Anda di halaman 1dari 75

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2017

Gambaran Diskrepansi Ukuran Gigi


Berbagai Kelompok Maloklusi pada
Suku Tionghoa Di SMA Methodist
Lubuk Pakam

Nora, Vivian

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1710
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN DISKREPANSI UKURAN GIGI BERBAGAI
KELOMPOK MALOKLUSI PADA SUKU TIONGHOA
DI SMA METHODIST LUBUK PAKAM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
Vivian Nora
NIM: 130600151

Dosen Pembimbing :
Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

Dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 11 September 2017

Pembimbing Tanda Tangan

Aditya Rachmawati,drg.,Sp.Ort ......................................

NIP : 198403012009122003

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 6 September 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort


ANGGOTA : 1. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort
2. Erliera, drg.,Sp.Ort

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedoteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2017
Vivian Nora
Gambaran Diskrepansi Ukuran Gigi Berbagai Kelompok Maloklusi Pada
Suku Tionghoa Di SMA Methodist Lubuk Pakam.
x + 43 halaman
Analisis model banyak digunakan untuk menegakkan diagnosa dan rencana
perawatan. Kita dapat melakukan analisis ruang, termasuk analisis diskrepansi ukuran
gigi atau dikenal sebagai analisis Bolton. Diskrepansi ukuran gigi menjadi salah satu
faktor untuk mencapai keberhasilan suatu perawatan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui adanya diskrepansi ukuran gigi berbagai kelompok
maloklusi pada suku Tionghoa sehingga dapat membantu untuk merencanakan suatu
rencana perawatan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriprif dengan data diolah secara
analitik. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan sampel
sebanyak 60 buah model studi yang terdiri dari 23 model Klas I Angle, 16 model
Klas II Angle, 21 model Klas III Angle, dimana akan dilakukan pengukuran lebar
mesio-distal gigi dengan kaliper digital.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah rasio anterior dan keluruhan analisis
Bolton pada berbagai kelompok maloklusi suku Tionghoa. Rasio anterior suku
Tionghoa pada kelompok maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle, dan Klas III Angle
dengan standar deviasi diperoleh sebesar 77,93%±3,26; 77,29%±3,6; dan
79,01%±2,86. Rasio keseluruhan suku Tionghoa pada kelompok maloklusi Klas I
Angle, Klas II Angle, dan Klas III Angle dengan standar deviasi diperoleh sebesar
91,56%±2,68; 89,58±2,55; dan 91,84±2,06.
Hasil uji-T pada rasio anterior terdapat perbedaan yang bermakna pada
kelompok maloklusi Klas III Angle (p<0,05), sedangkan pada rasio keseluruhan
terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok maloklusi Klas II Angle (p<0,05).
Analisis Bolton tidak dapat diterapkan pada rasio keseluruhan kelompok maloklusi

Universitas Sumatera Utara


Klas II Angle dan rasio anterior Klas III Angle, tetapi dapat diterapkan pada
kelompok maloklusi Klas I Angle untuk rasio anterior dan keseluruhan.
Daftar Rujukan : 46 (1958-2016)

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesakan skripsi dengan judul “Gambaran
Diskrepansi Ukuran Gigi Berbagai Kelompok Maloklusi Pada Suku Tionghoa Di
SMA Methodist Lubuk Pakam” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda
Steven Moris Tjoea dan Ibunda Minah atas segala kasih sayang, doa dan dukungan
serta bantuan baik berupa moral ataupun materi kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang
tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG.(K)., sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K)., sebagai Ketua Departemen Ortodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
3. Hilda Fitria Lubis, drg., Sp.Ort., sebagai koordinator skripsi di Departemen
Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort sebagai pembimbing yang telah meluangkan
banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesikan dengan baik.
5. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort dan Erliera, drg., Sp.Ort sebagai penguji yang telah
memberikan saran dan masukan untuk penulis.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ortodonsia FKG Universitas
Sumatera Utara atas bantuan dan motivasinya.
7. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA sebagai dosen pembimbing akademik atas
motivasi dan bantuannya kepada penulis selama masa pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

iv
Universitas Sumatera Utara
8. Teman-teman penulis, Vincent Gomulia, Anita, Carryn, Cynthia, Fitra, Novie,
Melvin,Vivian T, Wilson, Dheina, Melani, Puteri Syafura, Hera, Tri Rizki, Tasya,
Liza, Agnese, Mega, Hani, Diah, Gendis serta seluruh teman-teman angkatan 2013,
senior, dan junior yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuannya dalam
segala hal.
9. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia yang telah
memberi semangat dan masukan-masukan kepada penulis serta kepada siswa-siswi
SMA Methodist Lubuk Pakam yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
berpartisipasi dalam penelitian penulis.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, khususnya di Departemen Ortodonsia.

Medan, 11 September 2017


Penulis,

Vivian Nora
NIM : 130600151

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL............................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Analisis Bolton................................................................................................ 5
2.1.1 Rasio Anterior .............................................................................................. 6
2.1.2 Rasio Keseluruhan ....................................................................................... 8
2.2 Maloklusi ........................................................................................................ 10
2.2.1 Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle ......................................................... 10
2.2.1.1 Maloklusi Klas I Angle ............................................................................. 12
2.2.1.2 Maloklusi Klas II Angle............................................................................ 13
2.2.1.2.1 Maloklusi Klas II Angle Divisi 1 ........................................................... 14
2.2.1.2.2 Maloklusi Klas II Angle Divisi 2 ........................................................... 15
2.2.1.3 Maloklusi Klas III Angle .......................................................................... 16
2.3 Ras Mongoloid ................................................................................................ 17
2.4 Kecamatan Lubuk Pakam ............................................................................... 18
2.5 Kerangka Konsep ............................................................................................ 19
2.6 Kerangka Teori ............................................................................................... 20

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................ 21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 21
3.3 Populasi Penelitian .......................................................................................... 21
3.4 Sampel Penelitian............................................................................................ 21
3.4.1 Kriteria Inklusi ............................................................................................. 21
3.4.2 Kriteria Eksklusi .......................................................................................... 22
3.4.3 Besar Sampel ............................................................................................... 22
3.5 Variabel Penelitian .......................................................................................... 23
3.5.1 Variabel Bebas ............................................................................................. 23
3.5.2 Variabel Terkendali ..................................................................................... 23
3.5.3 Variabel Tergantung .................................................................................... 23
3.6 Definisi Operasional ....................................................................................... 23
3.7 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................... 25
3.7.1 Alat ............................................................................................................... 25
3.7.2 Bahan ........................................................................................................... 26
3.8 Prosedur Penelitian ......................................................................................... 27
3.9 Pengolahan dan Analisa Data ......................................................................... 29
3.9.1 Pengolahan Data.......................................................................................... 29
3.9.2 Analisa Data ................................................................................................ 29

BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................................... 30

BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................................... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 38


6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 39
6.2 Saran ............................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 40

LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengukuran lebar mesio-distal gigi pada rasio anterior ............................. 8

2. Pengukuran lebar mesio-distal gigi pada rasio keseluruhan ...................... 10

3. Oklusi normal............................................................................................. 11

4. Pandangan frontal dan lateral dari oklusi ideal .......................................... 12

5. Maloklusi Klas I Angle .............................................................................. 13

6. Maloklusi Klas II Angle............................................................................. 14

7. Maloklusi Klas II Angle divisi 1 ................................................................ 15

8. Maloklusi Klas II Angle divisi 2 ................................................................ 16

9. Maloklusi Klas III Angle ........................................................................... 17

10. Alat yang digunakan untuk penelitian ...................................................... 26

11. Bahan yang digunakan untuk penelitian .................................................... 27

12. Pengukuran dengan metode Mullen........................................................... 28

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ukuran gigi ideal pada rasio anterior Bolton ........................................... 7

2. Ukuran gigi ideal pada rasio keseluruhan Bolton .................................... 9

3. Rerata, standar deviasi, dan rentang rasio anterior dan keseluruhan suku

Tionghoa .................................................................................................. 31

4. Hasil Uji-T rerata rasio anterior pada suku Tionghoa ............................. 32

5. Hasil Uji-T rerata rasio keseluruhan pada suku Tionghoa ....................... 33

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

3. Lembar Kuisioner

4. Hasil Pengukuran Lebar Mesio-Distal Gigi Pada Model Studi Suku Tionghoa

5. Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Anterior dan Rata-Rata Keseluruhan Analisis Bolton

6. Uji-T Pada Rasio Anterior dan Rasio Keseluruhan Analisis Bolton pada Kelompok

Maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle, dan Klas III Angle suku Tionghoa Dengan Ras

Kaukasoid (Bolton)

7. Hasil Uji-T Inter-Operator Pengukuran Rerata Medio-Distal Gigi Rahang Atas dan

Rahang Bawah.

8. Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaa Penelitian Bidang Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Definisi maloklusi menurut World Health Organization (WHO) adalah anomali
yang dapat menyebabkan disharmoni dan menghambat fungsi, sehingga dibutuhkan
suatu perawatan. Menurut Angle, oklusi normal terjadi dimana tonjol mesiobukal
molar pertama permanen rahang atas berada pada groove bukal molar pertama
permanen rahang bawah dan tersusun sesuai lengkung gigi normal. Oklusi normal
dan maloklusi klas I mempunyai hubungan molar yang sama tetapi berbeda pada
penyusunan bentuk lengkung gigi. Angle membagi maloklusi menjadi tiga tipe yaitu
maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle.1
Diskrepansi ukuran gigi didefinisikan sebagai ketidakseimbangan ukuran di
antara masing-masing gigi. Untuk memperoleh oklusi yang baik dengan overbite dan
overjet yang normal, maka gigi-gigi maksila dan mandibula harus dalam ukuran yang
tepat.2 Lebar ukuran mesio-distal gigi pertama kali dikemukakan oleh GV.Black pada
tahun 1902. Black melakukan pengukuran pada gigi manusia dan membuat tabel
dimensi rata-rata, dan hasil pengukurannya sampai saat ini masih digunakan. Setiap
klinisi harus mengetahui tentang diskrepansi ukuran gigi untuk dapat menegakkan
diagnosis dan menyusun rencana perawatan.3
Rasio mesiodistal gigi yang paling banyak digunakan adalah yang dikemukakan
oleh Bolton pada tahun 1958, meskipun masih ada yang menggunakan tabel dimensi
rata-rata Black. Bolton melakukan penelitian perhitungan rasio lebar mesio-distal
yang ideal pada segmen anterior rahang atas dan rahang bawah (rasio anterior) begitu
juga pada satu lengkung rahang dari molar pertama kiri ke molar pertama kanan
(rasio keseluruhan) untuk koordinasi gigi mandibula dan maksila yang tepat. Dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Bolton, rata-rata rasio dari segmen anterior
adalah 77,2%±SD1,65 dan rasio keseluruhan adalah 91,3%±SD1,91. Proffit dkk.,
menyatakan adanya diskrepansi ukuran gigi melebihi 1,5 mm harus dipertimbangkan

Universitas Sumatera Utara


2

untuk dilakukan penyesuaian ukuran mesio-distal sebelum dilakukan perawatan


ortodonti.4-6
Banyak penelitian mengenai diskrepansi ukuran gigi yang telah dilakukan di
beberapa negara terutama dilakukan pada populasi dewasa muda. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fattahi dkk., terhadap 200 model studi pasien (100 wanita dan
100 pria) yang berusia 14-20 tahun di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Shiraz menunjukkan bahwa rata-rata rasio anterior 79,01% untuk seluruh
sampel menujukkan perbedaan yang signifikan dari rasio bolton 77,2% tetapi tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan pada rata-rata rasio keseluruhan. Rata-rata
rasio keseluruhan yang terbesar adalah pada kelompok maloklusi Klas III,
dibandingkan kelompok maloklusi lainnya (p<0,05). Rata-rata rasio anterior yang
terbesar adalah pada kelompok maloklusi Klas III daripada Klas II.7 Pernyataan
tersebut sejalan dengan penelitian Prasanna dkk., penelitian dilakukan dengan sampel
yang lebih sedikit di India, yaitu pada 180 model studi dengan pasien yang berusia
12-20 tahun yang menyatakan bahwa rata-rata rasio anterior yang paling besar adalah
pada kelompok maloklusi Klas III dibandingkan Klas I dan Klas II. Tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada rata-rata rasio keseluruhan.5
Hasil penelitian Lopatiene dan Dumbravaite terhadap 181 model studi (59 pria
dan 122 wanita) sebelum perawatan ortodonti yang dipilih secara acak dari 1195
pasien Kaunas University of Medical Clinic of Orthodontic dengan pasien yang
berusia 12-16 tahun menunjukkan rata-rata rasio anterior berkisar antara 66,04% -
96,91%, rerata nilai 77,89%±SD4,30. Rata-rata rasio anterior yang paling rendah
adalah kelompok maloklusi Klas II dan yang paling besar adalah kelompok maloklusi
Klas III. Rata-rata rasio keseluruhan berkisar antara 85,68% - 98,91%, rerata nilai
92,74%±SD2,49. Klas III yang memiliki rasio keseluruhan terbesar sedangkan Klas II
yang paling rendah.8 Penelitian yang dilakukan oleh Fahad dkk, terhadap 160 model
studi ( Klas I Angle : 98, Klas II Angle : 52, Klas III Angle : 10) sebelum perawatan
ortodonti pada berbagai kelompok maloklusi dengan rentang usia 12-17 tahun,
menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan di antara berbagai
kelompok maloklusi maupun jenis kelamin.9

Universitas Sumatera Utara


3

Mayoritas kelompok ras di dunia terdiri dari Kaukasoid, Mongoloid, Negroid,


dan Australoid (Aborigin). Suku yang termasuk ke dalam ras Mongoloid memiliki
profil wajah yang berbeda dengan ras Kaukasoid dan Negroid. Karakteristik profil
wajah ras Mongoloid yang berbentuk lebih rata dan lengkung zigomatikus yang lebih
menonjol. Sebagian besar ras Mongoloid yang tersebar di dunia memiliki ciri khas
bermata sipit, tulang pipi yang menonjol, rambut hitam dan lurus, berhidung kecil,
bentuk wajah yang lebar, dan kulit berwarna kekuningan. 10-12
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang diuraikan di atas, peneliti tertarik
untuk meneliti gambaran diskrepansi ukuran gigi berbagai kelompok maloklusi pada
suku Tionghoa dikarenakan masih belum ada penelitian ini pada suku Tionghoa dan
penelitian mengenai diskrepansi ukuran gigi telah dilakukan oleh beberapa penelitian
tetapi hasilnya bervariasi dan terdapat perbedaan hasil perbandingan diskrepansi pada
populasi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan pada kalangan remaja di SMA
Methodist Lubuk Pakam. Peneliti ingin meneliti apakah penelitian ini dapat memberi
panduan dalam perencanaan perawatan ortodonti.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapakah rerata rasio anterior dan keseluruhan analisis Bolton pada
kelompok maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle pada suku
Tionghoa di SMA Methodist Lubuk Pakam?
2. Apakah ada perbedaan rasio anterior analisis Bolton pada kelompok
maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle pada suku Tionghoa di
SMA Methodist Lubuk Pakam terhadap rasio anterior Bolton?
3. Apakah ada perbedaan rasio keseluruhan analisis Bolton pada kelompok
maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle, dan Klas III Angle pada suku Tionghoa di
SMA Methodist Lubuk Pakam terhadap rasio keseluruhan Bolton?

