Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 22: MANAJEMEN PELAYANAN


KESEHATAN

SKENARIO 2: MANAJEMEN PRAKTEK

Tutor : drg. Mohamad Basofi

Oleh Kelompok Tutorial XI:

Ketua : M. Bintang Menara (NIM : 161610101109)


Scriber : Marisa Icha Aisya S. (NIM : 161610101110)
Anggota : Astrid Ganadya N. I. (NIM : 161610101101)
Pintan Qorina D. (NIM : 161610101102)
Rizky Kurniawan (NIM : 161610101103)
Paramadiva Zefina P. (NIM : 161610101104)
Ajeng N. A (NIM : 161610101105)
Aisya Nurrachma (NIM : 161610101106)
Dhilan Purna Aji (NIM : 161610101107)
Syeifira Salsabila (NIM : 161610101108)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah–Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial. Laporan ini disusun untuk melaporkan
hasil diskusi kelompok tutorial 11 dalam skenario kedua Blok 22 Manajemen
Pelayanan Kesehatan Semester Ganjil 2019-2020.

Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan terimakasih kepada drg. Mohamad Basofi selaku tutor yang
telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok 11 Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember dan memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu
yang telah didapatkan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.

Jember, 1 November 2019

Penyusun
SKENARIO 2
MANAJEMEN PRAKTEK

Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun mempunyai
pasien yang banyak. Tiap hari rata-rata jumlah pasien yang berkunjung sekitar 15
orang. Semua kegiatan perawatan gigi pasien ditangani sendiri. Beberapa hari yang
lalu dokter gigi tersebut mengeluhkan adanya kelainan di daerah punggung, leher dan
pergelangan tangan. Dokter gigi tersebut merasakan sakit yang luar biasa, bahkan
dokter gigi tersebut tidak bisa beraktifitas secara normal. Hasil pemeriksaan dokter
menunjukkan bahwa beliau mengalami musculoskeletal disorders karena dokter gigi
bekerja tidak secara ergonomi. Saran dari dokter yang merawatnya agar dalam
bekerja merawat pasien dibantu oleh asisten sehingga dokter gigi bekerja secara four
handed dentistry dan menjaga keselamatan kerja.
STEP 1
CLARIFYING UNFAMILIAR TERMS

1. Four handed dentistry: merupakan perawatan gigi yang dilakukan dengan konsep
4 tangan dilakukan bersamaan meliputi asisten dan operator dimana asisten fokus
pada peralatan dan operator fokus pada perawatan pasien.
2. Ergonomi: ilmu yang mempelajari perilaku manusia yang berkaitan dengan
pekerjaannya
3. Musculoskeletal disorder: gangguan yang mengganggu fungsi sendi, ligamen,
otot, tendon, dan tulang belakang. Biasanya timbul rasa nyeri berkepanjangan dan
terjadi karena menerima beban statik terlalu lama dan terus-menerus.
STEP 2
PROBLEM DEFINITION

1. Aktivitas apa yang dilakukan dokter gigi sehingga mengalami musculoskeletal


disorder?
2. Bagaimana cara bekerja secara ergonomi?
3. Bagaimana sistem four handed dentistry?
4. Apa manfaat bekerja secara ergonomi?
5. Musculoskeletal apa yang mungkin terjadi pada dokter gigi apabila tidak bekerja
secara ergonomi?
6. Tindakan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah musculoskeletal disorder?
STEP 3
BRAINSTORMING

