STEM CELLs
Kelompok L
Anggota Kelompok :
3. Mahriana (171610101140)
UNIVERSITAS JEMBER
2020
1
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kami kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan hidayahnya dan memberi kami kesempatan dalam
menyelesaikan laporan yang kami buat ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Dentistry Update.
Penulis
2
ABSTRAK
Latar belakang : Sel punca adalah sel yang tidak berdiferensiasi dan sel pluripoten
yang dapat berdiferensiasi menjadi sel khusus dengan fungsi yang lebih spesifik.
Terapi sel induk menjadi metode yang lebih disukai untuk pengobatan berbagai
penyakit. Cacat oral dan maksilofasial adalah salah satu jenis penyakit yang paling
mungkin disembuhkan dengan terapi sel induk. Di sini kita membahas penyakit
mulut, sel induk dewasa oral, sel iPS, dan perkembangan / tantangan / perspektif
penerapan sel induk untuk pengobatan penyakit mulut.
Kata kunci: Sel batang dewasa, sel iPS, cacat oral dan maksilofasial, terapi sel
induk, uji klinis, diferensiasi terkontrol secara tepat
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
ABSTRAK..............................................................................................................3
1.3 Manfaat……..…....………..……………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKA………………....…………………………….…………..52
4
BAB 1. PENDAHULUAN
5
gigi belum di aplikasikan pada manusia, masih dalam penelitian dan uji coba
(Yang et al., 2017).
1.3 Manfaat
6
2. Untuk mengetahui sumber, macam, dan keuntungan serta kerugian
Stem Cells
10. Untuk mengetahui aplikasi Adult Stem Cells dalam perbaikan dan
regenerasi jaringan oral dan maksilofasial
7
BAB 2. TINJAUN PUSTAKA
8
yang dapat dilakukan untuk mendapatkan keturunan.Rencana Seed
memicu debat mengenai kloning manusia.
5. 5 November 1998: Peneliti di University of Wisconsin dan John
Hopkins University melaporkan sel punca yang diisolasi dari embrio
manusia.Sel tersebu memiliki potensi untuk tumbuh menjadi
berbagai tipe sel dalam tubuh dan dapat di gunakan untuk
menggantikan sel-sel yang rusak.Namun prosesnya
kontroversial:Tim pertama menurunkan stem sel dari jaringan fetus
yang teraborsi,tim yang lain dari embrio yang dihasilkan dari
laboraturium yang berasal dari pasangan yang menjalani in vitro
fertilization.
6. 23 Agustus 2000: The National Institutes of Health mengeluarkan
panduan yang memungkinkan badan federal Amerika membiayai
penelitian sel punca embrio.Mantan Presiden Bill Clinton
mendukung panduan ini.
7. Februari 2001: Presiden George W.Bush meminta untuk mengkaji
ulang panduan The National institutes of Health dan menunda dana
federal yang digunakan untuk penelitian sel punca.
8. 18 Juli 2001: Senator Bill Frist dan Senator Orrin Hatch,yang
merupakan kelompok anti aborsi,menyetujui pembatasan dana
federal untuk penelitian sel punca.
9. 9 Agustus 2001: Presiden Bush mengeluarkan keputusan bahwa
dana federal hanya dapat digunakan untuk penelitian sel punca
embrio yang telah tersedia.
10. 12 Februari 2004: Ilmuan korea selatan yang diketahui oleh Hwang
Woo Suk mengumumkan kloning embrio pertama di dunia.Tidak
seperti klaim kloning sebelumnya,para ilmuwan ini melaporkan
hasil kerja mereka di jurnal yang prestisius,peer-
review,science.Embrio dikloning bukan untuk tujuan reproduksi tapi
sebagai sumber sel punca.Berita tersebut membuka kembali
pertentangan tentang transfer inti sel somatik.Ilmuan mengatakan
kloning menawarkan cara yang unik untuk memproduksi sel yang
9
suatu saat bisa digunakan untuk terapi penyakit.Namun pihak yang
mengkritik beragumen bahwa kloning dalam bentuk apapun tidak
sesuai dengan nilai moral dan harus dilarang.
11. 19 Mei 2005: Ilmuwan yang sama dari Korea Selatan melaporkan
telah mengkloning embrio manusia pada tahun 2004,mengumumkan
bahwa mereka telah membuat proses yang menggunakan sel telur
manusia yang jauh lebih sedikit untuk memproduksi stem sel
embrio.
12. 19 September 2005: Ilmuan di California melaporkan bahwa
menyuntikkan sel punca saraf dapat memperbaiki spinal cord tikus.
13. 11 November 2005: Peneliti University of Pittsburgh Gerald
Schatten memperingatkan editor Science bahwa terdapat
kemungkinan kesalahan dalam paper ilmuawan Korea Selatan bulan
Februari 2004.Dalam paper tersebut,Ilmuwan Korea Selatan
mengklaim mereka telah membuat sel punca line dari kloning
embrio manusia.Schatten mengatakan bahwa beberapa donor sel
telur dalam penelitian itu telah dibayar.
14. 15 Desember 2005: Ilmuan Korea Selatan,mengakui adanya
kesalahan yang serius dalam papernya di tahun 2005 dan menerima
Science untuk menarik kembali jurnal tersebut.
15. 29 Desember 2005: Investigasi Seoul National University
menyimpulkan data penelitian tim Hwang yang dipublikasikan
Science adalah palsu.
16. 12 Januari 2006: Jurnal Science secara formal menarik dua artikel
Hwang.
17. 7 Juni 2006: Hardvard University mengumumkan program
multimillion-dollar untuk membuat kloning embrio manusia sebagai
sumber menjanjikan sel punca.
18. 18 Juli 2006: Presiden Bush melarang aliran dana federal untuk
membiayai penelitian sel punca embrio.
19. Oktober 2007: Mario Capecchi,Martin Evans,dan Oliver Smithies
mendapat hadiah nobel 2007 di bidang fisiologi kedokteran untuk
10
menjelaskan sel punca embrionik dari tikus dan pemanfaatannya
untuk penelitian gen.
20. Januari 2008: Robert Lanza and colleageus ar Advanced.Cell
Technology and UCFS membuat pertama kali sel punca embrionik
manusia tanpa merusak embrio.
21. 30 Oktober 2008: Embrionik menyerupai sel punca berasal dari
rambut manusia.
