Anda di halaman 1dari 82

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2017

Pengaruh Teknik Pencetakan


Putty/wash One-Step dan Two-Step
Terhadap Cacat Permukaan Cetakan
dan Akurasi Dimensi Model Kerja Gigi
Tiruan Cekat

Fauzia, Nafsani

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1764
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH TEKNIK PENCETAKAN PUTTY/WASH ONE-STEP
DAN TWO-STEP TERHADAP CACAT PERMUKAAN
CETAKAN DAN AKURASI DIMENSI MODEL KERJA
GIGI TIRUAN CEKAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

NAFSANI FAUZIA

NIM: 130600120

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2017

Nafsani Fauzia
Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/wash One-Step dan Two-Step terhadap
Cacat Permukaan Cetakan dan Akurasi Dimensi Model Kerja Gigi Tiruan Cekat
xii + 59 halaman
Faktor utama keberhasilan perawatan jangka panjang prostodonsia adalah
keakuratan dari gigi tiruan. Hasil cetakan yang tidak akurat dan memiliki cacat
permukaan dapat memengaruhi hasil pembuatan gigi tiruan cekat. Prosedur penting
yang harus dilakukan untuk mendapatkan cetakan dan membuat model kerja yang
akurat adalah pemilihan dan penggunaan teknik pencetakan dan bahan cetak yang
tepat. Bahan cetak elastomer dapat mencetak jaringan keras dan lunak rongga mulut
dengan akurat, termasuk undercut dan daerah interproksimal. Secara kimia, ada tiga
jenis elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak: polisulfid, silikon (kondensasi
dan adisi), dan polieter. Bahan cetak silikon tersedia dalam beberapa viskositas,
membuat bahan tersebut dapat digunakan dalam beberapa teknik pencetakan seperti
teknik putty/wash one-step, putty/wash two-step. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step terhadap
cacat permukaan cetakan dan akurasi dimensi model kerja gigi tiruan cekat.
Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan sampel hasil
cetakan elastomer dan model kerja yang didapat dari cetakan elastomer yang diisi
dengan gips tipe IV dengan mencetak model induk yang terbuat dari stainless steel
berbentuk 2 mahkota yang telah dipreparasi dengan ukuran mesiodistal 6,33 mm,
oklusogingival 8,02 mm, dan interabutment 28,25 mm dengan dua teknik yaitu
putty/wash one-step dan putty/wash two-step sebanyak 60 buah yang dibagi menjadi
dua kelompok dengan masing-masing 30 buah sampel. Setiap sampel hasil cetakan
dilakukan pemeriksaan cacat permukaan dengan kaca pembesar dan model kerja

Universitas Sumatera Utara


dilakukan pengukuran akurasi dimensi dengan kaliper digital, kemudian hasil cacat
permukaan dianalisis dengan uji chi-square dan hasil akurasi dimensi dianalisis
dengan uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step terhadap cacat
permukaan cetakan dilihat dari nilai p = 0,804 (p>0,05) dan ada pengaruh pengaruh
teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step terhadap akurasi dimensi model
kerja gigi tiruan cekat namun perubahan dimensi yang terjadi masih dalam batasan
yang ditolerir dengan nilai p dilihat dari mesiodistal dan interabutment adalah p =
0,001 (p<0,05), dan nilai p dilihat dari oklusogingival adalah p = 0,013 (p<0,05) dan
persentase deviasi dibandingkan dengan model induk kurang dari 0,5%. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara kedua teknik
pencetakan dalam hal cacat permukaan namun terdapat pengaruh pada teknik
pencetakan terhadap akurasi dimensi, yaitu teknik putty/wash two-step dinilai
memiliki nilai akurasi dimensi yang lebih baik dibandingkan teknik putty/wash one-
step jika dilihat dari nilai persentase deviasinya, sehingga dapat disarankan
menggunakan teknik putty/wash two-step untuk mendapatkan cetakan yang baik dan
lebih akurat.

Daftar Rujukan: 27 (1998-2015)

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 5 Oktober 2017

Pembimbing: Tanda tangan

Putri Welda Utami Ritonga., drg., MDSc., Sp.Pros ……………………….


NIP : 198708182009122005

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 5 Oktober 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS


ANGGOTA : 1. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros
2. Eddy Dahar, drg., M.Kes
3. Siti Wahyuni, drg., MDSc

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua
orang tua tercinta, yaitu ayahanda Amuransyah dan ibunda Fardiani yang telah
membesarkan, memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa, semangat, dan
dukungan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada kakak penulis, Fairuza Laily, Nuria
Fazrina, dan Farah Oktamurdiantri serta segenap keluarga yang senantiasa
memberikan dukungan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan pengarahan,
bimbingan, saran serta doa dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun
dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros selaku pembimbing
penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan,
dukungan, dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi hingga selesai.
2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator
skripsi yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran
dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv
Universitas Sumatera Utara
5. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku ketua tim penguji skripsi, Eddy
Dahar, drg., M.Kes dan Siti Wahyuni drg., MDSc selaku anggota tim penguji skripsi
yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG selaku penasehat akademik atas motivasi
dan nasehat selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
7. Seluruh staf pengajar serta karyawan di Departemen Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan motivasi sehingga
skripsi ini berjalan dengan lancar.
8. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit Jasa Industri Dental Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam
pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.
9. Prana Ugiana Gio, M.Si yang telah meluangkan waktu untuk membantu
penulis dalam analisis statistik.
10. Sahabat-sahabat terbaik penulis Dinda, Ades, Lili, Bayu, Zuhra, Marza,
Larissa, Yuli dan seluruh teman-teman FKG USU stambuk 2013 yang tidak dapat
disebutkan satu per satu atas segala bantuan, perhatian, dukungan, doa, dan dorongan
semangat kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi.
11. Sahabat terkhusus penulis yang telah memberikan bantuan, perhatian, doa,
dukungan, dan semangat kepada penulis, Fika, Asty, dan Sitah.
12. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen
Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Allya, Cia, Fitra,
Karina, Yudi, Saima, Rintan, Uswatun, Mira, Yosanna, Afrita, Afrina, Hanny, Riri,
Jeewena, Tri Rizki, Tasya, Jaasphreet, Raudhatul, Ulita, Dean, Ludwika, serta para
residen PPDGS Prostodonsia FKG USU atas motivasi, dukungan, dan bantuannya
selama penulis mengerjakan skripsi.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan
kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangam oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-

v
Universitas Sumatera Utara
besarnya apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan
kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan
pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 5 Oktober 2017


Penulis ,

(Nafsani Fauzia)
130600120

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI.............................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................... iv

DAFTAR ISI..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Permasalahan ............................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
1.5.1. Manfaat Teoritis ................................................................. 6
1.5.2. Manfaat Praktis .................................................................. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7


2.1 Pencetakan ................................................................................... 7
2.1.1 Bahan Cetak ........................................................................ 7
2.1.1.1 Pengertian ............................................................... 7
2.1.1.2 Klasifikasi Bahan Cetak Elastomer ........................ 8
2.1.2 Teknik Pencetakan .............................................................. 12
2.1.2.1 Teknik Putty/wash One-Step .................................. 12
2.1.2.2 Teknik Putty/wash Two-Step .................................. 13
2.2 Kualitas cetakan ........................................................................... 14
2.2.1 Kriteria ................................................................................ 14
2.2.2 Faktor yang Memengaruhi .................................................. 15

vii
Universitas Sumatera Utara
2.3 Cacat Permukaan .......................................................................... 18
2.4 Akurasi Dimensi ........................................................................... 19
2.5 Landasan Teori.............................................................................. 21
2.6 Kerangka Konsep .......................................................................... 22
2.7 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 24


3.1 Rancangan Penelitian ................................................................... 24
3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ........................................... 24
3.2.1 Sampel Penelitian ............................................................... 24
3.2.2 Besar Sampel Penelitian ..................................................... 25
3.3 Variabel Penelitian ....................................................................... 25
3.3.1 Klasifikasi Variabel ............................................................ 25
3.3.1.1 Variabel Bebas ....................................................... 25
3.3.1.2 Variabel Terikat ............................................................... 25
3.3.1.3 Variabel Terkendali ................................................ 26
3.3.1.4 Variabel Tidak Terkendali...................................... 26
3.3.2 Definisi Operasional ........................................................... 26
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 28
3.4.1 Tempat Pembuatan Model Induk ........................................ 28
3.4.2 Tempat Pembuatan dan Pengujian Sampel Penelitian ........ 29
3.4.3 Waktu Penelitian ................................................................. 29
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................ 29
3.5.1 Alat Penelitian..................................................................... 29
3.5.2 Bahan Penelitian ................................................................. 30
3.6 Cara Penelitian ............................................................................. 30
3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian ............................ 30
3.6.2 Pembuatan Sampel .............................................................. 31
3.6.2.1 Pembuatan Sampel dengan Teknik Putty/wash
One-Step .................................................................. 31
3.6.2.2 Pembuatan Sampel dengan Teknik Putty/wash
Two-Step .................................................................. 34
3.7 Pemeriksaan Cacat Permukaan .................................................... 35
3.8 Pengukuran Akurasi Dimensi ...................................................... 36
3.8.1 Persentase Akurasi Dimensi ............................................... 36
3.9 Kerangka Operasional Penelitian ................................................. 37
3.10 Analisis Data ............................................................................... 37

BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................... 39


4.1 Jumlah Cacat Permukaan Cetakan dengan Teknik Pencetakan
Putty/wash One-step dan Putty/wash Two-step ............................ 39
4.2 Nilai Akurasi Dimensi Model Kerja dengan Teknik Putty/wash
One-step dan Putty/wash Two-Step ............................................... 41
4.3 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/wash One-Step dan
Putty/wash Two-Step terhadap Cacat Permukaan Cetakan ............ 44

viii
Universitas Sumatera Utara
4.4 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan
Putty/Wash Two-Step terhadap Akurasi Dimensi pada Model
Kerja Gigi Tiruan Cekat................................................................. 45

BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................. 47


5.1 Jumlah Cacat Permukaan Cetakan dengan Teknik Pencetakan
Putty/wash One-step dan Putty/wash Two-step ............................ 47
5.2 Nilai Akurasi Dimensi Model Kerja dengan Teknik Putty/wash
One-step dan Putty/wash Two-Step .............................................. 48
5.3 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan
Putty/Wash Two-Step terhadap Cacat Permukaan Cetakan .......... 50
5.4 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan
Putty/Wash Two-Step terhadap Akurasi Dimensi pada Model
Kerja Gigi Tiruan Cekat................................................................ 51

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 55


6.1 Kesimpulan ................................................................................... 55
6.2 Saran ............................................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 57

LAMPIRAN

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan Sifat-Sifat (Kualitatif) dari Bahan Cetak Elastomer ... 11

2 Definisi Operasional Variabel Bebas ................................................. 26

3 Definisi Operasional Variabel Terikat................................................ 27

4 Definisi Operasional Variabel Terkendali .......................................... 27

5 Definisi Operasional Variabel Tidak Terkendali................................. 28

6 Jumlah cacat permukaan teknik pencetakan putty/wash one-step........ 39

7 Jumlah cacat permukaan teknik pencetakan putty/wash two-step........ 40

8 Rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan


teknik pencetakan putty/wash one-step................................................. 42

9 Rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan


teknik pencetakan putty/wash two-step................................................. 43

10 Pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan teknik


pencetakan teknik putty wash two-step terhadap cacat permukaan ...... 44

11 Pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan teknik


pencetakan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi model
kerja gigi tiruan cekat............................................................................ 46

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1 Pencetakan dengan teknik putty/wash one-step............................... 12

2 Pencetakan dengan teknik putty/wash two-step................................ 14

3 Model stainless steel dengan 2 abutment (1 dan 2), dengan


jarak intraabutment (diameter dan tinggi 6,33 mm dan 8,02 mm)
dan jarak interabutment (28,25 mm)................................................. 24

4 Alat penelitian: (A) Rubber bowl, spatula, glass plate, lekron;


(B) kaliper digital, model induk, sendok cetak; (C) kaca pembesar.. 29

5 Bahan penelitian: (A) Bahan cetak polivinil siloksan putty/wash;


(B) Dental Stone Tipe IV................................................................... 30

6 Sendok cetak fisiologis...................................................................... 31

7 Pengadukan putty dengan tangan...................................................... 31

8 Pengadukan bahan wash................................................................... 31

9 Bahan putty dan wash diletakkan pada sendok cetak........................ 32

10 Bahan wash diletakkan di mahkota model induk.............................. 32

11 Pencetakan dengan putty dan wash................................................... 32

12 Hasil cetakan dengan teknik pencetakan putty/wash one-step.......... 33

13 Model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step............ 33

14 Pencetakan dengan bahan putty dengan spacer polietilen................ 34

15 Hasil cetakan dengan teknik pencetakan putty/wash two-step.......... 34

16 Model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step............ 35

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1 Surat Permohonan Izin Penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU

2 Surat Persetujuan Komite Etik Penelitian

3 Surat Selesai Penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU

4 Hasil Pengukuran Model Kerja dengan Teknik Pencetakan Putty/wash One-


step dan Putty/wash Two-step

5 Hasil Uji Analisis Statistik

xii
Universitas Sumatera Utara
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehilangan gigi sebagian adalah hilangnya satu atau beberapa gigi dalam satu
lengkung rahang. Umumnya hal itu disebabkan oleh karies, masalah periodontal, luka
trauma, gigi impaksi, gigi supernumerary, neoplastic dan lesi kista. Secara klinis,
kehilangan gigi sebagian mengakibatkan berpindahnya atau miringnya gigi,
supraerupsi dari gigi antagonis, cara berbicara yang berubah, perubahan pada
penampilan wajah, dan temporomandibular disorder.1 Gigi tiruan digunakan untuk
menggantikan gigi yang hilang dan mengembalikan estetika serta kondisi fungsional
pasien. Penggantian gigi yang hilang dapat dilakukan dengan pembuatan gigi tiruan
lepasan atau gigi tiruan cekat.2 Perawatan gigi tiruan cekat melibatkan restorasi gigi
oleh pengganti artifisial yang tidak bisa dilepas dari mulut.3 Faktor utama
keberhasilan perawatan jangka panjang prostodonsia adalah keakuratan dari gigi
tiruan dan untuk menghindari kegagalan, seluruh prosedur klinis maupun laboratoris
harus diikuti. Prosedur pencetakan harus dapat mencetak dengan akurat detail dari
struktur rongga mulut untuk mendapatkan model yang akurat.4
Pencetakan atau bentuk negatif dari gigi dan struktur sekitarnya dibutuhkan
karena pembuatan pola untuk gigi tiruan tidak mungkin atau tidak bisa dilakukan
langsung di mulut. Gips dental yang sesuai kemudian dituang ke cetakan negatif dan
sebuah bentuk positif dari model kerja didapatkan. Model kerja ini yang nantinya
digunakan untuk membuat restorasi di laboratorium.3 Beberapa prosedur yang
penting harus diikuti untuk mendapatkan cetakan yang akurat, diantaranya adalah
pemilihan dan penggunaan teknik pencetakan dan bahan cetak yang tepat.4 Bahan
cetak yang sudah setting memiliki sifat menjadi kaku (inelastis) atau elastis. Bahan
yang kaku sangat resistan terhadap kekuatan fleksural dan bisa patah saat diberikan
tekanan. Bahan ini tidak fleksibel dan akan patah jika terjadi deformasi. Bahan cetak

