Anda di halaman 1dari 8

RESUME

Kelompok 4

BONDING

Ilham Maulida Ahmad Dedad (1713101010041)


Siti Nur Rahayu (1713101010042)
Galuh Satwika Paramita (1713101010043)
Fauziatul Bihamdillah (1713101010044)
Qashri Nafisah (1713101010045)
Reka Rahmadani (1713101010046)
Tasha Mailina (1713101010047)
Khaerunnisa Destiana (1713101010048)
Putri Nabilah Zulkifli (1713101010049)
Nafa Mazaya (1713101010050)
Afrilia Hendriana (1713101010051)
Muhammad Kahlil Gibran (1713101010052)
Wahida Putri Nurul Hafizah (1713101010053)
Jeshy Asyifa (1713101010054)
Narasumber : drg. Diana Setya Ningsih, M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN AJARAN 2017/2018
Mekanisme Terjadinya Adhesi
Setiap material restorasi membutuhkan retensi dengan berbagai sistem koneksi atau
perlekatan (attachement).
Adhesi atau bonding adalah fenomena yang terjadi bila dua substansi yang berbeda
bergabung menjdi satu, berkontak dengan karena adanya gaya tarikmenartik diantara
keduanya.
Adhesif : material yang digunakan untuk menghasilkan adhesi
Istilah bonding digunaskan untuk adhesi atau attachement.
Bonding dapat terjadi bila cairan masuk ke dalam porus atau celah permukaan
material. Karena adanya mechanical interlocking yang terjadi ketika cairan tersebut
mengeras, akan berbentuk ikatan (bond) yang kuat.
Adhesi = bonding

Prinsip adhesi :
Terjadi apabila dua substansi bergabung atau berkontak karena adanya gaya tank
menarik antara keduanya. Material adhesif adalah material yang digunakan untuk
menghasilkan adhesi, sedangkan adheren adalah tempat dilekatkannya material adhesif.
Kualitas adhesi tergantung pada sifat permukaan dan material adhesif. Adhesi yang baik
dapat diperoleh apabila permukaan struktur gigi cukup kasar secara mikroskopis dan
makroskopis, serta bersih dari debris.
Agar diperoleh suatu perlekatan yang baik maka hendaknya :
1. Permukaan substrat harus bersih

2. Material adhesif dapat membasahai subsrat dengan baik, mempunyai sudut kontak kecil,
dan mengalir ke seluruh permukaan

3. Adaptasi dari substrat menghasilkan perelekatan material tanpa adanya udara yang
terperangkap.

4. Interface mempunya sifat fisik, mekanik yang cukup atau kekuatan mekanik yang dapat
menahan kekuatan debonding (pelepasan)

5. Adhesif hams bisa sempurna dibawah kondisi yang direkomendasikan dalam


penggunaannya
Mekanisme debonding :
Debonding : terjadi oleh karena proses dari terbentuknya keretakan dan perambatan
keretakan yang menyebabkan kegagalan perlekatan. Berbagai macam tes dapat
dikembangkan untuk mengukur kekuatan ikatan anatara dua material. Contoh : semen dengan
metal, porselin dengan metal (lab), atau bahan adhesive dengan email atau dentin gigi.
Contoh pemakaian bonding :
Adhesi komposit pada email yang dietsa antara 20 sampai 24 Mpa.

Sifat Bahan Bonding


Adhesi merupakan hasil dari retensi mekanikal dari polimer matrik agent bonding ke
dalam permukaan etsa yang kasar dari enamel. Kegagalan bisa terjadi dalam komposit,
menggambnarkan kekuatan tensile. Bonding terbentuk antara agent polimer mempunyai
viskositas rendah dan permukaan email. Kekuatan tergantung pada penetrasi resin ke dalam
permukan email yang irreguler. Untuk memperoleh kekuatan ikatan yang optimum,
permukaan harus diperlakukan dengan etsa. Biasanya asam phosphat 35 sampai 50 %. Etsa
permukan email akan menambah luas area untuk bonding, menaikan surface energi untuk
memudahkan wetting, Bonding yang adekuat tergantung pada permukaan etsa yang kering,
sehingga harus dijaga dari kontaminasi saliva.

Bonding Email dan Dentin


Modifikasi email dan dentin :
Berbagai surface treatment telah diuji coba untuk meningkatkan perlekatan material pada
email dan dentin, yaitu dengan menggunakan enzim, chelating agent, asam dan alkali.
Teknik etsa asam merupakan teknik yang banyak digunakan untuk memodifikasi email. Etsa
asam akan menghasilkan :
1. Menghilangkan debris dari permukaan email

2. Membentuk pori-pori pada email

3. Meningkatkan energi bebas permukaan email

4. Memperluas area permukaan email.

Email dan dentin bonding agent untuk direct komposit


Bonding agent modern berisi 3 komposisi utama yaitu :
(etsa asam,primer dan adhesif) dapat dikemas sendiri-sendiri atau kombinasi. Sekarang telah
Nadir bonding agent generasi 4, 5 dan 6
Tabel keuntungan dan Keuntungan Kerugian
kerugian berbagai macam
solvent Solvent
Acetone Cepat Dapat menguap dalam
mengering kemasan,
sensitif dalam keadaan basah dari
dentin, diperlukan pengolesan
berulang, bau tajam
Etahanol/air Mengering Dibutuhkan waktu
tidak begitu untuk penguapan
cepat, kurang sensitif
dalam kondisi basah
dentin
Air Menguap Waktu penguapan
lambat, lama, air dapat
sensitif terhadap mempengaruhi
adjesif bila tidak
keadaan basah dentin dihillangkan
Solvent-free Tidak Ketebalan tinggi
menguap,
lapisan

Komposisi :
 Etchants
1. (Maleic, tartaric, citric, EDTA, monomer asam)

2. Asam poliakrilat (polyacrylic acid)


3.Mineral (asam hidroklorik, asam nitra dan asam hydrofluorik)
Tetapi asam phosphat baik dalam bentuk cairan maupun dalam bentuk gel (37 %, 35
% serta 10 %) memperlihatkan hasil etsa yang baik. Etsa asam juga disebut conditioners.
 Primers :
Monomer hidrofilik biasanya tercampur dalam pelarut (solvent). Asam primer yang
berisis kelompok karbosiklik digunakan dalam bonding self-etchant. Solven yang digunakan
adala : aceton, ethanol-air atau air saja. Dalam beberapa pimers, solvent bisa mencapai 90 %
tetapi untuk bonding generasi 4 dan 5 tidak mengandung solvent. Primers mempunyai
perbedaan dalam : derajad penguapan, pola penegingan, dan karakteristik penetrasi yang
semua ini akan berpengaruh dalam perlekatan.

 Adhesif
Pada umumnya bersifat hidropob, oligomer dimethakrilat yang kompatibel dengan monomer
yang digunakan dalam polimers maupun komposit.
 Inisiator dan accelerator
Sebagian besar bonding mrnggunakan sistem polimerisasai dan berisi champoroquinome
dan anime organik. Dengan sistem dual-cure bonding agent menggunakan katalis untuk self-
curing.
 Fillers
Sebagian besar bonding tidak mengandung filler, tetapi ada sebaian produk yang
menggunakan filler anorganik yang bevariasi 0,5 sampai 40 % berat. Partikel filler adalah
mikrofiller, juga disebut nanofillers dan sub-micron glass. Filler dalam material bonding
cenderung untuk mengahsilkan perlekatan in vitro yang lebih tinggi.
 Kandungan lain
Bonding mungkin mengandung fluoride atau material antimikroba. Salah satunya
mengandung glutaraldehyde sebagai desensitizer.

Sifat-sifat material bonding :


Sifat laboratories :
Kekuatan perlekatan
Sebagian menghasilkan kekuatan perlekatan dengan email dan dentin superfidsial
sebesar 15 sampai 35 Mpa. Pada dentin yang lebi dalam kekuatan ini akan cnederung
menurun, atau lebih kecil dianding pada dentn superfisial.
Kekuatan fatigue :
Merupakan kombinasi dari kekuatan meknikal dan stress dari thermal cycling, dapat
menghasilkan sekitar satu jenis juta cyles pada interface sebanyak I jta pertahun.kekuatan
dalaminterface yang Leah akan menyebabkan debonding dan terjadi mikroleakage cairan
mengalir. Selanjutnya menyebabkan sakit.
Sifat biologi :
Solvent dan monomer dalam bonding mempunyai sifat mengiritasi kulit yang ringan
sepertti matral 2-hyroxyethylmetacrylate(HEMA), tidak sekompatibel monomer. Material
bonding mungkin menyebabkan reaksi lokal dan sistematik pada dokter gigi atau perawat
gigi. Untuk mengatasi hal tersebut dianjurkan menggunakan sarung tangan, menyipan botol
dalam tutupan yang rapat, penggantian udara. Tetapi apabila material sudah terpolimerisasi,
efeknya akan berkurang.
Sifat klinik
Email akan suskses apabila email teretsa dengan baik, terbentuk mikrotag material
terpolimerisasi dengan baik.
Ukuran keberhasilan bonding adalah :
1. Sensitifitas setelah penumpatan

2. Pewarnaan interfasial

3. Sekunder karies

4. Retensi atau fraktur setelah 18 bulan

Bonding Untuk Bahan lain


Amalgam
Sistem ini digunakan untuk adhesi amalgam dengan struktur gigi, amalgam dengan
amalgam atau amalgam dengan logam lain. Sistem ini membutuhkan dua karakteristik untuk
mendapatkan pembasahan yang optimal, karena amalgam hidropob dan email hidrofilik.
Monomer 4-META sexing digunakan sebagai amalgam bonding.
Komposit
Bonding meliputi dua material yaitu struktur gigi dan bagian bawah restorasi
komposit indirek. Biasanya digunakan semen resin komposit. Untuk menambah kekuatan
biasanya dilakukan blasting (microetching) menggunakan aluminium oxide, asam hidrofluide
gel atau menggunakan primers. Sandblaasting akan mengasarkan permukaan, etsa akan
menghilangkan smear layer dan sedikit melarutkan partikel filler. Sedangkan primers akan
menghasilkan pembasahan yang baik dan perlekatan kimiawi.
Primers yang dihasilkan pabrik biasanya mengandung kombinasi silane-monomer. Bonding
semen komposit umumnya menghasilkan kekuatan perlekatan 20-35 MPa.

Ceramik
Restorasi ceramik dilekatkan pada email dan dentin menggunakan sistem bonding.
Pada bagian permukaan dalam/bawah ceramik (onlay, inlay mahkota atau jembatan) dietsa
dengan asam hidrofluorik gel 5 sampai 9 %. PH gel bivasanya sangant rendah dan dapat
menghilangkan smear layer. Kecuali pada ceramik dengan kandungan aluminium atau
circonia. Cara lain adalah dengan menggunakan blasting (micro etsa) permukaaan dengan 50
gm partyikel aluminium oxide.
Setelah permukaan ceramik di preparasi kemudian diikuti dengan aplikasi silane
untuk menambah wettingh clan ikatan kimia.
Fungsi silane :
1. Mampu bereaksi dengan hidroksil pada phase silikat sepanjang permukaan restorasi

2. Kopolimerisasi dengan semen komposit resin


Bonding semen komposit biasanya menggunakan sistem light cured tetapi lebih sering
dual cured atau self-cured. Besarnya kekuatan perlekatan berkisar 20-40 MPa.
Composite bonded to cast alloy
Kadang diperlukan perlekatan resin komposit pada alloy. Secara tradisional retensi
dibuat secara makromekanikal. Kemudian dikenalkan cars "Silicoating". Yaitu suatu metode
untuk menghasilkan permukaan yang mampu berikatan secara kimia. Teknik ini
dipergunakan pada alloi emas, kobalt-kromium, silver paladium, dan titanium. Caranya
dengan mengasarkan permukaan alloi menggunakan sandblasting 250 gm A1203,
dibersihkan dan dicoating dengan silika, diberi silane, primed dan material bonding komposit.
Sekarang menggunakan cairan primers yang berisi monomer thiphosphate. Material ini
sangat bagus dalam menghasilkan ikatan antara komposit dengan metal, sekiatar 18-30 MPa.
Memperbaiki (Repair) restorasi : Komposit, ceramik dan porcelin-fused to metal
Penyebab kerusakan :
1. Pemakaian yang lama

2. Memperbaiki warn

3. Kerusakan permukaan restorasi


Diperbaiki dengan veneer ini menggunakan resin komposit. Kerusakan dihilangkan,
diperluas sampai email, tepi dikasarkan dan dietsa, primer diaplikasikan pada email. Bonding
agent diaplikasikan dan terakhir material restorasi ditambahkan dan dikurang. Akan
dihasilkan reparasi yang bagus dengan kekuatan perlekatan 20-35 MPa.

DAFTAR PUSTAKA
Combe EC. 1981. Notes on Dental Materials. 9th ed. Churchill Livingstone, Edinburgh.
Ferracane JL. 2001. Materials Dentistry, Principals and Applications. 2nd ed. Lippincot
Williams & Wilkins. A Walter Kluwer Co., Philadelphia
Phillips RW. 1991. Science of Dental Materials. 9th ed. WB Saunders Co., Harcourt Barce
Jovanovich Inc., Philadelphia
Shalaby SW. 1995. Non-Blood-Interfacing Implants for Soft Tissue. The Biomedical
Engineering . Bronzino JD (edit). CRC Press & IEEE Press, A CRC
Handbook Pub., In Corporation with IEEE Press, Boca Raton Florida
Craig RW. Dan Powers JM. 2002. Restorative Dental Materials. 11th ed. Mosby.
Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai