BLOK 16
REHABILITASI EDENTULOUS DAN TMD
INSISIVUS 8
Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Blok 16 Modul 1
mengenai Dasar-Dasar Gigi Tiruan Penuh.
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada drg. Rahmi Khairani, MS selaku dosen pembimbing diskusi
kelompok tutorial 8 dalam pembelajaran Rehabilitasi Edentulous dan TMD yang telah
memberikan bimbingan dalam pembuatan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa kami masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangannya baik dari segi teknik penulisan maupun isi
materinya.
Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati saya mengharapkan saran serta kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, dengan segala
keterbatasan yang ada, mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, Amin.
Padang, Februari
2022
Daftar Isi
SKENARIO 1
“Kenapa gigiku begini?”
Tn. Tulous (60 th) mengunjungi RSGM FKG Unand ingin dibuatkan gigi tiruan karena
gigi tiruan lamanya yang dibuatkan 10 th yang lalu sudah tidak nyaman. Ia juga mengeluhkan
gigi bawahnya yang makin panjang dan goyang. Berdasarkan pemeriksaan klini, gigi yang
tertinggal di rahang bawah hanya beberapa gigi di anterior dengan kondisi gigi ekstrusi, mobility,
dan drifting, serta resorbsi pada linggir alveolaris posterior. Rahang atas full edentulous dengan
linggir anterior flabby dan terdapat pembesaran tuberositas pada daerah posterior.
Tn. Tulous bertanya kepada kepada dokter gigi kenapa kondisi giginya seperti itu padahal
10 tahun yang lalu kondisi giginya masih baik baik saja. Dokter gigi menjelaskan kepada Tn.
Tulous bahwa kondisi tersebut merupakan salah satu akibat kehilangan gigi. Drg menggambarkan
anatomi jaringan mulut yang mendukung gigi tiruan untuk menentukan desain rencana perawatan
gigi tiruan yang sesuai dengan kondisi pasien dan prognosisnya. Pembuatan desain gigi tiruan
yang tepat perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan gigi tiruan.
Bagaimana anda menjelaskan kasus di atas?
TERMINOLOGI
1. Gigi tiruan penuh
- Suatu protesa yg menggantikan kehilangan keseluruhan gigi geligi dan jaringan
mulut disekitarnya baik RA maupun RB
2. Drifting
- Bergeraknya gigi tetangga ke daerah tak bergigi
4. Linggir flabby
- Suatu respon jaringan ikat yang mengalami hyperplasia yg diakibatkan oleh trauma/luka
yg tdk dapat ditoleransi
- Ciirinya terdapat jaringan lunak yg berlebih diatas alveolar ridge
- Biasanya terdapat pada anterior superior, kare masih adanya gigi anterior pada mandibula
- Trejadi pada penderita yang sudah lama tidak memakai gigi tiruan atau GT sudah tidak
pas
RUMUSAN MASALAH
1. Apa indikasi dan kotraindikasi GTP?
2. Apa fungsi dan tujuan pemakaian GTP?
3. Apa saja macam jaringan pendukung pada GTP?
4. Apa syarat pembuatan GTP?
5. Apa saja prinsip pembuatan GTP?
6. Apa saja jenis dari GTP?
Berdasarkan dukungan
7. Apa kemungkinan penyebab GT tidak nyaman dan apa akibat pamakaian GT yang tidak
pas?
8. Apa penyebab gigi Tn. Tulous Panjang dan goyang?
9. Apa saja hal yang harus di perhatikan sebelum pasien dibuatkan GT?
10. Mengapa pada regio anterior RA mengalami flabby? Apa penyebabnya?
11. Bagaimana perawatan ada linggir yang flabby?
12. Mengapa linggir flabby terdapat pada maksila?
13. Mengapa terdapat pembesaran pada tuberositas di daerah posterior?
14. Apa akibat terjadinya resorbsi pada linggir alveolar posterior?
15. Bagaimana perawatan yang dilakukan pada pembesaran tuberositas pada daerah
posterior?