22. 29 Mei 2009: Kim et al,mengumumkan cara memanipulasi dari sel
kulit yang dipakai oleh pasien “induced pluripotent stem cell”(IPS).
23. 11 Oktober 2010: Percobaan pertama kali pada embrio sel punca
yang berasal dari manusia.
(Djauhari, 2012)
Sel induk embrio adalah sel induk yang diambil dari embrio pada
fase blastosit yang terdiri dari 50-150 sel (berumur 5-7 hari setelah
pembuahan). Pada saat ini massa sel bagian dalam mengelompok dan
mengandung sel-sel embrionik. Selanjutnya sel-sel diisolasi dari massa sel
bagian dalam dan dikultur secara in vitro di labrotarorium. Sel induk
embrional dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada
organisme dewasa, seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati, sel-sel
ginjal, dan sel-sel lainnya. Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari
sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF ( In Vitro Fertilization). Hal ini
pun dapat membuat stem sel tersebut menjadi tumorigenik jika
terkontaminasi dengan alat atau bahan yang tidak steril. Akan tetapi saat ini
telah dikembangkan teknik pengambilan sel induk embrionik (embryonic
stem cell) yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus
hidup dan tumbuh. Untuk masa depan mungkin dapat mengurangi
kontroversi etis seperti sekarang ini (Hakim, 2020).
11
2.2.2. Fetal Stem Cells
Stem Cells ini berasal dari jaringan fetus (aborsi). Fetal stem cells
tidak mati tetapi memiliki kemampuan membelah yang sangat tinggi dan
bersifat multipoten. Salah satu dari Fetal stem cells yaitu stem sell darah tali
pusat (Umbilical Cord Blood Stem Cells). Terdapat beberapa kelebihan
transplantasi stem cell darah tali pusat dibandingkan sumsum tulang.
Kelebihan pertama adalah proses pengumpulan stem cell darah tali pusat
lebih mudah. Setelah darah terkumpul, darah tersebut dikirim dan disimpan
di bank darah, kemudian setelah beberapa hari atau minggu setelah proses,
darah tersebut dapat digunakan. Hal ini jauh berbeda dengan stem cell
sumsum tulang, dimana pasien harus menunggu lama untuk mendapatkan
donor yang sesuai. Proses pengumpulan darah tali pusat tidak menyakitkan
baik untuk ibu maupun bayi dan bisa dilakukan sebelum ataupun setelah
melahirkan plasenta. Kelebihan lainnya adalah dengan menggunakan
transplantasi darah tali pusat akan mengurangi risiko transmisi penyakit
infeksi. Kelebihan khusus ini sebagian karena tali pusat hampir tidak pernah
terkontaminasi Epstein-Barr-Virus atau Cytomegalovirus. Sel punca darah
pusat lebih jarang mengalami penolakan dalam transplantasi karena sel
tersebut masih imatur sehingga menghasilkan reaksi imun alami yang lebih
rendah. Mesenchymal Stem Cells pada darah tali pusat berproliferasi lebih
cepat dibandingkan yang terdapat dalam sumsum tulang (I Nyoman, 2017).
12
sumsum tulang. Kerugian penting lainnya adalah penggunaan stem cells
darah tali pusat bagi pemilik stem cell tersebut. Terdapat beberapa kasus
dimana darah tali pusat seseorang dikontraindikasikan, seperti pada kasus
kelainan genetik. Misalnya, seseorang yang menderita kanker karena mutasi
gen tidak dapat diberikan transplantasi stem cell autologous karena mutasi
sudah terdapat pada DNA pertimbangan penting lainnya adalah bahwa saat
ini belum diketahui berapa lama darah tali pusat akan mempertahankan
fungsinya saat dibekukan. Penelitian menunjukkan bahwa sel punca tali
pusat dapat dipertahankan hingga 15 tahun, namun tidak diketahui apakah
sel akan dipertahankan selama seumur hidup seseorang (Hasanah et al.,
2017).
Adult stem cells dikenal juga sebagai sel punca somatik, berada di
jaringan spesifik dan memiliki sifat dasar sel punca, yaitu, kapasitas
pembaharuan diri dan, meskipun terbatas dalam besarnya, multipotensi.
Adult stem cells adalah populasi langka dari sel tak berdiferensiasi yang
ditemukan dalam tubuh sepanjang sebagian besar kehidupan
pascakelahiran; mereka mampu memperbarui diri dan memunculkan
sejumlah tipe sel dewasa yang membangun jaringan tempat mereka tinggal.
Keturunan mereka menggantikan sel-sel yang hilang karena pergantian
jaringan atau cedera, sehingga memastikan pemeliharaan homeostasis
jaringan. Sel punca dewasa mempunyai dua karakteristik. Karakteristik
pertama adalah sel-sel tersebut dapat berprolifcrasi untuk periode yang
panjang untuk memperbarui diri. Karakteristik kedua, sel-sel tersebut dapat
berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel khusus yang mempunyaı
karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial. Contoh-contoh yang
dipelajari dengan baik pada mamalia termasuk darah, kulit, usus dan sel-sel
punca otot. Sel-sel induk dewasa biasanya dipertahankan dalam keadaan
diam dan, ketika diaktifkan, mereka berkembang biak untuk mengisi
jaringan yang rusak. Seri artikel ini membahas kemajuan yang telah dibuat
13
dalam mengidentifikasi sel punca penduduk di jaringan yang berbeda dan
dalam mengkarakterisasi kumpulan sel punca yang sering heterogen ini,
serta dalam memahami mekanisme intrinsik dan interaksi dengan relung sel
punca yang mengatur fungsi sel punca dan keseimbangan antara diferensiasi
dan pembaruan diri (Hasanah et al., 2017).
14
dari tiga lapisan kuman (ectoderm, endoderm dan mesoderm) dan untuk
berasal hampir semua sel organisme dewasa (Bragança et al., 2019).
15
2.3 Aplikasi Sel IPS Pada Kedokteran Gigi
Sel-sel iPS pada bidang kedokteran gigi dapat berasal dari sel-sel
batang pada apikal papillae (SCAP), pulpa gigi (DPSCs) dan gigi sulung /
gigi sulung (SHED), molar ketiga, mukosa bukal (fibroblast mukosa bukal),
gingiva (fibroblas gingiva) dan ligament periodontal (fibroblas ligamen
periodontal) (12-19, 26). Penelitian telah menunjukkan sel-sel punca gigi
yang berasal dari gigi (seperti, SHED, SCAP, dan DPSCs) dapat dengan
mudah diprogram ulang ke dalam sel iPS pada tingkat yang relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan fibroblas kulup neonatal dan fibroblast kulit
dewasa (Yang et al., 2017 ; Bragança et al., 2019).
