Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENJANGKARAN GIGI

1. Pengertian penjangkaran pada alat lepasan


Pergerakan sebuah gigi maupun sekelompok gigi secara ortodorti terjadi akibat
penerapan gaya yang disalurkan oleh komponen aktif, seperti pegas, busur kawat,
elastik, atau sekrup ekspansi. Ketika gigi-gigi digerakkan maka gaya reaksi akan
disalurkan melalui alat sehingga cenderung menghasilkan pergerakan gigi-gigi lain ke
arah yang berlawanan (Gambar 1). Keadaan ini sesuai dengan Hukum Newton ke-3
yang mengatakan bahwa setiap aksi menghasilkan reaksi yang besarnya sama dan
berlawanan arah. Masalahnya adalah bagaimana menghindari efek merugikan dari
gaya-gaya yang berlawanan tersebut, karena tujuan yang diharapkan dari suatu
perawatan adalah menggerakkan gigi yang dikehendaki sementara struktur lain tidak
bergerak.
Kemampuan bertahan terhadap gaya yang dihasilkan oleh komponm aktif
disebut penjangkaran. Pengontrolan penjangkaran ditujukan untuk sebanyak mungkin
menghasilkan pergerakan gigi yang diinginkan sementara gerakan gigi yang tidak
diharapkan dapat ditahan atau diupayakan sekecil mungkin. Penjangkaran dapat
diperoleh secara intra oral maupun ekstra oral, namun penjangkaran intra oral lebih
umum digunakan pada alat lepasan.

Gambar 1. Penjangkaran berhubungan dengan jumlah gigi yang digerakkan. A)


Menggerakkan sebuah gigi menghasilkan penjangkaran yang memuaskan. B) Jika 13
dan 23 diretraksi mengakibatkan gigi penjangkar bergerak ke depan. C) Jika
14,13,23,24 diretraksi bersama-sama, jumlah gigi yang digerakkan lebih besar
dibandingkan gigi penjangkarnya, maka penjangkaran tidak akan kuat, kemungkinan
terjadi anchorage loss.
2. Penjangkaran intra oral
Penjangkaran intra oral ada dua macarp yaitu penjangkaran intramaksler dan
intermaksiler. Penjangkaran irtramaksiler diperoleh dari leigkung rahang yang sama.
Penjangkaran jenis ini adalah yang sering dipilih dalam pemdcaian alat lepasan aktif
Penjangkaran intermaksiler menggunakan lengkung rahang lawan untuk memperoleh
penjangkaran. Penjangkaran jenis ini biasa digunakan pada perawatan menggunakan
alat fungsional dan alat cekat, tetapi sulit untuk diterapkan pada pemakaian alat
lepasan untuk pergerakkan aktif gigi karena cenderung akan melepaskan alat.
Penjangkaran intramaksiler dapat diperoleh dari gigi-gigi yang dijadikan
sandaran cangkolan atau gigi-gigi yang tertahan pada tempatnya oleh busur labial,
pelat landasan yang beradaptasi baik dengan palatum dan dengan permukaan gigi
yang tidak digerakkan, serta interdigitasi antara gigi-gigi rahang atas dengan rahang
bawah.
Penjangkaran intermaksiler dapat diperoleh pada penggunaan alat lepasan yang
dikombinasikan dengan alat cekat pada salah satu rahangnya. Salah satu contoh kasus
adalah pada maloklusi kelas II dengan susunan gigi rahang bawah yang baik. Pada
rahang bawah digunakan alat lepasan dengan ditambahkan hook pada cangkolan di
gigi molarrya untuk mengaitkan elastik intermaksiler sehingga menghasilkan tarikan
bagi segmen anterior dari alat cekat yang dipasang pada rahang atas (Gambar 2). Pada
kasus maloklusi kelas III, alat lepasan pada rahang atas bisa digunakan untuk
menghasilkan traksi kelas III, dan bisa juga digunakan alat ekspansi untuk proklinasi
segmen insisif.
Gambar 2. Penjangkaran intermaksiler. Elastik digunakan alat cekat atas, dan alat
lepasan bawah sebagai penjangkar. Retensi cangkolan alat lepasan harus baik dan
cangkolan Adam dimodifikasi dengan hook untuk sangkutan elastik.

3. Penjangkaran ekstra oral


Penjangkaran ekstra oral dapat digunakan untuk memperkuat penjangkaran
intra oral, namun bisa juga sebagai sumber utama penjangkaran, misalnya untuk
retraksi segmen bukal. Gaya ekstra oral bergantung pada elastisitas dari elastik
penghubung yang terdapat pada headgear. Penjangkaran ekstra oral dapat diperoleh
dengan menggunakan headgear, bisa berupa headcap atau high pull headgear.
Penghubung antara headgear dengan alat lepasan adalah facebow atau ‘J’ hooks.

3.1 Pemakaian headgear


Headgear yang digunakan adalah jenis headcap atau high pull headgear.
Pada saat memasang headcap, tinggi kaitan elastik bisa diatur sehingga
menghasilkan arah gaya yang diinginkan. Arah tarikan harus horizontal
(penjangkaran occipital) atau bisa juga dibuat sedikit lebih tinggi untuk
menambah retensi. Komponen gaya ke arah bawah harus dihindari karena
menyebabkan alat lepasan cenderung lepas.
Penghubung antara headgear dengan alat lepasan dapat menggunakan
face bow atau ‘J’ hook dengan alat traksi ekstra ord. Facebow dipasang ke dalam
tube yang disolder pada bagian atas jembatan cangkolan di gigi premolar atau
molar. Walaupun facebow dijual di pasaran dengan ukuran yang bervariasi, pada
saat pemasangan tetap harus disesuaikan lagi sehingga mudah dimasukkan ke
dalam tube. Bisa juga digunakan band untuk memasang tube facebow sekaligus
cangkolan dari alat lepasan, namun cangkolan yang digunakan bukan Adam
tetapi cangkolan flyover. Inner bow harus sesuai dengan bentuk dan panjang
lengkung gigi. Inner bow diletakkan beberapa milimeter dari gigi insisif dan
setinggi garis bibir aktif. Selama perawatan, loop ‘U’ mungkin perlu disesuaikan
lagi untuk mengatur panjang inner bow. Outer bow terletak sedekat mungkin
dengan bibir dan pipi namun tidak bersentuhan, letak hook untuk sangkutan
elastik adalah setinggi permukaan mesial molar pertama, sekitar 4 cm di depan
hook dari headcap. Apabila headgear dipakai bersama-sama dengan alat cekat,
tinggi dan panjang outer bow menentukan vektor gaya yang diaplikasikan pada
gigi-gigi dan mempengaruhi gerakan yang dihasilkan, namun pemasangan pada
alat lepasan semata-mata agar arah tarikan tidak mengakibatkan alat mudah lepas
(Gambar 3).

A. B.
Gambar 3. Penjangkaran ekstra oral. A) Pada pemakaian headgear,
tinggi elastik bisa diatur. B) Facebow menghubungkan headcap dengan alat
lepasan di dalam mulut.

‘J’ hook merupakan alternatif penghubung antara alat traksi ekstra oral
dengan alat lepasan. Alat ini disolder pada cangkolan yang terletak pada gigi
insisif atau kaninus atas. Pada perawatan menggunakan alat cekat, ‘J’ hook
digunakan untuk intrusi segmen labial atas, namun pada perawatan dengan alat
lepasan hasilnya belum diketahui (Gambar 4).
Gambar 4. Penjangkaran ekstra oral menggunakan ‘J’ hook dan alat traksi ekstra oral. A) ‘J’ hook
dipatri pada cangkolan anterior. B) Alat lepasan pada rahang atas digabungkan dengan alat traksi
ekstra oral untuk retraksi segmen bukal. 1

Target waktu pemakaian headgear sebaiknya dicapai secara bertahap.


Selama dua minggu pertama, biasanya pasien diminta untuk memakai headgear
di sore hari. Apabila pasien dapat melaluinya dengan baik, maka dianjurkan
untuk menambah waktu pemakaian, yaitu pada saat tidur. Headgear harus
diperiksa pada setiap kunjungan dan pasien harus ditanya apakah selama tidur
alatnya pernah lepas. Penyebab lepasnya alat harus segera dicari dan diatasi, jika
tidak maka pasien tidak akan mau menakai alatnya pada saat tidur. Keterangan
mengenai penyesuaian dan pemeriksaan headgear pada setiap kunjungan harus
dicatat dalam rekaman medik pasien.
4. Anchorage loss
Pada saat menggerakkan gigi secara ortodonti, walaupun penjangkaran telah
diperkuat, kadang-kadang pergeseran gigi lain yang tidak diharapkan tidak dapat
dihindari, inilah yang disebut dengan anchorage loss. Namun pada beberapa kasus
pencabutan untuk retraksi gigi anterior, ada sisa ruangan di belakang gigi kaninus
yang justru diharapkan akan tertutup oleh pergeseran segmen bukal ke anterior. Pada
kasus dengan nilai penjangkaran minimum seperti ini, maka alat lepasan harus dapat
menfasilitasi penutupan ruangan tersebut.

5. Cara mendeteksi terjadinya anchorage loss


Pada setiap kunjungan pergerakan gigi harus dievaluasi dengan cara diukur
menggunakan jangka dan penggaris, lalu dibandingkan dengan keadaan awal pada
model studi apakah perawatan berjalan sesuai rencana atau terjadi penyimpangan
yang harus segera diatasi. Pengukuran bisa dilakukan untuk setiap pergerakan gigi,
misalnya pada kasus retraksi kaninus, pengukuran dilakukan dari garit bukal molar
pertama hingga ujung kaninus; kasus pergerakan molar ke distal bisa diukur dari garit
bukal molar tersebut dengan sudut mesial insisif pertama; selama ekspansi lengkung
gigi ke lateral, bisa digunakan gigi-gigi yang sama yang letaknya berseberangan
sebagai titik acuan; retraksi segmen anterior, mengukur pengurangan overjet bisa
secara langsung menggumkan penggaris berskala milimmeter dengan angka nol di
bagian tepi ujungnya.
Operator harus menjadikan pengukuran ini sebagai suatu kebiasaan dan
menggunakan titik acuan yang sama pada setiap kunjungan. Harus diperhatikan
bahwa pengukuran terhadap gigi dengan titik acuan gigi lain pada rahang yang sama,
hasilnya bisa salah, karena seluruh gigi yang berkontak dengan pelat landasan bisa
bergerak bersama-sama dengan jarak yang sama tanpa mengubah hubungan
interdentalnya, namun hubungan dengan gigi lawannya bisa berubah. Pada keadaan
seperti ini, lebih baik menggunakan gigi-gigi pada rahang lawannya sebagai titik
acuan, namun gigi-gigi tersebut juga bisa bergerak jika sudah ada gigi yang dicabut.
Gigi yang paling baik untuk dijadikan acuan adalah gigi bawah segmen labial karena
posisinya pada rahang bawah relatif stabil, tetapi apabila premolar rahang bawah
sudah diekstraksi, maka keadaan berjejal pada gigi segmen labial akan mengalami
perbaikan spontan, gigi insisif mungkin akan bergerak sedikit ke belakang sehingga
pada pengukuran selanjutnya overjet akan bertambah. Bila gigi rahang atas secara
keseluruhan tidak berubah dan tetap berkontak dengan pelat landasan, namun secara
keseluruhan relatif lebih maju dibandingkan titik acuan pada gigi rahang bawah,
misalnya overjet bertambah dan hubungan molar menjadi kelas II, menunjukkan
adanya kecenderungan anchorage loss, namun apabila telah dilakukan pencabutan
pada rahang bawah, maka penilaian menjadi sulit Pengukuran harus selalu dilakukan
dalam posisi mandibula paling belakang, hal ini harus sangat diperhatikan terutama
pada pasien yang memiliki kecenderungan untuk memajukan mandibula sebagai
upaya untuk memperoleh oklusi yang nyaman. Tanda-tanda yang pasti telah terjadi
anchorage loss pada rahang atas adalah ditemukannya kecenderungan buccal
crossbite. Jika molar atas maju ke depan semertara jarak transpalatal ditahan oleh
pelat landasan, maka gigi rahang atas akan berkontak deigan gigi rahang bawah pada
lebar lengkung yang lebih sempit.
Apabila menggunakan headgear, maka lama pemakaian sebaiknya dicatat.
Pasien perlu dimotivasi untuk terus meningkatkan waktu pemakain hingga target
waktu pemakaian tercapai. Apabila pasien tidak kooperatif maka baik pasien maupun
orang tuanya harus terus dimotivasi, namun apabila tidak berhasil juga maka kita
dapat mengatakan kepada pasien bahwa hasil perawatan tidak akan memuaskan dan
waktu perawatan menjadi panjang.
6. Apa yang harus dilakukan jika terjadi anchorage loss ?
Jika terjadi anchorage loss, maka harus segera dicari penyebabnya dan
ditindaklanjuti agar keadaan tidak semakin parah. Besar gaya yang digunakan untuk
aktivasi harus diperiksa. Menurut Proffit, besar gaya yang dibutuhkan untuk gerakan
tipping antara 30 gram hingga 60 gram, bergantung pada luas permukaan akar gigi.
Menurut Isaacson, gerakan tipping sebuah gigi berakar tunggal dibutuhkan gaya
sebesar 30 gram hingga 40 gram. Untuk praktisnya, biasanya aktivasi dilakukan
sebesar kira-kira sepertiga lebar mesio-distal gigi atau 3 mm hingga 4 mm. Namun
diameter dan panjang kawat yang digunakan untuk membuat pegas harus
diperhitungkan karena menentukan besar gaya yang dihasilkan. Pegas yang terbuat
dari kawat berdiameter besar dan pendek akan menghaslkan gaya yang besar,
misalnya retraktor kaninus dari kawat berdiameter 0,7 mm, jika menginginkan gaya di
bawah 40 gram maka aktivasinya tidak boleh lebih dari sepertiga lebar kaninus.
Dengan aktivasi yang sama, jika kawat yang digunakan berdiameter lebih kecil, maka
gaya yang dihasilkan lebih ringan. Namun besar gaya akan lebih baik jika diukur
menggunakan alat ukur yang valid, yaitu tension gauge atau correx spring gauge.
Jika jumlah gigi yang digerakkan pada saat yang bersamaan terlalu banyak
maka harus ditinjau kembali apakah nilai penjangkar seluruh gigi tersebut sudah
sesuai dengan nilai penjangkaran dari komponen penjangkar: Jika tidak, maka
penarikan ggi sebaiknya dilakukan satu per satu.
Ruangan sisa pencabutan yang masih tersedia harus diperhitungkan. Apabila
masih mencukupi untuk memperbaiki keadaan berjejal atau overjet, maka kehilangan
sedikit penjangkaran masih bisa diterima. Namun bila ruangan yang tersedia hanya
tersisa sedikit maka harus diupayakan penguatan penjangkaran. Jika penjangkaran
intra oral tidak mungkin untuk ditambah, maka cara yang paling efektif adalah dengan
menambah penjangkaran ekstra oral, biasanya menggunakan headgear.
BAB II
JENIS PIRANTI LEPASAN

1. KOMPONEN ALAT LEPASAN

1.1 Klamer/Clasp dan Modifikasinya

Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen


retentif dari alat ortodontik lepasan .Bagian retensi dari Alat Lepasan umumnya
berupa cangkolan/'klamer/clasp dan kait /hook, berfungsi untuk :

a. Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.


b. Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.
c. Membantu fungsi gigi penjangkar/'anchorage, menghasilkan kekuatan
pertahanan yang berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian
aktif untuk menggerakkan gigi
d. Klamer dapat diberi tambahan hook untuk tempat cantolan elastik. Klamer
dipasang pada gigi dapat memberikan tahanan yang cukup terhadap kekuatan
yang dikenakan terhadap gigi yang digerakkan. Dapat menahan gaya vertikal
yang dapat mengangkat plat lepas dari rahang dan menggangu stabilitas alat .

Pemilihan jenis , jumlah dan letak penempatan klamer pada gigi anchorage
tergantung kepada: jumlah spring yang dipasang, letak spring, serta bentuk dan
jumlah gigi penjangkarnya.

Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai


komponen retentif pada alat ortodontik lepasan adalah :

1. Klamer C / Simple/Buccal Clasp.


2. Klamer Adams / Adams Clacp.
3. Klamer kepala panah / Arrow Head Clasp
4. Bentuk modifikasi (Kawat tunggal, Ring, Triangulair, Arrowhea, Pinball)

a. Klamer C (Simple/Bukal Clasp)


Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri tetapi bisa juga
pada gigi yang lain. Pembuatannya mudah, tidak memerlukan tang khusus,
tidak memerlukan banyak materi kawat, tidak melukai mukosa , retensinya
cukup, tetapi tidak efektif jika dikenakan pada gigi desidui atau gigi permanen
yang baru erupsi.
Ukuran diameter kawat yang dipakai : untuk gigi molar 0,8 - 0,9 mm,
sedangkan untuk gigi premolar dan gigi anterior 0,7 mm.

b. Klamer Adams (Adams Clasp)


Klamer Adams merupakan alat retensi plat aktif yang paling umum
digunakan. Biasanya dikenakan pada gigi molar kanan dan kiri serta pada
gigi premolar atau gigi anterior. Diameter kawat yang digunakan : 0,7 mm
untuk gigi molar dan premolar serta 0,6 mm untuk gigi anterior.
Bentuk-bentuk modifikasi klamer Adams :
a) Klamer Adams dengan satu loop (single spur): Biasanya dipasang
pada gigi molar paling distal, dimana daerah dibagian distal belum jelas. U
loop hanya dibuat pada sisi mesial saja.
b) Klamer Adams dengan tambahan tube yang di patrikan pada cross bar.
Tube berfungsi sebagai tempat perlekatan busur labial atau tempat mengaitkan
elastik.
c) Klamer Adams dilengkapi dengan coil (circular traction hook) pada
pertengahan crossbar, yang juga berfungsi untuk tempat mengaitkan elastik.

Gambar 5 : Bentuk modifikasi klamer Adam


d) Klamer Adams dengan 3 loop (triple spur). Cross bar dengan
satu U loop tambahan di patrikan pada pertengahan cross bar klamer
Adams lainnya. Klamer jenis ini dikenakan pada dua gigi secara
bersama-sama dengan tujuan untuk mempertinggi retensi.
e) Klamer Adams pada gigi anterior (double anterior spur),
memeluk dua gigi anterior secara bersama-sama.
f) Klamer Adams yang dilengkapi dengan kait (standard traction
hook), berfungsi untuk tempat mengaitkan elastik.
c. klamer Kepala Panah (Arrow Head Clasp)

Klamer ini mempunyai bagain yang berbentuk seperti ujung/kepala anak


panah, masuk daerah interdental membentuk sudut 90° terhadap posisi
lengannya.

Gambar 6 : Klamer kepala panah

Lengan tidak boleh menempel pada mukosa tetapi berjarak 1 mm di


sebelah bukalnya, lengan juga tidak boleh terlalu panjang sampai melebihi
posisi vornic supaya tidak melukai sulcus buccalis.

Klamer ini dapat dipakai untuk memegang lebih dari satu gigi, biasanya
dipakai sebagi bagian retentif plat ekspansi. Diameter kawat yang di pakai :
0,7 mm

d. Klamer Modifikasi

Modifikasi klamer berupa tekukan kawat yang ujungnya men cengkram


permukaan interdental dua buah gigi bersebelahan

Bagian-bagiannya terdiri dari :

 Basis yaitu bagian kawat yang tertanam dalam plat akrik, ujungnya
diberiri tekukan agar tidak mudah lepas dari dasar
 Pundak bagian dari kawat yang melewati daeran interdental dipermukaan
oklusal dua gigi bersebelahan
 Ujung (End) bagian yang mencengkram daerah inter dental gigi
menghasilkan kemampuan retentif untuk alat lepasan

Modifikasi klamer jenis ini baisanya dipasang di daerah interdental


pada gigi posterior, pemasangannya bisa dikombinasikan dengan
klamer C Dibuat dari kawat berdiameter 0,7 mm
Macam – macam bentuk ujung modifikasi klamer :
 Kawat tunggal ujung kawat ditekuk dan di
tumpulkan
 Ring berbentuk lingkaran kecil
 Segitiga /Trianguler
 Kepala panah /Arrowhead
 Bundar / Pin ball (buatan pabrik)

Gambar 8 : Modifikasi bentuk klamer

1.2 Pir-Pir Pembantu/ Auxilliary Springs


Pir-pir pembantu (auxilliary springs) adalah pir-pir ortodontik yang
digunakan untuk menggerakkan gigi-gigi yang akan dikoreksi baik secara
individual atau beberapa gigi secara bersama-sama.

Macam-macam spring :

1. Pir Jari / Finger spring

2. Pir Simpel / Simple spring


3. Pir Lup / Loop spring / Buccal retractor spring

4. Pir Kontinyu / Continous spring

(a) Pir Jari / Finger spring

Pir jari merupakan bagian retentif dari alat ortodontik lepasan yang
menyerupai jari-jari sebuah lingkaran memanjang dari pusat lingkaran ke
sisi lingkaran (lengkung gigi),
Gambar 9 : Posisi Pir Jari dibawah busur lingual

Gambar 10 : Lintasan pergerakan gigi


(b) Pir Simpel / Simple spring
Berfungsi untuk menggerakkan gigi individual ke arah labial atau
bukal. Dibuat dengan mematrikan kawat pada satu titik pada mainwire,
membentuk sudut 45° terhadap garis singgung lingkaran mainwire
kemudian dibengkokkan sejajar mainwire mendekati dan menempel pada
gigi yang akan digerakkan dari arah palatinal/lingual.
Gambar 12 : Pir simpel dengan modifikasi koil

(c) Pir Lup / Loop spring / Buccal retractor spring


Pir ini dipakai untuk meretraksi gigi kaninus atau premolar ke distal.
Pemasangannya dapat dipatrikan pada busur labial atau ditanam dalam
plat akrilik. Dibuat dari kawat berdiameter 0,6 - 0,7 mm

Gambar 13 : Pir lup bukal / Buccal retractor spring

Gambar 14 : Beberapa bentuk modifikasi pir retraktor bukal


(d) Kontinyu / Continous spring
Pir ini berfungsi untuk mendorong dua gigi atau lebih secara bersama-
sama kearah labial/bukal misalnya gigi-gigi insisivus, kaninius atau
premolar. Pemasangan bisa dengan dipatrikan pada mainwire atau
basisnya di tanam dalam plat akrilik. Basis yang dipatrikan pada mainwire
membentuk sudut 45° kemudian dibelokkan sejajar dengan main wire,
pada satu sisi dari gigi-gigi yang akan digerakkan membelok kemudian
menempel pada permukaan palatinal/lingual membentuk busur pendorong
untuk kemudian membelok kembali ke arah berlawanan membentuk basis
dengan pematrian pada sisi sebelahnya

Gambar 15 : Pir kontinyu yang dipatrikan pada main wire

Gambar 16 : Posisi pir kontinyu pada palatinal gigi anterior


1.3 Busur Labial/Labial Arch/Labial Bow
• Fungsi Busur labial :
a. Untuk meretraksi gigi-gigi depan ke arah lingual/palatianal.
b. Untuk mempertahankan lengkung gigi dari arah labial.
c. Untuk mempertinggi retensi dan stabilitas alat.
d. Untuk tempat pematrian pir-pir (auxilliary springs)

• Bagian-bagiannya :

a. Basis : merupakan bagian yang tertanam dalam plat akrilik.


b. Pundak :Merupakan kawat lanjutan dari basis keluar dari plat akrilik di ujung
Verkeilung melewati daerah interdental gigi.
c. Lup : berbentuk huruf “U” sehingga disebut U loop

Gambar 17 : Busur labial a. Lengkung labial, b. U lup c. Klamer Adam

2.3 Busur Lingual (Lingual Arch/Mainwire)


Merupakan lengkung kawat dibagian palatinal / lingual gigi anterior berfungsi
untuk :
1. Mempertahankan lengkung gigi bagian palatinal / lingual.
2. Tempat pematrian auxilliary springs auxilliary
3. Untuk mempertahankan kedudukan auxilliary springs
4. Meningkatkan stabilitas alat di dalam mulut
Gambar 23 : Busur lingual/ Mainwire
- Busur lingual dibuat dari kawat berdiameter 0,9 - 1,0 mm.
- Menggunakan ukuran kawat yang besar karena tidak diperlulan sifat elasitisitasnya
dan diharapkan dapat kokoh mendukung auxilliary springs yang akan dipatrikan pada
busur labial tersebut.
- Busur lingual/mainwire berbentuk lengkung kawat yang berjalan menelusuri daerah
servikal gigi-gigi dari sisi kanan ke sisi kiri dibagian palatianal/lingual menempel pada
cingulum gigi-gigi yang posisinya normal dan palato/linguoversi, sedangkan posisinya
berjarak tertentu pada gigi-gigi yang labio/bukoversi sehingga tidak menghambat
pergerakan gigi tersebut pada saat diretraksi ke palatinal/lingual.
- Spring-spring dipasang di bawah busur lingual di atas jaringan mukosa.

Anda mungkin juga menyukai