Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUTORIAL 15

BLOK 21:PERAWATAN KELAINAN TUMBUH


KEMBANG DAN ESTETIK

Dosen Tutor : Prof. Dr. drg F.X Ady Soesetijo Sp. Pros
Anggota :Mahriana (171610101140)
Daragyta Purnama R (171610101141)
Iza Afkarina (171610101142)
Desy Sofyah H (171610101143)
Mulki Nur Majid (171610101144)
Kevin Justisio (171610101145)
Muhammad Rizki Y (171610101146)
Annisa Ayah Esa S (171610101147)
Maria Eklevina W (171610101148)

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Jember

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Blok 17Blok
RekamMedik Dental. Tutorial blok ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Dengan selesainya laporan tutorial ini, tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. drg F.X Ady Soesetijo Sp. Pros (Dosen Pembimbing Tutorial 15)
2. Anggota Kelompok Tutorial 15

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Sabtu , 19 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 3

BAB I……………………………………………………………………………………… 4

PENDAHULUAN………………………………………………………………………… 4

BAB II…………………………………………………………………………………….. 5

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………. 5

Step I. Mengklarifikasi Istilah Atau Konsep……………………………………….. 5

Step II. Menetapkan Permasalahan…………………………………………………. 5

Step III. Penyelesaian Masalah……………………………………………………… 6

Step IV. Pemetaan…………………………………………………………………… 11

Step VI. Menentukan Objek Pembelajaran………………………………………… 11

Step VII. Jawaban Objek Pembelajaran……………………………………………. 12

BAB III……………………………………………………………………………………. 26

KESIMPULAN…………………………………………………………………………… 26

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

Piranti ortodontik lepasan adalah salah satu macam piranti yang jamak digunakan untuk
merawat maloklusi, selain piranti ortodontik cekat. Perawatan dengan piranti
ortodontik diharapkan dapat mencapai susunan gigi yang teratur dan penampilan wajah yang
harmonis. Menurut Isaacson dkk, dinyatakan bahwa piranti ortodontik lepasan adalah piranti
yang pemakaiannya bisa dipasang dan dilepas oleh pasien, mempunyai kemampuan perawatan
yang lebih sederhana dibanding dengan alat cekat, dianggap sebagai alat fungsional, karena alat
ini hampir selalu dilepas. Piranti ini mempengaruhi otot-otot orofasial dan perkembangan
dentoalveolar.3 Pada perawatan ortodontik lepasan sering terjadi perubahan yang tidak
diinginkan, biasanya setelah pemasangan alat akan terjadi perubahan yang lebih baik dari
sebelumnya, namun setelah itu kemungkinan terjadi perubahan yang tidak diinginkan. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satu hal yang perlu diperhatikan bahwa faktanya
gigi selalu cenderung untuk bergerak karena adanya gaya saat melakukan gerakan pengunyahan,
apalagi saat seseorang masih dalam usia pertumbuhan (ratarata di bawah 17 tahun), tulang
rahang terus bertumbuh dan posisi gigi mengikuti pertumbuhan tulang rahang.

SKENARIO 4

Seorang ibu mengantarkan putranya kontrol di bagian Ortodonti RSGM Unej. Peranti
ortodonti lepasan yang dipakai sejak 3 bulan yang lalu komponen retensi yaitu klamer Adams
dan busur labial pendek di bagian anterior sudah longgar demikian juga pelat akrilik yang sudah
tidak terasa menekan pada gigi gigi lagi. Setiap 2 minggu sekali ibu tersebut mengantarkan
putranya untuk melakukan aktivasi pada komponen aktif yaitu skrup ekspansi sebanyak dua kali
putaran. Penderita tersebut sangat kooperatif karena selalu dilakukan motivasi oleh operatornya,
terlihat adanya kemajuan perawatan yang dapat dilihat pada model progress. Diskusikan apakah
yang dilakukan operator pada problema tersebut.

4
BAB II
PEMBAHASAN
STEP I (Identifikasi Kata Sulit)

1. Model progress
 Model yang digunakan untuk evaluasi keberhasilan perawatan ortodonti.
 Model yang digunakan untuk melihat dan menganalisis kondisi rongga mulut
pasien untuk melihat sebelum dan sesudah perawatan.
2. Komponen pasif
 Salah satu komponen yang berfungsi mempertahankan bentuk dan pergeseran gigi
yang telah digerakkan oleh komponen aktif.
 Saat perawatan; sebagai retensi, pasca perawatan untuk mencegah relaps (gigi
kembali ke posisi sebelum perawatan).
3. Komponen aktif
 Suatu komponen dari piranti lepasan orto yang berfungsi menggerakkan gigi
sesuai dengan yang diinginkan, digerakkan ke lengkung dan posisi yang benar
sehingga mengembalikan fungsi gigi geligi.
 Aktif  bergerak atau ada gaya.
4. Aktivasi
 Menjadikan sesuatu (piranti lepasan) menjadi aktif kembali. Jika gigi bergerak
maka retensi menjadi berkurang sehingga perlu diaktivasi kembali sehingga gaya-
gaya ortodonti yang diberikan bisa bekerja dengan baik.
5. Skrup ekspansi
 Salah satu komponen aktif pada alat orto lepasan yang berfungsi untuk
melebarkan atau menggerakkan rahang gigi ke bagian sagital atau transversal.

STEP II (Menetapkan Permasalahan)

1. Apa saja komponen aktif dan pasif dari pirantiortodonti lepasan?


2. Bagaimana cara aktivasi piranti ortodontilepasan?
3. Bagaimana mekanisme pergerakan gigi (biomekanik)dari skrup ekspansi?
4. Apa saja syarat piranti ortodontilepasanyang baik?

5
5. Mengapa pada skenario kontrol dilakukan setiap dua minggu sekali?
6. Bagaimana pertimbangan pemakaian alat ortodonti lepasan?
7. Apa keuntungannya jika pasien kooperatif dan apa kaitannya dengan keberhasilan
perawatan?
8. Bagaimana peranan skrup ekspansi pada kasus di skenario?
9. Mengapa pemilihan komponen retensi menggunakan klamer adam dan busur labial
pendek?

STEP III (Penyelesaian Masalah)

1. Apa saja komponen aktif dan pasif dari piranti ortodontilepasan?


 Komponen aktif
1) Terdiri dari pir atau pegas pembantu atau auxiliary springs, terdiri dari
berbagai macam pegas seperti kantilever tunggal, kantilever ganda, dan
kantilever tunggal berpasangan.
2) Busur labial (Labial arch)
Contohnya seperti busur labial lup U, busur labial lup U terbalik.
Tergantung dari kegunaannya bisa termasuk komponen aktif maupun
pasif. Untuk komponen aktif berguna sebagai retraksi gigi, untuk
komponen pasif mempertahankan lengkung gigi.
3) Skrup ekspansi (Expansion screw)
a. Transversal Untuk gigi berdesakan, diskrepansi < 4mm, gigitan
silang anterior
b. Sagital  gigitan silang anterior
4) Karet elastik (Elastic rubber)
a. Pegas kantilever tunggal
b. Pegas kantilever ganda
c. Busur labial lup U
d. Busur labial lup U terbalik
e. Pegas bukal
f. Pegas T
g. Skrup ekspansi

6
 Komponen pasif
1) Klamer adam
1) Cangkolan southend
2) Busur labial pendek

2. Bagaimana cara aktivasi piranti ortodontilepasan?


 Pegas kantilever tunggal
Sebelum aktivasi, alat orto lepasan tersebut dilepas dari mulut pasien dengan cara
mengungkit atau mengangkat secara perlahan pada bagian arrow head pada
klamer adam menggunakan jari. Letak koil kantilever berlawanan dengan arah
pergerakan gigi, letaknya sejajar dengan sumbu gigi.
1) Tang koil dimasukkan ke hole atau koil pada kantilever tunggal, lalu
digerakkan ke arah pergerakan gigi (misal: distal). Pergerakan defleksi
sebesar 3mm atau 1/3 bagian insisal gigi yang digerakkan.
2) Head pada bagian labial akan ikut bergerak ke distal, jadi harus difiksasi
atau dikembalikan dengan cara menarik arrow head ke posisi semula
namun dalam kondisi masih aktif. Alat orto dikembalikan lagi pada
rongga mulut pasien secara perlahan.
 Pegas kantilever ganda
1) Koil yang jauh dari gigi untuk menggerakkan gigi ke labial, koil ditarik ke
arah labial.
2) Koil yang mendekati gigi untuk menggerakkan ke mesial distal.
 Busur labial lup U
Cara 1
1) Menggunakan tang 3 jari, diletakkan di lup U dengan cara mempersempit
lup U kurang lebih 1-2mm
2) Setelah diaktivasi, bridge akan berubah posisi, maka bridge harus difiksasi
dan dikembalikan posisinya hingga 90derajat terhadap sudut
servikoinsisal.

7
Cara 2

1) Menggunakan tang adam dan tang koil, tang koil diletakkan pada lup U,
lalu tang adam mempersempit bagian dari lup U.
2) Setelah diaktivasi, bridge akan berubah posisi, maka bridge harus difiksasi
dan dikembalikan posisinya hingga 90derajat terhadap sudut
servikoinsisal.
 Busur labial lup U terbalik
Cara 1
1) Menggunakan tang 3 jari, diletakkan di lup U dengan cara mempersempit
lup U kurang lebih 1-2mm
Cara 2
2) Menggunakan tang adam dan tang koil, tang koil diletakkan pada lup U,
lalu tang adam mempersempit bagian dari lup U.
 Pegas bukal
Untuk menggerakkan kaninus eksostem, digerakkan ke palatal atau distal.
Aktivasi hanya sebesar 1mm
 Pegas T
1) Cara 1  menggunakan tang adam, model dilepas dari mulut penderita,
ditahan dengan tangan, lengan cengkeram pada bentuk T didorong ke arah
pergerakan gigi dengan tang adam.
2) Cara 2  ujung kedua pegas T dipersempit menggunakan tang adam.
 Skrup ekspansi
Biasanya ada tanda panah warna kuning yang arahnya sagital dan transversal.
1) Kunci dimasukkan ke sekrup ekspansi.
2) Kunci digerakkan searah dengan arah panah.
3) Jika rentang waktu aktivasi 1 minggu 1x maka digerakkan 1x ¼ putaran,
jika 2 minggu 1x maka digerakkan 2 x ¼ putaran.

3. Bagaimana mekanisme pergerakan gigi (biomekanik) dari skrup ekspansi?


 Pergerakan gigi dipengaruhi gaya-gaya ortodonti, gaya tersebut menyebabkan
remodelling tulang yang terjadi secara normal di tubuh manusia. Pada kasus

8
perawatan ortodonti, karena diberikan gaya tersebut, maka akan terjadi tarikan
dan aposisi.

4. Apa saja syarat piranti ortodonti lepasan yang baik?


 Syarat biologis  bahan tidak mengiritasi (biokompatibel), alat dapat
menimbulkan pergerakan gigi yang diinginkan, dll.
 Syarat higienis  mudah dibersihkan.
 Syarat mekanis  alat dapat menahan tekanan mastikasi dan mudah dilepas
pasang, plat dipasang seluas mungkin namun tidak mengganggu pasien untuk
berbicara.
 Syarat estetika  harus dapat diterima secara estetis; terlihat bagus.

5. Mengapa pada skenario kontrol dilakukan setiap dua minggu sekali?


 Dalam skenario, komponen aktif yang dipakai yaitu skrup ekspansi, untuk
ativasinya 2 x ¼ putaran. Jika dilakukan 2 x ¼ putaran, maka jadwal kontrolnya 2
minggu 1x karena pemakaiannya selama 2 minggu.
 Karena proses pergerakan gigi atau remodelling tulang terjadi 2 – 8 minggu.

6. Bagaimana pertimbangan pemakaian alat ortodonti lepasan?


 Indikasi
1) Gigi di akhir fase pergantian dan di awal fase permanen.
2) Malposisi gigi, posisi apikal diperbaiki dengan tipping
3) Tidak perlu pergerakan bodily
4) Tidak terjadi rotasi yang parah atau multiple
5) Pasien kooperatif
6) Oral hygiene pasien baik.

9
7. Apa keuntungannya jika pasien kooperatif dan apa kaitannya dengan keberhasilan
perawatan?
 Keuntungannya apabila pasien kooperatif (mengikuti instruksi operator; diminta
meningkatkan OH, dll) akan meningkatkan keberhasilan, kalau pasien tidak
kooperatif akan sulit, perawatan bisa gagal.
 Perawatan ortodonti membutuhkan kesabaran karena waktu yang bituhkan tidak
sebentar, apabila pasien tidak kooperatif, misalnya aktivasinya tidak tepat waktu,
dll, maka keberhasilan perawatan akan sulit didapat.
 Misalnya pada anak, apabila tidak didampingi orang tua, anak biasanya malas
untuk memakai alat dengan rutin.

8. Bagaimana peranan skrup ekspansi pada kasus di skenario?


 Pada skenario, skrup ekspansi digerakkan sebanyak 2 minggu sekali, peranan dari
skrup ekspansi pada skenario yakni berperan sebagai komponen aktif.

9. Mengapa pemilihan komponen retensi menggunakan klamer adam dan busur labial
pendek?
 Klamer adam memiliki kekuatan retensi yang sangat tinggi sehingga sering
digunakan sebagai komponen retensi khususnya bagian posterior.
 Busur labial pendek sebagai retensi untuk gigi-gigi anterior.

10
STEP IV (Pemetaan)

STEP VI (Menentukan Objek Pembelajaran)

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai komponen alat ortodonti


lepasan dan cara aktivasinya.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai mekanisme pergerakan gigi
dan peranan skrup ekspansi.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai instruksi dan kontrol pasien
dengan pemakaian alat ortodonti lepasan.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai faktor keberhasilan alat
ortodonti lepasan.

11
STEP VII (Jawaban Objek Pembelajaran)

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai komponen alat ortodonti


lepasan dan cara aktivasinya.
Jawab :
Alat Lepasan : Alat ortodontik ini dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri.
Contoh: a. Plat Dengan Pir-Pir Pembantu
b. Plat Dengan Peninggi Gigitan
c. Plat Ekspansi
d. Aktivator/Monoblock
Komponen alat lepasan terdiri dari :
A. Pelat Dasar /Baseplate
B. Komponen Retentif :
1. Klamer / Clasp
2. Kait / Hook
3. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow (dalam keadaan pasif)
C. Komponen Aktif :
1. Pir-pir Pembantu / Auxilliary Springs
2. Busur Labial / Labial Arch / Labial Bow
3. Skrup Ekspansi / Expansion Screw
4. Karet Elastik / Elastic Rubber
D. Komponen Pasif
1. Busur Lingual / Lingual Arch / Mainwire
2. Peninggi Gigitan / Biteplane
E. Komponen Penjangkar :
a. Verkeilung
b. Busur Labial dalam keadaan tidak aktif
c. Klamer-klamer. dan modifikasinya

12
Gambar 1 : Alat Ortodontik Lepasan : A. Pelat
dasar/baseplate; B. Komponen Retentif; C. Komponen Aktif;
D. Komponen Pasif; E. Komponen Penjangkar.

No Nama
komponen
Gambar Cara Aktivasi
alat orto
lepasan
1. Pegas - Pegas ini dapat menggerakkan gigi ke
kentilever arah mesiodistal
tunggal - Dilakukan dengan memutar lengan
pegas dengan cara menjepit koil pegas
lalu lengannya di gerakkan ke arah
pergerakan gigi yang diinginkan
(TANG KOIL)
2. Pegas - untuk mendorong gigi ke arah labial
kantilever - Dilakukan dengan memutar lengan
tunggal pegas dengan cara menjepit koil pegas
berpasangan lalu lengannya di gerakkan ke arah
pergerakan gigi yang diinginkan
(TANG KOIL)

13
3. Pegas - untuk gigi rotasi atau versi / untuk
kantilever menggerakkan gigi ke arah labial atau
ganda bukal
- dilakukan dengan memutar koil
- 1 koil untuk rotasi , 2 koil untuk versi
4. Pegas bukal - Digunakan pada kaninus yang
labioversi untuk digerakkan ke distal
dan palatal
- Aktivasi ke distal paling efektif
apabila lengan depan ditarik ke distal,
koil ditahan dengan tang. Sedangkan
untuk ke palatal, lengan di depan koil
dibengkokkan ke arah palatal
5. Pegas bukal - Digunakan bila sulkus bukal rendah
lup U seperti di rahang bawah
terbalik - Caranya adalah dengan memotong
ujung pegas sepanjang 1mm
kemudian membengkokkan ujung
pegas
6. Busur labial - Busur labial aktif digunakan untuk
dengan lup menarik insisivi ke lingual
U (Labial - Aktivasi dengan cara Lup dipegang
bow lup U) dengan tang adams lalu sempitkan
lup dengan tang
7. Busur labial - Digunakan bila sulkus bukal rendah
dengan lup seperti di rahang bawah
U terbalik - Aktivasi dengan cara memegang dasar
(Labial bow lup dengan menggunakan tang adams
lup U lalu tekan
terbalik)

14
8. Sekrup 1. Arah transversal = bukal palatal
ekspansi (garis tengah)
2. Arah sagital = antero posterior
3. Y plate= perpotongan pada plate
membentuk huruf Y
- Dilakukan pemutaran pada lubang
sekrup menggunakan kunci yang
tersedia sesuai dengan arah perputaran
yang ditandai dengan arah panah.
Sekrup diputar seperempat putaran
seminggu sekali.
9. Klamer - Komponen retentive
adams - Adjustment dengan cara mengarahkan
2 arrowhead ke arah dalam atau
dengan menekuk lengan klamer yang
melewati oklusal gigi ke arah bawah

10. Southend - Cangkolan Southend digunakan


sebagai alternatif retensi di anterior.
- menekan lup U ke arah lempeng
akrilik dengan
menggunakan tang.
11. Klamer - Yang melewati 2 insisiv central untuk
Adams retentive
Ganda

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai mekanisme pergerakan gigi


dan peranan skrup ekspansi.
Jawab :

Gaya mekanis menyebabkan daerah sekitar gigi terbagi menjadi dua daerah yaitu
daerah tekanan dan daerah regangan. Pada daerah tekanan, gaya mekanis akan

15
merangsang osteoklas untuk melakukan resorpsi tulang alveolar. Dilain pihak, pada
daerah regangan akan terjadi pembentukan tulang alveolar baru yang dilakukan oleh
osteoblas. Kedua proses ini selain tergantung dari faktor lokal daerah tersebut (seperti
hormon atau mediator lainnya) juga sangat dipengaruhi oleh besarnya gaya yang
diterima. Gaya yang kecil menyebabkan resorpsi dan pembentukan tulang alveolar baru
sangat kecil ataupun tidak terjadi, sedangkan gaya yang terlalu besar dapat mengaktifasi
lebih dominan kerja osteoklas untuk meresorpsi dibanding kerja osteoblas dalam
pembentukan tulang alveolar, sehingga resorpsi yang terjadi berlebihan (underminning
resorption).
Gaya yang adekuat atau memadai akan menghasilkan resorpsi yang sesuai disebut
sebagai frontal resorption. Setelah proses resorpsi selesai maka osteoklas akan mengalami
apoptosis sehingga proses resorpsi berhenti. Dilain pihak, pada daerah regangan,
osteoblas teraktifasi untuk melakukan aktifitas pembentukan tulang baru (reposisi). Jika
gaya memadai maka proses resorpsi dan aposisi tulang alveolar ini dalam keadaan
seimbang.
Ada berbagai teori pergerakan gigi, secara umum dapat dibagi:

Pressure Tension Theory

Lebih dari 100 tahun yang lalu Sandstedt, Oppenheim dan Scwharz menyatakan
bahwa jika gigi mendapatkan gaya ortodonsia maka akan terjadi daerah tekanan dan
regangan. Daerah tekanan adalah daerah periodonsium yang mengalami tekanan karena
gigi bergerak mendekat dan daerah tarikan adalah daerah periodonsium yang mengalami
tarikan karena gigi bergerak menjauh. Daerah tekanan akan mengalami resorpsi tulang
sedangkan daerah tarikan akan mengalami aposisi tulang. Di sisi tekanan, dengan tekanan
ringan, tulang alveolar yang diresorpsi langsung oleh banyak multinukleat osteoklas di
Howship lacunae. Dengan kekuatan yang besar, jaringan periodontal dikompresi, yang
menyebabkan trombosis kapiler, kematian sel, dan produksi lokal daerah bebas sel
disebut hialinisasi (karena penampilan glasslike yang menyerupai hialin tulang rawan
secara histologis). Pada daerah tersebut, resorpsi osteoklastik dari dinding alveolar yang
berdekatan tidak terjadi secara langsung, tapi diprakarsai oleh proses yang disebut oleh
Sandstedt sebagai undermining resorption dari ruang sumsum terdekat. Sebagaimana

16
dibahas kemudian, ketika tulang dikenakan deformasi mekanik terus menerus, permukaan
cekung ditandai dengan osteogenesis dan bagian cembung permukaan dengan resorpsi
tulang.

Penelitian histologis klasik tentang pergerakan gigi oleh Sandstedt (1904),


Oppenheim (1911), dan Schwarz (1932) menyebabkan mereka berhipotesis bahwa gigi
bergerak dalam ruang periodontal dengan menghasilkan sisi tekanan dan sisi tarikan.
Hipotesis pada sisi tekanan, ligamen periodontal (PDL) menampilkan disorganisasi dan
berkurangnya produksi serat. Di sini, replikasi sel menurun tampaknya karena
penyempitan pembuluh darah. Di sisi tarikan, stimulasi diproduksi oleh peregangan hasil
serat bundel PDL di peningkatan replikasi sel. Aktivitas proliferasi ditingkatkan
mengarah pada akhirnya ke peningkatan produksi serat. Schwarz menyatakan lebih
lanjut, dengan menghubungkan respon jaringan terhadap besarnya tekanan yang
diaplikasikan dengan tekanan darah kapiler. Dapat disimpulkan bahwa tekanan
disampaikan sebagai bagian dari terapi ortodonsia tidak boleh melebihi tekanan darah
kapiler (20-25 g/cm2 dari permukaan akar).

Jika melebihi tekanan ini, kompresi dapat menyebabkan nekrosis jaringan melalui
"sesak napas dari periodontium terjepit." Penerapan tingkat kekuatan yang lebih besar
akan menghasilkan kontak fisik antara gigi dan tulang, menghasilkan resorpsi di bidang
tekanan dan undermining resorption atau hialinisasi dalam ruang sumsum yang
berdekatan. Ini mendalilkan bahwa lebar perubahan dalam menyebabkan perubahan
dalam populasi sel PDL dan peningkatan aktivitas selular. Ada jelas gangguan serat
kolagen dalam PDL, dengan bukti kerusakan sel dan jaringan. Tanda pertama dari
hialinisasi adalah adanya inti pyknotic dalam sel, diikuti oleh bidang aselular, atau zona
sel- bebas. Resolusi masalah dimulai ketika unsur-unsur selular seperti makrofag, giant
cell bodies, dan osteoklas dari daerah yang berdekatan rusak menyerang jaringan
nekrotik. Sel-sel ini juga mengisap bagian bawah tulang berbatasan langsung dengan
wilayah nekrotik PDL dan keluarkan bersamasama dengan jaringan nekrotik. Proses ini
dikenal sebagai undermining resorption.

Setelah beberapa hari elemen seluler dari daerah PDL yang lain mulai memasuki
jaringan yang rusak. Osteoklas terbentuk pada ruang sumsum tulang di dekatnya dan

17
mulai merusak tulang di sekeliling daerah nekrotis sehingga disebut juga undermining
resorption. Bila terjadi hialinisasi dan undermining resorption maka pergerakan gigi akan
melambat. Hal ini mungkin disebabkan oleh lambatnya stimulasi pembentukan osteoklas
pada sumsum tulang dan lebih tebalnya tulang yang harus diresorpsi. Pergerakan gigi
yang simultan terjadi pada resorbsi frontal, sedang pada pemberian tekanan yang besar,
pergerakan gigi seperti melompat.

Blood Flow Theory

Teori ini disebut juga sebagai fluid dynamic theory yang diperkenalkan oleh Bien
pada tahun 1966. Berdasar teori ini, pergerakan gigi timbul karena cairan yang dinamis di
dalam PDL. PDL terdapat pada ruangan periodontal yang dibatasi oleh permukaan akar
gigi dan tulang alveolar, terdiri dari sistem cairan yang terbuat dari cairan interstitial,
elememn selular, pembuluh darah dan perlekatan substansi dasar berisi serat-serat
periodontal. Kandungan PDL menghasilkan kondisi hidrodinamik yang unik dan
menyerupai mekanisme hidrolik dan shock absorber. Aplikasi gaya eksternal pada gigi
menyebabkan terjadinya pergerakan cairan di dalam kanalikuli. Ketika cairan kanalikuli
berkurang, terjadilah apoptosis osteosit yang terdapat dalam tulang kemudian akan
menarik osteoklas sehingga terjadi resorbsi tulang.

Bone Bending and Piezoelectric Theory

Bone bending pada tulang alveolar merupakan hal yang penting dalam pergerakan
gigi secara ortodonsia, hal ini pertamakali dikemukakan oleh Farrar (1988). Ketika alat
ortodonsia diaktivasi, gaya yang diberikan pada gigi disalurkan ke semua jaringan di
sekelilingnya sehingga gigi akan bergerak lebih besar dibandingkan dengan lebar PDL
yang menyebabkan terjadinya defleksi pada tulang alveolar. Defleksi pada tulang juga
memicu keluarnya potensial elektrik pada permukaan tulang atau piezoelectric yang
sering ditemukan pada material kristalin.

Deformasi atau perubahan bentuk struktur kristal menghasilkan arus listrik seperti
elektron yang berpindah dari molekul kristal yang satu ke molekul kristal yang lain. Bila
struktur kristal mengalami deformasi, elektron bermigrasi sehingga terjadi aliran listrik.
Jika terdapat tekanan maka struktur kristal masih stabil dan tidak tejadi perpindahan

18
elektron, namun jika tekanan dilepaskan, kristal akan kembali ke bentuk semula dan
aliran elektron akan terjadi pada arah yang berlawanan. Sumber srtuktur kristal tidak
hanya pada mineral tulang, tapi terdapat juga pada kolagen, hidroksi apatit, batas antara
kolagen hidroksiapatit dan mukopolisakarida pada substansi dasar. Pada saat gigi diberi
tekanan, tulang alveolar di sekitarnya akan mengalami tekukan. Daerah yang cekung
diasosiasikan dengan arus negatif dan menyebabkan deposisi tulang sedangkan daerah
yang cembung diasosiasikan dengan arus positif dan menyebabkan resorbsi tulang.

MEKANISME PERGERAKAN GIGI

Pergerakan gigi yang diinduksi dengan pemberian gaya mekanis oleh alat
ortodonsia mempunyai 3 fase dalam proses pergerakan gigi. Fase tersebut adalaht initial
phase, lag phase dan postlag phase. Pada initial phase dikharakteristikkan sebagai
pergerakan secara cepat dan terjadi segera setelah aplikasi gaya pada gigi. Laju fase ini
sebagian besar dihubungkan dengan displacment gigi pada celah ligamen preiodontal.
Segera setelah fase ini, maka akan terjadi lag phase, fase ini berkebalikan dengan fase
sebelumnya yang mempunyai laju yang rendah bahkan sama sekali tidak terjadi
pergerakan gigi. Hialinisasi ligamen periodontal pada daerah tekanan merupakan tanda
utama dari fase ini dan tidak terjadi pergerakan gigi sampai sel-sel osteoklas secara
lengkap menghilangkan semua jaringan nekrotik. Pada fase ketiga akan terjadi laju
pergerakan secara gradual atau meningkat secara tiba-tiba.

Reaksi selular dan jaringan mulai pada initial phase segera terjadi setelah gaya
mekanis diaplikasikan. Gaya mekanis tersebut menyebabkan tekanan dan peregangan
pada serabut ligamen periodontal serta sel-sel pada daerah ligamen periodontal didaerah
tekanan dan regangan. Proses kompleks ini mengawali rekruitmen dari progenitor
osteoklas dan osteoblas, seperti dimulainya ekstravasasi dan kemotraksi sel-sel radang.
Keberadaan daerah hialinisasi di daerah tekanan pada fase awal sudah dilaporkan pada
beberapa penelitian.

Perubahan deformasi pada tulang alveolar yang diakibatkan gaya mekanis akan di
respon oleh osteosit, yang merupakan sel yang sensitif dan sebagai mekanoreseptor pada
tulang. Sel ini dalam merespon gaya mekanis dengan cara meningkatkan ekspresi

19
glucose-6-phosphatase dehydrogenase, Huridine, c-fos dan insulin-like growth factor-1.
Sehingga akan memicu reaksi-reaksi inflamasi selanjutnya.

Pada Bone Bending dan Piezoelectric theory 8 menyebutkan bahwa Ketika alat
ortodonsia diaktivasi, gaya yang diberikan pada gigi disalurkan ke semua jaringan di
sekelilingnya sehingga gigi akan bergerak lebih besar dibandingkan dengan lebar ligamen
periodontal yang menyebabkan terjadinya defleksi pada tulang alveolar. Defleksi pada
tulang juga memicu keluarnya potensial elektrik pada permukaan tulang atau
piezoelectric yang sering ditemukan pada material kristalin. Deformasi atau perubahan
bentuk struktur kristal menghasilkan arus listrik seperti elektron yang berpindah dari
molekul kristal yang satu ke molekul kristal yang lain. Bila struktur kristal mengalami
deformasi, elektron bermigrasi sehingga terjadi aliran listrik. Jika terdapat tekanan maka
struktur kristal masih stabil dan tidak tejadi perpindahan elektron, namun jika tekanan
dilepaskan, kristal akan kembali ke bentuk semula dan aliran elektron akan terjadi pada
arah yang berlawanan.

Hal ini didukung oleh Krishnan and Davidovitch 9 yang menyebutkan bahwa fase
awal pergerakan gigi secara ortodonsia selalu melibatkan respons inflamasi akut yang
ditandai oleh vasodilatasi kapiler dan migrasi leukosit ke kapiler. Sel-sel yang bermigrasi
ini memproduksi berbagai sitokin. Sitokin ini merangsang sintesis dan sekresi berbagai
substansi untuk sel target seperti prostaglandin, growth factor dan berbagai sitokin.

Inflamasi akut yang terjadi merupakan initial phase dan bersifat eksudatif. Satu
sampai dua hari kemudian fase inflamasi akut menjadi inflamasi kronik bersifat
proliferatif yang melibatkan fibroblas, sel-sel endotel, osteoblas dan sel-sel tulang
alveolar. Selama periode ini leukosit terus bermigrasi ke jaringan paradental dan
mengatur proses remodeling.

Keterkaitan inflamasi akut pada fase awal pergerakan gigi juga dikemukakan oleh
Dolche 10 (2002), yang menyebutkan bahwa Respon inflamasi akut adalah gambaran
khas pada fase awal pergerakan gigi secara ortodonsia. Sitokin yang dikeluarkan oleh
mononocluer cells sebagai mediator kimiawi yang berinteraksi dengan sel-sel tulang
secara langsung ataupun tidak langsung. IL-1 dapat meningkatkan sintesis dan sekresi

20
beberapa substansi termasuk prostaglandin ataupun growth factors lainnya. PG dapat
menstimulasi resorbsi tulang dan meningkatkan laju pergerakan gigi secara ortodonsia.

Lag phase dipresentasikan sebagai pergerakan yang terhenti, dimana terjadi rekruitmen
sel-sel dan persiapan mikroenvironmen bagi ligamen periodontal dan tulang untuk
mengalami remodeling. Fase ini terjadi ketika osteoklas sudak terekrut dan osteblas
teraktivasi. Gambaran fase kedua ini sejalan dengan Krishnan and Davidovitch 9 yang
menyatakan bahwa fase kedua pada daerah tekanan dikenali dengan terjadinya
penampakan susunan serabut ligamen periodontal yang abnormal. Gangguan aliran darah
akibat terjadinya distorsi ini akan membawa pembentukan area hialinisasi dan terhentinya
pergerakan gigi. Pembersihan jaringan nekrotik dan resopsi tulang yang berasal dari
daerah alveolar bone marrow (indirect resorption) dan dari arah ligament periodontal
yang normal (undermining resorption) memungkinkan dimulainya kembali pergerakan
gigi. Proses komprehensif ini membutuhkan perekrutan sel-sel fagosit seperti makrofag,
foreign body giant cells, dan osteoklas yang berasal dari daerah yang berbatasan dengan
ligamen periodontal yang belum rusak dan kavitas alveolar bone marrow. Sel-sel ini
beraktifitas secara bersamaan menghilangkan jaringan nekrotik dari ligament periodontal
dan yang berbatasan dengan tulang alveolar pada daerah tekanan. Pada daerah regangan,
quiescent osteoblasts (bone surface lining cells) akan membesar dan mulai memproduksi
matrik tulang baru (osteoid). Progenitor osteoblast baru berasal dari populasi fibroblast-
like cells (pericytes) disekitar kapiler ligament periodontal. Sel preosteoblas ini akan
berproliferasi dan migrasi kearah permukaan tulang alveolar melalui serat-serat Sharpey’s
secara simultan, dilanjutkan fibroblast pada daerah regangan memulai multifikasi dan
remodeling matriks disekitarnya.

Pernyataan ini didukung oleh Bien dalam fluid dynamic theory 8 yang
menyatakan bahwa aplikasi gaya eksternal pada gigi menyebabkan terjadinya pergerakan
cairan di dalam kanalikuli. Ketika cairan kanalikuli berkurang, terjadilah apoptosis
osteosit yang terdapat dalam tulang kemudian akan menarik osteoklas sehingga terjadi
resorbsi tulang. Pada fase lanjut pergerakan gigi secara ortodonsia, juga dikenal sebagai
fase akselerasi dan linear. Pada daerah tekanan gigi menunjukkan serat kolagen tanpa
orientasi yang tepat. Permukaan tulang yang tidak beraturan ditemukan yang

21
mengindikasikan terjadinya resorpsi langsung atau frontal. Namun, pada beberapa
penelitian terbaru ditunjukkan bahwa zona hialinisasi pada daerah tekanan terjadi pada
tahap ini khususnya pada daerah yang diaplikasikan gaya yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa pembentukan dan penghilangan daerah nekrotik merupakan proses
yang terjadi secara terus menerus atau lebih dari satu kejadian selama pergerakan gigi.
Selain itu juga menunjukkan bahwa resopsi tulang pada daerah tekanan bukan merupakan
reaksi terhadap gaya tetapi terjadi untuk menghilangakan jaringan tulang iskemik yang
berdekatan dengan jaringan hialinisasi. Resorpsi tulang langsung selanjutnya dapat
dianggap sebagai bagian dari proses remodeling. Dan didaerah regangan terjadi deposisi,
keberadaannya ditandai dengan alkaline phosphatase osteoblastic.

Selain itu, dalam pressure tension theory 8 menyebutkan bahwa bila terjadi
hialinisasi dan undermining resorption maka pergerakan gigi akan melambat. Hal ini
mungkin disebabkan oleh lambatnya stimulasi pembentukan osteoklas pada sumsum
tulang dan lebih tebalnya tulang yang harus diresorpsi. Pergerakan gigi yang simultan
terjadi pada resorbsi frontal, sedang pada pemberian tekanan yang besar, pergerakan gigi
seperti melompat.

Sedangkan Farrar dalam Bone Bending dan Piezoelectric theory 8 menyatakan


bahwa pada saat gigi diberi tekanan, tulang alveolar di sekitarnya akan mengalami
tekukan. Daerah yang cekung diasosiasikan dengan arus negatif dan menyebabkan
deposisi tulang sedangkan daerah yang cembung diasosiasikan dengan arus positif dan
menyebabkan resorbsi tulang. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
Mekanisme pergerakan gigi secara ortodonsia mempunyai tiga fase yaitu initial phase¸
lag phase dan postlag fase. Ketiga fase tersebut terjadi secara berkesinambungan,
sehingga bila terjadi gangguan pada salah satu fase maka proses pergerakan gigi juga
terganggu.

PERANAN SKRUP EKSPANSI

Peranan skrup ekspansi yakni digunakan untuk melebarkan lengkung rahang baik ke arah
transversal maupun sagital. Pada skenario tidak disebutkan dengan rinci bagaimana

22
kondisi gigi geligi pasien, namun salah satu indikasi penggunaan skrup ekspansi yakni
ketika terjadi crowded disertai kekurangan ruang untuk menampung gigi geligi.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai instruksi dan kontrol pasien
dengan pemakaian alat ortodonti lepasan.
Jawab :

Pada tahapan ini operator menjelaskan cara pemasangan dan cara melepas alat
ortho lepasan tidak hanya pada anaka namun pada pengantar khususnya keluarga pasien.
Penjelasan dengan prakterk pemasangan alat dengan pemasangan dari depan kemudian
dilakukan penekanan pada area posterior untuk mendapatkan retensi.
Pada saat tahapan insersi ini operator menjelaskan agar pasien :
a. Saat makan dan tidur alat dilepas
b. Tidak memakan makanan yang keras dan lengket
c. Tidak menggunakan alat sambil melakukan olahraga keras seperti tinju, dll.
d. Tidak menggunakan alat saat berenang.
Pasien di instruksikam agar memakai alat dengan keadaan mulut yang bersih. Saat
pemakaian alat ortodonti harus dalam keadaan bersih dan tidak ada debris. Untuk
pemakaian pertama kalinya mungkin pasien dapat berkaca untuk melihat saat
pemasangan alat. Pasangkan alat ortodonti dari bagian depan terlebih dahulu, setelah
bagian depan suda terpadang dengan baik, tekankan blasé plate sesuai dengan tempatnya.
Ingatkan pasien untuk tidak makan makanan dengan konsistensi yang keras atau terlalu
kenyal karena hal tersebut akan merusak alat ortodonti.

Kebersihan mulut sangat diutamakan selama pemakaian alat. Penyikatan gigi


dapat dibantu dengan menggunakan interdental brush atau dental floss untuk
membersihkan daerah-daerah sempit pada alat ortodonsia. Pemakain alat ortodonti
lepasan sebaiknya digunakan 12-20 jam. Terutama dapat digunakan pada malam hari.

Instruksi kepada pasien pengguna piranti ortodontik lepasan.

A. Instruksi pemakaian pada pasien

23
1. Pada deep overbite yang disebabkan oleh supraoklusi gigi anterior bawah alat
tetap dipakai pada waktu makan dan pada waktu tidak makan tetap digigit-gigit
ringan agar terjadi intrusi gigi antertior bawah lebih cepat dari elongasi gigi
posterior.
2. Pada deep overbite disebabkan oleh infra oklusi gigi posterior alat tetap dipakai
pada waktu makan tapi jangan digigitkan terlalu keras.
3. Pada deep overbite yang disebabkan oleh infraoklusi gigi posterior alat dipakai
pada waktu makan agar terjadi keseimbangan antara intrusi gigi anterior bawah
dan elongasi gigi posterior.
B. Insersi Alat Ortodonti Lepasan
1. Pasien ditunjukkan dan praktekkan cara memasang dan melepas peranti - pasien
diharapkan selalu menjaga OH dengan baik.
2. Pasien diinstruksikan agar memakai alat dengan syarat keadaan mulut yang
bersih.
3. Saat pemakaian alat ortodonti harus dalam keadaan bersih dan tidak ada debris.
4. Untuk pemakaian pertama kalinya, mungkin pasien dapat berkaca untuk melihat
saat pemasangan alat.
5. Pasangkan alat ortodonti dari bagian depan terlebih dahulu, setelah bagian depan
sudah terpasang dengan baik, tekankan base plate sesuai dengan tempatnya.
6. Ingatkan pasien untuk tidak makan makanan dengan konsistensi yang keras at au
terlalu kenyal karena hal tersebut akat merusak alat ortodonsi lepasan.
7. Kebersihan mulut sangat diutamakan selama pemakaian alat.
8. Penyikatan gigi dapat dibantu menggunakan interdental brush atau dental floss
untuk membersihkan daerah - daerah sempit pada alat ortodontik.
9. Pemakaian alat ortodonti lepasan sebaiknya digunakan 12 – 20 jam.
10. Terutama dapat digunakan pada malam hari
11. Setelah diinsersikan, dokter gigi juga perlu memeriksa kembali apakah komponen
– komponen pada alat ortodonti lepasan yang digunakan sudah benar posisinya.
12. Saat alat dibersihkan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi distorsi
pada klamer, dengan cara memakai sikat dibawah air mengalir dengan suhu

24
normal. Tidak boleh direndam, karena akan merubah dimensi plat karena bersifat
hidrofilik
13. Dilepas saat makan.
14. Menginstruksikan pasien untuk dipakai secara rutin agar terbiasa
15. Memberi tahu pasien cara meletakkan peranti aktif

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai faktor keberhasilan alat


ortodonti lepasan.
Jawab :

Dalam penatalaksanaan perawatan, keberhasilan perawatan dipengaruhi tiga hal saling


berkaitan, yaitu:

1. Pasien
Perubahan pada pasien, misalnya gigi desidui tanggal atau gigi permanen
yang erupsi yang dapat menyebabkan piranti tidak cocok lagi. Sebagian pasien
tidak mau memakai piranti seperti yang diharuskan. Bila pesien tidak mau
memakai piranti keadaan yang dapat diamati adalah:
a. Piranti masih keliatan seperti baru, lempeng akrilik tetap mengkilap
b. Pasien terlihat tidak terampil memasang piranti
c. Piranti tidak sesuai
d. Tidak ada bekas oklusi pada peniggian gigit anterior
2. Piranti (alat lepasan)
Sebelum piranti disesuaikan atau diaktifkan, perlu diperhatikan keadaan
berbagai komponen piranti lepasan yaitu Retensi, Komponen aktif dan lempeng
akrilik. Komponen retensi perlu diperiksa karena sudah dipakai berapa lama,
kemungkinan dapat mengendor karena piranti dilepas dan dipasang. Bila piranti
kurang retentive maka komponen retentive perlu disesuaikan.
Komponen aktif perlu diperiksa, misalnya kontak pegas atau komponen
aktif lain dengan gigi. Diperlukan penyesuaian apabila gigi bergerak kearah yang
tidak diinginkan.Periksa juga lempeng akrilik, apakah gigi bekas bergerak, bila
gigi terhalang lempeng akrilik dapat digrinding.

25
3. Pergerakan gigi
Umumnya pergerakan gigi tiap bulannya 1 mm bila piranti dipakai terus
menerus. Bila piranti tidak dipakai terus menerus, maka pergerakan gigi juga akan
lebih lambat. Meskipun piranti telah dipakai terus menerus tetapi kadang-kadang
terjadi pergerakan gigi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan akibat beberapa
hal, yaitu:
a. Arah pergerakan yang salah. Biasanya disebabkan penempatan pegas yang
salah, khususnya kontak antara gigi geligi dan lengan pegas.
b. Gerakkan tipping yang berlebihan
c. Kehilangan penjangkaran

BAB III
KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa piranti ortodontik lepasan adalah piranti ortodontik yang
dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien. Piranti lepasan dapat memberikan hasil yang
maksimal apabila dipakai terus menerus. Piranti lepasan digunakan untuk perawatan maloklusi
ringan dan dalam periode pergantian gigi geligi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, W. 2011. Alat Ortodontik Lepasan. Fakultas Kedokteran Gigi.

RS, I. S. (2015). Pertimbangan dan Permasalahan pemakaian Alat interseptik Ortodonsi Secara
Dini pada Anak Masa Tumbuh Kembang. STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran
Gigi, 8(1), 1-10.

Sumber : Amin, Muhammad Nurul dan Nur Permatasari.2016. Aspek Biologis Pergerakan Gigi
Secara Ortodonsi.Jurnal Kedokteran Gigi Unej Vol. 13 No.1 2016: 22-27

Ditaprilia, Maharetta., W. Ardhana dan Chrisnawati. 2015. Perawatan Ortodontik Alat

Lepasan Kombinasi Semi-cekat Pada Kehilangan Gigi 46. MKGK. 1(1): 20-26. Devi, Leliana
Sandra, dkk. 2020. Petunjuk Skillab Lab Ortodonsia. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember.

Dewi, Oktavia. 2008. Analisis Hubungan Maloklusi dengan Kualitas Hidup pada Remaja SMU
Kota Medan Tahun 2007. Medan: Universitas Sumatera Utara. Goenharto, Sianiwati.,

E. Rusdiana dan I.N. Khairyyah. 2017. Comparison Between Removable and Fixed Orthodontic
Retainers. Journal of Vocational Health Studies. 1(2): 82-87.

Lohakare, Sandhya Shyam. 2008. Orthodontic Removable Appliances. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers.

Muir, J D, Reed R T. 1979. Tooth movement with removable appliances. England: Pitman
Publishing.

Proffit, W, Fielsd H W Jr, Sarver Drg. M. 2007. Contemporary orthodontics. 4th ed. St. Louis:
Mosby Inc.

Rahardjo, P. 2009. Peranti Ortodonti Lepasan. Surabaya: Airlangga University Pres

Aldira, Cantika, Kornialia Kornialia, and Andriansyah Andriansyah. "Penilaian Tingkat


Keberhasilan Perawatan Ortodontik dengan Piranti Lepasan Berdasarkan Indeks PAR di

27
RSGM Universitas Baiturrahmah Tahun 2012-2017." Jurnal Kesehatan Andalas 8.4
(2020).

28

Anda mungkin juga menyukai