Berikut ini merupakan laporan terkini mengenai aplikasi sel IPS
pada kedokteran gigi :
1. Sel-sel iPS dikombinasikan dengan mesenkim gigi dan
ditransplantasikan bersama-sama dengan spons kolagen telah
menunjukkan untuk mengekspresikan penanda ameloblas dan
amelogenin yang menunjukkan mereka dibedakan menjadi
ameloblas. Sel-sel iPS bersama dengan sel epitel gigi yang
mengekspresikan ameloblastin dapat menginduksi sel-sel iPS
menjadi ameloblas melalui faktor neurotropik 4 (NT-4) dan
16
pensinyalan protein morfogenik tulang 4 (BMP-4). Yoshida et al.,
Juga mengamati diferensiasi sel-sel iPS menjadi sel-sel mirip-
ameloblas dalam kultur sel bebas-makan menggunakan medium
yang dikondisikan oleh sisa-sisa sel epitel dari sel Malassez (ERM)
dan piring berlapis gelatin (Malhotra, 2016).
2. Neural crest-like cells (NCLCs) berasal dari sel iPS yang dikultur
dalam medium yang dikondisikan sel epitel gigi, mengekspresikan
penanda odontoblas untuk dentin sialoprotein (DSP) dan
menunjukkan pembentukan struktur seperti kuman gigi yang
dikalsifikasi dengan tulang ketika ditransplantasikan ke bawah
kapsul ginjal pada tikus yang kekurangan imun. Dengan demikian
NCPS yang diturunkan sel iPS dapat berdiferensiasi menjadi
odontoblas melalui interaksi resiprokal dengan epitel gigi. Sebagai
alternatif, sel-sel iPS tikus dapat diinduksi untuk membentuk sel-sel
mirip odontoblas, tanpa interaksi epitel-mesenkimal, dengan
menggunakan perancah tipe-kolagen yang dikombinasikan dengan
BMP-4 dan asam retinoat. Sel-sel yang berdiferensiasi berfungsi
secara fisiologis dan non-teratogenik (Malhotra, 2016).
3. BMP-4 telah terbukti menginduksi sel-sel iPS untuk membentuk sel-
sel seperti-ameloblast dan odontoblast ketika digunakan dengan
ameloblast media yang dikondisikan bebas-serum (Malhotra, 2016).
4. Kombinasi sel-sel iPS dengan dehidrasi matriks enamel dapat
membantu regenerasi PDL melalui pembentukan protein, tulang
alveolar, dan ligamen periodontal. Sel-sel iPS dalam kombinasi
dengan perancah sutra dan matriks enamel telah menunjukkan
pembentukan tulang alveolar, sementum, dan regenerasi PDL pada
defek fenestrasi periodontal (pada tikus). iPSC-MSC
diimplantasikan ke defek fotosintesis bersama dengan fibrinogen
dan timbunan gumpalan trombin ke pembentukan jaringan
mineralisasi yang baru terbentuk dan jaringan seperti PDL yang ada
dalam defek. Sel-sel iPS juga menunjukkan, secara in vitro, ekspresi
penanda jaringan periodontal yang terkait dengan tulang,
17
ligamentum periodontal dan sementum di bawah pengaruh enamel
matrix degenerative (EMD) dan growth / differentiation factor-5
(GDF-5) (42). Pengobatan periodontitis dengan iPSC-MSC yang
ditransfeksi dengan tumor necrosis factor gen 6 (TSG-6) telah
menunjukkan pengurangan signifikan peradangan periodontal,
dengan berkurangnya tingkat infiltrat inflamasi, sitokin pro-
flammatory dan juga menghambat tingkat kehilangan tulang
alveolar (Malhotra, 2016).
5. Telah diusulkan untuk menggunakan memprogram ulang sel
somatik pasien dan menghasilkan sel iPS khusus pasien, yang
diinduksi untuk membentuk sel epitel ektodermal dan sel mesenkim
yang diolah oleh neural crest (NC). Interaksi antara populasi sel-sel
ini (meniru kondisi in-vivo) dapat menyebabkan pembentukan
kuman gigi yang pernah ditransplantasikan ke rongga mulut
mungkin dapat membentuk Biotooth yang sepenuhnya
dikembangkan dan fungsional. Sel-sel iPS, yang berasal dari sel-sel
urin, dibedakan menjadi sel-sel epitel yang diturunkan dari iPSC
ketika dikombinasikan dengan mesenkim gigi telah menunjukkan
kapasitas untuk membentuk struktur seperti gigi yang mengandung
pulpa gigi, dentin, ruang enamel, dan organ email (Malhotra, 2016).
Stem cell merupakan sel yang memiliki ciri mampu melakukan self
renewal, clonogenecity dan dapat berdiferensiasi menjadi sel dengan
struktur dan fungsi tertentu. Salah satu aplikasi stem cell adalah regenerative
medicine pada pada berbagai penyakit, hingga beberapa penyakit serius
yang mengancam jiwa. Stem cell dapat diklasifikasikan berdasarkan potensi
sel dan sumber sel (Diniah, 2016).
1. Totipotent (Omnipotent)
18
Memiliki arti kemampuan suatu sel untuk dapat
berdiferensiasi menjadi semua jenis sel, yang berarti hasil
pmbelahan nya tidak menyerupai sel induk. contohnya ; zigot (telur
yang dibuahi) (Hasanah, 2017).
2. Pluripotent
Kemampuan suatu sel untuk berdiferensiasi menjadi hampir
semua jenis sel. pluripotent berdiferensiasi menjadi 3 lapisan
germinal :
1. Ektoderm (merupakan lapisan germinal terluar)
2. Mesoderm (merupakan lapisan yang berada diantara
lapisan ektoderm dan endoderm)
3. Endoderm (merupakan lapisan germinal inti yang berada
paling dalam)
3. Multipotent
4. Unipotent
19
2.5 Karakteristik dan Mekanisme Pembelahan Stem Cells
Stem Cells memiliki sifat dan karakteristik yang sangat baik untuk
perawatan terapi di masa yang akan datang, berikut ini karakteristik dari
Stem cells:
1. Stem Cells mampu berdiferensiasi menjadi sel lain (sel saraf, sel
otot jantung, sel otot rangka, pankreas, dan lain-lain).
