas III : gerakan palatum durum membentuk sudut >60 derajat, postdam dibuat dengan
cekungan bentuk V atau U (berbentuk parit).

5. Tuber Maksila :
- Kanan : besar / kecil *
- Kiri : besar / kecil *

Disebut juga tuberositas maxillare atau alveolar tubercle. Daerah ini ditutup oleh jaringan fibrous
dengan ketebalan yang berbeda-beda. Disebut kecil bila tuber ini lebih kecil dari prosesus
alveolaris, dan besar bila tuber melebar atau menonjol ke arah oklusal atau lateral.
Tuber yang besar dapat mengganggu retensi gigi tiruan.

27
6. Undercut :

Rahang Atas Rahang Bawah


- kanan : ada / tidak ada * ada / tidak ada *
- kiri : ada / tidak ada * ada / tidak ada *

Undercut biasanya mengganggu perluasan basis protesa yang dapat mempengaruhi retensi dan
stabilisasi gigi tiruan, serta menghalangi pemasukan dan pengeluaran gigi tiruan. Bila
diperkirakan akan mengganggu, perlu dilakukan alveolotomi atau alveolektomi sebelum
dilakukan pencetakan untuk pembuatan model kerja.

7. Ruang retromilohioid :
- kanan : dalam / sedang / dangkal *
- kiri : dalam / sedang dangkal *

Ruang ini berada di antara prosesus alveolaris rahang bawah dan lidah. Kriteria penentuannya
adalah sama dengan vestibulum, yaitu dengan menggunakan kaca mulut nomor 3. Ruang
retromilohiod yang dalam memungkinkan sayap lingual gigi tiruan penuh dibuat lebih panjang,
sehingga dapat menambah retensi dan stabilitasnya.
8. Bentuk lengkung rahang :
- Rahang atas : persegi / oval / segitiga *
- Rahang bawah : persegi / oval / segitiga *

Bentuk lengkung rahang segitiga adalah yang paling menyulitkan terutama saat penyusunan
elemen gigi tiruan penuh yang tidak mengganggu artikulasi dan selanjutnya tidak mengganggu
stabilisasi.

28
9. Ruang gigi tiruan regio ......... : besar / sedang / kecil *
Jarak mesio distal (span) : ............. mm (>, n, <) *
Tinggi serviko oklusal : ............. mm (>, n, <) *

Ruang gigi tiruan adalah jarak vertikal antara prosesus alveolaris rahang atas dan rahang bawah.
Ruang gigi tiruan yang besar adalah menguntungkan dalam hal penyusunan gigi, dan penentuan
tinggi bidang oklusal.

10. Perlekatan dasar mulut : tinggi / normal / rendah *

Diperlukan untuk menentukan panjang sayap lingual gigi tiruan rahang bawah, yang akan
mempengaruhi stabilisasi gigi tiruan.

11. Lain-lain :
Eksostosis : ada / tidak ada * Bila ada, regio
:........................................................................
Torus mandibularis : ada / tidak ada * Bila ada, regio :
.........................................................

Tuliskan di sini bila ada penonjolan tulang, sekaligus dengan lokasinya, dan perhatikan apakah
akan menyulitkan pemasangan gigi tiruan.

Sikap mental : Filosofis / exacting / indifferent / histerical *

House mengelompokkan pasien protodonsia menjadi empat kelompok tersebut di atas.


1. Filosofis : adalah tipe yang terbaik. Pasien biasanya bersikap rasional dan percaya terhadap
dokter yang merawatnya. Motivasi juga baik untuk memelihara kesehatan gigi dan penampilan. Tipe
pasien ini juga cepat untuk beradaptasi.
2. Exacting : adalah tipe yang hampir menyerupai tipe pertama tetapi lebih banyak tuntutannya. Sifat
pasien ini metodikal dan akurat. Ingin diikut-sertakan dalam perawatan dan minta penjelasan secara
rinci. Untuk mencapai keberhasilan yang optimal, perlu dilakukan pendekatan dan penjelasan yang
lebih baik.
3. Indifferent : adalah tipe pasien yang apatis, tidak peduli akan penampilannya, tidak merasakan
perlunya perawatan gigi tiruan, jadi tidak mempunyai motivasi. Selain itu pasien juga tidak
memperhatikan instruksi yang diberikan, tidak koperatif, dan cenderung menyalahkan dokter yang

