Anda di halaman 1dari 10

Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35


ISSN 2528-4967 (print) dan ISSN 2548-219X (online)

Pemanfaatan Limbah Kotoran Sapi Menjadi Pupuk Organik


Sebagai Upaya Mendukung Usaha Peternakan Sapi Potong di
Kelompok Tani Ternak Mandiri Jaya
Desa Moropelang Kec. Babat Kab. Lamongan

Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2


FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya
FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya

ABSTRAK

Usaha peternakan sapi di Indonesia sampai saat ini masih mementingkan produktivitas
ternak dan belum memaksimalkan pemanfaatan limbah kotoran sapi (teletong) bernilai ekonomis.
Limbah kotoran sapi (teletong) yang dihasilkan seharusnya tidak lagi menjadi beban biaya usaha
tetapi menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan bila mungkin setara dengan nilai
ekonomi produk utama (daging). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pemanfaatan kotoran
sapi menjadi pupuk organik yang mendukung usaha peternakan penggemukan sapi potong. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan metode pengumpulan data
observasi dan wawancara anggota kelompok tani ternak dan didukung dengan studi literatur.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperoleh hasil bahwa anggota Kelompok Tani Ternak
Mandiri Jaya sudah memanfaatkan dan mengelolah limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik
yang bernilai ekonomis dengan di jual ke anggota untuk pupuk lahan pertanian padi, semangka dan
belewah. Alasan penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk biasanya karena barangnya mudah didapat,
relatif murah dan memberikan hasil yang lebih baik.

Kata kunci: Kotoran ternak, sapi potong, pupuk organik, Kelompok Tani Ternak

PENDAHULUAN sekarang ini diarahkan tidak hanya terkait


Sektor peternakan di Indonesia dengan pemenuhan pangan (susu dan
sampai hari ini masih menjadi salah daging) namun juga mulai dikembangkan
sumber ketahanan pangan yang sangat pada pemanfaatan limbah kotoran sapi
strategis. Namun kondisi di lapangan (teletong) menjadi pupuk organik.
belum terkelolah secara professional Kotoran sapi merupakan salah satu
tetapi sebagian besar merupakan usaha bahan potensial untuk membuat pupuk
peternakan rakyat berskala kecil yang organik (Budiayanto, 2011). Kebutuhan
berada di perdesaan dan maish pupuk organik akan meningkat seiring
menggunakan teknologi secara sederhana dengan permintaan akan produk organik.
atau tradisional. Menurut Nastiti (2008), Menurut Prawoto (2007), hal ini
usaha peternakan di Indonesia didominasi disebabkan karena produk organik
oleh usaha rakyat dengan menggunakan rasanya lebih enak, lebih sehat, dan baik
cara tradisional masih merupakan usaha bagi lingkungan. Lebih lanjut menurut
sampingan serta lebih menjadi “tabungan” Prawoto, pada tahun 1998, pangsa pasar
dan salah satu indikator “status sosial”. dunia produk organik dalam 10 tahun
Pengembangan sektor usaha peternakan mendatang akan mencapai sekitar US $

26 Copyright © 2017, Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.


http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Axiologiya/index
DOI: http://dx.doi.org/10.30651/aks.v1i1.303
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35

