2017
Fauzia, Nafsani
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1764
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH TEKNIK PENCETAKAN PUTTY/WASH ONE-STEP
DAN TWO-STEP TERHADAP CACAT PERMUKAAN
CETAKAN DAN AKURASI DIMENSI MODEL KERJA
GIGI TIRUAN CEKAT
SKRIPSI
Oleh:
NAFSANI FAUZIA
NIM: 130600120
Departemen Prostodonsia
Tahun 2017
Nafsani Fauzia
Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/wash One-Step dan Two-Step terhadap
Cacat Permukaan Cetakan dan Akurasi Dimensi Model Kerja Gigi Tiruan Cekat
xii + 59 halaman
Faktor utama keberhasilan perawatan jangka panjang prostodonsia adalah
keakuratan dari gigi tiruan. Hasil cetakan yang tidak akurat dan memiliki cacat
permukaan dapat memengaruhi hasil pembuatan gigi tiruan cekat. Prosedur penting
yang harus dilakukan untuk mendapatkan cetakan dan membuat model kerja yang
akurat adalah pemilihan dan penggunaan teknik pencetakan dan bahan cetak yang
tepat. Bahan cetak elastomer dapat mencetak jaringan keras dan lunak rongga mulut
dengan akurat, termasuk undercut dan daerah interproksimal. Secara kimia, ada tiga
jenis elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak: polisulfid, silikon (kondensasi
dan adisi), dan polieter. Bahan cetak silikon tersedia dalam beberapa viskositas,
membuat bahan tersebut dapat digunakan dalam beberapa teknik pencetakan seperti
teknik putty/wash one-step, putty/wash two-step. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step terhadap
cacat permukaan cetakan dan akurasi dimensi model kerja gigi tiruan cekat.
Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan sampel hasil
cetakan elastomer dan model kerja yang didapat dari cetakan elastomer yang diisi
dengan gips tipe IV dengan mencetak model induk yang terbuat dari stainless steel
berbentuk 2 mahkota yang telah dipreparasi dengan ukuran mesiodistal 6,33 mm,
oklusogingival 8,02 mm, dan interabutment 28,25 mm dengan dua teknik yaitu
putty/wash one-step dan putty/wash two-step sebanyak 60 buah yang dibagi menjadi
dua kelompok dengan masing-masing 30 buah sampel. Setiap sampel hasil cetakan
dilakukan pemeriksaan cacat permukaan dengan kaca pembesar dan model kerja
TIM PENGUJI
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua
orang tua tercinta, yaitu ayahanda Amuransyah dan ibunda Fardiani yang telah
membesarkan, memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa, semangat, dan
dukungan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada kakak penulis, Fairuza Laily, Nuria
Fazrina, dan Farah Oktamurdiantri serta segenap keluarga yang senantiasa
memberikan dukungan kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan pengarahan,
bimbingan, saran serta doa dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun
dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros selaku pembimbing
penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan,
dukungan, dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi hingga selesai.
2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator
skripsi yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran
dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
Universitas Sumatera Utara
5. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku ketua tim penguji skripsi, Eddy
Dahar, drg., M.Kes dan Siti Wahyuni drg., MDSc selaku anggota tim penguji skripsi
yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG selaku penasehat akademik atas motivasi
dan nasehat selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
7. Seluruh staf pengajar serta karyawan di Departemen Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan motivasi sehingga
skripsi ini berjalan dengan lancar.
8. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit Jasa Industri Dental Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam
pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.
9. Prana Ugiana Gio, M.Si yang telah meluangkan waktu untuk membantu
penulis dalam analisis statistik.
10. Sahabat-sahabat terbaik penulis Dinda, Ades, Lili, Bayu, Zuhra, Marza,
Larissa, Yuli dan seluruh teman-teman FKG USU stambuk 2013 yang tidak dapat
disebutkan satu per satu atas segala bantuan, perhatian, dukungan, doa, dan dorongan
semangat kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi.
11. Sahabat terkhusus penulis yang telah memberikan bantuan, perhatian, doa,
dukungan, dan semangat kepada penulis, Fika, Asty, dan Sitah.
12. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen
Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Allya, Cia, Fitra,
Karina, Yudi, Saima, Rintan, Uswatun, Mira, Yosanna, Afrita, Afrina, Hanny, Riri,
Jeewena, Tri Rizki, Tasya, Jaasphreet, Raudhatul, Ulita, Dean, Ludwika, serta para
residen PPDGS Prostodonsia FKG USU atas motivasi, dukungan, dan bantuannya
selama penulis mengerjakan skripsi.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan
kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangam oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-
v
Universitas Sumatera Utara
besarnya apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan
kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan
pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
(Nafsani Fauzia)
130600120
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
vii
Universitas Sumatera Utara
2.3 Cacat Permukaan .......................................................................... 18
2.4 Akurasi Dimensi ........................................................................... 19
2.5 Landasan Teori.............................................................................. 21
2.6 Kerangka Konsep .......................................................................... 22
2.7 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 23
viii
Universitas Sumatera Utara
4.4 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan
Putty/Wash Two-Step terhadap Akurasi Dimensi pada Model
Kerja Gigi Tiruan Cekat................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 57
LAMPIRAN
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Pencetakan dengan teknik putty/wash one-step............................... 12
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Surat Permohonan Izin Penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU
xii
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
yang dipreparasi dan adanya lubang pada daerah gigi yang dipreparasi, sehingga
kualitas cetakan yang dikirim ke laboratorium tidak dapat diterima.11
Kualitas cetakan memiliki beberapa kriteria seperti, merekam detail penting,
daya alir dari bahan cetak, ada atau tidaknya robek pada akhiran servikal, ada atau
tidaknya gelembung udara.6,11 Hasil cetakan yang bebas dari lubang berpengaruh
penting pada pembuatan restorasi yang akurat. Banyak faktor yang dapat
memengaruhi masuknya gelembung udara di hasil cetakan, khususnya teknik klinis
dan keahlian dari operator.12 Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas cetakan adalah
desain preparasi gigi, penanganan jaringan lunak, pemilihan sendok cetak, bahan
cetak, teknik pencetakan, ketebalan bahan.7,9,13 Beberapa penulis menunjukkan bahwa
akurasi cetakan dan kualitas permukaan hasil cetakan lebih dipengaruhi oleh teknik
pencetakan daripada bahan cetak, namun ada peneliti lain melaporkan bahwa teknik
pencetakan tidak memengaruhi kualitas permukaan dan akurasi dimensi.4,9
Cacat permukaan dapat dievaluasi dengan menghitung jumlah gelembung
udara yang terlihat dengan mata pada jarak kerja sekitar 150 mm dan hanya
gelembung udara pada permukaan abutment yang dihitung.9,12 Akurasi dimensi
adalah sedikitnya perubahan dimensi saat proses setting dan sesaat setelah bahan
cetak dilepaskan dari mulut.5 Akurasi dimensi dapat dievaluasi dengan mengukur
jarak baik antara intraabutment dan interabutment.14,15 Akurasi dimensi saat membuat
cetakan merupakan hal penting yang memengaruhi kualitas dari perawatan
prostodonsia.7 Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi akurasi dimensi dari
bahan elastomer, misalnya viskositas bahan, teknik pencetakan.4
Banyak teknik sudah dideskripsikan di literatur tetapi jumlah penelitian klinis
yang mengevaluasi keberhasilan klinis dalam pencetakan cukup terbatas.16 Hanya ada
sedikit penelitian yang melaporkan kualitas dari pencetakan yang dibuat secara
klinis.11 Penelitian Millar dkk (1998) menyatakan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara teknik monophase dan teknik two-phase, namun lubang pada teknik
two-phase lebih sedikit dibandingkan dengan monophase.12 Penelitian oleh Caputi
dkk (2015) diperoleh hasil cacat permukaan pada teknik putty/wash one-step dan two-
step secara statistik tidak tidak memiliki perbedaan yang signifikan.9 Penelitian oleh
Shresta dkk (2015) menunjukkan teknik putty/wash one-step lebih sedikit terdapat
cacat dibandingkan dengan teknik putty/wash two-step.16 Penelitian mengenai akurasi
dimensi yang dihubungkan dengan bahan cetak dan/atau teknik pencetakan masih
menimbulkan kontroversi. Penelitian oleh Nissan dkk (2000) menyatakan putty/wash
two-step paling akurat untuk membuat model dan menghasilkan cetakan yang tepat.10
Penelitian oleh Caputi S dan Varvara G (2008) menyatakan bahwa teknik putty/wash
two-step lebih akurat dibandingkan dengan putty/wash one-step.7 Penelitian Vitti dkk
(2013) diperoleh tidak ada perbedaan diantara teknik monophase, one-step dan two-
step, dan pada penelitian lain juga menunjukkan perubahan akurasi dimensi tidak
dipengaruhi oleh teknik pencetakan yang digunakan.4
Perbedaan hasil penelitian yang berbeda-beda mengenai ada atau tidaknya
pengaruh teknik pencetakan terhadap cacat permukaan dan akurasi dimensi model
kerja GTC merupakan alasan peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang hal
tersebut.
1.2 Permasalahan
Hasil cetakan yang tidak akurat dan memiliki cacat permukaan dapat
memengaruhi hasil pembuatan gigi tiruan cekat. Prosedur penting yang harus
dilakukan untuk mendapatkan cetakan dan membuat model kerja yang akurat adalah
pemilihan dan penggunaan teknik pencetakan dan bahan cetak yang tepat. Ada
beberapa teknik pencetakan untuk silikon, seperti teknik putty/wash one-step,
putty/wash two-step dan masing-masing teknik tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan. Dalam pembuatan model kerja GTC, perlu diperhatikan akurasi dimensi
dan kualitas permukannya untuk mendapatkan model yang baik.
Cacat permukaan perlu dievaluasi dengan cara memeriksa ada atau tidaknya
gelembung udara pada hasil cetakan, dan hal ini mungkin dipengaruhi teknik
pencetakan, walaupun belum banyak penelitian yang menyatakan hal tersebut.
