SKENARIO 1
WRAP UP KELOMPOK 18
2020-2021
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan wrap up ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulisan wrap up ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok tutorial blok 16
rehabilitasi dan estetik 1. Skenario 1 tentang alat ortodonti lepasan. Dalam wrap up ini
kami menguraikan mengenai masalah skenario 1 tentang alat ortodonti lepasan.
Dalam penyelesaian wrap up ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami ucapkan terima kasih kepada.
1. Chrisni Oktavia Jusup, drg, Sp. Ort selaku dosen pembimbing tutorial.
2. Orang tua kami yang banyak memberikan support dan dukungan baik moril
maupun materil.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena
itu kami mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan wrap up di masa mendatang.
Harapan kami semoga wrap up ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Skenario 1
Seorang pasien perempuan berusia 18 tahun datang ke RSGM YARSI dengan keluhan gigi
bercelah. Dari hasil analisis model, didapatkan hasil ALD rahang atas= +2mm, ALD rahang
bawah= +1, maloklusi dentoskelatal kelas I, frenulum labial normal, profil wajah normal.
Gigi 36 dan 46 missing, tidak memungkinkan penggunaan klamer Adam sebagai alat retentif.
Rencana perawatan menggunakan alat ortodonti lepasan rahang atas dan bawah.
Kata sulit :
1. ALD : Perhitungan kuantitatif dari ruang yang dibutuhkan dan kelebihan ruang yang
menyebabkan derajat tertentu dalam maloklusi,
ALD : Ruang yang tersedia- Ruang yang dibutuhkan,
ALD : Dapat adanya crowding atau diastema pada lengkung gigi
2. Alat retentif : sebagai alat untuk retensi untuk memegang plat ortodontik
3. Maloklusi dentoskelatal kelas I : suatu kelainan relasi rahang atas dan rahang bawah
dapat berupa maloklusi skeletas kelas II atau kelas III
4. Alat ortodonti lepasan : alat yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri untuk
mempermudah pembersihan alat.
Pertanyaan :
1. Apa rencana perawatan pada skenario tersebut?
2. Apa saja komponen alat ortodonti lepasan?
3. Apa saja yang termasuk komponen retentif?
4. Apa indikasi dan kontraindikasi alat ortodonti lepasan ?
5. Apa saja syarat dari ortodonti lepasan?
6. Apa saja keuntungan dan kerugian dari ortodonti lepasan?
Jawaban :
1. Rencana perawatan pada skenario adalah Ortodonti lepasan
2. - Base plate
- Komponen retentif = klamer, labial arch
- Komponen aktif = auxiliary spring (finger spring, simple spring, loop spring,
continue spring), labial arch, expansion screw, elastic rubber
- Komponen pasif = lingual arch, bite anterior dan posterior, bite plane pada acrylic,
southend clasp, labial bow di lingual
- Komponen pejangkar = verkeilung, busur labial dalam keadaan tidak aktif,
klamer, dan modifikasinya
3. Klamer dan modifikasinya ;
- Klamer c / Buccal clasp
- Klamer adam
- Arrowhead clasp
- Bentuk modifikasi ( kawat tunggal, ring, triangular, arrowhead)
4. Indikasi :
- Pasien yang kooperatif
- Pasien dengan kebersihan mulut yang baik
- Perawatan hanya dilakukan pada salah satu rahang
- Maloklusi skeletal klas I
- Maloklusi gigi individual dimana posisi apikalnya bisa diperbaiki dengan
tipping
- Maloklusi dalam arah buccolingual yang diikuti pergerakan mandibula
Kontraindikasi :
- Maloklusi skeletal yang nyata, contoh : klas I bimaxilar, klas II, klas III
skeletal, over bite atas, deep bite skeletal
- Kelainan posisi apikal gigi dan rotasi yang parah serta melibatkan banyak akar
- Yang membutuhkan gerakan bodily
- Perawatan yang memerlukan perbaikan relasi gigi antara rahang atas dan
rahang bawah
- Kelainan dalam arah vertical seperti; deep bite, open bite, dan kelainan
ketinggian gigi
- Masalah kekurangan atau kelebihan ruangan yang besar
Skema
Alat Ortodonti
Lepasan
Komponen
Komponen Pasif
Retentif
Komponen
Pejangkar
LO 1. MM Alat ortodonti lepasan
1.1 Definisi
Merupakan alat orthodonti yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien
sendiri, alat ini mempunyai keterbatasan kemampuan perawatan sehingga hanya
dipakai untuk kasus sederhana yang hanya melibatkan kelainan posisi gigi.
Rahang Bawah
Daerah di bagian lingual mandibula sempit maka untuk memperkuat plat
perlu dipertebal menjadi satu setengah ketebalan malam (3 mm), di daerah
sulkus lingualis tempat perlekatan frenulum lingual, plat dipersempit agar
tidak mengganggu gerakan lidah. Di regio molar dibagian lingual biasanya
terdapat daerah undercut yang cukup dalam meluas sampai pangkal lidah, di
daerah ini ujung kawat basis klamer tidak boleh menempel tapi tegak lurus
turun ke bawah, tepi plat dibagian bawah dipertebal sehingga jika diperlukan
pengurangan ketebalan plat untuk mempermudah insersi tepi plat tidak
menjadi terlalu tipis dan kawat basis yang tertanam di dalam plat tidak
terpotong.5
Operator dapat menutup (block out) dareah undercut dengan gips,
kawat basis dari klamer di atasnya dan kemudian dilakukan pengerjaan model
malam dan diperlukan grinding tepi plat bagian bawah untuk membebaskan
plat daerah undercut.5,6
Stabilitas Maksimal
Stabilitas alat di dalam mulut yang bebas dari goncangan ketika mulut berfungsi
(mengunyah, bicara) akan memberikan kenyamanan pemakaian, mempertinggi
akurasi / ketepatan tekanan spring, memperbesar reaksi penjangkar di daerah
rahang bagian depan. Untuk mencapai stabilitas alat yang maksimal ada beberapa
hal yang harus diperhatikan :
1. Lebar plat dibuat selebar mungkin tetapi disesuaikan dengan kebutuhan karena
plat yang terlalu lebar akan menggangu fungsi lidah dan kenyamanan
pemakaian.
2. Plat dasar secara keseluruhan harus dapat beradaptasi dengan mukosa mulut,
permukaan plat dapat menempel dengan baik tanpa menimbulkan rasa
menekan, tepi plat dapat beradaptasi dengan kontur permukaan servikal di
palatinal/lingual gigi-gigi masuk dengan pas didaerah interdental membentuk
Verkeilung, tanpa ada celah tempat terselipnya sisa makanan.
3. Plat di daerah gigi yang akan digerakkan harus dibebaskan sehingga tidak
tertahan setelah mendapat tekanan dari pir atau busur labial yang telah
diaktifkan.5,6
Cara Pembuatan
1. Metode Flasking :
Menggunakan bahan Heat Curing Acrylic (HCA) yaitu bahan akrilik yang
proses polimerisasinya memerlukan pemanasan sehingg pada waktu
prosessing diperlukan penggodogan.
Model malam di inbed di dalam cuvet, dicor dengan air mendidih, adonan
akrilik dimasukkan, ditekan kemudian digodok.6
2. Metode Quick Curing :
Menggunakan bahan Cold Curing Acrylic (CCA) atau juga disebut Self
Curing Acrylic (SCA) , bahan akrilik ini proses polimerisasinya tidak
memerlukan pemanasan, panas untuk proses polimerisasinya timbul akibat
reaksi eksotermis dari bahan tersebut pada waktu dicampur.6
Pembuatan plat dapat dilakukan dengan :
a. Powder/polimer ditaburkan tipis di atas model, kemuduan diteteskan
liquid/monomer, dilakukan berulang-ulang lapis demi lapis sampai mencapai
ketebalan yang diinginkan.
b. Powder dan liquid dicampur di dalam pot setelah mencapai konsistensi
yang diinginkan kemudian adonan ditempatkan dan dibentuk di atas model.
c. Dengan memakai kuas yang dibasahi dengan liquid kemudian dioleskan
pada powder lalu dioleskan pada model, dilakukan berulang-ulang lapis demi
lapis sampai mencapai ketebalan yang diinginkan.6
Macam-macam
a. Plat dengan pir-pir pembantu
Plat dengan pir pembantu (auxilliary springs) merupakan alat ortodontik
lepasan yang dilengkapi dengan pir-pir ortodontik berfungsi untuk menggeser
letak gigi yang malposisi.7
Pemakaian plat untuk mengoreksi maloklusi dilakukan dengan pir-pir
pembantu untuk menggeser letak gigi yang malposisi ke dalam lengkung
normalnya :
1) Pir jari untuk mengeser gigi ke arah mesio-distal
2) Pir simpel untuk mengeser gigi ke arah labio lingual dan mengoreksi
rotasi
3) Pir retraktor bukal untuk menarik ke distal gigi kaninus dan premolar
Konstruksi plat :
1) Base Plate
2) Klamer/clasp
3) Busur Labial
4) Busur Lingual
5) Pir-pir pembantu
c. Plat ekspansi
Plat ekspansi merupakan alat ortodontik lepasan yang sering digunakan pada
kasus gigi depan berjejal yang ringan. Kekurangan ruang guna mengatur gigi-
gigi tersebut diperoleh dengan menambah perimeter lengkung gigi
menggunakan plat ekspansi.7
1) Ekspansi arah lateral secara paralel, simetris
Berfungsi untuk melebarkan lengkung gigi, alat ini dapat digunakan untuk
meretrusi atau meretraksi gigi-gigi insisif yang protrusif. Untuk keperluan
ini plat ekspansi dilengkapi dengan busur labial.7
2) Ekspansi arah lateral secara paralel, asimetris
Alat ini digunakan untuk mengoreksi kelainan gigitan silang pada gigi
posterior satu sisi (unilateral-posterior crossbite).7
1.4.2 Retentif
Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen retentif dari alat
ortodontik lepasan.8 Bagian retensi dari alat lepasan umumnya berupa
cangkolan/klamer/clasp dan kait/hook, berfungsi untuk:
a. Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.
b. Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.
c. Membantu fungsi gigi penjangkar/anchorage, menghasilkan kekuatan
pertahanan yang berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian
aktif untuk menggerakkan gigi.
d. Klamer dapat diberi tambahan hook untuk tempat cantolan elastik.8
Klamer C (simple/buccal clasp)
Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri tetapi bisa juga
pada gigi yang lain. Pembuatannya mudah, tidak memerlukan tang khusus,
tidak memerlukan banyak materi kawat, tidak melukai mukosa, retensinya
cukup, tetapi tidak efektif jika dikenakan pada gigi desidui atau gigi permanen
yang baru erupsi.8,9
Ukuran diameter kawat yang dipakai : untuk gigi molar 0,8 – 0,9 mm,
sedangkan untuk gigi premolar dan gigi anterior 0,7 mm.
Bagian-bagiannya terdiri dari:
• Lengan:
Berupa lengkung kawat dari ujung membentuk huruf C memeluk leher gigi di
bagian bukal dari mesial ke distal di bawah lingkaran terbesar (daerah
undercut), satu milimeter di atas gingiva dengan ujung telah ditumpulkan.
• Pundak:
Merupakan lanjutan dari lengan dibagian distal gigi berbelok ke
lingual/palatinal menelusuri daerah interdental. kawat di daerah ini hindari
jangan sampai tergigit.
• Basis:
Merupakan bagian kawat yang tertanam di dalam plat akrilik, ujungnya diberi
bengkokkan untuk retensi.9
1. South-end Clasp
Klamer ini digunakan untuk retensi gigi anterior. Klamer ini dibuat sepanjang
margin gingiva pada kedua insisif sentral rahang atas dan distalnya berakhir pada
daerah retentif di sisi palatal. Klamer ini diindikasikan untuk gigi insisif atas yang
tidak proklinasi dengan undercut terbatas.9
2. Triangular Clasp
Bentuk klamer triangular kecil yang berfungsi sebagai retensi tambahan karena
jika digunakan secara tunggal, maka tidak dapat memberi retensi yang adekuat.
Klamer ini menggunakan undercut proksimal antara dua gigi posterior.9
3. Ball end Clasp
Memiliki bentuk bulat pada ujungnya dan dibuat dengan klamer dengan diameter
0,7 mm. Klamer ini menggunakan undercut pada mesial dan distal antara dua gigi
posterior yang berdekatan.9
Z spring
Double Cantilever atau Z-Springs Spring ini terbuat dari 0.5 mm kawat stainless steel bulat
keras. Ini terdiri dari 2 koil dari diameter kecil dan dapat dibuat untuk satu, dua, atau lebih
gigi seri. Springs ini diposisikan tegak lurus terhadap permukaan palatal gigi dengan lengan
retentif panjang (ditempatkan jauh dari jaringan) sekitar 12mm. Z-spring adalah spring yang
didukung dan perlu diberi box lilin sebelum pengakrilikan. Z-spring diaktifkan dengan
membuka kedua heliks hingga 2-3 mm. Hanya satu helix dapat diaktifkan untuk memperbaiki
rotasi ringan. Ini sangat ideal untuk koreksi crossbite gigi anterior yang crowding dan kurang
ruang.
Gambar Z spring
T-Spring
T-Springs Spring ini terbuat dari 0,5 mm kawat stainless steel bulat keras dan digunakan
untuk gerakan bukal gigi premolar dan kadang-kadang gigi kaninus. Seperti namanya, pegas
memiliki lengan berbentuk T dan ujung yang tertanam di baseplate. Aktivasi dilakukan
dengan menarik ujung bebas dari 'T' menuju arah yang dituju dari pergerakan gigi.
b. Bite plane anterior : Plat dengan dataran gigitan diregio anterior berfungsi untuk
mencegah kontak oklusal gigi posterior sehingga gigi-gigi tersebut dapat elongasi,
dan dapat mengintrusi gigi-gigi anterior bawah.
Facebow
Facebow terdiri atas busur dalam (inner bow) dan busur luar
(outerbow). Untuk penambahan penjangkaran, facebow harus terpisah
tetapi sewaktu-waktu dapat dihubungkan dengan peranti dengan cara
memasukkan ujung busur dalam ke tabung metal yang disolder pada
jembatan cangkolan Adams pada molar pertama permanen.8
Kait J (J hook)
Fungsi penjangkaran
Pada dasarnya manajemen penjangkaran bertujuan untuk menjaga agar gaya yang
digunakan tetap ringan dan menambah resistensi penjangkaran, sehingga gigi
yang diharapkan bisa bergerak sementara gigi yang tidak diharapkan
pergerakkannya bisa ditahan atau diminimalisir.8
LO. 1.4.6 Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam mengenai Alat Ortodonti
Di era kontemporer seperti saat ini banyak sekali media yang dapat digunakan sebagai sarana
untuk mempercantik diri. Mulai dari berbagai macam kosmetik hingga, aksesoris hingga
melakukan operasi kecantikan. Salah satu cara yang sering digunakan masyarakat untuk
memperindah penampilannya adalah pemasangan ortodonti. Ortodonti adalah sebuah
teknologi dalam bidang ilmu kedokteran gigi yang bertujuan membenahi susunan gigi yang
kurang rapi. Sehingga apabila hal ini dibiarkan terjadi tentu menyebabkan penampilan kurang
menarik.
Terkait pemasangan ortodonti bahkan sampai dengan metode pembedahan tulang
rahang ini samapi saat ini masih terjadi perbedaan pendapat. Terlebih lagi mengatakan hal
tersebut tergolong perbuatan yang tidak sesuai syariat. Yang sering dijadikan dasar adalah
QS. An Nisa: 119.
“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan
kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu
mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah),
lalu benar-benar mereka meubahnya. Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi
pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata”.10
Karena selain merubah ciptaan Allah SWT hal tersebut juga mengandung madharat.
Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam QS. Al Baqarah: 231
“Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemadharatan, karena dengan demikian
kamu menganiaya mereka”
Ortodonti dikategorikan sebagai perbuatan yang merubah ciptaan Allah SWT.
Seringkali ulama-ulama yang mengharamkan pemasangan ortodonti merujuk pada dasar
tersebut. Terlebih lagi diperkuat oleh hadits Nabi SAW yang sudah jelas-jelas melarang
untuk melakukan perenggangan gigi. Hal ini sesuai hadits Rasulullah SAW yang
diriwayatkan Al Bukhari11 dan Muslim.12
“Telah menceritakan kepada kami Utsman telah menceritakan kepada kami Jarir dari
Manshur dari Ibrahim dari Alqamah, Abdullah mengatakan; "Allah melaknat orang yang
mentato dan orang yang meminta ditato, orang yang mencukur habis alis dan merenggangkan
gigi untuk kecantikan dengan merubah ciptaan Allah Ta'ala, kenapa saya tidak melaknat
orang yang dilaknat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sementara dalam kitabullah telah
termaktub” dan sesuatu yang datang dari rasul, maka ambillah” (QS Al Hasyr; 7). HR.
Bukhari dan Muslim.
Hadits di atas secara spesifik telah melarang seseorang untuk melakukan perubahan
terhadap bentuk dan susunan gigi. Sehingga hukumnya jelas haram. Namun secara spesifik
ada alasan mengapa perubahan tersebut diharamkan, yaitu karena untuk tujuan kecantikan.
Sedangkan ortodonti tidak hanya sekedar untuk mempercantik diri.
Secara medis pendapat tersebut didukung oleh dampak atau resiko yang dapat
ditimbulkan setalah pemasangan pesawat ortodonti. Di sisi lain ortodonti juga memiliki
resiko yang berdampak pada pasien perawatan.
Beberapa resiko atau kemadharatan yang dapat timbul akibat pemasangan ortodonti
adalah sebagai berikut:
1. Dekalsifikasi
2. Resorpsi akar
3. Gingivitis
4. Sakit umumnya dialami oleh pasien selama gerakan ortodontik gigi. Karena
pergerakan gigi yang diakibatkan oleh tekanan pesawat ortodonti yang kuat
menyebabkan rasa sakit pada gigi
5. Hasil yang tidak sesuai rencana
Padahal seseorang sebisa mungkin harus menghindari segala perbuatan yang
berbahaya dan membahayakan. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih ketiga yang dikutip
dari buku Fiqih Kedokteran Walid bin Rasyid as-Sa‟idan, Syar‟iyyah fi al-Masail ath-
Thibbiyah.