16. Apa saja akibat kehilangan gigi yang lama tidak digantikan?
17. Apa saja antomi rongga mulut yang mendukung GTP?
18. Apa saja factor yang mendukung prognosis dari keberhasilan perawatan?
19. Apa saja anatomi rongga mulut yang harus dibebaskan pada pembuatan GTP?
PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH
1. Apa indikasi dan kotraindikasi GTP?
Indikasi
Kontraindikasi
Berdasarkan dukungan
- mukosa
- overdenture
- implant
7. Apa kemungkinan penyebab GT tidak nyaman dan apa akibat pamakaian GT yang tidak
pas?
- Disebabkan liggir alveolar resobsi, retensi dan stabilisasi berubah akibat tekanan
GT, kesalahan mpembuatan GT sebelumnya, dukungan tidak baik, penuaan.
8. Apa penyebab gigi Tn. Tulous Panjang dan goyang?
- Pada RB tdk ada kontak antagonis menyebabkan ekstrusi maka tjd kehilangan
perlekatan sehingga mudah goyang
- GTSL yg dibuat sebelumnya tidak pas sehingga gigi goyang
- Sisa gigi sedikit dan dukunagn tulang tidak menyeluruh
9. Apa saja hal yang harus di perhatikan sebelum pasien dibuatkan GT?
15. Bagaimana perawatan yang dilakukan pada pembesaran tuberositas pada daerah
posterior?
16. Apa saja akibat kehilangan gigi yang lama tidak digantikan?
18. Apa saja factor yang mendukung prognosis dari keberhasilan perawatan?
- Retensi dan stabilisasi (adaptasi yg baik, perluasan basis GT, residual ridge, factor
kompleksibilitas jaringan lunak dibawahnya)
- Factor penyulit
- Factor patologis dan sistemik pasien (melihat adanya penyakit pada pasien)
- Faktor lokal (kondisi OH)
19. Apa saja anatomi rongga mulut yang harus dibebaskan pada pembuatan GTP?
- Fovea palatina
- RA: papilla insisivus, sutura mediana, torus, diatas/ disekitar residual ridge yang
bergerak
- RB: Torus mandibularis, foramen mental, residual ridge yang bergerak/ flabby
SKEMA
LEARNING OBJECTIVE
1. M4 Akibat Dari Edentulous
2. M4 Dasar Dasar GTP
3. M4 Syarat Syarat GTP (Retensi, Stabilisasi, Support)
4. M4 Anatomi Dan Fisiologi Pembuatan GTP
5. M4 Rencana Perawatan Dan Prognosis GTP
6. M4 Sindroma Kombinasi Dan Single Denture
Kehilangan gigi itu hilangnya gigi satu atau lebih gigi asli di lengkung baik oleh karies
penyakit perio atau trauma( kecelakaan, jatuh)
Secara anatomis
1. Resudual ridge tidak dapat stimulus fungsional lgi, karena ketika gigi mengunyah, itu akan
meneruskan beban pengunyahan kepada tulang alveolar, nah itu meneruskan stimulus itu,
ketika gigi hilang, gada stimulus lagi
2. Terjadinya resorpsi baik dari tinggi lebarnya itu mengalami pengurangan, atau kehilangan
volume.
3. Perubahan pada mukosa, mukosa kalau gingiva pada mukosa pasti ada gingiva cekat dan
bebas, kalau hilang udah gada lagi, gingiva cekat tadi digantikan sama mukosa yg tidak
bergerak
4. Ruang edentuolus satu dua gigi itu akam mempengaruhi gigi antagonisnya atau disebelah
mrsial dan distal
5. Migrasi patologis, migrasi fisiologis itu normal terjadi tiap tahun ke arah mana, pada
edentulous, itu migrasi nya patologis karna disebabkan oleh hal hal yg tidak normal atau tidaj
seharusnya, kemudian rotasi gigi bisa terjadi
6. Erupsi gigi antagonis, ekstrusi
7. Gsngguan pada TMJ, struktur tmj itu ada kolaborasi atau befupa sistem. Tmj itu biasanya
secsra anatomi tmj itu sebenarnya pertenuan ra dan rb, rb sturkturnya berbeda dari tengkorak,
terpisah, pertemuan psosesus kondileidieus pada fossa gleinodalis , fossa artikularis. Semakin
lama kehilangan gigi akibatnya kerusakan pada struktur, atau temporo mandibular disorder
8. Beban berlebih pada jar pendukung, jika gigi tifak ada otomatis pasien mengunyah dgn
tulang alveolaris, kasus pasien 5 tahun hilang igig tidak diganti, rulsngnya abis
9. Kelaninan bicara dan estetik, ada huruf interdental
10. Terganggunya kebersihan mulut
11. Pengurangan fungsi pengunyahan
Pola resorpsi
Ra : ke arah atas dan palatinal, kesannya munduru
Ra : ke bawah dan sedikit kebukal, atau ke depan
LO 2 : M4 DASAR-DASAR GTP
Penggunaan GTL bertujuan untuk megembalikan dan memelihara fungsi rongga mulut pada
pasien full edentoulus. Indikasi dari GTL menurut Robinson dan Bird (2003) adalah:
1. Pasien dengan full endetoulus
2. Pasien dengan gigi yang masih tersisa sedikit dan tidak dapat dipertahankan
3. Pasien dengan gigi yang masih tersisa tidak dapat mendukung gigi tiruan sebagian lepasan
(GTSL) dan tidak terdapat alternatif perawatan lain
4. Pasien menolak diberikan rekomendasi alternatif perawatan lain.
Kontraindikasi dari GTL adalah:
1. Terdapat pilihan perawatan lain
2. Pasien memiliki penyakit fisik atau mental yang dapat mempengaruhi kekooperatifan
pasien selama pembuatan dan pemakaian gigi tiruan
3. Pasien memiliki hipersensitifitas terhadap bahan gigi tiruan
4. Pasien tidak menginginkan untuk mengganti gigi yang hilang (Robinson dan Bird, 2003).
GTL terdiri dari beberapa komponen dan memiliki fungsi masing-masing, seperti :
1. Basis. Basis berfungsi menggantikan tulang alveolar yang mengalami resorpsi dan
mendukung gigi tiruan yang hilang
2. Flange. Flange berfungsi sebagai perluasan basis yang membentang diatas mukosa
3. Post dam. Post dam berfungsi sebagai retensi GTL pada rahang atas
4. Elemen gigi. Komponen ini berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang.
2. Retensi
Ketahanan geligi tiruan lengkap tidak bergeser. Bergantung pada :
a. Seal perifer
b. Daerah kontak antara geligi tiruan dengan jaringan
c. Ketepatan
d. Viskositas/volume saliva
Control neuromuscular lebih berkaitan dengan stabilitas daripada retensi.
3. Stabilitas
Kemampuan geligi tiruan untuk menahan gaya geser selama berfungsi.
Dipengaruhi oleh gaya yang bekerja pada permukaan oklusal dan permukaan poles,
selain bentuk jaringan pendukung.
4. Zona Netral
Daerah tempat gaya geser muscular berada dalam keadaan seimbang.
Fungsi utama dari GTP adalah untuk mengembalikan fungsi mastikasi, fonetik, dan
estetis:
1. Mastikasi
Salah satu tujuan dalam perawatan dengan gigi tiruan penuh adalah untuk mengembalikan
fungsi mastikasi atau pengunyahan pasien. Fungsi pengunyahan yang tepat sangat penting,
karena pengunyahan akan memengaruhi pencernaan pada makanan. Proses mastikasi
berperan dengan cara mengurangi ukuran makanan dan mengubahnya menjadi bolus yang
homogen sehingga dapat ditelan. Fungsi pengunyahan yang tepat juga dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien.
2. Fonetik Pemakaian gigi tiruan penuh dapat membantu mengembalikan fonetik pada pasien
yang edentulus. Gigi tiruan penuh dapat mengembalikan pengucapan hurufhuruf yang
dihasilkan melalui bantuan gigi, bibir, lidah seperti dari lidah ke palatum (d, n, t), lidah ke
gigi (l, th), gigi ke gigi (s, sh, z), gigi ke bibir (f, v), dan bibir ke bibir (b, m, p).
3. Estetis
Estetika dalam cabang ilmu prostodontik dapat didefinisikan sebagai suatu filosofi yang
berhubungan dengan kecantikan. Mengembalikan kembali senyum pasien yang edentulus
dianggap sebagai salah satu capaian dalam perawatan prostodontik, karena senyum adalah
bagian integral dari wajah. Tujuan utamanya adalah untuk mengganti gigi yang hilang,
mengembalikan dimensi vertikal normal, dan memberikan dukungan untuk jaringan lunak
wajah, sehingga nantinya akan memberikan estetika yang optimal bagi pasien dan akan
meningkatkan kepercayaan diri serta kualitas hidup pasien
Gigi tiruan penuh (GTP) merupakan salah satu perawatan yang sangat lazim bagi
individu yang kehilangan gigi seluruhnya.
Gigi tiruan lengkap lepas (GTL) didefinisikan sebagai gigi tiruan untuk menggantikan
permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi
rahang atas dan rahang bawah. Gigi tiruan tersebut terdiri dari anasir gigi yang dilekatkan
pada basis gigi tiruan. Basis pada gigi tiruan itu memperoleh dukungan melalui kontak yang
erat dengan jaringan mulut dibawahnya (Sinabutar, 2013).
Menurut Swenson (1960) menyatakan bahwa pada orang yang telah kehilangan gigi-
geliginya, dimensi vertikal akan berkurang dan otot pipi akan turun karena tidak adanya
penyangga. Selama berfungsi, rahang bawah berusaha berkontak dengan rahang atas,
sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah akan menyebabkan
hilangnya posisi sentrik dan mandibula menjadi protrusif, yang dapat menyebabkan malposisi
temporomandibular joint.
Pemakaian gigi tiruan memiliki tujuan utama bukan hanya untuk memperbaiki fungsi
pengunyahan, bicara dan estetik saja, tetapi juga mencegah berubahnya struktur jaringan
pengunyahan dan otot wajah, serta harus dapat mempertahankan jaringan yang tersisa. Untuk
tujuan terakhir ini selain erat kaitannya dengan pemeliharaan kebersihan rongga mulut, juga
bagaimana mengatur agar gaya-gaya yang dapat terjadi masih bersifat fungsional atau
mengurangi besarnya gaya yang kemungkinan akan merusak jaringan yang masih tersisa
(Ardan, 2007).
Prinsip Dasar Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan
Dalam pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan terdapat prinsip dasarnya, yaitu
a Pemeliharaan tulang alveolar
Penampilan yang alami dapat diperoleh mulai dari saat mencetak. Ketebalan tepi
gigi tiruan yang dapat mengembalikan dukungan bagi otot-otot bibir dan pipi bervariasi,
tergantung dari hilangnya sisa alveolar. Ketebalan yang optimal dapat diperoleh waktu
melakukan border molding (Soebekti, 1995:2).
Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Lepasan
Tahap-tahap pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan (Itjiningsih, 1991:31- 187)
adalah:
1. Pembuatan Sendok Cetak Perseorangan
Sendok cetak perorangan (SCP) adalah sendok cetak yang dibuat untuk
mendapatkan reproduksi daerah tak bergigi dari seluruh jaringan mulut, khusus digunakan
untuk pasien dan satu kali pakai pada satu kasus.
2. Desain Gigi Tiruan Lengkap
Desain gigi tiruan lengkap terdiri dari:
a. Penarikan garis tengah
Untuk rahang atas ditarik garis tengah dari frenulum labial atas, kemudian
pertemuan rugae palatine kiri dan kanan, dan titik tengah antara kedua fovea palatine.
Untuk rahang bawah, ditarik garis tengah dari frenulum labial bawah kemudian ke titik
tengah-tengah rahang bawah, diteruskan ke frenulum lingual.
b. Penarikan garis puncak linggir
Pada rahang atas, ditarik garis puncak dari titik caninus atas ke titik notch/lekukan
pterygo maxillaries, kemudian ke titik pertemuan puncak linggir anterior dengan titik
tengah. Pada rahang bawah, garis puncak ditarik dari titik caninus bawah, ke titik
retromolar pad, kemudian ke titik pertemuan puncak linggir anterior dengan garis tengah.
c. Pembuatan Postdam dan Beading
Postdam dibuat pada rahang atas pada AH-Line dan beading dibuat pada rahang
bawah yaitu melakukan pengerokan model kerja sedalam 1-1,5 31 mm pada daerah
muccobucalfold. Pembuatan postdam dan beading bertujuan untuk mendapatkan
peripheral seal (Soebekti, 1995:3).
3. Pembuatan Galangan Gigit
Pasien yang sudah kehilangan seluruh giginya berarti sudah kehilangan bidang
oklusal, tinggi gigitan (dimensi vertical) dan oklusi sentrik. Ketiga hal ini harus kita cari
saat membuat gigi tiruan lengkap lepasan dengan media tanggul gigitan (galangan gigit).
Galangan gigit dibuat untuk menuntukan dimensi vertikal dan mendapatkan dukungan
bibir dan pipi pasien.
4. Penanaman Artikulator
Artikulator adalah alat mekanik tempat meletakkan model rahang atas dan rahang
bawah sekaligus memproduksi relasi rahang bawah terhadap rahang atasnya.
5. Penyusunan Gigi
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigi anterior atas
hingga posterior atas dan gigi anterior bawah hingga posterior bawah
6. Wax Contouring
Wax contouring atau waxing dari geligi tiruan adalah membentuk dasar dari
geligi tiruan malam sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otototot orofasial
penderita dan semirip mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan mulut.
7. Flasking
Flasking ialah suatu proses penanaman model dan “trial denture” malam dalam
suatu flask atau cuvet untuk membuat sectional mold. Mold bagian bawah dibuat dengan
menanam model dalam gips dan bagian atas dibuat dari 2 adukan stone yang terpisah
diatas denture malam. Metode flasking ada 2 yaitu, holding dan pulling the casting
9. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik. Ada 2
metode yaitu, dry method dan wet method. Metode packing yang digunakan pada
pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan adalah metode wet methode. Wet methode adalah
cara mencampur monomer dan polimer diluar mold dan bila sudah mencapai tahap dough
stage baru dimasukan kedalam mold
10. Curing
Curing adalah proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan
polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya
11. Deflasking
Deflasking adalah melepaskan gigi tiruan resin akrilik dari cuvet dan bahan
tanamnya, tetapi tidak boleh lepas dari model rahangnya supaya gigi tiruan dapat di
remounting di artikulator kembali.
12. Pemolesan Gigi Tiruan
Pemolesan gigi tiruan adalah menghaluskan dan mengkilapkan gigi tiruan tanpa
mengubah konturnya.
LO 3 : M4 SYARAT SYARAT GTP (RETENSI, STABILISASI, SUPPORT)
Retensi
Pengertian Glossary of Prosthodontics mendefinisikan retensi sebagai kualitas yang ada pada
gigi tiruan untuk bertindak melawan kekuatan pemindahan sepanjang gigi tiruan
ditempatkan. Kekuatan yang menjaga gigi tiruan di tempat dan terlibat dalam retensi gigi
tiruan adalah adhesi, kohesi, tegangan permukaan interfasial, border seal, dan tekanan
atmosfer.Jika retensi pada gigi tiruan penuh baik, maka perpindahan harus sulit untuk
dilakukan. Gigi tiruan yang kurang retentif dapat terjadi karena lebar sayap gigi tiruan yang
kurang adekuat, under-extension, basis gigi tiruan yang kurang pas, dan adanya penutupan
atau seal yang tidak efektif pada gigi tiruan.
1. Adhesif : daya tarik menarik satu sam lain antara molekul yang berbeda.Peran saliva
sangat penting untuk adhesi. Lapisan tipis saliva terbentuk antara gigi tiruan dan
permukaan jaringan. Lapisan tipis ini membantu menahan gigitiruan pada mukosa.
Jumlah adhesi hadir sebanding dengan daerah basis gigi tiruan.
2. Kohesif : daya tarik fisik satu sama lain antara molekul yang sama. Hal ini terjadi
pada selapis tipis Saliva diantara basis gigi tiruan dan mukosa. Kekuatan kohesif
bertindak dalam lapisan tipis saliva. Efektivitas kekuatan-kekuatan ini meningkat
dengan meningkatnya denture-bearing area gigitiruan. Watery seros Saliva dapat
membentuk film yang lebih tipis dan lebih kohesif daripada Saliva yang kental.
3. Tegangan permukaan interfasial : tahanan terhadap pemisahan yang dihasilkan oleh
lapisan cairan diantara 2 permukaan yang beradaptasi dengan baik.
Kekuatan-kekuatan ini ditemukan dalam lapisan tipis salivayang memisahkan dasar gigi
palsu dari jaringan. Lapisan saliva ini cenderung menahan kekuatan pemindahan, yang
cenderung memisahkan gigi palsu dari jaringan. Ini memainkan peran utama dalam retensi
gigi tiruan rahang atas.
Untuk mendapatkan tegangan permukaan interfacial maksimum: • Air liur harus tipis dan
bahkan. • Adaptasi sempurna harus hadir di antara jaringan dan dasar gigitiruan. • Dasar
gigitiruan harus mencakup area yang luas. • Harus ada perekat yang baik dan kekuatan
kohesif, yang membantu untuk meningkatkan ketegangan permukaan interfacial.
4. Tekanan atmosfer : tekanan yang dihasilkan pada sisi gigi tiruan, dengan
memanfaatkan tekanan atmosfer seara selektif. Perbedaan tekanan udara di bawah
landasan dengan di luar landasan, di bawah landasan harus 0 (nol). Untuk mencapai
Peripheral seal yang baik, batas gigi tiruan harus beristirahat pada jaringan lunak dan
jaringan penahan. Jaringan tersebut memungkinkan gerakan mukosa dengan dasar
gigitiruan selama fungsi sehingga terus mempertahankan Peripheral seal.
5. Border seal
Untuk retensi yang optimal, batas gigi tiruan harus dibentuk sehingga ruangan antara
pembatas dan jaringan sulkus sekecil mungkin. Namun, tidak mungkin
mempertahankan kondisi tersebut setiap saat, karena kedalaman sulkus berubah-ubah,
terutama selama gigi berfungsi. Gigi tiruan harus dibuat sehingga perbatasan sesuai
dengan titik paling dangkal yang mencapai refleksi sulkus selama fungsi normal. Ini
berarti untuk beberapa waktu ketika pasien dalam keadaan diam, gigi tiruan akan
sedikit under-extended. Jika gigi tiruan diperpanjang lebih dengan maksud untuk
menciptakan seal yang lebih konsisten, perpindahan mungkin akan terjadi ketika
jaringan sulkus bergerak. Masalah untuk mencapai border seal yang konstan dapat
diatasi dengan memperluas sayap gigi tiruan dari kedua sisi secara lateral, sehingga
berkontak dan sedikit menggeser mukosa bukal dan labial untuk menghasilkan facial
seal. Untuk rahang atas pada bagian posterior, untuk mencapai retensi dari gigi tiruan
dan mukosa adalah dengan membuat postdam, yaitu celah di perbatasan posterior
yang sedikit tertanam ke dalam mukosa palatal. Cara untuk menghasilkan ini adalah
dengan memotong alur ke model kerja di mana batas posterior gigi tiruan harus
terletak yang biasanya di vibrating line.
Stabilisasi
Pengertian Stabilisasi dapat diartikan sebagai daya tahan dari gigi tiruan terhadap
perpindahan (umumnya dalam pergerakan lateral) oleh kekuatan fungsional. Stabilisasi pada
gigi tiruan penuh didefinisikan sebagai resistensi gigi tiruan untuk bergerak pada fondasi
jaringannya, terutama terhadap gaya lateral (horizontal) yang berlawanan dengan
perpindahan vertikal. Ketidakstabilan gigi tiruan berdampak buruk pada jaringan pendukung,
yang nantinya akan menghasilkan kekuatan merusak pada linggir alveolar pasien edentulus
selama fungsinya. Gigi tiruan akan bergeser dengan mudah sebagai respons terhadap gaya
yang didapatkan secara lateral. Hal ini akan menyebabkan gangguan pada border seal dan
mencegah basis gigi tiruan berkaitan baik dengan jaringan pendukung.
Puncak dari linggir sisa alveolar dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa dengan
tulang cancellous dibawahnya. Membran mukosa yang menutupi puncak linggir
alveolar berupa lapisan keratinisasi yang melekat pada submukosa ke periosteum
pada rahang bawah maupun raang atas. Epitelnya berupa epitel skuamosa berlapis
berkeratin. Luas dari perlekatannya berbeda-beda pada setiap individu. Pada
submukosa tidak terdapat adanya sel-sel glandular atau lemak, dan memiliki
karakteristik khusus berupa serat kolagen yang padat dan berdekatan dengan
lamina propria. Pada sebagian orang, submukosa melekat longgar terhadap tulang
sampai ke puncak linggir alveolar, dan jaringan lunak mudah bergerak. Pada
sebagian lainnya, submukosa melekat kuat kepada tulang, baik pada puncak
linggir maupun lereng pada linggir alveolar. Walaupun lapisan submukosa cukup
tipis pada linggir alveolar jika dibandingkan dengan bagian rongga mulut lain,
lapisan ini masih cukup tebal untuk memberikan resiliensi yang adekuat sebagai
dukungan gigi tiruan.
Puncak dari linggir alveolar yang edentulus adalah area yang cukup
penting sebagai dukungan untuk gigi tiruan. Namun, linggir alveolar sangat rentan
terhadap resorpsi sehingga membatasi potensinya, tidak seperti palatum yang
cukup resisten terhadap resorpsi. Resorpsi tulang alveolar akan berpengaruh pula
terhadap respon yang akan timbul pada jaringan tulang yang bersangkutan.
Resorbsi tulang alveolar sering ditemukan pada pasien yang sudah lama
kehilangan gigi sehingga jaringan lunak sekitarnya yang flabby.
Membran mukosa pada puncak linggir alveolar rahang bawah, apabila
melekat dengan baik pada tulang dibawahnya, maka akan memberikan jaringan
lunak yang dapat memberikan dukungan yang baik. Namun, membran mukosa
dengan perlekatan yang longgar tidak dapat menahan kekuatan mastikasi yang
disalurkan melalui basis gigi tiruan
Resiliensi jaringan pada puncak linggir alveolar dapat dikategorikan
menjadi resilien dan flabby. Resiliensi pada puncak linggir alveolar dikatakan
resilen apabila kukuh, cekat, dan resisten ketika dilakukan palpasi. Sedangkan,
dikatakan flabby apabila ada mobiliti atau pergerakan pada mukosa linggir ketika
dilakukan palpasi.
b Buccal Shelf
Daerah diantara frenulum bukal pada rahang bawah dan tepi anterior pada
otot masseter diketahui sebagai buccal shelf. Pada bagian medial dibatasi oleh
puncak dari linggir alveolar, lateral dibatasi oleh external oblique ridge, dan pada
bagian distal dibatasi oleh retromolar pad. Lebar dari dukungan tulang pada
daerah ini akan semakin besar apabila resorpsi linggir berlanjut, hal ini
dikarenakan lebar dari perbatasan inferior rahang bawah lebih besar daripada lebar
prosesus alveolaris.
Membran mukosa yang melapisi buccal shelf perlekatannya lebih longgar
dan keratinisasinya lebih sedikit daripada membran mukosa yang melapisi linggir
alveolar. Bagian inferior dari otot buccinator melekat pada buccal shelf dan serat
juga ditemukan pada submukosa yang melapisi tulang dibawahnya. Tulang yang
berada dibawah buccal shelf merupakan tulang kortikal.
Bentuk dari tulang yang membentuk dukungan pada gigi tiruan rahang
bawah berbeda-beda pada setiap individu. Faktor yang memengaruhinya adalah
ukuran dan konsistensinya, kondisi kesehatan umum seseorang, tekanan yang
ditimbulkan oleh otot disekitarnya, keparahan dari penyakit periodontal, dan
lamanya seseorang dalam kondisi edentulus. Pada rahang atas, resorpsi terjadi ke
arah atas dan dalam, mengikuti arah dari akar gigi dan prosesus alveolaris.
Sedangkan pada rahang bawah, resorpsi terjadi ke arah luar dan semakin lama
resorpsi terjadi, maka akan semakin lebar.
Kondisi linggir alveolar akan tergantung pada ada atau tidaknya gigi di
rongga mulut. Pasca pencabutan gigi geligi, tulang alveolar akan mengalami
resorpsi yang menyebabkan perubahan bentuk dan berkurangnya ukuran tulang
secara terusmenerus. Resorpsi setelah pencabutan gigi pada awalnya akan
berlangsung cepat, lalu akan melambat seiring berjalannya waktu. Ketika gigi
sudah tidak ada dalam waktu yang cukup lama, linggir alveolar dapat berubah
menjadi kecil dan pada puncak linggir akan kekurangan permukaan tulang
kortikal yang halus di bawah mukosanya.20 Perubahan bentuk tulang ini tidak
hanya terjadi pada permukaan tulang alveolus dalam arah vertikal saja tetapi juga
dalam arah labio-lingual atau palatal dari posisi awal yang menyebabkan tulang
alveolus menjadi rendah, membulat, atau datar. Perubahan bentuk yang
berhubungan dengan usia lebih mudah ditandai pada individu edentulus penuh.
Perubahan ini bervariasi diantara masing-masing individu.
A. Anatomi Struktur Pembatas
a) Vestibulum Labial
Frenulum labial adalah seikat jaringan fibrosa yang juga terdapat pada
rahang atas. Frenulum ini dipengaruhi oleh otot orbicularis oris. Berbeda dengan
frenulum labial pada rahang atas, frenulum labial pada rahang bawah lebih aktif.
Frenulum ini mendapat perlekatan dari otot orbicularis oris, sehingga bagian ini
cukup aktif dan sensitif. Dalam pembukaan mulut, sulkus akan menyempit. Oleh
karena itu, hasil cetakan paling sempit berada di regio anterior labial.
d) Frenulum Bukal
Frenulum bukal berada diatas dari depressor anguli oris. Serat dari otot
buccinator melekat pada frenulum ini. Pada frenulum bukal harus dilakukan relief
untuk mencegah perpindahan dari gigi tiruan pada saat berfungsi.
e) Fossa Retromylohyoid
2. Perawatan tambahan :
eliminasi infeksi
penghapusan pathosis
perbaikan bedah dukungan dan ruang gigi
pengkondisian jaringan
konseling gizi
2. Evaluasi klinis dan radiografis baik jaringan keras maupun lunak yang berhubungan
dengan penggunaan gigi tiruan
4. Pemeriksaan kemungkinan dari karies pada pasien-pasien pengguna gigi tiruan, status
periodontal, dan kebersihan mulutnya
Perawatan konvensional sindrom kombinasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu hanya
dengan perawatan prostodontik saja, atau dengan kombinasi perawatan prostodontik dan
bedah pra-prostetik.
1. Gigi tiruan sebagian lepasan rahang bawah harus memberikan dukungan oklusal yang
positif dari gigi-gigi asli dan memiliki penutupan maksimal pada landasan yang diperluas ke
arah distal. Hal ini sebanding dengan pendapat Kelly, yaitu landasan gigi tiruan sebagian
rahang bawah sebaiknya diperluas seluruhnya dan harus menutupi retromolar pad dan area
buccal shelf
2. Desain gigi tiruan harus kaku dan menghasilkan stabilitas yang maksimal
3. Dataran oklusalnya harus berada tepat saat posisi relasi sentrik dan sesuai dengan
dimensi vertikal
4. Gigi-gigi anterior sebaiknya hanya digunakan untuk kebutuhan fonetik dan estetik
saja
5. Gigi-gigi posterior sebaiknya dalam oklusi yang berimbang
Pada tahun 1985, Stephen M. Schmitt menjelaskan pendekatan perawatan yang dapat
meminimalkan perubahan atau kerusakan, dengan menggunakan perawatan objektif yang
dikemukakan Saunders et al, yaitu:
1. Gigi tiruan dibuat dalam 2 tahap
3. Gigi resin akrilik digunakan untuk menggantikan gigi anterior rahang atas
Agar pasien dapat melakukan gerakan “menggiling” dengan baik, inklinasi cuspal tidak
mungkin sama dengan pasien-pasien lainnya, dan diperlukan teknik pembuatan khusus untuk
bagian oklusal gigi tiruan rahang atas. Lapisan cast gold pada bagian oklusal dapat
digunakan, tetapi harganya mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pembuatannya. Pendekatan lain, yang telah berhasil dilakukan, adalah mengubah anatomi
oklusal gigi tiruan rahang atas dengan menggunakan light-cured resin komposit, atau
amalgam.1
DAFTAR PUSTAKA
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26406/150600194.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
https://pustaka.unpad.ac.id/archives/32795