20
Stem Cells Progenitors dapat membelah beberapa kali sebelum
berdiferensiasi menjadi sel matur. Hal ini diduga disebabkan perbedaan
molekul selama pemisahan membran protein sel seperti reseptor, dll. Niche
stem cell adalah lingkungan mikro yang mengandung kapiler, sel endotel
vaskular, perisit, protein fibrous dari matriks ekstra seluler, sel stroma, sel
imun, dan sel saraf. Niche terbagi menjadi 2 bagian yaitu stroma dan
epithelial. Fungsi Niche Stem Cells adalah menjaga keberadaan sel punca,
menghasilkan faktor ekstrinsik yang mengatur proliferasi sel punca.
Scaffold Stem Cells adalah media atau kerangka yang berfungsi
menyediakan lingkungan untuk membantu sel punca melakukan adhesi,
proliferasi, dan differensiasi yang pada akhirnya menghasilkan jaringan
yang diharapkan. Mengenai jenis transplantasi sel punca, pada umumnya
terdapat 3 transplanstas, yaitu:
21
1. Transplantasi sel punca dari sumsum tulang (bone marrow
transplantation)
2. Transplantasi sel punca darah tepi (peripheral blood stem cell
transplantation)
3. Transplantasi sel induk darah tali pusat
(Yang et al., 2017).
22
vaskular (VEGF), faktor pertumbuhan turunan trombosit (PDGF dan SDF-
1) (Bartfeld et al., 2017).
23
pembentukan tulang yang lebih signifikan ketika digunakan
untuk memperbaiki perforasi furkasi yang tidak terinfeksi pada
gigi-gigi anjing.
24
hidroksiapatit / trikalsium fosfat (HA / TCP) dalam bentuk blok,
bubuk, dan HA / TCP bubuk-jenis I strip kolagen serat sapi.
Percobaan klinis lain mengevaluasi penggunaan tulang rekayasa
jaringan yang terbuat dari perancah dan MSC autogenous untuk
augmentasi lantai sinus maksilaris atau onlay plasty dengan
penempatan implan simultan pada enam pasien dengan
ketinggian tulang crestal alveolar 3–5 mm. Hasil menunjukkan
peningkatan rata-rata tinggi jaringan mineral 7,3 ± 4,6 mm pasca
bedah, menunjukkan bahwa jaringan yang direkayasa jaringan
injeksi memberikan keberhasilan implan yang stabil dan dapat
diprediks. Sebuah studi klinis menunjukkan bahwa biokompleks
spons DPSC / kolagen sepenuhnya dapat mengembalikan cacat
tulang mandibula manusia dan menunjukkan bahwa populasi sel
ini dapat digunakan untuk perbaikan dan / atau regenerasi
jaringan dan organ. Dilaporkan bahwa 3 tahun setelah
transplantasi pada mandibula manusia, histologis, dan holo-
tomografi in-line mengungkapkan bahwa sel-sel induk
meregenerasi tulang yang padat daripada tulang yang kenyal. Ini
menciptakan mandibula yang lebih mantap, yang mungkin
meningkatkan stabilitas dan resistensi implan terhadap agen
mekanik, fisik, kimia, dan farmakologis. MSC dari pulpa gigi
sulung terkait dengan kolagen dan biomaterial hidroksiapatit
digunakan untuk merekonstruksi cacat tulang alveolar pada
pasien bibir sumbing dan langit-langit mulut, dan hasilnya
menunjukkan persatuan tulang alveolar progresif pada semua
pasien, penyelesaian akhir dari cacat alveolar dengan tinggi
tulang rata-rata 89,5% 6 bulan pasca operasi.
25
(PRF) dan allograft tulang (FDBA; SureOss, Hansbiomed, Korea)
digunakan untuk memuat sel-sel induk lemak pad buccal yang diturunkan
untuk perawatan kehilangan tulang alveolar dalam augmentasi sinus
maksilaris dan dalam augmentasi mandibula posterior. Konstruksi jaringan
yang direkayasa berdasarkan triccium phosphate sintetis dan MSCs
autologus yang diperoleh dari mukosa oral digunakan untuk rekonstruksi
proses alveolar maksila pada pasien dengan diagnosis terverifikasi sebagian
maxent edentulous dan atrofi tulang alveolar. Demikian pula, MSC yang
diperoleh dari sumsum tulang dicampur dengan bicalcium phosphate untuk
menambah alveolar ridge.
26
Istilah sel punca hematopoietik/haematopoietic stem cell (HSC)
merujuk kepada sel-sel yang dibuat dalam pabrik darah atau sumsum tulang
belakang yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi hampir semua
jenis sel darah. Transplantasi HSC (HSCT) dilakukan untuk
mengembalikan fungsi sumsum tulang belakang dan sistem kekebalan
tubuh setelah dirusak dan/atau diserang oleh kanker darah. HSCT dewasa
pertama di Singapura dilakukan pada bulan Juli tahun 1985 pada seorang
pasien yang menderita leukemia akut kambuhan.
27
Dengan demikian pengumpulan sel punca dari darah tepi merupakan teknik
yang banyak diminati saat ini karena relatif lebih nyaman dan aman. Karena
adanya perkembangan teknik pengumpulan sel punca dari darah tepi ini,
maka timbulah pemikiran untuk melakukan penyimpanan sel punca darah
tepi.
Bank sel punca darah tepi merupakan suatu perwujudan dari hal
tersebut dan telah banyak kita jumpai di luar negeri, bahkan di negara
tetangga seperti: Singapura dan Malaysia. Berbagai penyakit telah dapat
diterapi dengan autotransplantasi sel punca dan menunjukkan hasil yang
baik, antara lain: critical limb ischemia pada penderita diabetes mellitus,
penyakit jantung iskemik kronis, penyakitpenyakit autoimun, penyakit
tulang rawan sendi lutut dan kanker, terutama kanker darah. Beberapa
penanganan penyakit-penyakit tersebut dalam tataran klinis sekarang sudah
banyak dilakukan di luar negeri, sehingga bukan merupakan suatu tahapan
yang baru diteliti.
Darah tali pusat adalah darah yang ditemukan pada pembuluh darah
pada tali pusat dan plasenta. Secara anatomis tali pusat terdiri dari tiga
pembuluh darah yaitu satu pembuluh darah vena dan dua pembuluh darah
arteri. Pembuluh darah tersebut memiliki tiga macam sel punca. Tali pusat
adalah tali yang menghubungkan fetus dengan plasenta. Melalui tali pusat
tersebut fetus memperoleh suplai oksigen dan nutrient.
Ditemukan 3 jenis stem cell dengan fitur yang unik, yang tidak
terdapat pada darah tepi. Tiga jenis sel tersebut adalah: Hematopoietic Stem
Cells (HSCs), Multipotent non-Hematopoietic Stem Cells, dan
Mesenchymal Stem Cells (MSCs). Hematopoietik adalah suatu proses yang
akan menghasilkan sel darah sebagai produk akhirnya. Semua komponen
sel darah merupakan derivat dari populasi sel punca multipotent yang
disebut hematopoietic stem cell. Darah tali pusat menunjukan adanya
komponen HSCs dalam berbagai fase atau tingkatan (stage), dengan
28
karakteristik antigen yang berbeda yaitu CD133, CD34, dan CD45. Hal
tersebut menunjukkan bahwa HSCs tali pusat dapat diinduksikan secara
selektif menjadi eritroid, megakaryotik, dan monositik. Mesenchymal Stem
Cell adalah sebuah sel multipotent yang biasanya ditemukan pada sumsum
tulang. Sel ini memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi
osteogenik, adipogenik, dan kondrogenik.
29
penolakan dalam transplantasi karena sel tersebut masih imatur
sehingga menghasilkan reaksi imun alami yang lebih rendah.
Mesenchymal Stem Cells pada darah tali pusat berproliferasi
lebih cepat dibandingkan yang terdapat dalam sumsum tulang
(Ali H, 2012).
Dental stem cel adalah stem cell yang berada atau didapat dari gigi.
Baik ketika gigi masih menjadi benih maupun sudah erupsi (Bluteau et al,
2008). Dental stem cell dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya : Dental
pulp stem cells (DPSC), Stem cells from human exfoliated deciduous teeth
(SHED), Apical part of the Papilla Stem Cell (APSC), Dental Follicle Stem
Cell (DFSC), Periodontal ligament stem cells (PDLSC). (Morzeck et al).
Dental stem cel dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
30
Sinyal yang dapat merangsang terbentuknya odontoblas pada
DPSC antara lain : bahan kalsium hodroksida atau kalsium
fosfat. Hingga saat ini, terapi dengan menggunakan DPSC masih
terus diteliti
31
phosphatase, bone sialoprotein, osteocalcin, dan reseptor TGF β
(Seo et al).
32
2.9 Terapi SC Dalam Kedokteran Gigi
33
Seluruh struktur gigi, mulut, dan struktur tulang kraniofasial
dibentuk oleh sel mesenkim pada saat pertumbuhan alami. Sel punca
dewasa secara kronologik memiliki struktur yang lebih mirip dengan sel
target seperti gigi, mulut dan struktur tulang kraniofasial daripada sel punca
embrionik. Sel punca dewasa dapat berupa sel autologous atau diisolasi
dari pasien, sebaliknya sel punca embrionik tidak bisa ditemukan dalam
sel autologous. Terdapat resiko penolakan imunitas terhadap sel-sel
yang non-autologous, dimana hal ini tidak didapati pada sel punca
yang autologous (Hakim, 2020).
34
Untuk meregenerasi jaringan periodontal, dapat menggunakan sel
punca embrionik, sel punca dewasa, dan sel-sel progenitor. Akan tetapi,
karena masalah etika dan juga adanya keterbatasan pada penggunaan sel
punca embrionik, maka sel punca dewasa dan sel-sel progenitor lebih cocok
digunakan dalam situasi klinis. Baru - baru ini telah ditunjukkan bahwa
jaringan lemak manusia mengandung sel-sel yang mirip dengan sel punca
sumsum tulang. Sel punca adipose ini mungkin dapat menjadi sumber yang
menjanjikan bagi sel-sel untuk strategi jaringan, karena banyak studi telah
menunjukkan bahwa sel punca adipose dapat berdiferensiasi menjadi
apogenik, osteogenik, kondrogenik, miogenik, dan keturunan sel
neurogenik. Selain itu mereka juga telah berhasil digunakan untuk
meregenerasi berbagai jaringan. Jaringan lemak tersedia dalam jumlah yang
besar dan relatif mudah diperoleh (Hakim, 2020).
2.10 Aplikasi Adult Stem Cells Dalam Perbaikan Dan Regenerasi Jaringan Oral
Dan Maksilofasial
Adult stem cells (sel punca dewasa) atau somatic stem cells (sel
punca somatik). Diambil dari jaringan yang telah matang/dewasa. Sel punca
dewasa dapat diperoleh dari hampir semua jaringan dewasa, namun sumsum
tulang menjadi sumber yang paling umum. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa sel punca yang berasal dari sumsum tulang dapat
memperbaiki berbagai kerusakan jaringan, mulai dari miokardium, tulang,
tendon, kartilago, hingga kulit (Santi, 2018).
35
dan secara fenotip ditentukan oleh ekspresi permukaan spesifik penanda:
CD105, CD90, CD73 dan kurangnya penanda yang biasanya diekspresikan
oleh sel hematopoietik: HLA-DR, CD45 dan CD34 (Spagnuolo et a.l,
2018).
Ada total 44 uji klinis terdaftar yang berkorelasi dengan sel induk
oral atau penyakit mulut. Stem cell digunakan dalam uji klinis termasuk
MSC (N = 14, termasuk lima uji coba BM-MSCs), PDLSCs (N = 4), OESCs
(N = 12), DPSCs (N= 5), sel induk turunan adiposa (ADSC; N = 6), SHED
(N =1), sel induk hidung (N = 1), dan HSC (N = 1). Ada tujuh percobaan
yang diusulkan untuk mengobati periodontal penyakit dengan MSC
autologous, ADSCs, PDLSCs, atau alogenik DPSC. Ada empat uji klinis
yang melaporkan hasil dari total 14 percobaan untuk terapi penyakit tulang
dengan sel stroma sumsum tulang, stem cell nasal, MSC (Mesenchymal
Stem Cells) allogenik, dan ADSC (Adipose Derived Stem Cells) (Yang et
al., 2017). Penyakit lain yang dilakukan uji klinis termasuk:
36
Di antara mereka, tiga uji coba telah dilaporkan hasil. Uji klinis
dengan hasil yang dilaporkan akan dibahas di bawah:
37
Setelah terkait di dalam scaffold biocoral, DPSC
dipindah ke kavitas dan berdiferensiasi menjadi osteoblas,
membentuk rekayasa jaringan biokompleks Giuliani et al.