1. Bekerja sendirian tidak dibantu asisten sehingga dokter gigi berdiri secara tiba-
tiba, duduk tiba-tiba, dan membungkuk secara tiba-tiba. Selain itu ada faktor usia
dokter gigi, kondisi fisik dokter gigi, dan ketegangan pada otot leher pada saat
melihat rongga mulut pasien, mungkin juga peletakan tumpuan tangan yang
kurang tepat saat memegang alat.
Penyebab MSDS:
1. Pengerahan tenaga terlalu kuat
2. Posisi pada saat perawatan pada pasien tidak sesuai
3. Kondisi medis dan tingkat kebugaran buruk
4. Faktor peralatan dirancang kurang baik dan benar contohnya pencahayaan
kurang.
2. a. Menggunakan dental unit yang sesuai standar
b. Posisi pasien dan posisi dokter gigi harus senyaman mungkin
c. Ada jeda perawatan setiap pasien
d. Meletakkan alat-alat yang mudah dijangkau
e. Posisi tinggi duduk pasien sesuai dengan tinggi operator
Prinsip kerja ergonomi
1. Re-arrangement: menyusun kembali letak alat yang akan digunakan sehingga
operator tidak perlu melakukan pergerakan yang tidak diperlukan
2. Elimination: alat dan bahan yang tidak diperlukan dapat disingkirkan dari dekat
operator
3. Combination: menggabungkan dua alat atau gerakan seperti satu tahap untuk dua
fungsi dan menggunakan alat dengan double ended instrument.
4. Simplify: menyederhanakan alat dan prosedur dengan tata letak yang baik.
3. Konsep ini dibagi menjadi 4:
1. Static zone: arah jam 11 sampai jam 2 pada zona ini tidak ada pergerakan baik
oleh asisten maupun operator, biasanya untuk meja instrumen yang bergerak
2. Assistant zone: arah jam 2 sampai jam 4 merupakan zona asisten dokter gigi
bekerja, biasanya di sebelah kiri pasien
3. Transfer zone: arah jam 4 sampai jam 8 merupakan zona alat dan bahan berpindah
tangan dari asisten ke dokter gigi
4. Operator zone: arah jam 8 sampai jam 11 tempat operator/ dokter gigi bekerja
Posisi pasien mengahdap ke arah jam 6, letak kepala belakang arah
jam 12.
PR: bagaimana jika operator dominan tangan kiri?

4. Apa manfaat bekerja secara ergonomi?


- Meringankan beban kerja dokter gigi sehingga dapat meningkatkan
keprofesionalitasan dalam perawatan dan meningkatkan kualitas pelayanan
- Menhemat waktu dan biaya
- Mengurangi ketidaknyamanan operator saat bekerja sehinga musculoskeletal
disorder dapat berkurang
- Membangun kepercayaan pasien ketika kerja efisien dan nyaman dapat
membangun tingkat kepercayaan yang positif

5. Musculoskeletal apa yang mungkin terjadi pada dokter gigi apabila tidak bekerja
secara ergonomi?
- Tension neck syndrome: ketegangan otoot leher, disebabkan oleh postur flexion
ke arah belakang dalam waktu yang lama sehingga ada gejala kekakuan otot
leher, kejang otot dan rasa sakit yang menyebar ke bagian leher
- Low back pain: penekanan pada daerah lumbar terutama pada L4 dan L5 apabila
dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan
terjadi penekanan pada diskus pada tulang belakang dan berhubungan dengan
posisi duduk yang salah, kusi yang tidak ergonomis dan peralatan yang tidak
sesuai

6. Tindakan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah musculoskeletal disorder?


- Istirahat secara berkala dan peregangan bertujuan agar oto2 rileks sejenak
maupun sendi agar tidak berkontraksi terus menerus.
- Menghindari posisi statis contohnya memutar leher
- Memposisikan pasien pada kedudukan yang tepat
- Operator tidak selalu duduk kadang duduk kadang berdiri
- Mempekerjakan asisten
- Memberi waktu jeda kunjungan pasien
- Membatasi jumlah pasien
- Mereposisi kaki
STEP 4
MAPPING
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu mengkaji definisi, prinsip, dan manfaat kerja ergonomis


2. Mahasiswa mampu mengkaji kelainan muskuloskeletal pada dokter gigi
3. Mahasiswa mampu mengkaji aplikasi four handed dentistry
STEP 7
GENERALISATION

LO 1 Mahasiswa mampu mengkaji definisi, prinsip, dan manfaat kerja


ergonomis

Ergonomi merupakan ilmu terapan yang membantu atau mempelajari tentang tata
cara dalam penyeseuaian antara kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
meningkatkan keselamatan dan produktivitas tempat kerja (Katrova, 2017).

Menurut arti harfiahnya berasal dari bahasa yunani ergon artinya kerja dan nomos
artinya aturan. Jadi ergonomi merupakan aturan atau norma dalam sistem kerja.