29
merawatnya. Untuk memperoleh keberhasilan, diperlukan seorang pendamping atau keluarga untuk
memberikan penjelasan sehubungan dengan perawatannya. Prognosis kurang menguntungkan.
4. Histerical : adalah pasien yang sangat emosional, tidak stabil, mempunyai reaksi berlebihan dan
sangat sensitif. Pasien biasanya takut terhadap perawatan kedokteran gigi, dan yakin bahwa
pemasangan gigi tiruan akan berakhir dengan kegagalan. Prognosis seringkali kurang baik, dan
kadang-kadang diperlukan bantuan psikiater sebelum perawatan dimulai.

Kumpulan data utama :


Dalam Prostodonsia yang dimaksud dengan Kumpulan Data Utama adalah data yang berhubungan
dengan perawatan yang akan dilakukan. Terdiri dari data yang dapat mempermudah atau mempersulit
perawatan, dan merupakan data-data yang diperlukan yang berkaitan dengan perawatan yang akan
dilakukan.

Diagnosis :

Pengertian Diagnosis dalam Prostodonsia berbeda dengan pengertian diagnosis pada umumnya. Dalam
bidang Prostodonsia, Diagnosis merupakan identifikasi, evaluasi, dan kesimpulan tentang kondisi yang
ditemukan dalam pemeriksaan, beserta perawatan pilihan yang akan dilakukan pada pasien.
Contoh : Bentuk kasus kehilangan gigi ………………………….. memerlukan rehabilitasi dengan
pemasangan Mahkota Tiruan Penuh / Mahkota Tiruan Pasak / Gigi Tiruan Jembatan / Gigi Tiruan
Sebagian Lepas / Gigi Tiruan Penuh / Gigi Tiruan penuh Tunggal, dan lain-lain.

30
Rencana perawatan

Gigi tiruan lepas : Sebagian / Penuh *

a. Perawatan Pra Prostodontik :


1. Perawatan periodontal : ada / tidak ada *
Bila ada : - Macam perawatan : ……………………………
2. Perawatan bedah : ada / tidak ada *
Bila ada : - Pencabutan gigi, elemen :……………………
- Lain-lain : ……………………………………….
3. Konservasi gigi : ada / tidak ada *
Bila ada, pada gigi-geligi : …………………………………
Bila ada : - Pembuatan mahkota :…………………………
- Pengasahan gigi miring : ……………………
- Pengasahan gigi extrude : …………………..
- Lain-lain : ……………………………………….
5. Persiapan tempat cengkeram : ada / tidak ada *
Bila ada, pada gigi-geligi: ………………………………..
6. Tissue conditioning : perlu / tidak perlu *
Bila perlu, pada regio : ……………………………………
7. Macam cetakan :
- RA : mukostatis / mukokompresi / mukofungsional / selective pressure *
- RB : mukostatis / mukokompresi / mukofungsional / selective pressure *

8. Warna gigi : ………………………………………………….

31
b. Desain:
1. Alternatif I :

2. Alternatif II :

Gambarkan desain perawatan yang akan Anda buat pada gambar Alternatif I. Gambar Alternatif II
adalah untuk desain yang merupakan alternatif perawatan lain dari kasus yang sama, misalnya untuk
desain kerangka logam dll.

32
2.2.7 Pencetakan Model Study

Tujuan Pencetakan :

• Untuk menganalisis jaringan keras dan jaringan lunak


• Untuk mengetahui ruang yang tersedia untuk GTSL
• Evaluasi kontur gigi yang tersisa dan mungkin diindikasikan untuk
restorasi
• Untuk mengetahui apakah diperlukan bedah eksostosis
• Untuk menggambar desain

Pemilihan Sendok Cetak

Ada empat jenis sendok cetak :

• Metal tray tidak berlubang


• Metal tray berlubang
• Plastik tray tidak berlubang
• Plastic tray berlubang

Untuk pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan menggunakan metal tray tidak
berlubang karena bersifat kaku, mampu menahan alginate dengan baik
sehingga memudahkan operator mendapatkan cetakan yang luas dan baik.

Memilih tray untuk maksila dan mandibular :

• Pastikan ada jarak 5-7 mm antara bagian dalam sendok cetak dengan
permukaan gigi dan jaringan lunak. Jarak ini penting untuk
memastikan undercut tercetak.

33
Membuat sendok cetak individual :

• Menggunakan modelling plastic yang di panaskan didalam air dengan


suhu 60⁰ C

• Modelling plastic di
sesuaikan pada tray sesuai
area cetak

• Kemudian tray di masukkan kedalam mulut pasien untuk dicetak dan


dikeluarkan saat modelling plastic masih dalam keadaan lunak

• Rendam tray kedalam air es

• Modelling plastic di pangkas dengan pisau tajam sedalam 5-7 mm

34
• Kemudian gunakan alginate adhesive pada tray

Anatomi yang Harus Tercetak

Maksila Mandibula

Vestibulum Labialis Frenulum labialis

Frenulum Labialis Vestibulum labialis

Frenulum bukalis Frenulum bukalis

Hamular notch Bukal shelf

Tuberositas maksila Linea obliqua eksterna

Proc. Alveolaris Retromolar pad

Papila insisivum Proc. Alveolaris

Sutura palatina mediana Frenulum lingualis

Rugae Vestibulum lingualis

Palatum Ruang retromylohioid

Fovea palatina Otot dasar mulut

35
Manipulasi Alginat

• Tuangkan powder alginate kedalam air dengan suhu 22⁰C

• Aduk dengan spatula berbilah lebar


• Ketika semua bubuk terbasahi, tinggatkan kecepatan pengadukan

• Aduk dengan menekan alginate ke dindin bowl dengan spatula agar


homogeny
dan tidak ada udara yang terperangkap

• Lakukan pengadukan selama 45 detik

36
Teknik Mencetak

Lakukan pencetakan pada mandibular terlebih dahulu. Jika melakuka pencetakan


pada maksila terlebih dahulu maka pasien akan merasa kurang nyaman sehingga akan sulit
melakukan pencetakan pada mandibular.

• Pencetakan rahang bawah dilakukan dengan tangan kiri memgang tray


dan tangan kanan melepas gauze pad dari mulut pasien.
• Syringe yang sudah berisi alginat digunakan untuk mencetak bagian
fasial dan lingual vestibula. Kemudian tempatkan tray yang sudah diisi
alginate ke dalam mulut.
• Tempatkan telunjuk di area premolar dan jempol di bawah dagu

• Ketika membuat cetakan maksila alginate di dalam syringe digunakan


untuk area vestibula, oklusal gigi dan palatum
• Tray dipegang dengan jempol dan telunjuk kanan, dan telunjuk kiri
menaikkan bibir agar tidak mengganggu pencetakan

• Tekan diarea premolar selama 2-3 menit


• Kemudian lepaskan tray menggunakan jempol berada diatas pegangan
tray dan jari tengah dan telunjuk berada di bawah pegangan tray
• Tarik tray sesuai sumbu gigi
• Bersihkan hasil cetakan dengan air dingin dengan lembut

37
• Apabila saliva sulit dibersihkan dapat menggunakan brush dan deterjen
ringan