Universitas Sumatera Utara


4

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui rerata rasio anterior dan keseluruhan analisis Bolton pada
kelompok maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle pada suku
Tionghoa di SMA Methodist Lubuk Pakam.
2. Untuk mengetahui perbedaan rasio anterior analisis Bolton pada kelompok
maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle pada suku Tionghoa di
SMA Methodist Lubuk Pakam terhadap rasio anterior Bolton.
3. Untuk mengetahui perbedaan rasio keseluruhan analisis Bolton pada
kelompok maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle pada suku
Tionghoa di SMA Methodist Lubuk Pakam terhadap rasio keseluruhan Bolton.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah :
1. Bagi Klinisi, penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai
diskrepansi ukuran gigi berbagai kelompok maloklusi pada suku Tionghoa sehingga
dapat dilakukan pertimbangan sebelum menyusun rencana perawatan.
2. Sebagai penelitian awal untuk dikembangkan lagi menjadi penelitian yang
lebih lanjut.
Manfaat praktis pada penelitian ini adalah :
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dokter gigi pada umumnya
dan ortodontis khususnya dalam memahami bahwa pentingnya pengukuran
diskrepansi ukuran gigi sebelum dilakukan perawatan orotodonti khususnya pada
suku Tionghoa untuk mencapai hasil perawatan yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Ortodonsia merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang bertujuan untuk


mengoreksi maloklusi dan mencapai fungsi stogmatognasi yang optimal.13 Pada
tahun 1972, Andrews menyatakan bahwa ada 6 faktor utama dalam mendapatkan
oklusi yang normal. Keenam faktor tersebut adalah hubungan Klas I Angle, angulasi
mahkota normal, inklinasi mahkota normal, tidak ada rotasi, ruangan yang cukup dan
kurva spee yang datar atau sedikit melengkung. Keadaan yang abnormal pada satu
atau lebih pada 6 faktor utama tersebut akan menyebabkan seseorang mempunyai
oklusi yang tidak normal.14 Faktor lain yang mempengaruhi oklusi normal adalah
diskrepansi ukuran gigi, yang sering menyebabkan gigi berjejal, kelebihan ruang
maupun hubungan interkuspasi yang tidak tepat. 15 Diskrepansi ukuran gigi dapat
didefinisikan sebagai ketidakseimbangan proporsi ukuran gigi-geligi pada rahang atas
dan rahang bawah.2,13,16
Sebelum memulai suatu perawatan terhadap maloklusi, pengukuran dan analisis
ukuran gigi perlu diperhatikan agar susunan gigi tepat dalam lengkungnya. Beberapa
jenis metode analisis ruang dan ukuran gigi telah dikembangkan dan digunakan oleh
ahli ortodonti seperti analisis Kesling, analisis Howes, namun yang paling banyak
digunakan adalah analisis Bolton.17,18 Analisis Bolton didasari oleh rasio jumlah lebar
mesio-distal gigi rahang atas dan rahang bawah. Rasio analisis Bolton diperoleh dari
sampel ras kaukasoid, yang mungkin berbeda dengan rasio pada ras lainnya.

2.1 Analisis Bolton


Analisis Bolton adalah salah satu metode yang banyak digunakan untuk
mengetahui abnormalitas ukuran gigi.4 Bolton mengevaluasi 55 model studi dengan
oklusi normal, 44 diantaranya telah dirawat ortodonti non ekstraksi, sedangkan 11
lainnya belum pernah dirawat ortodonti. Bolton mengukur diskrepansi ukuran gigi
dengan menjumlahkan lebar mesio-distal gigi pada rahang atas dan rahang bawah.

Universitas Sumatera Utara


6

Dari hasil penelitiannya, rasio anterior yang ideal adalah 77,2% dengan SD ±1,65
dengan pengukuran jumlah 6 gigi anterior. Rasio keseluruhan yang ideal adalah 91,3%
dengan SD ± 1,91 pengukuran dari batas molar pertama permanen kanan dan kiri.
Rasio Bolton telah banyak digunakan untuk kebutuhan pengurangan lebar mesiodistal
gigi dengan pengasahan (slicing) interproksimal pada ruang dan ukuran gigi yang
berlebih dan penambahan ukuran gigi dengan cara konservatif dan prostetik untuk
penambahan ukuran dan ruang gigi.19-23
2.1.1 Rasio Gigi Geligi Anterior
Lebar mesio-distal enam gigi anterior pada kedua rahang diukur dan kemudian
dijumlahkan. Pengukuran dimulai dari kaninus kiri hingga kaninus kanan, sehingga
gigi yang diukur adalah gigi 13 sampai dengan gigi 23 pada rahang atas dan gigi 33
sampai dengan gigi 43 pada rahang bawah. Jumlah lebar mesio-distal gigi anterior
pada rahang bawah dibandingkan dengan jumlah lebar mesio-distal gigi anterior pada
gigi rahang atas. Angka yang dihasilkan merupakan persentase hubungan lebar mesio
distal gigi rahang bawah dengan lebar mesio-distal pada rahang atas, yang disebut
dengan rasio anterior. Rasio anterior dapat dirumuskan dengan :20-22

jumlah 6 gigi rahang bawah


Rasio Anterior = x 100%
jumlah 6 gigi rahang atas

Menurut penelitian Bolton, jumlah lebar mesio-distal enam gigi anterior rahang
bawah dibandingkan dengan enam gigi anterior rahang atas akan menghasilkan rasio
anterior sebesar 77,2% dengan SD ± 1,65.20-22
Jika rasio anterior lebih besar dari 77,2%, maka diskrepansi terjadi karena lebar
gigi anterior rahang bawah berlebihan. Tabel 1 menunjukkan ukuran ideal daripada
gigi anterior pada rahang atas dan rahang bawah. Kelebihan lebar gigi anterior pada
rahang bawah dapat ditentukan dengan rumus dan tabel.20-22

Jumlah 6 Gigi Mandibula x 77,2


Jumlah 6 Gigi Mandibula -
100

Universitas Sumatera Utara


7

Sebaliknya, bila rasio anterior lebih kecil dari 77,2%, maka diskrepansi yang
terjadi disebabkan oleh lebar gigi anterior rahang atas yang berlebihan. Kelebihan
gigi anterior pada rahang atas dapat ditentukan dengan rumus atau tabel.20-22

Jumlah 6 Gigi Mandibula x 100


Jumlah 6 Gigi Maksila -
77,2

Tabel 1. Ukuran gigi ideal pada rahang atas dan rahang bawah berdasarkan rasio
anterior Bolton.24

R.Atas 6 R.Bawah 6 R.Atas 6 R.Bawah 6 R.Atas 6 R.Bawah 6


40,0 30,9 45,5 35,1 50,5 39,0
40,5 31,3 46,0 35,5 51,0 39,4
41,0 31,7 46,5 35,9 51,5 39,8
41,5 32,0 47,0 36,3 52,0 40,1
42,0 32,4 47,5 36,7 52,5 40,5
42,5 32,8 48,0 37,1 53,0 40,9
43,0 33,2 48,5 37,4 53,5 41,3
43,5 33,6 49,0 37,8 54,0 41,7
44,0 34,0 49,5 38,2 54,5 42,1
44,5 34,4 50,0 38,6 55,5 42,5
45,0 34,7

Universitas Sumatera Utara


8

Gambar 1. Pengukuran lebar mesio-


distal gigi 13-23 dan gigi
33-43 untuk memperoleh
rasio anterior.25

2.1.2 Rasio Gigi Geligi Keseluruhan


Lebar mesio-distal dua belas gigi pada kedua rahang diukur dan kemudian
dijumlahkan. Pengukuran dimulai dari molar pertama kiri hingga molar pertama
kanan, sehingga gigi yang diukur adalah gigi 16 sampai dengan gigi 26 pada rahang
atas dan gigi 36 sampai dengan gigi 46 pada rahang bawah. Kemudian, jumlah lebar
mesio-distal gigi pada rahang bawah dibandingkan dengan jumlah lebar mesio-distal
gigi pada rahang atas. Angka yang dihasilkan berupa persentase hubungan lebar
mesio-distal gigi rahang bawah dengan lebar mesio-distal gigi rahang atas, yang
disebut rasio keseluruhan. Rasio keseluruhan dapat dirumuskan dengan :24-26

jumlah 12 gigi rahang bawah


Rasio Keseluruhan = x 100%
jumlah 12 gigi rahang atas

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bolton, rasio keseluruhan pada ras
Kaukasoid yang didapatkan adalah 91,3% dengan SD ± 1,91.24-26

Universitas Sumatera Utara


9

Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3%, maka diskrepansi terjadi karena lebar
gigi rahang bawah berlebihan. Tabel 2 menunjukkan ideal daripada lebar gigi pada
rahang atas dan rahang bawah. Kelebihan lebar gigi pada rahang bawah dapat
ditentukan dengan rumus atau tabel.24-26

Jumlah 12 Gigi Maksila x 91,3


Jumlah 12 Gigi Mandibula -
100

Sebaliknya, bila rasio keseluruhan lebih kecil dari 91,3%, maka diskrepansi
yang terjadi disebabkan oleh lebar gigi rahang atas yang berlebihan. Kelebihan gigi
pada rahang atas dapat ditentukan dengan rumus atau tabel.24-26

Jumlah 12 Gigi Mandibula x 100


Jumlah 12 Gigi Maksila -
91,3

Tabel 2 . Ukuran gigi ideal pada rahang atas dan rahang bawah berdasarkan rasio
keseluruhan Bolton.24

R.Atas 12 R.Bawah 12 R.Atas 12 R.Bawah 12 R.Atas 12 R.Bawah


12
85 77,6 95 86,7 105 95,9
86 78,5 96 87,6 106 96,8
87 79,4 97 88,6 107 97,8
88 80,3 98 89,5 108 98,6
89 81,3 99 90,4 109 99,5
90 82,1 100 91,3 110 100,4
91 83,1 101 92,2
92 84,0 102 93.1
93 84,9 103 94,0
94 85,8 104 95,0

Universitas Sumatera Utara


10

Gambar 2. Pengukuran lebar mesio-


distal gigi 16-26 dan gigi
36-46 untuk memperoleh
rasio keseluruhan.25

2.2 Maloklusi
Menurut Angle, maloklusi didefinisikan sebagai suatu penyimpangan oklusi
normal. Menurut Proffit pada tahun 1986, maloklusi dapat disertai dengan adanya
ketidakharmonisan susunan gigi antar rahang seperti rotasi, tipping, infra-oklusi
maupun supraoklusi, dan ketidakharmonisan relasi antar rahang terhadap oklusi
normal.1 Oklusi normal menurut Angle didefinisikan sebagai tonjol mesiobukal
molar pertama rahang atas berkontak dengan groove bukal molar pertama rahang
bawah dan gigi tersusun secara rapi pada lengkung rahang. Maloklusi telah menjadi
suatu permasalahan besar pada negara maju dengan suatu prevalensi yang tinggi dan
menjadi suatu perhatian dalam bidang pelayanan kesehatan. 27
2.2.1 Klasifikasi Maloklusi Menurut Angle
Oklusi normal merupakan hal yang sering dijumpai dalam suatu populasi,
sedangkan oklusi ideal itu jarang ataupun hal langka yang ditemukan. Oklusi normal
mencakup variasi dalam posisi dan hubungan gigi sedikit berbeda dari oklusi ideal.