Definisi menurut KBBI:

- penyerasian antara pekerja, jenis pekerjaan, dan lingkungan

- Ilmu tentang hubungan antara manusia dan mesin yang digunakan dan
lingkungan kerjanya

Istilah di Negara Amerika: human engineering

Istilah di Negara Skandinavia: biotechnology

Manfaat ergonomi

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya dokter gigi tentang


pengetahuan dan praktik ergonomi di Indonesia sebagai alat untuk mencapai
produktivitas dan meningkatkan kualitas hidup

2. Menghindari faktor resiko pada praktek kedokteran gigi melalui penilaian


postur atau posisi dan proses dalam bekerja
3. Suatu alat atau wadah yang penting untuk kerja bebas cedera.

Prinsip Ergonomi

- re-arrangement: menyusun kembali letak alat yang akan digunakan untuk


melakukan prosedur dari suatu perawatan sehingga mengurangi pergerakan
yang tidak perlu selama perawatan

- elimination: mengeliminasi alat atau bahan yang tidak diperlukan selama


perawatan

- combination: menggunakan dua alat atau gerakan sekaligus

- simplify: menyederhanakaan alat dan prosedur yang baik sesuai tata letak

(Katrova, 2017).

LO 2 Mahasiswa mampu mengkaji kelainan muskuloskeletal pada dokter gigi

Menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dan


World Health Organization (WHO), Musculoskeletal disorder merupakan gangguan
yang disebabkan ketika seseorang melakukan aktivitas kerja dan kondisi pekerjaan
yang signifikan sehingga mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada
sistem Muskuloskeletal yang mencakup saraf, tendon, otot.

Musculoskeletal disorder ditandai dengan timbulnya gejala sebagai berikut


yaitu: nyeri, bengkak, kemerah-merahan, panas, mati rasa retak atau patah pada
tulang dan sendi kekakuan, rasa lemas atau kehilangan daya koordinasi.
Musculoskeletal disorder juga dapat menurunkan produktivitas kerja, kehilangan
waktu kerja, menimbulkan ketidakmampuan secara temporer atau cacat tetap. Bahaya
potensial ergonomi yang dilakukan dokter gigi adalah gerakan-gerakan repetitive,
posisi bekerja yang statis, dan beberapa gerakan gerakan posisi yang janggal, seperti
menggenggam, pinch grip, pressing, ekstensi tangan, fleksi tangan, rotating, posisi
kepala menunduk, miring tengadah, posisi punggung bungkuk, miring, twisting, dan
lain-lainnya.

Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal disorders) adalah penyakit yang


menimbulkan rasa nyeri berkepanjangan. Seseorang yang menderita gangguan
muskuloskeletal merasakan keluhan mulai dari yang ringan sampai berat jika otot
menerima beban statis secara berulang dan dalam kurun waktu yang lama. Timbulnya
gangguan muskuloskeletal ini terkait dengan kondisi lingkungan kerja dan cara kerja
mendukung sehingga dengan kondisi seperti ini dapat menyebabkan kerusakan pada
otot, syaraf, tendon, persendian, kartilago, dan diskus vertebralis. Gangguan
muskuloskeletal yang kerap terjadi pada praktisi kesehatan. Hal ini terjadi akibat
posisi tubuh sewaktu bekerja kurang ergonomis dan terjadi dalam waktu yang lama
serta berulang-ulang. Di antara praktisi kesehatan yang rentan dalam menghadapi
adanya ancaman gangguan muskuloskeletal adalah dokter gigi. Secara umum jenis
pekerjaan dokter gigi ditandai dengan adanya posisi tubuh yang statis dan kaku dalam
melakukan perawatan terhadap pasien. Pasien yang dirawat di atas kursi gigi
menyebabkan seorang dokter gigi harus duduk atau berdiri membungkuk dalam
waktu lama. Posisi tubuh seperti ini menyebabkan dokter gigi yang berpraktik sering
mengalami rasa sakit atau rasa tidak nyaman di daerah leher, bahu dan tulang
punggung sehingga dapat mengakibatkan antara lain gangguan muskuloskeletal yang
berupa nyeri punggung bagian bawah (lower back pain) (Lelly dan Anorital, 2012).

Tubuh manusia adalah dinamis dan dirancang untuk dapat melakukan


gerakan, hal ini tidak akan berfungsi secara optimal kecuali jika sendi dan otot
bergerak secara teratur. Bila seseorang duduk agak lama, maka posisi ini akan
menekan discus spinalis, mengurangi cairan di sendi dan menurunkan aliran darah
dan nutrisi ke discus spinalis. Perubahan ini menyebabkan kerusakan pada jaringan
lunak, dan bilamana berlangsung lama maka dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan muskuloskeletal. Hal inilah yang sering terjadi pada dokter gigi selama
melakukan perawatan pada pasien, dan kadang-kadang tidak disadari dokter gigi
tersebut. Untuk menghindari posisi duduk yang terlalu kaku, operator perlu
senantiasa secara teratur mengubah posisi kerja. Perubahan posisi ini akan
memindahkan beban kerja dari satu otot ke otot yang lain, serta memungkinkan otot
beristirahat dan mengisi kembali nutrisi ke otot yang digunakan tersebut. Perubahan
posisi berdiri, kemudian duduk atau sekali-kali meregangkan otot yang tegang akan
sangat bermanfaat dalam usaha pencegahan terjadinya gangguan muskuloskeletal.
Posisi yang fleksibel merupakan bagian integral dalam usaha pencegahan dan kontrol
sakit bagi dokter gigi yang paling sering mengalami peradangan dan kehilangan
oksigen akibat kontraksi yang statis dan menetap (Lelly dan Anorital, 2012).

Posisi dokter gigi saat melakukan perawatan pada pasien dapat menyebabkan
kontraksi otot secara terus menerus yang menghasilkan suatu pola ketidakseimbangan
otot yang merupakan ciri khas yang terjadi pada profesi dokter gigi.Tanda-tanda
adanya gangguan muskuloskeletal adalah rasa sakit pada daerah leher, bahu dan
punggung, kesemutan pada lengan dan jari-jari, kekejangan otot, kaku otot, dan rasa
pegal sekitar daerah punggung dan bahu (Lelly dan Anorital, 2012).

Berikut adalah beberapa gangguan musculoskeletal:

1. Low Back Pain (LBP)

LBP adalah gangguan umum yang melibatkan otot, saraf, dan tulang
belakang. Nyeri dapat bervariasi dari nyeri konstan yang tumpul hingga
perasaan tajam yang tiba-tiba. Nyeri punggung bawah dapat diklasifikasikan
berdasarkan durasi sebagai akut (nyeri berlangsung kurang dari 6 minggu),
sub-kronis (6 hingga 12 minggu), atau kronis (lebih dari 12 minggu). Kondisi
ini dapat diklasifikasikan lebih lanjut oleh penyebab yang mendasari sebagai
rasa sakit mekanik, non-mekanik, atau terusan. Gejala nyeri punggung bawah
biasanya membaik dalam beberapa minggu sejak dimulainya, dengan 40-90%
orang merasa lebih baik dalam enam minggu.

LBP bukanlah penyakit khusus melainkan keluhan yang mungkin disebabkan


oleh sejumlah besar masalah mendasar dari berbagai tingkat keseriusan.
Mayoritas LBP tidak memiliki penyebab yang jelas, tetapi diyakini
merupakan hasil dari masalah otot atau kerangka yang tidak serius seperti
keseleo atau ketegangan. Obesitas, merokok, pertambahan berat badan selama
kehamilan, stres, kondisi fisik yang buruk, postur tubuh yang buruk dan posisi
tidur yang buruk juga dapat menyebabkan LBP. Daftar lengkap kemungkinan
penyebab mencakup banyak kondisi yang kurang umum. Penyebab fisik
mungkin termasuk osteoartritis, degenerasi cakram antara vertebra atau hernia
tulang belakang, patah tulang belakang(seperti akibat osteoporosis) atau,
infeksi atau tumor tulang belakang (Kumaraveloo dkk, 2018).

2. Upper Left Back Pain

Upper Left Back Pain biasa disebabkan oleh otot tulang belakang atau
punggung. Dalam kasus lain, rasa sakit mungkin tidak berhubungan dengan
punggung seperti ginjal atau pankreas dapat menyebabkan rasa sakit yang
menyebar ke punggung bagian atas. Jenis rasa sakit tergantung pada
penyebabnya. Dapat terasa seperti sakit terus menerus, tumpul atau sakit yang
tajam dan tiba-tiba. Nyeri dapat hilang dengan istirahat dari aktivitas. Upper
Left Back Pain dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi jika rasa sakit
disebabkan oleh kondisi kronis, akan persisten hingga dilakukan perawatan.
Upper Left Back Pain sering disebabkan oleh muscle strain, hernia diskus
spinal, spinal stenosis (penyempitan kanalis spinal dikarenakan bone spurs),
fraktur, dan postur tubuh yang buruk (Menezes dkk, 2012).

3. Tension Neck Syndrome

Ketegangan pada otot leher yang disebabkan oleh postur leher yang flexion
kea rah belakang dalam waktu yang lama sehingga timbul gejala kekakuan
pada otot leher, spasme, dan nyeri yang menyebar ke bagian leher (Manusov,
2012).

4. Repetitive Strain Injury

RSI adalah kategori cedera pada sistem muskuloskeletal dan saraf yang
disebabkan oleh kinerja yang berulang, tenaga yang kuat, getaran, kompresi
mekanis, atau posisi yang berkelanjutan atau posisi tidak nyaman. Nama-
nama umum lainnya termasuk gangguan stres berulang, cumulative trauma
disorder (CTD), dan sindrom overuse (Afsharnezhad dkk, 2016).

5. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

CTS adalah kondisi medis karena kompresi saraf median pergelangan tangan
di carpal tunnel. Gejala utama adalah rasa sakit, mati rasa dan kesemutan di
ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan sisi ibu jari dari jari manis. Gejala
biasanya mulai secara bertahap dan pada malam hari. Rasa sakit bisa
merentangkan lengan. Kekuatan genggaman yang lemah dapat terjadi, dan
setelah jangka waktu yang lama otot-otot di pangkal ibu jari dapat mati. CTS
dapat disebabkan tugas-tugas pekerjaan yang melibatkan tindakan manual
yang sangat berulang atau postur pergelangan tangan tertentu (American
Academy of Orthopaedic Surgeons, 2016).
Pencegahan MSD’s
Profesi dokter gigi menghabiskan hari kerja dengan posisi tubuh yang canggung dan
posisi tubuh yang statis sesuai dengan prosedur yang tepat. Posisi yang canggung dan
statis yang dilakukan oleh dokter gigi tersebut apabila secara terus menerus dilakukan
dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan MSD's. Oleh sebab itu ada
berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mencegah MSD’s, antara lain (Bhandari
dkk., 2013).

1. Merubah postur tubuh

Posisi duduk dan berdiri harus berseling untuk mengurangi posisi yang melelahkan
dan memaksimalkan keragaman postur. Dimana gerakan berseling tersebut akan
membantu untuk mengurangi kelelahan otot. Posisi berdiri menggunakan otot-otot
yang berbeda dengan posisi duduk, oleh karena itu melakukan posisi yang
berseling antara 2 posisi tersebut dapat memberikan kesempatan pada otot untuk
beristirahat, sedangkan kelompok otot lainnya bekerja (Gosavi dkk., 2013).

2. Gunakan Bantuan

Ketika duduk ataupun berdiri hal yang harus kita perhatikan adalah tidak
bersandar ke depan atau membungkuk pada postur yang tidak menggunakan alat
atau bantuan pendukung dalam waktu yang panjang. Posisi duduk seharusnya
lurus atau agak berbaring di kursi yang memiliki sandaran belakang yang baik, dan
menggunakan penunjang kaki yang baik jika diperlukan (Gosavi dkk., 2013).
Penelitian menunjukkan bahwa menjaga bentuk punggung bagian belakang ketika
duduk dapat mengurangi atau mencegah sakit punggung bagian belakang. Sedikit
memiringkan sudut dari kursi sekitar 5 sampai 15 derajat meningkatkan bentuk
dari punggung. Hal ini akan menempatkan pinggul sedikit lebih tinggi dari lutut
dan meningkatkan sudut pinggul lebih dari 90 derajat yang memungkinkan posisi
dekat dengan pasien (Gosavi dkk., 2013).

3. Posisi pasien dan berat yang sesuai

Kesalahan yang sering terjadi dialami dokter gigi adalah pada saat memposisikan
pasien dengan posisi terlalu tinggi. ini menyebabkan peninggian pada bahu dan
otot lengan yang menyebabkan otot statis berkepanjangan sehingga terjadi
ketegangan di leher dan bahu. Penggunaan kacamata pembesar (loop)
memungkinkan operator mempertahankan jarak kerja yang lebih baik dan posisi
pasien pada ketinggian yang tepat dengan bahu rileks dan lengan bawah kira-kira
sejajar dengan lantai (Rajgopal, 2000).

4. Posisi kerja

Dalam bekerja dokter gigi juga harus memperhatikan bagaimana posisi kerja yang
baik untuk menghindari terjadinya MSD's. 12-hour clock position merupakan
posisi yang baik untuk diterapkan, adapun posisi tersebut sebagai berikut
(Rajgopal, 2000):

1. 8 o’clock position
Posisi operator pada posisi jam 8 berada di depan pasien.
2. 9 o’clock position
Posisi operator pada posisi jam 9 berada disamping pasien.
3. 10 to 11 o’clock position
Posisi operator pada posisi jam 10 ke 11 berada di sudut dari sandaran
kepala pasien.
4. 12 o’clock position
Posisi operator pada posisi jam 12 berada di belakang sandaran kepala.
5. Mengendalikan sistem kerja

Mengendalikan sistem kerja dapat membantu mengurangi risiko bahaya yang


menyebabkan MSD's. contoh pengendalian sistem kerja dapat mencakup
kebijakan dan prosedur dalam bekerja, rotasi pekerjaan atau tugas agar tidak
melakukan posisi statis dalam waktu yang panjang, serta pelatihan teknik yang
tepat (seperti pengangkatan atau penggantian pasien yang aman) (Rajgopal, 2000).

6. Alat Pelindung Diri

Mengontrol bahaya MSD's pada pekerja adalah metode yang paling efektif untuk
mencegah MSD's. Kontrol biasanya dilakukan dengan Alat Pelindung Diri (APD).
Beberapa bentuk APD dapat membantu mengurangi risiko MSD's. Contoh alat
pelindung diri yang termasuk adalah sarung tangan yang dimana fungsinya adalah
untuk menyerap goncangan, bantalan lutut gel, atau sol. Bentuk APD lainnya,
seperti sabuk pengaman atau pergelangan tangan, belum terbukti efektif dalam
mencegah MSD untuk orang dewasa sehat rata-rata (Rajgopal, 2000).

7. Hindari postur canggung

Sendi memiliki kekuatan yang baik dan posisi stabil saat berada dalam posisi
netral. Pekerjaan harus dirancang agar sebagian besar dilakukan dengan postur
netral. Sikap canggung, seperti bekerja di atas bahu, meningkatkan risiko MSD's
(Rajgopal, 2000).

8. Bangun kesesuaian dalam pekerjaan

Memiliki kesesuaian dalam pekerjaan memungkinkan setiap orang untuk


melakukan pekerjaan dalam postur tubuh mereka yang paling efektif. Ini
membantu memastikan semua orang dapat melakukan pekerjaan di dalam zona
kekuatan mereka, dan membantu menghindari postur canggung. Ini juga memiliki
keuntungan untuk memungkinkan banyak orang yang berbeda untuk melakukan
pekerjaan yang sama dengan aman (Rajgopal, 2000).

9. Dengan melakukan stretching. Dalam praktik kedokteran gigi, sangat sulit untuk
menghindari posisi statis yang berkepanjangan. Posisi statis yang dilakukan
secara terus menerus akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada otot karena
otot hanya bekerja pada satu sisi atau berotasi hanya pada satu arah saja. Hal ini
menyebabkan hilangnya fleksibilitas otot pada arah yang berlawanan dengan
posisi statis yang dilakukan sehingga dapat mengarah pada rasa sakit dan
terjadinya MSD's (Rundcrantz dkk., 1991). Peregangan yang dilakukan
berlawanan arah dengan posisi statis dapat mencegah ketidakseimbangan pada
otot dan mencegah terjadinya MSD's. Selain itu, stretching dapat menimbulkan
beberapa efek pada tubuh seperti meningkatnya aliran darah menuju otot sehingga
meningkatkan suplai nutrisi pada otot dan diskus vertebralis, meningkatnya
produksi cairan sinovial pada sendi, mengurangi terjadinya trigger point, menjaga
ROM dari sendi, dapat menimbulkan respon rileks pada sistem saraf pusat,
memanaskan otot sebelum memulai pekerjaan, serta dapat mengidentifikasi
struktur yang menegang yang dapat mengarah pada cedera (Valachi, 2003).

10. Gunakan kursi dental dengan sistem ergonomik atau kursi dental selalu diatur
dengan posisi yang mendukung postur yang tepat.

11. Usahakan agar posisi dokter gigi lebih dekat dengan pasien. Hindari postur yang
membungkuk yang menyebabkan rasa sakit pada punggung dan leher.

12. Hindari kecenderungan dokter gigi untuk menyesuaikan posisi terhadap pasien,
namun usahakan pasien didudukkan sesuai dengan posisi yang benar bagi dokter
gigi.
13. Hindari mengangkat siku atau lengan terlalu tinggi untuk mencegah otot terlalu
tegang.

14. Siapkan waktu untuk memposisikan pasien pada posisi horisontal (terlentang)
dengan sudut yang benar, pada saat melakukan perawatan untuk gigi rahang atas,
sedangkan posisi pasien setengah horisontal untuk perawatan gigi rahang bawah.

15. Gunakan bantal di bawah leher pasien untuk mempertahankan posisi kepala yang
benar selama melakukan perawatan gigi pada rahang atas.

16. Lakukan latihan yoga, meditasi, senam ringan, relaksasi otot dengan pengurutan,
mandi uap setelah melakukan kegiatan yang sangat menegangkan otot.

17. Senantiasa melakukan perubahan posisi, agar tidak hanya dalam posisi menetap,
kaku dan hindari postur yang menetap dalam jangka waktu lama.

18. Gunakan sarung tangan yang cocok, jangan terlalu cekat dan jangan juga longgar,
karena dapat mengakibatkan carpal tunnel syndrome (CTS).

19. Gunakan dental-loupe untuk membantu penglihatan agar tidak terjadi kelelahan
pada mata.

20. Bilamana menerapkan four-handed dentistry dalam praktik, maka lakukan dengan
konsep yang benar, agar lebih efisien dan bermanfaat.

21. Sebaiknya dokter gigi menggunakan semacam korset (lumbosacral support) yang
berfungsi sebagai penyangga tulang belakang sewaktu merawat pasien.

22. Ada jeda waktu antara satu pasien dengan pasien lainnya agar dapat
mengistirahatkan otot.

(Lelly dan Anorital, 2012).


LO 3 Mahasiswa mampu mengkaji aplikasi four handed dentistry

Beberapa prinsip yang dianjurkan untuk menerapkan konsep four-handed dentistry


agar dapat memberi manfaat yang lebih baik yaitu (Manji, 1992):

a. Dokter gigi diharapkan melatih asisten sehingga tidak perlu melakukan


pergerakan yang tidak efisien. Misalnya mengambil forcep atau alat
pencabutan gigi di daerah yang jauh dari jangkauannya.

b. Asisten yang membantu dokter gigi harus mempunyai pengetahuan dan


keterampilan dalam menangani peralatan. Terlatih untuk mengikuti setiap
prosedur perawatan yang dilakukan dokter gigi.

c. Asisten harus lebih sering menangani peralatan misalnya saliva ejector,


suction pump, handpiece dan bor, sehingga dokter gigi tidak perlu
melakukannya sendiri. Idealnya penanganan peralatan yang dilakukan asisten
adalah 80 – 90% dari waktu kerja, sehingga dokter gigi hanya berkonsentrasi
pada perawatan pasien.

d. Letak peralatan yang harus ditangani asisten lebih banyak berada pada sisi
asisten untuk memudahkan pemindahan alat ke dokter gigi. Posisi alat harus
berada di depan asisten dan jangan di samping asisten, agar tidak perlu
melakukan pergerakan tubuh memutar.

e. Asisten juga harus berada di daerah yang bebas agar mudah memindahkan
alat tanpa melewati dada pasien. Alat yang dipindahkan sebaiknya melewati
batas dagu pasien.

f. Bidang perawatan (operatory-field) dibentuk sedemikian rupa sehingga


terdapat ruang bebas, baik bagi asisten, dokter gigi dan pasien. Kondisi seperti
ini menyebabkan pasien tidak merasa terkurung oleh dokter gigi maupun
asisten.
1. Static zone: arah jam 11 sampai jam 2 pada zona ini tidak ada pergerakan baik
oleh asisten maupun operator, biasanya untuk meja instrumen yang bergerak.
2. Assistant zone: arah jam 2 sampai jam 4 merupakan zona asisten dokter gigi
bekerja, biasanya di sebelah kiri pasien.
3. Transfer zone: arah jam 4 sampai jam 8 merupakan zona alat dan bahan berpindah
tangan dari asisten ke dokter gigi.
4. Operator zone: arah jam 8 sampai jam 11 tempat operator/ dokter gigi bekerja.
(Singh dkk, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Afsharnezhad, Taher; Nourshahi, Maryam; Parvardeh, Siavash. 2016. "Functional and


Histopathological Changes in Muscle After 6-Weeks Repetitive Strain
Injury: A 10-Week Follow Up of Aged Rats". International Journal of
Applied Exercise Physiology. 5 (4): 74–80.

American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2016. Management of Carpal Tunnel


Syndrome Evidence-Based Clinical Practice Guideline.

Bhandari SB, Bhandari R, Uppal RS, Grover D. Musculoskeletal disorders in clinical


dentistry and their prevention. J Orofac Res 2013;3(2):106–14.

Gosavi S, Gosavi S, Jawade R. Posturedontics: Reducing the Stress in Dentistry.


World J Dent 2012;3(December):335–9.

Katrova, Lydia G. 2017. Teaching Dental Ergonomics to Undergraduate Dental


Student. Journal of Stomatological.1(2):69-75.

Kumaraveloo, Sakthiaseelan K, Lunner K, Christina. 2018. "Agriculture and


musculoskeletal disorders in low- and middle-income countries". Journal of
Agromedicine. 23 (3): 227–248.

Lelly, A. dan Anorital. 2012. Gangguan Muskuloskeletal pada Praktik Dokter Gigi
dan Upaya Pencegahannya. Media Litbang Kesehatan. Volume 22 Nomor 2.

Manji I. Designing Better Dentistry: The Ergonomic Approach. J Can Dent Assoc
1992; 58(3):172-3.

Manusov EG. 2012. "Evaluation and diagnosis of low back pain". Prim. Care. 39 (3):
471–9.
Menezes Costa Lda, C; Maher, CG; Hancock, MJ; McAuley, JH; Herbert, RD; Costa,
LO. 2012. "The prognosis of acute and persistent low-back pain: a meta-
analysis". Canadian Medical Association Journal. 184 (11): E613–24.

Rajgopal, T., 2000. Musculoskeletal disorders. Indian J Occup Environ Med, 4, pp.
2-3.

Rundcrantz BL, Johnsson B, Moritz U, Roxendal G. Occupational cervicobrachial


disorders among dentists: Psychosocial work environment, personal
harmony and life-satisfaction. Scand J Public Health 1991;19(3):174–80.

Singh N, Jain A, Sinha N, Chauhan A, Rehman R. Application of Four-Handed


Dentistry in Clinical Practice: A Review. Int J Dent Med Res 2014;1(1):8-13.

Valachi, B. and Valachi, K., 2003. Preventing musculoskeletal disorders in clinical


dentistry: strategies to address the mechanisms leading to musculoskeletal
disorders. The Journal of the American Dental Association, 134(12), pp.
1604-1612.

Anda mungkin juga menyukai