ya?”
Bisa jadi karena cara aktivasi piranti kita salah lho, Ummabuddies!
Pastinya kita udah familiar banget kan sama komponen-komponen aktif pada piranti orthodonti lepasan, tapi apa
Ummabuddies juga udah paham betul cara aktivasinya?
Piranti orthodonti lepasan merupakan piranti orthodonti yang dapat dilepas dan dipasang oleh pasien, yang biasa
digunakan dalam perawatan maloklusi ringan. 3 Piranti lepasan terdiri dari beberapa komponen yaitu aktif, retentive,
penjangkaran dan lempeng akrilik, untuk mempermudah menghafalnya kita dapat mengingat kata kunci “ARAB”.
Active component
Retentive component
Anchorage
Baseplate
KELEBIHAN:
1. Memberikan hasil perawatan yang baik pada kasus maloklusi yang membutuhkan pergerakan condong (tipping).
2. Dapat digunakan pada kasus yang membutuhkan mekanika unilateral.
3. Dapat diberi peninggian gigit untuk menghilangkan halangan dan displacement mandibula.
4. Pengurangan tumpeng gigit mudah dilakukan pada masa geligi pergantian.
5. Chair side-time yang lebih singkat, dikarenakan pembuatan piranti dilakukan di laboratorium.
6. Pengontrolan oral hygine lebih mudah, karena piranti dapat dilepas dan dibersihkan oleh pasien.
7. Apabila piranti mengalami kerusakan atau menyebabkan rasa sakit, piranti dapat dilepas oleh pasien untuk
sementara dan segera mengunjungi dokter gigi yang merawat.
8. Relatif lebih murah baik untuk operator maupun untuk pasien.
9. Dapat dilakukan oleh general practitioner untuk mengkoreksi maloklusi ringan.
KEKURANGAN:
KOMPONEN AKTIF
Komponen aktif dalam piranti orthodonti lepasan merupakan komponen yang dapat mengerahkan kekuatan sehingga
menghasilkan pergerakan pada gigi berupa gerakan condong (simple tilting movements/tipping movement) ke arah mesial,
distal, bukal, atau lingual. 2,3
Komponen aktif terdiri dari beberapa jenis, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. PEGAS
Pegas merupakan kompoen aktif yang paling umum digunakan. Desainnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
kondisi klinis tertentu. 1
Fungsi: Menggerakkan gigi ke arah mesiodistal dan labial atau searah dengan lengkung gigi.
Diameter kawat: 0,5 mm atau 0,6 mm
Dapat ditambahkan dengan koil diameter 3mm yang diletakkan berlawanan dengan arah pergerakan
gigi.
Aktivasi: dengan menarik lengan pegas ke arah pergerakan gigi atau dengan memencet koil sehingga
pegas bergerak ke arah yang diinginkan, dengan defleksi 1-2 mm. 3 Menurut Schwarz, gaya optimal yang
dapat diberikan sebesar 20-25 g/cm 2 permukaan akar.
C. Pegas T
D. Pegas Coffin
Fungsi: untuk ekspansi lengkung gigi ke arah transversal, misalnya pada kasus gigitan silang posterior
unilateral dengan displacement mandibula.
Diameter kawat: 1,25 mm.
Aktivasi:
a. memberi tanda pada lempeng akrilik (misal dibur) lalu mengukur jarak dua titik tersebut.
b. menggunakan kedua tangan untuk menarik kedua bagian akrilik anterior ke lateral. Arah kedua
bagian lempeng akrilik harus betul-betul dalam satu bidang horizontal, agar piranti tetap stabil.
c. mengukur kembali jarak kedua titik tersebut (harus lebih lebar daripada sebelum diaktivasi) 3
2. SKRUP
Skrup kurang fleksibel dibandingkan dengan pegas, karena arah pergerakan gigi ditentukan oleh posisi skrup dalam
piranti. Bentuk skrup juga lebih bulky dan cenderung lebih mahal. Namun skrup dapat berguna ketika ingin
menggerakkan beberapa gigi secara bersamaan (misalnya pada kasus yang membutuhkan perluasan lengkung
rahang) dan pada kasus ketika suatu gigi harus digerakkan namun gigi tersebut juga digunakan sebaai retensi
piranti. Penggunaan skrup pada piranti juga dapat memudahkan pasien yang kesulitan mengunjungi dokter gigi
secara rutin, karena skrup dapat diaktivasi mandiri oleh pasien di rumah. 2
Fungsi: menggerakkan gigi ke arah labial atau bukal, ekspansi lengkung gigi ke arah transversal atau sagital,
anterior atau posterior tergantung jenis dan penempatan skrup.
Aktivasi: diputar sesuai arah putaran satu minggu ¼ putaran (menghasilkan 0,2 mm) 3
3. BUSUR LABIAL
Busur labial merupakan komponen aktif yang banyak digunakan untuk retraksi gigi insisivus. Busur labial juga dapat
berfungsi sebagai retensi dari piranti. 1,2
A. Busur Labial Pendek dan Panjang
Fungsi: mengurangi jarak gigit (minor), menarik insisif ke lingual/palatal, dapat digunakan bersama pegas
palatal untuk retraksi kaninus
Diameter Kawat: 0.7 mm
Aktivasi: Defleksi 1 mm
(a) Tekuk kaki depan lup atau sempitkan lup dengan tang sebesar 1 mm, lalu kaki horizontal akan bergerak
ke arah palatal dan insisal.
(b) Kaki busur perlu dibetulkan dengan menahan lup dan menempatkan kaki horizontal busur di tengah
gigi. 3
Fungsi: retraksi gigi anterior, modifikasi busur ini bisa untuk menutup midline diastema
Aktivasi: menyempitkan lup U 1-2 mm2
D. Retraktor Robert
E. Busur Mills
Fungsi: mengurangi jarak gigit yang besar (dapat menggantikan rektraktor robert).
Diameter kawat: 0,7 mm
Aktivasi:
(a) menentukan titik pada lempeng akrilik kemudian diukur jarak dari busur ke titik tersebut sewaktu piranti
masih di dalam mulut;
(b) Piranti dilepas dan dilakukan aktivasi dengan menyempitkan lup, kemudian diukur jarak busur ke titik
referensi. Jaraknya harus lebih pendek daripada sebelum diaktivasi. 3
4. ELASTIK
Elastik jarang digunakan bersamaan dengan piranti lepasan, dan lebih banyak digunakan bersamaan dengan piranti
ortho cekat. Kadang-kadang elastik digunakan untuk retraksi insisivus atas maupun bawah bersamaan dengan
penggunaan busur labial. Namun penggunaan elastik memiliki risiko tergelincir pada gingiva dan membuat lengkung
rahang menjadi flat. 2
Nah, sekarang udah Ummabuddies udah paham banget kan cara aktivasi dari komponen aktif piranti lepasan?
Ga ada lagi deh, kebingungan soal pasien orthodonti.
Goodluck Ummabuddies!
REFERENSI:
(1) Alam, Muhammad. A to Z Orthodontic. Volume 10: Removable Orthodontic Appliance. Malaysia; PPSP Publication,
2014. 3-18 p.
(2) Beycan, Kadir; Nevzatoglu, Sirin. Treatment of Simple Anterior Crossbite with a Removal Appliance in the
Permanent Dentition : A Case Report. Journal od Marmara University Institure of Health Science; 2016 . 6(2): 98-100
p.
(3) Bhalaji SI. Orthodontics: The art and science 3rd ed. New Delhi: Arya (MEDI) Publishing House; 2016. 373-384 p.
(4) Pawinru, A. S. Biomechanics of tooth movement. Makassar Dental Journal; 2021. 10(1), 82-87
(5) Rahardjo, Pambudi. Peranti Ortodonti Lepasan. Surabaya: Airlangga University Press; 2009. 1-30 p.