100 milyar. Lanjutnya di Amerika Serikat, menjadi alasan perlu adanya penanganan
pada tahun 1997, pangsa pasar produk yang benar pada kotoran ternak. Limbah
organik sekitar US $ 3.5 milyar per tahun peternakan yang dihasilkan tidak lagi
dan dalam tahun 2000 meningkat sekitar menjadi beban biaya usaha akan tetapi
dua kali lipatnya. Menurut Prabowo menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai
(2012), dalam 10 tahun terakhir, pasar ekonomi tinggi dan bila mungkin setara
organik naik 228 persen dan nilai dengan nilai ekonomi produk utama
perdagangannya menembus 59,1 miliar. (daging) (Sudiarto, 2008).
Lebih lanjut dikatakan meski tahun 2012 Dengan begitu, usaha peternakan
Eropa masih akan terimbas ekonomi ke depan harus dapat dibangun secara
namun pasar produk organik yang berkesinambungan sehingga dapat
mengutamakan kesehatan akan terus memberikan kontribusi pendapatan yang
tumbuh dan juga pasar organik di AS, besar dan berkelanjutan, lanjut Sudiarto
Brasil, Rusia, India dan China. (2008). Nastiti (2008) mengatakan
Ditambahkan Prabowo (2012), nilai penerapan teknologi budidaya ternak yang
perdagangan produk organik AS tahun ramah lingkungan dapat dilakukan
2011 mencapai 30 miliar dollar AS dan melalui pemanfaatan limbah pertanian
diperkirakan sampai tahun 2015 yang diperkaya nutrisinya serta
pertumbuhan ratarata pasar organik pemanfaatan kotoran ternak menjadi
Amerika Utara sebesar 12 persen. pupuk organik dan biogas dapat
Menurut Sulaeman (2007), pertumbuhan meningkatkan produktivitas ternak,
permintaan produk pertanian organik di peternak dan perbaikan lingkungan.
seluruh dunia mencapai rata-rata 20% per Berdasarkan latarbelakang diatas
tahun. Lanjutnya, data WTO maka tujuan penelitian ini adalah
menunjukkan bahwa dalam tahun 2000- bagaimanakah proses pemanfaatan
2004 perdagangan produk pertanian limbah kotoran sapi (teletong) menjadi
organik telah mencapai nilai rata-rata 17,5 pupuk organic dalam upaya mendukung
miliar dolar AS. usaha peternakan sapi potong di
Satu ekor sapi setiap harinya Kelompok Mandiri Jaya Desa
menghasilkan kotoran berkisar 8 – 10 kg Moropelang Kecamatan Babat Kabupaten
per hari atau 2,6 – 3,6 ton per tahun atau Lamongan.
setara dengan 1,5-2 ton pupuk organik
sehingga akan mengurangi penggunaan METODE PENELITIAN
pupuk anorganik dan mempercepat proses Penelitian dilaksanakan pada bulan
perbaikan lahan. Potensi jumlah kotoran Juli sampai dengan September 2014 di
sapi dapat dilihat dari populasi sapi. peternak penggemukan sapi potong
Populasi sapi potong di Indonesia Kelompok Mandiri Jaya Desa
diperkirakan 10,8 juta ekor dan sapi perah Moropelang Kecamatan Babat Kabupaten
350.000 - 400.000 ekor dan apabila satu Lamongan.
ekor sapi rata-rata setiap hari Penentuan lokasi dilakukan dengan
menghasilkan 7 kilogram kotoran kering pertimbangan bahwa Kelompok Tani
maka kotoran kotoran sapi kering yang Ternak Mandiri Jaya Desa Moropelang
dihasilkan di Indonesia sebesar 78,4 juta merupakan salah satu Kelompok Tani
kilogram kering per hari (Budiyanto, Ternak yang berhasil dalam program
2011). Keadan potensial inilah yang Sarjana Membangun Desa (SMD) di