• Kemudian disinfeksi hasil cetakan


• Tutup dengan plastic wrap selama 2-10 menit

38
Posisi pasien dan dokter gigi selama prosedur pembuatan Cetakan
Posisi pasien dan dokter gigi dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap prosedur
pembuatan kesan. Pengalaman menunjukkan pasien harus duduk tegak dan dokter gigi harus
berdiri selama prosedur ini. Ini meningkatkan kenyamanan pasien dan memberikan dokter gigi
dengan akses, kontrol, dan bidang penglihatan yang tepat.
Pasien harus diposisikan sehingga bidang oklusal sejajar dengan lantai ketika mulut
pasien terbuka. Ini sedikit berbeda untuk lengkung rahang atas dan rahang bawah; oleh karena
itu, beberapa penyesuaian kursi diperlukan di antara tayangan. Ketinggian kursi harus
disesuaikan sehingga mulut pasien berada pada level yang sama dengan siku dokter gigi. Ini
memungkinkan peningkatan kenyamanan operator selama prosedur tayangan. Ketika membuat
kesan mandibula, seorang dokter gigi tangan kanan harus berdiri di sebelah kanan dan di depan
pasien (Gambar 5-19). Hal ini memungkinkan dokter gigi untuk memegang baki cetakan di
tangan kanan sambil memanipulasi sudut kanan mulut pasien. dengan tangan kiri. Saat
membuat kesan maksila, dokter gigi kanan harus berdiri di sebelah kanan dan belakang pasien.

Ini memungkinkan lengan dan tangan kiri dokter gigi untuk melingkari kepala pasien dan
memanipulasi sudut kiri mulut (Gbr 5-20).

Setting time dan working time


Setting time alginat ditentukan oleh pabrikan. Bahan cepat-dan-teratur tersedia. Dokter gigi
dapat mengubah Setting time dengan memvariasikan suhu air yang digunakan. Sebagian besar
pabrik merekomendasikan penggunaan air 22 ° C (72 ° F). Air pendingin akan memberikan
lebih banyak working time, sedangkan air yang sedikit lebih hangat akan mempercepat set
bahan Cetak. Beberapa merek alginat menunjukkan sensitivitas yang lebih besar terhadap
perubahan suhu dibandingkan yang lain. Produk tertentu telah menunjukkan sebanyak 20 detik
perubahan waktu gelasi untuk setiap perubahan suhu 1 ° C dalam air. Pendinginan mangkuk
dan air pencampur dapat sangat meningkatkan Working time. Pendinginan bubuk yang
dikemas dan pra-ditimbang tidak dianjurkan karena kondensasi dapat mempengaruhi
keakuratan dan sifat kerja bahan

39
2.2.8 Surveying

Hal yang dilakukan pertama yaitu pemasangan model studi di meja surveyor,
kemiringan gips dapat diatur. Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. Adanya Undercut
Undercut harus ada pada gigi abutment ketika model studi ditempatkan dalam posisi
horizontal. Karena gaya lepas (disloging force) diarahkan tegak lurus dengan bidang
oklusal. Contoh dari disloging force yaitu makanan yang lengket / gaya gravitasi yang
bekerja di gigi tiruan maksila.
Apabila posisi undercut mau diubah maka dapat mengubah undercut bagian gigi yang
lain. Posisi lengan retensi diposisikan tidak jauh dari oklusal/insisal dan berada di
sepertiga tengah gigi sehingga menghasilkan hasil yang estetis dan dapat menurunkan
gaya torsi yang ditransmisikan ke abutment.
2. Koreksi interference
Struktur tertentu seperti gigi, tonjolan tulang/jaringan lunak, eksostosis dapat
mengganggu pemasangan GTS. Sehingga dapat mengubah kemiringan model studi di
meja surveyor.
3. Estetika
Memperhatikan kemiringan model studi yangmana lengan retentive harus
disembunyikan dimana posisi ideal retentive clasp pada sepertiga gingiva dari mahkota
klinis. Saat kehilangan gigi anterior, perlu dipertimbangkan apakah model studi perlu
dilakukan recontouring pada gigi yang masih tersisa (gigi abutment) apakah masih ada
cukup ruang untuk tempat protesa.
4. Menciptakan guiding line yang bagus
Jika ingin mendapatkan guiding line permukaan gigi abutment dalam posisi parallel
yang mengarah pada posisi penyisipan & pengangkatan (lepas pasang) GTS dimana
berfungsi untuk menstabilkan protesa terhadap kekuatan lateral.

Memperhatikan Path of Insertion yangmana arah yang dipakai oleh GTS saat dilepas-
pasang berdasarkan kemiringan model studi saat diletakkan di meja surveyor. Arah ini akan
selalu parallel dengan lengan vertical surveyor.

Selanjutnya, tripodisasi model studi yaitu menyimpan posisi akhir model studi saat
akan dikirimkan ke lab. Tripod ini dapat dilakukan dengan cara memberikan tanda (x) pada

40
model studi yang diberi jarak sama besar dengan lengan vertical surveyor dipegang dalam
posisi tetap vertical.

Garis survey dapat ditentukan dengan cara :

1. Carbon marker ditempatkan di mandrel surveyor dan mandrel diperketat


2. Vertical arm surveyor dibuka dan pergerakannya dalam arah supero-inferior.
3. Meja surveyor bergerak sepanjang permukaan platform sampai model studi
mendapatkan kontak dengan carbon marker
Menentukan dan menandai area undercut ini diperlukan untuk penempatakn area retentive
clasp, dapat ditentukan dengan cara :

1. Pilih undercut gauge yang tepat, masukkan pada mandrel dan kunci
2. Meja surveyor diposisikan hingga gigi abutment berkontak dengan batas undercut
gauge
3. Vertical arm surveyor dinaikkan sampai batas undercut gauge menyentuh bidang
infrabulge gigi
4. Titik kontak yang dihasilkan ditandai dengan garis

2.2.9 Design

Dalam hal pemilihan design untuk pembuatan GTS terdapat beberapa konsep dasar yaitu :

1. Stress Equalization (Pemerataan Tekanan)


- Force yang diterima dalam arah vertical pada gigi tidak sebesar force yang diterima
oleh mukosa yang menutupi ridge edentulous. Sehingga force yang diterima oleh
GTS diteruskan ke gigi abutment.
- Penggunaan konektor yang rigid menyebabkan antara basis dengan retainer bisa
rusak. Oleh karena itu penting untuk mempertimbangkan arah tekanan sehingga
melindungi gigi abutment.
2. Physiologic Basing
- Stress equalization dapat dicapai dengan mencatat beberapa hal misalnya ridge
edentulous dengan menekan mukosa selama pencetakan
- Hal ini menunjukkan bahwa tahanan jaringan yang dikompresi menunjukkan
peningkatan dalam menahan kekuatan vertical.

41
- Untuk menghasilkan gerakan vertical (dari posisi diam ke fungsional) maka jumlah
direct retainer harus dibatasi/dikurangi. Direct retainer harus didesign mampu
memberikan minimum retensi yangmana dapat meningkatkan kesehatan jaringan
dan menghasilkan protesa yang ringan dengan perawatan yang minimal. Namun,
dapat berakibat pada rasa tidak nyaman pada pasien karena GTS sedikit diatas
bidang oklusal ketika GTS dalam posisi dalam sehingga aka nada kontak premature
antara gigi antagonis dengan protesa selama oklusi. Serta sulit untuk mendapatkan
indirect retention yang efektif karena pergerakan vertical dari GTS dan minimal
retention yang didapatkan dari direct retainer.
3. Broad Stress Distribution
Adanya peningkatan kontak dengan gigi dan mukosa yang ada dapat meminimalkan
lateral force yang diterima. Penggunaan multiple clasp tidak dianjurkan apabila ingin
meningkatkan retensi. Serta komponen yang rigid dapat meminimalkan gerakan rotasi
dan memberikan stabilitas horizontal yang baik.

42
2.2.10 Preparasi rongga mulut dan cetak model kerja

preparasi rongga mulut sesuai urutan prosedur yang biasa dilakukan

a. Pengendalian nyeri dan infeksi


- endodontik dan bedah yang diperlukan
- masalah-masalah pada jaringan gingiva harus dirawat untuk meminimalisir abses
periodontal atau inflamasi lainnya kedepannya
- Scalling, root planing, dan prophylaxis

b. Melaksanakan prosedur pembedahan yang dibutuhkan


- Pencabutan gigi yang tidak dapat di restorasi gigi yang tidak memiliki dukungan
periodontal yang baik dan Gigi yang tidak erupsi atau impaksi
- Pembedahan extositosis atau prominent bone yang dapat mengganggu pembuatan
GTSL
- Preprostodontik seperti peletakan implant, penambahan ridge atau ekstensi
vertibular harus dilakukan di awal untuk membiarkan proses penyembuhan adekuat

c. Perbaikan perbedaan oklusal plane

Oklusal plane pada kebanyakan kasus edentulous sebagian tidak rata


dikarenakan gigi yang sudah lama tidak diganti membuat gigi antagonisnya supra
erupsi. Jika Supra erupsinya rata-ratanya kecil lainnya dapat diperbaiki dengan
recontouring permukaan gigi secara hati-hati, jika sedang diperlukan penggunaan onlay
atau mahkota dan jika ekstrem maka dapat diekstraksi.

d. Perbaikan gigi yang malaligment (tidak Selaras)


Pilihan pertama untuk gigi yang tidak selaras adalah dengan pergerakan
ortodontik. Tetapi pergerakan gigi bisa tidak mungkin pada pasien dengan gigi yang
tinggal sedikit atau pada gigi yang tidak memiliki kondisi periodontal yang baik, dapat
juga dikarenakan pasien yang tidak mau melakukan perawatan ortodontik.
Jika tidak dapat dilakukan terapi ortodontik maka jika malaligment hanya
sedikit dapat diperbaiki dengan recontouring permukaan aksial gigi tersebut, jika
malaligment sedang diperbaiki dengan penggunaan mahkota, dan jika malalignment
parah sehingga gigi tersebut tidak dapat digunakan dapat dipertimbangkan ekstraksi
jika semua kemungkinan lainnya telah habis.

43
e. Memberikan dukungan terhadap gigi dengan periodontal yang lemah
Gigi dengan periodontal yang lemah terkadang perlu displinting. Bisa dalam
bentuk splinting permanen dengan menggabungkan gigi-gigi tersebut dengan
restorasi penuh/parsial. Dapat di cast pada single unit atau cast persatuan dan di
solder.

f. Pembentukan ulang kontuinitas rahang

Gigi yang berdiri sendiri disamping edentulous disebut pier abutmen, peletakan
cangkram digigi ini dapat mengakibatkan kerusakan periodontal dan kehilngan
abutmen. Pier abutmen dapat diletakkan rest, tetapi tidak dengan cangkram. Dapat
dipertimbangkan pernggunaan gigi tiruan cekat.

g. Pembentukan ulang gigi (reshaping teeth)


Rekonturing permukaan gigi pada ename;, pada permukaan restorasi atau pada
restorasi yang baru untuk:
- Membuat guiding lines, diubah bentuk gigi agar paralel dengan jarum lepas pasang

- Merubah tinggi kontur


Tinggi kontur yang biasanya diubah untuk memberikan posisi yang lebih baik untuk
lengan cakram atau palate lingual, idealnya lengan cakram retentive harus
diletakkan tidak jauh daripada Junction dari gingiva dan sepertiga tengah mahkota

44
Tinggi kontur bagusnya direndahkan menggunakan Diamond bur dan dihaluskan
dengan karborundum bur
- Menambah undercut retensi terkadang gigi abutment yang dipilih tidak memiliki
potensi yang cukup sehingga kontur gigitannya harus dimodifikasi untuk
menambah undercut yang ada atau untuk membuat undercut biasa
- Restorasi penuh atau sebagian diperlukan untuk gigi yang karies berlesi, restorasi
yang cacat, fraktur atau perawatan endodontik. Jika gigi yang tersisa tidak
menyediakan kontur yang berguna dan permukaan enamel tidak dapat dimodifikasi
untuk membuat kontur yang diinginkan, maka dibutuhkan restorasi penuh atau
sebagian
- membentuk pola wes
- menghilangkan restorasi yang sudah dicast

h. Preparasi rest seat untuk gigi posterior


Rest seat berfungsi untuk mengarahkan gaya mastikasi pararel ke sumbu
panjang (long axis) dari gigi abutment tersebut. Juga mencegah displacement dari gtsl
dan menahan hubungan antara pertemuan cakram dan gigi yang diinginkan. Pada
beberapa aplikasi, rest dapat digunakan sebagai indirect restoration atau sebagai
penutup celah kecil antar gigi untuk mengembalikan kontunuitas rahang dan mencegah
impaksi makanan.

