Anda di halaman 1dari 31

SKENARIO 2

MANAJEMEN PRAKTEK

Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun mempunyai pasien
yang banyak. Tiap hari rata- rata jumlah pasien yang berkunjung sekitar 15 orang.
Semua kegiatan perawatan gigi pasien ditangani sendiri. Beberapa hari yang lalu
dokter gigi tersebut mengeluhkan adanya kelainan di daerah punggung, leher dan
pergelangan tangan. Dokter gigi tersebut merasakan sakit yang luar biasa, bahkan
dokter gigi tersebut tidak bisa beraktivitas secara normal. Hasil pemeriksaan dokter
menunjukkan bahwa beliau mengalami musculoskeletal disorders karena dokter gigi
bekerja tidak secara ergonomic. Saran dari dokter yang merawatnya agar dalam
bekerja merawat pasien dibantu oleh asisten sehingga dokter gigi bekerja secara four
handed dan memperhatikan keselamatan kerja.

STEP 1

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Musculoskeletal disorder : gangguan pada tulang, sendi dan otot karena


adanya beban yang statis dan berulang sehingga terjadi perubahan kondisi
pada tubuh ditandai dengan adanya rasa tidak nyaman pada tulang punggung,
bahu, pergelangan tangan
2. Manajemen praktek : suatu cara atau metode praktek agar dalam
pelaksanaannya efektif dan efisien.
3. Ergonomic : merancang atau mengatur hubungan sesuatu dengan manusia
agar pekerjaan lebih efektif dan efisien
4. Four handed dentistry : dokter gigi dibantu oleh asisten sehingga
mempersingkat waktu perawatan dan tindakan serta lebih terkoordinasi.

1
STEP 2

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah musculoskeletal disorders disebabkan karena sudah bekerja 15 tahun


dan merawat 15 orang/ hari ? apakah berkaitan dengan kerja yang tidak
ergonomis? Apa saja faktor resiko yang menyebabkan musculoskeletal
disorders?
2. Bagaimanakah posisi kerja yang ergonomis?
3. Bagaimana cara kerja four handed dentistry dan prinsipnya ?
4. Bagaimana keselamatan kerja yang benar?

STEP 3

BRAINSTORMING

1. Dokter gigi bekerja sendiri selama 15 tahun dengan jumlah pasien yang
banyak tiap harinya maka menyebabkan tekanan yang berulang – ulang dan
lama sehingga dapat menimbulkan Musculoskeletal disorder. Konsep
ergonomis terdiri dari pergerakan dokter gigi, letak (mencakup ruang dan
design), dan pembagian kerja. Pembagian kerja dengan 1 asisten dapat
dilaksanakan dengan four handed dentistry sehingga pekerjaan dalam
merawat pasien lebih optimal, mengurasi durasi perawatan, sehingga dokter
gigi tidak mudah lelah.
Faktor resiko yang menyebabkan musculoskeletal disorders salah satunya
adalah 2actor usia. Karena semakin bertambah usia semakin terjadi penurunan
kemampuan kerja pada jaringan tubuh, penurunan fungsi dan kapabilitas
menurun sehingga rentan mengalami musculoskeletal disorders
2. 1) peralatan lataknya tidak jauh dari operator

2
2) jarak ketinggian pasien – perator tidak terlalu rendah maupun terlalu tinggi
3) Menerapkan zona clock zone
4) intensitas maupun frekuensi kerja tidak terus menerus

3. Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja
disekitar. Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila kepala pasien
dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien, maka arah
jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut
Assisten’s Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone. Kemudian
dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operator’s Zone sebagai tempat
pergerakan dokter gigi. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan
dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan perawat gigi. Operator’s
Zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Static Zone adalah daerah tanpa
pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak terlihat oleh pasien,
zona ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak (Mobile Cabinet) yang
berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien.
Assistant’s Zone adalah zona tempat pergerakan perawat gigi, pada dental unit
di sisi ini dilengkapi dengan semprotan air/angin dan penghisap ludah, serta
Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap.

3
4. Keselamatan kerja yang benar adalah yang pertama adalah mempersiapkan
ruangan yang sterile. Kemudian operator dan dokter gigi menggunakan
masker untuk melindungi dari virus yang penyebarannya lewat udara.
Kemudian juga menggunakan handscoon. Kemudian alat – alat yang
digunakan pasien ke pasien lainnya harus diganti atau di sterilkan atau
menggunakan alat yang disposable. Gelas kumur pasien juga diganti jika
berganti pasien lainnya.
Pasien pada saat anamnesa ditanyakan apakah memiliki penyakit yang derajat
infeksiusnya tinggi. Seperti contohnya HIV, Hepatitis B. Kemudian pada saat
pembuangan limbah baiknya tidak dicampur.

STEP 4

MAPING

4
STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi menajemen praktek


2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prinsip ergonomis
a) Tata letak
b) Tata hubungan kerja
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan keselamatan kerja bidang
kedokteran gigi
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis MSDs dan faktor
resikonya

5
STEP 7

REPORTING OF LEARNING OBJECTIVES

LO 1 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi menajemen


praktek

Definisi Manajemen Praktek

 Manajemen berasal dari kata manage yang berarti mengatur. Manajemen


sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan
efesien.
 Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
 Manajemen praktik adalah sebuah proses perencanaan yang dilakukan oleh
dokter terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efesien.

LO 2 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prinsip ergonomis

Ergonomik berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon memiliki arti
kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian Ergonomik itu sendiri secara
garis besar adalah “Studi tentang manusia untuk menciptakan sistem kerja yang lebih
sehat, aman dan nyaman”.

Seorang praktisi dibidang kesehatan khususnya kedokteran gigi harus memahami


tujuan mempelajari ergonomik karena dengan memahami tujuan ergonomik dalam
lingkungan kerja, praktisi kesehatan akan terhindar dari musculoskeletal disorders

6
(MSDs), tentu efek jangka panjangnya adalah praktisi dapat bekerja lebih lama tanpa
mengganggu produktifitas kerja praktisi dalam bekerja.

Tujuan umum dari ergonomik ini adalah:

Mengurangi resiko cedera

Meningkatkan produktivitas kerja

Meningkatkan kualitas hidup

Cara Menduduki dan Desain Kursi

Apabila medulla spinalis tidak dipertahankan pada kurva yang aslinya, mungkin akan
terjadinya sakit pada bagian bawah punggung, leher dan bahu. cara menduduk dengan
sudut pada sendi paha kurang lebih 45˚ dan paha dalam posisi yang abduksi dapat
mengeliminasi kebanyakan risiko musculoskeletal disorder yang berhubungan
dengan waktu duduk yang lama. Pelvis harus pada keadaan yang stable dengan
orientasi yang tegak untuk mempertahankan kurva spinalis yang neutral. Telapak kaki
harus rata pada lantai dan paha dalam keadaan terdukung dan memberikan dukungan
kepada tubuh. Hal ini dapat menghindari hambatan terhadap sirkulasi darah ke kaki
dan telapak kaki.

Kursi saddle dapat memberikan posisi yang tegak ketika operator duduk. Desain dari
krusi saddle dapat mempertahankan medulla spinalis pada susunan yang benar
sehingga rasa sakit pada punggung dapat dikurangi dengan tekanan yang minimal
pada diskus vertebra.

7
Cara Memegang Instrumen

Cara memegang instrumen tangan atau instrumen rotatori adalah modified pen grasp.
Cara alat dipegang adalah dengan menggunakan jari tengah, jari telunjuk, dan ibu
jari. Jari telunjuk dan ibu jari berada berdekatan dengan gagang alat pada sisi yang
berseberangan, sedangkan jari tengah berada di atas leher alat. Jari telunjuk ditekuk
pada ruas kedua dan berada di atas jari tengah pada sisi yang sama dari alat. Ibu jari
ditempatkan di antara telunjuk dan jari tengah pada sisi yang berseberangan. Dengan
posisi ketiga jari yang demikian didapatkan efek tripod yang akan mencegah
terputarnya alat secara tak terkontrol pada waktu tekanan dilepaskan sewaktu
instrumentasi. Selain itu, keuntungan dari cara pemegangan instrumen ini adalah
dimungkinkan sensasi taktil oleh jari tengah yang diletakkan di atas leher alat.

Tumpuan dan Sandaran Jari

Tumpuan dan sandaran jari adalah menunjukkan penempatan jari manis dari tangan
yang memegang alat baik secara intra-oral atau ekstra oral untuk dapat mengkontrol
kerja alat dengan lebih baik. sandaran jari digunakan untuk memperbesarkan aksi
instrumen dan dengan memperbesarkan instrumen akan menjadi pengungkit. Dengan
cara demikian, aplikasi tekanan akan bertambah baik dan stabilisasi alat semakin
terjamin. Pergelangan tangan dan lengan operator berperan sebagai tuas yang
merupakan suatu kesatuan dengan tumpuan. Sandaran jari bisa intra oral atau ekstra
oral. Sandaran intra oral berupa:

1. Konvensional. Jari manis bersandar pada permukaan gigi tetangga dari gigi
yang diinstrumentasi. Cara ini paling sering digunakan.

2. Berseberangan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi yang berseberangan


pada lengkung rahang yang sama.

8
3. Berlawanan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi di lengkung rahang
yang berlawanan.

4. Jari di atas jari. Jari manis bersandar di atas telunjuk ibu jari tangan yang tidak
bekerja.

Pada waktu instrumentasi, pergelangan tangan dan lengan bawah harus menyatu
dengan alat dan tumpun supaya pekerjaan dapat dilakukan secara efisien. Gerakan
pergelangan tangan dan lengan haruslah mulus dan efisien. kadang-kadang
pergelangan tangan terpaksa ditekukkan, namun otot-otot telapak tangan dan lengan
bawah meregang dan bergerak sebagai satu unit. Instrumentasi dengan menekukkan
pergelangan tangan atau dengan gerak jari ke atas dan ke bawah akan menyebabkan
cepat lelah dan instrumentasi tidak efektif. Selain itu, instrumentasi dengan
menekukkan pergelangan tangan atau gerak jari saja akan menyebabkan Sindrom
Karpal Tunnel dan inflamasi pada ligamen dan saraf pergelangan tangan.

Posisi Operator dan Pasien

Posisi pasien mempengaruhi kemampuan operator untuk bekerja secara nyaman dan
efisien. untuk instrumentasi, kursi dental ditidurkan agar pasien bersandar pada posisi
telantang dengan kepala terdukung. Kursi diatur sehingga pasien hampir sejajar
dengan lantai dan punggung kursi sedikit dinaikkan. Kepala pasien harus berada
dekat puncak sandaran kursi. Posisi pasien pada perawatan kwandran kiri dan kanan
rahang atas harus sehorizontal mungkin. Manakala perawatan pada kwandran kiri
rahang bawah, pasien harus berbaring di krusi dengan posisi sandaran krusi 30˚ dari
bidang horizontal. Untuk kwandran rahang bawah, pasien harus berbaring dengan
sudut 40˚ dari bidang horizontal.

Posisi operator bervariasi tergantung pada sisi mana instrumentasi dilakukan. Posisi
operator dikaitakan dengan arah jarum jam. Posisi pukul 8 – 12 adalah posisi bagi

9
operator normal, sedangkan posisi pukul 12 – 4 adalah posisi bagi operator kidal.
Tabel di bawah menunjukkan posisi operator yang bukan kidal pada waktu
melakukan perawatan pada pasien.

Clock concept

Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja disekitar.
Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan pusat dan jam
12 terletak tepat di belakang kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut
Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assisten’s Zone, arah jam 4 sampai jam
8 disebut Transfer Zone. Kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operator’s
Zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Transfer Zone adalah daerah tempat alat
dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan perawat gigi.
Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Static Zone adalah daerah
tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak terlihat oleh pasien,
zona ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi
Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistant’s Zone
adalah zona tempat pergerakan perawat gigi, pada dental unit di sisi ini dilengkapi
dengan semprotan air/angin dan penghisap ludah, serta Light Cure Unit pada Dental
Unit yang lengkap.

Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu
diperhatikan ketika membuat desain tata letak alat adalah pergerakan dokter gigi,
pasien, dan perawat gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar
peralatan serta dengan dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang
bagi pergerakan dokter gigi, perawat gigi, dan pasien ketika masuk atau keluar ruang
perawatan, mengambil sesuatu dari Dental Cabinet, serta pergerakan untuk keperluan
sterilisasi.

10
Tata Letak Penempatan Alat
Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan
dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi dokter
gigi, perawat gigi, berserta pasiennya ketika proses perawatan dilakukan. Ukuran
minimal ruang perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 meter, dalam
ruangan ini dapat dimasukan satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah
Dental Stool. Unsur penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau
televisi untuk hiburan pasien yang sedang dirawat.

Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap Dental


Unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada
saat posisi rebah panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 meter. Di belakang Dental
Unit diperlukan ruang sebesar satu meter untuk Operator’s Zone dan Static Zone,
oleh karena itu jarak ideal antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding belakang
atau Dental Cabinet yang diletakkan di belakang adalah 3 meter; sementara jarak
antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding depan minimal 0,5 meter. Dental
Unit umumnya memiliki lebar 0,9 meter, bila Tray dalam kondisi terbuka keluar
maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 meter. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8 meter
untuk pergerakan di Operator’s Zone dan Asistant’s Zone. Mobile Cabinet sebagai
tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan pada saat perawatan
diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak
dianatara Operator’s Zone dan Assistant Zone sehingga baik doktergigi maupun
perawat gigi akan dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan
dalam perawatan. Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental
Cabinet sebagai tempat penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi.
Umumnya berbentuk bufet setengah badan seperti Kitchen Cabinet dengan ketebalan
0,6-0,8 meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini ditempatkan di Static Zone, sedangkan
bila berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan Assistant’s Zone. Keberadaan

11
Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan untuk
menempatkannya.

Prinsip Ergonomi

1. Re-arrangement
Menyusun kembali letak alat yang akan digunakan untuk melakukan prosedur
dari suatu perawatan sehingga mengurangi pergerakan tidak perlu selama
perawatan.
2. Elimination
Mengeliminasi alat dan bahan yang tidak perlu atau tidak akan digunakan
dalam suatu perawatan.
3. Combination
Menggabungkan 2 alat atau gerakan. Misal menggunakan 1 tahap untuk 2
fungsi dan menggunakan double ended instruments.
4. Simplify
Menyederhanakan alat dan prosedur dengan tata letak alat yang baik sesuai
tahapan prosedur suatu perawatan sehingga pengambilan alat menjadi mudah.

Dasar Kerja
 Work in Neutral Postures (bekerja dalam posisi netral)
 Reduce Excessive Force (mengurangi beban yang berlebihan)
Tekanan yang berlebihan pada aotot akan berpotensi menyebabkan kelelahan
dan cedera.
 Keep Everything in Easy Reach (membuat semua mudah untuk dijangkau)
Benda yang paling sering digunakan harus berada di daerah jangkauan tangan,
susun kembali daerah kerja dan semakin mudah dalam gerakkan.
 Work at Proper Heights (bekerja dengan ketinggian yang seasuai)
Dari pengalaman baik adalah bahwa kebanyakan pekerjaan harus dilakukan
didekat sekitar tingginya, apakah duduk atau berdiri. Pekerjaan lebih berat

12
adalah sering terbaik melakukan lebih rendah dari tingginya siku. Ketepatan
bekerja atau pekerjaan secara visual keras adalah sering terbaik melakukan
didekat kemuliaan di atas.
 Reduce Excessive Motions (mengurangi gerakan berlebihan)
Kurangi jumlah gerakan selama kerja, baik lengan, jari maupun punggung.
 Minimize Fatigue and Static Load (memperkecil kelelahan dan beban statis)
Berada dalam posisi kerja yang sama untuk beberapa waktu dikenal sebagai
beban statis. Ini menyebabkan kegelisahan dan kelelahan dan dapat
menghambat pekerjaan.
 Minimize Pressure Points (memperkecil tekanan)
Pada beberapa pekerjaan kita harus hati-hati terhadap poin-poin tekanan
berlebihan, yang sering disebut ” tekanan kontak.”
 Provide Clearance (menyediakan tempat yang sesuai/ memeriksa ksesuaian
tempat)
Pekerjaan pada Area tertentu perlu untuk disediakan ruang cukup untuk
kepala, lutut dan kaki.
 Move, Exercise and Stretch (pindah tempat; bergerak, dan mereregangkan otot
dan sendi)
Agar tidak mudah lelah tubuh perlu digerakkan dan diregangkan.
 Maintain a Comfortable Environment (melihara suatu lingkungan yang
nyaman)
Jaga leher tetap lurus, jaga agar siku dalam posisi yang benar dan bahu
bersantai. Salah satu jalan yang paling sederhana untuk mengurangi kelelahan
manual adalah untuk menggunakan alat bantu yang sesuai. Memakai bantalan
pada tangan untuk pekerajaan-pekerjaan tertentu akan mengurangi beban
kerja. Merubah tata letak/ruang untuk meminimalkan gerakan. Ada
Kecenderungan lengan bawah mengalami kontak langsung terhadap tepi yang
keras suatu meja kerja yang akan menciptakan suatu titik tekanan.

13
Dihilangakan dengan memasang lapisan yang elastis pada tepi itu dan
biasanya ini akan membantu.
a. Tata Letak
Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan
ruangan dan peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal
mungkin, seluruh luasan ruangan termanfaatkan, dan menciptakan rasa nyaman
kepada operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan. Desain tata
letak memegang peranan penting dalam efektifitas dan efisiensi operasi tempat
praktek dokter gigi. Efektifitas dan efisiensi desain tata letak dihitung dari jumlah
jarak pergerakan yang terjadi, dengan asumsi setiap pergerakan yang terjadi
menimbulkan biaya. Menimimalisasi pergerakan adalah tujuan dari desain tata letak.
Pembuatan desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi didasarkan pada
konsep Four Handed Dentistry dan ergonomis. Dalam konsep Four Handed
Dentistry dikenal Clock Concept yang membagi zona kerja menjadi Static Zone,
Assisten’s Zone, Transfer Zone, dan Operator’s Zone; zona-zona ini menjadi
pedoman dalam penempatan alat kedokteran gigi. Dalam konsep Four Handed
Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja disekitar Dental Unit yang disebut
Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di
belakang kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam
2 sampai jam 4 disebut Assisten’s Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer
Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operator’s Zone sebagai
tempat pergerakan Dokter Gigi.

14
Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat
Gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen
Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat
membuat takut pasien. Assistant’s Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi,
pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap
Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah
daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan
Perawat Gigi. Sedangkan Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.
Peletakan alat kedokteran gigi juga harus memenuhi prinsip ergonomis
sehingga timbul keserasian atau keseimbangan antara segala fasilitas yang digunakan
baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia, baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
menjadi lebih baik.

b. Tata hubungan kerja

15
Posisi Operator
Berdiri
- Berdiri tegak, kedua kaki bertumpu diatas lantai
- Berat badan dibebankan pada kedua telapak kaki
- Mulut pasien setinggi siku operator

Duduk
 Duduk kedua kaki bertumpu diatas lantai, lengan kaki bagian bawah membentuk
sudut 90° dengan lengan kaki bagian atas / paha.
 Punggung lurus, bahu simetris sama tinggi.
 Jarak mata ke medan kerja + 6 inci
 Pandangan ke medan kerja tidak terhalang
 Mulut pasien sama tinggi dengan siku operator

Posisi Pasien
Duduk
Untuk Operator yang Berdiri
 Pasien duduk pada kursi gigi sedikit miring ke belakang (slight backward tilt)
 Berat badan pasien bertumpu pada sudut yang dibentuk oleh alas kursi dan sandaran
punggung
 Posisi mulut pasien membuat sudut 30° dengan bidang horisontal.
 Mulut pasien setinggi siku operator

Untuk Operator yang Duduk


 Pasien duduk di kursi gigi sedikit miring ke belakang
 Posisi mulut pasien membuat sudut 45° dengan bidang horisontal
 Mulut pasien setinggi siku operator

16
Telentang (Supine Position)
 Pasien tidur telentang pada kursi gigi
 Semua tubuh tertopang pada kursi gigi
 Kepala segaris dengan punggung
 Otot leher dan kepala berada pada posisi normal/istirahat
 Mulut pasien setinggi siku operator dan setinggi lutut asisten

Sikap Duduk Asisten


 Asisten duduk posisi lebih tinggi dari operator
 Kedua kaki bertumpu pada kursi asisten
 Lutut asisten setinggi mulut pasien
 Punggung lurus
 Pandangan asisten dan operator ke medan
 Pandangan harus jelas tak terhalang

Four Handed Dentistry merupakan perawatan gigi yang dilakukan dengan 4


tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten. Dalam konsep Four
Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja di sekitar Dental Unit yang
disebut Clock Concept. Zona kerja diidentifikasi menggunakan wajah pasien sebagai
wajah/ muka jam dengan kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di
belakang kepala pasien. Zona kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu operator’s zone,
assistant’s zone, transfer zone dan static zone.
Operator’s zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Assistant’s zone adalah
zona tempat pergerakan perawat gigi atau asisten. Transfer zone adalah daerah tempat
transfer alat dan bahan antara tangan dokter gigi dan tangan asisten. Instrumen
diberikan dari asisten ke dokter gigi lewat dada pasien. Jangan memberikan alat di
atas mata pasien. Sedangkan static zone adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi
maupun perawat gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan

17
meja instrumen bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi instrumen tangan serta
peralatan yang dapat membuat takut pasien.

Keempat zona tersebut untuk right-handed operator adalah:


Area Operator (Operator’s zone) : Jam 7 – 12 (Aktivitas Operator)
Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 2 – 4 (Aktivitas Asisten)
Area Transfer (Transfer zone) : Jam 4 – 7 (Instrumen diberikan)
Area Statis (Static zone) : Jam 12 – 2
Keempat zona tersebut untuk left-handed operator adalah:
Area Operator (Operator’s zone) : Jam 12 – 5 (Aktivitas Operator)
Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 8 – 10 (Aktivitas Asisten)
Area Transfer (Transfer zone) : Jam 5 – 8 (Instrumen diberikan)
Area Statis (Static zone) : Jam 10 – 12

LO 3 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan keselamatan kerja di


bidang kedokteran gigi

Kontrol infeksi dalam kedokteran gigi


American Dental Association (ADA) dan CDC merekomendasikan bahwa
setiap pasien harus dianggap berpotensi menular dan standard precautions harus
diterapkan bagi semua pasien. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dan mencegah
infeksi iatrogenik, nosokomial atau paparan darah, materi menular lainnya. Kontrol
infeksi melalui proses sterilisasi merupakan komponen penting dalam proses control
infeksi dan keselamatan pasien. Proses sterilisasi dan pengaturan area yang tepat
dapat menghasilkan proses sterilisasi lebih efisien, meminimalisasi kontaminasi
lingkungan, mengurangi kesalahan, menjaga alat tetap steril dan keselamatan pasien
dan staf. Dokter gigi dan staf harus melindungi diri dengan mengikuti program
imunisasi yang rutin dan penyakit infeksi lainnya.

18
Perawatan dokter gigi dapat menimbulkan trauma jaringan lunak yang
memungkinkan darah bercampur dengan saliva. Pada tahun 2003, Center for Disease
Control and Prevention (CDC) dan Hospital Infection Control Practise Advisory
Committee (HICPAC) memperkenalkan standar tindakan pencegahan. Standard
precaution terdiri dari dua yaitu standar tindakan pencegahan dan transmission based
precautions. Standar tindakan pencegahna yaitu standar tindakan pencegahan yang
diaplikasikan terhadap semua pasien dirancang untuk mereduksi resiko transmisi
mikroorganisme dari sumber infeksi yang diketahui dan tidak diketahui (darah, cairan
tubuh, ekskresi dan sekresi). Pencegahan ini diterapkan terhadap semua pasien tanpa
mempedulikan diagnosis atau status infeksi yang pasti.

Dasar-dasar tindakan pencegahan termasuk cuci tangan, pemakaian alat


pelindung diri (APD), penanganan dan pembuangan secara tepat jarum dan benda
tajam. Cuci tangan adalah tindakan pencegahan penyakit utama bagi tenaga
kesehatan. Tangan harus dicuci secara cermat dengan sabun cair disinfektan,
dikeringkan dengan lap kertas 1 kali pakai sebelum memakai dan setelah melepaskan
sarung tangan. Alat pelindung diri (APD) terdiri dari pakaian pelindung, sarung
tangan, masker bedah, kacamata pelindung. Dokter gigi dan perawat gigi harus
menggunakan APD untuk melindungi diri terhadap benda asing, percikan dan aerosol
yang berasal dari tindakan perawatan terutama saat scalling (manual dan ultrasonik)
penggunaan instrumen berputar, syringe, pemotongan atau penyesuaian kawat
ortodonsi dan pembersihan alat dan perlengkapannya. Staf harus menggunakan
masker filter pernafasan bila merawat pasien dengan infeksi TB.
Penanganan dan pembuangan secara tepat jarum dan benda tajam. Bahan yang
1 kali pakai seperti harus dibuang setelah 1 kali dipakai dan jangan dipakai ulang.
Ampul anestesi lokal 1 kali pakai dapat mengandung darah atau cairan yang dapat
teraspirasi dari pasien dan tidak boleh digunakan kembali untuk pasien berikutnya.
Kategori sampah ini yaitu sampah medis yang tidak beresiko (tidak terkontaminasi
cairan tubuh) dimasukkan ke kantung hitam dan sampah medis yang beresiko

19
dimasukkan ke kantung kuning (terkontaminasi cairan tubuh dan berbahaya bagi
orang lain). Contoh sampah medis yang beresiko yaitu jaringan tubuh, bahan 1 kali
pakai (scalpel, aspirator dan saliva ejector), dan materi yang telah digunakan pada
pasien dan bahan yang dapat terkontaminasi dengan cairan tubuh (pakaian,
swabs,wipes, sarung tangan dan tissue).
Selain itu tenaga medis harus melakukan pembersihan, dekontaminasi dan
strerilisasi yang efektif alat, perlengkapan dan lingkungan (termasuk ceceran darah)
dan penggunaan serta waktu penggunaan disinfektan yang tepat terhadap permukaan
kontak dan instrumen serta perlengkapan yang tidak dapat disterilkan.
Transmission based precaution ditujukan bagi grup pasien yang beresiko baik
yang telah diketahui atau suspect terinfeksi atau terkolonisasi dengan transmisi
penularan yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan tindakan pencegahan atas
tindakan infeksi dengan sterilisasi tidak memungkinkan.
Transmission based precaution terdiri dari 4 tipe yaitu
1. Tindakan pencegahan melalui udara: TB aktif, influenza
2. Tindakan pencegahan melalui percikan saliva: penyakit meningococcal atau
batuk rejan. Tindakan pencegahan ini harus membutuhkan masker bedah dan
kacamata pelindung yang dipakai oleh tenaga kesehatan.
3. Tindakan pencegahan melalui kontak untuk impetigo, Shingles, MRSA.
Tindakan ini membutuhkan sarung tangan dan apron plastik yang dipakai
tenaga kesehatan ketika melakukan prosedur klinis.
4. Tindakan pencegahan dengan sterilisasi untuk encephalopathies, spongiform
yang dapat bertransmisi. Hal ini melibatkan pembakaran, bahkan instrument
non disposable, diikuti perawatan pasien yang diketahui memliki
enchepalopaty spongiform.

Instrumen yang terkontaminasi disterilkan setelah digunakan. Prosedur sterilisasi


harus efektif

20
melawan semua jenis mikroorganisme patogen. Pilihan metode sterilisasi kebanyakan
instrumen adalah autoclave dengan menggunakan salah satu kombinasi suhu dan
waktu. Suhu tertinggi harus digunakan untuk alat yang cocok disterilisasi dengan
suhu tersebut. Pak harus kering sebelum dipindahkan dari autoclave.
Desinfektan mengeliminasi sebagian besar mikroorganisme tapi tidak semua
bentuk mikroorganisme. Sterilisasi penting dilakukan untuk semua instrumen yang
berkontak dengan jaringan mulut baik yang berpenetrasi maupun tidak bepenetrasi
jaringan lunak atau tulang. Instrumen yang hanya berkontak dengan kulit utuh hanya
didisinfeksi setiap pergantian pasien. Instrumen yang telah steril dan terbungkus
disimpan pada tempat tertutup, jangan di bawah tempat pembuangan untuk mencegah
instrumen basah. Instrumen ini disimpan pada rak penyimpanan yang steril.
Instrumen yang disimpan harus dibungkus.
Antiseptik adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan
atau aktivitas mikroorganisme dengan cara menghambat atau membunuh yang
dipakai terhadap jaringan hidup. Antiseptik biasanya digunakan dan dibiarkan
menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang
termurah namun merupakan antiseptik yang sangat efektif. Penambahan Iodium pada
alkohol akan meningkatkan daya disinfeksi. Dengan atau tanpa Iodium, isopropil
alkohol tidak efektif terhadap spora.
Solusi Iodium baik dalam air maupun dalam alkohol bersifat sangat antiseptik
dan telah dipakai sejak lama sebagai antiseptik kulit sebelum proses pembedahan.
Iodium juga efektif terhadap berbagai protozoa seperti amuba yang menyebabkan
disentri. Solusi Hipoklorit paling banyak dipakai untuk maksud disinfeksi dan
menghilangkan bau karena bersifat relatif tidak membahayakan jaringan manusia,
mudah ditangani, tidak berwarna dan mewarnai, meskipun memudarkan warna. Di
rumah sakit dipakai untuk mendisinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah.
Peroksida hidrogen (H2O2) merupakan antiseptik yang efektif dan non toksik.
Molekulnya tidak stabil dan apabila dipanaskan akan terurai menjadi air dan oksigen.
Pada konsentrasi 0,3-6%, H2O2 dipakai untuk disinfeksi dan pada konsentrasi 6-25%

21
untuk sterilisasi. H2O2 10% bersifat virusid dan sporosid. Larutan 3% biasa dipakai
untuk mencuci dan mendisinfeksi luka.

Pencegahan kontaminasi sumber air, pembersihan dan disinfeksi permukaan


Mikroorganisme, darah dan saliva dari mulut dapat masuk ke dalam jalur air dental
unit pada saat dilakukan perawatan. Handpiece, skeler ultrasonik dan syringe
air/udara harus dioperasikan selama minimum 20-30 detik setelah perawatan bagi
setiap pasien untuk menyiram keluar materi tersebut. Bahkan alat yang telah
dilengkapi katup anti retraksi, penyiraman alat yang sesuai dilakukan selama
minimum 20-30 detik.
Permukaan unit dental dapat menjadi tempat akumulasi materi infeksi. Semua
permukaan yang rentan terkontaminasi dengan cairan tubuh atau materi infeksi
lainnya termasuk tombol lampu dan kontrol kursi harus dilapisi dengan lapisan
pelindung kedap air sekali pakai. Setiap pergantian pasien, lapisan pelindung diganti
dan permukaan dental unit dibersihkan.
Dekontaminasi cetakan, protesa dan radiologi kedokteran gigi
Semua hasil cetakan dan protesa harus disiram dengan air mengalir untuk
membersihkan semua kontaminasi dan didisinfeksi sebelum dikirim ke laboratorium
dental (lihat rekomendasi pabrik).
Tekniker harus menggunakan sarung tangan ketika memegang cetakan dan membuat
model. Pengambilan radiograf pasien harus menggunakan plastik pelindung yang
melapisi film intra oral, sarung tangan dalam meletakkan film, pemegang film dan
tabung, dalam menseleksi dan pengambilan gambar.

Perlindungan tenaga kesehatan


Vaksinasi melawan virus hepatitis B (HBV) sangat direkomendasikan bagi semua
tenaga kedokteran gigi termasuk dokter gigi, perawat gigi, asisten, ahli kesehatan
gigi, mahasiswa. Perlindungan juga dilakukan untuk melawan penyakit seperti
Tuberculosis, Varicella, Poliomyelitis, Measles, Mumps, difteri dan tetanus.

22
Penutupan kembali jarum suntik harus dengan teknik penutupan dengan 1 tangan
(teknik Bayonet), jangan memegang instrumen tajam pada ujung yang tajam. Jarum
tidak boleh dibengkokkan, dipotong, ditutup dipindahkan dari jarum suntik 1 kali
pakai atau dimanipulasi dengan tangan sebelum dibuang.

LO 4 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis


Musculoskeletal Disorders dan faktor resikonya
1) Musculoskeletal Disorder (MSDs)
Penyebab MSDs :
 Penggunaan sarung tangan yang terlalu ketat dan berulang kali.
 Menggenggam alat dengan tenaga berlebih dan berulang. Misal saat
melakukan preparasi saluran akar konvensional dan scalling.
 Posisi duduk operator yang tidak benar sehingga menyebabkan low back
pain
 Cara menggenggam yang salah
 Faktor predisposisi yaitu dari penyakit sistemik yang berhubungan dengan
metabolisme tubuh. Misal penyakit diabetes mellitus, arthritis, dan
hipotiroid. Karena metabolisme tubuh yang terganggu, akan
mengakibatkan kurangnya energi bagi tubuh maupun otot untuk
beraktivitas
 Postur yang berisiko untuk musculoskeletal disorder:
a) Semua posisi dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan
kelelahan apabila dilakukan terus menerus dalam waktu yang
lama. Contohnya berdiri, dapat menyebabkan sakit pada kaki,
kelelahan otot, serta low back pain. Dalam hal ini ada dua
aspek yang mempengaruhi yang pertama adalah posisi tubuh,
dimana bagian tubuh yang dekat dengan bagian untuk
bergerak, melonggarkan, dan menekan terkena langsung pada

23
tendon dan pembuluh darah. Kedua menahan leher dan pundak
pada posisi yang tetap dapat menyebabkan kontraksi pada
bagian pundak dan leher. Kedua aspek ini dapat menyebabkan
menurunnya aliran darah dan rasa tidak nyaman bahkan sakit.
b) Repentitive movement, merupakan suatu gerakan yang sama
terus menerus dan menyebabkan ketidaknyamanan pada sendi
dan otot.
c) Vibrasi berefek pada tendon, otot, sendi, serta saraf. Terdapat
dua macam vibrasi, yaitu vibrasi pada seluruh seluruh tubuh
yang biasa terjadi pada sopir truk atau bus dan vibrasi secara
lokalisasi. Vibrasi secara lokalisasi ini biasa disebabkan karena
peralatan dengan gejala jari kaku, kesemutan, sakit, posisi
tubuh yang aneh karena sulitnya mengontrol gerakan, dan
kehilangan rasa pada tangan dan telapak.
 Selain itu terdapat faktor yang menyebabkan MSDs yaitu faktor pekerjaan,
faktor individu, dan faktor lingkungan.
a) Faktor pekerjaan
Faktor ini berkaitan dengan posisi, penggunaan tenaga
yang dilakukan dalam waktu lama dan berulang-ulang.
Faktor pekerjaan ini meliputi : postur janggal, postur statis,
penggunaan tenaga, dan pergerakan repetitif
b) Faktor Individu
Meliputi : usia, jenis kelamin, kekuatan fisik, masa kerja,
dan penyakit sistemik
c) Faktor lingkungan
 Vibrasi
Paparan dari getaran lokal terjadi ketika bagian tubuh
tertentu kontak dengan objek yang bergetar seperti alat-alat
yang menggunakan tangan. Vibrasi dengan frekuensi tinggi

24
menyebabkan kontraksi otot bertambah sehingga peredaran
darah tidak lancar dan terjadi penimbunan asam laktat sehingga
muncul gejala nyeri.
 Mikroklimat
Termasuk di dalamnya adalah suhu, udara, kelembaban,
panas radiasi dan kecepatan gerakan udara.Kaitannya dengan
suhu adala bahwa suhu di Indonesia dirasa nyaman 24-26
derajat celcius dengan toleransi 2-3 derajat di atas atau di
bawahnya. Paparan suhu yang terlalu dingin akan dapat
menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja
sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan
disertai menurunnya kekuatan otot. Begitu pula dengan suhu
yang terlalu panas. Perbedaan suhu lingkungan dengan suhu
tubuh yang terlampau besar akan menyebabkan sebagian
energi dalam tubuh termanfaatkan oleh tubuh untuk adaptasi
dengaan lingkungan tersebut. Mikroklimat yang tidak
dikendalikan dengan baik akan berpengaruh terhadap tingkat
kenyamanan pekerja dan gangguan kepekaan, sehingga
meningkatkan beban kerja sehingga mempercepat munculnya
kelelahan.

Jenis-jenis MSDs :

1. Tension Neck Syndrome, adalah ketegangan pada otot leher yang disebabkan
oleh postur leher flexion ke arah belakang dalam waktu yang lama sehingga ti
mbul gejala kekakuan pada otot leher, kejang otot, dan rasa sakit yang menyeb
ar ke bagian leher.
2. Trigger finger, adalah rasa sakit dan tidak nyaman pada bagian jari-jari akibat
tekanan yang berulang pada jari-jari (pada saat menggunakan alat kerja yang

25
memiliki pelatuk) yang menekan tendon secara terus-menerus hingga ke jari- j
ari.
3. Focal Hand Dystonia. Adalah kram tangan yang biasa dialami oleh penulis ata
upun pemusik.
4. Carpal Tunnel Syndrome (CTS), yaitu tekanan pada saraf tengah yang terletak
di pergelangan tangan yang dikelilingi jaringan dan tulang. Penekanan tersebu
t disebabkan oleh pembengkakan dan iritasi dari tendon dan penyelubung tend
on. Karena aktivitas yang berulang maka menyebabkan penekanan pada nervu
s medianus. Gejalanya seperti rasa sakit pada pergelangan tangan, perasaan tid
ak nyaman pada jari-jari, dan mati rasa/kebas. CTS dapat menyebabkan seseor
ang kesulitan menggenggam.
5. Tendinitis, merupakan peradangan (pembengkakan) hebat atau iritasi pada ten
don, biasanya terjadi pada titik dimana otot melekat pada tulang. Keadaan ters
ebut akan semakin berkembang ketika tendon terus menerus digunakan untuk
merngerjakan hal-hal yang tidak biasa (penggunaan berlebih atau postur jangg
al pada tangan, pergelangan, lengan, dan bahu) seperti tekanan yang kuat pada
tangan, membengkokan pergelangan tangan selama bekerja, atau menggeraka
n pergelangan tangan secara berulang, jika ketegangan otot tangan ini terus be
rlangsung, akan menyebabkan tendinitis.
6. Bursitis, adalah kondisi peradangan pada lapisan bursal atau cairan synovial y
ang terbungkus dalam bursa. Peradangan dari setiap bursa dapat membatasi ak
tivitas. Peradangan pada cairan synovial dapat menyebabkan bursa membesar.
7. Intersection Syndrome, disebabkan oleh rusaknya tendon pergelangan tangan
yaitu di daerah ibu jari dan fleksi pergelangan tangan yang mengalami fleksi d
an ektensi yang berulang.
8. Thoracic Outlet Syndrome, merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, len
gan, dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada da
erah tersebut. Terjadi jika lima saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan
leher tertekan. Thoracic Outlet Syndrome disebabkan oleh gerakan berulang d

26
engan lengan diatas atau maju kedepan.
9. Tennis Elbow
Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang b
erasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan. Tenn
is elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor
.
10. Low Back Pain
Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan
L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan
maka akan terjadi penekanan pada discus.Hal ini berhubungan dengan posisi d
uduk yang janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tid
ak sesuai dengan antopometri pekerja.
11. Tenosynovitis, merupakan inflamasi pada tendon sheath sebagai akibat luka s
elama pergerakan fisik yang apabila dibiarkan akan terjadi trigger finger.
12. Sakit leher
Sakit leher merupakan gejala umum yang terjadi di daerah leher. Hal itu terjad
i karena adanya peningkatan ketegangan otot atau myalgia, leher miring atau k
aku leher. Dokter gigi bisa mengalami sakit leher jika tidak menerapkan siste
m kerja secara ergonomis yaitu saat menolehkan lehernya terhadap rongga mu
lut pasien secara terus-menerus.

Faktor resiko Musculoskeletal Disorders

1. Faktor Pekerjaan
 Pekerjaan Berulang (Frequency)
Frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya gerakan yang dilakukan
dalam suatu periode waktu. Jika aktivitas pekerjaan dilakukan secara berulang,
maka dapat disebut sebagai repetitive. Gerakan repetitif dalam pekerjaan, dapat

27
dikarakteristika baik sebagai kecepatan pergerakan tubuh, atau dapat di perluas
sebagai gerakan yang dilakukan secara berulang tanpa adanya variasi gerakan
Pergerakan yang cepat dan membawa beban yang berat dapat
menstimulasikan saraf reseptor mengalami sakit. Frekuensi terjadinya sikap
tubuh yang salah terkait dengan beberapa kali terjadi repetitive motion dalam
melakukan suatu pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
akibat beban kerja terus menerus tanpa memperolah kesempatan untuk relaksasi.
Posisi tangan dan pergelangan tangan berisiko apabila dilakukan gerakan
berulang/frekuensi sebanyak 30 kali dalm semenit dan sebanyak 2 kali per menit
untuk anggota tubuh seperti bahu, leher, punggung dan kaki.
Gerakan lengan dan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang
terutama padasaat bekerja mempunyai risiko bahaya yang tinggi terhadap
timbulnya CTDs. Tingkat risiko akan bertambah jika pekerjaan dilakukan dengan
tenaga besar, dalam waktu yang sangat cepat dan waktu pemulihan
kurang.Beberapa studi telah dilakukan yang memberikan indikasi tingkat bahaya
dari pekerjaan dengan tangan. Pekerjaan berulang sebagai salah satu dengan
waktu putaran kurang dari 30 detik atau lebih dari 50% waktu putaran disimpan
untuk menampilkan aksi pokok yang sama. Penggunaan definisi ini, hubungan
yang signifikan ditemukan antara kegiatan berulang-ulang (repetitiveness) dan
keberadaan CTD.
 Genggaman
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai
contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang
lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini
sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap. Memegang
diusahakan dengan tangan penuh dan memegang dengan hanya beberapa jari
yang dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari tersebut harus
dihindarkan.

28
2. Faktor Individu
 Masa Kerja
Masa kerja merupakan faktor risiko dari suatu pekerja yang terkait
dengan lama bekerja. Dapat berupa masa kerja dalam suatu perusahaan dan masa
kerja dalam suatu unit produksi. Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat
mempengaruhi seorang pekerja untuk meningkatkan risiko terjadinya
musculoskeletal disorders, terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan
kekuatan kerja yang tinggi. Masa kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan
keluhan otot.
3. Faktor Lingkungan
 Suhu
Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara dan
alat-alat pendingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan merusak daya
sentuh. penggunaan otot yang berlebihan untuk memegang alat kerja dapat
menurunkan resiko ergonomi. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh
mengakibatkan sebagian energi di dalam tubuh dihabiskan untuk
mengadaptasikan suhu tubuh terhadap lingkungan. Apabila tidak disertai pasokan
energi yang cukup akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot.
Tentang kriteria suhu nyaman, suhu udara dalam ruang yang dapat
diterima adalah berkisar antara 20-24 ºC (untuk musim dingin) dan 23-26 ºC
(untuk musim panas) pada kelembapan 35-65%. Rata-rata gerakan udara dalam
ruang yang ditempati tidak melebihi 0.15 m/det untuk musim dingin dan 0.25
m/det untuk musim panas Kecepatan udara di bawah 0.07 m/det akan
memberikan rasa tidak enak di badan dan rasa tidak nyaman. Beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa pada temperature 27-30 ºC, maka performa kerja dalam
pekerjaan fisik akan menurun.

29
KESIMPULAN

Sebagai dokter gigi, agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal,
efektif, dan efisien, maka hendaknya bekerja secara ergonomis. Dengan bekerja
secara ergonomis, maka akan meminimalisir kemungkinan dokter gigi mengalami
kelainan salahstunya seperti Musculoskeletal disorders. Salahsatu cara bekerja secara
ergonomis yaitu bekerja secara Four Handed Dentistry¸dimana dokter gigi dibantu
oleh asistennya sehingga pekerjaan akan lebih efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Andayasari, Lelly dan Anorital. 2012. Gangguan Muskuloskeletal pada Praktik


Dokter Gigi dan Upaya Pencegahannya. Media Litbang Kesehatan Volume 22
Nomor 2.
Anonim. Ergonomics And Dental Works. Occupational Health Clinics For Ontario
Workers Inc.
Auditiya , Dewi Marizka.,Pramono Sondi. Jurnal Perancangan Tata Letak
Penempatan Alat Kedokteran Gigi Yang Ergonomis.
Dougherty, M. Information for Consideration in an Ergonomic Standard for
Dentistry.
Endro, H. 2004. Perspektif Baru dalam Desain Tempat Praktek. Dentamedia, Nomor
1 Volume 8.
Finkbeiner, B, dan C. Fainkbeiner. 2001. Practice Management for Dental Team. St
Louis : Mosby.

30
Heizer, J. dan B. Render.Operation Management.Sixth Edition. Upper Saddle River
:Prentice Hall.
Lugito, Manuel DH. 2013. Jurnal PDGI Vol. 62 No.1 Kontrol Infeksi dan
Keselamatan Kerja dalam Praktik Kedokteran Gigi. Jakarta, Hal 24-30
Martin, Max M et al. 2004. An Introduction to Ergonomics: Risk Factors, MSDs,
Approaches and Interventions. American Dental Association.

OSH, Answer. 2014. Work Related Musculoskeletal Disorder-Risk Factor. Canada:


Canadian Centre for Occupational.

31

Anda mungkin juga menyukai