27
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35

dearah Lamongan, dengan dipilih oleh Lamongan oleh sebagian aktivis Muda
Bank Indonesia (BI) untuk mendapatkan Muhammadiyah dari Desa Moropelang
CSR bantuan pembanguan Kandang dan Lamongan yaitu (Sholikh Al Huda/Sekjen
alat peternakan. Jumlah anggota peternak Pemuda Muhammadiyah Jatim, Zudi
sekitar 15 orang dengan populasi sapi Hariyanto/ Pemuda Muhammadiyah
sekitar 30 ekor sapi. Metode yang Cabang Babat Lamongan, Kholek Effendi
digunakan dalam penelitian ini adalah dan Fastabiqul Khairat/ Pemuda
metode deskriptif. Metode pengumpulan Muhammadiyah Ranting Moropelang)
data yang digunakan adalah dengan dan diback up oleh Bapak-Bapak
metode observasi lapangan dan Muhammadiyah Ranting Moropelang
wawancara terstruktur atau wawancara Babat Lamongan.
mendalam. Sejarah awal terbentuknya
Wawancara terstruktur digunakan kelompok Tani Ternak Mandiri Jaya
untuk mendapatkan berbagai informasi berawal dari kesadaran sosial para aktivis
budidaya cara pengelolaan kotoran ternak muda, pertama, melihat kemiskinan
yang dilakukan peternak di di Kelompok masyarakat desa karena sebgaian besar
Mandiri Jaya Desa Moropelang mereka sangat bergantung dengan hasil
Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. sawah yang tidak menentu karena para
Sedangkan wawancara mendalam tengkulak yang mempermainkan harga
digunakan untuk menggali lebih dalam gabah sehingga mereka sering merigu.
informasi yang diperoleh mengenai Kedua, Banyak anak muda putus sekolah
pengelolaan kotoran ternak dan faktor- dan tidak bekerja (ngangur). Disebabkan
faktor yang mempengaruhi peternak karena peluang kerja di desa sangat
penggemukan sapi potong memilih cara terbatas dan peran steak holder desa
pengelolaan tersebut. Analisis yang kurang begitu memberhatikan keberdaan
digunakan dalam penelitian ini adalah pemuda desa yang putus sekolah dan
deskriptif kualitatif. Fenomena yang ingin menggangur, sehingga sebagaian besar
dilihat dalam penelitian ini adalah mereka banyak lari ke Kota dan itu
pengalaman peternak dalam berpengaruh pada perkembangan lambat
memanfaatkan kotoran ternak sapi karena tidak ada SDM muda dalam
menjadi pupuk organik. Informan dalam pembangunan desa. Dan mereka yang
penelitian adalah peternak penggemukan bertahan di desa dianggap sampah
sapi potong di Kelompok Mandiri Jaya masyarakat. Ketiga, kevakuman gerakan
Desa Moropelang Kecamatan Babat dakwah Pemuda Muhammadiyah dengan
Kabupaten Lamongan. Fokus penelitian kondisi ketidakadaan suport dana dakwah.
adalah pemanfaat pengelolaan kotoran Berawal dari kesadaran sosial dan
sapi dan faktor yang mempengaruhi realitas obyektif yang terjadi di desa maka
peternak penggemukan sapi potong kami bertekad bangkit dengan berijtihad
melakukan pengelolaan tersebut. membentuk Kelompok Tani Ternak
dengan nama Mandiri Jaya. Langkah
HASIL DAN PEMBAHASAN kebangkitan pertama Kelompok Tani
Profile Kelompok Tani Ternak Ternak Mandiri Jaya adalah mengajukan
Kelompok Tani Ternak Mandiri program pemberdayaan dan pengelolahan
Jaya di dirikan pada bulan Februari 2012 ternak sapi melalui program SMD
di Desa Moropelang Kec. Babat. Kab. (Sarjana Membangun Desa) pada tahun

28
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35

2012 dengan mengusulkan Penggemukan c. Pembangunan sektor usaha ekonomi


Sapi Potong berbasis pengembangan kecil masyarakat desa dari hasil
limbahUrine dan Teletong sebagai Bio pengelolahan ternak
gas dan pupuk orgnaik, dan berhasil
dengan dapat support sapi sekitar 30 ekor. Prinsip Organisasi
a. Landasan: Amanah dan Ihsan
Visi & Misi Kelompok b. Prinsip Kedudukan: Obyektif dan
Visi: “Terwujudnya Kelompok Ternak Independen
Tahun 2015 yang Profesional, Mandiri, c. Prinsip Manajemen: Transparan,
Maju, Memiliki kebersamaan tinggi yang Akuntabilitas, Profesional, Efektif
berbasis pada Kelompok dan dan efisien, Berorientasi pada
pengembangan Teknologi dalam rangka Perbaikan Terus-menerus
kesejahteraan Petani”. d. Prinsip Pengembangan: Inovatif,
Kreatif, Berorientasi pada Social
Misi Entrepreneurship dan Investasi Sosial
a. Mewujudkan pengelolahan Ternak e. Prinsip Aktivitas Inti: Bisnis
yang Profesional, maju dan mandiri Peternakan Berbasis Pemberdayaan
b. Mewujudkan pengembangan Masyarakat
pengelolahan limbah ternak yang
bernilai ekonomis Budaya Organisasi
c. Mewujudkan kesejahteraan a. Prinsip Organisasi adalah Tolok Ukur
perekonomian masyarakat petani Aktivitas Kampoeng Ternak
d. Mewujudkan SDM kelompok yang b. Penyelenggaraan bBisnis Peternakan
berkualitas di bidang ekonomi Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
peternakan Secara Obyektif dan Independen;
e. Mewujudkan kelompok yang c. Transparan, Akuntabel, Profesional,
memiliki kepedulian sosial dan Efektif dan Efisien Serta Berorientasi
kebersamaan. pada Perbaikan Terus Menerus adalah
f. Mewujudkan kemitraan kelompok Kegiatan Utama Kampoeng Ternak
petani/ternak secara lokal dan global d. Optimalisasi Penyelenggaraan
Peternakan Berbasis Pemberdayaan
Target Utama Masyarakat adalah Orientasi
Pembangunan Agroekobis Peterna- Produktivitas Kampoeng Ternak
kan secara integratif (Agroekobis e. Amanah, Ihsan dan Profesional
Terpadu) Adalah Inti Kualitas SDM Kampoeng
Ternak
Tujuan Kelompok
a. Pembangunan kemandirian ekonomi Slogan Organisasi, Tani Sejahtera
dan kesejahteraan masyarakat petani Indonesia Jaya
melalui pengelolahan ternak
b. Pembangunan lapangan kerja bagi Perkembangan Kelompok
masyarakat terutama di kalangan Aset Kelompok Ternak Mandiri
pemuda desa melalui pengelolahan Jaya hingga Desember 2012 adalah:
ternak a. Jumlah Sapi : 30 Ekor pada saat Idul
Adha 2012 terjual 19 ekor sisa 10 ekor

29
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35

dan beli 4 ekor jumlah sekarang 14 1. Rapat Evaluasi Bulanan


ekor sapi terdiri dari 4 ekor Sapi Kelompok (Minggu ke 4)
Betina dan 10 Ekor Sapi Jantan dan 2 1. Laporan Keuangan Kelompok
Ekor Pedhet 2. Laporan Perkembangan
b. Tanah 1500 M2 dan bangunan Ternak
Kandang, Rumah Pakan 3. Laporan Kinerja Kelompok
c. Alat Mesen Chopper, Mixer Mill, 2. Rapat Kondisional Kelompok
Hammer Mill dan Timbangan Sapi. 3. Rapat Koordinasi Dengan Pihak
d. Instalasi Biogas dan Pupuk organik luar
B. Bidang Pengembangan Jaringan &
Struktur Kelompok Lembaga
a. Pembina: UPT Dinas Peternakan Kec. 1. Studi Banding ke Peternakan
Babat Lamongan, Kepala Desa Maju
Moropelang 2. Silaturahim ke Dinas Peternakan
b. Pengawas: PR Muhammadiyah 3. Membuat promosi kemajuan
moropelang, PR Pemuda kelompok ternak melalui internet
Muhammadiyah oropelang & Buletin Kelompok Ternak
c. Pengurus: 4. Menjalin hubungan kerjasama
Ketua : Kholeq Effendi dengan pihak luar/ perusahan
Sekretaris : Mubarok pengelolah ternak
Bendahara : Zuli Soffani C. Bidang Pengembangan &
Bidang - Bidang Pengelolahan Ternak
Bidang Pengembangan Jaringan & 1. Pelatihan Pengelolahan ternak
Lembaga (vaksinasi, kesehatan dan
Koordinator: Sholikh Al Huda peramuan makan ternak)
Bidang Pengembangan & 2. Pelatihan pengelolahan kandang
Pengelolahan Ternak ternak yang sehat
Koordinator: Tasram, Anggota: D. Bidang Pengembangan Teknologi
Mudhofar, Musthofa Limbah Ternak
Bidang Pengembangan Teknologi 1. Pelatihan pengelolahan Bio Urine
Limbah Ternak Ternak
Koordinator: Agus S, Anggota: 2. Pelatihan pengelolahan pupuk
Fastabiqul Khairat, Darmo Warsito organik dari kotoran sapi
Bidang Pembelian & Pemasaran E. Bidang Pembelian & Pemasaran
Ternak Ternak
Koordinator: Sunawi, Anggota: 1. Kerjasama penjualan ternak ke
Kartidjan, Atrup RPH (Rumah Potong Hewan)
Bidang Pemberdayaan Ekonomi 2. Kerjasam penjualan dengan
Kelompok & Sarpras pengusaha sapi dan daging
Koordinator: Zudi Hariyanto, F. Bidang Pemberdayaan Ekonomi
Anggota: Mujiadi Kelompok & Sarpras
1. Pembentukan Arisan/Koperasi
Program Kerja Kelompok kelompok
A. Policy Umum 2. Pengelolahan hasil ternak
(daging) bernilai Ekonomis

30
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35

3. Penyedian dana sosial bagi Berdasarkan Tabel diatas, jumlah


anggota /CSR terbesar berdasarkan profesi pekerjaan
anggota kelompok tani trenak ini adalah
Karakteristik Peternak mayoritas petani sawah (65%), hal ini
Berdasarkan hasil wawancara yang menunjukan bahwa berternak di daerah
dilakukan, usaha peternakan sapi yang itu masih menjadi kerjaan sampingan
dilakukan oleh Kelompok Mandiri Jaya belum menjadi perioritas mata
Desa Moropelang Kecamatan Babat pencaharian. Selanjutnya junlah umur
Kabupaten Lamongan, adalah sistem responden antara 30-35 tahun dengan
penggemukan sapi potong dengan masa persentase 35% dari total jumlah anggota.
pemeliharaan rata-rata sekitar 7-9 bulan. Golongan umur tersebut masih berada
Selain itu, sebagian besar anggota pada umur produktif sehingga diharapkan
taniternak yang menjadi responden mampu mengembangkan usaha dan
mempunyai pekerjaan lain sebagai petani mudah memperkaya pengetahuan dan
padi. ketrampilan tentang penggemukan sapi
Karakteristik anggota kelompok potong dan pemanfaatan limbah kotoran
ternak sapi potong tersebut dapat dilihat sapi menjadi pupuk organik. Selanjutnya,
pada tabel berikut: jumlah terbesar pendidikan formal yang
ditekuni peternak adalah SD (35%).
Tabel 1. Karakteristik Anggota Kelompok Mandiri Pendidikan yang relatif rendah ini dapat
Jaya Desa Moropelang Kecamatan Babat menyebabkan peternak sulit menerima
Kabupaten Lamongan Berdasarkan Pekerjaan
inovasi teknologi baru dan cenderung
No Pekerjaan Jumlah % menggunakan cara yang biasanya
1 Guru 4 25 dilakukan oleh pendahulunya yang masih
2 Petani 9 65 tradisional.
3 Pedangan 2 10 Sedangkan rata-rata lama beternak
Jumlah 15 100 % sapi potong yang dilakukan oleh
Kelompok Mandiri Jaya Desa
Tabel.2. Karakteristik Anggota Kelompok
Mandiri Jaya Desa Moropelang Kecamatan Moropelang Kecamatan Babat Kabupaten
Babat Kabupaten Lamongan Berdasarkan Usia Lamongan sekitar + 3 tahun. Proses
No Usia Jumlah % beternak yang bisa dikatakan masih baru
1 30-35 5 35 ini salah satu kendala yang dihadapi
2 35-40 4 25 adalah kemampuan memecahkan bebagai
3 40-50 4 25 permaslahan yang dihadapi dalam
4 50-60 2 15 peneglolahan usaha peternakan dan
Jumlah 15 100 % kemampuan mengadopsi inovasi
teknologi peternakan sapid an
Tabel.3. Karakteristik Anggota Kelompok
Mandiri Jaya Desa Moropelang Kecamatan pemanfaatan limbah kotoroan sapi.
Babat Kabupaten Lamongan Berdasarkan
Pendidikan Formal Pemanfaatan Kotoran Sapi
No Pendidikan Jumlah % Menurut Nastiti (2008), pupuk
1 SD 5 35 organik dapat memperbaiki kualitas dan
2 SMP 2 15
kesuburan tanah serta diperlukan
3 SMA 4 25
tanaman. Selain itu, kotoran ternak yang
4 S1 4 25
diubah menjadi biogas dapat membantu
Jumlah 15 100 %

31
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35

mengatasi kesulitan dan kemahalan bahan 36 3 kg, kapur 5 kg, starter trichoderma 3
bakar minyak yang banyak digunakan kg atau EM4, plastik hitam 5 m.
oleh masyarakat terutama di pedesaan. Cara Pembuatan:
Hasil observasi dan wawancara a. Siapkan kotoran ternak (sapi atau
menunjukkan bahwa sebagian besar kerbau) yang akan dijadikan kompos
anggota tani ternak telah memanfaatkan dengan syarat kering (tidak basah oleh
kotoran sapi untuk kebutuhan sendiri urine sapi atau air hujan). Kotoran
sebagai pupuk pertanian padi dan ternak yang terlalu basah akan
semangka. Sebagian besar anggota tani mempengaruhi berkembangnya
ternak memberikan alasan yang relatif cendawan Trichoderma harzianum
hampir sama tentang penggunaan kotoran sehingga proses perombakan lebih
sapi sebagai pupuk yaitu biasanya karena lambat.
barangnya mudah didapat, relatif murah b. Bahan aktivator (Urea, SP-36, kapur,
dan memberikan hasil yang lebih baik. pupuk kandang, starter Trichoderma
Berdasarkan pengamatan menunju- harzianum) diaduk merata dan dibagi
kan bahwa pemanfatan kotoron sapi atas 4 bagian.
menjadi pupuk, masih terbatas c. Kotoran ternak ditumpuk setinggi
kapasitasnya dan peruntukannya, terbatas 1x1x1 m lalu dibagi atas 4 bagian,
pada kebutuhan anggota kelompok tani masing-masing setinggi + 25 cm.
ternak yang mayoritas adalah petani d. Di atas tumpukan kotoran ternak,
sawah. Proses pembuatan pupuk organic ditabur bahan aktivator secara merta
dari kotoran sapi di Kelompok Mandiri sebanyak ¼ bagian.
Jaya Desa Moropelang Kecamatan Babat e. Gabung tumpukan kotoran ternak
Kabupaten Lamongan sudah mengguna- menjadi 1 tumpukan sehingga volume
kan instalasi biogas sebagai alat produksi tumpukan 1x1x1 m.
pembuatan pupuk organik. Berdasarkan f. Tutup tumpukan dengan plastik hitam
wawancara anggota kelompok tani ternak, anti air agar terlindung dari hujan dan
instalasi biogas ini lebih di manfaatkan panas matahari.
untuk memproduksi pupuk dari pada g. Lakukan pembalikan tumpukan
biogas, karena menurutnya yang paling kotoran ternak setiap 1 minggu
dibutuhkan warga adalah pupuk organic dengan menggunakan cangkul. Perlu
untuk pertanian daripada biogas karena dijaga, kelembaban tumpukan harus
sebagai besar mereka masih suka stabil (kelembaban 60-80%) selama
memggunakan gas Elpiji dengan alasan proses pengomposan.
praktis. Proses pembuatan pupuk organic h. Panen kompos pupuk kandang dapat
kotoran sapi adalah sebagai berikut: dilakukan setelah 21 hari dengan cara
Alat dan Bahan Peralatan yang membongkar lalu diayak sehingga
diperlukan antara lain: instalasi biogas, dihasilkan kompos yang sempurna.
bak (kotak kayu ukuran 1x1x1 m) 3 buah,
sekop, ember, ayakan, termometer, Aspek Ekonomi
karung/kampil, timbangan, kantong Pemanfaatan limbah kotoran sapi
plastik, dan lain-lain. yang dikelolah menjadi pupuk organic
Bahan yang diperlukan: kotoran pada aspek ekonomi tentu sangat
ternak 1 ton (+ 30 karung), urea 2 kg, SP- bermanfaat bagi penambahan pendapatan
petani ternak sehinggi dapat membantu

32
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35

memenuhi kebutuhan ekonominya Hasil produksi 1 ton Pupuk organic


sehingga harapan terbesar dari proses ini padat (1000 kg (1ton) x Rp.1000=
adalah petani ternak sejahtera dan mandiri Rp.1.000.000
secara ekonomi. Hasil dari wawancara Keuntungan= Penjualan – Biaya
dengan anggota Kelompok Tani Ternak Produksi Rp.1.000-Rp.750.000=
Mandiri Jaya Desa Moropelang Rp.250.000/
Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan
didapatkan analisa usaha dari pemanfaatn Produksi Dalam 1 bulan dapat
limbah kotoran sapi menjadi pupuk memproduksi 2 kali berarti dapat dihitung
organic sangat potensial baik pendapatan perbulan kelompok tani ternak
maupun pasarnya. Hal itu di sebabkan mendapatkan keuntangan Rp.1000.000 x
bahan baku yang tersedia (teletong) tidak 2kali produksi/bulan= Rp.2.000.000/bln.
beli dan proses pembuatannya tidak Untuk analisa usaha pupuk organic
membutuhkan bahan yang mahal cair adalah:
sehingga menekan biaya produksi, A. Biaya Produksi
sementara pangsa pasar potensial 1. Bahan baku teletong 1kg= Rp.
dikarenakan sebagian basar petani mulai 500,- x 1000 kg= Rp.500.000
beralih menggunakan pupuk organic 2. Bahan pengurai organism=
karena selain lebih murah juga muda di Rp.200.000
dapatkan dari pada pupuk kimia harga 3. Alat produksi = Rp. 250.000
mahal sulit didapat. 4. Tenaga Kerja =
Dari pemaparan anggota kelompok Rp.300.000/Produksi
didapati analisa usaha sebagia berikut, Total Biaya Prduksi =R.1.250.000
bahwa kotoran sapi tersebut dapat B. Penjualan
dimanfaatkan menjadi dua macam pupuk, Harga pupuk organic cair per 1 ltr= Rp.
yaitu pupuk organic padat dan pupuk 2.500
organik cair. Dalam sekali produksi menghasilkan +
Untuk analisa usaha pupuk organic 800 liter x Rp. 3.000=
padat adalah: Rp.2.400.000/produksi
A. Biaya Produksi: Jadi per produksi menghasilkan
1. Bahan baku teletong Rp. 500/kg keuntungan sebgai berikut= Hasil
sekali produksi 1000kg (1ton) x penjualan-biaya produksi (
500=500.000 Rp.2.400.000-1.250.000=
2. Bahan pengurai organisme (EM-4, Rp.1150.000/produksi x 2 kali
Urea, Tebu, dll) produksi per bulan = Rp. 2.300.000/
Rp.100.000/produksi bulan.
3. Alat produksi (Bak, Cangkul, Dari perhitungan analisa usaha di
Karung dll), Rp. 50.000 atas menunjukan bahwa pemanfatan
4. Tenaga Kerja, Rp. 200.000/ limbah kotoran sapi (teletong) yang
produksi dijadikan pupuk organic baik padat
Total Biaya Produksi= Rp. ataupun cair ternyata dapat mengahsilkan
750.000/produksi pendapatan keuntungan ekonomi yang
B. Penjualan lumayan besar bagi petani ternak.
1 Kg Pupuk organic padat harga= Sehingga sedikit banyak dapat membantu
Rp.1000 meningkatkan pendapatan ekonomi dan

33
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35

membantu peningkatan kesejahteran walaupun masih dengan kapasitas terbatas


hidup petani. Selain itu dapat juga bagi kebutuhan anggota dan masyarakat
membantu peningkatan produksi sekitar peternakan.
pertanian yang berbasis pupuk organic Dari hasil pemanfaatan limbah
yang sangat menunjang bagi kesehatan kotoran sapi menjadi pupuk organic
masyarakat. ternyata menghasilkan potensi ekonomi
yang lumayan besar bagi anggota
Aspek Lingkungan kelompok tani ternak sehingga dapat
Limbah kotorona sapi (teletong dan meningkatkan pendapatan ekonomi,
urine) kalau tidak diolah atau di daur sehingga dapat mendorong kesejahertaan
ulang akan berpotensi menganggu dan petani. Selain itu, pemanfaatan limbah
mencemari lingkungan. Menurut kotoran sapi (teletong) menjadi pupuk
Martinez dkk (2009), kotoran ternak dapat organic juga dapat menjaga kesehatan
menghasilkan NH3 yang apabila bersatu lingkungan dan menjaga kesehatan
dengan debu dalam jangka waktu lama masyarakat sekitar peternakan, karena
akan menyebabkan beberapa penyakit limbah kotoron sapi ini dapat
yang terkait dengan paru-paru dan pada menghasilkan NH3 yang apabila bersatu
konsentrasi tinggi akan menurunkan daya dengan debu dalam jangka waktu lama
tahan ternak. akan menyebabkan beberapa penyakit
Oleh karena itu dengan yang terkait dengan paru-paru dan
pemanfaatan limbah kotoran ternak mencemari udara di sekitar masyarakat
(teletong) menjadi pupuk organic padat karena baunya. Sehingga dengan
dan cair tentu akan sangat membantu pemanfaatn limbah tersebut dapat
untuk menjaga kesehatan lingkungan dan membangun hubungan yang simbiosis
keshatan masyarakat sekitar peternakan. muatualisme yang saling memanfaatkan
Sehingga, di satu sisi peternak dapat secara positif.
mengelolah usaha penggemukan sapi
potong dengan pemanfatan limbah DAFTAR PUSTAKA
kotoran secara nyaman dan tenang karena Budiyanto, Krisno. 2011. “Tipologi
tidak menggangu masyarakat, dan di satu Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam
sisi masyarakat (petani) dapat Upaya Mendukung Pertanian
memanfaatkan hasil olahan limbah ternak Organik di Desa Sumbersari
menjadi pupuk organic bagi kebutuhan Kecamatan Poncokusumo
produksi pertaniannya, sehingga terjalin Kabupaten Malang. Jurnal GAMMA
hububungan simbiosi mutualisme antara 7 (1) 42-49
peternak dengan masyarakat sekitar. Martinez dan Jose, Patrick Dabert, Suzelle
Barirngton, dan Colin Burton. 2009.
SIMPULAN “L:ivestock Waste Treatment
Hasil observasi dan wawancara Systems for Enviromental Quality,
dengan anggota Kelompok Tani Ternak Food Safety and
Mandiri Jaya di Desa Moropelang Babat Sutainability.”Jurnal Science Direct
Lamongan, menunjukkan bahwa anggota Bioresource Technology 100 (2009)
Kelompok Tani ternakk telah 5527 – 5536
memanfaatkan kotoran sapi (teletong) Melse, Roland dan Maikel Timmerman.
menjadi pupuk organic padat dan cair 2009. “Sustainable Intensive

34
Sholihul Huda1, Wiwik Wikanta2/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.1, No.1, Februari 2017 Hal 26 – 35

Livestock Production Demands Sarwanto, Doso. 2004. “Model


Manure and Exhaust Air Treatment Pencemaran Limbah Peternakan Sapi
Technologies.” Jurnal Science Direct Perah Rakyat pada Beberapa Kondisi
Bioresource Technology 100 (2009) Fiik Alami dan Sosial Ekonomi
5506 – 5511 (Studi Kasus di Propinsi
Nastiti, Sri. 2008. “Penampilan Budidaya JawaTengah)”. Disertasi Sekolah
Ternak Ruminansia di Pedesaan Pascasarjana Institut Pertanian
Melalui Teknologi Ramah Bogor
Lingkungan.” Seminar Nasional Sudiarto, Bambang. 2008. “Pengelolaan
Teknologi Peternakan dan Veteriner Limbah Peternakan Terpadu dan
2008 Agribisnis yang Berwawasan
Prabowo, Hermas. 2012. “Pasar Organik Lingkungan”. Seminar Nasional
Dunia Tumbuh Pesat.” Teknologi Peternakan dan Veteriner.
http://health.kompas.com/.Diakses Universitas Padjajaran Bandung
pada tanggal 22Agustus 2013 Sulaeman, Ahmad. 2007. ”Prospek Pasar
Prawoto, Agung. 2007. “Produk Pangan dan Kiat Pemasaran Produk Pangan
Organik : Potensi yang Blum Organik”.Simposium Produk
Tergarap Optimal.” http://mbrio- Pertanian Organik di Indonesia dari
food.com/.Diakses pada tanggal 22 Produsen hingga Pemasaran ISSAAS
Agustus 2013 Indonesian Chapter 4 Desember
Rahayu, Sugi, Dyah Purwaningsih dan 2007
Pujianto. 2009. “Pemanfaatan
Kotoran Ternak Sapi Sebagai
Sumber Energi Alternatif
Ramah Lingkungan beserta
Aspek Sosio Kulturalnya”.
Jurnal Inotek Volume 13 No. 2.

35

Anda mungkin juga menyukai