45
- Oklusal rest seat pada enamel
Ketebalan minimal 1 mm

- Oclusal rest seat sebagai bagian restorasi logam baru


Rest areanya langsung di ukir pada pola malam mengikuti guiding line.
- Oklusal reat seat pada permukaan restorasi logam yang sudah ada
Cara pembuatannya sama seperti rest area dienamel. Saat membuat rest area pada
restorasi yang sudah ada harus memperhatikan ruang yang cukup. Preparasi gigi
yang tidak adekuat dapat menyebabkan ketebalan framework yang tidak cukup dan
menyebabkan kegagalan gtsl
- Oklusal rest seat pada restorasi amalgam
Kurang disenangi dibandingkan pada enamel/logam karena bisa terjadi deformasi
jika diberi beban yang berkelanjutan yang bisa membuat fraktur pada material dan
kegagalan restorasi. Rest seat tidak seharusnya diletakkan sepenuhnya di amalgam.
- Rest seat embrasur

Preparasi ini croos embrasure oklusal dari 2 gigi posterior yang bersampingan
dari fossa mesial 1 gigi ke distal fossa gigi tetangganya.

i. Preparasi rest seat pada gigi anterior


Sebagian besar kasus, stres pada oklusal gigi posterior lebih dipilih daripada
rest seat singulum atau insisal pada gigi anterior. Singulum atau insisal biasanya
terdapat pada permukaan yang di nasi yang bisa menyebabkan beban of exit tetapi
terkadang gigi posterior hilang atau berposisi yang jelek atau jika penempatan LED
strip di posterior dapat memiliki efek sebaliknya pada fungsionalnya atau estetika hal
ini lebih dipilih daripada area pada enamel gigi Sesuai enamel yang ada dan pasien
memiliki usaha yang baik di metal yang baru dicat metal ceramic restoration jika

46
restorasi akan dipasangkan pada aktif dan harus bergabung pada kolam alternatif
aktifkan minus mandibula biasanya tidak memiliki energi yang cukup untuk preparasi
yang konsep konvensional alternatif ini berbentuk Sabit yang menurut pada Tengah dan
sepertiga apikal mahkota klinis. Jika tidak ada lagi gigi posterior ataupun caninus yang
dapat digunakan sebagai rest, maka dapat dibuatkan insisal rest seat pada enamel.

47
2.2.11 Try In

- Pasien harus duduk di ruang perawatan yang memberikan suasana yang tenang dan
santai. Ini dapat membantu meringankan ketegangan yang mungkin timbul saat pasien
memandang peralatan gigi untuk yang pertama kalinya.
- Basis gigi tiruan tidak perlu diwax untuk kontur yang penuh, tetapi harus rapi, bersih,
dan tahan terhadap tooth displacement.

- Praktisi harus hati-hati saat memasukkan gigi tiruan lepasan dan


memberitahu pasien untuk menghindari penerapan tekanan gigitan yang
berlebihan. Pasien kemudian dapat diarahkan untuk menutup dengan ringan
untuk memastikan tidak adanya gangguan.

48
- Panjang gigi harus dievaluasi secara hati-hati. Jika semua gigi anterior diganti dan bibir
atas normal panjangnya, tepi (edge) gigi insisivus sentral harus terlihat saat rileks. Saat
bibir ditarik ke atas (misalnya dalam senyum yang berlebihan), kontur gingiva dari
basis gigi tiruan harus minimum jelas.
- Jika ruang edentulous relatif besar, diastema dapat dimasukkan ke tooth arrangement.
Jika ini harus dilakukan, pasien harus diberitahu tentang kesulitan potensial yang
terkait dengan jarak interdental. Jarak ini mempersulit prosedur kebersihan mulut,
meningkatkan kemungkinan impaksi makanan, dan dapat membuat kesulitan dengan
fonetik.