Universitas Sumatera Utara


11

Angle menggambarkan bahwa oklusi normal merupakan suatu dataran yang ditempati
oleh sederetan gigi yang terususun dalam suatu lengkung rahang bawah yang
harmonis. Oklusi normal memiliki rotasi yang sangat kecil, berjejal, dan atau jarak
antar gigi. Menurut Angle, untuk oklusi normal adalah hubungan anteroposterior
antara molar satu permanen bawah (Gambar 3).28,29

(a) (a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 3. (a) pandangan lateral kiri dari oklusi normal, (b) pandangan frontal dari
oklusi normal, (c) pandang lateral kanan darioklusi normal, (d) tampak
rahang atas, (e) tampak rahang bawah. 29

Konsep Angle pada oklusi normal pada dasarnya merupakan gambaran dari
oklusi ideal. Orang dengan oklusi ideal harus memiliki 32 gigi permanen dan
memiliki hubungan yang sangat bagus pada ketiga bidang, ujung cusp mesiobukal
dari molar satu permanen atas terletak dengan tepat pada groove bukal dari molar satu
permanen rahang bawah, dan ujung dari mahkota kaninus atas terletak dengan tepat
pada embrasur antara kaninus dan premolar satu bawah. Panjangnya insisivus sentral
atas menutupi 20% dari permukaan labial insisivus sentral bawah dalam bidang
vertikal (overbite). Jarak di sepanjang bidang anteroposterior antara permukaan labial

Universitas Sumatera Utara


12

dari insisivus sentral bawah adalah sekitar 1-2 mm. Gigi memiliki sudut yang normal
dalam bidang mesiodistal, memiliki inklinasi yang normal dalam bidang bukolingual
dan tersusun tanpa adanya ruang, rotasi, dan crowded di sepanjang puncak prosesus
alveolar (Gambar 4).28,29

(a) (b)

Gambar 4. (a) Pandangan frontal dari oklusi ideal, (b) pandangan lateral dari oklusi
ideal.29

2.2.1.1 Maloklusi Klas I Angle


Maloklusi Klas I memiliki hubungan molar satu yang sama dengan oklusi
normal, dimana cusp mesiobukal dari molar satu permanen rahang atas dan beroklusi
pada groove bukal yang terletak di antara cusp mesial dan distal bukal molar satu
permanen rahang bawah (Gambar 5). Maloklusi Klas I pada umumnya memiliki gigi
yang normal dari arah anteroposterior yang dikombinasi dengan adanya suatu
penyimpangan ukuran gigi dengan panjang lengkung rahang. Penyimpangan yang
biasa terjadi adalah crowded memiliki gigi yang lebih besar dengan panjang lengkung
yang lebih kecil serta memiliki lebar lengkung yang lebih kecil. Gigitan silang
anterior dan posterior juga dapat ditemukan pada pasien dengan maloklusi Klas I. 29,30
Dewey mengemukakan suatu modifikasi dari klasifikasi maloklusi Angle yang
membagi Klas I menjadi lima tipe, yaitu : 25

Universitas Sumatera Utara


13

a. Tipe 1 : Maloklusi Klas I dengan crowded pada gigi anterior


b. Tipe 2 : Klas I dengan protrusi pada gigi insisivus maksila
c. Tipe 3 : Maloklusi Klas I dengan gigitan terbalik anterior
d. Tipe 4 : Relasi molar Klas I dengan gigitan terbalik posterior
e. Tipe 5 : Molar permanen telah terjadi pergeseran ke arah mesial karena
pencabutan dini pada molar satu desidui atau molar dua desidui.

Gambar 5. Maloklusi Klas I Angle.31

2.2.1.2 Maloklusi Klas II Angle


Maloklusi Klas II memiliki hubungan lengkung gigi yang tidak normal dengan
posisi gigi molar satu mandibula berada lebih ke distal dari gigi molar satu maksila
(Gambar 6). Angle membagi maloklusi Klas II menjadi maloklusi Klas II divisi 1,
maloklusi Klas II divisi 2, dan maloklusi Klas II subdivisi. 29,30
Maloklusi Klas II Angle subdivisi memiliki karakteristik Klas II maloklusi pada
satu sisi dan Klas I oklusi pada sisi yang berlawanan. Klas II subdivisi dapat
mencakup asimetri skeletal, asimetri dentoalveolar atau kombinasi dari keduanya.
Maloklusi Klas II subdivisi memiliki hubungan yang asimetri antara sisi kanan dan
kiri, sehingga klinisi harus mampu menentukan penyebab utama dari asimetri ini
guna untuk memberikan perawatan yang terbaik. Pada penelitian Cassidy dkk.,
melaporkan bahwa 50% dari 98 subjek penelitian dengan maloklusi Klas II subdivisi
menunjukkan pergeseran midline mandibula terhadap midline wajah, sehingga dapat
diartikan maloklusi Klas II subdivisi lebih banyak disertai dengan asimetri
mandibular. Pada umumnya faktor skeletal sebagai penyebab dan terlihat deviasi
dagu ke sisi Klas II. Faktor utama yang berkonstribusi pada maloklusi Klas II

Universitas Sumatera Utara


14

subdivisi adalah defisiensi pada mandibular karena terjadi pengurangan pada tinggi
ramus dan panjang mandibular pada sisi Klas II. Alavi dkk., menyatakan bahwa
faktor utama yang berkonstribusi untuk terjadinya hubungan asimetri ini adalah
komponen dentoalveolar.32,33

Gambar 6. Maloklusi Klas II Angle.31

2.2.1.2.1 Maloklusi Klas II Angle Divisi 1


Maloklusi Klas II divisi 1 memiliki gigi rahang bawah dengan posisi lebih ke
distal dari gigi rahang atas. Protrusi gigi insisivus atas umum ditentukan pada
maloklusi ini, sehingga akan menghasilkan overjet lebih besar dari normal (Gambar
7). Insisivus atas sering dijumpai penambahan inklinasi labial, ini menyebabkan
mahkota insisivus rentan terjadi fraktur. Hubungan molar satu permanen pada
maloklusi ini menunjukkan cusp distobukal dari gigi molar satu atas beroklusi pada
bukal groove dari molar satu permanen bawah dan ujung mahkota kaninus maksila
beroklusi di dekat permukaan mesial dari kaninus mandibular. Pasien dengan
maloklusi ini dapat atau tidak memiliki gigi crowded dan memiliki variasi dalam
derajat dari overbite, dari openbite hingga deep overbite. Rata-rata pada individu
dengan maloklusi Klas II divisi 1 memiliki lebar lengkung maksila yang lebih sempit
dibanding dengan individu dengan oklusi normal.25,29

Universitas Sumatera Utara


15

Gambar 7. Maloklusi Klas II Angle divisi 1.29

2.2.1.2.2 Maloklusi Klas II Angle divisi 2


Pada maloklusi Klas II divisi 2, inklinasi insisivus sentralis atas lebih ke lingual
(Gambar 8). Hal ini menunjukkan perbedaan dengan maloklusi Klas II divisi 1
dimana terdapat inklinasi labial yang besar. Jumlah dari insisivus maksila dengan
inklinasi ke lingual bervariasi antara keempat gigi insisivus rahang atas. Posisi dari
insisivus dengan inklinasi ke lingual akan menghasilkan nilai overjet yang kecil
hingga sedang. Oleh karena inklinasi insisivus yang lebih ke lingual, maka overbite
akan ditemukan lebih dalam dari biasanya. Collum angle antara panjang aksis dari
mahkota dengan panjang aksis dari akar pada insisivus sentralis maksila memiliki
derajat lebih besar pada pasien maloklusi Klas II divisi 2 dibandingkan dengan
kelompok oklusi normal. Pasien dengan maloklusi Klas II divisi 2 yang memiliki
derajat collum angle yang besar pada umumnya memiliki overbite yang lebih besar
dari normal. Lengkung maksila dan mandibula pada pasien dengan maloklusi ini
lebih sempit dibandingkan dengan oklusi normal.25,29

Universitas Sumatera Utara


16

Gambar 8. Maloklusi Klas II Angle divisi 2.29

2.2.1.3 Maloklusi Klas III Angle


Posisi gigi molar satu pada rahang bawah lebih mesial dari gigi rahang atas dan
umumnya terlihat gigitan terbalik anterior terdapat pada maloklusi Klas III Angle.
Cusp mesiobukal dari molar satu rahang atas beroklusi pada embrasure di antara
molar satu dan molar dua rahang bawah (Gambar 9). Lengkung gigi maksila
cenderung terjadi crowded dibanding mandibula. Lebar lengkung maksila lebih
sempit dibanding oklusi normal. Sempitnya lengkung gigi maksila dan adanya
penyimpangan anteroposterior pada lengkung sering dihubungkan dengan adanya
gigitan terbalik posterior.24,29
Dewey memodifikasi klasifikasi maloklusi Klas III Angle menjadi 3 tipe
yaitu :25
a. Tipe 1 : Lengkung gigi atas dan bawah ketika dilihat secara terpisah
menunjukkan deretan yang normal. Tetapi, ketika lengkung dioklusikan akan
menunjukkan insisivus yang edge to edge.
b. Tipe 2 : insisivus mandibular mengalami crowded dan memiliki hubungan
lingual terhadap insisivus maksila.
c. Tipe 3 : Insisivus maksila mengalami crowded dan memiliki hubungan
gigitan terbalik terhadap anterior mandibular.

Universitas Sumatera Utara


17

Gambar 9. Maloklusi Klas III Angle.31

2.3 Ras Mongoloid


Hampir seluruh penduduk yang menduduki Asia adalah ras Mongoloid. Ras
Mongoloid dibagi menjadi 5 yaitu, penduduk Korea, Jepang, Tionghua bagian utara
dan selatan, dan Thai.34 Fisher, mengemukakan bahwa ada 2 hal yang menyebabkan
kompleksitas pola geografik manusia Indonesia, yaitu pertama, karena adanya invasi
etnik dan kebudayaan yang berlangsung berabad-abad, dan kedua disebabkan karena
terpisah-pisahnya wilayah yang mempengaruhi variasi rasial dan difusi kebudayaan.35
Pada tahun 1929, Nysen berpendapat bahwa populasi masyarakat Indonesia
dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu yang berasal dari timur, barat dan Meridional,
yaitu dari daerah Mongolia sebelah Selatan, dari Australia dan terakhir yang mungkin
mempunyai unsur-unsur Meridional Afrika. Jacob, mengemukakan bahwa menurut
sejarah teori adanya 2 migrasi, yaitu Austro-Melanesia dan Mongoloid. Campuran
kedua komponen tersebut menjadi kelompok Proto-Melayu. Karena migrasi
berkembang terus, terutama migrasi invasi dari orang-orang Mongoloid maka terjadi
lagi campuran Proto-Melayu dengan Mongoloid menjadi Deutro-Melayu, jadi
kelompok terakhir ini lebih banyak campuran ras Mongoloid. Di Asia Tenggara
dapat diamati pertambahan unsur Mongoloid (Xantoderm) akibat ekspansi kelompok
ini ke arah Selatan. Ekspansi ini juga terjadi pergeseran populasi Melanoderm ke arah
Selatan dan Tenggara, maka terjadi Mongolisasi populasi asli Asia Tenggara,
sehingga menyebabkan gene-flow ciri-ciri genetis.35

Universitas Sumatera Utara


18

Kranium pada ras Mongoloid umumnya berbentuk panjang tetapi kadang dapat
berbentuk bulat atau oval. Kranium ras Mongoloid ukuran rata-rata antara ras
Kaukasoid dan ras Negroid. Bentuk wajah ras Mongoloid lebih rata karena adanya
proyeksi yang ekstrim terhadap tulang zygomatik, dan tidak hanya tulang zygomatik
protusi kedepan tetapi proyeksi ke bagian inferior dibawah batas inferior dari maksila.
Bentuk hidung ras Mongoloid tidak terlalu kecil juga tidak terlalu besar, memiliki
profil nasal yang konkaf dan tulang nasal yang kecil. Ras Mongoloid memiliki bentuk
insisivus yang khas yaitu shovel-shaped pada insisivus atau disebut seperti bentuk
kapak.36

2.4 Kecamatan Lubuk Pakam


Jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2014 sebanyak
1.984.598 jiwa terdiri dari 22 kecamatan dan 394 kelurahan. Kecamatan Lubuk
Pakam menduduki peringkat ke 7 dari 22 kecamatan dengan jumlah penduduk
sebanyak 89.873 jiwa yaitu 4,53% dari total jumlah penduduk Kabupaten Deli
Serdang, dimana terdiri dari 7 kelurahan dan 6 desa.37,38 Kecamatan Lubuk Pakam
terdiri dari 16 sekolah SMA yaitu 3 SMA Negeri dan 13 SMA Swasta. 39

Universitas Sumatera Utara


19

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Tergantung

Maloklusi Index Bolton :


Diskrepansi Ukuran Gigi :  Rasio anterior
 Metode Mullen  Rasio keseluruhan

Variabel Terkendali

- SMA Swasta Methodist Lubuk Pakam

- Suku

- Umur

Universitas Sumatera Utara


2.6 Kerangka Teori

MALOKLUSI

KLASIFIKASI ANGLE DISKREPANSI UKURAN GIGI


GIGIGIGIGIGI

ANALISIS RUANG FAKTOR YANG


KLAS I KLAS II KLAS III MEMPENGARUHI
ANGLE ANGLE ANGLE
ANALISIS
JENIS KELAMIN
KESLING

ANALISIS
HOWES RAS

KAUKASOID
ANALISIS
BOLTON
NEGROID

DLL MONGOLOID

GAMBARAN DISKREPANSI UKURAN


GIGI PADA SUKU TIONGHOA?