Universitas Sumatera Utara


2

inelastis misalnya pasta ZOE, impression plaster, impression compound. Istilah


elastis berarti bahan cetak ini fleksibel dan bisa deformasi dan tetap kembali ke
bentuk semula ketika tekanan diangkat kembali, misalnya agar, alginat, dan
elastomer. Bahan cetak elastomer dapat mencetak jaringan keras dan lunak rongga
mulut dengan akurat, termasuk undercut dan daerah interproksimal. Secara kimia, ada
tiga jenis elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak: polisulfid, silikon
(kondensasi dan adisi), dan polieter.5 Penelitian oleh Samet dkk (2005) menunjukkan
bahan yang paling jarang digunakan adalah polieter (18,2%) dan bahan yang lebih
sering digunakan adalah silikon kondensasi (24,4%) diikuti silikon adisi (49,8%).6
Silikon adisi yang diperkenalkan sebagai bahan cetak pada tahun 1970 juga
dikenal sebagai polivinil siloksan.3,5 Silikon adisi ini didasari dengan polimerisasi
adisi antara divinylpolysiloxane and polymethylhydrosiloxane dengan garam platinum
sebagai katalis.5 Bahan cetak silikon tersedia dalam beberapa viskositas, membuat
bahan tersebut dapat digunakan dalam beberapa teknik pencetakan yang adekuat
untuk meningkatkan akurasi pencetakan, seperti teknik putty/wash one-step,
putty/wash two-step.4
Teknik pencetakan putty/wash one-step adalah pencetakan dengan bahan
cetak putty dan bahan wash diaduk secara bersamaan.7-10 Bahan putty dimasukkan ke
dalam sendok cetak dan bahan wash secara bersamaan juga diletakkan di gigi
penyangga. Keuntungan dari teknik ini adalah waktu kerja dapat dikurangi dan
menghemat bahan cetak.8 Kerugiannya adalah ketebalan bahan wash cenderung tidak
terkontrol yang dapat menghasilkan perubahan dimensi.9 Teknik pencetakan
putty/wash two-step adalah pencetakan dengan bahan putty dibuat terlebih dahulu dan
dibiarkan setting kemudian bahan wash ditambahkan dan cetakan dimasukkan
kembali.7 Keuntungan dari teknik ini adalah dapat memberikan akurasi yang baik.
Kerugian dari teknik ini adalah lebih banyak waktu kerja yang dibutuhkan dan lebih
banyak bahan cetak yang digunakan.8 Tujuan pencetakan adalah mendapatkan
cetakan yang bebas dari cacat sehingga menghasilkan cetakan yang akurat dari gigi
yang dipreparasi dan daerah sekitarnya.9 Pada hasil penelitian Saifudin dkk (2014)
ditemukan banyaknya kesalahan pada hasil cetakan sepeti detail yang buruk pada gigi

Universitas Sumatera Utara


3

yang dipreparasi dan adanya lubang pada daerah gigi yang dipreparasi, sehingga
kualitas cetakan yang dikirim ke laboratorium tidak dapat diterima.11
Kualitas cetakan memiliki beberapa kriteria seperti, merekam detail penting,
daya alir dari bahan cetak, ada atau tidaknya robek pada akhiran servikal, ada atau
tidaknya gelembung udara.6,11 Hasil cetakan yang bebas dari lubang berpengaruh
penting pada pembuatan restorasi yang akurat. Banyak faktor yang dapat
memengaruhi masuknya gelembung udara di hasil cetakan, khususnya teknik klinis
dan keahlian dari operator.12 Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas cetakan adalah
desain preparasi gigi, penanganan jaringan lunak, pemilihan sendok cetak, bahan
cetak, teknik pencetakan, ketebalan bahan.7,9,13 Beberapa penulis menunjukkan bahwa
akurasi cetakan dan kualitas permukaan hasil cetakan lebih dipengaruhi oleh teknik
pencetakan daripada bahan cetak, namun ada peneliti lain melaporkan bahwa teknik
pencetakan tidak memengaruhi kualitas permukaan dan akurasi dimensi.4,9
Cacat permukaan dapat dievaluasi dengan menghitung jumlah gelembung
udara yang terlihat dengan mata pada jarak kerja sekitar 150 mm dan hanya
gelembung udara pada permukaan abutment yang dihitung.9,12 Akurasi dimensi
adalah sedikitnya perubahan dimensi saat proses setting dan sesaat setelah bahan
cetak dilepaskan dari mulut.5 Akurasi dimensi dapat dievaluasi dengan mengukur
jarak baik antara intraabutment dan interabutment.14,15 Akurasi dimensi saat membuat
cetakan merupakan hal penting yang memengaruhi kualitas dari perawatan
prostodonsia.7 Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi akurasi dimensi dari
bahan elastomer, misalnya viskositas bahan, teknik pencetakan.4
Banyak teknik sudah dideskripsikan di literatur tetapi jumlah penelitian klinis
yang mengevaluasi keberhasilan klinis dalam pencetakan cukup terbatas.16 Hanya ada
sedikit penelitian yang melaporkan kualitas dari pencetakan yang dibuat secara
klinis.11 Penelitian Millar dkk (1998) menyatakan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara teknik monophase dan teknik two-phase, namun lubang pada teknik
two-phase lebih sedikit dibandingkan dengan monophase.12 Penelitian oleh Caputi
dkk (2015) diperoleh hasil cacat permukaan pada teknik putty/wash one-step dan two-
step secara statistik tidak tidak memiliki perbedaan yang signifikan.9 Penelitian oleh

Universitas Sumatera Utara


4

Shresta dkk (2015) menunjukkan teknik putty/wash one-step lebih sedikit terdapat
cacat dibandingkan dengan teknik putty/wash two-step.16 Penelitian mengenai akurasi
dimensi yang dihubungkan dengan bahan cetak dan/atau teknik pencetakan masih
menimbulkan kontroversi. Penelitian oleh Nissan dkk (2000) menyatakan putty/wash
two-step paling akurat untuk membuat model dan menghasilkan cetakan yang tepat.10
Penelitian oleh Caputi S dan Varvara G (2008) menyatakan bahwa teknik putty/wash
two-step lebih akurat dibandingkan dengan putty/wash one-step.7 Penelitian Vitti dkk
(2013) diperoleh tidak ada perbedaan diantara teknik monophase, one-step dan two-
step, dan pada penelitian lain juga menunjukkan perubahan akurasi dimensi tidak
dipengaruhi oleh teknik pencetakan yang digunakan.4
Perbedaan hasil penelitian yang berbeda-beda mengenai ada atau tidaknya
pengaruh teknik pencetakan terhadap cacat permukaan dan akurasi dimensi model
kerja GTC merupakan alasan peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang hal
tersebut.

1.2 Permasalahan
Hasil cetakan yang tidak akurat dan memiliki cacat permukaan dapat
memengaruhi hasil pembuatan gigi tiruan cekat. Prosedur penting yang harus
dilakukan untuk mendapatkan cetakan dan membuat model kerja yang akurat adalah
pemilihan dan penggunaan teknik pencetakan dan bahan cetak yang tepat. Ada
beberapa teknik pencetakan untuk silikon, seperti teknik putty/wash one-step,
putty/wash two-step dan masing-masing teknik tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan. Dalam pembuatan model kerja GTC, perlu diperhatikan akurasi dimensi
dan kualitas permukannya untuk mendapatkan model yang baik.
Cacat permukaan perlu dievaluasi dengan cara memeriksa ada atau tidaknya
gelembung udara pada hasil cetakan, dan hal ini mungkin dipengaruhi teknik
pencetakan, walaupun belum banyak penelitian yang menyatakan hal tersebut.
Akurasi dimensi juga perlu dievaluasi untuk mendapatkan model yang akurat dan hal
tersebut mungkin dipengaruhi oleh teknik pencetakan, walaupun masih ada

Universitas Sumatera Utara


5

kontroversi mengenai ada atau tidaknya pengaruh teknik pencetakan terhadap akurasi
dimensi. Berdasarkan hal tersebut timbul permasalahan apakah ada pengaruh teknik
pencetakan dengan teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step
terhadap akurasi dimensi dan cacat permukaan model kerja gigi tiruan cekat.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Berapa jumlah cacat permukaan cetakan yang didapat dengan teknik
pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step.
2. Berapa nilai akurasi dimensi model kerja yang didapat dengan teknik
putty/wash one-step dan putty/wash two-step.
3. Apakah ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan
putty/wash two-step terhadap cacat permukaan cetakan.
4. Apakah ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan
putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi pada model kerja gigi tiruan cekat.

1.4 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui jumlah cacat permukaan cetakan yang didapat dengan
teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step.
2. Untuk mengetahui nilai akurasi dimensi model kerja yang didapat dengan
teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step.
3. Untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan
putty/wash two-step terhadap cacat permukaan cetakan.
4. Untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan
putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi pada model kerja gigi tiruan cekat.

Universitas Sumatera Utara


6

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti merupakan pengetahuan yang berharga dalam rangka
menambah wawasan keilmuan melalui penelitian.
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step untuk
model kerja gigi tiruan cekat.

1.5.2. Manfaat Praktis


1. Bagi mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia diharapkan menjadi
masukan dan memberikan informasi yang benar mengenai teknik pencetakan
putty/wash one-step dan two-step dan pengaruhnya kepada cacat permukaan dan
akurasi dimensi.
2. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
kepaniteraan Klinik Prostodonsia dalam memilih teknik pencetakan yang akurat.

Universitas Sumatera Utara


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencetakan
Pencetakan atau bentuk negatif dari gigi dan struktur sekitarnya dibutuhkan
untuk mendapatkan cetakan, karena pembuatan pola untuk gigi tiruan cekat tidak
mungkin atau tidak bisa dilakukan langsung di mulut. Pencetakan yang dapat
diterima harus dapat mencetak dengan tepat segala aspek dari gigi yang telah
dipreparasi. Hal ini termasuk mencetak struktur gigi yang tidak dipreparasi yang
berdekatan dengan margin agar dokter gigi dan teknisi dapat mengetahui kontur dari
gigi dan seluruh permukaan gigi yang dipreparasi. Kontur servikal dari gigi yang
tidak dipreparasi sampai daerah margin yang dipreparasi adalah informasi penting
yang harus ada ketika cetakan dibuat di laboratorium. Jika cetakan tidak mencetak
bagian penting daerah bertemunya gigi dan restorasi yang akan dipasang, maka
restorasi dengan kontur yang baik akan sulit untuk dibuat. Seluruh gigi di dalam
lengkung rahang dan jaringan lunak yang berada disekitar gigi yang dipreparasi harus
dapat tercetak di cetakan. Hal ini dapat membantu cetakan dibuat dengan tepat dan
membantu dalam membuat kontur yang baik pada restorasi yang direncanakan.3

2.1.1 Bahan Cetak


2.1.1.1 Pengertian
Bahan cetak adalah bahan atau kombinasi bahan-bahan yang digunakan untuk
membuat cetakan atau reproduksi negatif.17 Setiap bahan cetak memiliki setting time
yaitu waktu dari bahan cetak diaduk sampai bahan cetak dapat dilepaskan dari mulut
tanpa ada distorsi. Bahan cetak juga memiliki elastic recovery yaitu kembalinya
bahan ke bentuk semula setelah diberikan tekanan dan tekanan tersebut sudah
diangkat.

Universitas Sumatera Utara


8

Bahan cetak elastomer mengacu pada kelompok polimer rubber yang dapat
terikat-silang secara kimiawi. Bahan cetak ini dapat dengan mudah ditarik dan
kembali ke bentuk awalnya dengan cepat ketika tekanannya dilepaskan. Bahan cetak
elastomer dapat mencetak jaringan keras dan lunak rongga mulut dengan akurat,
termasuk undercut dan daerah interproksimal Secara kimiawi, ada tiga jenis
elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak yaitu polisulfid, polieter dan silikon
(kondensasi dan adisi).5 Bahan silikon terdapat dalam kepekatan (viskositas) yang
bervariasi, mulai dari cairan yang mudah mengalir sampai pada bahan yang keras
menyerupai dempul. Pada umumnya disajikan dalam sistem dua pasta atau sebagai
dempul dan pasta. Perbedaan berasal dari metode polimerisasi. Pada awalnya bahan
silikon terdiri dari aktivator cair dan kondensasi, membentuk ikatan silang
polimerisasi. Jenis yang lebih mutakhir diperbaiki dengan menambah panjang rantai
polimer dan ikatan silang. Ini dikenal sebagai pengerasan adisi.18

2.1.1.2 Klasifikasi Bahan Cetak Elastomer


Secara kimia, ada tiga jenis elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak:
polisulfid, polieter, dan silikon (kondensasi dan adisi)5:
1. Polisulfid
Reaksi dimulai pada saat awal pengadukan dan mencapai puncaknya segera
setelah pengadukan selesai. Pada saat setting akhir, bahan dengan elastisitas dan
kekuatan yang adekuat akan terbentuk sehingga dapat dilepaskan dari undercut.5
Kelembaban dan suhu memiliki efek yang signifikan. Kondisi yang panas dan kering
akan mempercepat kerasnya bahan cetak polisulfid. Reaksi ini menyisakan produk
sisa yaitu air. Kehilangan molekul kecil ini dari bahan yang sudah mengeras memiliki
efek yang signifikan terhadap stabilitas dimensi bahan tersebut.5
Perubahan dimensi yang terjadi setelah setting dari bahan polisulfid
disebabkan karena dua faktor utama. Pertama, reaksi yang terus berlanjut untuk
beberapa waktu setelah waktu setting, menyebabkan penyusutan yang terus berlanjut.
Kedua, adanya air yang diproduksi sebagai produk sisa dari reaksi setting dapat
hilang karena penguapan dari permukaan.19

Universitas Sumatera Utara


9

2. Polieter
Bahan cetak polieter yang dikembangkan di Jerman pada pertengahan 1960-
an memiliki mekanisme polimerisasi yang tidak sama dengan elastomer lainnya.3,5
Tidak ada produk sisa yang menguap yang dapat menghasilkan stabilitas dimensi
yang baik. Penyusutan akibat polimerisasi cukup rendah dibandingkan dengan
kebanyakan sistem polimerisasi dengan suhu. Tetapi, ekspansi suhunya lebih besar
dibandingkan dengan polisulfida.3
Dengan tingginya stabilitas dimensi dari bahan polieter dapat diproduksi
cetakan yang akurat ketika bahan diisi lebih dari satu hari setelah cetakan selesai
dibuat. Hal ini sangat berguna ketika menuang bahan cetak tidak mungkin dilakukan
secepatnya. Keuntungan lain dari polieter adalah waktu pengerasan bahan yang
pendek (sekitar 5 menit) yang biasanya kurang dari setengah waktu terhadap waktu
yang dibutuhkan untuk polisulfida. Karena alasan inilah, polieter banyak digunakan
oleh banyak dokter. Tetapi, polieter memiliki kerugian tertentu. Kekakuan dari bahan
yang sudah keras merupakan satu kerugian, yang menyebabkan masalah saat
melepaskan cetakan dengan gips dental dari cetakan.3
3. Silikon Kondensasi
Bahan cetak silikon kondensasi tersedia dalam bentuk pasta base dan katalis
dalam viskositas yang rendah (pasta catalyst). Bahan putty ini dapat digunakan
sebagai sendok cetak untuk bahan cetak silikon yang memiliki viskositas rendah yang
dapat disebut dengan teknik putty/wash.5
Keuntungan dari bahan ini adalah waktu setting yang singkat di dalam mulut
(sekitar 6-8 menit). Kondensasi silikon juga tidak begitu dipengaruhi oleh suhu kamar
dan kelembapan. Kelemahan utama bahan silikon adalah sifat wetting yang rendah,
yang membuatnya menjadi sangat hidrofobik. Gigi yang di preparasi dan sulkus
gingiva harus benar-benar tidak lembab untuk membuat cetakan yang bebas cacat.
Menuang tanpa terperangkapnya gelembung udara juga lebih sulit dibandingkan
bahan cetak yang lain. Silikon dan polisulfid memiliki ketidakstabilan dimensi yang
dihasilkan dari polimerisasinya. Keduanya merupakan polimer kondensasi, dimana
produk sampingan dari reaksi polimerisasinya adalah alkohol dan udara.3,5 Hasilnya,

Universitas Sumatera Utara


10

penguapan dari bahan yang sudah mengeras akan meyebabkan kontraksi dimensi
pada keduanya.3

4. Silikon Adisi
Silikon adisi sering disebut polivinil siloksan atau bahan cetak vinil
polisiloksan.3,5 Silikon adisi ini didasari dengan polimerisasi adisi antara
divinylpolysiloxane and polymethylhydrosiloxane dengan garam platinum sebagai
katalis. Pasta base mengandung polymethylhydrosiloxane dan divinylpolysiloxane.
Pasta katalis atau akselerator mengandung divinylpolysiloxane dan garam platinum.
Garam platinum dan polymethylhydrosiloxane dipisahkan sebelum diaduk. Kedua
pasta sama-sama mengandung bahan pengisi.5
Tidak terdapat bahan yang mudah menguap sebagai produk sisa yang dapat
menimbulkan perubahan dimensional; dengan demikian bahan cetak ini akurat dan
stabil.5,18 Salah satu kelemahan dari bahan cetak silikon adalah hidrofobik. Adanya
distorsi atau hilangnya detail pada tepi cetakan mungkin disebabkan oleh tidak
disadarinya kelembaban daerah yang akan dicetak. Kontaminasi sulfur dari sarung
tangan lateks juga menghambat setting bahan cetak silikon adisi.3,5
Salah satu sifat dari bahan cetak adisi adalah viskositas. Semakin banyak
filler, semakin tinggi viskositas. Bahan cetak silikon adisi tersedia dalam berbagai
viskositas:19,20
1. Light-body (wash): bahan cetak light-body dapat mencetak dengan sangat
akurat bagian permukaan dari gigi yang dipreparasi
2. Medium-body (monophase): bahan cetak medium-body memiliki
viskositas yang cukup untuk mencegah kelebihan bahan jika diletakkan
pada sendok cetak
3. Heavy-body: bahan heavy-body dapat digunakan untuk mendukung bahan
light-body dalam pencetakan mahkota dan jembatan.
4. Putty: bahan putty juga dapat digunakan untuk mendukung bahan light-
body dan tersedia dalam bentuk soft dan hard.

Universitas Sumatera Utara


11

Perbandingan sifat bahan cetak elastomer dapat dilihat pada tabel 1.19

Tabel 1. Perbandingan Sifat-Sifat (Kualitatif) dari Bahan Cetak Elastomer


Silikon
Sifat Polisulfid Silikon Adisi Polieter
Kondensasi
Viskositas Tersedia dalam Tersedia dalam Tersedia dalam Tersedia dalam
3 viskositas 4 viskositas 4 viskositas satu viskositas
(tidak ada termasuk putty termasuk putty (regular)+
putty) diluent+putty

Ketahanan Adekuat Adekuat Adekuat Adekuat


Robekan
Elastisitas Bahan Sangat Baik Sangat Baik Adekuat
viskoelastis
Akurasi Baik dengan Bisa diterima Baik dengan Baik dengan
sendok cetak dengan sendok sendok cetak sendok cetak
khusus cetak jadi jadi khusus*

Stabilitas Adekuat, tetapi Model harus Sangat baik† Sangat baik


Dimensi pengisian dituang pada kondisi
sebaiknya secepat kelembaban
tidak ditunda† mungkin† rendah

Keterangan: *Dapat memberikan akurasi yang baik dengan sendok cetak pabrik
(dengan hati-hati)
†Beberapa pabrik merekomendasikan penundaan sebentar saat menuang model
untuk bahan ini, untuk membiarkan pemulihan elastis terjadi atau untuk
membiarkan produk gas keluar yang dapat menyebabkan lubang pada
permukaan model

Universitas Sumatera Utara


12

2.1.2 Teknik Pencetakan


2.1.2.1 Teknik Putty/wash One-Step
Teknik pencetakan putty/wash one-step adalah pencetakan dengan bahan
cetak putty dan bahan wash diaduk secara bersamaan.7-10 Bahan putty dimasukkan ke
dalam sendok cetak dan bahan wash secara bersamaan diletakkan di gigi penyangga.
Operator memposisikan bahan cetak wash dengan menggunakan siring di sekitar
preparasi/gigi sedangkan asistennya meletakkan material yang lebih berat atau padat
ke dalam sendok cetak. Sendok cetak yang telah diisi kemudian diinsersikan ke dalam
mulut dan kedua viskositas material bercampur bersama dan mengeras.19
Hal yang sering terjadi pada teknik putty/wash one-step adalah bahan putty
cenderung mendorong bahan wash dari gigi yang sudah dipreparasi (Gambar 1).
Bahan wash akan berakhir di sulkus lingual atau bukal dan daerah-daerah penting
seperti bagian pinggir dari gigi yang dipreparasi dapat tercetak dengan bahan putty
yang tidak dapat mencetak detail sebaik bahan wash. Permasalahan untuk teknik ini
adalah saat bahan wash berada di gigi yang dipreparasi, bahan putty harus diletakkan
ke posisinya. Pada fase ini, pasien dapat mendekatkan lidah mereka ke gigi dan
memindahkan bahan wash dari gigi.21 Pada teknik putty/wash one-step,
keuntungannya adalah waktu kerja dapat dikurangi dan menghemat bahan cetak.8,21
Kerugiannya adalah ketebalan bahan wash cenderung tidak terkontrol yang dapat
menghasilkan perubahan dimensi.9

Gambar 1. Pencetakan dengan teknik putty/wash one-step: Bahan


putty mendorong bahan wash pada daerah yang dipreparasi
termasuk daerah penting seperti akhiran servikal21

Universitas Sumatera Utara


13

2.1.2.2 Teknik Putty/wash Two-Step


Teknik pencetakan putty/wash two-step adalah pencetakan dengan bahan putty
dibuat terlebih dahulu dan dibiarkan setting kemudian bahan wash ditambahkan dan
cetakan dimasukkan kembali. Detail dari gigi yang dipreparasi hanya dicetak dengan
bahan wash.7 Pada teknik putty/wash two-step, bahan dengan viskositas tinggi
digunakan untuk pencetakan awal, kemudian pada pencetakan akhir menggunakan
bahan dengan viskositas yang lebih rendah.8 Bahan cetak wash baru digunakan
setelah bahan putty sudah setting dan berkontraksi sehingga dapat bertindak sebagai
sendok cetak buatan. Bahan wash yang terkontrol akan mengimbangi kontraksi ini
dengan perubahan dimensi yang minimal.10 Keuntungan dari teknik ini adalah dapat
memberikan akurasi yang baik dan detail yang didapatkan baik. Kerugian dari teknik
ini adalah lebih banyak waktu kerja yang dibutuhkan dan lebih banyak bahan cetak
yang digunakan.8,21
Teknik ini putty/wash two-step dapat dibedakan menjadi dua22:
1. Teknik two-step unspaced: mencetak dengan menggunakan bahan putty
terlebih dahulu dan melapisnya dengan selapis tipis bahan wash setelah setting.22
2. Teknik two-step spaced: hampir sama dengan teknik two-step unspaced
hanya saja sebuah space dibuat untuk bahan wash. Pertama bahan putty dimasukkan
ke dalam mulut dengan selapis spacer pada permukaan putty.21 Spacer yang dapat
digunakan polyethylene spacer, prefabricated stainless steel coping, atau mengerok
putty dan menyediakan tempat untuk bahan wash.10,22,23 Bahan putty segera diangkat
dan dibiarkan setting diluar mulut. Ketika sudah berpolimerisasi, spacer dilepaskan
sebelum mencetak dengan menggunakan bahan wash yang diletakkan di gigi dan di
bahan putty tadi. Bahan wash yang digunakan akan lebih banyak pada metode ini
tetapi semua gigi akan tercetak dengan detail yang baik (Gambar 2).21
Hasil penelitian Nissan dkk (2002) menunjukkan teknik putty/wash 2-step
dengan ketebalan koping 1 dan 2 mm lebih menghasilkan model yang akurat
dibandingkan menggunakan koping dengan ketebalan 3 mm.24

Universitas Sumatera Utara


14

Gambar 2. Pencetakan dengan teknik putty/wash two-


step21

2.2 Kualitas cetakan


2.2.1 Kriteria
Kualitas cetakan memiliki beberapa kriteria seperti, merekam detail penting,
daya alir dari bahan cetak, ada atau tidaknya robek pada akhiran servikal, ada atau
tidaknya gelembung udara.6,11
1. Merekam Detail Penting
Tes reproduksi permukaan adalah bagian dari standar untuk bahan cetak
elastomer. Ada sedikit keraguan bahwa bahan elastomer dapat mencetak detail
dengan baik. Ketika dental stone dituang pada permukaan dari hasil cetakan
penelitian, detail yang baik tidak selalu direproduksi. Hal ini karena bahan cetak
dengan bahan elastomer dapat mereproduksi detail dengan lebih akurat daripada yang
dapat dipindahkan ke model kerja yang mungkin tidak memiliki kekakuratan seperti
itu. Ada kemungkinan bahwa detail cetakan yang diproduksi dari bahan cetak
elastomer dalam penelitian in vitro akan lebih baik daripada di rongga mulut karena
adanya sifat hidrofobik pada bahan elastomer.5

Universitas Sumatera Utara


15

2. Daya Alir dari Bahan Cetak


Bahan yang memiliki viskositas tinggi dan aliran yang berkurang, dapat
membuat injeksi ke preparasi lebih sulit untuk dikontrol.12 Bahan yang cair dapat
menghasilkan reproduksi yang baik dari preparasi akhiran servikal dan margin
subgingiva.9
3. Ada atau Tidaknya Robek pada Akhiran servikal
Teknik dengan hanya mengisi sendok cetak tanpa menggunakan siring kecil
untuk meletakkan bahan cetak pada margin yang dipreparasi dapat menyebabkan
lubang atau terbentuknya robekan.11
4. Ada atau Tidaknya Gelembung Udara
Gelembung udara pada cetakan terbentuk karena hasil dari pengadukan,
pengisian sendok cetak, proses siring.22 Pengadukan bahan cetak dengan tangan dapat
dilakukan dengan cara meletaakkan kedua pasta (base dan katalis) dengan panjang
yang sama, diratakan melebar diatas glass lab lalu diaduk dengan gerakan melipat ke
depan dan ke belakang hingga homogen.5 Pengadukan menggunakan siring
mengurangi gelembung udara dibandingkan dengan pengadukan dengan spatula tapi
tidak menjamin sepenuhnya. Udara bisa terjebak pada sulkus gingiva saat ujung
siring mengelilingi gigi dan cara yang baik adalah untuk menjaga ujung siring
didalam material yang dikeluarkan selama proses siring.22 Gelembung udara dapat
disebabkan juga karena polimerisasi yang terlalu cepat yang mencegah mengalirnya
bahan dan adanya udara saat pengadukan.5

2.2.2 Faktor yang Memengaruhi


Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas cetakan adalah desain preparasi
gigi, penanganan jaringan lunak, pemilihan sendok cetak, bahan cetak, teknik
pencetakan, ketebalan bahan.7,9,13
1. Desain Preparasi Gigi
Memperhatikan semua detail merupakan hal yang sangat penting saat
preparasi gigi. Preparasi yang baik akan memastikan teknik selanjutnya seperti gigi

Universitas Sumatera Utara


16

tiruan sementara, pembuatan cetakan, penuangan cetakan, wax-up coping dapat


dicapai.3
2. Penanganan Jaringan Lunak
Pembuangan jaringan biasanya dibutuhkan untuk mendapatkan akses yang
adekuat di gigi yang sudah disiapkan untuk mengekspos permukaan yang dibutuhkan,
baik yang sudah dipreparasi maupun belum dipreparasi. Hal ini paling efektif dicapai
dengan penempatan dari displacement cord (yang dilengkapi dengan bahan kimia).
Kadang-kadang jaringan gingiva di eksisi dengan skalpel atau electrosurgery.
Kesulitan dengan pembuangan jaringan ini seringnya menghasilkan inflamasi
jaringan. Jaringan yang inflamasi dan bengkak lebih mudah berdarah, yang dapat
menghalangi akses bahan cetak.3
3. Pemilihan Sendok Cetak
Semua bahan cetak memerlukan retensi pada sendok cetak. Hal ini dapat
disediakan untuk irreversible hydrocolloid dengan menggunakan sebuah adhesif atau
dengan membuat perforasi atau undercut disekitar pinggir sendok cetak. Bahan cetak
elastomer dapat digunakan lebih baik dengan sendok cetak buatan yang pas. Hal ini
akan memproduksi cetakan yang akurat. Sendok cetak buatan meningkatkan akurasi
dari bahan cetak elastomer karena dengan membatasi volume bahan sehingga
mengurangi dua sumber kesalahan: tekanan saat pelepasan dan kontraksi termal.3
4. Bahan Cetak
Bahan cetak yang sudah setting memiliki sifat bisa menjadi kaku (inelastis)
atau elastis. Bahan yang kaku sangat resistan terhadap kekuatan fleksural dan bisa
patah saat diberikan tekanan seperti kapur. Bahan ini tidak fleksibel dan akan patah
jika terjadi deformasi. Bahan cetak inelastis misalnya pasta ZOE, impression plaster,
impression compound. Istilah elastis berarti bahan cetak ini fleksibel dan bisa
deformasi dan tetap kembali ke bentuk semula ketika tekanan diangkat kembali,
misalnya agar, alginat, dan elastomer.5
Bahan cetak dimasukkan ke dalam mulut dengan viskositas pasta yang
memiliki daya alir yang tepat. Viskositas dan daya alir dari komponen yang belum
diaduk juga penting dalam hal pengadukan, terperangkapnya gelembung udara saat

Universitas Sumatera Utara


17

pengadukan dan kecenderungan udara yang terperangkap untuk keluar sebelum


cetakan dibuat. Idealnya, bahan cetak dapat mengalir dengan bebas dan membasahi
jaringan dan kemudian tidak dapat tergeser pada daerah permukaan yang diinginkan.5
Hasil penelitian Faria dkk (2007) menyimpulkan bahwa bahan cetak dan
teknik pencetakan yang berbeda memengaruhi akurasi model stone dimana polieter,
polisulfid, dan silikon adisi (mengikuti teknik single-phase) lebih akurat daripada
bahan yang lain (alginat dan silikon kondensasi).13
5. Teknik Pencetakan
Ada beberapa teknik pencetakan yang digunakan dengan memakai bahan
cetak elastomer dengan masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Teknik putty-wash dilaporkan dapat mengeliminasi penggunaan
sendok cetak buatan. Beberapa peneliti meyakini bahwa teknik putty/wash two-step
lebih superior karena ia dapat meminimalisasi produk sisa alkohol, mengeliminasi
penyusutan akibat polimerisasi dari cetakan pertama (putty) sehingga dapat menjaga
stabilitas dimensi dari cetakan.11 Penelitian oleh Bansal (2010) menunjukkan bahwa
teknik pencetakan yang digunakan (monophase dan putty/wash) yang digunakan
untuk membuat cetakan akhir tidak memengaruhi akurasi dimensi dan stabilitas.25
Pada teknik putty/wash two-step, setelah bahan putty sudah setting, kontraksi
pada bahan cetak wash akan mengakibatkan perubahan dimensi yang minimal.10
Teknik putty/wash one-step dicela karena ketebalan bahan cetak wash yang tidak
terkontrol yang dapat menyebabkan perubahan dimensi. Bahan putty pada teknik
putty/wash one-step juga cenderung mendorong bahan cetak wash dari gigi yang
dipreparasi dan dari daerah-daerah yang penting seperti garis akhir, yang dapat
tertutup oleh bahan putty yang tidak dapat merekam detail dengan memuaskan.
Kerugian terhadap teknik putty/wash two-step dimana sebagian bahan cetak wash
dapat menyebar ke daerah permukaan oklusal saat bahan putty diletakkan kembali
atau bisa memindahkan bahan cetak putty saat bahan wash dimasukkan; hal ini dapat
menghasilkan distorsi yang mengurangi akurasi dimensi.

Universitas Sumatera Utara


18

6. Ketebalan Bahan
Ketebalan bahan wash merupakan faktor penting yang memengaruhi akurasi
dari bahan cetak elastomer.10,24 Bahan cetak wash yang terkontrol dapat mengimbangi
kontraksi dengan perubahan yang minimal. Pada bahan cetak wash yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan perbedaan kontraksi yang menghasilkan perubahan
dimensi.10

2.3 Cacat Permukaan


Pencetakan gigi memiliki potensi terjadinya lubang dan robekan, yang dapat
memengaruhi pembuatan restorasi indirek dengan tepat. Bahan cetak polyvinyl
siloxane (PVS) dikenalkan pada tahun 1970-an dan sejak saat itu bahan ini sudah
diterima dan digunakan sebagai bahan cetak untuk membuat gigi tiruan cekat, gigi
tiruan lepasan, dan gigi tiruan dukungan implan. PVS dianggap sebagai pencapaian
tertinggi dalam hal pencetakan untuk gigi tiruan cekat karena PVS adalah bahan yang
paling banyak digunakan untuk pembuatan gigi tiruan cekat.16 Pencetakan yang bebas
dari lubang merupakan hal yang penting untuk membuat restorasi yang akurat.
Banyak faktor dapat memengaruhi masuknya gelembung udara pada pencetakan,
khususnya teknik dan kemampuan dari operator.12 Banyak teknik sudah
dideskripsikan di literatur tetapi jumlah penelitian klinis yang mengevaluasi
keberhasilan klinis dalam pencetakan cukup terbatas. Demi mendapatkan
keberhasilan klinis, penting untuk mengetahui teknik pencetakan dengan pengadukan
secara manual yang menghasilkan cacat yang lebih sedikit. Berdasarkan hasil
penelitian oleh Shresta dkk (2015), lubang dan gelembung udara adalah cacat yang
paling sering terjadi.16 Cacat permukaan dapat dievaluasi dengan menghitung jumlah
lubang berukuran kira-kira 2-4 mm dan gelembung udara berukuran kira-kira < 2 mm
yang terlihat dengan mata pada jarak kerja sekitar 150 mm dan hanya gelembung
udara dan lubang pada permukaan abutment yang dihitung.9,12 Tipe cacat berdasarkan
jumlah pada setiap spesimen diurutkan dengan9:
1. tipe 0: tidak ada cacat

Universitas Sumatera Utara


19

2. tipe 1: 1-2 gelembung udara


3. tipe 2: >2 gelembung udara
4. tipe 3: adanya lubang.
Penelitian oleh Caputi dkk (2015) menunjukkan data dari penelitian saat ini
mengkonfirmasi hasil yang lebih lanjut dari teknik putty/wash two-step yang
dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step. Sesuai dengan literatur, kedua
teknik yaitu putty/wash one-step dan putty/wash two-step, menunjukkan insidensi
yang rendah terjadinya lubang dan gelembung udara. Hal ini dihubungkan dengan
tekanan yang diaplikasikan oleh bahan cetak dengan viskositas yang mayor (putty)
pada bahan cetak dengan viskositas minor (wash), yang meningkatkan laju alir dan
membantu dalam menghasilkan cetakan yang lebih tepat. Hasil penelitian oleh Caputi
dkk (2015) tidak ada perbedaan yang siginifikan antara teknik putty/wash one-step
dan putty/wash two-step dalam hal jumlah cacat.9 Penelitian oleh Shresta dkk (2015)
menunjukkan teknik putty/wash one-step lebih sedikit terdapat cacat dibandingkan
dengan teknik putty/wash two-step. Hal ini dihubungkan dengan gelembung udara
pada pencetakan dapat terjadi ketika bahan cetak diaduk dan menyebabkan udara
terperangkap, jumlah bahan wash yang lebih sedikit pada teknik putty/wash one-step
akan mengecilkan kemungkinan terjadinya cacat tetapi dalam teknik yang
menggunakan spacer, operator harus memanipulasi bahan wash dalam jumlah yang
lebih banyak yang mungkin menyebabkan terkumpulnya udara dan dapat
meningkatkan jumlah cacat.16

2.4 Akurasi Dimensi


Akurasi dimensi adalah sedikitnya perubahan dimensi saat proses setting dan
sesaat setelah bahan cetak dilepaskan dari mulut.5 Ada dua aspek untuk mengevaluasi
akurasi dari bahan cetak. Menurut spesifikasi no.19 American Dental Association,
bahan cetak elastomer yang digunakan untuk menghasilkan cetakan yang tepat harus
bisa mencetak detail yang baik sampai 25 μm atau lebih kecil. Semua bahan cetak
yang tersedia sudah memenuhi spesifikasi ini. Bahan cetak polyvynil siloksan (PVS)

Universitas Sumatera Utara


20

merupakan bahan yang paling baik dan reversible hydrocolloid adalah yang paling
buruk meskipun bahan ini memenuhi batas 25 μm.14
Aspek yang kedua adalah akurasi dimensi yang dievaluasi dengan mengukur
jarak baik antara intraabutment dan interabutment.14,15 Pengukuran akurasi dimensi
dilakukan dengan dua cara yaitu pertama mengukur intrabument yang diukur pada
tinggi (titik oklusal ke akhiran servikal) dan diameter (kiri pinggir oklusal abutment
ke kanan pinggi oklusal abutment melewati titik tengah abutment); kedua mengukur
interabutment yang diukur dari groove (titik tengah) abutment I ke groove abutment
II.7,15 Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali pada model untuk memastikan
keakuratannya.25 Nilai akurasi dimensi dapat dinyatakan dalam persentase deviasi
dan dapat dihitung dengan mengurangkan rata-rata dari ukuran model kerja dengan
ukuran model induk lalu dibagi dengan rata-rata ukuran model induk dan dikali
100%.7,10,25 Belum ada literatur yang menyepakati alat ukur apa yang digunakan
untuk mengevaluasi akurasi dari bahan cetak. Mikroskop dan kaliper dapat digunakan
karena alat ukur manual ini mudah digunakan dan tersedia meskipun menghabiskan
cukup banyak waktu dan bisa mengalami kesalahan akibat operator yang kelelahan.26
Penelitian mengenai akurasi dimensi yang dihubungkan dengan bahan cetak
dan teknik pencetakan masih menimbulkan kontroversi.4 Penelitian oleh Caputi S dan
Varvara G (2008) menyatakan bahwa teknik putty/wash two-step lebih akurat
dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step.7 Penelitian oleh Nissan dkk (2000)
menyatakan putty/wash two-step paling akurat untuk membuat model dan
menghasilkan cetakan yang tepat.10 Hasil penelitian oleh Hendry (2012) menyatakan
bahwa teknik pencetakan putty/wash one-step merupakan teknik yang paling akurat
karena mempunyai selisih jarak intraabutment dan interabutment yang paling kecil
dibandingkan dengan teknik pencetakan putty/wash two-step dan putty/wash two-step
dimodifikasi.15 Penelitian Vitti dkk (2013) diperoleh tidak ada perbedaan diantara
teknik monophase, one-step dan two-step. Pada penelitian yang lain juga
menunjukkan perubahan akurasi dimensi tidak dipengaruhi oleh teknik pencetakan.4

Universitas Sumatera Utara


21

2.5 Landasan Teori

Kehilangan gigi Sebagian

Pembuatan GTC Pembuatan GTSL

Akurasi Dimensi
Pencetakan Fisiologis Kualitas Cetakan

Cacat Permukaan
Bahan Cetak Teknik Pencetakan
Kriteria Faktor Memengaruhi

Polieter Polisulfid Silikon Putty/wash Putty/wash


Merekam Desain
1-Step 2-Step
detail penting preparasi gigi
Silikon Silikon
Kondensasi Daya alir dari Penanganan
Adisi
bahan cetak jaringan lunak

Ada atau Pemilihan


Light- Medium- Heavy- Putty tidaknya robek sendok cetak
body body body pada akhiran
servikal Bahan cetak

Ada atau
Teknik
tidaknya
pencetakan
gelembung
udara Ketebalan
bahan

Universitas Sumatera Utara


22

2.6 Kerangka Konsep

Pencetakan Fisiologis Kualitas Cetakan

Putty/wash Putty/wash Cacat Permukaan Akurasi Dimensi


one-Step two-step

Gelembung udara dapat  Banyaknya bahan  Sebagian bahan cetak


terjadi ketika bahan cetak wash yang tidak wash dapat menyebar
diaduk dan menyebabkan terkontrol yang disekitar permukaan
udara terperangkap. mungkin dapat oklusal selama
menyebabkan penempatan bahan
perubahan dimensi putty
Jumlah bahan Pada teknik  Bahan putty dapat  Bahan cetak wash
wash yang lebih putty/wash two-step mendorong bahan dapat memindahkan
sedikit pada yang menggunakan wash dari gigi yang bahan cetak putty
teknik putty/wash spacer, jumlah bahan dipreparasi dan yang sebelumnya
one-step akan wash yang harus daerah-daerah seperti sudah ada saat
mengecilkan dimanipulasi lebih garis akhir dapat penempatan bahan
kemungkinan banyak udara yang tertutupi oleh bahan wash; dapat
terjadinya cacat terkumpul lebih putty yang tidak menghasilkan distorsi
banyak dapat mencetak yang mengurangi
meningkatkan jumlah detail dengan baik dimensi akurasi
kecacatan.

Universitas Sumatera Utara


23

2.7 Hipotesis Penelitian


1. H0: Tidak ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan
putty/wash two-step terhadap cacat permukaan cetakan.
Ha: Ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash
two-step terhadap cacat permukaan cetakan.
2. H0: Tidak ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan
putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi pada model kerja GTC.
Ha: Ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash
two-step terhadap akurasi dimensi pada model kerja GTC.

Universitas Sumatera Utara


24

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian


3.2.1 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini diperoleh dari pencetakan model induk yang terdiri
dari dua mahkota, preparasi abutment yang dibuat berdasarkan spesifikasi
ANSI/ADA No.19 dengan tinggi 8,02 mm, diameter 6,33 mm, jarak antara dua
mahkota 28,25 mm (Gambar 3).7,9

Gambar 3. Model stainless steel dengan 2 abutment (1 dan 2), dengan jarak
intraabutment (diameter dan tinggi 6,33 mm dan 8,02 mm) dan jarak
interabutment (28,25 mm)7

Universitas Sumatera Utara


25

3.2.2 Besar Sampel Penelitian


Pada penelitian ini besar sampel diestimasi berdasarkan rumus:
(t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan:
t : jumlah perlakuan
r : jumlah ulangan
Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok sampel maka t = 2 dan jumlah sampel (r)
setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut :

(2 – 1) (r – 1) ≥ 15
1 (r -1) ≥ 15
r – 1 ≥ 15
r ≥ 15 + 1
r ≥ 16
Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 16 dan jumlah sampel yang
akan digunakan untuk diberi perlakuan adalah 30 setiap kelompok, sehingga total
sampel adalah 60, yaitu 30 sampel untuk teknik putty/wash one-step dan 30 sampel
untuk teknik putty/wash two-step.

3.3 Variabel Penelitian


3.3.1 Klasifikasi Variabel
3.3.1.1 Variabel Bebas
a. Teknik pencetakan putty/wash one-step
b. Teknik pencetakan putty/wash two-step

3.3.1.2 Variabel Terikat


a. Cacat permukaan cetakan
b. Akurasi dimensi model kerja GTC

Universitas Sumatera Utara


26

3.3.1.3 Variabel Terkendali


a. Ukuran model induk
b. Waktu pengisian hasil cetakan
c. Sendok cetak yang digunakan
d. Perbandingan bahan cetak polivinil siloksan base:katalis
e. Perbandingan gips dan air
f. Waktu melepaskan cetakan

3.3.1.4 Variabel Tidak Terkendali


a. Pengadukan bahan wash

3.3.2 Definisi Operasional


Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Bebas
Skala Alat
Variabel Bebas Definisi Operasional
Ukur Ukur
Teknik pencetakan Teknik pencetakan putty/wash one- - -
putty/wash one- step adalah pencetakan dengan bahan
step putty dan bahan wash diaduk secara
bersamaan, kemudian bahan putty
dimasukkan ke dalam sendok cetak
dan bahan wash diletakkan di gigi
penyangga
Teknik pencetakan Teknik pencetakan putty/wash two- - -
putty/wash two- step adalah pencetakan dengan bahan
step putty dibuat terlebih dahulu dan
dilapisi spacer dan dibiarkan setting
kemudian bahan wash ditambahkan
dan cetakan dimasukkan kembali

Universitas Sumatera Utara


27

Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Terikat


Skala Alat
Variabel Terikat Definisi Operasional
Ukur Ukur
Cacat permukaan Adanya gelembung udara dan/atau Ordinal -
lubang pada hasil cetakan yang dapat
terlihat dengan mata dengan jarak 150
mm dibantu alat kaca pembesar
Akurasi dimensi Akurasi dimensi dievaluasi dengan Rasio Kaliper
mengukur jarak intraabutment maupun digital
interabutment pada model kerja

Tabel 4. Definisi Operasional Variabel Terkendali


Variabel Skala Alat
Definisi Operasional
Terkendali Ukur Ukur
Ukuran model Ukuran model induk sesuai spesifikasi - Kaliper
induk ANSI/ADA No.19 ( tinggi 8,02 mm, digital
diameter 6,33 mm, jarak antara dua
mahkota 28,25 mm)
Waktu pengisian Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi - -
hasil cetakan cetakan dengan gips yaitu segera
setelah pencetakan
Sendok cetak yang Sendok cetak yang digunakan adalah - -
digunakan sendok cetak fisiologis yang terbuat
dari resin akrilik swapolimerisasi

Universitas Sumatera Utara


28

Variabel Skala
Definisi Operasional Alat Ukur
Terkendali Ukur
Perbandingan Perbandingan bahan cetak putty/wash - -
bahan cetak polivinil siloksan base:katalis dalam
polivinil siloksan penelitian ini adalah 1:1 (sesuai dengan
base:katalis petunjuk pabrik).

Perbandingan gips Perbandingan gips dan air adalah 100 - Timbangan


dan air gram gips: 25 ml air (sesuai petunjuk digital
pabrik).
Waktu Melepaskan Waktu yang dibutuhkan untuk - Stopwatch
Cetakan melepaskan model dari cetakan yaitu
30 menit setelah pengisian (sesuai
petunjuk pabrik).

Tabel 5. Definisi Operasional Variabel Tidak Terkendali


Variabel Tidak Skala
Definisi Operasional Alat Ukur
Terkendali Ukur
Pengadukan bahan Bahan wash diaduk diatas glass lab - -
wash menggunakan spatula dengan gerakan
melipat ke depan dan belakang hingga
homogen

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


3.4.1 Tempat Pembuatan Model Induk
Fakultas Teknik Mesin USU

Universitas Sumatera Utara


29

3.4.2 Tempat Pembuatan dan Pengujian Sampel Penelitian


Unit Jasa Industri Dental FKG USU

3.4.3 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada Bulan Mei 2017

3.5 Alat dan Bahan Penelitian


3.5.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini (Gambar 4):
1. Model induk
2. Rubber bowl dan spatula
3. Glass plate dan lekron
4. Sendok cetak
5. Stopwatch
6. Timbangan digital
7. Kaliper digital
8. Kaca Pembesar
9. Vibrator

B C

Gambar 4. Alat Penelitian: A) Rubber bowl,


spatula, glass plate, lekron; (B)
kaliper digital, model induk,
sendok cetak; (C) kaca pembesar

Universitas Sumatera Utara


30

3.5.2 Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan pada penelitian (Gambar 5):
1. Bahan cetak polivinil siloksan putty-wash (I-Sil Spident, Korea)
2. Dental Stone Tipe IV (Infinity)
3. Liquid dan Powder resin akrilik swapolimerisasi
3. Air
4. Sellopan strip (spacer)
5. Wax

A B
Gambar 5. Bahan penelitian: (A) Bahan cetak polivinil siloksan
putty/wash; (B) Dental Stone Tipe IV

3.6 Cara Penelitian


3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian
1. Persiapkan model induk berbentuk mahkota gigi yang telah dipreparasi
dengan ikuran tinggi 8,02 mm, diameter 6,33 mm, dan jarak antara 2 mahkota adalah
28,25 mm.
2. Pembuatan sendok cetak fisiologis yang terbuat dari resin akrilik
swapolimerisasi. Tahap-tahapnya:
a. Model induk dilapisi selembar wax (± 2mm) menutupi batas tepi model
induk yang berfungsi sebagai spacer

Universitas Sumatera Utara


31

b. Kemudian dibuat stopper pada sisi yang ditentukan dengan ukuran 2 mm x


2 mm dan diatasnya dilapisi dengan resin akrilik
c. Kemudian diberi tangkai pada sendok cetak yang terbuat dari kawat dan
dilapisi dengan resin akrilik
d. Setelah resin akrilik mengeras, sendok cetak dilepaskan dari model induk
e. Sendok cetak dihaluskan, dibuang spacer dan dilubangi untuk retensi bahan
cetak (Gambar 6)

Gambar 6. Sendok cetak fisiologis

3.6.2 Pembuatan Sampel


3.6.2.1 Pembuatan Sampel dengan Teknik Putty/wash One-Step
1. Siapkan model induk dan sendok cetak fisiologis
2. Bahan cetak putty diaduk dengan tangan dan bahan wash diaduk secara
bersamaan menggunakan spatula (Gambar 7 dan 8) dan diletakkan pada sendok cetak
(Gambar 9). Bahan wash diaduk di atas glass lab dengan gerakan melipat ke depan
dan belakang hingga homogen.

Gambar 7. Pengadukan putty dengan Gambar 8. Pengadukan bahan wash


tangan

Universitas Sumatera Utara


32

Gambar 9. Bahan putty dan wash


diletakkan pada sendok cetak

3. Bahan cetak wash yang sudah diaduk diletakkkan disekitar mahkota pada
model induk (Gambar 10). Sendok cetak yang sudah diisi bahan cetak putty dan wash
dicetakkan pada model induk (Gambar 11)

Gambar 10. Bahan wash diletakkan di Gambar 11. Pencetakan dengan


mahkota model induk putty dan wash

4. Setelah bahan cetak mengeras, lepaskan cetakan dari model induk dan
periksa permukaan hasil cetakan (Gambar 12) untuk menghitung jumlah cacat dengan
kaca pembesar.

Universitas Sumatera Utara


33

Gambar 12. Hasil cetakan dengan teknik


putty/wash one-step
Gambar 12. Hasil cetakan dengan teknik
pencetakan putty/wash one-step

5. Hasil cetakan segera diisi dengan gips (Infinity) sesuai petunjuk pabrik
dengan menggunakan vibrator
6. Setelah 30 menit (sesuai petunjuk pabrik), model gips dilepaskan dari
cetakan untuk mendapatkan model kerja (Gambar 13)
7. Kemudian model kerja diukur dengan menggunakan kaliper digital

Gambar 13. Model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step

Universitas Sumatera Utara


34

3.6.2.2 Pembuatan Sampel dengan Teknik Putty/wash Two-Step


1. Siapkan model induk dan sendok cetak fisiologis
2. Bahan cetak putty diaduk menggunakan tangan (Gambar 7) dan diletakkan
pada sendok cetak, spacer polietilen diletakkan di antara bahan cetak putty dan
abutment untuk mendapatkan ruang bagi bahan wash. Kemudian sendok cetak
tersebut dicetakkan pada model induk (Gambar 14)

Gambar 14. Pencetakan dengan bahan


putty dengan spacer
polietilen
3. Sendok cetak dilepaskan dari model induk dan biarkan bahan putty
berpolimerisasi, setelah itu lembaran spacer polietilen dilepas dari cetakan
4. Bahan wash diaduk diatas glass lab dengan gerakan melipat ke depan dan
belakang hingga homogen dan kemudian lakukan pencetakan akhir dengan bahan
wash yang ditempatkan pada hasil cetakan bahan cetak putty
5. Setelah bahan cetak wash mengeras, lepaskan cetakan dari model induk dan
periksa permukaan hasil cetakan (Gambar 15) untuk menghitung jumlah cacat dengan
kaca pembesar.

Gambar 15. Model kerja dengan teknik


pencetakan putty/wash two-
step

Universitas Sumatera Utara


35

6. Setelah itu hasil cetakan segera diisi dengan gips menggunakan vibrator
7. Setelah 30 menit (sesuai petunjuk pabrik) model gips dilepaskan dari
cetakan untuk mendapatkan model kerja (Gambar 16)
8. Kemudian model kerja diukur dengan menggunakan kaliper digital

Gambar
1.6 16. Model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step
1.7

3.7 Pemeriksaan Cacat Permukaan


1. Hasil cetakan permukaan abutment segera diperiksa setelah selesai dicetak
oleh pemeriksa
2. Pemeriksa menghitung jumlah lubang berukuran kira-kira 2-4 mm dan
gelembung udara berukuran kira-kira < 2 mm yang terlihat dengan mata dengan jarak
sekitar 150 mm untuk seluruh permukaan abutment dibantu dengan kaca pembesar.
Hanya cacat permukaan pada daerah abutment yang dihitung.
3. Tipe cacat pada setiap spesimen digolongkan seperti:
 tipe 0, tidak ada cacat
 tipe 1, 1-2 gelembung udara

Universitas Sumatera Utara


36

 tipe 2, >2 gelembung udara


 tipe 3, adanya lubang

3.8 Pengukuran Akurasi Dimensi


1. Sampel diletakkan diatas meja datar dan kemudian diurutkan berdasarkan
nomor dan ditandai dengan spidol
2. Pengukuran akurasi dimensi dilakukan sebanyak tiga kali dengan
menggunakan kaliper dan dengan mengukur:
a. Intrabument: diukur pada mesiodistal (kiri pinggir oklusal abutment ke
kanan pinggir oklusal abutment melewati titik tengah abutment) dan oklusogingival
(titik oklusal ke akhiran servikal)
b. Interabutment: diukur dari groove (titik tengah) abutment I ke groove
abutment II

3.8.1 Persentase Akurasi Dimensi


Akurasi dimensi dapat diketahui dengan mengukur persentase deviasi dengan
rumus:7,10

Persentase deviasi (%) = X - Y


X 100%
Y

Keterangan:
X : Rata-rata dari model kerja

Y : Rata-rata dari model induk

Universitas Sumatera Utara


37

3.9 Kerangka Operasional Penelitian

Master Model

Pencetakan dengan teknik Pencetakan dengan teknik


putty/wash one-step putty/wash two-step dengan
lembaran spacer polietilen

1.8
Diperoleh hasil cetakan
putty/wash one-step Diperoleh hasil cetakan
sebanyak 30 buah putty/wash two-step
sebanyak 30 buah

Pemeriksaan Cacat
Permukaan hasil cetakan Pemeriksaan Cacat
Permukaan hasil cetakan

Pengisian cetakan
dengan dental stone Pengisian cetakan
tipe IV dengan dental stone
tipe IV

Model kerja dengan


teknik putty/wash one- Model kerja dengan
step sebanyak 30 buah teknik putty/wash two-
step sebanyak 30 buah

Pengukuran akurasi
dimensi model kerja

Analisis cacat permukaan


hasil cetakan dan akurasi
dimensi model kerja

Universitas Sumatera Utara


38

3.10 Analisis Data


Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Uji Chi-square untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash
one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan hasil cetakan dengan
bahan polivinil siloksan putty-wash dan digunakan uji non parametrik karena data
adalah data ordinal.
2. Analisis univarian untuk mengetahui nilai rerata dan standar deviasi sampel
pada teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step.
3. Uji t-tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan
putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi model kerja
gigi tiruan cekat.

Universitas Sumatera Utara


39

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Jumlah Cacat Permukaan Cetakan dengan Teknik Pencetakan


Putty/wash One-step dan Putty/wash Two-step
Jumlah cacat permukaan cetakan putty/wash one-step dan two-step diketahui
dengan menghitung jumlah gelembung udara dan lubang pada hasil cetakan dengan
teknik pencetakan putty/wash one-step dan teknik pencetakan putty/wash two-step
dibantu dengan kaca pembesar. Pada teknik putty/wash one-step, jumlah tipe cacat
yang paling banyak adalah tipe 0 dengan jumlah 14 dan jumlah tipe yang paling
sedikit adalah tipe 3 dengan jumlah 3; pada teknik putty/wash two-step, jumlah tipe
cacat yang paling banyak adalah tipe 0 dengan jumlah 17 dan jumlah tipe yang paling
sedikit adalah tipe 3 dengan jumlah 2. Hasil pemeriksaan cacat permukaan dengan
teknik putty/wash one-step dan two-step dapat di lihat pada Tabel 6 dan 7.

Tabel 6. Jumlah cacat permukaan dengan teknik pencetakan putty/wash one-step

Tipe Cacat Permukaan


Teknik Sampel
0 1 2 3
A1 
A2 
A3 
A4 
A5 
A6 
A7 
A8 
Putty/wash A9 
One-Step A10 
A11 
A12 
A13 
A14 
A15 
A16 
A17 
A18 
A19 

Universitas Sumatera Utara


40

Tipe Cacat Permukaan


Teknik Sampel
0 1 2 3
A20 
A21 
A22 
A23 
Putty/wash A24 
One-Step A25 
A26 
A27 
A28 
A29 
A30 
Jumlah 14** 8 5 3*
Keterangan: **: jumlah paling banyak *: jumlah paling sedikit

Tabel 7. Jumlah cacat permukaan dengan teknik pencetakan putty/wash two-step

Tipe Cacat Permukaan


Teknik Sampel
0 1 2 3
B1 
B2 
B3 
B4 
B5 
B6 
B7 
B8 
B9 
B10 
B11 
Putty/wash B12 
Two-Step B13 
B14 
B15 
B16 
B17 
B18 
B19 
B20 
B21 
B22 
B23 
B24 

Universitas Sumatera Utara


41

Tipe Cacat Permukaan


Teknik Sampel
0 1 2 3
B25 
B26 
Putty/wash B27 
One-Step B28 
B29 
B30 
Jumlah 17** 8 3 2*
Keterangan: **: jumlah paling banyak *: jumlah paling sedikit

4.2 Nilai Akurasi Dimensi Model Kerja dengan Teknik Putty/wash One-
step dan Putty/wash Two-Step
Pengukuran model kerja dilakukan menggunakan kaliper digital dan setiap
model dihitung sebanyak tiga kali lalu diambil rata-ratanya sebagai ukuran masing-
masing model. Akurasi dimensi dari model dapat dihitung dengan persentase deviasi
dari mesiodistal, oklusogingival, dan interabutment yang dapat didapat dengan
mengurangkan rata-rata dari ukuran model kerja dengan ukuran model induk lalu
dibagi dengan ukuran model induk dan dikali 100%.7,10 Nilai persentase deviasi dari
model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step tersebut kemudian
dibandingkan dengan model induk. Rerata dan standar deviasi dari persentase deviasi
pada kelompok teknik pencetakan putty/wash one-step dilihat dari mesiodistal adalah
-0,463 ± 0,179, dilihat dari oklusogingival adalah -0,465 ± 0,146, dilihat dari
interabutment adalah 0,387 ± 0,037. Rerata dan standar deviasi dari persentase
deviasi pada kelompok teknik pencetakan putty/wash one-step dapat dilihat pada
Tabel 8. Berdasarkan spesifikasi ADA no.19, persentase deviasi teknik pencetakan
one-step masih dalam batas yang dapat ditolerir (perubahan dimensi ≤0,5%).27

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 8. Rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan teknik
pencetakan putty/wash one-step

Persentase Deviasi (%)


Teknik Sampel
MD OG I
A1 -0,268 -0,174 0,339
A2 -0,157 -0,374 0,389
A3 -0,315 -0,498 0,318
A4 -0,473 -0,498 0,389
A5 -0,473 -0,249 0,353
A6 -0,584 -0,374 0,410
A7 -0,157 -0,498 0,424
A8 -0,473 -0,548 0,389
A9 -0,584 -0,548 0,460
A10 -0,695 -0,498 0,318
A11 -0,473 -0,623 0,389
A12 -0,268 -0,498 0,353
A13 -0,695 -0,548 0,424
A14 -0,473 -0,623 0,410
Putty/wash One- A15 -0,315 -0,548 0,389
Step A16 -0,584 -0,249 0,410
A17 -0,315 -0,374 0,389
A18 -0,789 -0,623 0,339
A19 -0,473 -0,498 0,424
A20 -0,315 -0,710 0,389
A21 -0,268 -0,374 0,460
A22 -0,695 -0,710 0,389
A23 -0,789 -0,623 0,389
A24 -0,473 -0,174 0,410
A25 -0,473 -0,498 0,353
A26 -0,695 -0,374 0,424
A27 -0,584 -0,548 0,410
A28 -0,268 -0,374 0,389
A29 -0,473 -0,498 0,353
A30 -0,315 -0,249 0,339
X ± SD -0,463 ± 0,179 -0,465 ± 0,146 0,387 ± 0,037
Keterangan: - = ukuran model kerja lebih kecil dari model induk
+ = ukuran model kerja lebih besar dari model induk

Akurasi dimensi dari model dapat dihitung dengan persentase deviasi dari
mesiodistal, oklusogingival, dan interabutment yang dapat didapat dengan
mengurangkan rata-rata dari ukuran model kerja dengan ukuran model induk lalu
dibagi dengan ukuran model induk dan dikali 100%.7,10 Nilai persentase deviasi dari
model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step tersebut kemudian
dibandingkan dengan model induk. Rerata dan standar deviasi dari persentase deviasi

Universitas Sumatera Utara


43

pada kelompok teknik pencetakan putty/wash two-step dilihat dari mesiodistal adalah
-0,309 ± 0,014, dilihat dari oklusogingival adalah -0,359 ± 0,0173, dilihat dari
interabutment adalah 0,279 ± 0,040. Rerata dan standar deviasi perubahan dimensi
pada kelompok teknik pencetakan putty/wash two-step dapat dilihat pada tabel 9.
Berdasarkan spesifikasi ADA no.19, persentase perubahan dimensi putty/wash two-
step masih dalam batas yang dapat ditolerir (perubahan dimensi ≤0,5%).27

Tabel 9. Rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan teknik
pencetakan putty/wash two-step

Persentase Deviasi (%)


Teknik Sampel
MD OG I
B1 -0,473 -0,548 0,233
B2 -0,379 -0,498 0,247
B3 -0,315 -0,374 0,283
B4 -0,268 -0,249 0,283
B5 -0,315 -0,374 0,318
B6 -0,379 -0,374 0,318
B7 -0,268 -0,623 0,283
B8 -0,473 -0,249 0,247
B9 -0,221 -0,498 0,212
B10 -0,157 -0,374 0,329
B11 -0,268 -0,548 0,283
B12 0,000 -0,124 0,247
B13 -0,426 -0,498 0,353
B14 -0,221 -0,249 0,233
Putty/wash
B15 -0,315 0,000 0,283
Two-Step
B16 -0,315 -0,548 0,329
B17 -0,268 -0,374 0,283
B18 -0,426 -0,124 0,247
B19 -0,315 -0,548 0,233
B20 -0,221 -0,249 0,318
B21 -0,379 -0,374 0,283
B22 -0,157 -0,623 0,283
B23 -0,315 -0,249 0,318
B24 -0,379 -0,374 0,233
B25 -0,426 -0,498 0,283
B26 -0,426 -0,498 0,212
B27 -0,315 -0,374 0,353
B28 -0,379 0,000 0,329
B29 -0,268 -0,249 0,247
B30 -0,221 -0,124 0,283
X ± SD -0,309 ± 0,104 -0,359 ± 0,173 0,279 ± 0,040
Keterangan: - = ukuran model kerja lebih kecil dari model induk
+ = ukuran model kerja lebih besar dari model induk

Universitas Sumatera Utara


44

4.3 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/wash One-Step dan Putty/Wash


Two-Step terhadap Cacat Permukaan Cetakan
Pada teknik putty/wash one-step, kategori tipe cacat 0 (tidak ada cacat)
didapati cacat berjumlah 14 dengan persentasenya 46,7%; tipe cacat 1 (1-2
gelembung udara) berjumlah 8 dengan persentase 26,7%; tipe cacat 2 (>2 gelembung
udara) berjumlah 5 dengan persentase 16,7%; dan tipe cacat 3 (adanya lubang)
berjumlah 3 dengan persentase 10%. Pada teknik putty/wash two-step, pada kategori
tipe cacat 0 (tidak ada cacat) didapati cacat berjumlah 17 dengan persentasenya
56,7%; tipe cacat 1 (1-2 gelembung udara) berjumlah 8 dengan persentase 26,7%;
tipe cacat 2 (>2 gelembung udara) berjumlah 3 dengan persentase 10%; dan tipe cacat
3 (adanya lubang) berjumlah 2 dengan persentase 6,7%. Jumlah masing-masing tipe
cacat yang terdapat pada hasil cetakan dengan teknik putty/wash one-step dan
putty/wash two-step beserta persentasenya dapat dilihat pada Tabel 10.
Pengaruh teknik pencetakan dengan teknik putty/wash one-step dan two-step
terhadap cacat permukaan dapat diperoleh dengan analisis secara statistik dengan uji
chi-square (Tabel 10). Dari tabel tersebut dapat terlihat hasil dari uji statistik
menggunakan uji chi-square didapati p= 0,804 (p>0,05) yang artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan antara teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step
terhadap cacat permukaan.

Tabel 10. Pengaruh teknik pencetakan dengan teknik putty/wash one-step dan teknik
pencetakan putty wash two-step terhadap cacat permukaan

Teknik Pencetakan Tipe Cacat Jumlah (n) Persentase p


0 14 46,7%
Putty/wash One- 1 8 26,7%
Step 2 5 16,7%
3 3 10%
0,804
0 17 56,7%
Putty/wash Two- 1 8 26,7%
Step 2 3 10,0%
3 2 6,7%
Tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05)

Universitas Sumatera Utara


45

4.4 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan Putty/Wash


Two-Step terhadap Akurasi Dimensi pada Model Kerja Gigi Tiruan Cekat
Pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step
terhadap akurasi dimensi diperoleh dengan analisis secara statistik dengan uji t tidak
berpasangan. Sebelum dilakukan pengujian menggunakan uji t tidak berpasangan,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk
mengetahui data pada teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step
adalah normal. Hasil uji normalitas model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash
one-step dilihat dari mesiodistal diperoleh nilai 0,939 dengan tingkat signifikansi p=
0,084 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival diperoleh nilai 0,934 dengan tingkat
signifikansi p= 0,063 (p>0,05), dan dilihat dari interabutment diperoleh nilai 0,940
dengan tingkat signifikansi p= 0,092 (p>0,05), hal ini berarti data teknik pencetakan
putty/wash one-step yang diperoleh normal. Hasil uji normalitas model kerja dengan
teknik pencetakan putty/wash two-step dilihat dari mesiodistal diperoleh nilai 0,941
dengan tingkat signifikansi p= 0,098 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival diperoleh
nilai 0,935 dengan tingkat signifikansi p= 0,065 (p>0,05), dan dilihat dari
interabutment diperoleh nilai 0,933 dengan tingkat signifikansi p= 0,059 (p>0,05),
hal ini berarti data teknik pencetakan putty/wash two-step yang diperoleh normal.
Setelah dilakukan pengujian dengan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui data
yang diperoleh adalah normal, dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas
data dan diperoleh hasil uji homogenitas dilihat dari mesiodistal menunjukkan nilai
0,952 dengan tingkat signifikansi p = 0,158 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival
menunjukkan nilai 0,725 dengan tingkat signifikansi p= 0,398 (p>0,05), dan dilihat
dari interabutmet menunjukkan nilai 0,459 dengan tingkat signifikansi p= 0,496
(p>0,05). Hasil tersebut menunjukkaan data yang diperoleh homogen. Setelah uji
homogenitas, dilakukan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh teknik
pencetakan putty/wash one-step dan two-step terhadap model kerja gigi tiruan cekat.
Hasil dari uji statistik tersebut menunjukkan pengaruh teknik putty/wash one-
step dan teknik putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi berdasarkan mesiodistal
p= 0,010 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara akurasi dimensi

Universitas Sumatera Utara


46

teknik putty/wash one-step dengan teknik putty/wash two-step. Akurasi dimensi


berdasarkan oklusogingival p= 0,013 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan yang
signifikan antara akurasi dimensi teknik putty/wash one-step dengan teknik
putty/wash two-step. Akurasi dimensi berdasarkan interabutment p= 0,010 (p<0,05)
yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara akurasi dimensi teknik putty/wash
one-step dengan teknik putty/wash two-step (Tabel 11). Persentase deviasi dimensi
dibandingkan dengan model induk dilihat dari mesiodistal, oklusongingival, dan
interabutment dari teknik pencetakan putty/wash one-step adalah -0,463%, -0,465%,
dan 0,387%; dan dari teknik pencetakan putty/wash two-step -0,309%, -0,359%, dan
0,279% dan berdasarkan spesifikasi ADA no.19, persentase perubahan dimensi kedua
model masih dalam batas yang dapat ditolerir (perubahan dimensi ≤0,5%).27

Tabel 11. Pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan teknik pencetakan
putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi model kerja gigi tiruan cekat

Akurasi Dimensi
Jarak Jumlah X % Deviasi p
Teknik
(n) ±SD
Putty/wash one-step 30 -0,463 ± 0,179
Mesiodistal 0,001*
Putty/wash two-step 30 -0,309 ± 0,104
Putty/wash one-step 30 -0,465 ± 0,146
Oklusogingival 0,013*
Putty/wash two-step 30 -0,359 ± 0,173
Putty/wash one-step 30 0,387 ± 0,037
Interabutment 0,001*
Putty/wash two-step 30 0,279 ± 0,040
*Ada perbedaan yang signifikan (p<0,05)

Universitas Sumatera Utara


47

BAB 5

PEMBAHASAN

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah


eksperimental laboratoris. Dalam penelitian eksperimental laboratoris, peneliti
melakukan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan
putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan hasil cetakan
dan akurasi dimensi model kerja gigi tiruan cekat.

5.1 Jumlah Cacat Permukaan Cetakan dengan Teknik Pencetakan


Putty/wash One-step dan Putty/wash Two-step
Pada Tabel 6 dan 7 terlihat hasil pemeriksaan permukaan cetakan dengan
teknik putty/wash one-step yang didapati jumlah tipe cacat yang paling banyak adalah
tipe 0 dengan jumlah 14 dan jumlah tipe yang paling sedikit adalah tipe 3 dengan
jumlah 3; pada teknik putty/wash two-step, jumlah tipe cacat yang paling banyak
adalah tipe 0 dengan jumlah 17 dan jumlah tipe yang paling sedikit adalah tipe 3
dengan jumlah 2.
Pada kedua teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step, tipe cacat
yang terjadi paling banyak adalah tipe 0 dan yang paling sedikit adalah tipe 3. Hasil
ini sesuai dengan hasil penelitian Caputi dkk (2015) yang menunjukkan pada teknik
putty/wash one-step dan two-step, jumlah tipe cacat yang paling banyak adalah tipe 0
dan paling sedikit tipe 3. Hasil penelitian Samet (2005) juga menunjukkan bahwa dari
193 sampel dengan teknik pencetakan dan bahan cetak yang berbeda menunjukkan
beberapa kesalahan yang banyak terjadi pada hasil cetakan adalah adanya lubang atau
robekan pada akhiran servikal sebanyak 50,7% dan adanya gelembung udara pada
akhiran servikal sebanyak 40,4%.6 Kemungkinan terjadinya gelembung udara pada
penelitian ini mungkin karena digunakannya pengadukan elastomer secara manual
yaitu pada saat operator mengaduk bahan wash, jika gerakan yang dilakukan kurang

Universitas Sumatera Utara


48

tepat maka udara yang seharusnya tidak ada dapat terjebak sehingga membentuk
gelembung udara atau bahkan lubang pada hasil cetakan. Kemungkinan lain yang
dapat terjadi adalah saat peletakan bahan wash, udara dapat terjebak pada abutment
gigi yang akan dicetak, menyebabkan terbentuknya gelembung udara atau lubang
pada hasil cetakan. Penelitian Shresta dkk (2015) menyatakan bahwa lubang dan
gelembung udara adalah cacat yang paling sering terjadi (59% dan 30% pada masing-
masing kategori cacat) pada pengadukan elastomer manual. Penggunaan alat
automixing dapat meminimalisir terbentuknya gelembung udara daripada pengadukan
secara manual.16 Gelembung udara juga dapat terbentuk karena tekanan yang
berlebihan saat mencetak.4 Cacat permukaan yang terdapat pada hasil cetakan
mungkin juga dapat disebabkan karena kesalahan manipulasi pencetakan saat
meletakkan pada gigi yang dipreparasi atau terlalu cepat mengangkat cetakan dari
mulut.6

5.2 Nilai Akurasi Dimensi Model Kerja dengan Teknik Putty/wash One-
step dan Putty/wash Two-Step
Pada Tabel 8 dan 9 terlihat rerata dan standar deviasi dari hasil pengukuran
akurasi dimensi dalam bentuk persentase deviasi. Persentase deviasi dapat dihitung
dengan mengurangkan ukuran model kerja dengan ukuran model induk dibagi ukuran
model induk dan dikali 100%.7,10 Nilai dari persentase deviasi dari teknik pencetakan
putty/wash one-step dilihat dari mesiodistal adalah -0,463 ± 0,179, dilihat dari
oklusogingival adalah -0,465 ± 0,146, dilihat dari interabutment adalah 0,387 ±
0,037. Nilai dari persentase deviasi dari teknik pencetakan putty/wash two-step dilihat
dari mesiodistal adalah -0,309 ± 0,014, dilihat dari oklusogingival adalah -0,359 ±
0,0173, dilihat dari interabutment adalah 0,279 ± 0,040. Berdasarkan spesifikasi
ADA no.19, persentase deviasi model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash
one-step dan putty/wash one-step masih dalam batas yang dapat ditolerir (perubahan
dimensi ≤0,5%).27

Universitas Sumatera Utara


49

Pada Tabel 11 terlihat hasil pengukuran dimensi model kerja dibandingkan


dengan model induk yang menunjukkan nilai adanya pengurangan ukuran dimensi
pada aspek mesiodistal yaitu -0, 463% pada teknik putty/wash one-step dan -0,309%
pada teknik putty/wash two-step dan aspek oklusogingival yaitu -0,465 pada teknik
putty/wash one-step dan -0,359 pada teknik putty/wash two-step yang memiliki arti
bahwa ukuran model kerja yang diukur lebih kecil dari model induk sehingga
dimensinya berkurang. Pada aspek interabutment, terdapat penambahan ukuran pada
dimensi yang ditunjukkan dengan nilai 0,387% pada teknik putty/wash one-step dan
0,279% pada teknik putty/wash two-step yang berarti ukuran model kerja yang diukur
lebih besar dibandingkan model induk sehingga dimensinya bertambah. Hal ini sesuai
dengan penelitian Nissan dkk (2000) yang menunjukkan bahwa pada penelitiannya
dimensi vertikal (intraabutment) dari model kerja mengalami pengurangan namun
bagian dimensi horizontal mengalami penambahan. Hal ini terjadi karena adanya
kontraksi dari bahan cetak ke dinding sendok cetak, membuat model kerja melebar
pada aspek horizontal dan memendek pada aspek vertikalnya. Kemungkinan hal ini
dapat terjadi karena kontraksi ke dinding cetak bisa menyebabkan terjadinya
pengerutan sehingga model kerja yang diperoleh akan memiliki abutment yang
memendek (aspek oklusogingival) dan mengecil (aspek mesiodistal) dibandingkan
model induknya. Abutment yang memendek dan mengecil dapat mengakibatkan jarak
interabutment semakin besar.10 Selain itu pada dental stone terjadi setting ekspansi
yang dapat dilihat saat proses perubahan dari hemihidrat menjadi dihidrat. Kristalisasi
dari dihidrat dapat digambarkan dengan pertumbuhan yang berlebihan kristal-kristal
dari nukleus kristalisasi. Kristal yang tumbuh dari nukleus dapat mengikat atau
menghalangi pertumbuhan kristal yang berdekatan. Bila proses ini diulangi oleh
ribuan kristal selama proses pertumbuhan, tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi
yang menghasilkan ekspansi pada model.5 Kemungkinan mengecilnya model kerja
pada aspek mesiodistal dan oklusogingival bila dibandingkan model induk
disebabkan pengerutan yang terjadi pada bahan cetak elastomer tidak diimbangi
dengan setting ekspansi dari dental stone sehingga menyebabkan model kerja lebih
kecil dari model induk. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Caputi S dan Varvaera

Universitas Sumatera Utara


50

G (2007) yang menyatakan bahwa dimensi model kerja pada ketiga teknik
(putty/wash one-step, putty/wash two-step, dan putty/wash two-step modifikasi)
menunjukkan dimensi yang lebih besar dari model induk yang disebabkan oleh
ekspansi dari dental stone.7

5.3 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan Putty/Wash


Two-Step terhadap Cacat Permukaan Cetakan
Pada Tabel 10 terlihat persentase dari jumlah tipe cacat dari masing-masing
teknik pencetakan. Tipe cacat yang didapati pada teknik putty/wash one-step, pada
kategori tipe cacat 0 (tidak ada cacat) didapati cacat berjumlah 14 dengan
persentasenya 46,7%; tipe cacat 1 (1-2 gelembung udara) berjumlah 8 dengan
persentase 26,7%; tipe cacat 2 (>2 gelembung udara) berjumlah 5 dengan persentase
16,7%; dan tipe cacat 3 (adanya lubang) berjumlah 3 dengan persentase 10%. Pada
teknik putty/wash two-step, pada kategori tipe cacat 0 (tidak ada cacat) didapati cacat
berjumlah 17 dengan persentasenya 56,7%; tipe cacat 1 (1-2 gelembung udara)
berjumlah 8 dengan persentase 26,7%; tipe cacat 2 (>2 gelembung udara) berjumlah
3 dengan persentase 10%; dan tipe cacat 3 (adanya lubang) berjumlah 2 dengan
persentase 6,7%.
Pada Tabel 10 memperlihatkan hasil statistik uji Chi-Square yang
menunjukkan p=0,804 (p>0,05), artinya tidak ada perbedaan antara kedua teknik
pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan
hasil cetakan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Caputi dkk (2015) yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang ditemukan antara kedua teknik
putty/wash one-step dan putty/wash two-step pada jumlah cacat pada hasil cetakan.
Sesuai dengan literatur, kedua teknik yaitu putty/wash one-step dan putty/wash two-
step, menunjukkan insidensi yang rendah terjadinya lubang dan gelembung udara.
Hal ini dihubungkan dengan tekanan yang diaplikasikan oleh bahan cetak dengan
viskositas mayor (putty) pada bahan cetak dengan viskositas minor (wash), yang
meningkatkan laju alir dan membantu dalam menghasilkan cetakan dengan detail

Universitas Sumatera Utara


51

yang lebih tepat.9 Tidak terdapatnya perbedaan antara kedua teknik ini kemungkinan
dikarenakan bahan cetak yang digunakan pada kedua teknik adalah sama-sama bahan
putty dan bahan wash. Pada bahan cetak yang memiliki viskositas yang tinggi dan
daya alir yang rendah seperti monophase akan mengakibatkan injeksi ke gigi yang
dipreparasi akan lebih sulit dikontrol dan pengisian bahan monophase dalam jumlah
besar dapat mengakibatkan peletakan dari bahan cetak kurang tepat dan udara dapat
terjebak.6,12 Kemungkinan hal-hal diatas tidak terjadi pada penelitian ini karena pada
penelitian ini kedua teknik pencetakan putty/wash yang diteliti menggunakan dua
jenis bahan yang sama yaitu putty dan wash, dan bahan wash memiliki daya alir yang
lebih tinggi sehingga memiliki kemungkinan untuk mereproduksi permukaan cetakan
dengan lebih baik.9 Menurut hasil penelitian Samet dkk (2005) menyatakan bahwa
ada korelasi yang signifikan antara tipe bahan cetak dengan lubang dan robekan pada
akhiran servikal, sehingga cacat permukaan cetakan mungkin lebih dipengaruhi dari
bahan cetak daripada teknik pencetakan.6 Hasil ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian Shresta (2015) yang menyatakan bahwa teknik putty/wash one-step
memiliki jumlah cacat permukaan lebih sedikit dari teknik putty/wash two-step.16

5.4 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan Putty/Wash


Two-Step terhadap Akurasi Dimensi pada Model Kerja Gigi Tiruan Cekat
Sebelum dilakukan pengujian menggunakan uji t tidak berpasangan, terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk
mengetahui data pada teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step
adalah normal. Hasil uji normalitas model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash
one-step dilihat dari mesiodistal diperoleh nilai 0,939 dengan tingkat signifikansi p=
0,084 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival diperoleh nilai 0,934 dengan tingkat
signifikansi p= 0,063 (p>0,05), dan dilihat dari interabutment diperoleh nilai 0,940
dengan tingkat signifikansi p= 0,092 (p>0,05), hal ini berarti data teknik pencetakan
putty/wash one-step yang diperoleh normal. Hasil uji normalitas model kerja dengan
teknik pencetakan putty/wash two-step dilihat dari mesiodistal diperoleh nilai 0,941

Universitas Sumatera Utara


52

dengan tingkat signifikansi p= 0,098 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival diperoleh


nilai 0,935 dengan tingkat signifikansi p= 0,065 (p>0,05), dan dilihat dari
interabutment diperoleh nilai 0,933 dengan tingkat signifikansi p= 0,059 (p>0,05),
hal ini berarti data teknik pencetakan putty/wash two-step yang diperoleh normal.
Setelah dilakukan pengujian dengan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui data
yang diperoleh adalah normal, dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas
data dan diperoleh hasil uji homogenitas dilihat dari mesiodistal menunjukkan nilai
0,952 dengan tingkat signifikansi p = 0,158 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival
menunjukkan nilai 0,725 dengan tingkat signifikansi p= 0,398 (p>0,05), dan dilihat
dari interabutmet menunjukkan nilai 0,459 dengan tingkat signifikansi p= 0,496
(p>0,05). Hasil tersebut menunjukkaan data yang diperoleh homogen. Setelah uji
homogenitas, dilakukan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh teknik
pencetakan putty/wash one-step dan two-step terhadap model kerja gigi tiruan cekat.
Setelah dilakukan uji t tidak berpasangan (Tabel 11) didapati pada kedua
teknik dari aspek mesiodistal dan interabutment menunjukkan p=0,001 (p<0,05) dan
pada aspek oklusogingival menunjukkan p=0,013 (p<0,05), yang artinya ada
perbedaan yang signifikan antara teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step
terhadap akurasi dimensi model kerja. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh teknik
pencetakan terhadap akurasi dimensi model kerja.
Dari Tabel 11 dapat terlihat bahwa pengurangan dimensi pada aspek
mesiodistal dan oklusogingival juga penambahan dimensi pada aspek interabutment
pada teknik putty/wash one-step lebih besar dibandingkan dengan teknik putty/wash
two-step jika dilihat dari nilai persentase deviasinya, sehingga kemungkinan teknik
putty/wash two-step lebih akurat dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step
meskipun hasil dari perubahan dimensi dari masing-masing teknik pencetakan yang
beragam mulai dari -0,465% sampai 0,279% masih di dalam batas yang dapat
ditolerir menurut ketentuan dari ADA no.19 (perubahan dimensi ≤0,5%).25,27 Pada
penelitian ini terdapat perbedaan yang mungkin dapat terjadi karena pada teknik
putty/wash one-step, bahan putty cenderung mendorong wash dari gigi yang
dipreparasi, sehingga daerah-daerah yang penting seperti akhiran servikal, dapat

Universitas Sumatera Utara


53

tertutupi oleh bahan putty yang tidak bisa mencetak detail dengan baik, sehingga
akurasi dari hasil cetakan berkurang.7 Pada teknik putty/wash one-step bahan wash
yang berlebihan dan sulit dikontrol dapat menghasilkan perubahan dimensi, karena
teknik ini dapat menyebabkan pengerutan terus menerus yang dapat terjadi pada
bahan yang memiliki viskositas berbeda.4,9 Kesulitan lainnya pada teknik putty/wash
one-step adalah ketika bahan wash sudah diletakkan pada gigi yang dipreparasi,
bahan putty harus diposisikan kembali ke dalam rongga mulut. Pada fase ini, lidah
pasien dapat memindahkan bahan wash dari gigi, sehingga keakuratan dari cetakan
dapat berkurang.7 Pada teknik putty/wash two-step, bahan cetak wash dimasukkan
setelah bahan putty sudah setting dan bisa berperan sebagai sendok cetak sehingga
dapat menghindari terjadinya pengerutan yang berlangsung secara bersamaan seperti
teknik putty/wash one-step yang dapat memungkinkan hasil cetakan putty/wash two-
step lebih akurat daripada putty/wash two-step. Ketebalan bahan wash yang terkontrol
akan mengkompensasi kontraksi dengan perubahan dimensi yang sedikit.4,10 Hasil
penelitian yang menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kedua teknik ini
mungkin disebabkan karena pada teknik putty/wash one-step ketebalan bahan wash
cenderung tidak terkontrol karena pada teknik ini bahan putty dan bahan wash diaduk
dan dimasukkan pada waktu yang bersamaan, sehingga kemungkinan jumlah bahan
cetak yang digunakan tidak bisa dikontrol, berbeda dengan teknik putty/wash two-
step yang sebelumnya diberikan spacer sehingga setelah bahan putty sudah setting,
bahan wash dimasukkan untuk mengisi spacer yang sudah dilepas, sehingga
kemungkinan bahan wash dapat dikontrol. Dari hasil penelitian di atas diketahui nilai
persentase deviasi teknik putty/wash two-step lebih kecil dibandingkan teknik
putty/wash one-step sehingga kemungkinan teknik putty/wash two-step lebih akurat
dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step. Hal ini sesuai dengan penelitian
penelitian Caputi S dan Varvaera G (2007) yang menyatakan bahwa teknik
putty/wash two-step lebih akurat dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step7,
dan penelitian oleh Nissan dkk (2000) yang menyatakan putty/wash two-step paling
akurat untuk membuat model dan menghasilkan cetakan yang tepat.10 Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Hendry (2012) yang menyatakan

Universitas Sumatera Utara


54

bahwa teknik pencetakan putty/wash one-step merupakan teknik yang paling akurat
karena mempunyai selisih jarak intraabutment dan interabutment yang paling kecil
dibandingkan dengan teknik pencetakan putty/wash two-step dan putty/wash two-step
dimodifikasi.15 Hasil ini juga tidak sesuai dengan penelitian Vitti dkk (2013) yang
menyatakan tidak ada perbedaan diantara teknik monophase, one-step dan two-step
pada penelitian ini, juga di penelitian yang lain yang menunjukkan perubahan akurasi
dimensi tidak dipengaruhi oleh teknik pencetakan.4

Kelemahan pada penelitian ini adalah peneliti melepaskan hasil cetakan dari
sendok cetak saat proses pengisian dengan dental stone dan juga penggunaan spacer
polietilen yang tidak sesuai standar sehingga menyebabkan nilai dari akurasi dimensi
model kerja yang dihasilkan tidak terlalu akurat. Kelemahan lain pada penelitian ini
adalah alat yang digunakan untuk memeriksa cacat permukaan dan akurasi dimensi
adalah kaca pembesar dan kaliper digital yang memiliki kemungkinan human error
yang cukup besar saat operator lelah sehingga dapat disarankan menggunakan alat
yang lain seperti menggunakan 3D scanner laser untuk menghitung akurasi dimensi
dengan lebih akurat. Kelemahan lainnya adalah penelitian ini juga dilakukan di model
induk yang terbuat dari stainless steel. Penelitian ini akan memiliki hasil yang
berbeda jika dilakukan di dalam rongga mulut yang memiliki jaringan keras, jaringan
lunak, saliva, dan cairan sulkular yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


55

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Jumlah cacat permukaan cetakan dengan teknik pencetakan putty/wash one-
step dan putty/wash two-step yang didapatkan yaitu pada teknik putty/wash one-step,
jumlah cacat tipe 0 berjumlah 14, tipe 1 berjumlah 8, tipe 2 berjumlah 5, dan tipe 3
berjumlah 3. Pada teknik putty/wash two-step, jumlah cacat tipe 0 berjumlah 17, tipe
1 berjumlah 8, tipe 2 berjumlah 3, tipe 3 berjumlah 2.
2. Nilai rerata dan standar deviasi dari model kerja dengan teknik putty/wash
one-step dilihat dari mesiodistal adalah -0,463 ± 0,179; dari pengukuran
oklusogingival adalah -0,465 ± 0,146; dari pengukuran interabutment adalah 0,387 ±
0,037. Nilai rerata dan standar deviasi model kerja dengan teknik putty/wash two-step
dilihat dari mesiodistal adalah -0,309 ± 0,104; dari pengukuran oklusogingival adalah
-0,359 ± 0,173; dari pengukuran interabutment adalah 0,279 ± 0,040.
3. Tidak ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash
two-step terhadap cacat permukaan hasil cetakan dilihat dari nilai p=0,804 (p>0,05).
4. Ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-
step terhadap akurasi dimensi pada model kerja GTC dengan nilai p dilihat dari
mesiodistal p=0,001 (p<0,05), dilihat dari oklusogingival p=0,013 (p<0,05), dilihat
dari interabutment p=0,001 (p<0,05).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara
kedua teknik pencetakan dalam hal cacat permukaan namun terdapat pengaruh pada
teknik pencetakan terhadap akurasi dimensi, yaitu teknik putty/wash two-step dinilai
memiliki nilai akurasi dimensi yang lebih baik dibandingkan teknik putty/wash one-

Universitas Sumatera Utara


56

step jika dilihat dari persentase deviasinya, sehingga dapat disarankan menggunakan
teknik putty/wash two-step untuk mendapatkan cetakan yang baik dan lebih akurat.

6.2 Saran
1. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh teknik
pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi
dengan menggunakan alat lain seperti 3D laser scanner.
2. Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan menggunakan alat yang lebih baik
seperti pistol pengaduk (mixing gun) ataupun mesin pengaduk agar bahan cetak
elastomer dapat diaduk dengan lebih baik untuk mencegah terjadinya kesalahan
operator untuk mendapatkan kualitas cetakan yang lebih baik dan tingkat keakuratan
yang lebih tinggi.

Universitas Sumatera Utara


57

DAFTAR PUSTAKA

1. Jeyapalan V, Krishnan CS. Partial Edentulism and its Correlation to Age, Gender,
Socio-economic Status and Incidence of Various Kennedy’s Classes–A Literature
Review. Journal of clinical and diagnostic research: JCDR. 2015;9(6):ZE14.
2. Rahmayani L, Herwanda H, Idawani M. Perilaku pemakai gigi tiruan terhadap
pemeliharaan kebersihan gigi tiruan lepasan (Denture wearer’s behavior towards
removable denture cleansing care). Jurnal PDGI. 2013;623.
3. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary fixed prosthodontics: 3rd ed.
Missouri: Saunder Elsevier, 2001:2, 166, 354-64.
4. Vitti RP, Silva MABd, Consani RLX, Sinhoreti MAC. Dimensional accuracy of
stone casts made from silicone-based impression materials and three impression
techniques. Brazilian dental journal. 2013;24(5):498-502.
5. Anusavice KJ. Phillips' science of dental materials: 12th ed. Missouri: Sander
Elsevier, 2013: 55, 154-169, 186-87.
6. Samet N, Shohat M, Livny A, Weiss EI. A clinical evaluation of fixed partial
denture impressions. The Journal of prosthetic dentistry. 2005;94(2):112-7.
7. Caputi S, Varvara G. Dimensional accuracy of resultant casts made by a
monophase, one-step and two-step, and a novel two-step putty/light-body
impression technique: an in vitro study. The Journal of prosthetic dentistry.
2008;99(4):274-81.
8. Franco EB, da Cunha LF, Herrera FS, Benetti AR. Accuracy of single-step versus
2-step double-mix impression technique. ISRN dentistry. 2011;1-5.
9. Varvara G, Murmura G, Sinjari B, Cardelli P, Caputi S. Evaluation of defects in
surface detail for monophase, 2-phase, and 3-phase impression techniques: An in
vitro study. The Journal of prosthetic dentistry. 2015;113(2):108-13.
10. Nissan J, Laufer B-Z, Brosh T, Assif D, Maurice T. Accuracy of three polyvinyl
siloxane putty-wash impression techniques. The Journal of prosthetic dentistry.
2000;83(2):161-5.

Universitas Sumatera Utara


58

11. Zu Saifudin ASA, Kamaruddin F, Ab Ghani SM. The quality of working


impressions for the fabrication of fixed prosthodontics prostheses (crown and
bridgework). European Journal of General Dentistry. 2014;3(2):100.
12. Millar BJ, Dunne SM, Robinson PB. In vitro study of the number of surface
defects in monophase and two-phase addition silicone impressions. The Journal
of prosthetic dentistry. 1998;80(1):32-5.
13. Faria ACL, Rodrigues RCS, Macedo AP, Mattos MdGCd, Ribeiro RF. Accuracy
of stone casts obtained by different impression materials. Brazilian oral research.
2008;22(4):293-8.
14. Donovan TE, Chee WW. A review of contemporary impression materials and
techniques. Dental Clinics of North America. 2004;48(2):445-70.
15. Hendry. Akurasi Dimensi Hasil Cetakan Polyvynil Siloxane dengan Teknik
Modifikasi Putty/Wash 2 Tahap. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.
16. Shrestha P, Poudel S, Shrestha K. A clinical comparison of polyvinyl siloxane
impressions for fixed partial dentures using three different techniques. Journal of
Advanced Medical and Dental Sciences Research. 2015;3(2):6.
17. Blarcom C, Clifford W. The glossary of prosthodontic terms. J Prosthet Dent.
2008;94(1):44.
18. George F. Kantorowicz ea. Inlay, Mahkota, dan Jembatan. Edisi 5. Jakarta:
EGC;2014:60-5.
19. McCabe JF, Walls AW. Applied dental materials. 9 ed: John Wiley & Sons;
2013:165-77.
20. Mandikos MN. Polyvinyl siloxane impression materials: an update on clinical
use. Australian dental journal. 1998;43(6):428-34.
21. Millar B. How to make a good impression (crown and bridge). British Dental
Journal. 2001;191 No. 7:402-5.
22. Wassell R, Barker D, Walls A. Crowns and other extra-coronal restorations:
impression materials and technique. British dental journal. 2002;192(12):679-90.

Universitas Sumatera Utara


59

23. Caimattayompol N, Park D. A modified putty-wash vinyl polysiloxane impression


technique for fixed prosthodontics. The Journal of prosthetic dentistry.
2007;98(6):483-5.
24. Nissan J, Gross M, Shifman A, Assif D. Effect of wash bulk on the accuracy of
polyvinyl siloxane putty‐wash impressions. Journal of oral rehabilitation.
2002;29(4):357-61.
25. Bansal PK. Comparison of dimensional accuracy using two elastomeric
impression materials in fixed prosthodontics. Pakistan Oral & Dental Journal.
2010;30(2).
26. Shah S, Sundaram G, Bartlett D, Sherriff M. The use of a 3D laser scanner using
superimpositional software to assess the accuracy of impression techniques.
Journal of dentistry. 2004;32(8):653-8.

27. Saber FS, Abolfazli N, Kohsoltani M. The effect of disinfection by spray


atomization on dimensional accuracy of condensation silicone impressions.
Journal of Dental research, Dental Clinics, Dental Prospects. 2010;4(4):124-
129.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Nilai pengukuran, rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan
teknik pencetakan putty/wash one-step

Pengukuran Sampel (mm)


Teknik Sampel
MD OG I
A1 6,313 8,006** 28,346
A2 6,320** 7,990 28,360
A3 6,310 7,980 28,340*
A4 6,300 7,980 28,360
A5 6,300 8,000 28,350
A6 6,293 7,990 28,366
A7 6,320** 7,980 28,370
A8 6,300 7,976 28,360
A9 6,293 7,976 28,380**
A10 6,286 7,980 28,340*
A11 6,300 7,970 28,360
A12 6,313 7,980 28,350
A13 6,286 7,976 28,370
A14 6,300 7,970 28,366
Putty/wash A15 6,310 7,976 28,360
One-Step A16 6,293 8,000 28,366
A17 6,310 7,990 28,360
A18 6,280* 7,970 28,346
A19 6,300 7,980 28,370
A20 6,310 7,963* 28,360
A21 6,313 7,990 28,380**
A22 6,286 7,963* 28,360
A23 6,280* 7,970 28,360
A24 6,300 8,006** 28,366
A25 6,300 7,980 28,350
A26 6,286 7,990 28,370
A27 6,293 7,976 28,366
A28 6,313 7,990 28,360
A29 6,300 7,980 28,350
A30 6,310 8,000 28,346
X ±SD 6,300 ± 0,011 7,982 ± 0,011 28,359 ± 0,010
Keterangan: * Nilai Terkecil ** Nilai Terbesar

Universitas Sumatera Utara


Nilai pengukuran, rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan
teknik pencetakan putty/wash two-step

Pengukuran Sampel (mm)


Teknik Sampel
MD OG I
B1 6,300* 7,976 28,316
B2 6,306 7,980 28,320
B3 6,310 7,990 28,330
B4 6,313 8,000 28,330
B5 6,310 7,990 28,340
B6 6,306 7,990 28,340
B7 6,313 7,970* 28,330
B8 6,300* 8,000 28,320
B9 6,316 7,980 28,310*
B10 6,320 7,990 28,343
B11 6,313 7,976 28,330
B12 6,330** 8,010 28,320
B13 6,303 7,980 28,350**
B14 6,316 8,000 28,316
Putty/wash B15 6,310 8,020** 28,330
Two-Step B16 6,310 7,976 28,343
B17 6,313 7,990 28,330
B18 6,303 8,010 28,320
B19 6,310 7,976 28,316
B20 6,316 8,000 28,340
B21 6,306 7,990 28,330
B22 6,320 7,970* 28,330
B23 6,310 8,000 28,340
B24 6,306 7,990 28,316
B25 6,303 7,980 28,330
B26 6,303 7,980 28,310*
B27 6,310 7,990 28,350**
B28 6,306 8,020** 28,343
B29 6,313 8,000 28,320
B30 6,316 8,010 28,330
X ±SD 6,310 ± 0,006 7,991 ± 0,013 28,329 ± 0,011
Keterangan: * Nilai Terkecil ** Nilai Terbesar

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Hasil Uji Analisis Statitik

Cacat Permukaan Hasil Cetakan

Teknik * Tipe_defek Crosstabulation

Tipe_defek Total

Tidak ada Ada 1-2 Ada >2 Adanya


cacat gelembung gelembung lubang
udara udara

Count 14 8 5 3 30
Teknik One-
% within
Step 46.7% 26.7% 16.7% 10.0% 100.0%
Teknik
Teknik
Count 17 8 3 2 30
Teknik Two-
% within
Step 56.7% 26.7% 10.0% 6.7% 100.0%
Teknik
Count 29 17 9 5 60
Total % within
48.3% 28.3% 15.0% 8.3% 100.0%
Teknik

Uji Chi-Square Teknik Putty/wash One-Step dan Putty/wash Two-Step

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-


sided)

Pearson Chi-Square .990a 3 .804


Likelihood Ratio .997 3 .802
Linear-by-Linear Association .858 1 .354
N of Valid Cases 60

a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2.50.

Universitas Sumatera Utara


Akurasi Dimensi Model Kerja

Tests of Normality

Teknik Pencetakan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Teknik putty/wash one-step .163 30 .041 .939 30 .084


Mesiodistal
Teknik putty/wash two-step .121 30 .200* .941 30 .098

Teknik putty/wash one-step .220 30 .001 .934 30 .063


Oklusogingival
Teknik putty/wash two-step .166 30 .033 .935 30 .065

Teknik putty/wash one-step .218 30 .001 .940 30 .092


Interabutment
Teknik putty/wash two-step .168 30 .031 .933 30 .059

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Persentase Deviasi dari Teknik Pencetakan Putty/wash One-Step

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Mesiodistal 60 -.789 .000 -.38220 .174662 .031


Oklusogingival 60 -.710 .000 -.41268 .168154 .028
Interabutment 60 .212 .460 .33345 .066580 .004
Teknik Pencetakan 60 1 2 1.50 .504 .254
Valid N (listwise) 60

Persentase Deviasi dari Teknik Pencetakan Putty/wash Two-Step

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Mesiodistal 30 -.473 .000 -.30960 .104115


Oklusogingival 30 -.623 .000 -.35953 .173872
Interabutment 30 .212 .353 .27953 .040364
Valid N (listwise) 30

Universitas Sumatera Utara


Uji T tidak berpasangan (Teknik Putty/wash One-Step dan Putty/wash Two-Step)

Group Statistics

Teknik Pencetakan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Teknik putty/wash one-step 30 -.46373 .179673 .032804


Mesiodistal
Teknik putty/wash two-step 30 -.30960 .104115 .019009
Teknik putty/wash one-step 30 -.46583 .146459 .026740
Oklusogingival
Teknik putty/wash two-step 30 -.35953 .173872 .031744
Teknik putty/wash one-step 30 .38737 .037080 .006770
Interabutment
Teknik putty/wash two-step 30 .27953 .040364 .007370

Independent Samples Test

Levene's t-test for Equality of Means


Test for

Equality of
Variances

F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence


tailed) Differenc Differenc Interval of the
e e Difference

Lower Upper

Equal
variances .952 .158 -4.065 58 .000 -.154133 .037913 -.230025 -.078242

assumed
Mesiodistal
Equal
variances -4.065 46.502 .000 -.154133 .037913 -.230426 -.077840
not assumed

Equal
variances .725 .398 -2.561 58 .013 -.106300 .041506 -.189383 -.023217

Oklusogingi assumed

val Equal
variances -2.561 56.373 .013 -.106300 .041506 -.189434 -.023166
not assumed

Equal
variances .469 .496 10.776 58 .000 .107833 .010007 .087802 .127865

Interabutme assumed
nt Equal
variances 10.776 57.587 .000 .107833 .010007 .087799 .127868

not assumed

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai