ABSTRAK
Usaha peternakan sapi di Indonesia sampai saat ini masih mementingkan produktivitas
ternak dan belum memaksimalkan pemanfaatan limbah kotoran sapi (teletong) bernilai ekonomis.
Limbah kotoran sapi (teletong) yang dihasilkan seharusnya tidak lagi menjadi beban biaya usaha
tetapi menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan bila mungkin setara dengan nilai
ekonomi produk utama (daging). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pemanfaatan kotoran
sapi menjadi pupuk organik yang mendukung usaha peternakan penggemukan sapi potong. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan metode pengumpulan data
observasi dan wawancara anggota kelompok tani ternak dan didukung dengan studi literatur.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperoleh hasil bahwa anggota Kelompok Tani Ternak
Mandiri Jaya sudah memanfaatkan dan mengelolah limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik
yang bernilai ekonomis dengan di jual ke anggota untuk pupuk lahan pertanian padi, semangka dan
belewah. Alasan penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk biasanya karena barangnya mudah didapat,
relatif murah dan memberikan hasil yang lebih baik.
Kata kunci: Kotoran ternak, sapi potong, pupuk organik, Kelompok Tani Ternak
100 milyar. Lanjutnya di Amerika Serikat, menjadi alasan perlu adanya penanganan
pada tahun 1997, pangsa pasar produk yang benar pada kotoran ternak. Limbah
organik sekitar US $ 3.5 milyar per tahun peternakan yang dihasilkan tidak lagi
dan dalam tahun 2000 meningkat sekitar menjadi beban biaya usaha akan tetapi
dua kali lipatnya. Menurut Prabowo menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai
(2012), dalam 10 tahun terakhir, pasar ekonomi tinggi dan bila mungkin setara
organik naik 228 persen dan nilai dengan nilai ekonomi produk utama
perdagangannya menembus 59,1 miliar. (daging) (Sudiarto, 2008).
Lebih lanjut dikatakan meski tahun 2012 Dengan begitu, usaha peternakan
Eropa masih akan terimbas ekonomi ke depan harus dapat dibangun secara
namun pasar produk organik yang berkesinambungan sehingga dapat
mengutamakan kesehatan akan terus memberikan kontribusi pendapatan yang
tumbuh dan juga pasar organik di AS, besar dan berkelanjutan, lanjut Sudiarto
Brasil, Rusia, India dan China. (2008). Nastiti (2008) mengatakan
Ditambahkan Prabowo (2012), nilai penerapan teknologi budidaya ternak yang
perdagangan produk organik AS tahun ramah lingkungan dapat dilakukan
2011 mencapai 30 miliar dollar AS dan melalui pemanfaatan limbah pertanian
diperkirakan sampai tahun 2015 yang diperkaya nutrisinya serta
pertumbuhan ratarata pasar organik pemanfaatan kotoran ternak menjadi
Amerika Utara sebesar 12 persen. pupuk organik dan biogas dapat
Menurut Sulaeman (2007), pertumbuhan meningkatkan produktivitas ternak,
permintaan produk pertanian organik di peternak dan perbaikan lingkungan.
seluruh dunia mencapai rata-rata 20% per Berdasarkan latarbelakang diatas
tahun. Lanjutnya, data WTO maka tujuan penelitian ini adalah
menunjukkan bahwa dalam tahun 2000- bagaimanakah proses pemanfaatan
2004 perdagangan produk pertanian limbah kotoran sapi (teletong) menjadi
organik telah mencapai nilai rata-rata 17,5 pupuk organic dalam upaya mendukung
miliar dolar AS. usaha peternakan sapi potong di
Satu ekor sapi setiap harinya Kelompok Mandiri Jaya Desa
menghasilkan kotoran berkisar 8 – 10 kg Moropelang Kecamatan Babat Kabupaten
per hari atau 2,6 – 3,6 ton per tahun atau Lamongan.
setara dengan 1,5-2 ton pupuk organik
sehingga akan mengurangi penggunaan METODE PENELITIAN
pupuk anorganik dan mempercepat proses Penelitian dilaksanakan pada bulan
perbaikan lahan. Potensi jumlah kotoran Juli sampai dengan September 2014 di
sapi dapat dilihat dari populasi sapi. peternak penggemukan sapi potong
Populasi sapi potong di Indonesia Kelompok Mandiri Jaya Desa
diperkirakan 10,8 juta ekor dan sapi perah Moropelang Kecamatan Babat Kabupaten
350.000 - 400.000 ekor dan apabila satu Lamongan.
ekor sapi rata-rata setiap hari Penentuan lokasi dilakukan dengan
menghasilkan 7 kilogram kotoran kering pertimbangan bahwa Kelompok Tani
maka kotoran kotoran sapi kering yang Ternak Mandiri Jaya Desa Moropelang
dihasilkan di Indonesia sebesar 78,4 juta merupakan salah satu Kelompok Tani
kilogram kering per hari (Budiyanto, Ternak yang berhasil dalam program
2011). Keadan potensial inilah yang Sarjana Membangun Desa (SMD) di
27
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35
dearah Lamongan, dengan dipilih oleh Lamongan oleh sebagian aktivis Muda
Bank Indonesia (BI) untuk mendapatkan Muhammadiyah dari Desa Moropelang
CSR bantuan pembanguan Kandang dan Lamongan yaitu (Sholikh Al Huda/Sekjen
alat peternakan. Jumlah anggota peternak Pemuda Muhammadiyah Jatim, Zudi
sekitar 15 orang dengan populasi sapi Hariyanto/ Pemuda Muhammadiyah
sekitar 30 ekor sapi. Metode yang Cabang Babat Lamongan, Kholek Effendi
digunakan dalam penelitian ini adalah dan Fastabiqul Khairat/ Pemuda
metode deskriptif. Metode pengumpulan Muhammadiyah Ranting Moropelang)
data yang digunakan adalah dengan dan diback up oleh Bapak-Bapak
metode observasi lapangan dan Muhammadiyah Ranting Moropelang
wawancara terstruktur atau wawancara Babat Lamongan.
mendalam. Sejarah awal terbentuknya
Wawancara terstruktur digunakan kelompok Tani Ternak Mandiri Jaya
untuk mendapatkan berbagai informasi berawal dari kesadaran sosial para aktivis
budidaya cara pengelolaan kotoran ternak muda, pertama, melihat kemiskinan
yang dilakukan peternak di di Kelompok masyarakat desa karena sebgaian besar
Mandiri Jaya Desa Moropelang mereka sangat bergantung dengan hasil
Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. sawah yang tidak menentu karena para
Sedangkan wawancara mendalam tengkulak yang mempermainkan harga
digunakan untuk menggali lebih dalam gabah sehingga mereka sering merigu.
informasi yang diperoleh mengenai Kedua, Banyak anak muda putus sekolah
pengelolaan kotoran ternak dan faktor- dan tidak bekerja (ngangur). Disebabkan
faktor yang mempengaruhi peternak karena peluang kerja di desa sangat
penggemukan sapi potong memilih cara terbatas dan peran steak holder desa
pengelolaan tersebut. Analisis yang kurang begitu memberhatikan keberdaan
digunakan dalam penelitian ini adalah pemuda desa yang putus sekolah dan
deskriptif kualitatif. Fenomena yang ingin menggangur, sehingga sebagaian besar
dilihat dalam penelitian ini adalah mereka banyak lari ke Kota dan itu
pengalaman peternak dalam berpengaruh pada perkembangan lambat
memanfaatkan kotoran ternak sapi karena tidak ada SDM muda dalam
menjadi pupuk organik. Informan dalam pembangunan desa. Dan mereka yang
penelitian adalah peternak penggemukan bertahan di desa dianggap sampah
sapi potong di Kelompok Mandiri Jaya masyarakat. Ketiga, kevakuman gerakan
Desa Moropelang Kecamatan Babat dakwah Pemuda Muhammadiyah dengan
Kabupaten Lamongan. Fokus penelitian kondisi ketidakadaan suport dana dakwah.
adalah pemanfaat pengelolaan kotoran Berawal dari kesadaran sosial dan
sapi dan faktor yang mempengaruhi realitas obyektif yang terjadi di desa maka
peternak penggemukan sapi potong kami bertekad bangkit dengan berijtihad
melakukan pengelolaan tersebut. membentuk Kelompok Tani Ternak
dengan nama Mandiri Jaya. Langkah
HASIL DAN PEMBAHASAN kebangkitan pertama Kelompok Tani
Profile Kelompok Tani Ternak Ternak Mandiri Jaya adalah mengajukan
Kelompok Tani Ternak Mandiri program pemberdayaan dan pengelolahan
Jaya di dirikan pada bulan Februari 2012 ternak sapi melalui program SMD
di Desa Moropelang Kec. Babat. Kab. (Sarjana Membangun Desa) pada tahun
28
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35
29
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35
30
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35
31
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35
mengatasi kesulitan dan kemahalan bahan 36 3 kg, kapur 5 kg, starter trichoderma 3
bakar minyak yang banyak digunakan kg atau EM4, plastik hitam 5 m.
oleh masyarakat terutama di pedesaan. Cara Pembuatan:
Hasil observasi dan wawancara a. Siapkan kotoran ternak (sapi atau
menunjukkan bahwa sebagian besar kerbau) yang akan dijadikan kompos
anggota tani ternak telah memanfaatkan dengan syarat kering (tidak basah oleh
kotoran sapi untuk kebutuhan sendiri urine sapi atau air hujan). Kotoran
sebagai pupuk pertanian padi dan ternak yang terlalu basah akan
semangka. Sebagian besar anggota tani mempengaruhi berkembangnya
ternak memberikan alasan yang relatif cendawan Trichoderma harzianum
hampir sama tentang penggunaan kotoran sehingga proses perombakan lebih
sapi sebagai pupuk yaitu biasanya karena lambat.
barangnya mudah didapat, relatif murah b. Bahan aktivator (Urea, SP-36, kapur,
dan memberikan hasil yang lebih baik. pupuk kandang, starter Trichoderma
Berdasarkan pengamatan menunju- harzianum) diaduk merata dan dibagi
kan bahwa pemanfatan kotoron sapi atas 4 bagian.
menjadi pupuk, masih terbatas c. Kotoran ternak ditumpuk setinggi
kapasitasnya dan peruntukannya, terbatas 1x1x1 m lalu dibagi atas 4 bagian,
pada kebutuhan anggota kelompok tani masing-masing setinggi + 25 cm.
ternak yang mayoritas adalah petani d. Di atas tumpukan kotoran ternak,
sawah. Proses pembuatan pupuk organic ditabur bahan aktivator secara merta
dari kotoran sapi di Kelompok Mandiri sebanyak ¼ bagian.
Jaya Desa Moropelang Kecamatan Babat e. Gabung tumpukan kotoran ternak
Kabupaten Lamongan sudah mengguna- menjadi 1 tumpukan sehingga volume
kan instalasi biogas sebagai alat produksi tumpukan 1x1x1 m.
pembuatan pupuk organik. Berdasarkan f. Tutup tumpukan dengan plastik hitam
wawancara anggota kelompok tani ternak, anti air agar terlindung dari hujan dan
instalasi biogas ini lebih di manfaatkan panas matahari.
untuk memproduksi pupuk dari pada g. Lakukan pembalikan tumpukan
biogas, karena menurutnya yang paling kotoran ternak setiap 1 minggu
dibutuhkan warga adalah pupuk organic dengan menggunakan cangkul. Perlu
untuk pertanian daripada biogas karena dijaga, kelembaban tumpukan harus
sebagai besar mereka masih suka stabil (kelembaban 60-80%) selama
memggunakan gas Elpiji dengan alasan proses pengomposan.
praktis. Proses pembuatan pupuk organic h. Panen kompos pupuk kandang dapat
kotoran sapi adalah sebagai berikut: dilakukan setelah 21 hari dengan cara
Alat dan Bahan Peralatan yang membongkar lalu diayak sehingga
diperlukan antara lain: instalasi biogas, dihasilkan kompos yang sempurna.
bak (kotak kayu ukuran 1x1x1 m) 3 buah,
sekop, ember, ayakan, termometer, Aspek Ekonomi
karung/kampil, timbangan, kantong Pemanfaatan limbah kotoran sapi
plastik, dan lain-lain. yang dikelolah menjadi pupuk organic
Bahan yang diperlukan: kotoran pada aspek ekonomi tentu sangat
ternak 1 ton (+ 30 karung), urea 2 kg, SP- bermanfaat bagi penambahan pendapatan
petani ternak sehinggi dapat membantu
32
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35
33
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35
34
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35
35