Universitas Jember
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tutorial Blok Manajemen Pelayanan Kesehatan. Tutorial blok ini merupakan salah
satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember. Dengan selesainya laporan tutorial ini, tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
4
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 4
ERGONOMI PRAKTEK DOKTER GIGI
Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun mempunyai
pasien yang banyak. Tiap hari rata-rata jumlahpasien yang berkunjung sekitar 15
orang. Semua kegiatan perawatan gigi pasien ditangani sendiri. Beberapa hari yang
lalu dokter gigi tersebut mengeluhkan adanya kelainan di daerah punggung, leher dan
pergelangan tangan. Dokter gigi tersebut merasakan sakit yang luar biasa, bahkan
dokter gigi tersebut tidak bisa beraktifitas secara normal. Hasil pemeriksaan dokter
menunjukkan bahwa beliau mengalami musculoskeletal disorderss karena dokter gigi
bekerja tidak secara ergonomik. Saran dari dokter yang merawatnya agar dalam
bekerja merawat pasien dibantu oleh asisten sehingga dokter gigi bekerja secara four
handed dentistry dan menjaga keselamatan kerja.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ergonomi
Usaha atau upaya untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan
dalam bekerja yang baik, aman dan nyaman.
Ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan elemen-
elemen lain dalam suatu sistem serta profesi yang mempraktekkan
teori, prinsip, data dan metode.
Ergonomi adalah ilmu teknologi dan seni yang berupaya menyerasikan
alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan dan batasan
manusia.
Upaya untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan praktek dokter
gigi supaya baik, aman, dan nyaman.
Ilmu yang mempelajari mengenai interaksi yang kompleks antara
aspek pekerjaan yang meliputi peralatan, tata kerja, sistem, dan
lingkungannya yang berhubungan dengan kondisi fisik, fisiologis, dan
psikis manusia. Sangat penting untuk menyesuaikan aspek pekerjaan
dengan karyawan.
2. Musculosceletal disorders
Gangguan yang mengenai muskuloskeletal berupa nyeri
berkepanjangan akibat menerima beban statis berkepanjangan dan
terus menerus.
Adanya kerusakan otot, saraf, ligamen, persendian, dan kartilago.
Biasanya rasa sakitnya akibat ketegangan otot, inflamasi, terjadi
karena menerima beban statis terlalu lama.
6
Muskuloskeletal struktur yang mendukung anggota badan, leher,
dan punggung. Biasanya keluhannya seperti hernia nukleus pulposus
(HNP).
Muskuloskeletal tempat terjadi gangguan, berarti tulang rangka.
Disorders timbul nyeri berkepanjangan akibat beban statis terus
menerus, biasa pada pekerja berat. Tapi tidak selalu karena beban
berat, misalnya karena trauma kecelakaan (saraf terjepit, dll).
3. Fourhanded dentistry
Teknik dalam KG di mana dokter gigi dan perawat gigi secara
bersama melakukan tindakan pada pasien sehingga pekerjaan lebih
mudah dan cepat.
Four perawatan yang dilakukan dengan empat tangan secara
bersamaan; seorang dokter gigi melakukan prosedur perawatan gigi
bekerja sama dengan asisten atau perawat gigi agar perawatan tersebut
menjadi cepat dan efektif.
Dua tangan dokter gigi dan dua tangan asisten, asisten fokus pada
peralatan, sedangkan dokter gigi fokus pada perawatan gigi.
Harus punya tim yang baik untuk melakukan perawatan dan pastinya
menguntungkan semua pihak (pasien, dokter gigi, dsb).
4. Keselamatan kerja
Kondisi di mana pekerja melakukan pekerjaannya dengan aman dan
nyaman tanpa ada gangguan yang menghambat dan merugikan
pekerja.
7
4. Aktivitas apa yang biasa menyebabkan dokter gigi terkena musculosceletal
disorders dan bagaimana terjadinya?
5. Bagaimana keselamatan kerja dalam praktek dokter gigi?
8
Nutrisi operator.
9
Keempat zona diperumpamakan seperti arah jarum jam; arah jam 11-2
(static zone), arah jam 2-4 (assistant zone), arah jam 4-8 (transfer
zone), arah jam 8-11 (operator zone). Pasien dijadikan sebagai pusat,
bagian belakang kepala pasien dijadikan arah jam 12.
