2019
0
Manajemen Penjangkaran dalam Perawatan Ortodonti Menggunakan Alat Lepasan
Abstrak
pada kemampuan dokter gigi dan sikap kooperatif pasien, oleh karena itu manajemennya harus
dilakukan sebaik mungkin. Karena kemampuannya yang terbatas, maka alat lepasan
diindikasikan hanya untuk merawat maloklusi tertentu. Salah satu penyebab kegagalan
perawatan ortodonti menggunakan alat lepasan yang sering terjadi adalah anchorage loss.
Upaya untuk menghindari anchorage loss adalah dengan menerapkan konsep-konsep desain
alat dan rencana perawatan secara cermat, salah satunya adalah penjangkaran. Nilai penjangkaran
untuk setiap kasus bergantung pada banyak hal. Penjangkaran dapat diperoleh secara intra oral,
yaitu intra maksila dan inter maksila, ekstra oral, atau keduanya. Selama perawatan, anchorage
loss harus dapat dideteksi sedini mungkin, kemudian dicari penyebabnya, dan harus
Pendahuluan
Alat Ortodonti lepasan didefinisikan sebagai alat yang bisa dipasang dan dilepas sendiri
oleh pasien1. Alat ini mulai rutin digunakan sejak abad ke-19, namun akrilik dan stainless steel
baru digunakan pada awal abad ke-20. Sekitar tahun 1950, Adam1 mengembangkan suatu
cangkolan sehingga ruang lingkup penggunaan dan efisiensi alat lepasan meningkat. Sebelum
alat cekat berkembang, alat lepasan digunakan untuk merawat hampir semua kasus maloklusi.
Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi dalam bidang ortodonti, maka pemakaian alat
lepasan tergeser oleh alat cekat, namun alat ini masih menjadi pilihan untuk menangani kasus-
kasus tertentu2,3. Kerr3 melaporkan bahwa 85% dari populasi yang dirawat
1
menggunakan alat lepasan dengan kasus yang benar-benar terseleksi menunjukkan hasil yang
memuaskan.
Alat lepasan terdiri dari berbagai macam. Alat lepasan bisa digunakan sebagai alat
pergerakan gigi aktif misalnya untuk kasus interseptif pada pasien gigi campuran, space
maintainers, alat fungsional untuk perawatan modifikasi pertumbuhan, alat retensi pasca
perawatan menggunakan alat cekat, dan clear aligner.1,2 Akhir-akhir ini pemakaian alat lepasan
lebih luas karena bisa dikombinasikan dengan band, hook, dan alat ekstra oral. Walaupun
demikian, harus ditekankan bahwa alat lepasan bukan merupakan pilihan untuk menangani
Dokter gigi umum akan mampu merawat kasus ortodonti menggunakan alat lepasan jika
memiliki keterampilan dan keahlian yang memadai, merencanakan dengan matang, memilih
kasus yang sesuai, dan melakukan pengawasan perawatan secara cermat. Salah satu masalah
yang masih sulit diatasi pada pemakaian alat lepasan adalah bagaimana mengontrol
penjangkaran untuk menghindari anchorage loss. Tujuan dari tulisan ini adalah membahas
lepasan, khususnya alat lepasan aktif agar hasil perawatan mencapai hasil yang memuaskan.
Pada umumnya, pasien memilih alat lepasan dengan alasan biaya lebih murah, mudah
dibuka dan dipasang sendiri, serta mudah dibersihkan. Namun alat ini mudah patah bahkan
hilang, seringkali mengganggu fungsi bicara, dan pemakaian pada rahang bawah lebih sulit
ditoleransi dibandingkan rahang atas sehingga pasien jarang yang menggunakannya secara
purna waktu. Berdasarkan sudut pandang dokter gigi, alat lepasan juga memiliki keuntungan,
antara lain penjangkaran dapat diperoleh dari palatum dan dapat digunakan pada pasien anak-
anak untuk mengurangi overjet. Tetapi alat ini mempunyai kekurangan yaitu gerakan yang
2
bisa dihasilkan hanya tipping, sulit menghasilkan penjangkaran intermaksiler, tidak efektif
untuk pergerakkan sejumlah gigi secara bersamaan, dan karena alat dibuat di laboratorium,
maka memerlukan keterampilan dan keahlian yang memadai. Dengan pertimbangan bahwa
kemampuan alat lepasan sangat terbatas, maka kasus yang bisa dirawat menggunakan alat jenis
Menurut Proffit2, penggunaan alat lepasan ditujukan untuk kasus yang bisa diatasi dengan
mengekspansi lengkung gigi, yaitu dengan cara menggerakkan gigi gigi sehingga menempati
lengkung yang lebih lebar atau mereposisi gigi secara individual untuk masuk ke dalam
lengkung.
(1) Maloklusi skeletal berkisar pada kelas I. Pengurangan atau penambahan overjet hanya
(2) Perawatan bisa dilakukan hanya pada salah satu rahang, misanl ya rahang atas
menggunakan alat lepasan sementara rahang bawah hanya dicabut atau tidak dirawat,
(3) Malposisi individual gigi dimana posisi apikalnya bisa diperbaiki dengan tipping,
(4) Perawatan dengan pencabutan yang membutuhkan hanya gerakan tipping untuk
(5) Maloklusi dalam arah buko-lingual yang diikuti dengan pergeseran mandibula,
(6) Penutupan ruang pencabutan yang menyisakan ruangan sehingga gigi segmen bukal
harus dimajukan.
(1) Maloklusi skeletal yang nyata, misalnya kelas I protrusif bimaksiler, kelas II dan kelas
(2) Perawatan yang memerlukan perbaikan relasi gigi antara rahang atas dan bawah,
3
(3) Kelainan posisi apikal gigi dan rotasi yang parah, serta melibatkan banyak akar,
(5) Kelainan dalam arah vertikal seperti deepbite, openbite, dan kelainan ketinggian gigi,
Kasus-kasus yang diindikasikan untuk alat lepasan juga harus mempertimbangkan faktor
usia. Alat lepasan lebih sesuai untuk pasien usia 6 hingga 16 tahun, dimana waktu perawatan
lebih banyak memanfaatkan periode akhir gigi campuran dan awal periode gigi tetap.1
Pergerakan sebuah gigi maupun sekelompok gigi secara ortodonti terjadi akibat penerapan
gaya yang disalurkan oleh komponen aktif, seperti pegas, busur kawat, elastik, atau sekrup
ekspansi. Ketika gigi-gigi digerakkan maka gaya reaksi akan disalurkan melalui alat sehingga
cenderung menghasilkan pergerakan gigi-gigi lain ke arah yang berlawanan (Gambar 1).
Keadaan ini sesuai dengan Hukum Newton ke-3 yang mengatakan bahwa setiap aksi
menghasilkan reaksi yang besarnya sama dan berlawanan arah. Masalahnya adalah bagaimana
menghindari efek merugikan dari gaya-gaya yang berlawanan tersebut, karena tujuan yang
diharapkan dari suatu perawatan adalah menggerakkan gigi yang dikehendaki sementara
Kemampuan bertahan terhadap gaya yang dihasilkan oleh komponen aktif disebut
pergerakan gigi yang diinginkan sementara gerakan gigi yang tidak diharapkan dapat ditahan
atau diupayakan sekecil mungkin. Penjangkaran dapat diperoleh secara intra oral maupun
ekstra oral, namun penjangkaran intra oral lebih umum digunakan pada alat lepasan. 1,6,7
4
A B C
Gambar 1. Penjangkaran berhubungan dengan jumlah gigi yang digerakkan. A) Menggerakkan sebuah gigi
menghasilkan penjangkaran yang memuaskan. B) Jika 13 dan 23 diretraksi mengakibatkan gigi penjangkar
bergerak ke depan. C) Jika 14,13,23,24 diretraksi bersama-sama, jumlah gigi yang digerakkan lebih besar
dibandingkan gigi penjangkarnya, maka penjangkaran tidak akan kuat, kemungkinan terjadi anchorage loss.1
Penjangkaran intra oral ada dua macam, yaitu penjangkaran intramaksiler dan
Penjangkaran jenis ini adalah yang sering dipilih dalam pemakaian alat lepasan aktif.
penjangkaran. Penjangkaran jenis ini biasa digunakan pada perawatan menggunakan alat
fungsional dan alat cekat, tetapi sulit untuk diterapkan pada pemakaian alat lepasan untuk
cangkolan atau gigi-gigi yang tertahan pada tempatnya oleh busur labial, pelat landasan yang
beradaptasi baik dengan palatum dan dengan permukaan gigi yang tidak digerakkan, serta
dikombinasikan dengan alat cekat pada salah satu rahangnya. Salah satu contoh kasus adalah
pada maloklusi kelas II dengan susunan gigi rahang bawah yang baik. Pada rahang bawah
digunakan alat lepasan dengan ditambahkan hook pada cangkolan di gigi molarnya untuk
mengaitkan elastik intermaksiler sehingga menghasilkan tarikan bagi segmen anterior dari
5
alat cekat yang dipasang pada rahang atas (Gambar 2). Pada kasus maloklusi kelas III, alat
lepasan pada rahang atas bisa digunakan untuk menghasilkan traksi kelas III, dan bisa juga
Gambar 2. Penjangkaran intermaksiler. Elastik digunakan alat cekat atas, dan alat lepasan bawah sebagai
penjangkar. Retensi cangkolan alat lepasan harus baik dan cangkolan Adam dimodifikasi dengan hook untuk
sangkutan elastik. 1
Penjangkaran ekstra oral dapat digunakan untuk memperkuat penjangkaran intra oral,
namun bisa juga sebagai sumber utama penjangkaran, misalnya untuk retraksi segmen bukal.
Gaya ekstra oral bergantung pada elastisitas dari elastik penghubung yang terdapat pada
headgear. Penjangkaran ekstra oral dapat diperoleh dengan menggunakan headgear, bisa
berupa headcap atau high pull headgear. Penghubung antara headgear dengan alat lepasan
Pemakaian headgear
Headgear yang digunakan adalah jenis headcap atau high pull headgear. Pada saat
memasang headcap, tinggi kaitan elastik bisa diatur sehingga menghasilkan arah gaya yang
diinginkan. Arah tarikan harus horisontal (penjangkaran occipital) atau bisa juga dibuat
6
sedikit lebih tinggi untuk menambah retensi. Komponen gaya ke arah bawah harus dihindari
Penghubung antara headgear dengan alat lepasan dapat menggunakan face bow atau ‘J’
hook dengan alat traksi ekstra oral. Facebow dipasang ke dalam tube yang disolder pada bagian
atas jembatan cangkolan di gigi premolar atau molar. Walaupun facebow dijual di pasaran
dengan ukuran yang bervariasi, pada saat pemasangan tetap harus disesuaikan lagi sehingga
mudah dimasukkan ke dalam tube. Bisa juga digunakan band untuk memasang tube facebow
sekaligus cangkolan dari alat lepasan, namun cangkolan yang digunakan bukan Adam tetapi
cangkolan flyover. Inner bow harus sesuai dengan bentuk dan panjang lengkung gigi. Inner bow
diletakkan beberapa milimeter dari gigi insisif dan setinggi garis bibir aktif. Selama perawatan,
loop ‘U’ mungkin perlu disesuaikan lagi untuk mengatur panjang inner bow. Outer bow terletak
sedekat mungkin dengan bibir dan pipi namun tidak bersentuhan, letak hook untuk sangkutan
elastik adalah setinggi permukaan mesial molar pertama, sekitar 4 cm di depan hook dari
headcap. Apabila headgear dipakai bersama-sama dengan alat cekat, tinggi dan panjang outer
bow menentukan vektor gaya yang diaplikasikan pada gigi-gigi dan mempengaruhi gerakan
yang dihasilkan, namun pemasangan pada alat lepasan semata-mata agar arah tarikan tidak
A B
Gambar 3. Penjangkaran ekstra oral. A) Pada pemakaian headgear, tinggi elastik bisa diatur. B) Facebow
menghubungkan headcap dengan alat lepasan di dalam mulut. 1
7
‘J’ hook merupakan alternatif penghubung antara alat traksi ekstra oral dengan alat
lepasan. Alat ini disolder pada cangkolan yang terletak pada gigi insisif atau kaninus atas. Pada
perawatan menggunakan alat cekat, ‘J’ hook digunakan untuk intrusi segmen labial atas, namun
pada perawatan dengan alat lepasan hasilnya belum diketahui (Gambar 4). 1,6
A B
Gambar 4. Penjangkaran ekstra oral menggunakan ‘J’ hook dan alat traksi ekstra oral. A) ‘J’ hook dipatri pada
cangkolan anterior. B) Alat lepasan pada rahang atas digabungkan dengan alat traksi ekstra oral untuk retraksi
segmen bukal. 1
Tegangan elastik diperlukan untuk menyeimbangkan gaya yang timbul saat gaya dari
komponen aktif diaplikasikan. Besar gaya yang digunakan tiap sisi untuk penguat penjangkaran
mulai dari 150 gram hingga 200 gram dan untuk distalisasi segmen bukal mulai 400 gram
hingga 500 gr. Gaya bisa diukur menggunakan tension gauge atau correx spring gauge
(Gambar 5). Jika periode awal perawatan dengan alat ekstra oral sebagai penguat penjangkaran
telah selesai, penggunaannya dapat dikurangi menjadi malam hari saja, yaitu pada saat tidur.
headgear selama 10 hingga 12 jam per hari. Untuk retrakis aktif segmen bukal,
1,6
penggunaannya selama 12 hingga 14 jam per hari.
Ketika memperagakan cara pemasangan alat ekstra oral kepada pasien dan orang tuanya,
kita harus menjelaskan bahwa facebow atau alat traksi ekstra oral kemungkinan bisa terpental
ke luar mulut. Keadaan ini bisa terjadi apabila pada saat melepas facebow, elastik
penghubungnya masih terpasang pada headcap, biasanya karena pasien lupa atau kadang-
8
kadang terlepas pada saat bermain.1,6
9
Gambar 5. Alat pengukur gaya ortodonti correx spring gauge. 1
Target waktu pemakaian headgear sebaiknya dicapai secara bertahap. Selama dua
minggu pertama, biasanya pasien diminta untuk memakai headgear di sore hari. Apabila pasien
dapat melaluinya dengan baik, maka dianjurkan untuk menambah waktu pemakaian, yaitu pada
saat tidur. Headgear harus diperiksa pada setiap kunjungan dan pasien harus ditanya apakah
selama tidur alatnya pernah lepas. Penyebab lepasnya alat harus segera dicari dan diatasi, jika
tidak maka pasien tidak akan mau memakai alatnya pada saat tidur. Keterangan mengenai
penyesuaian dan pemeriksaan headgear pada setiap kunjungan harus dicatat dalam rekaman
medik pasien. 1
Penjangkaran bisa dihasilkan secara intra oral, ekstra oral, atau keduanya. Penjangkaran
ekstra oral memiliki potensi keberhasilan yang besar jika digunakan pada pasien yang
kooperatif, namun penampilan alat ini tidak disukai pasien dan tidak nyaman pada saat
digunakan. Penjangkaran intra oral lebih bisa diterima oleh pasien, namun kemampuan
1
0
Penjangkaran akan lebih baik jika dipersiapkan sejak awal dibandingkan apabila sudah
terjadi anchorage loss. Jika penjangkaran ekstra oral digunakan sejak awal perawatan,
sebaiknya dinilai apakah pasien sanggup untuk mematuhi waktu pemakaian, sebelum tahap
rencana perawatan berikutnya dilanjutkan. Jika ragu terhadap nilai penjangkaran yang
dihasilkan, maka nilai penjangkaran harus dievalusi pada setiap kunjungan. Operator harus
selalu memperhatikan pergerakan gigi yang terjadi dan membandingkannya dengan keadaan
sebelum perawatan. 7
Pada prakteknya, sangat sulit untuk menentukan nilai penjangkar secara akurat. Hal-hal
mendasar yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan nilai penjangkaran adalah
besar gaya yang digunakan, tekanan yang disalurkan pada membran periodontal, morfologi
Tekanan optimum adalah tekanan yang dapat menghasilkan pergerakan gigi sejauh
mungkin dengan resiko terhadap jaringan pendukung gigi sekecil mungkin. Gaya optimum
identik dengan tekanan optimum dikalikan dengan luas permukaan akar gigi yang akan
digerakkan. Hal ini merupakan dasar pemikiran dari konsep pertama penjangkaran, yaitu bahwa
gigi atau kelompok gigi dengan luas permukaan akar yang besar memiliki nilai penjangkar yang
lebih besar dibandingkan dengan gigi atau kelompok gigi dengan luas permukaan akar yang
kecil. Namun yang terpenting adalah bukan berapa gaya yang harus diberikan pada gigi tetapi
berapa tekanan optimum yang diterima oleh ligamen periodontal. Dalam mengelola
penjangkaran, untuk mempertahankan kedudukan gigi atau kelompok gigi yang tidak
diharapkan bergerak maka tekanan atau gaya per unit luas permukaan di daerah tersebut harus
kecil. Sementara itu, gigi atau kelompok gigi yang akan digerakkan harus menerima gaya dalam
menentukan luas permukaan akar setiap gigi secara pasti sangat sulit. Tabel 1 dapat digunakan
sebagai acuan untuk memperkirakan berapa luas permukaan akar rata-rata dari setiap gigi,
namun tentu saja nilai ini berbeda untuk beberapa keadaan, misalnya jika terjadi resorpsi tulang
alveolar dan pemendekan akar maka luas permukaan akarnya berkurang. 2,7
Apabila diberikan gaya yang melebihi gaya optimal, maka akan terjadi undermining
resorption, secara klinis pergerakan gigi tidak teratur dan melambat. Pada keadaan seperti ini
sangat tidak bijaksana jika gaya ditambah karena dapat mengakibatkan kerusakan struktur
pendukung gigi yang lebih parah dan menimbulkan rasa nyeri. 2,7
periodontal. Distribusi tekanan ditentukan oleh kompleksitas gaya yang diterapkan, misalnya
apakah gaya tunggal atau couple. Prinsip ke-dua dari penjangkaran adalah bahwa gigi yang
bebas bergerak secara tipping memiliki nilai penjangkar yang lebih kecil dibandingkan dengan
gigi yang diberi gaya couple. 7 Proffit menyarankan besar gaya optimum yang berbeda untuk
setiap gerakan. 2
11
Morfologi akar mempengaruhi penjangkaran
Morfologi akar gigi menentukan distribusi gaya terhadap ligamen periodontal sehingga
mempengaruhi nilai penjangkarannya. Salah satu contoh adalah bentuk akar mesiodistal gigi
insisif bawah lebih sempit dibandingkan bukolingual, sehingga memiliki resistensi yang lebih
kecil terhadap gerakan proklinasi dan retroklinasi dibandingkan gerakan di sepanjang garis
lengkung. 7
bergantung pada seberapa banyak gigi penjangkar boleh bergerak mengisi ruang pencabutan
tanpa menggunakan ruangan yang dibutuhkan untuk memperbaiki gigi berjejal. Penjangkaran
bisa maksimum, moderat, atau minimum (Gambar 6). Harus diperhitungkan bahwa setelah
pencabutan, tanpa penarikan pun gigi segmen bukal cenderung untuk bergeser ke mesial. 7,9,11
Group A
Retraksi
Anterior
Group B
Retraksi
Posterior
Group C
Gambar 6. Klasifikasi penjangkaran berdasarkan tersedianya ruang pencabutan. Group A atau penjangkaran
maksimum jika 100% ruangan untuk retraksi anterior (tidak boleh terjadi anchorage loss di posterior) hingga
retraksi anterior 75% (25% penutupan oleh segmen posterior). Group B atau penjangkaran moderat dimana
penutupan ruangan oleh segmen anterior dan posterior sama banyak. Group C atau penjangkaran minimum
dimana 75% hingga 100% penutupan ruangan adalah oleh segmen posterior.9
12
Struktur di daerah sekitar dan nilai penjangkaran
Kualitas tulang di sekitar akar menentukan nilai penjangkaran sebuah gigi. Gigi lebih
mudah bergerak atau membutuhkan gaya yang lebih kecil apabila tualng pendukungnya
cancellous. Jika akar berkontak dengan tulang kortikal, maka gerakannya akan melambat. Jika
Gigi yang bersebelahan, baik yang sudah maupun belum erupsi, dapat menambah nilai
penjangkaran. Defisiensi tulang alveolar, misalnya pasca pencabutan, dapat mengurangi nilai
penjangkar dari gigi yang bersebelahan. Alveolus pasca pencabutan dengan trauma yang besar
akan mengalami penyempitan dan menimbulkan daerah dense bone sehingga pergerakan gigi
Secara teoritis, gaya-gaya yang berasal dari jaringan lunak di sekitar mulut meskipun kecil
dapat mempengaruhi nilai penjangkaran. Alat cekat pada rahang bawah yang dikombinasikan
dengan lip bumper, memanfaatkan penjangkaran yang dihasilkan oleh tekanan bibir bawah
Busur palatal ditambah button akrilik yang diletakkan pada lekukan anterior dari palatum,
dapat menambah nilai penjangkar untuk gigi molar dari pergerakan ke depan. Gigi ankilosis
Manajemen penjangkaran
cukup untuk menahan pergerakan gigi yang tidak diharapkan. Dalam kasus yang berbeda, dan
pada tahap perawatan yang berbeda, penjangkaran yang dibutuhkan bisa bervariasi. Resistensi
suatu kelompok gigi harus disesuaikan dengan kelompok lainnya sehingga pada akhir
perawatan kedudukan gigi yang diharapkan dapat tercapai. Upaya untuk mengelola
penjangkaran adalah: 2
13
Menjaga agar gaya tetap ringan
Gerakan yang dapat dihasilkan oleh alat lepasan adalah tipping. Gaya yang dibutuhkan
untuk gerakan tipping relatif kecil, demikian pula gaya reaksi yang ditimbulkannya. Gaya reaksi
dapat dikurangi dengan membatasi jumlah gigi yang digerakkan. Pada setiap kunjungan, gigi
yang boleh digerakkan hanya satu buah per kuadran dengan arah yang sama, dan apabila sedang
meretraksi segmen anterior untuk mengurangi overjet, maka tidak boleh ada gigi lain yang
digerakkan ke arah palatal atau distal. Namun tidak bisa diamsusikan bahwa apabila sudah
digunakan gaya yang ringan maka akan terbebas dari anchorage loss.4
Resistensi yang dihasilkan oleh keakuratan kontak antara pelat landasan dengan
permukaan gigi dan mukosa mempengaruhi penjangkaran yang dihasilkan oleh alat lepasan.
Penjangkaran dapat dimaksimalkan dengan menjaga permukaan akrilik agar selalu berkontak
Hubungan bonjol yang mengunci antara gigi rahang atas dengan rahang bawah bisa
menambah resistensi terhadap anchorage loss. Masalahnya, pencabutan di kedua rahang yang
berlawanan bisa mengakibatkan gigi tersebut bergeser bersama-sama ke mesial dalam keadaan
tetap mengunci. Kemungkinan ini dapat dihindari apabila menggunakan bite plane.
Penambahan inclined bite plane pada pelat rahang atas dapat menambah penjangkaran
dengan cara menyalurkan gaya dorong yang ditimbulkan oleh insisif rahang bawah pada saat
oklusi. Namun bukan tidak mungkin penambahan inclined bite plane dapat mengakibatkan
proklinasi gigi insisif. Oleh karena itu, untuk mengurangi overbite lebih baik menggunakan
14
Traksi Intermaksiler jarang sekali diterapkan pada pemakaian alat lepasan. Mungkin bisa
digunakan pada rahang atas untuk mendukung alat cekat di rahang bawah, tetapi tetap lebih
baik jika digunakan pada perawatan dengan alat cekat di kedua rahangnya.
Traksi ekstra oral adalah meotda yang paling memungkinkan untuk menambah
penjangkaran pada alat lepasan. Pemakaian alat traksi ekstra oral dapat diterima oleh pasien
Anchorage loss
Pada saat menggerakkan gigi secara ortodonti, walaupun penjangkaran telah diperkuat,
kadang-kadang pergeseran gigi lain yang tidak diharapkan tidak dapat dihindari, inilah yang
disebut dengan anchorage loss. Namun pada beberapa kasus pencabutan untuk retraksi gigi
anterior, ada sisa ruangan di belakang gigi kaninus yang justru diharapkan akan tertutup oleh
pergeseran segmen bukal ke anterior. Pada kasus dengan nilai penjangkaran minimum seperti
ini, maka alat lepasan harus dapat menfasilitasi penutupan ruangan tersebut. 2,8
Pada setiap kunjungan, pergerakan gigi harus dievaluasi dengan cara diukur
menggunakan jangka dan penggaris, lalu dibandingkan dengan keadaan awal pada model
studi apakah perawatan berjalan sesuai rencana atau terjadi penyimpangan yang harus segera
diatasi. Pengukuran bisa dilakukan untuk setiap pergerakan gigi, misalnya pada kasus retraksi
kaninus, pengukuran dilakukan dari garit bukal molar pertama hingga ujung kaninus; kasus
pergerakan molar ke distal bisa diukur dari garit bukal molar tersebut dengan sudut mesial
insisif pertama; selama ekspansi lengkung gigi ke lateral, bisa digunakan gigi-gigi yang sama
yang letaknya berseberangan sebagai titik acuan; retraksi segmen anterior, mengukur
15
pengurangan overjet bisa secara langsung menggunakan penggaris berskala milimmeter dengan
Operator harus menjadikan pengukuran ini sebagai suatu kebiasaan dan menggunakan
titik acuan yang sama pada setiap kunjungan. Harus diperhatikan bahwa pengukuran terhadap
gigi dengan titik acuan gigi lain pada rahang yang sama, hasilnya bisa salah, karena seluruh gigi
yang berkontak dengan pelat landasan bisa bergerak bersama-sama dengan jarak yang sama
tanpa mengubah hubungan interdentalnya, namun hubungan dengan gigi lawannya bisa
berubah. Pada keadaan seperti ini, lebih baik menggunakan gigi-gigi pada rahang lawannya
sebagai titik acuan, namun gigi-gigi tersebut juga bisa bergerak jika sudah ada gigi yang
dicabut. Gigi yang paling baik untuk dijadikan acuan adalah gigi bawah segmen labial karena
posisinya pada rahang bawah relatif stabil, tetapi apabila premolar rahang bawah sudah
diekstraksi, maka keadaan berjejal pada gigi segmen labial akan mengalami perbaikan spontan,
gigi insisif mungkin akan bergerak sedikit ke belakang sehingga pada pengukuran selanjutnya
overjet akan bertambah. Bila gigi rahang atas secara keseluruhan tidak berubah dan tetap
berkontak dengan pelat landasan, namun secara keseluruhan relatif lebih maju dibandingkan titik
acuan pada gigi rahang bawah, misalnya overjet bertambah dan hubungan molar menjadi kelas
II, menunjukkan adanya kecenderungan anchorage loss, namun apabila telah dilakukan
pencabutan pada rahang bawah, maka penilaian menjadi sulit. Pengukuran harus selalu
dilakukan dalam posisi mandibula paling belakang, hal ini harus sangat diperhatikan terutama
pada pasien yang memiliki kecenderungan untuk memajukan mandibula sebagai upaya
untuk memperoleh oklusi yang nyaman. Tanda-tanda yang pasti telah terjadi anchorage loss
pada rahang atas adalah ditemukannya kecenderungan buccal crossbite. Jika molar atas maju ke
depan sementara jarak transpalatal ditahan oleh pelat landasan, maka gigi rahang atas akan
dimotivasi untuk terus meningkatkan waktu pemakain hingga target waktu pemakaian tercapai.
Apabila pasien tidak kooperatif maka baik pasien maupun orang tuanya harus terus dimotivasi,
namun apabila tidak berhasil juga maka kita dapat mengatakan kepada pasien bahwa hasil
Jika terjadi anchorage loss, maka harus segera dicari penyebabnya dan ditindaklanjuti
agar keadaan tidak semakin parah. Besar gaya yang digunakan untuk aktivasi harus diperiksa.
Menurut Proffit2, besar gaya yang dibutuhkan untuk gerakan tipping antara 30 gram hingga 60
gram, bergantung pada luas permukaan akar gigi. Menurut Isaacson1, gerakan tipping sebuah
gigi berakar tunggal dibutuhkan gaya sebesar 30 gram hingga 40 gram. Untuk praktisnya,
biasanya aktivasi dilakukan sebesar kira-kira sepertiga lebar mesio-distal gigi atau 3 mm hingga
4 mm. Namun diameter dan panjang kawat yang digunakan untuk membuat pegas harus
diperhitungkan karena menentukan besar gaya yang dihasilkan. Pegas yang terbuat dari kawat
berdiameter besar dan pendek akan menghasilkan gaya yang besar, misalnya retraktor kaninus
dari kawat berdiameter 0,7 mm, jika menginginkan gaya di bawah 40 gram maka aktivasinya
tidak boleh lebih dari sepertiga lebar kaninus. Dengan aktivasi yang sama, jika kawat yang
digunakan berdiameter lebih kecil, maka gaya yang dihasilkan lebih ringan. Namun besar gaya
akan lebih baik jika diukur menggunakan alat ukur yang valid, yaitu tension gauge atau correx
Jika jumlah gigi yang digerakkan pada saat yang bersamaan terlalu banyak maka harus
ditinjau kembali apakah nilai penjangkar seluruh gigi tersebut sudah sesuai dengan nilai
penjangkaran dari komponen penjangkar. Jika tidak, maka penarikan gigi sebaiknya
mencukupi untuk memperbaiki keadaan berjejal atau overjet, maka kehilangan sedikit
penjangkaran masih bisa diterima. Namun bila ruangan yang tersedia hanya tersisa sedikit maka
harus diupayakan penguatan penjangkaran. Jika penjangkaran intra oral tidak mungkin untuk
ditambah, maka cara yang paling efektif adalah dengan menambah penjangkaran ekstra oral,
Kesimpulan
Alat lepasan aktif bisa digunakan secara efektif untuk merawat kasus-kasus maloklusi
tertentu. Salah satu yang harus diperahtikan pada saat merencanakan perawatan
pada alat lepasan dapat diperoleh secara intra oral, yaitu intramaksiler dan intermaksiler,
penjangkaran ekstra oral, atau kombinasi keduanya. Faktor yang harus dipertimbangkan
dalam merencanakan penjangkaran adalah berapa besar gaya yang dihasilkan, berapa tekanan
yang diterima oleh membran periodontal, bagaimana morfologi akar, berapa ruangan yang
tersedia, dan bagaimana struktur jaringan di sekitar gigi yang akan digerakkan maupun di
penjangkaran bertujuan untuk menjaga agar gaya yang digunakan tetap ringan dan
menambah resistensi penjangkaran, sehingga gigi yang diharapkan bisa bergerak sementara
gigi yang tidak diharapkan pergerakkannya bisa ditahan atau diminimalisri. Selama
perawatan, anchorage loss harus bisa segera dideteksi, kemudian dicari penyebabnya, dan
ditangani secepatnya agar tidak terjadi kesalahan yang lebih parah sehingga hasil perawatan
18
Rujukan
2. Proffit W, Fielsd H W Jr, Sarver Drg. M. Contemporary orthodontics. 4th ed. St. Louis:
3. Kerr W J, Buchanan I B, McColl J H. Use of the PAR index in assesing the effectiveness
6. Adams C.P., Kerr W.J. The design, construction and use of removable orthodontic
appliances. 6th ed. Jordan Hill: Butterworth-Heinemann Ltd. 1996: 10-11, 82, 89, 149.
1997: 156-187.
19