Anda di halaman 1dari 14

3 Pendekatan Perawatan Maloklusi Skeletal

I. Modifikasi Pertumbuhan
Hanya mungkin dilakukan pada fase pertumbuhan aktif: sebelum atau
selama adolesen growth spurt (mixed dent.). Meski masih terjadi pertumbuhan
setelah pubertas namun besarnya tidak cukup untuk mengoreksi maloklusi
skeletal. Pendekatan perawatan maloklusi skeletal dengan modifikasi
pertumbuhan yaitu dengan menggunakan peranti fungsional.
Piranti fungsional digunakan untuk mengoreksi maloklusi dengan
memanfaatkan, menghalangi atau memodifikasi kekuatan yang dihasilkan
oleh otot orofasial, erupsi gigi dan pertumbuhkembangan dentomaksilofasial.
Ada juga yang mengatakan bahwa piranti fungsional dapat berupa piranti
lepasan atau cekat yang menggunakan kekuatan yang berasal dari regangan
otot, fasia dan atau jaringan yang lain untuk mengubah relasi skelet dan gigi.
Dengan menggunakan piranti fungsional, diharapkan terjadi perubahan
lingkungan fungsional dalam suatu upaya untuk mempengaruhi dan
mengubah relasi rahang secara permanen. Biasanya piranti fungsional tidak
menggunakan pegas sehingga tidak dapat menggerakkan gigi secara
individual. Berikut ini merupakan tipe peranti fungsional.
A. Removable Tooth-Borne Appliance atau Passive Tooth-Borne
Piranti ini bekerjanya hanya tergantung pada jaringan lunak yang
menegang serta aktivitas otot sehingga menghasilkan efek untuk
mengoreksi maloklusi. Termasuk dalam tipe ini adalah :
1. Aktivator
Disebut juga piranti Andresen, desain aktivator yang asli terdiri
atas blok akrilik yang menutupi lengkung geligi atas dan bawah serta
palatal, blok ini longgar karena tidak mempunyai cengkeram. Aktivator
dapat memajukan mandibula beberapa milimeter untuk mengoreksi
maloklusi Klas II dan membuka gigitan kira-kira 3-4 mm.
Piranti ini berpengaruh pada pertumbuhan rahang dan piranti yang
pasif ini dapat menggerakkan gigi anterior secara tipping serta
mengontrol erupsi gigi-gigi untuk mengubah dimensi vertikal. Piranti ini
memberi kesempatan gigi posterior bawah tumbuh vertikal sedangkan
gigi posterior atas ditahan oleh lempeng akrilik untuk mengurangi
tumpang gigit. Piranti ini dipakai selama 14-16 jam sehari. Berbagai
contoh aktivator seperti terlihat pada gambar (Gambar 1.1)
Gambar 1.1 Contoh Berbagai Aktivator

2. Bionator
Kadang-kadang disebut piranti Balters sesuai dengan penemunya.
Prinsipnya hampir seperti aktivator tetapi kurang bulky sehingga lebih
disukai. Lempeng bagian palatal dibuang dan masih terdapat sayap
lingual untuk menstimulasi mandibula agar diposisikan ke anterior serta
adanya lempeng akrilik di antara gigi-gigi atas dan bawah untuk
mengontrol dimensi vertikalnya. Pemakaian selama 24 jam sehari sangat
dianjurkan. Seperti yang terlihat pada gambar. (Gambar 1.2)

Gambar 1.2 Bionator

B. Twin Blok Appliance


Piranti ini terdiri atas piranti atas dan bawah yang pada saat pasien
beroklusi membentuk satu kesatuan di bukal, seperti yang terlihat pada
gambar (Gambar 1.3). Serta mempunyai lempengan yang berfungsi
menempatkan mandibula ke depan pada saat menutup. Twin blok
appliance cocok untuk pasien yang mempunyai tumpang gigit normal
atau sedikit berkurang dan dimungkinkan dipakai selama 24 jam setiap
hari bahkan waktu malam tetap bisa dipakai. Pengurangan jarak gigit
dapat terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Gambar 1.3 Twin Blok Appliance

C. Removable Tissue-Borne
Satu-satunya piranti fungsional tipe removable tissue-borne
adalah functional corrector atau functional regulator ciptaan Rolf Frankel
sehingga piranti ini dikenal sebagai piranti Frankel. Seperti yang terlihat
pada gambar (Gambar 1.4). Piranti ini terdiri atas akrilik dengan
kerangka dari kawat, didesain untuk mengurangi gerakan gigi yang tidak
diinginkan dan mengatur otot yang terletak dekat dengan gigi dan
menempatkan rahang dalam letak yang dikehendaki. Sayap akrilik
lingual menempatkan mandibula ke depan sedangkan bantalan akrilik di
labial dan sayap akrilik yang lebar di bukal (buccal shield) menahan
tekanan dari bibir dan pipi. Pemakaian piranti Frankel dimulai bertahap
2-3 jam tiap hari pada minggu-minggu pertama, kemudian dipakai
semalaman tiap hari sampai akhirnya selama 24 jam tiap hari kecuali
pada saat makan. Ada empat tipe piranti Frankel :
1. FR I untuk mengoreksi maloklusi Klas I dan Klas II Divisi 1
2. FR II untuk mengoreksi maloklusi Klas II Divisi 2
3. FR III untuk mengoreksi maloklusi Klas III
4. FR IV untuk mengoreksi gigitan terbuka anterior

Gambar 1.4 Piranti Frankel


D. Fixed Tooth-Borne Appliance
Tipe ketiga adalah fixed tooth-borne appliance yang mempunyai
pengertian bahwa piranti ini melekat pada gigi. Sebagai contoh adalah
Herbst Appliance dan Jasper jumper. Herbst appliance pada awalnya
merupakan piranti lepasan kemudian pada perkembangannya menjadi
piranti cekat yang terdiri atas splint yang disemen ke lengkung gigi atas
dan bawah, biasanya molar pertama atas dan premolar pertama bawah,
dihubungkan oleh lengan telescopic pin and tube yang menentukan
seberapa banyak mandibula dimajukan. Beberapa contoh herbst
appliance seperti yang terlihat pada gambar (Gambar 1.5). Oleh karena
merupakan piranti cekat, maka herbst appliance dipakai terus-menerus
sehingga keberhasilan untuk mengoreksi maloklusi lebih tinggi.
Kekurangan piranti ini ialah dapat menyebabkan insisivus bawah
terdorong ke labial. Herbst appliance yang baru tidak mengganggu
pergerakan rahang bawah ke lateral dan dibuat dari bahan yang lebih kuat
sehingga tidak mudah patah.

Gambar 1.5 Herbst Appliance

Jasper jumper adalah juga fixed tooth-borne appliance,


menggunakan prinsip yang hampir sama dengan piranti herbst appliance,
tetapi lengan metal diganti dengan pegas yang kuat yang terbungkus
plastik yang lentur kemudian dilekatkan secara langsung dengan busur
pada piranti cekat. Seperti yang terlihat pada gambar (Gambar 1.6).
Gambar 1.6 Jasper Jumper

Rangkuman Kasus
Seorang pasien perempuan berumur 12 tahun datang ke klinik Ortodonsia
RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta dengan keluhan gigi depan atas maju
sehingga mengganggu penampilan. Hasil pemeriksaan ekstra oral
menunjukkan bentuk kepala mesosefali, bentuk muka mesoprosop, profil
muka cembung, sendi temporo mandibular normal, dan bibir posisi istirahat
inkompeten. Pemeriksaan intra oral menunjukkan OHI baik, ukuran lidah
sedang, lebar dan tinggi palatum sedang. Semua gigi-geligi merupakan gigi
permanen. Pada saat oklusi sentrik, overjet 11,5 mm, overbite 3,5 mm,
terdapat palatal bite, dan relasi molar Klas II. Palatal bite terjadi karena
kombinasi supraoklusi gigi anterior dan infraoklusi gigi posterior (metode
Thompson-Brodie).
Keterangan pada hasil foto panoramik menunjukkan adanya impaksi pada
gigi 38 dan 48 (mesioangular). Berdasarkan analisa sefalometri disimpulkan
bahwa hubungan skeletal klas II dengan retrusi mandibula dan bidental
protrusif. Perhitungan Pont menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan
lengkung gigi ke arah lateral mengalami kontraksi. Perhitungan Korkhaus
menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anterior
mengalami protraksi. Perhitungan Howes menunjukkan kurangnya lengkung
gigi dan lengkung basal menampung gigigeligi. Diagnosis kasus ini adalah
Maloklusi Angle klas II divisi 1 dentoskeletal dengan retrusi mandibula dan
bidental protrusif disertai dengan palatal bite, malposisi gigi individual,
dengan kebiasaan buruk bernafas lewat mulut dan menggigit bibir bawah.
Prognosis kasus ini baik karena pasien didukung oleh jaringan pendukung gigi
yang baik, usia pasien yang masih muda, motivasi yang tinggi, status ekonomi
baik, kerjasama pasien yang baik serta kondisi kesehatan pasien yang baik.
Perhitungan Pont, Korkhaus, Howes dan kesimpulan analisa sefalometri
direncanakan untuk meretraksi gigi rahang atas sebesar 2,5 mm dan
memprognasi rahang bawah sebesar 5 mm. Rencana perawatan kasus ini
adalah: 1) tahap instruksi operator kepada pasien mengenai perawatan
ortodontik, 2) tahap perawatan yaitu perawatan dengan alat fungsional
Bionator dan perawatan dengan plat aktif (evaluasi dan observasi hasil dari
tahap I), 3) pemakaian retainer Perawatan tahap II dilakukan pemakaian alat
fungsional bionator.
Pemakaian bionator dilakukan dengan memajukan mandibula dan
mengkoreksi malrelasi palatal bite anterior sebesar 5 mm secara bertahap.
Tahap pertama memajukan mandibula sebesar 2 mm lalu dievaluasi.
Kemudian dilanjutkan dengan memajukan mandibula sebesar 3 mm.
Kemudian dievaluasi dan observasi untuk perawatan dengan plat aktif. Alat
bionator terdiri atas: a. Alat RA dan RB yang bersatu, b. Gigitan anterior diberi
bite plane pada gigi anterior RA dan RB, c. Gigitan posterior dibebaskan, d.
Lengkung Labial (guide wire maksila) dari interdental gigi P1 RA dengan
0,8 mm. e. Palatal bar pada RA dengan 0,8 mm, f. Pir coffin pada RA
dengan 0,9 mm dan sekrup ekspansi pada RB. Bionataor dibuat dengan
bantuan tekniker lokal (gambar 1.7)

Gambar 1.7 Bionator Pasien


Kontrol dilakukan seminggu sekali. Pada minggu pertama, belum
dilakukan pengurangan plat akrilik dan penyesuaian gigitan dengan tujuan
agar pasien beradaptasi dahulu dengan alat. Perawatan dengan alat ini
dianggap selesai jika overjet 5 mm dan stabilitas dari temporomandibular joint
tercapai. Setelah dilakukan perawatan myofungsional, dilakukan pencetakan
model gigi sebagai panduan perencanaan tahapan perawatan dengan plat aktif.
Selama kontrol, sekrup ekspansi dan coffin diaktifkan secara berkala, plat
bagian oklusal, distal untuk gigi rahang atas, dan mesial untuk gigi rahang
bawah dikurangi. Hal ini dilakukan untuk ekspansi 4 mm ke lateral sekaligus
pencarian ruang untuk mengkoreksi malposisi gigi individual dan mencari
kontak oklusi antara rahang atas dan bawah. Hasil perawatan setelah 3 bulan
perawatan adalah profil pasien telah terkoreksi (pengukuran sefalometri dan
model study) overjet berkurang, palatal bite hilang, dan openbite posterior.
Kebiasaan buruk pasien juga telah hilang (sesuai pengakuan pasien dan orang
tua).

Gambar 1.8 sebelum dan sesudah perawatan

II. Perawatan Ortogenatik Kamuflase


Perawatan Ortogenatik Kamuflase dilakukan pada maloklusi skeletal yang
parah.maloklusi skeletl dibiarkan, tetapi gigi igerakan sebisa mungkin menjadi
relasi kelas 1. Perawatan ortogenatik kamuflase menggunakan bebrapa teknik
salah satunya adalah dengan Teknik Straightwire, berikut merupakan
rangkuman case report :

Pasien pria berumur 19 tahun datang ke Klinik Ortodonsia FKG UGM


dengan keluhan utama gigi depan yang tidak rata dan tidak dapat digunakan
untuk menggigit (Gambar 1). Pemeriksaan klinis menunjukkan pasien memiliki
kebiasaan menelan dengan menjulurkan lidah dan mengunyah satu sisi pada sisi
kiri. Pasien memiliki riwayat minum susu dengan dot sampai ke pangkal dot
dan menggigit ujung dot pada geraham sampai umur 6 tahun. Riwayat keluarga
yang berhubungan dengan keluhan pasien tidak ditemukan. Pemeriksaan gigi
geligi menunjukkan terdapat tambalan pada gigi molar pertama atas dan molar
pertama kiri bawah, sedangkan molar pertama kanan bawah karies besar.
Pemeriksaan model studi menunjukkan sebesar 2,1 mm. Pemeriksaan
sefalometri lateral menunjukkan relasi skeletal kelas II dengan retrusif
bimaksila, dan rotasi mandibula searah jarum jam (Tabel 1, Gambar 2).
Pemeriksaan sefalometri frontal menunjukkan open bite skeletal dengan
peningkatan proporsi tinggi wajah atas, penurunan proporsi anterior maksila
dan mandibula, tepi inferior mandibula yang memanjang dan sudut condylar
yang membesar. Pemeriksaan ronsen panoramik menunjukkan benih gigi molar
ketiga atas dengan posisi normal, dan benih gigi molar ketiga bawah dengan
posisi mesioanguler. Pasien menolak tindakan bedah ortognatik sehingga
dilakukan perawatan ortodontik kamuflase. Perawatan diawali dengan latihan
miofungsional untuk melatih cara penelanan yang benar dengan menyentuhkan
lidah pada langitlangit saat menelan dan menghilangkan kebiasaan mengunyah
satu sisi. Latihan penelanan dilakukan dengan menggunakan karet elastik yang
diletakkan pada ujung lidah dan ditahan pada langit-langit saat menelan.
Perawatan dilanjutkan dengan perawatan ortodontik teknik straightwire
dengan braket Roth slot 0,022 dengan pencabutan empat gigi molar pertama.
Pencabutan empat molar pertama dipilih karena lebih menguntungkan untuk
koreksi gigitan terbuka dan mengurangi dimensi vertikal dibandingkan dengan
melakukan intrusi pada regio molar selain itu keempat molar pertama telah
mengalami kerusakan. Perawatan diawali dengan levellling menggunakan
kawat busur nikel titanium 0,012, 0,014, dilanjutkan 0,016 secara berurutan.
Penutupan gigitan terbuka menggunakan elastic box anterior
menggunakan karet elastik 3/8 2 oz yang digunakan saat tidur. Hasil evaluasi
menunjukkan dengan pencabutan empat molar pertama gigitan terbuka
berkurang sebesar 0,9 mm, setelah proses leveling gigitan terbuka berkurang
menjadi 6,7 mm. Penggunaan elastic box anterior setelah proses leveling dapat
mengurangi gigitan terbuka menjadi 1,25 mm (Gambar 3). Pemeriksaan
sefalometri pada saat evaluasi menunjukkan terjadinya rotasi mandibula
berlawanan arah jarum jam. Perawatan selanjutnya dilakukan dengan
menggunakan kawat busur rektangular stainless steel 0,016x0,022 untuk
retraksi anterior bawah dan penutupan sisa ruang. Perbaikan interdigitasi
dilakukan dengan kawat busur stainless steel 0,018x0,025 dikombinasikan
dengan elastic box posterior atau triangle posterior sesuai kebutuhan.
Foto pasien sebelum perawatan:(a) tampak depan, saat tersenyum gigi
berjejal dan gigi bawah tidak terlihat dan (c) tampak samping, profil cembung;
setelah perawatan: (b) tampak depan, gigi rata dan gigi bawah terlihat saat
tersenyum, dan (d) tampak samping, kecembungan berkurang dan penutupan
mulut lebih alami.

Sefalometri lateral sebelum perawatan (a), terlihat gigitan terbuka regio


anterior mencapai posterior dan sesudahm perawatan (b), terlihat gigitan
terbuka sudah berkurang.
Foto intra oral: (a) sebelum perawatan; (b) setelah leveling, (c) sebelum
pemakaian elastic box anterior; (d) setelah 2 bulan pemakaian elastic box
anterior, (e) sebelum retraksi anterior bawah.

III. Bedah Orthodontik


Bedah ortognatik berasal dari 2 kata orto yang berarti meluruskan dan
gnatik atau gnatos yang berarti rahang. Jadi bedah ortognatik berarti tindakan
bedah yang dilakukan dengan tujuan untuk meluruskan atau membentuk
rahang sehingga diperoleh bentuk rahang yang selaras atau normal. . Koreksi
rahang melalui tindakan bedah atau bedah ortognatik di lakukan oleh seorang
Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial untuk melakukan koreksi atau
perbaikan pada kelainan kecil atau besar pada tulang skeletal rahang yang
menyebabkan terjadinya malaoklusi, dengan keuntungan akan memperbaiki
fungsi kunyah, fungsi bicara dan bernafas. Tindakan bedah ortognatik selain
dapat memperbaiki problem fungsional, juga akan dapat merubah penampilan
wajah secara dramatis menjadi lebih baik atau menjadi lebih cantik dan akan
berpengaruh positif pada banyak sisi kehidupan dan penampilan
seseorang.Menggabungkan bedah ortognatik dengan perawatan ortodontik
adalah perkembangan yang logis. Bedah ortognatik menyediakan metode
mengoreksi displasia skeletal dan mengikuti fase presurgical dari ortodontik
perawatan untuk memperbaiki komponen dentoalveolar dari maloklusi.
Terdapat tahapan ortho dontik bedah yaitu :
1. preoperative stage
Rencana bedah dilakukan untuk memperbaiki kelainan yang
digambarkan oleh cephalometric lateralis. hasil pembedahan dapat
diprediksi producted mudah oleh paket perangkat lunak komputer yang
dirancang untuk menggunakan ini dan divisualisasikan di layar
2. preoperative care
preoperative care berupa hitung darah lengkap dan Hb diukur, antibiotik
prophylaxis
3. Treatment
a. Mandibular surgery
Terdapat banyak teknik bedah untuk koreksi posisi mandibula.
Dan yang paling popular adalah sagital split osteotomi. Hal ini
memungkinkan tubuh mandibula untuk dimajukan atau mundur
dengan menggeser ramus split dan sudut dan dengan demikian
memberikan sejumlah overlap yang besar untuk penyembuhan.
korteks bukal dan retromolar dari mandibula akan dibelah dengan bur
dan tulang kanselus dipisahkan dengan pahat dan osteotomy dengan
hati hati, menghindari kerusakan pada bundel alveolar inferior.
setelah reposisi, fiksasi mandibula dicapai langsung dengan sekrup
atau mini-piring, atau tidak langsung dengan fiksasi intermaxillary
b. Genioplasty
Dagu dapat dikurangi atau mengalami augmentasi sebagai
prosedur terisolasi atau sebagai bagian dari operasi mandibula atau
maxilla orthognatik. genioplasty dapat dilakukan melalui pendekatan
intra oral dan fiksasi dengan plat mini biasa. genioplasty biasanya
dianggap sebagai prosedur tambahan, namun dalam beberapa kasus
retrognatism mandibula, mungkin memberikan hasil estetika yang
sama seperti akan dicapai dengan melakukan operasi kompleks
bimaxillary. untuk mencegah relaps dalam kasus i impaksi rahang
atas posterior ini sangat diperlukan, membatasi efek dari kemajuan
mandibula. Dengan demikian, meskipun reposisi anterior mandibula,
ada kemungkinan hanya ada perubahan moderat dalam profil daerah
dagu
c. Maxillary surgery
Teknik bedah yang digunakan untuk operasi rahang atas umumnya
dijelaskan oleh klasifikasi benteng le digunakan untuk deskripsi
fraktur. yang osteotomies tingkat yang lebih tinggi jelas operasi bedah
lebih rumit. osteotomy rahang atas yang paling umum adalah le fort
1. operasi ini sangat fleksibel dan memungkinkan pergerakan ke
segala arah rahang atas. akses adalah dengan pendekatan intra oral
dan pemotongan tulang yang dibuat dengan melihat dan chisel. fiksasi
adalah dengan mini plates. osteotomies tingkat yang lebih tinggi
mungkin diperlukan discrete skin insisis rahang atas .tentang wajah
atau ini dapat dihindari dengan pendekatan bicoronal. kemudian,
sayatan dibuat di vertex dari tengkorak dari telinga ke telinga.
pendekatan ini menyediakan akses yang sangat baik untuk kerangka
wajah atas dan bekas luka yang tersembunyi di bawah rambut
4. postoperative care
Postoperative care terdiri dari: airway management, analgesik, liquid or
soft diet, oral hygine, antibiotic

Rangkuman Case report

Seorang pasien laki-laki, 20 tahun, amengeluhkan bentuk wajah yang panjang dan
ingin dilakukan perawatan ortodontik. Pasien memiliki sejarah keluarga maloklusi kelas
III. Pasien memiliki tidak memiliki riwayat medis. Setelah pemeriksaan klinis menyeluruh
dan analisis sefalometri, direkomendasikan untuk dilakukan perawatan bedah-ortodontik.
Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan profil cekung dengan Tinggi muka yang sangat
rendah, bibir tidak kompeten dan bibir bawah yang rata dengan sulkus labiomental.
Tampilan depan wajah menunjukkan penyimpangan dagu ke sisi kiri dan tengah tengah
kedua wajah. (Gambar 1).

Pemeriksaan intraoral menunjukan maloklusi kelas III dengan overbite 10 cm, dan
overjet 13cm. Garis tengah gigi mandibula bergeser 6mm ke kiri. Ada crossbite posterior
di sisi kiri, crowding ringan di bagian bawah). Analisis model studi menunjukkan sudut
kelas III maloklusi lebih dari 10 mm perbedaan anteroposterior dalam hubungan molar.
Bentuk lengkung tidak berkontak dengan baik karena kompensasi yang parah yang
menyebabkan overjet anterior dan bukal besar. Radiografi sefalometrik lateral
menunjukkan maloklusi skeletal Kelas III (ANB = -11 ), rahang atas sedikit protusi (SNA
= 85 ), dan proteksion mandibula (SNB = 96 ) dalam kaitannya dengan basis tengkorak
anterior. Profil tulang cekung (NAPg = -20 ), tipe morfologi dolichofacial (sumbu wajah
= 66 ) dan dominasi pertumbuhan vertikal wajah (SNGoGn = 39 dan FMA = 40 ). Gigi
seri maksila muncul pada alveolar mereka persiapan ortodontik pra operasi dilakukan
dengan alat 0.022. Leveling dan alignment dimulai dengan 0.016-in nikel-titanium
archwires, diikuti oleh 0,018, 0,016 x 0,022 inci nikel-titanium archwires atas ke 0,12 x
0,025 inci stainless steel persegi panjang archwires.

Pada tahap leveling dan alignment, archwires berada terkoordinasi. Untuk


memungkinkan gerakan bedah yang memadai, gigi premolar premolar pertama di kedua
sisinya diekstraksi memperbaiki posisi gigi insisivus rahang atas Tidak ada ekstraksi
dilakukan di lengkung mandibular karena hanya crowding minimal. Gigi seri rahang bawah
disejajarkan dengan lwngkung ideal. Setelah perawatan ortodontik presurgen tercapai,
Operasi orthognatik dilakukan. Pembedahan osteotomi Le Fort I dengan memajukan 8mm
dan diputar anterior turun 3 mm dan posterior naik 1 mm pada Posterior Nasal Spine (rotasi
searah jarum jam). Berputar Titik di sekitar molar pertama. Perpecahan sagital bilateral
osteotomy dengan 13 mm kemunduran di kanan dan 11 mm pada kiri untuk koreksi garis
tengah gigi dan dagu penyimpangan. Dagu karena itu bergerak 11 mm ke belakang. Kaku
internal fiksasi dengan sekrup dan pelat digunakan untuk menstabilkan situs osteotomy
Pasien ditindaklanjuti setelahnya prosedurnya. Pasca operasi, untuk mencapai yang tepat
kontak oklusal, intermaxillary vertikal dan kelas III elastis digunakan Setelah operasi,
diamati oklusi fungsional, overjet normal dan overbite, dan interkeksi yang adekuat,
dengan hubungan molar Angle kelas II dan kelas I anjing hubungan, garis tengah
bertepatan. Prognatisme mandibula dan asimetri dieliminasi dan estetika wajah.
A, B, C, D, E) Presurgical intraoral photographs. F, G, H, I, J) post surgical intraoral
photographs copy

Anda mungkin juga menyukai