20

Universitas Sumatera Utara


21

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penilitian deskriptif dengan data penelitian yang
diolah secara analitik, yaitu melihat gambaran diskrepansi ukuran gigi berbagai
kelompok maloklusi pada suku Tionghoa di SMA Methodist Lubuk Pakam. Desain
penelitian ini adalah cross sectional dimana studi ini mengukur variabel secara
bersamaan pada waktu tertentu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di SMA Methodist Lubuk Pakam dan Fakultas Kedokteran
Gigi pada bulan Maret 2017 – Mei 2017 serta dilakukan pengolahan data.

3.3 Populasi Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Methodist Lubuk Pakam pada
usia ≥ 16 tahun.

3.4 Sampel Penelitian


Pada penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling yaitu
pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria iklusi
dan eksklusi dalam penyeleksian sampel adalah sebagai berikut :
3.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini sebagai berikut :
a) Suku Tionghoa dari dua keturunan (ayah, ibu, kakek, nenek)
b) Usia ≥ 16 tahun
c) Belum pernah menjalani perawatan ortodonti
d) Gigi permanen lengkap (kecuali gigi molar tiga dan dua)
e) Tidak ada karies / tambalan interproksimal maupun protesa

Universitas Sumatera Utara


22

3.4.2 Kriteria Eksklusi


Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Adanya kelainan jumlah gigi (agenesis / supernumerary)
b) Adanya kelainan bentuk gigi ( peg shaped )
c) Adanya kelainan ukuran gigi (makrodonsia / mikrodonsia)
d) Adanya fraktur dan atrisi pada gigi
e) Adanya kehilangan gigi (missing teeth)
f) Adanya tambalan interproksimal
g) Adanya maloklusi Klas II dan Klas III subdivisi
h) Adanya kendala etika
3.4.3 Besar Sampel
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus :40

( )
{ }

keterangan :
n = besar sampel
Zα = derajat batas atas; untuk α = 0,05 Zα = 1,96
Zβ = derajat batas bawah; untuk β = 0,010 Zβ = 1,282
σ = standar deviasi prakiraan perbedaan = 0,518
d = selisih rerata yang bermakna = 0,22
sehingga :
( )
{ }

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 59 orang. Sampel yang


dipergunakan dalam penelitian adalah 60 orang yang terdiri dari kelompok maloklusi
Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle yang diambil dari siswa SMA
Methodist Lubuk Pakam yang memenuhi kriteria yang diterapkan.

Universitas Sumatera Utara


23

3.5 Variabel Penelitian


3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Ukuran diskrepansi gigi
- Kelompok Maloklusi
3.5.2 Variabel Terkendali
Variabel terkendali pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Umur
- Suku / Ras
3.5.3 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah rasio keseluruhan dan anterior
Analisis Bolton.

3.6 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara dan Kategori Skala
alat ukur ukur
Siswa SMA Seluruh siswa yang ≥ 16 tahun
Methodist terdaftar dan masih aktif
Lubuk mengikuti pendidikan di
Pakam sekolah SMA Methodist
Lubuk Pakam
Suku Penduduk Indonesia yang Kuesioner Dua
Tionghoa berasal dari Lubuk Pakam keturunan
Asli dan ditandai adanya nama (ayah, ibu,
keluarga yang diturunkan kakek,
dari orang tua (ayah) nenek)
Maloklusi Setiap keadan yang Model studi Maloklusi
menyimpang dari oklusi Klas I
normal, maloklusi juga Angle
diartikan sebagai suatu Maloklusi
kelainan susunan gigi Klas II
geligi atas dan bawah yang Angle
berhubungan dengan Maloklusi
bentuk rongga mulut serta Klas III
fungsi Angle

Maloklusi Cusp mesiobukal dari

Universitas Sumatera Utara


24

Klas I molar satu permanen


Angle rahang atas dan beroklusi
pada groove bukal yang
terletak di antara cusp
mesial dan distal bukal
molar satu permanen
rahang bawah
Maloklusi Posisi gigi molar satu
Klas II mandibula berada lebih ke
Angle distal dari gigi molar satu
maksila
Maloklusi Memiliki gigi rahang
Klas II bawah dengan posisi lebih
Angle divisi ke distal dari gigi rahang
1 atas. Protrusi gigi insisivus
atas umum ditentukan
pada maloklusi ini,
sehingga akan
menghasilkan overjet lebih
besar dari normal
Maloklusi Memiliki gigi rahang
Klas II bawah dengan posisi lebih
Angle divisi ke distal dari gigi rahang
2 atas, inklinasi insisivus
sentralis atas lebih ke
lingual
Maloklusi Cusp mesiobukal dari
Klas III molar satu rahang atas
Angle beroklusi pada embrasure
di antara molar satu dan
molar dua rahang bawah
Lebar Jarak terbesar yang diukur Model studi Rasio
mesiodistal dari titik kontak anatomis
gigi mesial ke titik kontak
anatomis distal pada
masing-masing gigi
sampai molar pertama
pada rahang atas dan
rahang bawah
Rasio Perbandingan jumlah Model studi Rasio
anterior ukuran lebar mesiodistal
gigi menurut analisis
Bolton yaitu jumlah
mesiodistal 6 gigi anterior

Universitas Sumatera Utara


25

rahang bawah dibagi


jumlah lebar mesiodistal 6
gigi anterior rahang atas
lalu dikalikan 100%.
Rasio Perbandingan jumlah Model studi Rasio
keseluruhan ukuran lebar mesiodistal
gigi menurut analisis
Bolton yaitu jumlah lebar
mesiodistal gigi
kesuluruhan hingga batas
molar pertama rahang
bawah dibagi jumlah lebar
mesiodistal gigi
keseluruhan hingga batas
molar pertama rahang atas
lalu dikalikan dengan
100%.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian


3.7.1 Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian :
1. Kaliper digital merk Krisbow dengan ketepatan dua angka di belakang koma
untuk pengukuran lebar mesiodistal gigi
2. Pensil untuk penandaan titik kontak gigi pada model
3. Penghapus
4. Masker
5. Sarung tangan
6. alat diagnostik (kaca mulut, sonde, dan pinset)
7. Sendok cetak
8. Rubber bowl
9. Spatel
10. Kursi
11. Kalkulator

Universitas Sumatera Utara


26

(a) (b) (c) (d) (e)

(f) (g) (h) (i) (j)


Gambar 10. (a) Alat diagnostik, (b) Sendok cetak, (c) Rubber bowl & spatel, (d)
Kursi,
(e) Kalkulator, (f) Pensil, (g) Penghapus, (h) Kaliper, (k) Sarung tangan,
(l)Masker.

3.7.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian :
1. Alginate merek Hygedent
2. Dental stone merek Moldeno
3. Model cetakan gigi RA dan RB

Universitas Sumatera Utara


27

(a) (b) (c)

Gambar 11. (a) Alginate, (b) Dental stone, (c) Model studi RA dan RB

3.8 Prosedur Penelitian


Pemilihan subjek berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan
sampel untuk mendapatkan sampel suku Tionghoa dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Pada siswa sekolah SMA Methodist Lubuk Pakam yang telah mendapat
kuesioner, dilakukan pemeriksaan klinis berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Sampel yang dipilih diberi lembar informed consent, maka subjek akan diminta untuk
mengatur jadwal percetakan gigi. Adapun langkah-langkah dalam pencetakan gigi
adalah sebagai berikut:
1. Alat dan bahan yang diperlukan dalam pencetakan dipersiapkan.
2. Pencetakan dimulai dari rahang bawah.
3. Subjek diposisikan dalam keadaan yang benar dan rileks dengan posisi
belakang kepala segaris dengan punggung subjek serta bidang oklusal pasien sejajar
dengan lantai.
4. Ukuran sendok cetak disesuaikan pada rahang bawah dan rahang atas.
5. Pembuatan alginate dengan penambahan air sesuai dengan takaran pabrik
pada rubber bowl dan aduk dengan spatula hingga waktu yang telah ditentukan
pabrik.
6. Alginate ditempatkan pada sendok cetak.
7. Subjek diinstruksikan untuk membuka mulut, mengangkat lidah ke atas,
kemudian sendok cetak diposisikan pada rahang bawah dengan benar di dalam mulut
pasien sebelum dilakukan penekanan.

Universitas Sumatera Utara


28

8. Setelah alginate mengeras, sendok cetak dikeluarkan dari mulut subjek, dan
cetakan dibersihkan di bawah air mengalir.
9. Pencetakan rahang atas dilakukan dengan cara yang sama dengan subjek
diinstruksikan untuk membuka mulut.
10. Pengisian dental stone pada cetakan rahang atas dan rahang bawah. Setelah
dental stone mengeras, pisahkan dental stone dari cetakan dibawah air mengalir.
Setelah model gigi selesai diperoleh, maka akan dilakukan pengukuran lebar
mesiodistal gigi dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pengukuran lebar mesiodistal gigi dilakukan pada rahang atas dan rahang
bawah dengan batas gigi molar pertama permanen dengan metode Mullen41.
(Gambar 12).

Gambar 12. Pengukuran lebar mesio-distal gigi dengan


kaliper dengan metode Mullen.

2. Buat titik pada model sebagai pedoman untuk pengukuran dengan


menggunakan pensil.
3. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper digital dengan
ketepatan dua angka di belakang koma.

Universitas Sumatera Utara


29

4. Pengukuran studi model gigi hanya dilakukan pada 5 pasang model gigi (10
rahang) dalam satu hari untuk menghindari kelelahan mata peneliti sewaktu membaca
skala yang terdapat pada kaliper sehingga data yang didapatkan lebih akurat.
5. Uji inter-operator dilakukan untuk mendapatkan data yang valid. Hasil
pengukuran yang dilakukan pada penelitian saat ini dibandingkan dengan hasil
pengukuran yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. Jika hasil yang didapatkan
tidak berbeda secara bermakna, maka hasil penelitian dianggap valid. Jika hasil
didapatkan berbeda secara bermakna, maka ditelusuri kesalahan dalam pengukuran.

3.9 Pengolahan dan Analisa Data


3.9.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dengan program statistik secara komputerisasi.
3.9.2 Analisa Data
1. Dihitung rerata dan standar deviasi pada rasio anterior suku Tionghoa.
2. Dihitung rerata dan standar deviasi pada rasio keseluruhan suku Tionghoa.
3. Dihitung rasio anterior berbagai kelompok maloklusi pada suku Tionghoa,
kemudian dilakukan uji-T.
4. Dihitung rasio keseluruhan berbagai kelompok maloklusi pada suku
Tionghoa, kemudian dilakukan uji-T.

Universitas Sumatera Utara


30

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 60 model studi cetakan rahang dengan berbagai


kelompok maloklusi pada suku Tionghoa terdiri dari 23 model studi kelompok
maloklusi Klas I Angle, 16 model studi kelompok maloklusi Klas II Angle, dan 21
model studi kelompok maloklusi Klas III Angle dari siswa/siswi suku Tionghoa di
SMA Methodist Lubuk Pakam dan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Pengukuran
dilakukan pada model studi gigi rahang atas dan rahang bawah.
Penelititan terdahulu yang dilakukan oleh Bolton pada tahun 1958, melakukan
penelitian menggunakan sampel populasi Kaukasoid sebanyak 55 sampel dengan
oklusi normal (44 sampel telah mendapatkan perawatan ortodonti non-ekstraksi dan
11 sampel tidak mendapatkan perawatan ortodonti) untuk menentukan rerata rasio
anterior dan keseluruhan dari hasil pengukuran pada gigi 16-26 dan gigi 36-46 dan
diperoleh rerata rasio anterior 77,20%±SD1,65 dan rerata rasio keseluruhan
91,30%±SD1,91.
Pengujian kemaknaan inter-operator pengukuran rerata mesio-distal gigi rahang
atas dan rahang bawah. Untuk mendapatkan data yang valid, 60 model studi diuji
secara inter-operator dengan menggunakan prosedur yang sama dimana hasil
pengukuran 1 dengan hasil pengukuran 2 dilakukan pada waktu dan operator yang
berbeda. Berdasarkan hasil uji-T tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
operator 1 dan operator 2 dengan nilai p<0,05, sehingga data dapat dinyatakan valid.
Data hasil penelitian telah melalui uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-
Smirnov yang menyatakan bahwa data tersebut terdistribusi normal dengan nilai
p>0,05.
Hasil perhitungan rerata rasio anterior dan rasio keseluruhan pada 60 sampel
model cetakan rahang suku Tionghoa dapat dilihat pada tabel 3.

Universitas Sumatera Utara


31

Tabel 3. Rerata dan Standar Deviasi Rasio Anterior dan Rasio Keseluruhan Berbagai
Kelompok Maloklusi Pada Suku Tionghoa

Nilai Rerata
Maloklusi Rasio (%) n SD

R. Anterior 77,93 23 3,26


Klas I Angle
R. Keseluruhan 91,56 23 2,68

R. Anterior 77,29 16 3,6


Klas II Angle
R. Keseluruhan 89,58 16 2,55

R. Anterior 79,01 21 2,86


Klas III Angle
R. Keseluruhan 91,84 21 2,06

Hasil pengukuran rasio anterior pada Klas I Angle diperoleh dengan nilai rerata
sebesar 77,93% dengan standar deviasi ± 3,26. Hasil perhitungan rasio keseluruhan
pada Klas I Angle diperoleh dengan nilai rerata sebesar 91,56% dengan standar
deviasi ± 2,68. Hasil perhitungan rasio anterior pada Klas II Angle diperoleh dengan
nilai rerata sebesar 77,29% dengan standar deviasi ± 3,6. Hasil perhitungan rasio
keseluruhan pada Klas II Angle diperoleh dengan nilai rerata sebesar 89,58% dengan
standar deviasi ± 2,55. Hasil perhitungan rasio anterior pada Klas III Angle diperoleh
dengan nilai rerata sebesar 79,01% dengan standar deviasi ± 2,86. Hasil perhitungan
rasio keseluruhan pada Klas III Angle diperoleh dengan nilai rerata sebesar 91,84%
dengan standar deviasi ± 2,06.
Nilai rerata rasio anterior analisis Bolton Suku Tionghoa pada Klas I Angle
diperoleh sebesar 77,93% atau lebih besar 0,73% dari rerata rasio anterior analisis
Bolton pada ras Kaukasoid yang ditetapkan 77,20%. Nilai rerata rasio anterior
analisis Bolton Suku Tionghoa pada Klas II Angle diperoleh sebesar 77,29% atau
lebih besar 0,09% dari rerata rasio anterior analisis Bolton pada ras Kaukasoid yang
ditetapkan 77,20%. Nilai rerata rasio anterior analisis Bolton suku Tionghoa pada

Universitas Sumatera Utara


32

Klas III Angle diperoleh sebesar 79,01% atau lebih besar 1,81% dari rerata rasio
anterior analisis Bolton pada ras Kaukasoid yang ditetapkan 77,20%.
Nilai rerata rasio anterior suku Tionghoa diuji secara statistik terhadap rerata
rasio anterior Bolton, untuk melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada
tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji-T Rerata Rasio Anterior Analisis Bolton Berbagai Kelompok
Maloklusi Pada Suku Tionghoa dengan Rasio Anterior Bolton

Maloklusi Rerata Rasio Anterior


(Angle) Suku Tionghoa Rasio Anterior Bolton Uji-T
Klas I 77,93% 77,20% 0,296
Klas II 77,29% 77,20% 0,922
Klas III 79,01% 77,20% 0,009

Pengujian kemaknaan perbedaan nilai rerata rasio anterior analisis Bolton pada
suku Tionghoa dengan ras Kaukasoid pada penelitian Bolton secara statistik
menggunakan metode uji-T dengan derajat kepercayaan sebesar 95%. Pada tabel 4,
diketahui bahwa hasil analisis pada Klas I Angle berupa nilai p>0,005 yang
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara nilai rerata rasio anterior
Klas I Angle analisis Bolton pada suku Tionghoa dengan ras Kaukasoid pada
penelitian Bolton. Hasil analisis pada Klas II Angle berupa p>0,005 yang
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara nilai rerata rasio anterior
Klas II Angle analisis Bolton pada suku Tionghoa dengan ras Kaukasoid pada
penelitian Bolton. Hasil analisis pada Klas III Angle berupa p<0,005 yang
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara nilai rerata rasio anterior Klas
III Angle analisis Bolton pada suku Tionghoa dengan ras Kaukasoid pada penelitian
Bolton.
Nilai rerata rasio keseluruhan analisis Bolton Suku Tionghoa pada Klas I Angle
diperoleh sebesar 91,56% atau lebih besar 0,26% dari rerata rasio keseluruhan

Universitas Sumatera Utara


33

analisis Bolton pada ras Kaukasoid yang ditetapkan 91,30%. Nilai rerata rasio
keseluruhan analisis Bolton Suku Tionghoa pada Klas II Angle diperoleh sebesar
89,58% atau lebih kecil 1,72 % dari rerata rasio keseluruhan analisis Bolton pada ras
Kaukasoid yang ditetapkan 91,30%. Nilai rerata rasio keseluruhan analisis Bolton
suku Tionghoa pada Klas III Angle diperoleh sebesar 91,84% atau lebih besar 0,54%
dari rerata rasio keseluruhan analisis Bolton pada ras Kaukasoid yang ditetapkan
91,30%.
Nilai rerata rasio keseluruhan suku Tionghoa diuji secara statistik terhadap
rerata rasio keseluruhan Bolton, untuk melihat ada tidaknya perbedaan yang
signifikan pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji-T Rerata Rasio Keseluruhan Analisis Bolton Berbagai


Kelompok
Maloklusi Pada Suku Tionghoa dengan Rasio Keseluruhan Bolton

Rerata Rasio Keseluruhan Uji-T


Maloklusi
Suku Tionghoa Rasio Keseluruhan
(Angle)
Bolton
Klas I 91,56% 91,30% 0,641
Klas II 89,58% 91,30% 0,017
Klas III 91,84% 91,30% 0,243

Pengujian kemaknaan perbedaan nilai rerata rasio keseluruhan analisis Bolton


pada suku Tionghoa dengan ras Kaukasoid pada penelitian Bolton secara statistik
menggunakan metode uji-T dengan derajat kepercayaan sebesar 95%. Pada tabel 5,
diketahui bahwa hasil analisis pada Klas I Angle berupa nilai p>0,005 yang
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara nilai rerata rasio
keseluruhan Klas I Angle analisis Bolton pada suku Tionghoa dengan ras
Kaukasoipada penelitian Bolton. Hasil analisis pada Klas II Angle berupa p<0,005
yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara nilai rerata rasio
keseluruhan Klas II Angle analisis Bolton pada suku Tionghoa dengan ras Kaukasoid

Universitas Sumatera Utara


34

pada penelitian Bolton. Hasil analisis pada Klas III Angle berupa p>0,005 yang
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara nilai rerata rasio
keseluruhan Klas III Angle analisis Bolton pada suku Tionghoa dengan ras
Kaukasoid pada penelitian Bolton.

Universitas Sumatera Utara


34

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rasio anterior
dan rasio keseluruhan analisis Bolton pada suku Tionghoa terhadap rasio Bolton, hal
ini dapat dijadikan penunjang dalam mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan
ortodonti pada pasien suku Tionghoa. Hasil pengujian statistik yang menggunakan
uji-T menunjukkan bahwa rasio anterior pada kelompok maloklusi Klas I Angle dan
Klas II Angle tidak berbeda secara bermakna, sedangkan pada kelompok maloklusi
Klas III Angle berbeda secara bermakna dengan ras Kaukasoid yang ditetapkan oleh
Bolton dengan hasil analisis yang menunjukkan nilai p<0,05. Hasil pengujian statistik
yang menggunakan uji-T menunjukkan bahwa rasio keseluruhan pada kelompok
maloklusi Klas I Angle dan Klas III Angle tidak berbeda secara bermakna, sedangkan
pada kelompok maloklusi Klas II Angle menunjukkan berbeda secara bermakna
dengan ras Kaukasoid yang ditetapkan oleh Bolton dengan hasil analisis yang
menunjukkan nilai p<0,0524.
Tabel 3 menunjukkan rerata dan standar deviasi rasio anterior dan rasio
keseluruhan suku Tionghoa, pada kelompok maloklusi Klas I Angle dengan rerata
rasio anterior sebesar 77,93%, dan rerata rasio keseluruhan sebesar 91,56%. Pada
kelompok maloklusi Klas II Angle dengan rerata rasio anterior sebesar 77,29%, dan
rerata rasio keseluruhan sebesar 89,58%. Pada kelompok maloklusi Klas III Angle
dengan rerata rasio anterior sebesar 79,01%, dan rerata rasio keseluruhan sebesar
91,84%. Pada tabel ini menunjukkan bahwa rerata rasio anterior dan rasio
keseluruhan analisis Bolton pada suku Tionghoa yang tertinggi adalah pada
kelompok maloklusi Klas III Angle, sedangkan yang terendah adalah pada kelompok
maloklusi Klas II Angle. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lopatiene dan Dumbravaite terhadap 181 model studi (59 pria dan 122 wanita)
sebelum perawatan ortodonti yang dipilih secara acak dari 1195 pasien Kaunas
University of Medical Clinic of Orthodontic dengan pasien yang berusia 12-16 tahun,

Universitas Sumatera Utara


35

menujukkan bahwa rasio anterior dan rasio keseluruhan analisis Bolton yang tertinggi
adalah pada kelompok maloklusi Klas III Angle dan terendah adalah pada kelompok
maloklusi Klas II Angle.8
Standar deviasi rasio anterior analisis Bolton suku Tionghoa pada kelompok
maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle, dan Klas III Angle adalah 3,26, 3,6, dan 2,86,
lebih besar dibandigkan standar deviasi rasio anterior analisis Bolton pada ras
Kaukasoid yang hanya sebesar 1,62. Standar deviasi rasio keseluruhan analisis Bolton
suku Tionghoa pada kelompok maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle, dan Klas III
Angle adalah 2,68, 2,55, dan 2,06, lebih besar dibandingkan standar deviasi rasio
keseluruhan analisis Bolton pada ras Kaukasoid yang hanya sebesar 1,91. Standar
deviasi yang lebih besar pada rasio keseluruhan dan rasio anterior suku Tionghoa
menunjukkan sampel pada suku Tionghoa lebih variatif dibandingkan sampel
Kaukasoid dari analisis Bolton. Pernyataan ini sesuai dengan penelititan yang
dilakukan oleh Usyal dkk., terhadap 150 sampel oklusi normal dan 560 sampel
dengan 4 kelompok maloklusi (Klas I, Klas II divisi 1, Klas II divisi 2, Klas III) yang
menunjukkan standar deviasi pada rasio anterior dan rasio keseluruhan yang lebih
besar dibandingkan standar deviasi analisis Bolton pada ras Kaukasoid. Hal ini
dikarenakan data yang diperoleh dari populasi tersebut lebih variatif. 23
Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji-
T pada nilai rerata rasio anterior analisis Bolton pada sampel kelompok maloklusi
Klas I Angle, Klas II Angle, dan Klas III Angle yang didapat sebesar 77,93%,
77,29%, dan 79,01% dibandingkan dengan nilai rerata rasio anterior Bolton pada ras
Kaukasoid yang didapat sebesar 77,20% dinyatakan berbeda secara bermakna pada
kelompok maloklusi Klas III Angle, sedangkan pada Klas I Angle dan Klas II Angle
tidak terdapat perbedaan secara bermakna. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Barbara dkk., terhadap 600 model studi (262 pria, 338 wanita)
yang dipilih secara acak dari 3088 pasien yang berusia 12-25 tahun, menunjukkan
bahwa rasio anterior analisis Bolton pada Klas III Angle menunjukkan perbedaan
secara bermakna.4

Universitas Sumatera Utara


36

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji-


T pada nilai rerata rasio keseluruhan analisis Bolton pada sampel kelompok
maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle, dan Klas III Angle yang didapat sebesar
91,56%, 89,58%, dan 91,84% dibandingkan dengan nilai rerata rasio keseluruhan
Bolton pada ras Kaukasoid yang didapat sebesar 91,30% dinyatakan berbeda secara
bermakna pada kelompok maloklusi Klas II Angle, sedangkan pada Klas I Angle dan
Klas III Angle tidak terdapat perbedaan secara bermakna. Pernyataan ini sesuai degan
penelitian yang dilakukan oleh Tu dkk., terhadap 110 sampel (50 Klas I, 30 Klas II,
30 Klas III) yang dipilih secara acak dengan pasien berusia 12 tahun di Hong Kong,
menyatakan bahwa rasio keseluruhan pada kelompok maloklusi Klas II Angle
menunjukkan perbedaan secara bermakna dibandingkan dengan rasio keseluruhan
analisis Bolton ras Kaukasoid.42
Perbedaan lebar mesio-distal gigi pada ras yang berbeda disebabkan oleh faktor
genetik. Dempsey dan Townsend menyatakan bahwa ukuran lebar mesio-distal gigi
dipengaruhi oleh faktor genetik.43 Priyambadha dan Artaria menyatakan bahwa 90%
komponen organik pada enamel adalah amelogenin. Amelogenin adalah protein yang
terdiri dari prolin, asam amino, asam glutamik, leusin, dan histidin. Amelogenin pada
manusia diproduksi oleh gen tunggal, yaitu pada kromosom X dan kromosom Y.
Kromosom Y memegang peran dalam pertumbuhan gigi yaitu terhadap lebar gigi,
ketebalan enamel dan dentin, sedangkan pada kromosom X hanya berperan dalam
pertumbuhan enamel.44
Perbedaan signifikan yang diperoleh ketika membandingkan rerata rasio
anterior dan keseluruhan suku Tionghoa dengan rerata rasio anterior dan keseluruhan
Bolton ras Kaukasoid. Fahad dkk., menyatakan bahwa perbedaan yang terjadi dapat
dikarenakan karena Bolton menggunakan sampel dengan oklusi normal sedangkan
peneliti menggunakan sampel dengan maloklusi.9
Penelitian yang dilakukan oleh Garn dan Russel menyatakan bahwa ukuran gigi
tidak dipengaruhi oleh faktor nutrisi. Nutrisi hanya berpengaruh terhadap waktu
erupsi dari gigi. Pola makan hanya berpengaruh pada perkembangan dari lebar
lengkung rahang, bukan ukuran rahang.45

Universitas Sumatera Utara


37

Penelitian yang dilakukan oleh Nie dan Lin di Beijing, China, menyatakan
bahwa pada Klas II Angle tendensi mempunyai ukuran gigi yang berlebih pada
maksila, sedangkan Klas III Angle tendensi mempunyai ukuran gigi yang berlebih
pada mandibula, sehingga diindikasikan untuk dilakukan pengasahan interproksimal
atau ekstraksi pada gigi maksila Klas II Angle dan gigi mandibula Klas III Angle. 46

Universitas Sumatera Utara


38

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Nilai rerata rasio anterior analisis Bolton suku Tionghoa pada kelompok
maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle, dan Klas III Angle yaitu 77,93%, 77,29%, dan
79,01%. Nilai rerata rasio keseluruhan analisis Bolton suku Tionghoa pada kelompok
maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle, dan Klas III Angle yaitu 91,56%, 89,58%, dan
91,84%.
2. Hasil uji-T rerata rasio anterior terdapat perbedaan yang signifikan pada Klas
III Angle dengan p<0,05 (nilai p sebesar 0,009), sedangkan pada Klas I Angle dan
Klas II Angle tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil uji-T rerata rasio
keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan pada Klas II Angle dengan p<0,05
(nilai p sebesar 0,017), sedangkan pada Klas I Angle dan Klas II Angle tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
3. Analisis Bolton tidak dapat diterapkan pada rasio keseluruhan kelompok
maloklusi Klas II Angle dan rasio anterior kelompok maloklusi Klas III Angle, tetapi
dapat diterapkan untuk kelompok maloklusi Klas I Angle pada suku Tionghoa.

6.2 Saran
Saran yang disampaikan pada penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel oklusi normal pada
suku Tionghoa.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih mewakili
berbagai macam pembagian pada suku Tionghoa agar diperoleh tingkat validitas yang
lebih tinggi.

Universitas Sumatera Utara


39

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang rasio anterior dan rasio
keseluruhan analisis Bolton pada suku lainnya di Indonesia, mengingat Indonesia
terdiri dari bermacam-macam suku.

Universitas Sumatera Utara


40

DAFTAR PUSTAKA

1. Hassan R, Rahimah AK. Occlusion, malocclusion and method of measurement-


an overview. Archives of orofacial sciences. 2007; 2: 3-9.
2. Othman SA, Harradine NWT. Tooth-size discrepancy and Bolton’s ratios: a
literature review. J Orthod. 2006; 33: 45-51.
3. Araujo E, Souki M. Bolton anterior tooth size discrepancies among different
malocclusion groups. Angle Orthod. 2003; 73(3): 307-13.
4. Barbara WS, Joanna JO, Piotr S. Overall and anterior Bolton ratio in class I, II,
and III orthodontic patients. Eur J Orthod. 2010; 32: 313-8.
5. Prasanna AL, Venkatramana V, Aryasri AS, Katta AK, Santhanakrishnan K.
Evaluation and comparison of intermaxillary tooth size discrepancy among class I,
class II dicision I, and class III subjects using Bolton’s Analysis: an in vitro study.
J Inter Oral Health. 2015; 7(9): 58-64.
6. Batool I, Abbas A, Rizvi SAA, Abbas I. Evaluation of tooth size discrepancy in
different malocclusion groups. J Ayub Med Col Abottabad. 2008; 20(4): 51-4.
7. Fattahi HR, Pakshir HR, Hedayati Z. Comparison of tooth size discrepancies
among different malocclusion groups. Eur J Orthod. 2006; 28: 491-5.
8. Lopatiene K, Dumbravaite A. Relationship between tooth size discrepancies and
malocclusion. Baltic Dent and Maxillofacial J. 2009(11): 119-124.
9. Fahad FH, Sulaimani AL, Afify AR. Bolton analysis in different classes of
malocclusion in Saudi Arabian sample. Egypt Dent J. 2006; 52(2): 1119-11125.
10. Yacoob H, Narnbiar P, Naidu MDK. Racial characteristics of human teeth with
special emphasis on the Mongoloid dentition. Malaysian J Pathol. 1996; 18(1): 1-
7.
11. Kurnia C, Susiana, Husin W. Facial indices in Chinese ethnic student aged 20-22.
J Dent Indonesia. 2012; 19(1): 1-4.
12. King MN, Tsai JSJ, Wong HM. Morphological and numerical characteristics of
the southern Chinese dentitions. Part I: anomalies in the permanent dentition. The
Open Anthropology Journal. 2010; 3: 54-64.

Universitas Sumatera Utara


41

13. Proffit WR, Fields HW. Contemporary orthodontics. Toronto: Mosby, Inc.,
2000:1-4.
14. Andrews LF. Six keys to normal occlusion. Am J Orthod 1972; 62(3):671-90.
15. Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Color atlas of dental medicine (Orthodontic-
Diagnosis). New York: Thiemmi Medical Publisher,Inc.,1993
16. Endo T, Uchikura K, Ishida K et al. Threshold for clinically significant tooth-size
discrepancy. Angle Orthod 2009; 79(4): 740-6.
17. Rahman ANAA, Othman SA. Comparison of tooth discrepancy of three main
ethnics in Malaysia with Bolton’s ratio. Sains Malaysiana. 2012; 41(2): 271-5.
18. Al-Khateeb SN, Alhaija ESJA. Tooth size discrepancies and arch parameters
among different malocclusions in a Jordanian sample. Angle Orthod. 2006; 76(3):
459-465.
19. Han C et al. The application of Bolton’s ratio in orthodontic treatment planning
for Chinese patients. The Open Anthropology J. 2010; 3: 65-70.
20. Endo T, Abe R, Kuroki H, Oka K, Shimooka S. Tooth size discrepancies among
different malocclusions in a Japanese orthodontic population. Angle Orthod. 2008;
78(6): 994-9.
21. Gaidyte A, Latkauskiene D, Baubiniene D, Leskauskas V. Analysis of tooth size
discrepancy (Bolton Index) among patients of orthodontic clinic at Kaunas
Medical University. Stomatologija. 2003; 5(1): 27-30.
22. Santoro M, Ayoub ME, Pardi VA, Cangialosi TJ. Mesiodistal crown dimensions
and tooth size discrepancy of the permanent dentition of Dominican Americans.
Angle Orthod. 2000; 70(4): 303-7.
23. Usyal T, Sari Z, Basciftci FA, Memili B. Intermaxillary tooth size discrepancy
and malocclusion: is there a relation?. Angle Orthod. 2005;75(2): 208-213.
24. Bolton WA. Disharmony in tooth size and its relation to the analysis and
treatment of malocclusion. Angle Orthod. 1958; 28(3): 265-92.
25. Singh G. Textbook of Orthodontic 2st edition. New Delhi: Jaypee Brothers (Medi)
Publishing House, 2007: 88-90.

Universitas Sumatera Utara


42

26. Rahardjo P. Diagnosis ortodonti. Surabaya: Airlangga University Press, 2008: 1-4,
58-9.
27. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science. New Delhi: Arya (Medi) Publishing
House, 2003: 75-86, 183-4.
28. Bishara SE. Textbook of orthodontics. Pennsylvania : WB Saunders Company,
2001: 98-110.
29. Staley RN, Reske NT. Essentials of orthodontics diagnosis and treatment.
Chicester: Wiley-BlackWell, 2011: 3-18.
30. Cobourne MT, Fleming PS, Dibiase AT, Ahmad S. Clinical cases in orthodontics.
Chicester: Wiley-Blackwell, 2012: 13, 77, 129, 191, 219.
31. Proffit WR. Contemporary orthodontics. 4th Edition. Missouri: Mosby Elsevier,
2007: 4-5.
32. Cassidy SE, Jackson SR, Turpin DL, Ramsay DS, Charles S, Huang GJ.
Classification and treatment of class II subdivision malocclusion. Am J Orthod
Dentofacial Orthop. 2014; 145(4): 443-51.
33. Alavi DG, BeGole EA, Schneider BJ. Facial and dental arch asymmetries in class
II subdivision malocclusion. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1998; 93(1): 38-46.
34. Arun K, Roychoudhury, Nei M. The Emergence and Dispersal of Mongoloids. J
Indian Anthrop. 1997; 32:1-20.
35. Koesoemahardja HD, Nasution FH, Trenggono BS. Antropologi untuk mahasiswa
kedokteran gigi.Jakarta: Universitas Trisakti, 2005:41-9.
36. Blumenfeld J. Racial Identification in the Skull and Teeth. The University of
Western Ontario Journal of Anthropology. 2000; 8(1): 20-33.
37. Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang. Banyaknya desa/kelurahan, luas
wilayah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan.
bappeda.deliserdangkab.go.id. 12 Juni 2017.
38. Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang. Banyaknya desa, kecamatan,
nama ibukota kecamatan dan jarak ibukota kecamatan ke Lubuk Pakam.
bappeda.deliserdangkab.go.id. 12 Juni 2017.

Universitas Sumatera Utara


43

39. Daftar satuan pendidikan (sekolah) per Kec. Lubuk Pakam.


<http://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11_sma.php?kode=070130&level=3>
(12 Juni 2017).
40. Dahlan S. Langkah-langkah membuat proporsal penelitian bidang kedokteran dan
kesehatan. 2012. 2(3): 80-95, 161-7.
41. Mullen SR, Martin CA, Ngan P, et al. Accuracy of space analysis with emodels
and plaster models. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2007; 132(3): 346-52.
42. Tu AT, Ling JYK, Hagg U. Tooth-size discrepancies among different occlusion
group of southern Chinese children. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2001;
120(5): 556-8.
43. Dempsey PJ, Townsend GC. Genetic and environmental contributions to variation
of human tooth size. The Genetic of Society of Great Britain 2001; 86: 685-93.
44. Priyambadha F, Artaria MD. Variation of dental crown dimension between
Javanese males and females. J of Int Dent and Med Res. 2016; 9(3):178-83.
45. Garn SM, Russel AL. The effect of nutritional extremes on dental development.
Am J Clinic Nutri 1971; 24: 285-6.
46. Nie Q, Lin J. Comparison of intermaxillary tooth size discrepancies among
different malocclusion groups. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1999; 116: 539-
44.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

LEMBAR KUISIONER PENELITIAN

DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
SUMATERA UTARA
________________________________________________________________________________
GAMBARAN DISKREPANSI UKURAN GIGI BERBAGAI KELOMPOK MALOKLUSI
PADA SUKU TIONGHOA DI SMA METHODIST LUBUK PAKAM

No.Kartu :
Pemeriksa :

A.IDENTITAS RESPONDEN

Nama :
Kelas :
Suku : 1. Ayah : Tionghoa (Ya/ Tidak)
2. Ibu : Tionghoa (Ya/ Tidak)
3. Kakek dari ayah : Tionghoa (Ya/ Tidak)
4. Nenek dari ayah : Tionghoa (Ya/ Tidak)

B.RIWAYAT DENTAL DAN WAJAH


Perawatan Ortodonti : Sudah/ Sedang/ Belum pernah

C.PEMERIKSAAN INTRAORAL DAN EKSTRAORAL (diisi oleh operator)

Gigi geligi lengkap sampai M1 : Rahang atas Ya/ Tidak

Rahang bawah Ya/ Tidak

Memakai gigi tiruan (cekat/ lepas) : Ya/ Tidak

Fraktur gigi : Ya/ Tidak

Atrisi gigi : Ya/ Tidak

Universitas Sumatera Utara


Kelainan ukuran gigi (makrodonsia/mikrodonsia) : Ya/ Tidak

Kelainan bentuk gigi (peg shaped) : Ya/ Tidak

Kelainan jumlah gigi (agenesis/supernumerary) : Ya/ Tidak

Tambalan interproksimal : Ya/ Tidak

Kehilangan gigi (missing teeth) : Ya/ Tidak

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Saudara/i sekalian, perkenalkan saya Vivian Nora,mahasiswa yang sedang

menjalani pendidikan kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan dan ingin

melakukan penelitian. Bersama ini saya mohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai

subjek penelitian saya mengenai “GAMBARAN DISKREPANSI UKURAN GIGI

BERBAGAI KELOMPOK MALOKLUSI PADA SUKU TIONGHOA DI SMA

METHODIST LUBUK PAKAM”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran diskrepansi ukuran gigi diantara

berbagai kelompok maloklusi pada suku Tionghoa di SMA Methodist Lubuk Pakam dan

membedakannya berdasarkan usia dan suku. Manfaat dari hasil penelitian ini adalah untuk

mengetahui mengenai diskrepansi ukuran gigi pada suku Tionghoa di kecamatan Lubuk Pakam

sehingga dapat membantu dalam penegakan diagnosa dan rencana perawatan dalam bidang

ortodonti,masukan ilmiah bagi ilmu ortodonti serta sebagai bahan referensi untuk penelitian

selanjutnya.

Dalam penelitian ini Saudara/i diminta untuk mengisi kuesioner dan dilakukan

pemeriksaan langsung untuk melihat apakah kondisi rongga mulut telah memenuhi kriteria yang

diinginkan. Setelah itu akan dilakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan efek samping apapun.

Jika Saudara/i bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian terlampir

harap ditandatangani dan dikembalikan kepada peneliti. Perlu diketahui bahwa surat ketersediaan

Universitas Sumatera Utara


tersebut tidak mengikat dan Saudara/i dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja

selama penelitian ini berlangsung.

Sebagai subjek peneliti, Saudara/i berkewajiban mengikuti petunjuk seperti yang tertulis

di atas. Subjek peneliti tidak akan dibebankan oleh biaya apapun. Bila Saudara/i merasa belum

jelas, Saudara/i dapat bertanya lebih lanjut kepada peneliti (CP:082214309558). Semua identitas

subjek penelitian akan dirahasiakan dan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan

dipublikasikan tanpa identitas subjek penelitian.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Semoga keterangan yang telah saya berikan

cukup jelas dan dapat dimengerti dengan baik. Atas ketersediaan Saudara/i untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini saya mengucapkan terima kasih.

Medan,

Vivian Nora

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

CP : 082214309558

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Umur :

Jenis Kelamin : L/P

No.Hp :

Menyatakan bersedia untuk ikut turut serta dalam penelitian yang berjudul

GAMBARAN DISKREPANSI UKURAN GIGI BERBAGAI KELOMPOK MALOKLUSI

PADA SUKU TIONGHOA DI SMA METHODIST LUBUK PAKAM dan tidak akan

menyatakan keberatan maupun tuntutan di kemudian hari.

Dengan demikian pernyataan ini saya berikan dalam keadaan sehat/sadar diri dan tanpa

paksaan apapun dari pihak manapun juga.

Medan,

Pembuat pernyataan

(...............................)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4
HASIL PENGUKURAN LEBAR MESIO-DISTAL GIGI
PADA MODEL STUDI SUKU TIONGHOA

1. Pengukuran Lebar Mesio-distal Gigi pada Rahang Atas Kelompok Maloklusi Klas I

Kiri Kanan
No Nama
M1 P2 P1 C I2 I1 M1 P2 P1 C I2 I1
1 Sherla Ervina 10.33 7 7.17 7.23 6.84 8.68 10.28 6.59 7.01 7.57 7.49 8.5
2 Caroline 10.36 6.8 7.26 7.68 7.15 9.14 9.86 7.01 7.49 7.5 7.27 9.03
3 Vera Alvilia S 10.16 6.9 7.89 6.91 6.28 7.8 10.53 6.32 7.8 6.87 6 7.96
4 Felencia Janic 11.02 6.6 7.44 7.82 7.16 9.34 10.99 6.85 6.77 7.89 7.88 8.41
5 Sherlina Sanjaya P 10.81 7.46 7.43 8.01 8.3 8.86 10.25 6.26 7.2 7.66 8.2 8.76
6 Sirfhanny 9.83 6.79 7.73 8.28 7.88 9.23 10.32 6.46 7.59 8.05 8.2 8.91
7 Felicia Wijaya 10.55 6.34 7.12 7.37 6.55 8.18 10.87 6.4 6.8 7.88 6.86 8.46
8 Sylvia 8.55 6.04 6.29 7.32 6.33 8.52 8.85 6.57 7.47 7.54 6.02 8.1
9 Felix Tandani 10.26 6.43 7.05 8.39 7.31 8.18 10.31 6.7 7.44 8.36 6.56 8.49
10 Vivian Chen 10.59 6.85 7.66 8.58 7.87 8.87 11.53 7.24 7.39 8.99 7.63 8.98
11 Erick Cantona 10.76 6.25 7.23 8.43 7 9.64 10.49 6.63 7.27 7.51 7.2 9.18
12 Gavin Evando 10.79 6.32 6.88 8.35 6.68 8.83 10.45 6.77 7.26 8.06 5.76 8.14
13 Niken 9.93 6.16 7.01 7.74 6.71 7.94 9.72 6.32 6.86 7.57 6.39 8.41
14 Evelyn Tovano 9.22 6.02 6.65 6.99 6.73 8.01 9.12 6.27 6.13 7.12 6.47 7.97
15 Angelly Pratiwi 9.64 6.1 6.21 7.62 7.16 7.46 9.47 6.07 6.55 7.71 7.25 7.97
16 Amelia 10.3 6.1 6.8 7.5 7.2 8.32 10.32 6.1 6.73 7.57 7.29 8.54
17 Calvin Leo 10.55 6.52 7.46 8.2 6.89 8.1 10.98 6.45 7.1 8.25 6.99 8.36
18 Jacky 11.44 7.1 8.01 8.15 8.08 8.96 11.37 7.12 7.92 8.74 8.16 8.68
19 Anasthasia Cristy 10 6.36 6.62 6.99 6.37 7.37 10.27 6.32 6.99 7.47 6.26 7.6
20 Doreen 10.19 6.59 6.77 7.17 6.94 8.26 9.77 6.48 6.53 7.63 7.05 8.7
21 Selly 10.56 6.82 6.98 7.7 7.14 8.51 10.74 6.8 6.92 7.8 7.12 8.56
22 Ricko Tcokachy 10.73 6.1 6.73 7.48 6.42 7.63 10.62 6.4 6.65 7.47 6.76 7.66
23 Stivani 10.28 6.5 6.72 7.77 6.31 8.37 10.14 6.24 6.37 8.09 6.63 8.56
RERATA 10.3 6.53 7.09 7.73 7.01 8.44 10.32 6.54 7.05 7.8 7.02 8.43

Universitas Sumatera Utara


2. Pengukuran Lebar Mesio-distal Gigi pada Rahang Bawah Kelompok Maloklusi Klas I

Kiri Kanan
No Nama
M1 P2 P1 C I2 I1 M1 P2 P1 C I2 I1
1 Sherla Ervina 10.55 7.34 6.91 6.79 5.87 5.56 10.77 7.18 7.14 6.88 5.91 5.7
2 Caroline 10.26 7.43 7.33 6.89 5.97 5.23 10.98 7.74 7.27 6.97 6.18 5.23
3 Vera Alvilia S 9.74 7.25 6.9 7.35 5.41 4.9 9.95 7.2 6.2 5.89 5.44 4.9
4 Felencia Janic 10.47 7.44 7.43 6.96 6.28 5.44 10.59 7.41 7.4 7.15 6.42 5.44
5 Sherlina Sanjaya P 11.41 7.21 7.61 6.62 5.16 5.47 11.27 7.99 7.5 6.89 5.8 5.47
6 Sirfhanny 11.5 7.32 7.62 7.17 6.03 5.64 11.33 7.63 7.49 7.38 7.24 5.64
7 Felicia Wijaya 11.23 7.22 7.12 6.68 6.07 5.3 11.4 7.2 7.06 6.98 6.35 5.3
8 Sylvia 10.61 7.25 6.64 7.12 6.04 5.48 10.01 7.22 7.1 6.83 6.19 5.48
9 Felix Tandani 11.03 7.07 7.62 7.53 5.86 5.47 10.86 7.35 7.17 7.15 5.97 5.47
10 Vivian Chen 11.44 7.23 7.17 7.71 6.54 5.5 11.08 7.3 7.3 7.29 6.95 5.5
11 Erick Cantona 10.8 7.28 7.41 7.44 6.71 6 10.54 6.34 7.25 7.24 6.53 6
12 Gavin Evando 11.66 7.38 7.17 7.67 6.24 5.48 11.39 7.17 7.99 7.26 6.03 5.48
13 Niken 9.95 7.2 6.86 6.87 5.13 5.4 9.65 6.64 6.65 6.25 5.44 5.4
14 Evelyn Tovano 10.46 6.09 6.66 5.86 5.64 5.02 9.97 7.37 7 5.96 5.57 5.02
15 Angelly Pratiwi 9.7 7.5 7.08 6.86 5.17 5 9.64 7.2 6.9 6.45 5.56 5
16 Amelia 10.7 7.56 7.19 6.16 6.01 5.45 10.64 7.19 7.2 6.17 6.1 5.45
17 Calvin Leo 10.75 7.4 7.36 7.12 6.4 5.88 10.88 7.7 7.36 7.19 6.19 5.88
18 Jacky 11.41 7.65 8.47 7.86 6.29 5.5 11.34 7.43 8.18 6.98 5.94 5.5
19 Anasthasia Cristy 10.25 6.87 6.86 6.03 5.08 4.67 10.17 6.55 6.48 6.42 5.29 4.67
20 Doreen 11.24 7.35 6.95 6.74 5.98 5.28 10.75 7.18 7.65 6.05 5.7 5.28
21 Selly 10.51 6.96 6.81 6.8 5.2 5.14 10.13 6.8 6.94 6.76 5.21 5.14
22 Rico Tcokachy 10.72 7.26 7.5 6.22 5.5 5.14 10.28 6.95 6.85 5.85 5.52 5.14
23 Stivani 10.07 6.72 6.82 6.49 5.44 5.31 10.3 6.8 6.91 6.73 5.77 5.31
RERATA 10.72 7.22 7.19 6.91 5.83 5.4 10.61 7.23 7.17 6.73 5.97 5.13

Universitas Sumatera Utara


3. Pengukuran Lebar Mesio-distal Gigi pada Rahang Atas Kelompok Maloklusi Klas II

Kiri Kanan
No Nama
M1 P2 P1 C I2 I1 M1 P2 P1 C I2 I1
1 Hariz 9.45 7.34 7.33 7.9 7.7 9.27 10.33 6.93 7.62 8.04 7.81 9.05
2 Yusrin Ramli 11.32 6.09 7.06 8.24 6.84 8.73 11.94 6.02 7.14 8 7.09 8.18
3 Kelvin 12 7.52 8.16 8.42 7.69 8.8 11.35 7.17 7.95 7.73 7.13 8.89
4 Kenny Rimba 10.11 6.34 6.93 8.08 6.59 8.62 9.81 6.17 7.45 7.89 6.54 8.74
5 Vina Fransisca 10 6.46 6.6 6.81 6.42 8.35 10.07 6.7 6.81 6.82 6.67 8.58
6 Marsa 10.88 6.45 7.12 7.8 7.85 8.89 10.62 6.29 7.42 8.24 7.79 8.87
7 Leonardo 10.17 5.85 6.3 7.99 7.64 8.89 9.82 6.3 6.31 8.38 7.7 8.87
8 Rebecca 10.6 5.9 6.5 7.73 7.01 8.38 10.9 6.48 6.73 8.19 6.96 8.14
9 Via 10 5.83 6.44 7.97 6.32 8.99 10.23 5.83 6.2 8.05 6.64 8.56
10 Jessica Laura 10.76 6.43 7.14 7.6 6.96 8.5 10.81 6.83 6.35 7.12 7.05 8.37
11 Cindy 11.06 6.81 7.77 7.71 7.09 9 10.85 6.76 7.67 8.31 7.72 9.31
12 Nicolas 10.6 6.2 7.88 7.45 6.64 8.52 10.24 6.2 6.75 7.97 7.09 8.3
13 Kelvin Tofani 10.9 7.2 7.27 7.93 7.24 8.7 10.8 7.2 7.26 7.79 7.82 8.87
14 Ivy 9.91 5.91 6.28 7.41 5.99 7.6 9.43 6.2 6.44 6.91 6.25 7.56
15 Aristo 9.97 6.28 6.3 7.64 6.97 8.24 9.83 6.17 6.18 7.8 6.8 8.2
16 Angeline 10.52 6.96 7.22 7.94 7.2 8.12 10.45 6.94 7.2 8 7.15 8.1
RERATA 10.52 6.47 7.02 7.79 7.01 8.6 10.47 6.51 6.97 7.83 7.14 8.53

4. Pengukuran Lebar Mesio-distal Gigi pada Rahang Bawah Kelompok Maloklusi Klas II

Kiri Kanan
No Nama
M1 P2 P1 C I2 I1 M1 P2 P1 C I2 I1
1 Hariz 10.2 7.6 7.38 6.92 5.83 5.22 10.23 7.84 7.57 6.72 5.46 5.22
2 Yusrin Ramli 11.71 7.3 8.29 7.62 5.8 5.25 11.52 7.3 7.21 7.65 5.84 5.25
3 Kelvin 11.6 7.31 8.41 7.48 6.45 6.61 11.71 7.3 7.2 7.55 6.62 6.61
4 Kenny Rimba 9.92 6.83 7.16 7.2 6 5.32 10.04 6.82 6.7 6.76 5.79 5.32
5 Vina Fransisca 10.56 6.85 7.01 6.69 6.14 5.29 10.38 6.49 6.5 6.66 6.13 5.29
6 Marsa 10.74 7.41 6.9 6.39 6.5 5.87 10.46 7.29 7.12 6.76 6.41 5.87
7 Leonardo 10.44 7.01 7.42 7.52 6.54 5.71 10.49 6.71 6.52 6.46 6.1 5.71

Universitas Sumatera Utara


8 Rebecca 10.24 7.31 7.24 6.74 6.25 5.43 10.21 7.18 7.04 6.6 6.32 5.43
9 Via 10.11 6.72 6.6 6.44 5.9 5.35 10.24 6.79 6.2 6.4 5.84 5.35
10 Jessica Laura 10.29 6.74 6.73 6.05 5.75 4.59 10.76 6.91 6.31 6.34 5.72 4.59
11 Cindy 10.58 7.1 7.15 7 6.65 5.99 10 7.17 7.01 6.86 6.76 5.99
12 Nicolas 10.21 6.7 6.57 6.86 5.21 5.19 10.1 7.25 6.87 6.75 5.93 5.19
13 Kelvin Tofani 11.01 7.92 7.49 6.68 6.11 5.44 10.81 7.43 6.92 6.5 5.99 5.44
14 Ivy 9.45 6.92 6.9 5.84 5.16 4.51 9.09 6.23 6.13 5.82 5.08 4.51
15 Aristo 10.16 6.1 6.2 7.27 5.71 5.04 10.1 6.39 6.41 7.1 5.74 5.04
16 Angeline 10.52 6.4 6.52 6.72 5.41 5.28 10.14 6.1 6.5 6.8 5.5 5.28
RERATA 10.48 7.01 7.12 6.84 5.96 5.38 10.39 6.95 6.76 6.73 5.95 5.38

5. Pengukuran Lebar Mesio-distal Gigi pada Rahang Atas Kelompok Maloklusi Klas III

Kiri Kanan
No Nama
M1 P2 P1 C I2 I1 M1 P2 P1 C I2 I1
1 Sintya Anita 9.22 7.2 7.22 6.98 6.24 8.37 9.29 6.32 7.06 7.59 6.20 8.10
2 Shelvien Tjuanela 10.34 6.87 7.25 7.61 7.27 8.79 10.39 6.68 7.30 7.68 7.28 8.96
3 Novia Alexia 9.38 6.08 6.3 7.88 6.32 7.8 9.63 6.18 6.57 7.54 6.32 7.50
4 Dicky Yanmar 9.99 6.28 7.03 7.27 6.01 8.45 10.74 6.01 7.14 7.40 6.45 8.42
5 Irfan 11.08 6.17 6.25 7.52 6.89 8.98 11.08 6.86 6.94 8.00 7.59 9.14
6 Calvin Leo 11.05 6.99 7.08 8.8 8.19 9.62 11.05 7.33 7.09 8.89 8.39 9.35
7 Fernando Yose 10.82 6.98 7.36 8.36 5.31 7.89 10.82 6.9 6.90 8.28 5.39 8.31
8 Abet 10.61 6.24 6.67 7.18 6.59 8.83 10.35 6.63 7.12 7.39 6.68 8.82
9 Lukas Y Tanaka 10.89 7.06 7.28 7.47 7.11 8.64 10.21 6.93 7.86 7.91 7.48 8.79
10 Cindy 9.89 6.71 7.47 8.28 6.68 8.62 10.28 7.27 8.42 8.54 6.06 7.81
11 Virbert Willy 9.61 6.4 6.77 7.5 5.55 7.91 10.54 6.3 6.20 7.65 6.60 7.76
12 Ricky 10.37 6.45 6.58 7.94 7.43 8.09 10.15 6.4 6.19 7.89 7.40 8.53
13 Ricko 11.24 6.43 7.04 7.32 7.23 8.19 10.12 6.02 7.06 8.05 7.46 8.00
14 Handi 9.51 7.33 7.75 8.95 7.57 9.88 11.33 7.19 7.44 8.83 7.97 9.44
15 Alvionita Tandiani 10 6.09 6.55 7.37 6.26 8.19 9.63 6.18 6.66 6.69 8.17 8.54
16 Pingkan Anggrayni 9.43 5.97 6.82 7.65 6.85 8.04 9.97 6.28 7.15 7.86 6.84 7.97
17 Silvia Tanjaya 10.74 6.8 7.13 7.54 7.41 8.24 9.76 6.48 6.95 7.84 6.97 8.81
18 Alda 10.36 6.78 7.67 7.56 6.62 8.53 10.01 6.45 6.58 8.27 6.62 8.02

Universitas Sumatera Utara


19 Vanessa Rusli 10.47 6.75 6.99 7.68 6.73 8.03 11.43 7.04 7.33 8.21 7.02 7.69
20 Dewi 10.74 7.29 7.11 8.12 7.22 8.37 10.69 6.54 7.63 7.86 7.22 8.59
21 Silfia 10 6.5 6.87 7.36 6.44 7.57 9.83 6.54 6.66 7.13 7.00 7.45
RERATA 10.27 6.64 7.01 7.73 6.76 8.43 10.35 6.6 7.06 7.88 7.01 8.38

6. Pengukuran Lebar Mesio-distal Gigi pada Rahang Bawah Kelompok Maloklusi Klas III

Kiri Kanan
No Nama
M1 P2 P1 C I2 I1 M1 P2 P1 C I2 I1
1 Sintya Anita 10.08 6.85 7.29 6.22 5.85 5.36 9.82 7.02 6.84 6.54 5.39 5.36
2 Shelvien Tjuanela 10.61 6.9 7.35 6.38 6.76 5.66 10.48 7.3 7.65 6.87 6.33 5.66
3 Novia Alexia 9.82 6.87 7.04 6.41 5.88 5.08 9.98 6.81 6.35 6.3 5.58 5.08
4 Dicky Yanmar 10.45 6.79 7 5.87 6.03 5.35 10.65 6.98 7.03 6.47 5.75 5.35
5 Irfan 10.92 6.51 7.15 6.84 6.51 5.84 11.09 7.71 7.02 6.44 6.22 5.84
6 Calvin Leo 10.93 7.83 8.44 7.24 6.84 6.21 10.84 7.61 7.98 6.91 6.49 6.21
7 Fernando Yose 11.08 7.12 7.15 7.16 5.73 5.2 11.24 6.98 7.44 6.95 6.24 5.2
8 Abet 9.52 7.48 7.42 6.25 5.73 6.32 10 6.67 7 5.87 5.46 6.32
9 Lukas Y Tanaka 11.13 7.49 7.97 7.36 6.03 5.26 11.15 7.33 6.91 7.37 6.01 5.26
10 Cindy 10.64 7.45 7.28 7.29 6.54 5.69 10.77 7.25 8.12 7.19 6.11 5.69
11 Virbert Willy 11.45 6.74 6.63 6.85 5.68 5.18 10.92 6.3 6.42 6.85 5.76 5.18
12 Ricky 10.11 6.74 7.04 6.85 5.76 5.49 10.76 7 7.4 6.72 5.85 5.49
13 Ricko 10.13 6.8 7.1 6.86 5.74 5.5 10.8 6.9 7.5 6.74 5.6 5.5
14 Handi 11.33 7.69 7.29 7.89 6.61 5.78 11.22 7.6 7.94 7.11 6.5 5.78
15 Alvionita Tandiani 10.13 6.13 6.6 6.37 5.18 5 10.01 6.45 6.81 6.23 5.28 5
16 Pingkan Anggrayni 10.42 7.69 7.87 7.23 6.25 5.51 10.3 7.28 7.58 6.95 6.04 5.51
17 Silvia Tanjaya 10.78 7.5 7.65 6.99 5.99 5.14 10.64 6.83 7.26 6.84 5.58 5.14
18 Alda 10.54 7.18 6.6 6.63 6.1 5.71 10.54 7.3 7.4 6.94 6.07 5.71
19 Vanessa Rusli 11.08 7.05 7.45 6.96 5.74 5.32 10.85 7 7.41 6.6 6.34 5.32
20 Dewi 11.04 7.33 7.35 6.77 6.5 5.41 10.56 7.2 7.41 6.46 6.46 5.41
21 Silfia 10.11 7.3 7.32 6.61 5.33 5.11 10.2 7.1 7.2 6.6 5.4 5.11
RERATA 10.59 7.12 7.29 6.81 6.04 5.48 10.61 7.08 7.27 6.71 5.93 5.48

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Hasil Uji Normalitas Data Rata-Rata Anterior dan Rata-Rata Keseluruhan Analisis Bolton

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata
Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata
Keseluruhan Keseluruhan Keseluruhan
Anterior Klas 1 Anterior Klas 2 Anterior Klas 3
Klas 1 Klas 2 Klas 3
a,,b
Normal Parameters Mean 91.5642 89.5849 91.8411 77.9269 77.2892 79.0142
Std. Deviation 2.67757 2.55128 2.05941 3.25565 3.60076 2.85745
Most Extreme Differences Absolute .103 .135 .149 .179 .111 .129
Positive .102 .125 .149 .179 .111 .129
Negative -.103 -.135 -.122 -.117 -.066 -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .492 .540 .684 .856 .446 .592
Asymp. Sig. (2-tailed) .969 .933 .738 .456 .989 .874
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil uji normalitas, seluruh nilai p > 0,05, maka data berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Skor1 Skor2 Skor3 Skor4 Skor5 Skor6


N 24 24 24 24 24 24
a,,b
Normal Parameters Mean 7.8492 7.1725 7.9000 7.0783 7.8446 7.2033
Std. Deviation 1.27093 1.74691 1.35868 1.64988 1.28561 1.67676
Most Extreme Differences Absolute .222 .304 .204 .323 .221 .306
Positive .222 .304 .204 .323 .221 .306
Negative -.150 -.141 -.140 -.142 -.146 -.145
Kolmogorov-Smirnov Z 1.089 1.490 1.002 1.584 1.085 1.497
Asymp. Sig. (2-tailed) .187 .064 .268 .083 .190 .093
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil uji normalitas, seluruh nilai p > 0,05, maka data berdistribusi normal.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

Uji-T Pada Rasio Anterior dan Rasio Keseluruhan Analisis Bolton Pada Kelompok
Maloklusi Klas I Angle, Klas II Angle dan Klas III Angle Suku Tionghoa
Dengan Ras Kaukasoid (Bolton)

1. Rasio Anterior dan Rasio Keseluruhan Klas I Angle

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Rata-Rata Keseluruhan Klas I 23 91.5642 2.67757 .55831
Angle

One-Sample Test

Test Value = 91.3


95% Confidence Interval of the
Difference
Mean
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
Rata-Rata Keseluruhan .473 22 .641 .26419 -.8937 1.4221
Klas I Angle

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Rata-Rata Anterior Klas I 23 77.9269 3.25565 .67885
Angle

One-Sample Test

Test Value = 77.2


95% Confidence Interval of the
Difference
Mean
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
Rata-Rata Anterior Klas I 1.071 22 .296 .72687 -.6810 2.1347
Angle

Universitas Sumatera Utara


2. Rasio Anterior dan Rasio Keseluruhan Klas II Angle

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Rata-Rata Keseluruhan Klas II 16 89.5849 2.55128 .63782
Angle

One-Sample Test

Test Value = 91.3


95% Confidence Interval of the
Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
Rata-Rata Keseluruhan Klas -2.689 15 .017 -1.71510 -3.0746 -.3556
II Angle

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Rata-Rata Anterior Klas II 16 77.2892 3.60076 .90019
Angle

One-Sample Test

Test Value = 77.2


95% Confidence Interval of the
Difference
Mean
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
Rata-Rata Anterior Klas II .099 15 .922 .08916 -1.8296 2.0079
Angle

Universitas Sumatera Utara


3. Rasio Anterior dan Rasio Keseleuruhan Klas III Angle

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Rata-Rata Keseluruhan Kelas 21 91.8411 2.05941 .44940
III Angle

One-Sample Test

Test Value = 91.3


95% Confidence Interval of the
Difference
Mean
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
Rata-Rata Keseluruhan 1.204 20 .243 .54111 -.3963 1.4785
Kelas III Angle

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Rata-Rata Anterior Klas III 21 79.0142 2.85745 .62355
Angle

One-Sample Test

Test Value = 77.2


95% Confidence Interval of the
Difference
Mean
t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
Rata-Rata Anterior Klas III 2.910 20 .009 1.81425 .5135 3.1149
Angle

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7

Hasil Uji-T Inter-Operator Pengukuran Rerata Mesio-Distal Gigi

Rahang Atas dan Rahang Bawah

1. Pengukuran Lebar Mesio-Distal Gigi pada Rahang Atas Kelompok Maloklusi Klas I

Group Statistics
Kelompo
k N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Skor I 12 7.8433 1.28894 .37209
II 12 8.1550 1.30993 .37814

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Skor Equal variances .005 .944 -.022 22 .783 -.01167 .53051 -1.11188 1.08854
assumed
Equal variances -.022 21.994 .783 -.01167 .53051 -1.11189 1.08856
not assumed

2. Pengukuran Lebar Mesio-Distal Gigi pada Rahang Bawah Kelompok Maloklusi Klas I

Group Statistics
Kelompo
k N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Skor I 12 7.1692 1.78262 .51460
II 12 7.6758 1.78971 .51664

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference

Universitas Sumatera Utara


Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Skor Equal variances .001 .979 -.009 22 .356 -.00667 .72920 -1.51893 1.50560
assumed
Equal variances -.009 22.000 .356 -.00667 .72920 -1.51893 1.50560
not assumed

3. Pengukuran Lebar Mesio-Distal Gigi pada Rahang Atas Kelompok Maloklusi Klas II

Group Statistics
Kelompo
k N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Skor I 12 7.8950 1.38494 .39980
II 12 8.2160 1.39346 .40226

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Skor Equal variances .001 .980 -.018 22 .643 -.01000 .56714 -1.18618 1.16618
assumed
Equal variances -.018 21.999 .643 -.01000 .56714 -1.18618 1.16618
not assumed

4. Pengukuran Lebar Mesio-Distal Gigi pada Rahang Bawah Kelompok Maloklusi Klas II

Group Statistics
Kelompo
k N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Skor I 12 7.0775 1.69156 .48831
II 12 7.3911 1.68235 .48565

Universitas Sumatera Utara


Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Skor Equal variances .000 .993 -.002 22 .612 -.00167 .68870 -1.42994 1.42661
assumed
Equal variances -.002 21.999 .612 -.00167 .68870 -1.42994 1.42661
not assumed

5. Pengukuran Lebar Mesio-Distal Gigi pada Rahang Atas Kelompok Maloklusi Klas III

Group Statistics
Kelompo
k N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Skor I 12 7.8458 1.31515 .37965
II 12 8.3243 1.31386 .37928

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Skor Equal variances .000 .986 .005 22 .346 .00250 .53664 -1.11043 1.11543
assumed
Equal variances .005 22.000 .346 .00250 .53664 -1.11043 1.11543
not assumed

6. Pengukuran Lebar Mesio-Distal Gigi pada Rahang Bawah Kelompok Maloklusi Klas III

Group Statistics
Kelompo
k N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Skor I 12 7.2058 1.71207 .49423
II 12 7.5173 1.71680 .49560

Universitas Sumatera Utara


Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Skor Equal variances .000 .992 .007 22 .714 .00500 .69992 -1.44654 1.45654
assumed
Equal variances .007 22.000 .714 .00500 .69992 -1.44654 1.45654
not assumed

Rerata
Maloklusi (Angle) n Uji-T
Operator 1 Operator 2
Klas I RA 7,84 8,16 0,783
23
Klas I RB 7,17 7,68 0,356
Klas II RA 7,90 8,22 0,643
16
Klas II RB 7,08 7,39 0,612
Klas III RA 7,85 8,32 0,346
21
Klas III RB 7,21 7,52 0,714

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai