Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 21 Perawatan Tumbuh Kembang dan Estetik


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial
SKENARIO 1 PERANTI LEPASAN ORTODONTI

Oleh
Kelompok Tutorial IX :
Alfan Maulana Erdiansyah (NIM : 161610101081)
Nancy Amelia R (NIM: 161610101082)
Radin Ahmad H. M. (NIM : 161610101083)
Dara Kartika H (NIM : 161610101084)
Nailah Rahmadani (NIM : 161610101085)
Savira Aulia Rachim (NIM : 161610101086)
Ni Luh Putu Diah Laksmi (NIM : 161610101087)
Suci Hidayatur (NIM : 161610101088)
Tri Oktaviani (NIM : 161610101089)
Adilia Putri Istadi (NIM : 161610101090)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Peranti
Lepasan Ortodonti”. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial
kelompok I pada skenario terakhir.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. ZAinul Chloid, Sp.BM. selaku tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan
member masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan – perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .. ........................................................................................... 2


Daftar isi........................................................................................................ 3
I. Pendahuluan
1.1 Skenario .................................................................................................. 4
II. Pembahasan
2.1 Step 1 ...................................................................................................... 5
2.2 Step 2 ...................................................................................................... 6
2.3 Step 3 ...................................................................................................... 6
2.4 Step 4 ...................................................................................................... 9
2.5 Step 5 ...................................................................................................... 10
2.6 Step 7 ...................................................................................................... 10
III. Kesimpulan ........................................................................................... 34
Daftar Pustaka ............................................................................................... 35

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
PERANTI LEPASAN ORTODONTI
Seorang ibu mengantarkan putra nya kontrol di bagian Ortodonti RSGM Unej. Peranti
ortodonti lepasan yang dipakai sejak 3 bulan yang lalu komponen pasif yaitu klamer
Adams dan busur labial pendek di bagian anterior sudah longgar demikian juga plat
akrilik yang sudah tidak terasa menekan pada gigi gigi lagi. Setiap 2 minggu sekali
ibu tersebut mengantarkan putranya untuk melakukan aktivasi pada komponen aktif
yaitu skrup ekspansi sebanyak dua kali putaran. Penderita tersebut sangat kooperatif
karena selalu dilakukan motivasi oleh operatornya, terlihat adanya kemajuan
perawatan yang dapat dilihat pada model progress.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STEP 1 Clarifying Unfamiliar Terms
1. Busur labial pendek
Busur labial merupakan kawat melengkung yang menempel pada permukaan
labial gigi-gigi. Klamer ini digunakan untuk retensi dari peranti lepasan
ortodonti. Bagian-bagiannya terdiri dari basis, shoulder, dan U-loop.
2. Peranti lepasan ortodonti
Peranti lepasan ortodonti didefinisikan sebagai alat yang bisa dipasang dan
dilepas sendiri oleh pasien. Peranti ini terdiri dari lempeng akrilik dan kawat.
Peranti ini digunakan pada anak-ana pada masa gigi pergantian.
3. Skrup ekspansi
Skrup ekspansi adalah sebuah alat ortodonsi lepasan untuk memperlebar jarak
transversal sehingga tersedia ruang yang cukup untuk gigi yang mengalami
malposisi.
4. Model progress
Model progress adalah sebuah model yang berasal dari hasil cetakan gigi
pasien yang terbaru, dan dicetak setaip melakukan kontrok. Hal ini berfungsi
untuk melihat progress perawatan ortodonti yang telah dilakukan.
5. Klamer adam
Klamer Adam merupakan alat retensi plat aktif yang paling umum digunakan.
Biasanya dikenakan pada gigi molar kanan dan kiri serta pada gigi premolar
atau gigi anterior. Diameter kawat yang digunakan : 0,7 mm untuk gigi molar
dan premolar berukuran 0,6 mm. klamer adam terdiri dari brige, loop, arm,
dan shoulder.
6. Komponen aktif
Komponen aktif adalah komponen dari alat ortodonti yang berfungsi untuk
menggerakkan gigi, misalnya skrup ekspani.
7. Komponen pasif
Komponen pasis merupakan suatu komponen dari alat ortodonsi yang
berfungsi untuk menetapkan gigi pada tempatnya, misalnya band.

5
2.2. STEP 2 Problem Definition
1. Indikasi dan kontraindikasi peranti ortondonsi lepasan?
2. Apa saja komponen dari peranti lepasan ortodonti?
3. Bagaimana kriteria keberhasilan perawatan peranti lepasan ortodonti?
4. Kenapa pasien diharuskan kontrol setiap 2 minggu?
5. Syarat peranti lepasan ortodonti yang baik?
6. Intruksi apa yang harus diberikan pada pasien?

2.3. STEP 3 Brainstorming


1. Indikasi dan kontraindikasi peranti ortondonsi lepasan?
Indikasi :
 Usia pasien yang muda
 Adanya maloklsi dengan pola klas 1 pergeseran sedikit, Overjet yang
tidak terlalu besar dengan mengubah inklinasi gigi posteriornya
 Maloklusi dengan arah bukolingual dengan pergeseran mandibula
(cross bite unilateral posterior)
 Untuk satu rahang
 Kooperatif
 OH baik
Kontraindikasi :
 Diastema yang parah
 Pasien dengan kebutuhan khusus
 Crowded parah
 Gigi dengan rotasi parah dan multiple
 Ada kelainan skeletal
 Butuh penjangkaran antar dua rahang
2. Apa saja komponen dari peranti lepasan ortodonti?
 Basis : plat dasar dari akrilik
 Komponen retentif : menjaga stabilisasi dan retentif. Misal: klamer,
hook, busur labial (stabilisasi anterior dari arah labial)