Menggunakan Mikro-CT sebagai alat yang efektif untuk
mengamati laju proliferasi sel yang berbeda pada scaffold PLGA
(Polylactyde Glycolide). Microscaffolds PLGA berpori telah
terbukti meningkatkan adhesi DPSC, menjaga kelangsungan
hidup, potensi pluripoten stem cell, dan plastisitas DPSC.
Morfologi scaffold juga dikonfirmasi mampu mempengaruhi
laju reaksi jangka panjang dari regenerasi tulang (Yang et al.,
2017).
38
berhubungan dengan penyakit mulut dan oral stem cell.
Delapan dari mereka digunakan dalam pengobatan
penyakit tulang termasuk kelainan kraniofasial, fraktur
mandibula, atrofi tulang, langit-langit mulut sumbing,
kista rahang atas, dan kehilangan tulang alveolar
edentulous (lima uji coba sedang berlangsung ditambah
tiga percobaan dengan hasil yang dilaporkan) dan tiga
untuk penyakit periodontal (NCT02449005,
NCT00221130, NCT01082822), ditambah satu untuk
regenerasi in vitro dari dental pulp-like tissue dengan
berbagai scaffold dan mukosa oral yang diperoleh selama
pencabutan gigi (NCT00595595) (Yang et al., 2017).
Scaffold Bio-Oss ditransplantasikan bersama
dengan PDLS cell sheets untuk terapi periodontitis
kronis dalam uji klinis lengkap
(NCT01082822).Scaffold kolagen yang tersedia secara
komersial (collagen fleece) digunakan untuk mengatur
BM-MSC autologous yang diperkaya dengan lem fibrin
autologous di fasilitas kamar bersih untuk regenerasi
jaringan periodontal dalam cacat periodontal infraboni
dalam uji klinis yang sedang berlangsung
(NCT02449005) (Yang et al., 2017).
Pada pasien dewasa yang mengalami
periodontitis, implantasi bedah autologous MSC dengan
scaffold komposit kain tenun 3D dan platelet rich plasma
tidak menunjukkan masalah keamanan klinis tetapi
menurunkan derajat kegoyangan gigi dan menunjukkan
perubahan signifikan pada tingkat perlekatan klinis,
kedalaman poket, dan pertumbuhan tulang linier
(NCT00221130) (Yang et a.l, 2017).
39
b. Stem Cell Somatik dengan Scaffold dalam Perbaikan dan
Regenerasi Maksilofasial
Stem cell yang dikombinasikan dengan scaffold
dapat meregenerasi tulang secara efektif. Scaffold
kolagen mampu meningkatkan diferensiasi osteogenik
DPSC sehingga dapat meningkatkan kepadatan fibrillary
kolagen pada tikus dengan kelainan ukuran tulang
calvaria (Yang et al., 2017).
Dalam uji klinis (NCT000013.191) untuk
memeriksa potensi sel stromal sumsum tulang manusia
yang akan digunakan untuk cangkok ke dalam defek
osseous kraniofasial, pembentukan tulang dalam jangka
panjang dari transplantasi sel stroma sumsum tulang
diamati pada model tikus, pembentukan tulang yang
konsisten oleh fibroblas stromal sumsum tulang manusia
dicapai dalam medium (scaffold) yang mengandung
keramik hidroksiapatit / trikalsium fosfat (HA / TCP)
berbentuk balok, serbuk, dan HA / TCP jenis bubuk I
pada kolagen fibrilar sapi (Yang et al., 2017).
Percobaan klinis lain (UMIN000006720)
mengevaluasi penggunaan rekayasa jaringan tulang yang
terbuat dari scaffold dan MSC autogenous untuk
perawatan augmentasi pada dasar sinus maksilaris.
Metode yang sama digunakan dalam perawatan onlay
plasty dengan penempatan implan simultan pada enam
pasien dengan tinggi alveoral crest 3–5mm. Hasil
menunjukkan terdapat peningkatan rata-rata ketinggian
jaringan termineralisasi sebanyak 7,3. Peningkatan
tinggi sebanyak ± 4,6 mm pascabedah, menunjukkan
bahwa injeksi rekayasa jaringan tulang stabil dan dapat
diprediksi akan berhasil (Yang et al., 2017).
40
Sebuah studi klinis menunjukkan bahwa DPSC /
biokompleks spons kolagen dapat sepenuhnya
memulihkan cacat tulang mandibula pada manusia dan
menunjukkan bahwa populasi jenis stem cell ini (DPSC)
dapat digunakan untuk perbaikan dan atau regenerasi
jaringan dan organ. Tiga tahun setelah transplantasi pada
mandibula manusia, secara histologis dan tomografi
mengungkapkan bahwa sel-sel punca cenderung
beregenerasi menjadi tulang kompak dibanding tulang
spons. Hal tersebut menciptakan mandibula yang kuat,
yang meningkatkan stabilitas dan resistensi implan
terhadap agen mekanik, fisik, kimia, dan farmakologis
(Yang et al., 2017).
MSC dari pulpa gigi sulung yang dikaitkan
dengan biomaterial kolagen dan hidroksiapatit (Geistlich
Bio-Oss R) digunakan untuk merekonstruksi tulang
alveolar yang cacat pada kelainan bibir sumbing dan
kelainan palatum pasien, dan hasilnya menunjukkan
penyatuan tulang alveolar terjadi secara progresif pada
semua pasien, terjadi penyempurnaan akhir defek
alveolar dengan tinggi tulang rata-rata 89,5% pada 6
bulan pasca operasi (NCT01932164) (Yang et al., 2017).
Platelet Rich Fibrin (PRF) dan allograft tulang
(FDBA; SureOss, Hansbiomed, Korea) digunakan untuk
memuat stem cell ADSC bukal untuk pengobatan
kehilangan tulang alveolar pada augmentasi sinus
maxillary (NCT02745379) dan augmentasi mandibula
posterior (NCT02745366) (Yang et al., 2017).
Konstruksi rekayasa jaringan yang menggunakan
scaffold tricalcium phosphate sintetis dan MSC
autologous yang diperoleh dari mukosa oral digunakan
untuk proses rekonstruksi tulang alveolar maksila pada
41
pasien dengan diagnosis edentulous parsial maksila serta
pada pasien dengan atrofi tulang alveolar
(NCT02209311). Demikian pula, MSC yang diperoleh
dari sumsum tulang dicampur dengan bicalcium
phosphate untuk menambah ridge alveolar
(NCT02751125) (Yang et al., 2017).
42
Meskipun hasilnya belum tersedia, tiga percobaan lain dengan
MSC terfokus pada osseointegration (NCT02731586), dan
regenerasi tulang (NCT02755922, UMIN000011286) (Yang et
al., 2017).
PDLSC manusia, serta DPSC, SHED, dan sumsum
tulang sel punca telah dipelajari untuk meregenerasi jaringan
periodontal. Hasil uji klinis (NCT01357785) diidentifikasi tidak
ada masalah keamanan klinis yang dapat dikaitkan ke penelitian
PDLSC investigasi dan menemukan peningkatan yang
signifikan di ketinggian tulang alveolar pada setiap kelompok
tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara
kelompok PDLSC dan kelompok kontrol (Yang et al., 2017).
Percobaan klinis lain menunjukkan pengurangan
kedalaman probing poket dan penambahan perlekatan klinis
dengan perawatan menggunakan PDLSC / b-TCP, tidak ada
reaksi merugikan pada empat kasus autologous yang sudah
dilakukan transplantasi lembaran PDLSC ke permukaan akar
selama prosedur flap Widman yang dimodifikasi untuk
perawatan periodontitis (UMIN000005027). DPSC manusia
alogenik disuntikkan dalam jaringan periodontal yang terinfeksi
lokal untuk perawatan penyakit periodontal kronis
(NCT02523651) dan uji klinis UMIN000002050 bertujuan
untuk membentuk bank DPSC manusia untuk penyakit gigi yang
diperlukan untuk pengobatan pencabutan gigi (Yang et al.,
2017).
Uji klinis sedang berlangsung untuk mengklarifikasi
efisiensi SHED autologous untuk meregenerasi pulpa dan
jaringan periodontal pada pasien dengan gigi permanen yang
belum matur dan nekrosis pulpa (NCT01814436). ADSC
mewakili sumber sel yang menarik dan etis untuk dijadikan stem
sel dan telah digunakan dalam enam uji klinis (Tabel 3).
Transplantasi autolog intramuskular ADSC meningkatkan
43
kelangsungan transplantasi lemak ke wajah pada pasien dengan
progresif atrofi hemifacial (NCT01309061), hal ini
menunjukkan injeksi ADSC dapat digunakan untuk mengobati
penyakit Parry-Romberg tanpa perlu untuk transfer flap bebas
mikrovaskuler. Tiga uji klinis yang masih berlangsung dari
ADSC tanpa scaffold bertujuan untuk mengobati periodontitis,
xerostomia akibat induksi radiasi, dan disfungsi saraf kranial
(Yang et al., 2017).
44
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Berikut ini adalah pertanyaan yang diajukan ketika kami presentasi pada
hari Senin, 11 Mei 2020 beserta jawaban yang telah kami diskusikan berdasarkan
sumber yang kami peroleh:
1. Amanda Sukmalia : pluripotsnt, untuk pengaplikasian apakah sudah
dilakukan di Indonesia?
Jawab:
Perkembangan penelitian dan pengetahuan tentang sel punca
terus meningkat, kini sel punca berpeluang menjadi terapi modern
dengan pendekatan regeneratif yang memberi harapan kesembuhan
untuk berbagai jenis penyakit yang sulit untuk disembuhkan seperti
penyakit genetik, degeneratif, trauma dan keganasan (Churiyah et al.,
2017). Sel punca embrionik memiliki kemampuan untuk membelah
tanpa batas serta bersifat pluripotensi dan dapat berdiferensiasi menjadi
sel dari tiga lapisan kecambah (Arifa dan Sinuraya, 2020). Perlu
diketahui pada awalnya terapi sel punca banyak menggunakan sel punca
embrional yang menggunakan embrio sebagai sumber sel. Akan tetapi
karena adanya faktor kemanan dan masalah etik dalam pengambilan
embrio sebagai sumber sel, maka dikembangkan jenis sel punca baru
yaitu sel punca dewasa (Adult Stem Cells) dan Induced Pluripotent Stem
Cells (iPSC) ata sel punca pluripotent, Sel punca pluripotent adalah sel
yang telah mengalami pemrograman ulang dan memiliki karakteristik
menyerupai sel punca embrional yaitu belum berdiferensiasi dan
mempunyai kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel
yang spesifik dari ketiga lapisan germinal yaitu ektoderm, mesoderm,
dan endoderm dan berbagai jaringan tubuh (Churiyah et al., 2017). Di
Indonesia perkembangan terapi Stem Cells masih belum diterapkan di
bidang kedokteran gigi. Sejauh ini terlaporkan di Indonesia Stem
Cells digunakan untuk pengobatan pada kedokteran umum yakni organ
jantung (Lim, 2019)
45
Jawab:
(I Nyoman, 2017).
46
diinduksi untuk pembaruan diri atau berkomitmen untuk keadaan yang
lebih berbeda. Tempat di mana humoral, neuronal, local (paracrine),
positional (physical) and metabolic berinteraksi satu sama lain untuk
mengatur nasib stem cells disebut Niche Stem Cells. Niche ini
disesuaikan tergantung dari target lokasi terapi yang akan dilakukan.
Sehingga mengenai letak dari niche stem cells yaitu berada di lingkungan
mikro stem cells (Bartfeld et al., 2017).
47
Jawab:
Sifat reproduktif sel punca yang mampu membentuk kembali tulang,
sementum, dentin bahkan ligamen periodontal. Rekayasa jaringan
bertujuan merestorasi struktur jaringan rusak akibat penyakit atau trauma
dengan tetap memelihara lingkungan, dengan menginduksi sel punca
pulpa gigi untuk berproliferasi menjadi odontoblast like cells yang
akhirnya membentuk dentin (Hakim, 2020)
Ada tiga faktor yang diperlukan untuk rekayasa jaringan yaitu sinyal
morfogenesis, sel punca untuk merespons terhadap morfogen dan
scaffold dari matriks ekstraselular. Pada rekayasa jaringan gigi
diperlukan juga regenerasi syaraf dan regenerasi vaskular untuk menjaga
homeostasis gigi. (Hakim, 2020).
Untuk meregenerasi enamel belum ada penelitian lebih lanjut tetapi
jika dihubungkan dengan penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa akan
sulit meregenerasi enamel, dikarenakan enamel merupakan matriks
ekstraseluler yang paling tinggi kandungan mineralnya, terdiri dari 96%
mineral (material anorganik) dan 4% material organik dan air. kandungan
anorganik dalam enamel adalah kristal kalsium fosfat yang disebut
hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) Serta ion magnesium, timah,
strontium dan fluor. kandungan mineral yang tinggi mengakibatkan
enamel menjadi sangat keras sehingga enamel mampu menahan gaya
mekanis selama gigi berfungsi (Rilinda, 2015).
Tetapi dari komposisi enamel tidak ada mengandung odontoblast
like cells, yang artinya Stem cells tidak dapat meregenerasi enamel. Dan
diatas juga di sebutkan pada rekayasa jaringan gigi diperlukan juga
regenerasi syaraf dan regenerasi vaskular, yang artinya jika gigi dalam
keadaan yang baru saja non vital maka masih bisa dilakukan terapi
menggunakan Stem Cells, tetapi jika dalam kurun waktu yang lama sudah
mengalami keadaan non vital, maka kemungkinan besar tidak bisa
dilakukan rekayasa jaringan menggunakan Stem Cells (Rilinda, 2015).
48
5. Ichi : saat melakukan perawatan apakah ada reaksi penolakan dari sel
imun kita? Dikarenakan SC yang diambil dari orang lain
Jawab:
Kemungkinan bisa terjadi reaksi penolakan. Tapi hal itu sangat kecil
kemungkinannya. Maka dari itu di sel dewasa sebisa mungkin
menggunakan stem cell kita sendiri. Jika menggunakan stem cell yang
diambil oleh orang lain sebisa mungkin menggunakan stem cell dari
kerabat terdekat atau keluarga.
49
5. Subpopulasi sel SSEA3+ kemudian dihitung persentasenya dan
selanjutnya dikulturkan
6. Pewarnaan Sel Punca dengan Alkaline Phosphatase.
Berdasarkan langkah-langkah prosedur kultur sel punca di atas,
sudah dijelaskan bahwasanya penandaan sel punca dengan menggunakan
marker dilakukan sebelum proses kultur atau proliferasi dan diferensiasi
(Churiyah et al., 2017).
50
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
Arifa, I., & Sinuraya, R. K. (2020). Induksi Pluripotent Stem Cell dengan
Menggunakan Oct4, Sox2, Klf4, dan c-Myc (Faktor Yamanaka):
Perkembangan dan Tantangan. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy,
9(1).
Bartfeld, S., & Koo, B. K. (2017). Adult gastric stem cells and their niches. Wiley
Interdisciplinary Reviews: Developmental Biology, 6(2), e261.
Bragança, J., Lopes, J.A., Mendes-Silva, L. And Santos, J.M.A., 2019. Induced
Pluripotent Stem Cells, A Giant Leap For Mankind Therapeutic
Applications. World Journal Of Stem Cells, 11(7), P.421.
Churiyah, C., Kusuma, I., Kusumastuti, S. A., Hadi, R. S., Wibowo, A. E., &
Fabiola, F. K. (2017). Isolasi Sel Punca Pluripoten Dengan Penanda Cd105+
Dan Ssea3+ Dari Sel Fibroblas Kulit Asal Jaringan Preputium. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 14(2), 233-239.
Djauhari, T. (2012). Sel Punca. Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan Dan
Kedokteran Keluarga, 6(2).
Hakim.R.F. 2020. Stem Sel Dan Regenerasi Jaringan Dalam Bidang Kedokteran
Gigi. Syiah Kuala University Press
52
Hasanah, N., Wulan.A.J., Prabowo.A.Y. 2017. Transplantasi Sel Punca Darah Tali
Pusat Sebagai Pengobatan Penyakit Akibat Kelainan Darah. Majority, 7 (1).
Hasanah, N., Wulan, A. J., & Prabowo, A. Y. (2017). Transplantasi Sel Punca
Darah Tali Pusat Sebagai Pengobatan Penyakit Akibat Kelainan Darah.
Jurnal Majority, 7(1), 123-129.
I Nyoman Bagiastra. 2017. Sel Punca Embrionik Dalam Aspek Yuridis Dan Etika
Biomedis. Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Js, F. D., & Erlin Listiyaningsih, M. K. (2016). Profil Ekspresi Mikro-Rna (Mir-1
Dan Mir-133a) Terhadap Kemampuan Perkembangan Cardiac Resident
Stem Cell (Doctoral Dissertation, Universitas Gadjah Mada).
53
Montagnani, S., Rueger, M.A., Hosoda, T. And Nurzynska, D., 2016. Adult Stem
Cells In Tissue Maintenance And Regeneration. Stem Cells International,
2016.
Rilinda, F. (2015). Erosi Permukaan Labial Gigi Anterior Permanen Rahang Atas
dan Bawah pada Perenang di Beberapa Kolam Renang Medan.
Sandra, F. Murti, H., Aini, N., Sardjono, C., Bonejamin, S., 2008. Potensi Terapi
Sel Punca Dalam Dunia Kedokteran dan Permasalahannya. JKM. Vol. 8.
No. 1. hh 94-100
Spagnuolo, G., Codispoti, B., Marrelli, M., Rengo, C., Rengo, S., & Tatullo, M.
(2018). Commitment Of Oral-Derived Stem Cells In Dental And
Maxillofacial Applications. Dentistry Journal, 6(4), 72.
54
Yang, B., Qiu, Y., Zhou, N., Ouyang, H., Ding, J., Cheng, B., & Sun, J. (2017).
Application Of Stem Cells In Oral Disease Therapy: Progresses And
Perspectives. Frontiers In Physiology, 8, 197.
55