Akurasi dimensi juga perlu dievaluasi untuk mendapatkan model yang akurat dan hal
tersebut mungkin dipengaruhi oleh teknik pencetakan, walaupun masih ada
kontroversi mengenai ada atau tidaknya pengaruh teknik pencetakan terhadap akurasi
dimensi. Berdasarkan hal tersebut timbul permasalahan apakah ada pengaruh teknik
pencetakan dengan teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step
terhadap akurasi dimensi dan cacat permukaan model kerja gigi tiruan cekat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencetakan
Pencetakan atau bentuk negatif dari gigi dan struktur sekitarnya dibutuhkan
untuk mendapatkan cetakan, karena pembuatan pola untuk gigi tiruan cekat tidak
mungkin atau tidak bisa dilakukan langsung di mulut. Pencetakan yang dapat
diterima harus dapat mencetak dengan tepat segala aspek dari gigi yang telah
dipreparasi. Hal ini termasuk mencetak struktur gigi yang tidak dipreparasi yang
berdekatan dengan margin agar dokter gigi dan teknisi dapat mengetahui kontur dari
gigi dan seluruh permukaan gigi yang dipreparasi. Kontur servikal dari gigi yang
tidak dipreparasi sampai daerah margin yang dipreparasi adalah informasi penting
yang harus ada ketika cetakan dibuat di laboratorium. Jika cetakan tidak mencetak
bagian penting daerah bertemunya gigi dan restorasi yang akan dipasang, maka
restorasi dengan kontur yang baik akan sulit untuk dibuat. Seluruh gigi di dalam
lengkung rahang dan jaringan lunak yang berada disekitar gigi yang dipreparasi harus
dapat tercetak di cetakan. Hal ini dapat membantu cetakan dibuat dengan tepat dan
membantu dalam membuat kontur yang baik pada restorasi yang direncanakan.3
Bahan cetak elastomer mengacu pada kelompok polimer rubber yang dapat
terikat-silang secara kimiawi. Bahan cetak ini dapat dengan mudah ditarik dan
kembali ke bentuk awalnya dengan cepat ketika tekanannya dilepaskan. Bahan cetak
elastomer dapat mencetak jaringan keras dan lunak rongga mulut dengan akurat,
termasuk undercut dan daerah interproksimal Secara kimiawi, ada tiga jenis
elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak yaitu polisulfid, polieter dan silikon
(kondensasi dan adisi).5 Bahan silikon terdapat dalam kepekatan (viskositas) yang
bervariasi, mulai dari cairan yang mudah mengalir sampai pada bahan yang keras
menyerupai dempul. Pada umumnya disajikan dalam sistem dua pasta atau sebagai
dempul dan pasta. Perbedaan berasal dari metode polimerisasi. Pada awalnya bahan
silikon terdiri dari aktivator cair dan kondensasi, membentuk ikatan silang
polimerisasi. Jenis yang lebih mutakhir diperbaiki dengan menambah panjang rantai
polimer dan ikatan silang. Ini dikenal sebagai pengerasan adisi.18
2. Polieter
Bahan cetak polieter yang dikembangkan di Jerman pada pertengahan 1960-
an memiliki mekanisme polimerisasi yang tidak sama dengan elastomer lainnya.3,5
Tidak ada produk sisa yang menguap yang dapat menghasilkan stabilitas dimensi
yang baik. Penyusutan akibat polimerisasi cukup rendah dibandingkan dengan
kebanyakan sistem polimerisasi dengan suhu. Tetapi, ekspansi suhunya lebih besar
dibandingkan dengan polisulfida.3
Dengan tingginya stabilitas dimensi dari bahan polieter dapat diproduksi
cetakan yang akurat ketika bahan diisi lebih dari satu hari setelah cetakan selesai
dibuat. Hal ini sangat berguna ketika menuang bahan cetak tidak mungkin dilakukan
secepatnya. Keuntungan lain dari polieter adalah waktu pengerasan bahan yang
pendek (sekitar 5 menit) yang biasanya kurang dari setengah waktu terhadap waktu
yang dibutuhkan untuk polisulfida. Karena alasan inilah, polieter banyak digunakan
oleh banyak dokter. Tetapi, polieter memiliki kerugian tertentu. Kekakuan dari bahan
yang sudah keras merupakan satu kerugian, yang menyebabkan masalah saat
melepaskan cetakan dengan gips dental dari cetakan.3
3. Silikon Kondensasi
Bahan cetak silikon kondensasi tersedia dalam bentuk pasta base dan katalis
dalam viskositas yang rendah (pasta catalyst). Bahan putty ini dapat digunakan
sebagai sendok cetak untuk bahan cetak silikon yang memiliki viskositas rendah yang
dapat disebut dengan teknik putty/wash.5
Keuntungan dari bahan ini adalah waktu setting yang singkat di dalam mulut
(sekitar 6-8 menit). Kondensasi silikon juga tidak begitu dipengaruhi oleh suhu kamar
dan kelembapan. Kelemahan utama bahan silikon adalah sifat wetting yang rendah,
yang membuatnya menjadi sangat hidrofobik. Gigi yang di preparasi dan sulkus
gingiva harus benar-benar tidak lembab untuk membuat cetakan yang bebas cacat.
Menuang tanpa terperangkapnya gelembung udara juga lebih sulit dibandingkan
bahan cetak yang lain. Silikon dan polisulfid memiliki ketidakstabilan dimensi yang
dihasilkan dari polimerisasinya. Keduanya merupakan polimer kondensasi, dimana
produk sampingan dari reaksi polimerisasinya adalah alkohol dan udara.3,5 Hasilnya,
penguapan dari bahan yang sudah mengeras akan meyebabkan kontraksi dimensi
pada keduanya.3
4. Silikon Adisi
Silikon adisi sering disebut polivinil siloksan atau bahan cetak vinil
polisiloksan.3,5 Silikon adisi ini didasari dengan polimerisasi adisi antara
divinylpolysiloxane and polymethylhydrosiloxane dengan garam platinum sebagai
katalis. Pasta base mengandung polymethylhydrosiloxane dan divinylpolysiloxane.
Pasta katalis atau akselerator mengandung divinylpolysiloxane dan garam platinum.
Garam platinum dan polymethylhydrosiloxane dipisahkan sebelum diaduk. Kedua
pasta sama-sama mengandung bahan pengisi.5
Tidak terdapat bahan yang mudah menguap sebagai produk sisa yang dapat
menimbulkan perubahan dimensional; dengan demikian bahan cetak ini akurat dan
stabil.5,18 Salah satu kelemahan dari bahan cetak silikon adalah hidrofobik. Adanya
distorsi atau hilangnya detail pada tepi cetakan mungkin disebabkan oleh tidak
disadarinya kelembaban daerah yang akan dicetak. Kontaminasi sulfur dari sarung
tangan lateks juga menghambat setting bahan cetak silikon adisi.3,5
Salah satu sifat dari bahan cetak adisi adalah viskositas. Semakin banyak
filler, semakin tinggi viskositas. Bahan cetak silikon adisi tersedia dalam berbagai
viskositas:19,20
1. Light-body (wash): bahan cetak light-body dapat mencetak dengan sangat
akurat bagian permukaan dari gigi yang dipreparasi
2. Medium-body (monophase): bahan cetak medium-body memiliki
viskositas yang cukup untuk mencegah kelebihan bahan jika diletakkan
pada sendok cetak
3. Heavy-body: bahan heavy-body dapat digunakan untuk mendukung bahan
light-body dalam pencetakan mahkota dan jembatan.
4. Putty: bahan putty juga dapat digunakan untuk mendukung bahan light-
body dan tersedia dalam bentuk soft dan hard.
Perbandingan sifat bahan cetak elastomer dapat dilihat pada tabel 1.19
Keterangan: *Dapat memberikan akurasi yang baik dengan sendok cetak pabrik
(dengan hati-hati)
†Beberapa pabrik merekomendasikan penundaan sebentar saat menuang model
untuk bahan ini, untuk membiarkan pemulihan elastis terjadi atau untuk
membiarkan produk gas keluar yang dapat menyebabkan lubang pada
permukaan model
6. Ketebalan Bahan
Ketebalan bahan wash merupakan faktor penting yang memengaruhi akurasi
dari bahan cetak elastomer.10,24 Bahan cetak wash yang terkontrol dapat mengimbangi
kontraksi dengan perubahan yang minimal. Pada bahan cetak wash yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan perbedaan kontraksi yang menghasilkan perubahan
dimensi.10
merupakan bahan yang paling baik dan reversible hydrocolloid adalah yang paling
buruk meskipun bahan ini memenuhi batas 25 μm.14
Aspek yang kedua adalah akurasi dimensi yang dievaluasi dengan mengukur
jarak baik antara intraabutment dan interabutment.14,15 Pengukuran akurasi dimensi
dilakukan dengan dua cara yaitu pertama mengukur intrabument yang diukur pada
tinggi (titik oklusal ke akhiran servikal) dan diameter (kiri pinggir oklusal abutment
ke kanan pinggi oklusal abutment melewati titik tengah abutment); kedua mengukur
interabutment yang diukur dari groove (titik tengah) abutment I ke groove abutment
II.7,15 Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali pada model untuk memastikan
keakuratannya.25 Nilai akurasi dimensi dapat dinyatakan dalam persentase deviasi
dan dapat dihitung dengan mengurangkan rata-rata dari ukuran model kerja dengan
ukuran model induk lalu dibagi dengan rata-rata ukuran model induk dan dikali
100%.7,10,25 Belum ada literatur yang menyepakati alat ukur apa yang digunakan
untuk mengevaluasi akurasi dari bahan cetak. Mikroskop dan kaliper dapat digunakan
karena alat ukur manual ini mudah digunakan dan tersedia meskipun menghabiskan
cukup banyak waktu dan bisa mengalami kesalahan akibat operator yang kelelahan.26
Penelitian mengenai akurasi dimensi yang dihubungkan dengan bahan cetak
dan teknik pencetakan masih menimbulkan kontroversi.4 Penelitian oleh Caputi S dan
Varvara G (2008) menyatakan bahwa teknik putty/wash two-step lebih akurat
dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step.7 Penelitian oleh Nissan dkk (2000)
menyatakan putty/wash two-step paling akurat untuk membuat model dan
menghasilkan cetakan yang tepat.10 Hasil penelitian oleh Hendry (2012) menyatakan
bahwa teknik pencetakan putty/wash one-step merupakan teknik yang paling akurat
karena mempunyai selisih jarak intraabutment dan interabutment yang paling kecil
dibandingkan dengan teknik pencetakan putty/wash two-step dan putty/wash two-step
dimodifikasi.15 Penelitian Vitti dkk (2013) diperoleh tidak ada perbedaan diantara
teknik monophase, one-step dan two-step. Pada penelitian yang lain juga
menunjukkan perubahan akurasi dimensi tidak dipengaruhi oleh teknik pencetakan.4
Akurasi Dimensi
Pencetakan Fisiologis Kualitas Cetakan
Cacat Permukaan
Bahan Cetak Teknik Pencetakan
Kriteria Faktor Memengaruhi
Ada atau
Teknik
tidaknya
pencetakan
gelembung
udara Ketebalan
bahan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 3. Model stainless steel dengan 2 abutment (1 dan 2), dengan jarak
intraabutment (diameter dan tinggi 6,33 mm dan 8,02 mm) dan jarak
interabutment (28,25 mm)7
Keterangan:
t : jumlah perlakuan
r : jumlah ulangan
Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok sampel maka t = 2 dan jumlah sampel (r)
setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut :
(2 – 1) (r – 1) ≥ 15
1 (r -1) ≥ 15
r – 1 ≥ 15
r ≥ 15 + 1
r ≥ 16
Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 16 dan jumlah sampel yang
akan digunakan untuk diberi perlakuan adalah 30 setiap kelompok, sehingga total
sampel adalah 60, yaitu 30 sampel untuk teknik putty/wash one-step dan 30 sampel
untuk teknik putty/wash two-step.