6
 Komponen aktif : komponen yang berfungsi menggerakkan gigi, missal:
skrup ekspansi, klamer pegas (cantilever)
3. Bagaimana kriteria keberhasilan perawatan peranti lepasan ortodonti?
 Pasien merasakan perubahan pada rongga mulut terutama oklusi
 Alat tetap retentif, tidak bekas gigitan, tidak melebihi tinggi gigit
 Semua gigi berda pada lengkung giginya
 Menggunakan indeks PAR
 Pergeseran giginya 1 mm setiap bulan
4. Kenapa pasien diharuskan kontrol setiap 2 minggu?
 Mengetahui adanya perubahan letak gigi setelah di koreksi
 Dalam kurun 7-14 hari biasanya akan terlihat nyata perubahannya setelah
menggunakan alat ortodontik lepasan secara rutin
 Untuk mengetahui apakah pasien sudah merasa nyaman atau tidak dengan
alat yang dipakai
 Untuk melakukan modifikasi pada alat pada komponen-komponen yang
perlu diubah
 Sebaiknya kontrol dilakukan dalam 20-30 kali kunjungan
 Melakukan fiksasi kembali jika alat telah berubah menjadi tidak retentif
5. Syarat peranti lepasan ortodonti yang baik?
 Alat mudah dipasang ddan lepas oleh pasien
 Tidak ada ujung klamer yang tajam
 Basis akrilik tidak porus
 Mudah dibersihkan
 Memberikan pergerakan gigi yang diinginkan
 Tidak boleh mengganggu pertumbuhan gigi alami
 Nyaman ketika dipasang di rongga mulut pasien
 Bahan yang digunakan biokompatibel dan toxic
 Tidak mengganggu fingsi bicara dan mastikasi
6. Intruksi apa yang harus diberikan pada pasien?
Instruksi yang diberikan pada pasien:
 Pasien ditunjukkan dan dipraktekkan cara memasang dan melepas alat

7
 Pasien diharapkan dapat menjaga oral hygiene dengan baik
 Saat alat dibersihkan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi
distorsi
 Alat harus dipakai terus menerus dan bila perlu juga saat makan, namun
jika takut akan merusak komponen alat maka lebih baik dilepas saat
makan.
 Hindari makanan lengket dan keras karena akan merusak komponen alat
dan gigi pasien
 Pasien perlu diberi pengertian bahwa pada saat berbicara dan makan akan
merasa kesulitan atau aneh setelah menggunakan alat ortodontik lepasan,
namun hanya pada awalnya saja ketika belum terbiasa
 Pasien juga perlu memahami bahwa dalam proses membiasakan diri
terhadap alat, pasien mungkin akan merasa tidak nyaman pada rahang dan
ototototnya.
 Pada saat dilepas, alat perlu direndam dalam air supaya baseplate yang
terbuat dari akrilik tidak mengalami perubahan.

8
2.4.STEP 4 Mapping

Maloklusi

Klasifikasi

Perawatan

Alat Lepasan Alat Cekat


Ortodonti Ortodonti

Periode Komponen Instruksi dan


Perawatan dan Aktivasi KIE

9
2.5. STEP 5 LEARNING OBJECTIVES
1. Mahasiswa mampu memahami indikasi dan kontraindikasi peranti lepasan
ortodonti
2. Mahasiswa mampu memahami komponen dan aktivasi peranti lepasan
ortodonti
3. Mahasiswa mampu memahami periode perawatan peranti lepasan ortodonti
4. Mahasiswa mampu memahami komponen skrup ekspansi
5. Mahasiswa mampu memahami instruksi dan KIE pada pasien perawatn peranti
lepasan ortodonti

2.6. STEP 7
1. Mahasiwa mampu mamahami indikasi dan kontraindikasi peranti
lepasan ortodonti
Peranti ortodonti lepasan adalah alat yang dapat dipasang dan dilepas
oleh pasien yang terdiri dari lempeng akrilik dan kawat. Alat ortodonti lepasan
digunakan sebagai perawatan utama kasus geligi pergantian dan awal
pergantian gigi permanen pada pasien usia 6-16 tahun (Isaacson Iet alI, 2002).
Alat ortodonti lepasan atau bisa disebut peranti ortodonti lepasan
adalah alat yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien yang terdiri dari
lempeng akrilik dan kawat. Alat ortodonti lepasan digunakan sebagai
perawatan utama kasus geligi pergantian dan awal pergantian gigi permanen
pada pasien usia 6-16 tahun (Isaacson Iet alI, 2002)
Alat lepasan dapat memberikan hasil yang maksimal apabila dipakai
terus menerus. Keberhasilan perawatan dengan alat lepasan tidak hanya
tergantung pada kemauan pasien dan kerjasamanya, akan tetapi juga kepada
kemampuan operator untuk mendesain dan membuat alat yang dapat ditolerir
pasien. Oleh karena hal-hal tersebut di atas sehingga perlu diperhatikan bahwa
alat ortodonti lepasan tidak hanya mudah dilepas akan tetapi juga mudah
diinsersi, terletak stabil dalam mulut, nyaman dipakai sehingga tidak
mengganggu fungsi bicara, dan desain sederhana sehingga diharapkan pasien
mau memakai secara terus menerus dan didapatkan perawatan yang
10
menghasilkan kemajuan yang bagus. Pada penggunaan alat ortodonti lepasan
ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara ain pemilihan kasus,
rencana perawatan, desain alat dan penatalaksanaan perawatan (Rahardjo,
2009).
Indikasi
Indikasi pemakaian alat ortodonti lepasan antara lain yaitu pasien
kooperatif dengan kebersihan mulut dan geligi dalam kondisi baik, maloklusi
dengan pola skelet kelas 1 degan disertai letak kelainan gigi berupa jarak gigit
besar, gigitan terbalik karena kesalahan inklinasi, malposisi gigi tetapi akar
gigi terletak pada tempat yang benar, kelainan jurusan buko lingual.
Pencabutan yang terencana hendaknya memberi kesempatan gigi untuk
bergerak tipping dalam koreksi maloklusi dan hendaknya hanya menyisakan
sedikit diastema sama sekali , oleh karena alat ortodonti lepasan tidak efisien
untuk menutup diastema sisa pencabutan (Rahardjo, 2009).
Kontraindikasi
Kontraindikasi pemakaian alat ortodonti lepasan antara lain yaitu,
adanya diskrepansi skeletal yang jelas, misalmya pada maloklusi kelas II yang
parah, bila dibutuhkan penjangkaran antar maksila, bila diperlukan pergerakan
gigi secara bodily, bila terdapat problema ruangan yang parah (Rahardjo,
2009). Alat ortodonti lepasan sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan
kebersihan mulut buruk atau pasien yang tidak kooperatif. Selain itu, alat
ortodonti lepasan sebaiknya tidak digunakan pada kasus maloklusi yang
kompleks (Littlewood et al, 2001).

2. Mahasiwa mampu mamahami komponen dan aktivasi peranti lepasan


ortodonti
Alat Lepasan: Alat ortodontik ini dapat dipasang dan dilepas oleh pasien
sendiri.
Contoh:
a. Plat Dengan Pir-Pir Pembantu
b. Plat Dengan Peninggi Gigitan
c. Plat Ekspansi
11
d. Aktivator/Monoblock

Komponen alat lepasan terdiri dari :


A. Pelat Dasar / Baseplate
B. Komponen Retentif :
1. Klamer / Clasp
2. Kait / Hook
3. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow (dalam keadaan pasif)
C. Komponen Aktif :
1. Pir-pir Pembantu / Auxilliary Springs
2. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow
3. Skrup Ekspansi / Expansion Screw
4. Karet Elastik / Elastic Rubber
D. Komponen Pasif :
1. Busur Lingual / Lingual Arch / Mainwire
2. Peninggi Gigitan / Biteplane
E Komponen Penjangkar :
1. Verkeilung,
2. Busur Labial dalam keadaan tidak aktif.
3. Klamer-klamer. dan modifikasinya

1. PELAT DASAR (BASE PLATE)


Merupakan rangka (frame work) dari alat ortodontik lepasan, umumnya
berupa plat akrilik, berfungsi untuk :
 Mendukung komponen-komponen yang lain , seperti tempat
penanaman basis spring, klammer, busur labial dan lain-lain.
 Meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi
penjangkar.
 Mencegah pergeseran gigi-gigi yang tidak akan digerakkan.
 Melindungi spring-spring di daerah palatal.
 Menahan dan meneruskan kekuatan gigitan

12
Plat akrilik dibuat setipis mungkin agar tidak menyita rongga mulut
sehingga bisa enak dipakai oleh pasien (comfortable), tetapi cukup tebal agar
tetap kuat jika dipakai di dalam mulut. Umumnya ketebalan plat setebal 1
malam model (2mm).
Desain dan konstrusi plat sangat mempengaruhi efisiensi alat serta
kenyamanan pemakaian oleh pasien sehingga pasien mau mengikuti instruksi-
instruksi pemakaian sampai perawatam selesai. Dengan demikian disamping
plat yang terlalu tebal dan lebar menutupi palatum, pemasangan pir-pir yang
terlalu banyak secara bersamaan akan sangat mengganggu kenyamanan
pasien.

2. KOMPONEN RETENTIF
1) Klamer/Clasp dan Modifikasinya
Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen
retentif dari alat ortodontik lepasan. Bagian retensi dari Alat Lepasan
umumnya berupa cangkolan/klamer/clasp dan kait / hook, berfungsi untuk:
 Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.
 Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.
 Membantu fungsi gigi penjangkar/anchorage, menghasilkan kekuatan
pertahanan yang berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh
bagian aktif untuk menggerakkan gigi.
Klamer dapat diberi tambahan hook untuk tempat cantolan elastic. Klamer
dipasang pada gigi dapat memberikan tahanan yang cukup terhadap kekuatan
yang dikenakan terhadap gigi yang digerakkan. Dapat menahan gaya vertikal
yang dapat mengangkat plat lepas dari rahang dan menggangu stabilitas alat:
Pemilihan jenis, jumlah dan letak penempatan klamer pada gigi
anchorage tergantung kepada: jumlah spring yang dipasang, letak spring, serta
bentuk dan jumlah gigi penjangkarnya.
Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai
komponen retentive pada alat ortodontik lepasan adalah:

13
a) Klamer C / Simple / Buccal Clasp.
Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri tetapi bisa
juga pada gigi yang lain. Pembuatannya mudah, tidak memerlukan tang
khusus, tidak memerlukan banyak materi kawat, tidak melukai mukosa,
retensinya cukup, tetapi tidak efektif jika dikenakan pada gigi desidui atau gigi
permanen yang baru erupsi. Ukuran diameter kawat yang dipakai: untuk gigi
molar 0,8 – 0,9 mm, sedangkan untuk gigi premolar dan gigi anterior 0,7 mm.
Bagian-bagiannya terdiri dari:
 Lengan:
Berupa lengkung kawat dari ujung membentuk huruf C memeluk leher gigi di
bagian bukal dari mesial ke distal di bawah lingkaran terbesar (daerah
undercut), satu milimeter di atas gingiva dengan ujung telah ditumpulkan.
 Pundak:
Merupakan lanjutan dari lengan dibagian distal gigi berbelok ke lingual /
palatinal menelusuri daerah interdental. Kawat di daerah ini hindari jangan
sampai tergigit.
 Basis:
Merupakan bagian kawat yang tertanam di dalam plat akrilik, ujungnya diberi
bengkokkan untuk retensi.

Gambar : Klamer C

b) Klamer Adams / Adams Clacp.


Klamer Adams merupakan alat retensi plat aktif yang paling umum
digunakan. Biasanya dikenakan pada gigi molar kanan dan kiri serta pada gigi

14
premolar atau gigi anterior. Diameter kawat yang digunakan: 0,7 mm untuk
gigi molar dan premolar serta 0,6 mm untuk gigi anterior.
Bagian-bagiannya terdiri dari:
 Cross bar:
Merupakan bagian kawat sepanjang 2/3 mesiodistal gigi anchorage yang akan
dipasangi, posisi sejajar permukaan oklusal, terletak 1 mm disebelah bukal
permukaan bukal, tidak tergigit ketika gigi beroklusi.
 U loop:
Terletak diujung mesial dan distal cross bar. Menempel pada permukaan gigi
di daerah undercut bagian mesiobukal dan distobukal.
 Pundak:
Merupakan lanjutan dari U loop yang melewati daerah interdental dibagian
oklusal sisi mesial dan distal gigi anchorage.Tidak tergigit sewaktu gigi
beroklusi.
 Basis:
Ujung kawat pada kedua sisi tertanam didalam plat akrilik, diberi bengkokan
untuk retensi.

Gambar : Klamer Adams

c) Klamer kepala panah / Arrow Head Clasp


Klamer ini mempunyai bagain yang berbentuk seperti ujung/kepala anak
panah, masuk daerah interdental membentuk sudut 90° terhadap posisi
lengannya. Lengan tidak boleh menempel pada mukosa tetapi berjarak 1 mm

15
di sebelah bukalnya, lengan juga tidak boleh terlalu panjang sampai melebihi
posisi vornic supaya tidak melukai sulcus buccalis.
Klamer ini dapat dipakai untuk memegang lebih dari satu gigi, biasanya
dipakai sebagi bagian retentif plat ekspansi. Diameter kawat yang dipakai yaitu
0,7 mm

Gambar : Klamer kepala panah

d) Bentuk modifikasi (Kawat tunggal, Ring, Triangulair, Arrowhea,


Pinball)
Modifikasi klamer berupa tekukan kawat yang ujungnya men cengkram
permukaan interdental dua buah gigi bersebelahan
Bagian-bagiannya terdiri dari :
 Basis yaitu bagian kawat yang tertanam dalam plat akrik, ujungnya
diberiri tekukan agar tidak mudah lepas dari dasar
 Pundak bagian dari kawat yang melewati daeran interdental dipermukaan
oklusal dua gigi bersebelahan
 Ujung (End) bagian yang mencengkram daerah inter dental gigi
menghasilkan kemampuan retentif untuk alat lepasan
Modifikasi klamer jenis ini baisanya dipasang di daerah interdental pada
gigi posterior, pemasangannya bisa dikombinasikan dengan klamer C dan
dibuat dari kawat berdiameter 0,7 mm.

16
Gambar : Modifikasi klamer

3. KOMPONEN PENJANGKAR
Pejangkaran merupakan suatu unit yang menahan reaksi kekuatan yang
dihasilkan oleh komponen aktif piranti lepasan . Komponen aktif berfungsi
menggerakkan gigi sedangkan komponen penjangkar berfungsi sebagai
penahan dari gigi yang tidak di gerakkan. Penjangkaran harus memiliki
kekuatan yang paling tidak besarnya sama dengan atau lebih besar dari pada
kekuatan yang di berikan oleh komponen komponen aktif dengan arah
berlawanan.
a) Penjangkaran Intraoral
Penjangkaran yang berada dalam rongga mulut. Sumber utama
penjangkaran adalah gigi gigi yang tidak di gerakkan dengan piranti, melalui
cangkolan dan kontak gigi dengan lempeng akrilik. Penjangkaran intra oral
yang sering di pakai adalah penjangkaran sederhana (simple).
Penjangkaran intermaksiler
Penjangkar yang terletak pada rahang yang berbeda dengan gigi yang
digerakkan. Semisal gigi yang digerakkan berada pada rahang atas sedangkan
penjangkar terletak pada rahang bawah.
Penjangkar intramaksiler
Penjangkar yang terletak pada rahang yang sama dengan gigi yang di
gerakkan. Contoh kasusnya adalah gigi insisif rahang atas akan di gerakkan
kea rah palatal maka gigi molar pertama permanen rahang atas, premolar kedua
rahang atas dan caninus rahang atas merupakan penjangkarnya. Beberapa
contohnya yaitu:

17
 Penjangkar sederhana (simple encourage)
Suatu penjangkaran yang menggunakan gigi yang mempunyai tahanan
lebih besar sebagai penjangkar untuk menggerakkan gigi yang mempunyai
tahanan lebih kecil semisal gigi yang di gerakkan adalah gigi insisif, molar
pertama permanen sebagai penjangkarnya, molar pertama di pilih karena
memiliki tahanan dan luas permukaan akar yang jauh lebih besar di
bandingkan dengan insisif.
 Penjangkaran stasioner
Merupakan penjangkaran dimana gigi penjangkarnya tidak bergerak sama
sekali. Sudah jarang dan tidak pernah di gunakan dalam piranti lepasan.
 Penjangkaran resiprokal
Merupakan penjangkaran dengan pergerakan minimal dimana apabila 2
gigi atau kelompok gigi yang mempunyai tahanan yang seimbang atau sama
bergerak pada arah yang berlawanan. Berikut adalah contoh gambarnya

b) Penjangkaran Ekstraoral
Penjangkaran ekstraoral digunakan jika alat lepasan membutuhkan
tambahan penjangkaran. Penjangkaran ekstraoral terdiri dari headgear dan
facebow atau j hook yang meneruskan kekuatan dari headgear ke peranti
lepasan di dalam mulut. Komponen aktif yang terdapat pada headgear adalah
elastic yang menghubungkan headgear dan facebow.
Headgear
Headgear dibagi menjadi dua yaitu headcap dan neck strap. Neck strap ini
tidak begitu menyolok dibandingkan dengan headcap, tetapi arah tarikanya
kebelakang dan agak kebawah sehingga menyebabkan peranti lepasan rahang
atas cenderung terlepas.
Facebow
Facebow terdiri atas busur dalam (inner bow) dan busur luar ( outerbow).
Untuk penambahan penjangkaran, facebow harus terpisah tetapi sewaktu-
waktu dapat dihubungkan dengan peranti dengan cara memasukkan ujung
busur dalam ke tabung metal yang disolder pada jembatan cangkolan Adams
pada molar pertama permanen.
18
Kait J (J hook)
J hook ini dikaitkan pada kait kecil yang disolderkan pada busur labial
pendek, cangkolan pada insisiv sentral atau cangkolan pada caninus.

4. KOMPONEN PASIF
Komponen pasif pada alat ortodonti lepasan berguna untuk
mempertahankan bentuk atau pergerakan gigi yang telah dilakukan oleh alat
aktif, agar tidah berubah atau relaps.
Komponen pasif pada alat ortodonti lepasan meliputi:
a) Cangkolan Adam’s

b) Busur labial pendek

c) Bite Plane pada lempeng akrilik

Anterior Bite Plane


19
Posterior Bite Plane

d) Cangkolan southend

Meskipun memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai komponen aktif,


namun alat-alat ini memiliki fungsi tersendiri. Cangkolan Adam’s juga
berfungsi sebagai komponen retentif yang banyak digunakan pada daerah
posterior. Busur labial pendek berfungsi sebagai penambah retensi pada regio
anterior dan sebagai komponen pasif ia akan menghalangi pergerakan gigi-gigi
anterior. Bite plane pada sisi anterior amupun posterior disamping digunakan
sebagai komponen pasif, juga berfungsi sebagai pengkoreksi cross bite baik
anterior (bite plane posterior) maupun posterior (bite plane anterior).
Cangkolan southend juga berfungsi sebagai komponen retensi di daerh anterior
selain sebagai komponen pasif.

5. KOMPONEN AKTIF
1) Pegas Kantilever Tunggal
Pegas ini dapat menggerakkan gigi ke arah mesiodistal, dapat juga
dipergunakan untuk menggerakkan gigi ke labial atau searah dengan lengkung

20
geligi. Biasanya dibuat dari kawat stainless steel dengan diameter 0,5 mm.
Sebuah koil dengan diameter tidak kurang dari 3 mm dibuat dekat masuknya
pegas dalam lempeng akrilik. Penambahan koil akan memperpanjang pegas
sehingga pegas akan lebih lentur. Untuk kelenturan maksimal, koil harus
terletak berlawanan dengan arah pergerakan gigi, sehingga koil akan menutup
bila peranti diinsersi dan akan membuka bila gigi telah bergerak. Untuk
menggerakkan gigi ke labial atau bukal, pegas kantilever tunggal harus
dibengkokkan agar bebas terhadap gigi-gigi lainnya. Pegas palatal, terutama
yang digunakan untuk retraksi kaninus seringkali juga dibengkokkan untuk
mendapat kontak yang benar dengan gigi sehingga gigi dapat digerakkan
sesuai dengan yang diinginkan. Untuk menghindari kerusakan, pada pegas
palatan dilakukan boxed-in sehingga terletak diantara mukosa dan lempeng
akrilik. Untuk menghindari distorsi pada pegas palatal, dapat diberi kawat
penahan (guard) sehingga pegas dapat bergerak bebas di antara kawat penahan
dan lempeng akrilik.
Aktivasi
Dilakukan dengan menarik lengan pegas ke arah pergerakan gigi atau
dengan memencet koil sehingga lengan pegas bergerak ke arah yang
diinginkan. Perlu diperiksa apakah posisi pegas dan titik kontak dengan gigi
sudah benar.untuk mengatur posisi kontak pegas dan gigi, lengan pegas diatas
koil dibengkokkan. Defleksi pada lengan umumnya 3 mm.

21
2) Pegas Kantilever Ganda (Pegas Z)
Aktivasi
Dilakukan pada lengan pegas, mula-mula yang didekat koil yang jauh
dengan gigi, kemudian baru ujung lainnya yang mengenai gigi.

3) Pegas T
Digunakan untuk mengerakkan gigi premolar (atau kadang-kadang
kaninus) ke bukal. Dibuat dari kawat 0,5mm dengan prinsip mekanika yang
sama dengan pegas kantilever. Karena tidak mempunyai koil, kelenturan pegas
T lebih kecil, sehingga memerlukan defleksi yang kecil agar tidak menyulitkan
pasien sewaktu memasang peranti.
Kekuatan yang diberikan oleh pegas T mempunyai dua komponen, yaitu
horizontal dan vertikal. Bila permukaan gigi yang kontak dengan pegas hampir
vertikal (seperti premolar atas), komponen intrusifnya kecil. Tetapi bila pegas
T mengenai bidang miring seperti pada singulum insisivus, komponen
vertikalnya akan lebih besar, sedangkan komponen labialnya menjadi lebih
kecil.
Aktivasi
Dilakukan dengan cara menarik pegas menjauhi lempeng akrilik. Pegas
ini kaku dan hanya perlu diaktivasi sedikit, pegas akan terletak dalam posisi
yang benar sewaktu pasien memasang peranti. Pegas dapat diperpanjang
dengan cara membuka lup pegas.

22
4) Pegas Bukal
Digunakan pada kaninus yang labioversi untuk digerakkan ke distal dan
palatal. Dibuat dari kawat 0,7mm sehingga memerlukan sedikit deflesi untuk
mendapatkan kekuatan yang diperlukan. Untuk mendapatkan kelenturan,
pegas dibuat sepanjang mungkin, tetapi tidak mengenai mukosa. Koil terletak
tepat di distal dari sumbu panjang gigi. Kaki pegas turun melalui tengah-tengah
mahkota, kemudian melingkarinya, ujungnya kontak dengan daerah mesial
gigi. Kaki distal pegas masuk ke dalam akrilik melalui titik kontak premolar
pertama dan kedua.
Aktivasi
Aktivasi pegas hanya sebesar 1mm untuk menghindari kekuatan yang
berlebihan. Aktivasi ke distal paling efektif apabila lengan depan ditarik ke
distal, koil ditahan dengan tang pembentuk lup. Sedangkan untuk ke palatal,
lengan di depan koil dibengkokkan ke arah palatal.

5) Pegas Bukal Dengan Lup Terbalik


Digunakan bila sulkus bukal rendah seperti di rahang bawah. Kelenturan
pegas tergantung pada tinggi lup vertikal yang harus dibuat sebesar mungkin.

23
Pegas ini kaku pada bidang horizontal dan sangat tidak stabil dalam arah
vertikal sehingga jarang digunakan. Dibuat dari kawat 0,7mm.
Aktivasi
Pegas ini boleh diaktivasi lebih dari 1mm. Caranya adalah dengan
membengkokkan ujung pegas kemudian memotong ujung pegas sepanjang
1mm.

6) Sekrup Ekspansi
Terdapat berbagai macam sekrup ekspansi yang dapat digunakan untuk
menggerakkan gigi. Ada yang mempunyai guide pin tunggal maupun ganda.
Sekrup dengan pin ganda lebih stabil, tetapi sekrup dengan pin tunggal lebih
berguna apabila tempatnya sempit, misalnya di rahang bawah. Salah satu
keuntungan pemakaian sekrup adalah dapat digunakan juga sebagai retensi
peranti. Sekrup ekspansi dapat digunakan untuk mengkspansi lengkung geligi
ke arah transversal maupun sagital, anterior maupun posterior tergantung jenis
dan penempatan sekrup. Sekrup yang kecil dapat menggerakkan satu gigi ke
arah labial atau bukal.
Aktivasi
Dilakukan pemutaran pada lubang sekrup menggunakan kunci yang
tersedia sesuai dengan arah perputaran yang ditandai dengan arah panah.
Sekrup diputar seperempat putaran seminggu sekali. Operator perlu mengajari
pasien atau orang tuanya bagaimana cara memutar sekrup dengan benar untu
melakukan aktivasi sendiri.
Sekrup ekspansi memberikan kekuatan intermittent yang besar, yang akan
berkurang setelah gigi bergerak. Karena kekuatan yang besar, hanya

24
diperlukan aktivasi yang kecil (kurang lebih 0,2mm setiap seperempat putaran)
(Devi dkk, 2017).

7) Busur Labial dengan Lup U


Menggunakan tang pembentuk lup untuk mengaktifkan busur labial. Lup
dipegang dengan tang (A) tekuk kaki depan lup atau sempitkan lup dengan
tang (B). Dengan melakukan ini, kaki horizontal busur akan bergerak ke arah
insisal (C). Kaki busur perlu dibetulkan dengan menahan lup dan
menempatkan kaki horizontal busur di tengah gigi (D). Defleksi yang
diperlukan hanya 1mm.

8) Busur Labial Dengan Lup Terbalik


Dilakukan dalam dua tahap. Pertama membuka lup vertikal dengan cara
menekan ujung lup dengan tang. Ini akan menyebabkan busur di daerah
insisivi bergerak ke insisal. Kemudian busur harus dibengkokkan pada dasar
lup agar tinggi busur kembali seperti semula. Aktivasi tidak boleh lebih dari
1mm.

25
3. Mahasiwa mampu mamahami periode perawatan peranti lepasan
ortodonti
Berdasarkan periode perawatan ortodontik dibagi menjadi:
(1) Periode aktif, merupakan periode saat menggunakan alat ortodontik yang
memiliki tekanan mekanis untuk dilakukan pengaturan gigi-gigi yang
malposisi, atau dengan memanfaatkan tekanan fungsional otot-otot sekitar
mulut dilakukan perawatan untuk mengoreksi hubungan rahang bawah dan
rahang atas. Contoh alat pada periode aktif adalah yang pertama alat aktif (plat
aktif dan plat ekspansi) dan yang kedua alat pasif yaitu aktivator (suatu alat
myofungsional).
(2) Periode pasif, atau disebut juga periode retensi wajib dilalui oleh pasien-
pasien dengan kasus maloklusi tertentu pasca perawatan ortodontik. Periode
pasif ini bertujuan untuk menetapkan posisi gigi pasca perawatan ortodontik
agar tidak kembali ke bentuk semula (relaps), sehingga kedudukan gigi-gigi
yang telah dikoreksi dapat dipertahankan dan kemungkinan terjadinya relaps
tersebut rendah. Periode ini dilakukan dengan meretensi menggunakan
retainer. Alat-alat retensi bervariasi tergantung kasus pasien dan perawatan
ortodontik yang dilakukan (Sulandjari, 2008).

4. Mahasiwa mampu mamahami komponen skrup ekspansi


Terdapat dua jenis perawatan dengan menggunakan skrup ekspansi:

26
1) Rapid Maxillary Expansion (RME)
Rapid maxillary expansion pertama kali dijelaskan oleh Emerson Angell
pada tahun 1860 dan kemudian direpopulasi oleh Haas. Tujuan utama RME
adalah untuk mengkoreksi kekurangan lengkung rahang atas tetapi efeknya
tidak terbatas pada rahang atas karena berhubungan dengan 10 tulang di
wajah dan kepala. Para pendukung rapid maxillary expansion percaya bahwa
ekspansi ini menghasilkan gerakan gigi yang minimum (tipping) dan gerakan
skeletal yang maksimum. Ketika gaya yang besar dan cepat diterapkan pada
gigi posterior, tidak ada cukup waktu untuk terjadinya pergerakan gigi dan
gaya akan ditransfer ke sutura. Ketika gaya yang dikirimkan oleh alat melebihi
batas yang diperlukan untuk gerakan gigi ortodontik dan ketahanan sutura,
sutura akan terbuka sementara gigi hanya bergerak minimal terhadap tulang
pendukungnya. Alat ini menekan ligamen periodontal, membengkokkan
prosessus alveolar, menjepit gigi penjangkar, dan secara bertahap membuka
sutura midpalatal dan semua sutura pada rahang atas lainnya.
Rapid maxillary expansion diindikasikan pada kasus dengan perbedaan
transversal yang sama dengan atau lebih besar dari 4 mm, dan di mana molar
rahang atas sudah secara lateral cenderung untuk mengkompensasi perbedaan
tulang transversal. Rapid maxillary expansion telah digunakan untuk
memfasilitasi lonjakan rahang atas pada perawatan kelas III dengan
mengganggu sistem sutura, yang menghubungkan rahang atas ke basis kranial,
pasien celah bibir dan palatum dengan maxillae yang kolaps juga merupakan
indikasi RME. Akhirnya beberapa dokter menggunakan prosedur untuk
mendapatkan lengkungan panjang pada pasien, yang memiliki crowded sedang
pada maksila. Hal ini kontraindikasi pada pasien, yang telah melewati
percepatan pertumbuhan, mengalami resesi pada bagian bukal molar,
anterioropen bite,steep mandibular plane, profil cembung dan pada pasien
yang tidak kooperatif.
Tampaknya sekitar 1 milimeter per minggu adalah tingkat maksimum di
mana jaringan jahitan midpalatal dapat beradaptasi, sehingga dapat
meminimalkan terjadinya robek dan pendarahan. Jumlah perubahan ortopedi
vs ortodontik sangat tergantung pada usia pasien. Pertumbuhan palatum
27
normal hampir sempurna menurut usia dan meningkatkan interdigitasi
pemisahan sutura sulit dicapai setelah pubertas. Piranti RPE memerlukan
aktivasi yang sering dan menghasilkan gaya berat — sebanyak 2-5 kg per
putaran seperempat dengan beban terakumulasi lebih dari 9 kg. Kerugian
menggunakan RPE termasuk ketidaknyamanan karena kekuatan berat yang
digunakan, pemisahan traumatik dari sutura midpalatal, ketidakmampuan
untuk memperbaiki molar yang rotasi, membutuhkan kerjasama pasien atau
orang tua dalam aktivasi alat, pembukaan gigitan, relaps, mikrotrauma dari
Sutura midpalatal dan TMJ, resorpsi akar, tumbukan jaringan, rasa sakit dan
prosedur intensif dalam pembuatan alat.
Alat ini terdiri dari 2 tipe, banded dan bonded. Alat yang bertipe banded
melekat pada gigi dengan band pada molar pertama rahang atas dan premolar
pertama. Alat ini higienis karena tidak mencakup palatum. RME terdiri dari
dua jenis:
 Dukungan gigi dan jaringan

 Dukungan gigi

28
2) Slow Maxillary Expansion (RME)
Prosedur SME menghasilkan resistensi jaringan yang lebih sedikit di
sekitar struktur circummaxillary dan, oleh karena itu meningkatkan
pembentukan tulang pada sutura intermaksilaris, yang secara teoritis harus
menghilangkan atau mengurangi keterbatasan RME.
SME telah ditemukan untuk mempromosikan stabilitas postekspansi yang
lebih besar, jika diberi periode retensi yang memadai. memberikan kekuatan
fisiologis konstan sampai ekspansi yang diperlukan diperoleh.
Alat ini ringan dan cukup nyaman untuk disimpan di tempat untuk retensi
ekspansi yang cukup. Prefabrikasi menghilangkan janji tambahan untuk
bertemu dan waktu serta biaya pembuatan laboratorium. Untuk UKM, 10
hingga 20 newton gaya harus diterapkan ke wilayah maksila hanya 450 hingga
900 gm gaya yang dihasilkan, yang mungkin tidak cukup untuk memisahkan
pematangan sutura yang semakin lama. Peningkatan lengkung-lebar maksila
berkisar antara 3,8 hingga 8,7 mm dengan ekspansi lambat sebanyak 1 mm per
minggu menggunakan 900 gm gaya.

Macam – macam plat ekspansi


Plat Ekspansi Arah Lateral
a. Parallel simetris
Plat ekspansi ini paling banyak digunakan, mempunyai bentuk sederhana
tapi kuat dan hasil memuaskan. Fungsi pokok adalah melebarkan lengkung
gigi ke arah lateral secara paralel, jadi disini gerakannya secara resiprokal.
Gerakan prosessus alveolaris dalam mengikuti gerakan plat dapat dicapai
dengan cepat tapi penguatan jaringan sekitar gigi berjalan lebih lambat. Selain
berfungsi untuk melebarkan lengkung gigi, alat ini dapatdigunakan untuk
meretrusi atau meretraksi gigi-gigi insisivus yang protrusif. Untuk keperluan
ini plat ekspansi dilengkapi dengan busur labial (Graber, 1984).

29
b. Parallel asimetris
Alat ini digunakan untuk mengoreksi kelainan gigitan silang pada gigi
posterior satu sisi (unilateral-posterior crossbite). Hambatan akibat tonjol gigi
antagonis dihindarkan dengan memberi dataran peninggi gigitan (bite raiser)
posterior. Peningkatan anchorage dilakukan dengan menambah plat akrilik
yang menutup permukaan lingual gigi antagonis pada sisi yang normal.
Spu(taji) dipasang pada anchorage gigi maupun attachment gigi untuk
menambah retensi dan stabilitas alat. Retensi diperoleh dengan pemasangan
Adam’s clasp (klamer Adam) pada gigi-gigi 64 / 46, sedang spur dibuat dari
kawat 0,6 mm. Sekrup dipasang paralel dengan bidang oklusal

c. Radial simetris
Alat ekspansi ini sering disebut ekspansi secara radial, biasanya
digunakan untuk ekspansi lengkung bagian anterior dan sedikit di daerah
premolar pertama, sedangkan gigi-gigi posterior lainnya dipertahankan
kedudukannya. Alat ini modifikasi antara sekrup ekspansi dantie-bar yang
terletak pada bagian terdistal plat di garis tengah. Sering juga dilengkapi
dengan box-in safety pin spring (spring yang diletakkan dalam rongga plat)
untuk proklinasi gigi-gigi insisivus yang retrusi atau palatoversi. Gerakan plat

30
ekspansi direncanakan tidak paralel, sehingga apabila alat diaktifkan bagian
anterior akan melebar tapi bagian posterior tetap. Hal ini dapat diperoleh
apabila digunakan sekrup yang agak longgar, dibuat dari logam yang lunak,
misalnya sekrup tipe Badcock dengan guide arm atau guide pin yang dipotong

d. Radial asimetris
Alat ini digunakan sebagai space regainer di daerah anterior,untuk
menyediakan ruangan bagi insisivus lateral yang mesio-labioversi. Sekrup
: soft metal, tipe Badcock Retensi : Adam’s clasp pada gigi 64/ 46 Tie-bar : 0,9
mm, stainless steel Spur : pada gigi 3 1/. Pengaktifan: 2 X ¼ putaran sekali
seminggu

Sekrup Ekspansi Arah Antero-Posterior


a. Pergerakan kearah distal gigi posterior (Schwartz plate)
Plat ekspansi ini digunakan untuk menggeser satu atau beberapa gigi
posterior ke distal, misalnya pada kasus erupsinya gigi C yang ektopik.
Penggeseran gigi-gigi premolar dan molar ke distal dilakukan untuk memberikan
ruangan bagi gigi C tersebut. Sekrup yang digunakan adalah hard metal dengan
guide-pin paralel dengan bidang oklusal dan arah gerakan gigi yang akan digeser.

31
Alat ini sering ditambah dengan anterior inclined biteplane guna menambah
anchorage dan membebaskan tonjol-tonjol gigi yang akan digerakkan terhadap
gigi antagonisnya. Spur dipasang pada insisivus lateral untuk mencegah bergeser
ke distal. Retensi dengan Adam’s clasp yang dipasang pada gigi-gigi 64/46. Dapat
juga dengan arrowhead clasp pada gigi-gigi yang akan digeser. Sekrup diputar ¼
putaran sekali seminggu

b. Pergerakan ke labial atau proklinasi gigi-gigi anterior


Alat ini digunakan untuk merawat anterior crossbite, baik mengenai satu atau
keempat gigi insisivus atas. Agar plat akrilik tidak terlalu tebal, sekrup dipasang
sedekat mungkin dengan gigi-gigi anterior yang akan digerakkan dan dengan
palatum. Sumbu panjang sekrup terletak di garis tengah dan paralel dengan bidang
oklusal. Retensi dengan Adam’s clasp pada gigi-gigi 64/46, spurs dipasang di
sebelah distal 2/2 dan sebelah mesial 3/3. Sekrup diputar ¼ atau 2 X ¼ putaran
seminggu sekali.

32
5. Mahasiwa mampu mamahami intruksi dan KIE kepada pasien
Pada tahapan ini operator menjelaskan cara pemasangan dan cara melepas alat
ortho lepasan tidak hanya pada anak namun pada pengantar khususnya keluarga
pasien. Penejelasan pemasangan dan pelepasan harus ditunjukkan pada pasien
didepan kaca. Penjelasan dengan praktek pemasangan alat dengan pemasangan
dari depan kemudian dilakukan penekanan pada area posterior untuk mendapatkan
retensi. Pada saat tahapan insersi ini operator menjelaskan agar pasien:
 Saat makan alat dilepas
 Tidak memakan makanan yang keras dan lengket
 Tidak menggunakan alat sambil melakukan olahraga keras
 Tidak menggunakan alat saat berenang.
Pasien di instruksikan agar memakai alat dengan keadaan mulut yang bersih.
Saat pemakaian alat ortodonti harus dalam keadaan bersih dan tidak ada debris.
Untuk pemakain pertama kalinya, mungkin pasien dapat berkaca untuk melihat
saat pemasangan alat. Pasangkan alat ortodonti dari bagian depan terlebih dahulu,
setelah bagian depan sudah terpasang dengan baik, tekankan baseplate sesuai
dengan tempatnya. Ingatkan pasien untuk tidak makan makanan dengan
konsistensi yang keras atau terlalu kenyal karena hal tersebut akan merusak alat
ortodonti. Kebersihan mulut sangat diutamakan selama pemakaian alat.
Penyikatan gigi dapat dibantu dengan menggunakan interdental brush atau dental
floss untuk membersihkan daerah-daerah sempit pada alat ortodonti. Pemakain
alat ortodonti lepasan sebaiknya digunakan 12-20 jam. Terutama dapat digunakan
pada malam hari saat tidur. Pasien diinstruksikan untuk melakukan control 2
minggu sekali untuk melihat progress perawatan.

33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peranti ortodonti lepasan adalah alat yang dapat dipasang dan dilepas oleh
pasien yang terdiri dari lempeng akrilik dan kawat. Alat ortodonti lepasan digunakan
sebagai perawatan utama kasus geligi pergantian dan awal pergantian gigi permanen.
Indikasi pemakaian alat ortodonti lepasan antara lain yaitu pasien kooperatif dengan
kebersihan mulut dan geligi dalam kondisi baik, maloklusi dengan pola skelet kelas 1,
gigitan terbalik karena kesalahan inklinasi. Kontraindikasi pemakaian alat ortodonti
lepasan antara lain yaitu, adanya diskrepansi skeletal yang jelas, misalmya pada
maloklusi kelas II yang parah, bila dibutuhkan penjangkaran antar maksila, bila
diperlukan pergerakan gigi secara bodily, bila terdapat problema ruangan yang parah
Periode perawatan ortodontik ada 2 yaitu periode aktif, merupakan periode
saat menggunakan alat ortodontik yang memiliki tekanan mekanis untuk dilakukan
pengaturan gigi-gigi yang malposisi. Sedangkan periode pasif, atau disebut juga
periode retensi wajib dilalui oleh pasien-pasien dengan kasus maloklusi tertentu pasca
perawatan ortodontik. Periode pasif ini bertujuan untuk menetapkan posisi gigi pasca
perawatan ortodontik agar tidak kembali ke bentuk semula (relaps). Pasien di
instruksikan agar memakai alat dengan keadaan mulut yang bersih. Saat pemakaian
alat ortodonti harus dalam keadaan bersih dan tidak ada debris.Penyikatan gigi dapat
dibantu dengan menggunakan interdental brush atau dental floss untuk membersihkan
daerah-daerah sempit pada alat ortodonti. Pasien diinstruksikan untuk melakukan
control 2 minggu sekali untuk melihat progress perawatan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adams C.P., Kerr W.J. The design, construction and use of removable orthodontic
appliances. 6th ed. Jordan Hill: Butterworth-Heinemann Ltd. 1996: 10-11,
82, 89, 149.
Adams, C.P., 1970 The design and Construction of Removable Orthodontic
Appliances, 4th. Ed., John Wright & Sons Ltd., Bristol.
Ardhana, Wayan. 2011. Alat Ortodontik Lepasan. Yogyakarta: UGM
D.gill, F.Naini et,al. 2004. The Management of Transverse Maxillary Deficiency.
Dental update
Devi, dkk. 2017. Panduan Skill’s Lab Ortodontia. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember
Foster T.D. 1997. Buku Ajar Ortodosi Ed. III. Jakarta: EGC
G.J. Anbuselvan M. Karthi. 2010 Judicial use of expansion screws removable
appliances for anterior crossbite correction - case reports. JIADS.1(1):41
Hadinoto, Kiswantoro. 2013. Korelasi Kesehatan Gingiva dan Kebersihan Rongga
Mulut pada Pemakaian Peranti Ortodonti Lepasan di Klinik S1 Ortodonti
Isaacson K G, Muir J D, Reed R T. 2002. Removable orthodontic appliances. New
Delhi: Elsevier.
Issaaction KG, dkk. 2006. Removable Orthodontic. New Delhi : Elsevier
Littlewood S J, Tait A G, Mandall N A, Lewis D H. The role of removable appliance
in contemporary orthodontics. Br Den Jl. 2001, 191 (6): 304-310.
Lohakare,Sandhya. 2008. Orthodontic Removable Appliance. New Delhi : Jaypee
Elsevier. 2002: 1-2, 39-46, 93-7.
Proffit W, Fielsd H W Jr, Sarver Drg. M. Contemporary orthodontics. 4th ed. St.
Louis: Mosby Inc. 2007: 340, 395-407.
Rahardjo, Pambudi. 2009. Peranti Ortodonsia Lepasan. Surabaya: Pusat Penerbitan
dan Pencetakan Unair (AUP).
Singh, Gurkeerat. 2007. Textbook of Orthodontic Secind Edition. New Delhi : Jaypee
Sulandjari, H. 2008. Buku ajar ortodonsia I KGO I;. Available from:
http://cendrawasih.a.f.staff.ugm.ac.id/wp-content/bukuajar-orto-i-th-
2008.pdf. Accessed: 09 Diakses 28 September 2019. Pp. 7–15.
35

Anda mungkin juga menyukai