Anda di halaman 1dari 8

“Hmm, desain piranti udah benar, sama pasienku juga dipakai rutin kok, tapi kenapa giginya ga terkoreksi

ya?”

Hayoo, kira-kira kenapa bisa begitu ya Ummabuddies?

Bisa jadi karena cara aktivasi piranti kita salah lho, Ummabuddies!

Pastinya kita udah familiar banget kan sama komponen-komponen aktif pada piranti orthodonti lepasan, tapi apa
Ummabuddies juga udah paham betul cara aktivasinya?

Yuk belajar bareng-bareng yuuk..

PENGERTIAN PIRANTI LEPASAN

(sumber: Zafarman, 2013)

Piranti orthodonti lepasan merupakan piranti orthodonti yang dapat dilepas dan dipasang oleh pasien, yang biasa
digunakan dalam perawatan maloklusi ringan. 3 Piranti lepasan terdiri dari beberapa komponen yaitu aktif, retentive,
penjangkaran dan lempeng akrilik, untuk mempermudah menghafalnya kita dapat mengingat kata kunci “ARAB”.

Active component
Retentive component
Anchorage
Baseplate

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PIRANTI LEPASAN


Walapun piranti orthodonti lepasan memiliki banyak kelebihan, namun tidak semua kasus maloklusi dapat diatasi dengan
piranti lepasan. Berikut ini adalah kekurangan dan kelebihan piranti lepasan orthodonti. 1,3

KELEBIHAN:

1. Memberikan hasil perawatan yang baik pada kasus maloklusi yang membutuhkan pergerakan condong (tipping).
2. Dapat digunakan pada kasus yang membutuhkan mekanika unilateral.
3. Dapat diberi peninggian gigit untuk menghilangkan halangan dan displacement mandibula.
4. Pengurangan tumpeng gigit mudah dilakukan pada masa geligi pergantian.
5. Chair side-time yang lebih singkat, dikarenakan pembuatan piranti dilakukan di laboratorium.
6. Pengontrolan oral hygine lebih mudah, karena piranti dapat dilepas dan dibersihkan oleh pasien.
7. Apabila piranti mengalami kerusakan atau menyebabkan rasa sakit, piranti dapat dilepas oleh pasien untuk
sementara dan segera mengunjungi dokter gigi yang merawat.
8. Relatif lebih murah baik untuk operator maupun untuk pasien.
9. Dapat dilakukan oleh general practitioner untuk mengkoreksi maloklusi ringan.

KEKURANGAN:

1. Tidak bisa mengkoreksi rotasi multiple.


2. Hanya beberapa gigi saja yang dapat digerakkan setiap tahap, sehingga untuk kasus yang kompleks membutuhkan
waktu yang lama.
3. Sisa diastema pada kasus pencabutan sukar atau bahkan tidak mungkin ditutup dari distal.
4. Perawatan yang sering berhasil adalah kasus berdesakan dengan pencabutan premolar.
5. Piranti lepasan rahang bawah tidak begitu dapat diterima oleh pasien oleh karena lidah terdesak.
6. Pegas lingual jarang dapat memuaskan karena tempatnya sangat terbatas.
7. Pasien yang tidak kooperatif sering kali tidak memakai pirantinya sehingga memperlambat perawatan atau bahkn
menyebabkan pergerakan gigi yang tidak terkontrol.
8. Hasil perawatan sangat bergantung dengan kekooperatifan pasien.

KOMPONEN AKTIF
Komponen aktif dalam piranti orthodonti lepasan merupakan komponen yang dapat mengerahkan kekuatan sehingga
menghasilkan pergerakan pada gigi berupa gerakan condong (simple tilting movements/tipping movement) ke arah mesial,
distal, bukal, atau lingual. 2,3

Komponen aktif terdiri dari beberapa jenis, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. PEGAS
Pegas merupakan kompoen aktif yang paling umum digunakan. Desainnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
kondisi klinis tertentu. 1

A. Pegas Kantilever Tunggal (finger spring)

(sumber: Bhalaji, 2016)

 Fungsi: Menggerakkan gigi ke arah mesiodistal dan labial atau searah dengan lengkung gigi.
 Diameter kawat: 0,5 mm atau 0,6 mm
 Dapat ditambahkan dengan koil diameter 3mm yang diletakkan berlawanan dengan arah pergerakan
gigi.
 Aktivasi: dengan menarik lengan pegas ke arah pergerakan gigi atau dengan memencet koil sehingga
pegas bergerak ke arah yang diinginkan, dengan defleksi 1-2 mm. 3 Menurut Schwarz, gaya optimal yang
dapat diberikan sebesar 20-25 g/cm 2 permukaan akar.

B. Kantilever Ganda (Pegas Z)

(sumber: Bhalaji, 2016)

 Fungsi: sama dengan pegas kantilever tunggal


 Perlu diperhatikan:
a. Lengan pegas harus selebar mesiodistal insisiv yng digerakkan agar pegas tidak kaku;
b. Lengan pegas yang kontak dengan gigi terletak di tengah-tengah jarak serviko-insisisal gigi;
c. Pegas harus tegak lurus pada permukaan palatal/lingual gigi yang didorong.
 Aktivasi: dengan memencet koil, mula-mula pada koil yang jauh dari gigi kemudian baru koil yang dekat
dengan gigi. Atau pada lengan pegas mula-mula yang di dekat koil yang jauh dari gigi kemudian baru
ujung lainnya yang mengenai gigi. 3

C. Pegas T

(sumber: Bhalaji, 2016)


 Fungsi: menggerakkan premolar atau caninus ke bukal.
 Aktivasi: menarik pegas menjauhi lempeng akrilik. Pegas dapat diperpanjang dengan cara membuka lup
pegas. 3

D. Pegas Coffin

(sumber: Bhalaji, 2016)

 Fungsi: untuk ekspansi lengkung gigi ke arah transversal, misalnya pada kasus gigitan silang posterior
unilateral dengan displacement mandibula.
 Diameter kawat: 1,25 mm.
 Aktivasi:
a. memberi tanda pada lempeng akrilik (misal dibur) lalu mengukur jarak dua titik tersebut.
b. menggunakan kedua tangan untuk menarik kedua bagian akrilik anterior ke lateral. Arah kedua
bagian lempeng akrilik harus betul-betul dalam satu bidang horizontal, agar piranti tetap stabil.
c. mengukur kembali jarak kedua titik tersebut (harus lebih lebar daripada sebelum diaktivasi) 3

E. Retractor Bukal/Pegas Bukal

(sumber: Bhalaji, 2016)

a. Pegas Bukal tanpa Penyangga


 Fungsi: menggerakkan caninus dari bukal ke distal dan palatal
 Diameter kawat: 0,7 mm dapat ditambahkan koil.
 Perlu diperhatikan:
(a) Pegas dibuat sepanjang mungkin agar mendapatkan kelenturan, tetapi tidak mengenai mukosa;
(b) koil terletak tepat di distal dari sumbu panjang gigi;
(c) kaki pegas turun melalui tengah-tengah mahkota, kemudian melingkarinya, ujungnya kontak
dengan dearah mesial gigi;
(d) kaki distal pegas masuk ke dalam akrilik melalui titik kontak P1 dan P2.
 Aktivasi: Dafleksi 1 mm (dapat diukur dengan alat Correx)
(a) Ke Distal: lengan depan ditarik ke distal, koil ditahan dengan tang pembentuk lup.
(b) Ke Palatal: lengan depan sesudah koil dibengkokkan ke arah palatal. 3
b. Pegas Bukal Berpenyangga
 Fungsi: sama seperti pegas bukal tanpa penyangga
 Diameter kawat: 0,5 mm dan penyangga diameter 0,5 mm.
 Perlu diperhatikan: jangan membengkokkan pegas pada bagian yang baru muncul dari tabung
penyangga karena akan mudah patah.
 Aktivasi: Defleksi 2 mm
(a) Ke Distal: lengan depan ditarik ke distal, koil ditahan dengan tang pembentuk lup.
(b) Ke Palatal: lengan depan sesudah koil dibengkokkan ke arah palatal. 3

c. Pegas Bukal Lup U Terbalik


 Fungsi: digunakan bila sulkus bukal rendah, misal rahang bawah.
 Diameter kawat: 0,7 mm dapat ditambah koil
 Aktivasi: Defleksi 1 mm.
(a) Membengkokkan ujung pegas kemudian memotong ujung pegas sepanjang 1 mm;
(b) Atau dengan membuka koil sebanyak 1 mm. 3

2. SKRUP

(sumber: Bhalaji, 2016)

Skrup kurang fleksibel dibandingkan dengan pegas, karena arah pergerakan gigi ditentukan oleh posisi skrup dalam
piranti. Bentuk skrup juga lebih bulky dan cenderung lebih mahal. Namun skrup dapat berguna ketika ingin
menggerakkan beberapa gigi secara bersamaan (misalnya pada kasus yang membutuhkan perluasan lengkung
rahang) dan pada kasus ketika suatu gigi harus digerakkan namun gigi tersebut juga digunakan sebaai retensi
piranti. Penggunaan skrup pada piranti juga dapat memudahkan pasien yang kesulitan mengunjungi dokter gigi
secara rutin, karena skrup dapat diaktivasi mandiri oleh pasien di rumah. 2
 Fungsi: menggerakkan gigi ke arah labial atau bukal, ekspansi lengkung gigi ke arah transversal atau sagital,
anterior atau posterior tergantung jenis dan penempatan skrup.
 Aktivasi: diputar sesuai arah putaran satu minggu ¼ putaran (menghasilkan 0,2 mm) 3

3. BUSUR LABIAL
Busur labial merupakan komponen aktif yang banyak digunakan untuk retraksi gigi insisivus. Busur labial juga dapat
berfungsi sebagai retensi dari piranti. 1,2
A. Busur Labial Pendek dan Panjang

(sumber: Bhalaji, 2016)

 Fungsi: mengurangi jarak gigit (minor), menarik insisif ke lingual/palatal, dapat digunakan bersama pegas
palatal untuk retraksi kaninus
 Diameter Kawat: 0.7 mm
 Aktivasi: Defleksi 1 mm
(a) Tekuk kaki depan lup atau sempitkan lup dengan tang sebesar 1 mm, lalu kaki horizontal akan bergerak
ke arah palatal dan insisal.
(b) Kaki busur perlu dibetulkan dengan menahan lup dan menempatkan kaki horizontal busur di tengah
gigi. 3

B. Busur Labial Lup U Terbalik

(sumber: Bhalaji, 2016)

(sumber: Pawinru, 2021)


 Fungsi: retraksi kaninus
 Aktivasi: Dafleksi 1 mm
(a) Pertama membuka lup vertikal dengan cara menekan ujung lup dengan tang sehingga bususr di daerah
insisiv bergerak ke insisal;
(b) Kemudian bususr harus dibengkokkan pada dasar lup agar tinggi busur kembali seperti semula. 3

C. Split Labial Bow

(sumber: Bhalaji, 2016)

 Fungsi: retraksi gigi anterior, modifikasi busur ini bisa untuk menutup midline diastema
 Aktivasi: menyempitkan lup U 1-2 mm2

D. Retraktor Robert

(sumber: Bhalaji, 2016)

 Fungsi: mengurangi jarak gigit yang besar (> 4 mm).


 Diameter kawat: 0,5 mm
 Aktivasi: Defleksi 3 mm
Busur diaktivasi pada lengan pegas vertikal di bawah koil. 3

E. Busur Mills

(sumber: Bhalaji, 2016)

 Fungsi: mengurangi jarak gigit yang besar (dapat menggantikan rektraktor robert).
 Diameter kawat: 0,7 mm
 Aktivasi:
(a) menentukan titik pada lempeng akrilik kemudian diukur jarak dari busur ke titik tersebut sewaktu piranti
masih di dalam mulut;
(b) Piranti dilepas dan dilakukan aktivasi dengan menyempitkan lup, kemudian diukur jarak busur ke titik
referensi. Jaraknya harus lebih pendek daripada sebelum diaktivasi. 3

4. ELASTIK

(sumber: Bhalaji, 2016)

Elastik jarang digunakan bersamaan dengan piranti lepasan, dan lebih banyak digunakan bersamaan dengan piranti
ortho cekat. Kadang-kadang elastik digunakan untuk retraksi insisivus atas maupun bawah bersamaan dengan
penggunaan busur labial. Namun penggunaan elastik memiliki risiko tergelincir pada gingiva dan membuat lengkung
rahang menjadi flat. 2

Nah, sekarang udah Ummabuddies udah paham banget kan cara aktivasi dari komponen aktif piranti lepasan?
Ga ada lagi deh, kebingungan soal pasien orthodonti.
Goodluck Ummabuddies!

REFERENSI:
(1) Alam, Muhammad. A to Z Orthodontic. Volume 10: Removable Orthodontic Appliance. Malaysia; PPSP Publication,
2014. 3-18 p.
(2) Beycan, Kadir; Nevzatoglu, Sirin. Treatment of Simple Anterior Crossbite with a Removal Appliance in the
Permanent Dentition : A Case Report. Journal od Marmara University Institure of Health Science; 2016 . 6(2): 98-100
p.
(3) Bhalaji SI. Orthodontics: The art and science 3rd ed. New Delhi: Arya (MEDI) Publishing House; 2016. 373-384 p.
(4) Pawinru, A. S. Biomechanics of tooth movement. Makassar Dental Journal; 2021. 10(1), 82-87
(5) Rahardjo, Pambudi. Peranti Ortodonti Lepasan. Surabaya: Airlangga University Press; 2009. 1-30 p.

Anda mungkin juga menyukai