- Penjajaran vertikal gigi juga harus dievaluasi. Sedikit penyimpangan dari vertikal
dapat menghasilkan hasil estetika yang dapat diterima, tetapi penyimpangan yang
signifikan dapat membuat kesulitan terhadap estetika. Praktisi harus membuat
perhatian khusus pada garis tengah rahang atas. Garis tengah atau mid line ine harus
diperhatikan untuk keselarasan vertikal dan garis tengah wajah. Kesalahan apapun
pada posisi garis tengah rahang atas bisa sangat menganggu.

49
2.2.12 Edukasi Pasien

Edukasi kepada pasien yang dapat disampaikan adalah

o Pengendalian gigi tiruan. Setelah menggunakan gigi tiruan, pasien diberi


penjelasan bahwa pasien harus belajar membentuk pola gerak otot yang baru
untuk mengendalikan gigi tiruan tersebut. Menurut penelitian, 60% orang
yang menggunakan gigi tiruan membutuhkan waktu selama 1 minggu untuk
makan dan berbicara dengan nyaman. Sementara 20% penggunaan gigi
tiruan yang lain membutuhkan waktu setidaknya satu bulan.
o Penampilan. Gigi tiruan yang baru memberikan perubahan yang nyata
terhadap penampilan pasien. Sangat penting untuk mengingatkan pasien
bahwa perubahan tersebut kemungkinan akan menimbulkan berbagai
macam komentar. Pasien harus diberi pengertian mengenai tujuan
perawatan yang sebenarnya.
o Melepas gigi tiruan di malam hari. Idealnya gigi tiruan dipakai di malam
hari selama paling sedikit 10 hari pertama. Stimulasi reseptor mekanis yang
terus menerus pada mukosa mulut dapat mempercepat prosesi adaptasi.
Setelah masa adaptasi selesai, pasien diintruksikan untuk melepas gigi
tiruan pada malam hari. Hal tersebut dikarenakan pada saat tidur, kontak
gigi sering terjadi dan mukosa penyangga mungkin akan terluka gigi tiruan
yang dilepas pada malam hari akan memberikan cukup waktu pada mukosa
penyangga gigi tiruan untuk relaksasi. Pada malam hari, gigi tiruan perlu
dilepas dan direndam di dalam air.
o Membersihkan gigi tiruan. Pasien disarankan untuk menyikat giginya secara
teratur dan hati-hati menggunakan sabun, air dan sikat nilon lembut yang
cukup kecil agar dapat mencapai semua daerah gigi tiruan. Dianjurkan
untuk merendam gigi tiruan menggunakan bahan pembersih
o Prosedur pemanggilan kembali atau periodic recall. Setelah penggunaan
gigi tiruan, perlu menekankan pada pasien bahwa kunjungan berkala sesuai
dengan keterangan dokter gigi sangat penting dilakukan untuk menurunkan
risiko kerusakan jaringan atau resorbsi tulang dan memastikan bahwa gigi
tiruan tersebut telah berfungsi secara efisien. Pada periodic recall ini,
pemeriksaan harus memantau kondisi jaringan mulut, respon terhadap

50
restorasi gigi, respon terhadap protesa gigi, dan penerimaan pasien. Periodic
recall dilakukan 24 jam setelah pemasangan, seminggu setelahnya dan 6
bulan setelahnya.

51
DAFTAR PUSTAKA

1. Phoenix RD., Cagna DR., Stewart’s Clinical Removable Partial Prosthodon-tics.


Quintessence, Chicago, 4th ed. 2003. P.2-8
2. Phoenix RD., Cagna DR., Stewart’s Clinical Removable Partial Prosthodon-tics.
Quintessence, Chicago, 4th ed. 2008 . P. 128-129
3. Carr AB. MC. Givney; Brown DS. McCracken’s Removeable Partial Denture
Prostodontics. 11th ed. 2005. P:5
4. Carr AB, McGivney GP., Brown DT., McCracken’s Removable Partial
Prosthodontics. 13th ed. 2015. P. 205-207

52

Anda mungkin juga menyukai