SKENARIO 1
Penyusun :
Arini Al Haq
(131610101040)
Duati Mayangsari
(131610101039)
Pungky Anggraini
Jerry Daniel
(131610101042)
(131610101018)
(131610101020)
Vita Lukitasari
(131610101024)
Rachel P W
Fatimatuz Zahroh
Cholida Rachmatia
(131610101049)
(131610101051)
(131610101056)
Tutor
Ketua
: Arini Al Haq
(131610101040)
(131610101039)
(131610101042)
Anggota :
1. Jerry Daniel
(131610101018)
(131610101020)
3. Vita Lukitasari
4. Rachel P W
5. Fatimatuz Zahroh
6. Cholida Rachmatia
(131610101024)
(131610101049)
(131610101051)
(131610101056)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan skenario 4.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. Dewi Kristiana, M.Kes., selaku tutor yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok VI Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember dan memberi masukan yang membantu bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita
semua.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
SKENARIO IV
Perawatan Orthodonsia dengan Menggunakan Alat Lepasan
Seorang ibu membawa anaknya seorang perempuan usia 10 tahun datang
ke RSGM dengan keluhan bahwa anaknya memiliki gigi yang berdesakan.
Setelah dibuatkan model studi maka ditetapkan bahwa penderita perlu perawatan
ortho dengan menggunakan alat lepasan. Setelah itu dilakukan pencetakan RA dan
RB untuk pembuatan mocel studi. Dari studi model ditetapkan diagnose sebagai
maloklusi klas I Angle dengan berdesakan anterior dan posterior. Konstruksi alat
dibuat sedemikian rupa sehingga komponen alat ortodonsia lepasan tersebut
sederhana dan mudah dalam aktivasi dan nyaman dipakai. Pada saat insersi alat,
dokter gigi memberi instruksi kepada pasien dan orang tua secara sederhana
mengenai komponen dari alat lepasan, lama pemakaian serta perlunya control
setiap 2 minggu. Orang tua dan pasien juga dijelaskan fungsi dari masing-masing
komponen sehingga pasien dapat merawat dengan baik. Setelah penderita merasa
nyaman dokter gigi menerangkan tentang cara melepas dan memasang kembali
alat ortho lepasan serta menginstruksikan tentang penggunaan alat lepasan. Maka
dokter gigi menjadwalkan untuk kontrol 2 minggu lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alat Ortodonti lepasan didefinisikan sebagai alat yang bisa
dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien. Alat ini mulai rutin digunakan sejak
abad ke-19, namun akrilik dan stainless steel baru digunakan pada awal abad
ke-20. Sekitar tahun 1950, Adam mengembangkan suatu cangkolan sehingga
ruang lingkup penggunaan dan efisiensi alat lepasan meningkat. Sebelum alat
cekat berkembang, alat lepasan digunakan untuk merawat hampir semua kasus
maloklusi. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi dalam bidang
ortodonti, maka pemakaian alat lepasan tergeser oleh alat cekat, namun alat ini
masih menjadi pilihan untuk menangani kasus-kasus tertentu. Kerr
melaporkan bahwa 85% dari populasi yang dirawatmenggunakan alat lepasan
dengan kasus yang benar-benar terseleksi menunjukkan hasil yang
memuaskan. Alat lepasan terdiri dari berbagai macam. Alat lepasan bisa
digunakan sebagai alat pergerakan gigi aktif misalnya untuk kasus interseptif
pada pasien gigi campuran, space maintainers, alat fungsional untuk
perawatan
modifikasi
pertumbuhan,
alat
retensi
pasca
perawatan
menggunakan alat cekat, dan clear aligner. Akhir-akhir ini pemakaian alat
lepasan lebih luas karena bisa dikombinasikan dengan band, hook, dan alat
ekstra oral. Walaupun demikian, harus ditekankan bahwa alat lepasan bukan
merupakan pilihan untuk menangani maloklusi yang kompleks.
Dokter gigi umum akan mampu merawat kasus ortodonti menggunakan
alat lepasan jika memiliki keterampilan dan keahlian yang memadai,
merencanakan dengan matang, memilih kasus yang sesuai, dan melakukan
pengawasan perawatan secara cermat.
Di makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hal-hal yang lebih
lanjuttentang perawatan ortho lepasan.
diubah
Sebaiknya kontrol dilakukan dalam 20-30 kali kunjungan
Melakukan fiksasi kembali jika alat telah berubah menjadi tidak retentif
5. Instruksi apa saja yang diberikan kepada pasien dan hal apa saja yang dilakukan
saat kontrol?
Instruksi yang diberikan pada pasien:
- Pasien ditunjukkan dan dipraktekkan cara memasang dan melepas alat
- Pasien diharapkan dapat menjaga oral hygiene dengan baik
- Saat alat dibersihkan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi
-
distorsi
Alat harus dipakai terus menerus dan bila perlu juga saat makan, namun jika
takut akan merusak komponen alat maka lebih baik dilepas saat makan.
Hindari makanan lengket dan keras karena akan merusak komponen alat dan
gigi pasien
Pasien perlu diberi pengertian bahwa pada saat berbicara dan makan akan
merasa kesulitan atau aneh setelah menggunakan alat ortodontik lepasan,
ototnya.
Pada saat dilepas, alat perlu direndam dalam air supaya baseplate yang
terbuat dari akrilik tidak mengalami perubahan.
Hal-hal diatas perlu di instruksi kan agar pasien selalu merawat alat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dapat ditolerir pasien. Oleh karena hal-hal tersebut di atas sehingga perlu
diperhatikan bahwa alat ortodonti lepasan tidak hanya mudah dilepas akan
tetapi juga mudah diinsersi, terletak stabil dalam mulut, nyaman dipakai
sehingga tidak mengganggu fungsi bicara, dan desain sederhana sehingga
diharapkan pasien mau memakai secara terus menerus dan didapatkan
perawatan yang menghasilkan kemajuan yang bagus. Pada penggunaan
alat ortodonti lepasan ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara
ain pemilihan kasus, rencana perawatan, desain alat dan penatalaksanaan
perawatan (Rahardjo, 2009)
Alat ortodonti lepasan sebaiknya tidak digunakan pada pasien
dengan kebersihan mulut buruk atau pasien yang tidak kooperatif. Selain
itu, alat ortodonti lepasan sebaiknya tidak digunakan pada kasus maloklusi
yang kompleks (Littlewood et al, 2001)
Kestabilan pasca perawatan ortodonti adalah hal yang perlu
diperhatikan dan salah satu indicator berhasil atau tidaknya suatu
perawatan (Eveline dan Nia, 2005)
2.1.2 Indikasi Alat Ortodonti Lepasan
Indikasi pemakaian alat ortodonti lepasan antara lain yaitu pasien
kooperatif dengan kebersihan mulut dan geligi dalam kondisi baik,
maloklusi dengan pola skelet kelas 1 degan disertai letak kelainan gigi
berupa jarak gigit besar, gigitan terbalik karena kesalahan inklinasi,
malposisi gigi tetapi akar gigi terletak pada tempat yang benar, kelainan
jurusan buko lingual. Pencabutan yang terencana hendaknya memberi
kesempatan gigi untuk bergerak tipping dalam koreksi maloklusi dan
hendaknya hanya menyisakan sedikit diastema sama sekali , oleh karena
alat ortodonti lepasan tidak efisien untuk menutup diastema sisa
pencabutan (Rahardjo, 2009)
2.1.3 Kontraindikasi Alat Ortodonti Lepasan
Kontraindikasi
pemakaian
alat
ortodonti
lepasan
pada
maloklusi
kelas
II
yang
parah,
bila
BAB III
DISKUSI
Maloklusi
Klasifikasi
Perawatan
Ortodontik
Alat Ortodontik
Lepasan
Alat Ortodontik
Cekat
11
Syarat
Keberhasilan
Instruksi danInsersi
dan
Komponen
Desain
perawatan
kontrol
aktivasi
(skenario)
Pasien yang kooperatif, kebersihan mulut dan geligi dalam kondisi yang
baik.
Maloklusi dengan pola skeletal kelas I atau yang tidak jauh menyimpang
dari kelas I disertai kelainan letak gigi, yaitu: 1) terdapat jarak gigit yang
besar disebabkan kesalahan inklinasi gigi, 2) gigitan terbalik disebabkan
perubahan inklinasi gigi, 3) malposisi giig tetapi akar gigi tersebut terletak
pada tempat yang benar, 4) kelainan jurusan bukolingual (gigitan silang
tidak dirawat
Malposisi individual gigi dimana posisi apikalnya bisa diperbaiki dengan
tipping
12
Kontraindikasi :
akar
Membutuhkan perawatan pada kedua rahang baik rahang atas maupun
rahang bawah. Misalnya masalah anchorage yang membutuhkan daya tarik
intermaksilari
Tulang yang tebal (densitas tulang tinggi) sedangkan membutuhkan
pergerakan gigi geligi
13
bicara
Bahan biokompatibel
Dapat memberikan gaya terus menerus
14
B. Komponen Retentif
C. Komponen Aktif
D. Komponen Pasif
E Komponen Penjangkar
15
Merupakan rangka (frame work) dari alat ortodontik lepasan, umumnya berupa
plat akrilik, berfungsi untuk :
1. Mendukung komponen-komponen yang lain , seperti tempat penanaman basis
spring, klammer, busur labial dan lain-lain.
2. Meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi penjangkar.
3. Mencegah pergeseran gigi-gigi yang tidak akan digerakkan.
4. Melindungi spring-spring di daerah palatal.
5. Menahan dan meneruskan kekuatan gigitan
Plat akrilik dibuat setipis mungkin agar tidak menyita rongga mulut
sehingga bisa enak dipakai oleh pasien (comfortable), tetapi cukup tebal agar tetap
kuat jika dipakai di dalam mulut. Umumnya ketebalan plat setebal 1 malam model
(2mm).
Desain dan konstrusi plat sangat mempengaruhi efisiensi alat serta
kenyamanan pemakaian oleh pasien sehingga pasien mau mengikuti instruksiinstruksi pemakaian sampai perawatam selesai. Dengan demikian disamping plat
yang terlalu tebal dan lebar menutupi palatum, pemasangan pir-pir yang terlalu
banyak secara bersamaan akan sangat mengganggu kenyamanan pasien.
B. Komponen Retentif
1. Klamer/Clasp dan Modifikasinya
Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen
retentif dari alat ortodontik lepasan . Bagian retensi dari Alat Lepasan umumnya
berupa cangkolan/klamer/clasp dan kait / hook, berfungsi untuk :
a. Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.
b. Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.
c. Membantu fungsi gigi penjangkar/anchorage, menghasilkan kekuatan
pertahanan yang berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian
aktif untuk menggerakkan gigi.
d. Klamer dapat diberi tambahan hook untuk tempat cantolan elastik.
Klamer dipasang pada gigi dapat memberikan tahanan yang cukup
terhadap kekuatan yang dikenakan terhadap gigi yang digerakkan. Dapat menahan
16
gaya vertikal yang dapat mengangkat plat lepas dari rahang dan menggangu
stabilitas alat .
Pemilihan jenis , jumlah dan letak penempatan klamer pada gigi anchorage
tergantung kepada: jumlah spring yang dipasang, letak spring, serta bentuk dan
jumlah gigi penjangkarnya.
Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai
komponen retentive pada alat ortodontik lepasan adalah :
1. Klamer C / Simple/Buccal Clasp.
2. Klamer Adams / Adams Clacp.
3. Klamer kepala panah / Arrow Head Clasp
4. Bentuk modifikasi (Kawat tunggal, Ring, Triangulair, Arrowhea, Pinball)
1. Klamer C (Simple/Bukal Clasp)
Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri tetapi bisa
juga pada gigi yang lain. Pembuatannya mudah, tidak memerlukan tang khusus,
tidak memerlukan banyak materi kawat, tidak melukai mukosa , retensinya cukup,
tetapi tidak efektif jika dikenakan pada gigi desidui atau gigi permanen yang baru
erupsi.
Ukuran diameter kawat yang dipakai : untuk gigi molar 0,8 0,9 mm,
sedangkan untuk gigi premolar dan gigi anterior 0,7 mm.
Bagian-bagiannya terdiri dari:
Lengan:
Berupa lengkung kawat dari ujung membentuk huruf C memeluk leher gigi di
bagian bukal dari mesial ke distal di bawah lingkaran terbesar (daerah undercut),
satu milimeter di atas gingiva dengan ujung telah ditumpulkan.
Pundak:
Merupakan lanjutan dari lengan dibagian distal gigi berbelok ke lingual/palatinal
menelusuri daerah interdental. kawat di daerah ini hindari jangan sampai tergigit.
Basis:
17
Merupakan bagian kawat yang tertanam di dalam plat akrilik, ujungnya diberi
bengkokkan untuk retensi.
Gambar : Klamer C
18
20
4. Klamer Modifikasi
Modifikasi klamer berupa tekukan kawat yang ujungnya men cengkram
permukaan interdental dua buah gigi bersebelahan
Bagian-bagiannya terdiri dari :
Basis yaitu bagian kawat yang tertanam dalam plat akrik, ujungnya diberiri
tekukan agar tidak mudah lepas dari dasar
Pundak bagian dari kawat yang melewati daeran interdental dipermukaan
oklusal dua gigi bersebelahan
Ujung (End) bagian yang mencengkram daerah inter dental gigi menghasilkan
kemampuan retentif untuk alat lepasan
Modifikasi klamer jenis ini baisanya dipasang di daerah interdental pada gigi
posterior, pemasangannya bisa dikombinasikan dengan klamer C
Dibuat dari kawat berdiameter 0,7 mm
21
6. Triangular Clasp
Bentuk klamer triangular kecil yang berfungsi sebagai retensi
tambahan karena jika digunakan secara tunggal, mka tiak dapat member
retensi yang adekuat. Klamer ini menggunakan undercut proksimal antara
dua gigi posterior.
C. Komponen Aktif
Pir-Pir Pembantu/ Auxilliary Springs
22
23
25
26
27
28
29
Bagian-bagiannya :
a. Basis : merupakan bagian yang tertanam dalam plat akrilik.
b. Pundak :Merupakan kawat lanjutan dari basis keluar dari plat akrilik di ujung
Verkeilung melewati daerah interdental gigi.
c. Lup : berbentuk huruf U sehingga disebut U loop
Macam-macam U loop :
1. Lup vertikal : yaitu lup U dalam arah vertikal, berguna untuk mengaktifkan
busur labial dengan menyempitkan kaki lup ketika meretraksi gigi-gigi ke
palatinal/lingual.
2. Lup Horisontal : untuk menjaga ke dudukan busur labial dalam arah vertikal
dan dapat dipakai untuk mengintrusikan dan mengekstrusikan gigi-gigi anterior.
3. Lup kombinasi vertikal dan horisontal: Lup kombinasi ini dimaksudkan agar
dapat digunakan untuk meretraksi dan mengintrusi atau mengekstrusi gigi-gigi
anterior. Posisi lup ini tergantung kepada macam busur labial yang digunakan
umumnya 1mm diatas permukaan mukosa gingiva, bebas dari vornic yaitu kirakira setinggi pertengahan jarak cervico-vornic.
4. Lup ganda (double Uloop) : Yaitu lup vertikal dengan dua belokan berbentuk
huruf U dimaksudkan untuk mem perbanyak tempat pengaktipan sehungga retrusi
gigi anterior dapat dilakukan lebih besar lagi dari pada lup tunggal
a. Busur Labial dengan Lup U
Dibuat dari kawat dg diameter 0,7 mm
Kelenturan terutama tergantung pada tinggi vertikal Lup u
30
31
Busur ini agak kaku, sehingga aktivasi tidak boleh lebih dari 1 mm
Aktivasi dilakukan dengan 2 tahap :
- Membuka lup vertikal dengan cara menekan ujung lup dengan tang
- Busur dibengkokkan pada dasar lup agar tinggi busur kembali seperti semula.
Kelenturannya bisa juga ditambah dengan menambah self straightening wire
d. Busur Mills ( Mills Bow)
Busur ini dibuat dari kawat 0,7 dengan kelenturannya bertambah oleh karena
kedua lupnya diperlebar
Karena lup yang lebar, pasien merasa kurang nyaman
Aktivasi harus hati-hati untuk menghindari trauma pada mukosa bukal
Cara memeriksa aktivasi
Prinsip pada aktivasi busur= pegas bukal
Ditentukan satu titik pd lempeng akrilik kemudian diukur jarak dari busur ke
titik tersebut sewaktu peranti masih di dalam mulut.
Peranti dilepas dan diaktivasi, kemudian diukur jarak busur ke titik yang
dipakai untuk referensi
Jaraknya harus lebih pendek drpd sebelum diaktivasi
e. Retraktor Roberts
Diameter 0,5 mm, terdapat koil pada kedua ujungnya
Bagian kawat sesudah koil dimasukkan ke tabung baja nirkarat untuk
menyangga busur sehingga busur tidak mudah distorsi
Bagian horizontal busur dibentuk sesuai dengan lengkung insisif yang
dikehendaki
Kelenturan pada lengan vertikal dengan koil berdiameter 3 mm
Dapat diaktivasi sampai 3 mm krn busur ini lentur
Tempat diaktivasi jangan pada kawat yg baru keluar dari tabung karena mudah
patah
Busur diaktivasi pada lengan pegas vertikal di bawah koil
32
33
34
D. Komponen Pasif
Komponen
pasif
pada
alat
ortodonti
lepasan
berguna
untuk
mempertahankan bentuk atau pergerakan gigi yang telah dilakukan oleh alat aktif,
agar tidah berubah atau relaps.
Komponen pasif pada alat ortodonti lepasan meliputi :
1. Cangkolan Adams
36
penjangkaran
Ektra oral
Intra oral
Servical
Occipital
Kranial
Intermaksiler
Intramaksiler
Facial
Sederhana
Stasioner
resiprokal
38
39
Selain itu terdapat solusi lain untuk kasus tersebut diatas, yaitu dilakukan
peninggian baseplate agar tidak menimbulkan masalah baru yaitu dengan
adanya diastema pada gigi insisif duanya. Peninggian base plate ini
dilakukan pada gigi gigi yang di indikasikan untuk penjangkaran.
40
Headgear dibagi menjadi dua yaitu headcap dan neck strap. Neck
strap ini tidak begitu menyolok dibandingkan dengan headcap, tetapi arah
tarikanya kebelakang dan agak kebawah sehingga menyebabkan peranti
lepasan rahang atas cenderung terlepas.
Facebow
Facebow terdiri atas busur dalam (inner bow) dan busur luar
( outerbow). Untuk penambahan penjangkaran, facebow harus terpisah
tetapi sewaktu-waktu dapat dihubungkan dengan peranti dengan cara
memasukkan ujung busur dalam ke tabung metal yang disolder pada
jembatan cangkolan Adams pada molar pertama permanen.
Kait J (J hook)
J hook ini dikaitkan pada kait kecil yang disolderkan pada busur
labial pendek, cangkolan pada insisiv sentral
caninus.
41
42
43
menerus tetapi kadang-kadang terjadi pergerakan gigi yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan akibat beberapa hal:
a. Arah pergerakan yang salah. Biasanya disebabkan penempatan pegas yang
salah, khususnya kontak antara gigi geligi dan lengan pegas. Perlu
diperhatikan pada saat melakukan aktivasi dengan melakukan penyesuaian
letak pegas bilamana masih memungkinkan. Apabila tidak memungkinkan
maka pegas perlu diganti.
b. Gerakan tipping yang berlebihan
c. Kehilangan penjangkaran. Merupakan salah satu penyebab kegagalan
perawatan ortodontik. Diperlukan pemeriksaan penjangkaran pada setiap
kunjungan. Agar gigi penjangkaran tidak bergerak ke mesial perlu tindakan
antara lain menggerakkan gigi sesedikit mungkin pada suatu saat atau suatu
kuadran. Kekuatan yang berlebihan akan menyebabkan gigi penjangkar
bergerak ke mesial. Pegas bukal dari kawat berpenampang 0,7 mm yang
diaktifkan sebanyak 3 mm akan memberikan kekuatan yangbesar sehingga
akan terjadi kehilangan penjangkaran.
KESIMPULAN
Alat ortodonti lepasan didefinisikan sebagai alat yang bisa dipasang dan dilepas
sendiri oleh pasien. Alat ortodonti lepasan memiliki beberapa komponen yaitu ;
plat dasar, komponen retentive, komponen aktif, komponen pasif dan komponen
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya: Pusat Penerbit dan
Percetakan (AUP)
Rahardjo, Pambudi. 2009. Peranti Ortodonsia Lepasan. Surabaya: Pusat
Penerbitan dan Pencetakan Unair (AUP)
Hadinoto, Kiswantoro. 2013. Korelasi Kesehatan Gingiva dan Kebersihan
Rongga Mulut pada Pemakaian Peranti Ortodonti Lepasan di Klinik S1
Ortodonti FKG Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya: Universitas Airlangga
Ardhana, Wayan. 2011. Alat Ortodontik Lepasan. Yogyakarta: UGM
Isaacson K G, Muir J D, Reed R T. Removable orthodontic appliances. Singapore:
Issaaction KG,dkk.2006. Removable Orthodontic. New Delhi : Elsevier
Lohakare,Sandhya. 2008. Orthodontic Removable Appliance. New Delhi : Jaypee
Elsevier. 2002: 1-2, 39-46, 93-7.
Proffit W, Fielsd H W Jr, Sarver Drg. M. Contemporary orthodontics. 4th ed. St.
Louis:
Mosby Inc. 2007: 340, 395-407.
Kerr W J, Buchanan I B, McColl J H. Use of the PAR index in assesing the
effectiveness
of removable orthodontic appliances. Br J Orthodontics. 1983, 10: 73-7.
Muir J D, Reed R T. Tooth movement with removable appliances. England:
Pitman
Publishing. 1979: 1-10, 71-81.
Littlewood S J, Tait A G, Mandall N A, Lewis D H. The role of removable
appliance in
contemporary orthodontics. Br Den Jl. 2001, 191 (6): 304-310.
Adams C.P., Kerr W.J. The design, construction and use of removable orthodontic
appliances. 6th ed. Jordan Hill: Butterworth-Heinemann Ltd. 1996: 10-11, 82, 89,
149.
Adams, C.P. , 1970 The design and Construction of Removable Orthodontic
Appliances, 4th.
Ed., John Wright & Sons Ltd., Bristol.
Duyzings, J.A. 1954, Orthodontische Apparatuur, Uitgave van Dental Depot,
A.M. Disselkoen,
Amsterdam.
Dickson, G.C. and Wheatly, A.E., 1978, An Atlas of Removable Orthodontic
Appliances, 2nd.
Ed., Pitman Medical Publishing Co. LTD.,England.
Houston, W.J.B. and Isaacson, K.G., 1980, Orthodontic Treatment with
Removable Appliances. 2nd. Ed. John Wright & Sons LTd. Bristol.
Shaw, F.G. and Edmonson, S., 1962, Practical Exercises in Orthodontic, Henry
Kimpton, London.
Foster T.D. 1997. Buku Ajar Ortodosi Ed. III. Jakarta : EGC
Singh, Gurkeerat. 2007. Textbook of Orthodontic Secind Edition. New Delhi :
Jaypee
46
LAMPIRAN
Alat lepasan
Aktivasi
Insersi
47