10
Melakukan sterilisasi alat.
Pada saat preparasi, sebaiknya memakai rubber dam untuk
menghindari mata bur terlepas dan tertelan.
Mempersiapkan dan memeriksa alat-alat sebelum digunakan.
Pencahayaan optimal.
11
STEP IV (Pemetaan)
12
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai dampak apabila
tidak menjalankan ergonomi dalam praktek kedokteran gigi.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai penyebab dan jenis
musculosceletal disorders.
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja khususnya dalam praktek kedokteran gigi.
13
Manfaat Ergonomi :
a) Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
b) Menurunnya kecelakaan kerja.
c) Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
d) Stress akibat kerja berkurang.
e) Produktivitas membaik.
f) Alur kerja bertambah baik.
g) Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
h) Kepuasan kerja meningkat
14
Postur tubuh yang ergonomi : A; posisi dan sudut kaki, punggung
(duduk), dan posisi kepala; B posisi lengan diangkat hingga 10-25º
dari sumbu horizontal.
Postur tubuh yang ergonomi : C; jarak antara area kerja (mulut pasien)
35-40 cm dan instrumen 20-25 cm ke mata (kacamata pelindung),
serta posisi lampu dental chair yang tepat ke area kerja; D posisi pedal
drive dekat dengan salah satu kaki.
15
yakni tekniker yakni orang yang biasa mengerjakan alat-alat atau piranti yang
dibutuhkan dalam perawatan gigi seperti gigi tiruan, piranti ortodontik, dsb.
Selain itu, yang dimaksud tim kerja pada bidang kedokteran gigi yakni
intergrasi dari berbagai bidang kedokteran gigi. Misalnya, dokter gigi tidak
dapat melakukan suatu perawatan, maka pasien dapat dirujuk ke sejawat
dokter gigi lainnya. Spesialisasi seperti prostodonsia, bedah mulut, dll, bisa
dikatakan sebagai suatu tim kedokteran gigi. Sistem integrasi antar bidang
spesialisasi diperlukan untuk penanganan selanjutnya karena tiap dokter gigi
memiliki kapasitas.
16
i) Ditentukan rencana perawatan.
j) Dokter gigi / perawat gigi melakukan tindakan perawatan. Waktunya
sekitar 15-90 menit dalam melakukan tindakan perawatan pada pasien.
k) Dokter gigi / perawat gigi mendokumentasikan tindakan dan
pengobatan yang diberikan pada pasien ke rekam medik pasien dan
memberikan resep pada pasien gigi.
l) Petugas membersihkan dan mensterilkan alat alat yang telah
digunakan.
m) Petugas mencatat status pasien atau rekam medik ke buku register poli
gigi.
a) Asisten dan dokter gigi dapat bekerja sama membagi pekerjaan saat
menangani pasien.
17
arah pergerakan jarum jam yang diidentifikasi menggunakan kepala pasien
sebagai pusat dan jam 12 terletak dibelakang kepala pasien.
Zona kerja terbagi menjadi empat daerah kerja, yaitu:
1) Operator’s zone
2) Assistant’s zone
3) Transfer’s zone
4) Static’s zone.
Merupakan daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun
perawat gigi serta daerah yang tidak terlihat oleh pasien. Zona ini
berfungsi untuk menempatkan meja instrument bergerak (mobil
18
cabinet) yang berisi instrument tangan serta peralatan yang dapat
membuat pasien takut.
19
Beberapa prinsip yang dianjurkan untuk menerapkan konsep four-handed
dentistryagar dapat memberi manfaat yang lebih baik yaitu:
20
Jawab :
Sumber: Leggat, Kedjarune dan Smith (2007) yang dikutip oleh Soemarko (2013)
Penyakit pada Dokter Gigi di Norwegia, Belgia dan Australia Tahun 2007
21
Sumber: Leggat, Kedjarune dan Smith (2007) yang dikutip oleh Soemarko (2013)
22
electroneuromyography (ENMG) dan Magnetic resonance imaging (MRI).
(CCOHS, 2014). Rasa nyeri merupakan gejala umum yang berhubungan
dengan gangguan muskuloskeletal. Dalam beberapa kasus, dapat juga terjadi
kekakuan sendi, ketegangan otot, kemerahan, dan pembengkakan pada area
yang terkena. Gangguan musculoskeletal dapat berkembang dari tahap ringan
sampai berat. Tahapan perkembangannya meliputi:
a) Tahap awal: rasa sakit dan kelelahan pada anggota tubuh yang terkena
selama melakukan pekerjaan, tetapi hilang saat malam hari atau saat
libur kerja. Pada tahap ini tidak mengurangi performa kerja.
b) Tahap peralihan: rasa sakit dan kelelahan terjadi lebih awal dalam jam
kerja dan tetap terasa di malam hari. Terjadi penurunan kapasitas
dalam melakukan pekerjaan repetitif.
c) Tahap akhir: rasa sakit, kelelahan, dan kelemahan terjadi saat sedang
beristirahat. Terjadi ketidakmampuan untuk tidur dan mengerjakan
tugas-tugas ringan.
23
memperkecil faktor resiko potensial. Semua ini dapat berperan dalam
memperparah terjadinya LBP. Hal lain yang terpisah tetapi terkait
dengan sakit tulang belakang bagian bawah adalah cedera tulang
belakang. Ini biasanya terjadi secara akut, peristiwa mendadak sakit
tulangbelakang atau“penyakitpegalpad pinggang” berhubungan
dengan suatu peristiwa yang spesifik. Cedera seperti itu pada
umumnya tidak dianggap sebagai MSDs yang dihubungkan dengan
gerakan berulang. Meskipun demikian, ada juga cedera seperti itu
yang menyebabkan rasa sakit apabila melakukan gerakan berulang
tertentu.
Perawatan dari sakit tulang belakang bagian bawah in harus
dibedakan untuk masing-masing pasien. Karena penyebab timbulnya
rasa sakit pada tiap- tiap pasien itu berbeda-beda. Sementara ada bukti
ilmiah yang mendukung intervensi spesifik, seperti koreksi postur
tubuh, posisi tubuh pasien, latihan umum, dan teknik-teknik
fisioterapi spesifik yang mungkin akan sangat bermanfaat.
b) Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas
Beberapa individu melaporkan adanya rasa sakit pada tulang
belakang bagian atas dan tengah. Tulang thorax (thoracic spine)
dirancang untuk mendukung organ penting didalamnya dan sangat
kuat. Jarang sekali mengalami gejala-gejala degeneratif karena
pergerakannya kecil dan sangat stabil. Tentu saja trauma atau cedera
dari ketegangan bisa menyebabkan rasa nyeri. Meski struktur- struktur
dari tulang belakang jarang cedera, tetapi beberapa kondisi-kondisi
seperti osteoporosis dapat mempengaruhi kondisi spesifik seperti
tekanan yang mematahkan. Tulang thorax sering dilibatkan dalam
skoliosis yang idiopatik atau kebongkokan. Hal ini kemudian dapat
berkembang menjadi kondisi yang menyakitkan, meski sumber dan
penyebab yang tepat sering belum jelas.
24
Mungkin hal tersebut merupakan penyebab yang sering
timbul pada bagian pertengahan tulang belakang, tetapi sekali lagi
sangatlah sulit untuk dapat mendiagnosa dengan tepat nyeri otot dari
otot-otot postural dan otot-otot tulang belikat. Kontribusi dari postur
yang abnormal, postur statis, kekuatan dan daya tahan yang lemah dan
menyeluruh mempengaruhi keadaan individu dan perlu untuk
diperhitungkan. Beberapa usaha rehabilitasi harus melibatkan otot-otot
yang besar, termasuk peregangan, latihan-latihan penguatan, aktivitas
fungsional dan perhatian pada postur tubuh.
c) Sakit pada Tangan dan Pergelangan Tangan
MSDs dari tangan dan pergelangan tangan dapat
terjadi dalam bermacam-macam bentukseperti, kelainan trauma
kumulatif, cedera karena ketegangan, trauma mikro karena pekerjaan
berulang, sindrom penggunaan berlebih, sindrom terowongan karpus
(carpal tunnel syndrome) dan kelainan karena tekanan yang berulang
Hal dominan yang menjadi penyebab kelainan gerakan berulang
adalah gerakan-gerakan pembelokan dan perluasan dari pergelangan
tangan dan jari-jari. Secara kronis gerakan berulang tersebut terutama
pada posisi pinch menjadi penyebab terbanyak. Hal umum lain yang
menyokong faktor-faktor terjadinya cedera pada tangan dan
pergelangan tangan termasuk gerakan-gerakan dimana pergelangan
tangan itu menyimpang dari posisi netral menjadi posisi yang
abnormal ataupun tidak biasa; bekerja untuk periode waktu yang lama
tanpa istirahat atau pertukaran otot-otot tangan dan lengan bawah;
tekanan mekanik pada persarafan dari genggaman pada tepi tajam dari
instrument, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan berlebih dan
memperluas penggunaan dari instrumen-instrumen yang bergetar
seperti dental handpieces.
25
a) Faktor pekerjaan
1) Peregangan Otot yang Berlebihan
Melakukan pekerjaan seperti mengangkat, mendorong, menarik
dan menahan beban yang berat menyebabkan peregangan otot yang
berlebihan. Pengerahan tenaga menjadi lebih dari kekuatan optimum
otot. Semakin banyak kekuatan yang harus diterapkan dalam
pengerahan tenaga, semakin cepat otot akan kelelahan atau menjadi
tegang. Paparan berlebihan atau terlalu lama mengerahkan tenaga yang
kuat dapat menyebabkan kejang, nyeri dan kerusakan otot. Juga dapat
mengiritasi tendon, sendi dan cakram, yang mengarah ke peradangan
serta penyempitan pembuluh darah dan sara. Peningkatan kompresi
saraf dari tekanan yang dikenakan oleh tendon meradang atau
kontraksi otot dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf (carpal
tunnel syndrome). Sebelumnya dilaporkan bahwa sekitar 74% cedera
tulang belakang disebabkan oleh aktivitas mengangkat (lifting
activities). Sedangkan 50-60% cedera pinggang disebabkan karena
aktivitas mengangkat dan menurunkan material (Tarwaka, 2004).
2) Aktivitas Berulang
Pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus dapat
menimbulkan keluhan musculoskeletal. Hal ini terjadi karena otot
menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa
memperoleh kesempatan untuk relaksasi. Sendi yang paling rentan
terhadap cedera karena pekerjaan berulang adalah pergelangan tangan,
jari, bahu, dan siku. Dan dapat menyebabkan penyakit seperti
tendonitis dan epicondylitis (CCOHS, 2014).
3) Sikap kerja tidak alamiah
Biasa juga disebut dengan awkward position adalah sikap kerja
yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi
posisi alamiah sehingga menimbulkan keluhan muskuloskeletal,
misalnya punggung terlalu membungkuk, kepala terlalu lama
26
terangkat, mengambil barang di tempat yang tinggi. Bisa juga karena
bekerja untuk waktu yang lama dengan mempertahankan posisi yang
sama seperti mengemudi selama beberapa jam, posisi kerja berdiri atau
duduk terlalu lama. Umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat
kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993). Apabila sikap kerja seperti ini
dilakukan dalam waktu yang lama maka akan meningkatkan resiko
penyakit muskuloskeletal. Di Indonesia, sikap kerja tidak alamiah ini
lebih banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi
alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja.(Riyadina, et al.
2008)
a) Faktor Lingkungan
1) Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak.
Sebagai contoh, Sikap duduk yang keliru akibat kursi yang tidak sesuai
dengan antropometri tubuh, atau karena kesalahan posisi, dapat
menambah tekanan pada punggung bawah dan merupakan penyebab
utama masalah punggung (Soedarjatmi, 2003). Apabila hal ini sering
terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
2) Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi
otot bertambah. yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar,
penimbunan asam laktat tinggi dan menimbulkan rasa nyeri otot
(Suma’mur, 1996). Dari hasil penelitian yang lain didapat pula getaran
pada mesin yang digunakan dengan bantuan tangan untuk
mengoperasikan dapat menyebabkan penyakit carpal tunnel syndrome
dimana adanya gangguan pada saraf yang berhubungan dengan
pekerjaan yang mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu
panjang secara berulang (Nurhikmah, 2011)
3) Suhu
27
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan
kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja, sehingga gerakannya
menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya
kekuatan otot (NIOSH, 1997). Demikian juga dengan paparan udara
yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau
besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan
termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan, akan
terjadi kekurangan suplai oksigen kerja otot. Akibatnya, peredaran
darah kurang lancar, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan
terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri
otot.
a) Faktor Manusia
1) Umur
Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada
umur 30 tahun dan semakin meningkat pada umur 40 tahun ke atas.
Hal ini disebabkan secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan dan
ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada
otot meningkat. (Cindyastira, 2014)
2) Jenis kelamin
Otot-otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan
kekuatannya hanya dua pertiga (60%) daripada otot-otot pria terutama
otot lengan, punggung dan kaki. Dengan kondisi alamiah yang
demikian maka wanita mempunyai tingkat risiko terkena gangguan
muskuloskeletal lebih tinggi. Perbandingan keluhan otot antara wanita
dan pria adalah 3 dibanding 1.
3) Ukuran tubuh/antropometri
Meskipun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan
dan massa tubuh mempengaruhi terjadinya keluhan otot. Misalnya
wanita yang gemuk mempunyai risiko keluhan otot dua kali lipat
dibandingkan wanita kurus. Ukuran tubuh yang tinggi pada umumnya
28
juga sering menderita sakit punggung. Kemudian orang-orang yang
mempunyai ukuran lingkar pergelangan tangan kecil juga lebih rentan
terhadap timbulnya gangguan muskuloskeletal.
4) Kesehatan/kesegaran jasmani
Pada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada orang
yang mempunyai cukup waktu istirahat dalam aktivitas sehari-harinya.
Pekerja yang tidak terbiasa berolahraga memiliki resiko lima kali lebih
besar menderita gangguan musculoskeletal dibanding yang sering
berolahraga. (Deyyas and Tafese, 2014)
29
2) Design peralatan
3) Absensi dan keselamatan
4) Komitmen managemen keselamatan
5) Pelatihan keselamatan
6) Government Rule (Peraturan Pemerintah)
BAB III
KESIMPULAN
30
Setiap fasilitas pelayanan dokter gigi dapat ditingkatkan tempat kerjanya agar
lebih ergonomis dan Dokter gigi perlu memperhatikan gejala-gejala dini gangguan
kesehatan agar dapat dilakukan pencegahan dan deteksi secara dini serta mencegah
terjadinya masalah kesehatan jangka panjang. Cara kerja ergonomis dalam bekerja
perlu ditingkatkan secara berkesinambungan dan secara proaktif oleh setiap dokter
gigi agar tetap sehat dan produktif.
31
DAFTAR PUSTAKA
Agusdianti, Luh Nila, Putu Lestari Sudirman, and I. Made Muliarta. "Edukasi
ergonomi menurunkan keluhan muskuloskeletal dan memperbaiki konsistensi
postur tubuh pada mahasiswa PSPDG Universitas Udayana." Bali Dental
Journal 1.2 (2017)
Canadian Center for Occupational Health and Safety (CCOHS). 2014.MSDs Occupational
Risk Factors and Symptomps. https://www.ccohs.ca/oshanswer/ergonomics/risk.html
Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th ed. Taylor and Francis Inc.
London
Riyadina, W. et al, 2006. Laporan Akhir Penelitian Pengembangan Surveilans
Faktor Risiko Penyakit dan Lingkungan Pada Masyarakat Pekerja Industri,
Puslitbang Biomedis dan Farmasi Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Sianipar, T. A. (2020). UPAYA MEMPERTAHANKAN ERGONOMI PADA
POSISI BERBARING, DUDUK, BERDIRI, DAN BERJALAN SERTA
UPAYA MENCEGAH HAZARD PSIKOSOSIAL
Suma’mur P. K. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung AgungNurhikmah. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Furnitur Di Kecamatan
Benda Kota Tangerang. Jakarta
32
Tarwaka., Solichul BA., Lilik S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press
33