Variabel Skala
Definisi Operasional Alat Ukur
Terkendali Ukur
Perbandingan Perbandingan bahan cetak putty/wash - -
bahan cetak polivinil siloksan base:katalis dalam
polivinil siloksan penelitian ini adalah 1:1 (sesuai dengan
base:katalis petunjuk pabrik).
B C
A B
Gambar 5. Bahan penelitian: (A) Bahan cetak polivinil siloksan
putty/wash; (B) Dental Stone Tipe IV
3. Bahan cetak wash yang sudah diaduk diletakkkan disekitar mahkota pada
model induk (Gambar 10). Sendok cetak yang sudah diisi bahan cetak putty dan wash
dicetakkan pada model induk (Gambar 11)
4. Setelah bahan cetak mengeras, lepaskan cetakan dari model induk dan
periksa permukaan hasil cetakan (Gambar 12) untuk menghitung jumlah cacat dengan
kaca pembesar.
5. Hasil cetakan segera diisi dengan gips (Infinity) sesuai petunjuk pabrik
dengan menggunakan vibrator
6. Setelah 30 menit (sesuai petunjuk pabrik), model gips dilepaskan dari
cetakan untuk mendapatkan model kerja (Gambar 13)
7. Kemudian model kerja diukur dengan menggunakan kaliper digital
6. Setelah itu hasil cetakan segera diisi dengan gips menggunakan vibrator
7. Setelah 30 menit (sesuai petunjuk pabrik) model gips dilepaskan dari
cetakan untuk mendapatkan model kerja (Gambar 16)
8. Kemudian model kerja diukur dengan menggunakan kaliper digital
Gambar
1.6 16. Model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step
1.7
Keterangan:
X : Rata-rata dari model kerja
Master Model
1.8
Diperoleh hasil cetakan
putty/wash one-step Diperoleh hasil cetakan
sebanyak 30 buah putty/wash two-step
sebanyak 30 buah
Pemeriksaan Cacat
Permukaan hasil cetakan Pemeriksaan Cacat
Permukaan hasil cetakan
Pengisian cetakan
dengan dental stone Pengisian cetakan
tipe IV dengan dental stone
tipe IV
Pengukuran akurasi
dimensi model kerja
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.2 Nilai Akurasi Dimensi Model Kerja dengan Teknik Putty/wash One-
step dan Putty/wash Two-Step
Pengukuran model kerja dilakukan menggunakan kaliper digital dan setiap
model dihitung sebanyak tiga kali lalu diambil rata-ratanya sebagai ukuran masing-
masing model. Akurasi dimensi dari model dapat dihitung dengan persentase deviasi
dari mesiodistal, oklusogingival, dan interabutment yang dapat didapat dengan
mengurangkan rata-rata dari ukuran model kerja dengan ukuran model induk lalu
dibagi dengan ukuran model induk dan dikali 100%.7,10 Nilai persentase deviasi dari
model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step tersebut kemudian
dibandingkan dengan model induk. Rerata dan standar deviasi dari persentase deviasi
pada kelompok teknik pencetakan putty/wash one-step dilihat dari mesiodistal adalah
-0,463 ± 0,179, dilihat dari oklusogingival adalah -0,465 ± 0,146, dilihat dari
interabutment adalah 0,387 ± 0,037. Rerata dan standar deviasi dari persentase
deviasi pada kelompok teknik pencetakan putty/wash one-step dapat dilihat pada
Tabel 8. Berdasarkan spesifikasi ADA no.19, persentase deviasi teknik pencetakan
one-step masih dalam batas yang dapat ditolerir (perubahan dimensi ≤0,5%).27
Tabel 8. Rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan teknik
pencetakan putty/wash one-step
Akurasi dimensi dari model dapat dihitung dengan persentase deviasi dari
mesiodistal, oklusogingival, dan interabutment yang dapat didapat dengan
mengurangkan rata-rata dari ukuran model kerja dengan ukuran model induk lalu
dibagi dengan ukuran model induk dan dikali 100%.7,10 Nilai persentase deviasi dari
model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step tersebut kemudian
dibandingkan dengan model induk. Rerata dan standar deviasi dari persentase deviasi
pada kelompok teknik pencetakan putty/wash two-step dilihat dari mesiodistal adalah
-0,309 ± 0,014, dilihat dari oklusogingival adalah -0,359 ± 0,0173, dilihat dari
interabutment adalah 0,279 ± 0,040. Rerata dan standar deviasi perubahan dimensi
pada kelompok teknik pencetakan putty/wash two-step dapat dilihat pada tabel 9.
Berdasarkan spesifikasi ADA no.19, persentase perubahan dimensi putty/wash two-
step masih dalam batas yang dapat ditolerir (perubahan dimensi ≤0,5%).27
Tabel 9. Rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan teknik
pencetakan putty/wash two-step
Tabel 10. Pengaruh teknik pencetakan dengan teknik putty/wash one-step dan teknik
pencetakan putty wash two-step terhadap cacat permukaan
Tabel 11. Pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan teknik pencetakan
putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi model kerja gigi tiruan cekat
Akurasi Dimensi
Jarak Jumlah X % Deviasi p
Teknik
(n) ±SD
Putty/wash one-step 30 -0,463 ± 0,179
Mesiodistal 0,001*
Putty/wash two-step 30 -0,309 ± 0,104
Putty/wash one-step 30 -0,465 ± 0,146
Oklusogingival 0,013*
Putty/wash two-step 30 -0,359 ± 0,173
Putty/wash one-step 30 0,387 ± 0,037
Interabutment 0,001*
Putty/wash two-step 30 0,279 ± 0,040
*Ada perbedaan yang signifikan (p<0,05)
BAB 5
PEMBAHASAN
tepat maka udara yang seharusnya tidak ada dapat terjebak sehingga membentuk
gelembung udara atau bahkan lubang pada hasil cetakan. Kemungkinan lain yang
dapat terjadi adalah saat peletakan bahan wash, udara dapat terjebak pada abutment
gigi yang akan dicetak, menyebabkan terbentuknya gelembung udara atau lubang
pada hasil cetakan. Penelitian Shresta dkk (2015) menyatakan bahwa lubang dan
gelembung udara adalah cacat yang paling sering terjadi (59% dan 30% pada masing-
masing kategori cacat) pada pengadukan elastomer manual. Penggunaan alat
automixing dapat meminimalisir terbentuknya gelembung udara daripada pengadukan
secara manual.16 Gelembung udara juga dapat terbentuk karena tekanan yang
berlebihan saat mencetak.4 Cacat permukaan yang terdapat pada hasil cetakan
mungkin juga dapat disebabkan karena kesalahan manipulasi pencetakan saat
meletakkan pada gigi yang dipreparasi atau terlalu cepat mengangkat cetakan dari
mulut.6
5.2 Nilai Akurasi Dimensi Model Kerja dengan Teknik Putty/wash One-
step dan Putty/wash Two-Step
Pada Tabel 8 dan 9 terlihat rerata dan standar deviasi dari hasil pengukuran
akurasi dimensi dalam bentuk persentase deviasi. Persentase deviasi dapat dihitung
dengan mengurangkan ukuran model kerja dengan ukuran model induk dibagi ukuran
model induk dan dikali 100%.7,10 Nilai dari persentase deviasi dari teknik pencetakan
putty/wash one-step dilihat dari mesiodistal adalah -0,463 ± 0,179, dilihat dari
oklusogingival adalah -0,465 ± 0,146, dilihat dari interabutment adalah 0,387 ±
0,037. Nilai dari persentase deviasi dari teknik pencetakan putty/wash two-step dilihat
dari mesiodistal adalah -0,309 ± 0,014, dilihat dari oklusogingival adalah -0,359 ±
0,0173, dilihat dari interabutment adalah 0,279 ± 0,040. Berdasarkan spesifikasi
ADA no.19, persentase deviasi model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash
one-step dan putty/wash one-step masih dalam batas yang dapat ditolerir (perubahan
dimensi ≤0,5%).27
G (2007) yang menyatakan bahwa dimensi model kerja pada ketiga teknik
(putty/wash one-step, putty/wash two-step, dan putty/wash two-step modifikasi)
menunjukkan dimensi yang lebih besar dari model induk yang disebabkan oleh
ekspansi dari dental stone.7
yang lebih tepat.9 Tidak terdapatnya perbedaan antara kedua teknik ini kemungkinan
dikarenakan bahan cetak yang digunakan pada kedua teknik adalah sama-sama bahan
putty dan bahan wash. Pada bahan cetak yang memiliki viskositas yang tinggi dan
daya alir yang rendah seperti monophase akan mengakibatkan injeksi ke gigi yang
dipreparasi akan lebih sulit dikontrol dan pengisian bahan monophase dalam jumlah
besar dapat mengakibatkan peletakan dari bahan cetak kurang tepat dan udara dapat
terjebak.6,12 Kemungkinan hal-hal diatas tidak terjadi pada penelitian ini karena pada
penelitian ini kedua teknik pencetakan putty/wash yang diteliti menggunakan dua
jenis bahan yang sama yaitu putty dan wash, dan bahan wash memiliki daya alir yang
lebih tinggi sehingga memiliki kemungkinan untuk mereproduksi permukaan cetakan
dengan lebih baik.9 Menurut hasil penelitian Samet dkk (2005) menyatakan bahwa
ada korelasi yang signifikan antara tipe bahan cetak dengan lubang dan robekan pada
akhiran servikal, sehingga cacat permukaan cetakan mungkin lebih dipengaruhi dari
bahan cetak daripada teknik pencetakan.6 Hasil ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian Shresta (2015) yang menyatakan bahwa teknik putty/wash one-step
memiliki jumlah cacat permukaan lebih sedikit dari teknik putty/wash two-step.16
tertutupi oleh bahan putty yang tidak bisa mencetak detail dengan baik, sehingga
akurasi dari hasil cetakan berkurang.7 Pada teknik putty/wash one-step bahan wash
yang berlebihan dan sulit dikontrol dapat menghasilkan perubahan dimensi, karena
teknik ini dapat menyebabkan pengerutan terus menerus yang dapat terjadi pada
bahan yang memiliki viskositas berbeda.4,9 Kesulitan lainnya pada teknik putty/wash
one-step adalah ketika bahan wash sudah diletakkan pada gigi yang dipreparasi,
bahan putty harus diposisikan kembali ke dalam rongga mulut. Pada fase ini, lidah
pasien dapat memindahkan bahan wash dari gigi, sehingga keakuratan dari cetakan
dapat berkurang.7 Pada teknik putty/wash two-step, bahan cetak wash dimasukkan
setelah bahan putty sudah setting dan bisa berperan sebagai sendok cetak sehingga
dapat menghindari terjadinya pengerutan yang berlangsung secara bersamaan seperti
teknik putty/wash one-step yang dapat memungkinkan hasil cetakan putty/wash two-
step lebih akurat daripada putty/wash two-step. Ketebalan bahan wash yang terkontrol
akan mengkompensasi kontraksi dengan perubahan dimensi yang sedikit.4,10 Hasil
penelitian yang menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kedua teknik ini
mungkin disebabkan karena pada teknik putty/wash one-step ketebalan bahan wash
cenderung tidak terkontrol karena pada teknik ini bahan putty dan bahan wash diaduk
dan dimasukkan pada waktu yang bersamaan, sehingga kemungkinan jumlah bahan
cetak yang digunakan tidak bisa dikontrol, berbeda dengan teknik putty/wash two-
step yang sebelumnya diberikan spacer sehingga setelah bahan putty sudah setting,
bahan wash dimasukkan untuk mengisi spacer yang sudah dilepas, sehingga
kemungkinan bahan wash dapat dikontrol. Dari hasil penelitian di atas diketahui nilai
persentase deviasi teknik putty/wash two-step lebih kecil dibandingkan teknik
putty/wash one-step sehingga kemungkinan teknik putty/wash two-step lebih akurat
dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step. Hal ini sesuai dengan penelitian
penelitian Caputi S dan Varvaera G (2007) yang menyatakan bahwa teknik
putty/wash two-step lebih akurat dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step7,
dan penelitian oleh Nissan dkk (2000) yang menyatakan putty/wash two-step paling
akurat untuk membuat model dan menghasilkan cetakan yang tepat.10 Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Hendry (2012) yang menyatakan
bahwa teknik pencetakan putty/wash one-step merupakan teknik yang paling akurat
karena mempunyai selisih jarak intraabutment dan interabutment yang paling kecil
dibandingkan dengan teknik pencetakan putty/wash two-step dan putty/wash two-step
dimodifikasi.15 Hasil ini juga tidak sesuai dengan penelitian Vitti dkk (2013) yang
menyatakan tidak ada perbedaan diantara teknik monophase, one-step dan two-step
pada penelitian ini, juga di penelitian yang lain yang menunjukkan perubahan akurasi
dimensi tidak dipengaruhi oleh teknik pencetakan.4
Kelemahan pada penelitian ini adalah peneliti melepaskan hasil cetakan dari
sendok cetak saat proses pengisian dengan dental stone dan juga penggunaan spacer
polietilen yang tidak sesuai standar sehingga menyebabkan nilai dari akurasi dimensi
model kerja yang dihasilkan tidak terlalu akurat. Kelemahan lain pada penelitian ini
adalah alat yang digunakan untuk memeriksa cacat permukaan dan akurasi dimensi
adalah kaca pembesar dan kaliper digital yang memiliki kemungkinan human error
yang cukup besar saat operator lelah sehingga dapat disarankan menggunakan alat
yang lain seperti menggunakan 3D scanner laser untuk menghitung akurasi dimensi
dengan lebih akurat. Kelemahan lainnya adalah penelitian ini juga dilakukan di model
induk yang terbuat dari stainless steel. Penelitian ini akan memiliki hasil yang
berbeda jika dilakukan di dalam rongga mulut yang memiliki jaringan keras, jaringan
lunak, saliva, dan cairan sulkular yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Jumlah cacat permukaan cetakan dengan teknik pencetakan putty/wash one-
step dan putty/wash two-step yang didapatkan yaitu pada teknik putty/wash one-step,
jumlah cacat tipe 0 berjumlah 14, tipe 1 berjumlah 8, tipe 2 berjumlah 5, dan tipe 3
berjumlah 3. Pada teknik putty/wash two-step, jumlah cacat tipe 0 berjumlah 17, tipe
1 berjumlah 8, tipe 2 berjumlah 3, tipe 3 berjumlah 2.
2. Nilai rerata dan standar deviasi dari model kerja dengan teknik putty/wash
one-step dilihat dari mesiodistal adalah -0,463 ± 0,179; dari pengukuran
oklusogingival adalah -0,465 ± 0,146; dari pengukuran interabutment adalah 0,387 ±
0,037. Nilai rerata dan standar deviasi model kerja dengan teknik putty/wash two-step
dilihat dari mesiodistal adalah -0,309 ± 0,104; dari pengukuran oklusogingival adalah
-0,359 ± 0,173; dari pengukuran interabutment adalah 0,279 ± 0,040.
3. Tidak ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash
two-step terhadap cacat permukaan hasil cetakan dilihat dari nilai p=0,804 (p>0,05).
4. Ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-
step terhadap akurasi dimensi pada model kerja GTC dengan nilai p dilihat dari
mesiodistal p=0,001 (p<0,05), dilihat dari oklusogingival p=0,013 (p<0,05), dilihat
dari interabutment p=0,001 (p<0,05).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara
kedua teknik pencetakan dalam hal cacat permukaan namun terdapat pengaruh pada
teknik pencetakan terhadap akurasi dimensi, yaitu teknik putty/wash two-step dinilai
memiliki nilai akurasi dimensi yang lebih baik dibandingkan teknik putty/wash one-
step jika dilihat dari persentase deviasinya, sehingga dapat disarankan menggunakan
teknik putty/wash two-step untuk mendapatkan cetakan yang baik dan lebih akurat.
6.2 Saran
1. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh teknik
pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi
dengan menggunakan alat lain seperti 3D laser scanner.
2. Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan menggunakan alat yang lebih baik
seperti pistol pengaduk (mixing gun) ataupun mesin pengaduk agar bahan cetak
elastomer dapat diaduk dengan lebih baik untuk mencegah terjadinya kesalahan
operator untuk mendapatkan kualitas cetakan yang lebih baik dan tingkat keakuratan
yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jeyapalan V, Krishnan CS. Partial Edentulism and its Correlation to Age, Gender,
Socio-economic Status and Incidence of Various Kennedy’s Classes–A Literature
Review. Journal of clinical and diagnostic research: JCDR. 2015;9(6):ZE14.
2. Rahmayani L, Herwanda H, Idawani M. Perilaku pemakai gigi tiruan terhadap
pemeliharaan kebersihan gigi tiruan lepasan (Denture wearer’s behavior towards
removable denture cleansing care). Jurnal PDGI. 2013;623.
3. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary fixed prosthodontics: 3rd ed.
Missouri: Saunder Elsevier, 2001:2, 166, 354-64.
4. Vitti RP, Silva MABd, Consani RLX, Sinhoreti MAC. Dimensional accuracy of
stone casts made from silicone-based impression materials and three impression
techniques. Brazilian dental journal. 2013;24(5):498-502.
5. Anusavice KJ. Phillips' science of dental materials: 12th ed. Missouri: Sander
Elsevier, 2013: 55, 154-169, 186-87.
6. Samet N, Shohat M, Livny A, Weiss EI. A clinical evaluation of fixed partial
denture impressions. The Journal of prosthetic dentistry. 2005;94(2):112-7.
7. Caputi S, Varvara G. Dimensional accuracy of resultant casts made by a
monophase, one-step and two-step, and a novel two-step putty/light-body
impression technique: an in vitro study. The Journal of prosthetic dentistry.
2008;99(4):274-81.
8. Franco EB, da Cunha LF, Herrera FS, Benetti AR. Accuracy of single-step versus
2-step double-mix impression technique. ISRN dentistry. 2011;1-5.
9. Varvara G, Murmura G, Sinjari B, Cardelli P, Caputi S. Evaluation of defects in
surface detail for monophase, 2-phase, and 3-phase impression techniques: An in
vitro study. The Journal of prosthetic dentistry. 2015;113(2):108-13.
10. Nissan J, Laufer B-Z, Brosh T, Assif D, Maurice T. Accuracy of three polyvinyl
siloxane putty-wash impression techniques. The Journal of prosthetic dentistry.
2000;83(2):161-5.
Nilai pengukuran, rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan
teknik pencetakan putty/wash one-step
Tipe_defek Total
Count 14 8 5 3 30
Teknik One-
% within
Step 46.7% 26.7% 16.7% 10.0% 100.0%
Teknik
Teknik
Count 17 8 3 2 30
Teknik Two-
% within
Step 56.7% 26.7% 10.0% 6.7% 100.0%
Teknik
Count 29 17 9 5 60
Total % within
48.3% 28.3% 15.0% 8.3% 100.0%
Teknik
Chi-Square Tests
Tests of Normality
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
Group Statistics
Equality of
Variances
Lower Upper
Equal
variances .952 .158 -4.065 58 .000 -.154133 .037913 -.230025 -.078242
assumed
Mesiodistal
Equal
variances -4.065 46.502 .000 -.154133 .037913 -.230426 -.077840
not assumed
Equal
variances .725 .398 -2.561 58 .013 -.106300 .041506 -.189383 -.023217
Oklusogingi assumed
val Equal
variances -2.561 56.373 .013 -.106300 .041506 -.189434 -.023166
not assumed
Equal
variances .469 .496 10.776 58 .000 .107833 .010007 .087802 .127865
Interabutme assumed
nt Equal
variances 10.776 57.587 .000 .107833 .010007 .087799 .127868
not assumed