SKRIPSI
Oleh:
NIM: 130600046
MEDAN 2017
TIM PENGUJI
Departemen Prostodonsia
Tahun 2017
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada kedua orangtua tercinta, yaitu ayahanda James Sitorus, S.Pd dan
ibunda Rusti Silaban, Am.Keb yang telah membesarkan, selalu mendoakan
memberikan kasih sayang, nasehat, semangat, motivasi dan dukungan baik moril
maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.
Penulis juga menyampaikan kepada adik penulis Samuel SM Sitorus, Hari Kristoman
Sitorus, dan Rutyani Siahaan yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini,
dengan rasa rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan
bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator
Skripsi Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera
Utara sekaligus ketua tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku ketua Departemen Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara sekaligus penasehat akademik yang
telah memberikan bimbingan dan motivasi serta arahan kepada penulis selama masa
pendidikan maupun selama penulisan skripsi ini.
iv
Universitas Sumatera Utara
5. Siti Wahyuni, drg., MDSc dan Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc.,
Sp.Pros selaku anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Tun Holida, AmTG selaku tekniker pada Unit Jasa Industri Dental Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing, memberikan
dukungan dan membantu dalam pembuatan sampel penelitian kepada penulis.
8. Prana Ugiana Gio, S.Si., M.Si selaku staf pengajar FMIPA Universitas
Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu dan bimbingan untuk membantu
penulis dalam analisis statistik.
9. Teman-teman terdekat seperjuangan di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Sumatera Utara terutama Wulandari Gultom, Pratiwi Nababan, Mutiara Tami
Panjaitan, Riri Harliani Sihotang serta teman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu atas bantuan, perhatian, dukungan dan dorongan,
motivasi serta semangat yang telah diberikan kepada penulis sampai penulisan skripsi
ini selesai.
10. Sahabat-sahabat terdekat penulis Jesica Sinaga, Risda Sihite, Lisbet
Simanjuntak, Simon Eduardo, Reynold Nababan, Junus Nababan dan Rikki Samosir
atas segala bantuan, perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang telah
diberikan selama penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di
Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara:
Afrita Rizky, Afrina Fadilla, Ludwika P, Bayu Panca Nugraha, Hafsani Fauzia,
Rintan Permata Sari, Naro Manihuruk, Fitra Pratiwi, Ulita Khairunnisa, Jeweena AP,
Raudatul Husna, Allya Nurul L, Sri Handayani, Karina Hipatia, Jasspreet Kaur,
Dinda Talitha, Uswatun Hasanah, Tasya Estu, Tri Rizky, Hanny Natasya,
Hafisafriani, Saima Putri, Yudi Setiawan, Mira Ginta Sembiring.
v
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menghasilkan karya yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
berguna bagi pengembangan ilmu Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Sumatera Utara dan bagi kita semua serta masyarakat.
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
ABSTRAK ....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Permasalahan ............................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................. 8
1.5.2 Manfaat Praktis .................................................................. 9
vii
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Karakteristik ...................................................................... 14
2.3 Kekuatan Kompresi .................................................................... 16
2.4 Perubahan Dimensi .................................................................... 18
2.5 Pembuatan Model ....................................................................... 20
2.5.1 Model Studi ....................................................................... 21
2.5.2 Model Kerja ...................................................................... 22
2.6 Metode Pengeringan Model Kerja ............................................. 23
2.6.1 Metode Pengeringan Temperatur Ruang .......................... 23
2.6.2 Metode Pengeringan Microwave ....................................... 24
2.7 Kerangka Teori ........................................................................... 31
2.8 Kerangka Konsep ....................................................................... 32
2.9 Hipotesis Penelitian .................................................................... 33
viii
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi
Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit ................................................................................ 50
4.2 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV
Model Kerja Gigi Tiruan ............................................................ 51
4.3 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur
Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama
5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe
IV Model Kerja Gigi Tiruan ....................................................... 53
4.4 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi
Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit .............................................................................. 53
4.5 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC Selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5
menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV
Model Kerja Gigi Tiruan ........................................................... 55
4.6 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur
Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama
5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe
IV Model Kerja Gigi Tiruan ...................................................... 56
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi
Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit ............................................................................... 58
5.2 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV
Model Kerja Gigi Tiruan ............................................................ 60
5.3 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur
Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama
ix
Universitas Sumatera Utara
5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe
IV Model Kerja Gigi Tiruan ....................................................... 61
5.4 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi
Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit ............................................................................... 63
5.5 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV
Model Kerja Gigi Tiruan ............................................................ 65
5.6 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur
Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama
5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe
IV Model Kerja Gigi Tiruan ....................................................... 66
BAB 6 KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 69
6.2 Saran ........................................................................................... 70
LAMPIRAN
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
6 Nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada
metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24
jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit ................... 51
10 Nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada
metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24
jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit ................... 54
xi
Universitas Sumatera Utara
12 Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC
selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan
dengan menggunakan uji Anova satu arah .......................................... 56
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
2 Surat permohonan izin penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU
4 Surat keterangan selesai penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU
xiv
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
tiruan, yaitu pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan. Gips tipe V digunakan
untuk pembuatan gigi tiruan cekat.5,6,7 Salah satu persyaratan utama dari hasil
pembuatan model bahan gips adalah reproduksi yang akurat, karena apabila proses
replikasi yang tidak akurat pada akhirnya akan memiliki efek buruk terhadap adaptasi
dari restorasi akhir.8
Karakteristik pada bahan gips untuk pembuatan model kerja yaitu meliputi:
setting time, kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi, kekuatan
kompresi, setting ekspansi, dan perubahan dimensi.1 Model kerja digunakan sebagai
media dokter gigi dan tekniker dalam prosedur pembuatan gigi tiruan. Model kerja
pada pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan disebut dengan dai yang
menggunakan bahan gips tipe IV, karena kebutuhan terhadap kekuatan kompresi dan
ketahanan terhadap abrasi pada proses pembuatan pola malam gigi tiruan pada dai
dengan menggunakan instrumen tajam.7 Sesuai karakteristik yang telah disebutkan
sebelumnya pada bahan gips tipe IV yang perlu untuk dievaluasi adalah kekuatan
kompresi dan perubahan dimensi model kerja bahan gips.9 Kekuatan kompresi adalah
kemampuan material untuk menahan fraktur dan merupakan faktor penting dalam
menentukan kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi dari bahan gips.2
Kekuatan kompresi pada bahan gips berkaitan dengan ukuran partikel dan porositas
bahan gips, serta jumlah air yang digunakan pada pembuatan model kerja.1
Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25 gips tipe IV memiliki kekuatan kompresi
minimal yaitu sebesar 34,5 MPa.5 Perubahan dimensi juga sangat penting karena
model kerja harus mereproduksi struktur intraoral secara akurat dan harus tetap pada
dimensi yang sama.2 Perubahan dimensi biasanya dinyatakan sebagai persentase dari
besar atau volume. Perubahan dimensi dapat terjadi selama waktu pengerasan sebagai
hasil dari reaksi kimia. Perubahan dimensi berhubungan dengan setting ekspansi dan
ekspansi higroskopis. Semakin besar nilai dari setting ekspansi maka perubahan
dimensinya juga akan semakin besar.2,10 Berdasarkan spesifikasi ADA No.25 setting
ekspansi gips tipe IV adalah 0,00-0,10%.5 Secara umum, beberapa faktor yang
memengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips antara lain: rasio air
dengan bubuk, waktu dan kecepatan pengadukan, akselerator dan retarder, temperatur
sekaligus memberikan keuntungan pada bahan gips yaitu dengan peningkatan nilai
kekuatan kompresi dan kekuatan tensil bahan gips tersebut.19 Abass dkk (2011)
melaporkan bahwa pengeringan bahan gips dengan microwave 850 W selama 10
menit akan memiliki efek negative terhadap perubahan dimensi bahan gips bila
dibandingkan dengan pengeringan temperatur ruang selama 24 jam.20 Sharma dkk
(2012) mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara pengeringan temperatur ruang
dengan microwave 600 W selama 5 menit terhadap perubahan dimensi bahan gips.11
Michalakis dkk (2012) mengatakan bahwa penyimpanan model gips yang
berkepanjangan selama 2 minggu atau lebih akan memiliki efek negatif pada nilai
ekspansinya.6 Anaraki dkk (2013) mengatakan bahwa selain untuk membunuh
mikroorganisme patogen, pengeringan gips dengan microwave 900 W selama 5 menit
akan menyerap air yang berlebih dan terjadi peningkatan compressive strength (CS)
dan diametral tensile strength (DTS) pada gips tipe III dan tipe IV.9,21 Sharma dkk
(2013) mengatakan bahwa dengan pengeringan microwave gips tipe III dan tipe IV
dengan daya energi 600 W selama 10 menit dapat meningkatkan kekuatan kompresi
dan mempersingkat waktu kerja para tekniker. Sharma dkk (2013) juga mengatakan
bahwa pengeringan microwave dengan daya 600 W selama 5 menit dapat diterima
sebagai metode pengeringan gips tipe IV.11 Sudhakar dkk (2014) mengatakan bahwa
pengeringan microwave lebih baik bila dibandingkan dengan 1 jam pengeringan
temperatur ruang.22 Hasan sitasi Tuncer merekomendasikan untuk menggunakan
tingkat daya yang rendah, karena dengan menggunakan tingkat daya yang tinggi
dapat menyebabkan penurunan kekuatan kompresi.12 Hasan (2008) tidak
merekomendasikan pengeringan bahan gips dalam microwave dengan tingkat daya
yang tinggi sebesar 1450 W untuk meningkatkan kekuatan kompresi bahan gips,
karena akan dapat menyebabkan lubang atau porositas dan retakan pada permukaan
luar sehingga dapat menyebabkan fraktur selama pemakaian.9,12
Pada penelitian ini, peneliti tertarik ingin meneliti pengaruh metode
pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave terhadap kekuatan kompresi
dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.
1.2 Permasalahan
Dalam bidang kedokteran gigi, salah satu hal yang diperlukan dalam proses
pembuatan gigi tiruan adalah pembuatan model kerja sebagai media pembuatan
mahkota dan gigi tiruan jembatan. Dokter gigi dan tekniker di laboratorium juga
memerlukan waktu yang singkat dalam proses pengeringan model kerja pada
prosedur pembuatan gigi tiruan. Model kerja tersebut diharapkan memiliki kekuatan
kompresi yang tinggi, permukaan yang keras dan tahan terhadap abrasi karena
diperlukan pada proses pengisian pola malam pada preparasi kavitas mahkota dan
gigi tiruan jembatan yang akan diukir dengan menggunakan instrumen tajam.
Kekuatan kompresi model kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam proses
pembuatan gigi tiruan. Namun perubahan dimensi juga sangat memengaruhi adaptasi
dari restorasi akhir gigi tiruan dalam rongga mulut pasien. Kekuatan kompresi
dipengaruhi oleh kelebihan air pada model kerja setelah pengeringan, namun
kekuatan kompresi berbanding terbalik dengan perubahan dimensi. Adanya sisa air
yang terperangkap pada kisi kristal dapat menurunkan kekuatan kompresi tetapi pada
perubahan dimensi, dengan adanya air terperangkap pada kisi kristal setting ekspansi
akan semakin mengecil sehingga nilai perubahan dimensi juga menjadi kecil.
Perubahan dimensi bahan gips dapat dilihat selama proses pengerasan dan dapat
berlangsung hingga 5 hari. Metode yang dapat digunakan untuk pengeringan model
kerja bahan gips untuk mendapatkan kekuatan kompresi yang baik dan tetap pada
dimensi yang baik yaitu dipengaruhi oleh metode pengeringan. Pengeringan dengan
temperatur ruang normalnya pada temperatur 23o±2oC. Pengeringan pada temperatur
yang lebih tinggi harus dikontrol secara hati-hati karena dapat menyebabkan
penyusutan lebih tinggi, pengurangan kekuatan kompresi dan mengakibatkan fraktur
pada model tersebut. Dokter gigi dan para tekniker di laboratorium normalnya untuk
menunggu gips kering biasanya selama 24-48 jam sebelum memulai prosedur
laboratorium. Waktu yang cukup lama tersebut para tekniker dan dokter gigi sering
ingin membutuhkan waktu yang efektif dalam proses pengeringan model kerja gigi
tiruan. Waktu untuk menunggu gips mengeras terbukti efisien dengan menggunakan
metode pengeringan microwave. Terbukti bahwa gips tipe IV dapat mengalami
1. Berapa nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada
metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W
selama 5 menit dan 10 menit?
2. Apakah ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama
24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan
kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?
3. Apakah ada perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur
ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?
4. Berapa nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada
metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W
selama 5 menit dan 10 menit?
5. Apakah ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama
24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan
dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?
6. Apakah ada perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur
ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?
1. Untuk mengetahui nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi
tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan
microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.
2. Untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang
selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan
kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.
3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan
temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.
4. Untuk mengetahui nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi
tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan
microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.
5. Untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang
selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.
6. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan
temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Gips
Gips merupakan mineral yang berasal dari alam yang telah digunakan selama
berabad-abad. Bahan gips pada bidang kedokteran gigi dapat digunakan untuk
membuat model dari rongga mulut serta struktur maksilofasial dan sebagai piranti
penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi pada pembuatan gigi tiruan.
Secara kimiawi, gips yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah kalsium sulfat
dihidrat (CaSO4.2H2O) murni. Pembuatan bahan gips yang digunakan dalam
kedokteran gigi merupakan hasil dikalsinasi yang dipanaskan dengan temperatur
tinggi (130oC) untuk mengeluarkan air dari kristalisasi gips sehingga terbentuk
kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2.H2O. Gips yang dipanaskan dengan temperatur
yang lebih tinggi (200oC) akan terbentuk yang disebut dengan anhidrat (CaSO4)
seperti contoh skema dibawah ini.4,5
Penggunan gips dalam kedokteran gigi telah meluas. Salah satu jenis gips
adalah dental plaster atau gips tipe II. Model plaster sering digunakan untuk
pembuatan model studi. Plaster diproduksi melalui proses kalsinasi. Gips dipanaskan
pada suhu sekitar 120ºC dengan bentuk akhir dari proses kalsinasi tersebut adalah
partikel β-kalsium sulfat hemihidrat yang menghasilkan kristal yang tidak teratur,
hemihidrat yang berporus, dan relatif kecil. Pembuatan model kerja yang sering
digunakan adalah dental stone atau gips tipe III yang dipanaskan pada suhu 125oC
yang menghasilkan kristal yang padat, hemihidrat yang kurang berporus, dan relatif
lebih besar yang disebut dengan α-kalsium sulfat hemihidrat. Gips tipe IV atau dental
stone high strength dihasilkan dengan memanaskan ke dalam larutan CaCl2 30% pada
suhu 130oC sehingga kristal hemihidrat yang dihasilkan lebih pendek dan partikelnya
lebih padat dan lebih besar dibanding dengan gips tipe II dan tipe III. Gips tipe IV
disebut dengan modified α-hemihidrat atau sering dikenal sebagai die stone.2,3,5
2.2.1 Klasifikasi
Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) No. 25, produk gips
dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu:1,5
2.2.1.1 Impression Plaster (Tipe I)
Gips tipe I memiliki kalsium sulfat hemihidrat terkalsinasi sebagai bahan
utamanya dan ditambahkan zat tambahan untuk mengatur waktu pengerasan dan
ekspansi pengerasan. Gips ini digunakan untuk mencetak daerah edentulus, tetapi
gips tipe ini jarang digunakan untuk mencetak dalam bidang kedokteran gigi karena
telah digantikan oleh bahan yang tidak terlalu kaku seperti hidrokoloid dan
elastomer.1,5
2.2.2 Karakteristik
Karakteristik gips meliputi:
1. Setting time
Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan
dihitung sejak gips berkontak dengan air. Setting time dikelompokkan menjadi dua
tahap yaitu: initial setting time dan final setting time. Pada initial setting time waktu
kerja gips mulai dihitung yaitu setelah pengadukan selama 1 menit. Pada proses ini,
adonan gips dituang ke dalam cetakan dengan bantuan vibrator mekanis. Ketika
viskositas dari adonan meningkat, daya alir akan berkurang dan gips akan kehilangan
tampilan mengkilatnya yang menandakan bahwa gips sudah mencapai setting
awalnya. Pada saat setting awal dicapai, bahan gips tidak dapat lagi dituangkan ke
dalam master mold, sehingga initial setting time identik disebut dengan waktu kerja
dari gips. Menurut spesifikasi ADA No. 25 waktu kerja initial setting time dimulai
dari pencampuran adalah sekitar 8-16 menit. Final setting time dapat didefinisikan
sebagai waktu konversi hemihidrat menjadi dihidrat secara sempurna atau secara
klinis bahan gips dapat dikeluarkan dari master mold dan dapat dimanipulasi tanpa
terjadi distorsi atau fraktur. Secara umum gips mengeras sekitar 45-60 menit, akan
tetapi terdapat beberapa perbedaan sesuai dengan jenis bahan gips tersebut.1,2,23
3. Kekuatan kompresi
Kekuatan kompresi bahan gips merupakan kemampuan gips untuk menahan
fraktur. Gips tipe I memiliki kekuatan kompresi yang terendah karena memiliki sisa
air yang paling tinggi, sedangkan gips tipe V memiliki kekuatan kompresi hampir
empat kali lipat, karena jumlah kelebihan air yang diminimalkan. Semakin sedikit air
yang digunakan maka semakin besar kekuatan kompresi yang dihasilkan. Nilai
kekuatan kompresi minimum pada model gips tipe II dengan rasio pencampuran air
dan bubuk yang normal (0,45-0,50 mL/gr) adalah sekitar 9,0 MPa, sedangkan untuk
dental stone (tipe III) yaitu 20,7 MPa dan untuk dental stone high-strength (tipe IV)
kekuatan kompresinya adalah 34,5 MPa (tabel 1).2,5,23
4. Setting ekspansi
Setting ekspansi terjadi pada semua jenis gips. Persentase setting ekspansi
untuk semua jenis gips sangat bervariasi. Gips tipe I memiliki setting ekspansi yaitu
0.00%-0.15%, gips tipe II memiliki setting ekspansi sekitar 0.00%-0.30% dan gips
tipe III memiliki setting expansi 0.00%-0.20%, sedangkan gips tipe IV memiliki
setting expansi hanya 0,00%-0,10% dan untuk setting expansi gips tipe V berkisar
0,10%-0,30% (tabel 1).5 Setting ekspansi merupakan hasil dari pertumbuhan kristal-
kristal gips ketika bergabung. Setting ekspansi harus dikontrol agar tetap minimum
terutama ketika gips tersebut akan digunakan untuk membuat pola malam sebuah
restorasi. Apabila setting ekspansi yang terjadi berlebihan maka akan menghasilkan
restorasi yang oversized. Setting ekspansi hanya terjadi ketika gips dalam proses
pengerasan.23
5. Perubahan dimensi
Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dari bahan gips. Setting
ekspansi yang terjadi pada proses pengerasan gips disebabkan oleh adanya dorongan
ke luar oleh pertumbuhan kristal dihidrat. Semakin tinggi atau besar ekspansi
pengerasan maka keakuratan dimensi semakin rendah. Toleransi normal setting
ekspansi untuk bahan gips tipe IV adalah 0,00%-0,10% yang dipengaruhi oleh rasio
air dan bubuk yang digunakan, kecepatan pengadukan, akselerator dan retarder, serta
temperatur dan kelembaban udara.2,4
harus diperhatikan ketika melakukan pencampuran gips karena diperlukan daya alir
yang cukup untuk menghasilkan detail reproduksi yang akurat. Tipe gips yang
berbeda akan memiliki rasio air dan bubuk yang berbeda juga. Hal ini disebabkan
oleh karena perbedaan bentuk dan ukuran kristal kalsium sulfat hemihidratnya. Gips
tipe II membutuhkan lebih banyak air pada pengadukan dibandingkan gips tipe III
karena bentuk partikel gips tipe II tidak beraturan dan lebih poreus. Gipe tipe IV
membutuhkan lebih sedikit air dibandingkan gips tipe III karena bentuk partikel
hemihidratnya lebih padat dan halus. Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh rasio air
dan bubuk yang digunakan. Jika air yang ditambahkan terlalu banyak, adonan
menjadi lebih cair dan lebih mudah di tuang ke dalam mold tetapi setting time akan
lebih panjang dan kekuatan gips cenderung akan berkurang.1,23
2. Waktu dan kecepatan pengadukan
Proses pencampuran bahan gips dengan air disebut dengan pengadukan, yang
memiliki efek terhadap setting time dan setting ekspansi. Peningkatan waktu
pengadukan memengaruhi kekuatan kompresi bahan gips. Pengadukan bahan gips
secara mekanik dengan vacum mixer biasanya tercapai dalam waktu 20-30 detik,
sedangkan pengadukan gips secara manual dengan spatula umumnya memerlukan
waktu 1 menit untuk memperoleh adukan yang halus. Semakin cepat pengadukan,
maka pengerasan gips akan lebih cepat tercapai. Pada saat dimulainya pengadukan,
kristal-kristal gips yang telah terbentuk akan bertambah. Pada saat yang sama,
kristalisasi nuklei pada gips akan pecah dengan pengadukan spatula dan
didistribusikan merata dalam adukan dengan hasil pembentukan nukleus kristalisasi
lebih banyak. Hal inilah yang menyebabkan waktu pengerasan lebih cepat
tercapai.3,5,23
3. Akselerator dan retarder
Akselerator merupakan bahan kimia yang dapat mempercepat waktu
pengerasan. Bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai akselerator adalah
potassium sulfat (K2SO4). Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi yang lebih tinggi
dari 2% karena dapat mempercepat proses reaksi. Retarder merupakan bahan kimia
yang dapat mengurangi waktu pengerasan. Retarder umumnya bekerja dengan cara
gips menunjukkan pertumbuhan kristal dihidrat bebas dan ekspansi gips yang
berlangsung terus menerus hingga 5 hari. Setting ekspansi yang terjadi pada proses
pengerasan gips disebabkan oleh adanya dorongan ke luar oleh pertumbuhan dihidrat.
Setting ekspansi pada bahan gips harus tetap dikendalikan agar dapat menghasilkan
model kerja yang akurat.2,5,10 Ada beberapa faktor yang memengaruhi perubahan
dimensi gips antara lain:
1. Rasio air dan bubuk (WP)
Peningkatan rasio air dan bubuk cenderung akan menambah ruang antar
kristal-kristal dihidrat yang ditandai dengan semakin sedikitnya nukleus kristalisasi
per unit volume yang mengakibatkan semakin rendahnya nilai setting ekspansinya.
Sebaliknya, apabila rasio air dan bubuk rendah akan meninggalkan sedikit air sisa
dalam massa gips dengan meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari partikel
dihidrat, sehingga setting ekspansi akan tinggi dan menurunkan jumlah porositas gips
tersebut.1,5,23
2. Waktu dan kecepatan pengadukan
Sebagian kristal gips terbentuk langsung ketika gips berkontak dengan air.
Ketika pengadukan dimulai, pembentukan kristal ini meningkat. Pada saat yang
sama, kristal-kristal tersebut di putuskan oleh pengadukan dengan spatula dan
didistribusikan merata dalam adukan dengan hasil pembentukan lebih banyak nukleus
kristalisasi. Semakin lama waktu pengadukannya, maka akan meningkatkan jumlah
nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat. Akibatnya, jalinan ikatan kristalin yang
terbentuk akan semakin banyak, sehingga pertumbuhan internal dan dorongan keluar
dari kristal-kristal dihidrat meningkat. Hal inilah yang menyebabkan setting ekspansi
bahan gips dapat meningkat.3,5,23
3. Akselerator dan retarder
Metode yang paling efektif dan praktis untuk mengendalikan waktu
pengerasan gips dan setting ekspansi bahan gips yaitu dengan penambahan bahan
kimia tertentu yang ditambahkan oleh pabrik terhadap bahan gips tersebut. Bahan
kimia yang biasanya digunakan sebagai akselerator adalah potassium sulfat,
sedangkan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai retarder adalah borax.1,2,5
keterangan:
Li = adalah jarak antara garis cd dengan garis c’d’ pada mold dalam mm.
Lo = adalah jarak antara garis cd dengan garis c’d’ pada sampel dalam mm
yang diperoleh pada waktu pengukuran yang telah ditentukan.
menggunakan bahan cetak, kemudian cetakan diisi dengan gips yang sudah dicampur
dengan air sesuai dengan petunjuk pabrik. Model rahang atas dan rahang bawah
merupakan replika yang mencakup jaringan keras dan jaringan lunak dari struktur
rongga mulut. Model ini digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis,
menjelaskan rencana perawatan dan proses perawatan kepada pasien, serta media
pembuatan gigi tiruan. Dalam proses pembuatan model reproduksi yang akurat adalah
menjadi persyaratan utama, karena apabila terdapat penyimpangan dari keakuratan
yang diharapkan akan menyebabkan efek adaptasi yang kurang baik terhadap hasil
akhir gigi tiruan.1,8
3. Anatomi rongga mulut yang berguna untuk perluasan basis gigi tiruan
seperti: (vestibulum, trigonum retromolar, pterigomaxillary notch, palatum keras dan
palatum lunak, dasar mulut dan frenulum).26
Kegunaan model studi adalah sebagai berikut:1
d. Sebagai media untuk mempelajari tentang jaringan keras dan jaringan lunak
dalam pandangan lingual ketika gigi dioklusikan.
e. Sebagai media untuk membandingkan keadaan rongga mulut pasien sebelum
dan setelah dilakukan perawatan.
f. Sebagai media untuk menjelaskan kepada pasien bagaimana keadaan pasien
dan rencana perawatan yang akan diberikan.
g. Sebagai media rekaman legal mengenai lengkung rahang pasien untuk
keperluan asuransi, gugatan hukum dan forensik.
yang dihasilkan semakin besar, jumlah dan jarak antar kristal yang terbentuk selama
proses pengerasan semakin besar dan menjadi kurang padat. Hal inilah yang
mengakibatkan kekuatan kompresi gips menjadi berkurang.27 Namun hal ini berbeda
dengan perubahan dimensi, semua bahan gips akan mengalami adanya pertumbuhan
kristal dan ekspansi yang berlangsung terus menerus selama bahan gips yang telah
mengeras dibiarkan pada temperatur ruang. Pengeringan dengan temperatur ruang
dengan adanya kelebihan air yang terperangkap pada kisi kristal akan meningkatkan
ekspansi higroskopis, karena akan menyebabkan pertumbuhan kristal dengan bebas
yang menyediakan banyak ruang untuk pembentukan kristal secara terus menerus
yang lebih banyak selama proses pengerasan. Adanya air yang terperangkap
mengakibatkan ruang antar nukleus semakin besar, sehingga semakin sedikit nukleus
kristalisasi per unit volume dan dorongan keluar dari inti kristal semakin kecil yang
mengakibatkan ekspansi gips juga mengecil.28 Sesuai dengan teori kristalisasi yaitu
terjadi dorongan keluar dari kristal gips pada saat gips mulai setting. Dorongan keluar
yang terlalu besar akan menyebabkan setting ekspansi juga semakin besar.10,27
Temperatur dan lama pengeringan bahan gips dapat bervariasi sesuai dengan ukuran
partikel dan porositas bahan gips tersebut.5,7 Pengeringan yang dibiarkan pada
temperatur ruang dengan waktu yang lama akan memengaruhi perubahan dimensi
bahan gips tersebut, karena setting ekspansinya akan terus berlangsung hingga 5
hari.6 Model kerja yang masih mengandung air biasanya memiliki kekuatan yang
cukup memadai, dan biasanya harus menunggu 24-48 jam sebelum model tersebut
cukup kuat untuk dimanipulasi atau waktu selama 7 hari untuk mencapai kekuatan
kompresi yang lebih baik.12
(dengan panjang gelombang 12,24 cm). Microwave komersial untuk industri biasanya
beroperasi pada 900 MHz (dengan panjang gelombang 32.68 cm).18,29
abrasi dan perubahan dimensi bahan gips. Luebke dan Chandra (2011) melaporkan
bahwa terjadi peningkatan kekerasan permukaan beberapa model kerja bahan gips
setelah dilakukan pengeringan dengan menggunakan microwave.18 Anaraki dkk
(2013) mengatakan bahwa pengeringan gips dengan microwave 900 W selama 5
menit akan menyerap air yang berlebih dan terjadi peningkatan compressive strength
dan diametral tensile strength pada gips tipe III dan IV.9,21 Sharma dkk (2013)
mengatakan dengan pengeringan microwave 600 W selama 10 menit dapat
meningkatkan kekuatan kompresi gips tipe III dan IV serta mempersingkat waktu
kerja para tekniker. Sharma dkk (2013) juga mengatakan bahwa pengeringan bahan
gips dengan microwave 600 W selama 5 menit dapat diterima sebagai metode
pengeringan gips tipe IV.11 Sudhakar dkk (2014) mengatakan bahwa pengeringan
dengan miccrowave lebih baik bila dibandingkan dengan 1 jam pengeringan
temperatur ruang.22 Pengeringan bahan gips terhadap karakteristiknya hanya dapat
dipertahankan pada tingkat energi yang rendah daripada tingkat energi yang lebih
tinggi.32 Apabila terjadi penurunan kekuatan kompresi dan munculnya retakan atau
porositas pada permukaan model kerja tersebut, mungkin terjadi akibat gips terkena
energi dengan daya yang tinggi yaitu sebesar 1450 W.9,13
Mekanisme pengeringan dengan energi gelombang mikro sangat berbeda dari
pengeringan oven konvensional. Penggunaan gelombang mikro sebagai sumber
energi saat ini berkembang pesat dan memiliki banyak keuntungan. Oleh karena itu,
pengeringan microwave telah menunjukkan keunggulan dibandingkan dengan metode
pengeringan oven konvensional termasuk mengacu pada tingkat dan distribusi
pemanasannya, dalam hal efisiensi energi, laju reaksi yang lebih tinggi dan
penghematan waktu yang besar serta harga yang lebih murah dari oven konvensional
(tabel 2).18,31 Dalam pengeringan oven konvensional, panas ditransfer ke permukaan
material dengan konduksi dan konveksi sedangkan pada bagian dalam material panas
tersebut ditransfer secara konduksi termal, sehingga merupakan proses pengeringan
yang lama. Pengeringan oven konvensional juga membutuhkan suhu eksternal yang
tinggi untuk menghasilkan kualitas yang baik.18 Berbeda dengan pengeringan
microwave yang merupakan alat yang dapat menghasilkan gelombang
diabsorpsi dan dengan cepat akan dipantulkan kembali karena molekul bahan logam
yang tersusun rapat sehingga tidak bisa ditembus oleh energi microwave. 18,30
yang lebih tinggi yaitu dengan 1450 W akan menyebabkan pembentukan retakan atau
porositas pada permukaan bahan gips sehingga akan mengakibatkan penurunan
kekuatan kompresi dan mengakibatkan fraktur pada model kerja bahan gips.9,13
Efek pengeringan microwave terhadap kekuatan kompresi yaitu: penyerapan
sisa kadar air pada seluruh bagian model bahan gips sehingga bentuk partikel gips
semakin padat, jarak antar kristal semakin dekat, luas permukaan gips akan lebih
kecil serta jumlah pori air lebih sedikit sehingga menyebabkan kekuatan kompresi
semakin meningkat.5,27 Selain itu terjadi pertumbuhan kristal yang progresif
berhubungan dengan struktur interlocking kristal yang meningkat selama
pemanasan.14,18 Winkler dkk menunjukkan bahwa konversi kalsium sulfat hemihidrat
menjadi kalsium sulfat dihidrat yaitu ditandai dengan perubahan kristal bahan gips
mulai dari hemihidrat yang berbentuk prismatik hingga menjadi seperti jarum, terjadi
pertumbuhan kristal yang semakin bebas, dan tubrukan-tubrukan kristal yang saling
berdekatan sehingga mengakibatkan jarak antar kristal lebih dekat. Hal inilah yang
dapat meningkatkan kekuatan kompresi bahan gips pada pengeringan microwave.6
Berbeda dengan perubahan dimensi gips, pengeringan dengan microwave yang
merupakan pemanasan dielektrik. Ketika gelombang mikro berhadapan dengan
molekul air, molekul air tersebut akan menyerap energi elektromagnetik dan terjadi
rotasi dipol. Rotasi dipol pada molekul air mengakibatkan pergerakan molekul
sehingga mengakibatkan gesekan antar molekul sampai mereka saling bertubrukan
hingga jutaan kali per detik. Hasil tubrukan-tubrukan tersebut akan menghasilkan
panas yang akan menyerap seluruh sisa kadar air secara merata. Hasil akhir
penyerapan air tersebut mengakibatkan bentuk kristal semakin padat dan jarak antar
kristal semakin dekat sehingga menyebabkan sedikitnya air terperangkap pada kisi
kristal. Sedikitnya air yang terperangkap menyebabkan jarak antar kristal semakin
dekat, nukleus kristalisai per unit volume semakin banyak sehingga dorongan inti
kristal keluar semakin besar yang mengakibatkan ekspansi gips juga membesar.5
Penurunan ekspansi linier juga dapat disebabkan oleh perubahan morfologi kristal
gips yang kemudian akan menghasilkan suatu tekanan atau dorongan kristal-kristal
gips untuk keluar dan menghasilkan ekspansi massa keseluruhan yang besar sehingga
akan memengaruhi perubahan dimensi gips tersebut sesuai dengan temuan Hatim dkk
(2007).35 Pada saat reaksi pengerasan, kristal dapat bertumbuh lebih bebas dan akan
memengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi model kerja bahan gips.
Perubahan dimensi dapat dilihat selama proses pengerasan. Michalakis dkk (2010)
menyatakan bahwa perubahan dimensi akan berlangsung secara terus menerus hingga
mencapai 5 hari.10 Namun, apabila temperatur pengeringan semakin tinggi dengan
waktu yang lama akan menyebabkan penyusutan bahan gips yang memengaruhi
setting ekspansi gips menjadi besar. Sweeney dan Taylor juga mengatakan bahwa
kombinasi antara penyimpanan model kerja dengan periode waktu yang lama, seperti
temperatur tinggi dan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penyusutan
model kerja bahan gips sehingga akan mengakibatkan setting ekspansi gips tersebut
semakin membesar.6,36 Abass dkk (2011) mengatakan bahwa pengeringan bahan gips
dengan microwave 850 W selama 10 menit akan memiliki efek negatif terhadap
perubahan dimensi.20 Sharma dk (2012) mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara
pengeringan temperatur ruang dengan microwave 600 W selama 5 menit terhadap
perubahan dimensi bahan gips. Michalakis dkk (2012) mengatakan penyimpanan
model gips berkepanjangan selama 2 minggu atau lebih akan memiliki efek negatif
pada nilai ekspansinya.6 Oleh karena itu, agar dapat menghasilkan model kerja yang
akurat, setting ekspansi dari bahan gips harus tetap dikendalikan dan diusahakan
seminimal mungkin.
Pencetakan Rahang
Bahan replika
Gips
Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Model Kerja Model Studi
Tipe IV
Perubahan Setting Kekuatan Kekerasan Permukaan dan Setting
Dimensi Ekspansi Kompresi Ketahanan terhadap Abrasi Time
Model kerja
pembuatan
GTC
Faktor yang memengaruhi
Metode Pengeringan
31
Universitas Sumatera Utara
2.8 KERANGKA KONSEP
Gips tipe IV
Metode pengeringan
sebagai
model kerja
32
Universitas Sumatera Utara
33
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
20
Diameter Tinggi 40 mm
mm
xyz 30 mm
cd
20 mm
25 mm
c’d
30 mm
(t-1)(r-1) ≥ 15
Keterangan :
t = Jumlah perlakuan
r = Jumlah ulangan
Dalam penelitian ini akan digunakan t = 3 karena jumlah perlakuan sebanyak tiga
perlakuan yaitu metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam,
microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. Jumlah r tiap kelompok sampel dapat
ditentukan sebagai berikut:
(t–1)(r–1) ≥ 15
(3–1)(r–1) ≥ 15
2( r – 1 ) ≥ 15
( r – 1 ) ≥ 7,5
r ≥ 8,5
Dari hasil diatas, jumlah minimal sampel adalah 8,5 maka jumlah sampel untuk
penelitian ini masing-masing kelompok adalah 10 sampel. Dalam penelitian ini untuk
masing-masing uji akan diberikan 3 perlakuan sehingga jumlah seluruh sampel yang
dibutuhkan adalah 30 sampel untuk kekuatan kompresi dan 30 sampel untuk
perubahan dimensi.
- Waktu pengadukan
- Kecepatan pengadukan
- Ukuran sampel penelitian
- Teknik pengujian sampel penelitian
- Temperatur dan kelembaban udara
- Daya energi microwave dan lama pengeringan
- Peneliti yang sama
a. b.
2. Air keran
3. Vaselin
a. b.
x y z
cd
c’d’
b. Besarnya jarak dicatat sesuai dengan angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran.
Data hasil pengukuran perubahan dimensi kemudian diubah ke dalam bentuk
persentase dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
L0 adalah jarak antara garis cd dengan garis c’d’ pada mold dalam mm.
L1 adalah jarak antara garis cd dengan garis c’d’ pada sampel dalam mm yang
diperoleh pada waktu pengukuran yang telah ditentukan.
Analisis Data
Hasil
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada
Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam
dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
Kekuatan kompresi diukur menggunakan alat uji kompresi (Universal Testing
Machine, Japan) dengan cara menekan sampel sampai pecah. Hasil yang didapatkan
dari alat ini berada dalam satuan Kgf kemudian dikonversikan menjadi MPa. Hasil
penelitian menunjukkan nilai kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam (kelompok A) adalah
35,0410 MPa dan nilai terbesar adalah 36,5349 MPa. Nilai kekuatan kompresi terkecil
gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit
(kelompok B) adalah 36,5520 MPa dan nilai terbesar adalah 38,3767 MPa. Nilai
kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave
600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 40,3191 MPa dan nilai terbesar adalah
44,8572 MPa (Tabel 6).
Nilai rerata kekuatan kompresi dianalisis dengan uji Univarian. Nilai rerata
kekuatan kompresi pada kelompok A adalah 35,6640 dan standar deviasi 0,5738. Nilai
rerata kekuatan kompresi pada kelompok B adalah 37,3860 dan standar deviasi
0,7424. Nilai rerata kekuatan kompresi pada kelompok C adalah 42,0550 dan standar
deviasi 1,5331 (Tabel 6).
Tabel 6 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada
Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan
Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dalam MPa
Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan (MPa)
No. Kelompok A Kelompok B Kelompok C
Sampel (Temperatur Ruang (Microwave 600 W (Microwave 600 W
23o±2oC selama 24 jam) selama 5 menit) selama 10 menit)
**
1 36,1407 38,3767 40,3426
2 35,0910 36,6406 44,8572**
3 35,9908 36,5520* 43,9189
4 36,0408 37,7881 40,4397
5 35,2410 36,6109 42,8177
*
6 35,0410 37,9058 40,3191*
**
7 36,5349 36,5520 42,0260
8 36,2407 37,9058 42,1437
9 35,2410 37,3172 42,4380
10 35,0910 38,259 41,3197
̅
𝑋= 35,6640 ̅
𝑋= 37,3860 ̅
𝑋= 42,0550
SD= 0,5738 SD= 0,7424 SD= 1,5351
Keterangan : * nilai terkecil
** nilai terbesar
dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui
apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk
diperoleh nilai p=0,057 untuk kelompok A, nilai p=0,058 untuk kelompok B dan nilai
p=0,432 untuk kelompok C. Semua kelompok data terdistribusi normal (p>0,05),
sehingga pengujian dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah untuk menguji apakah
terdapat pengaruh kekuatan kompresi yang signifikan pada semua kelompok (Tabel
7).
Tabel 7 Uji Normalitas Data Kekuatan Kompresi Kelompok Gips Tipe IV Model
Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
dengan Uji Shapiro-Wilk
Kelompok N P
A (Temperatur Ruang 23o±2oC 10 0,057
selama 24 jam)
B (Microwave 600 W 10 0,058
selama 5 menit)
C (Microwave 600 W 10 0,432
selama 10 menit)
Keterangan : p>0,05
Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
antara kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur
ruang 23o±2oC selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600
W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 8).
4.4 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode
Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan
Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
Perubahan dimensi pada ke tiga kelompok perlakuan di peroleh dengan
mengukur jarak antara garis cd-c’d’ yang terdapat pada sampel gipd tipe IV pada
metode pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W
selama 5 menit dan 10 menit, kemudian dibandingkan dengan jarak antara garis cd-
c’d’ yang terdapat pada mold. Hasil pengukuran perubahan dimensi kemudian diubah
ke dalam persentase. Nilai perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam (kelompok A) adalah
0,0100% dan yang terbesar adalah 0,0132%. Nilai perubahan dimensi terkecil gips
tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit
(kelompok B) adalah 0,0068% dan yang terbesar adalah 0,0098%. Nilai perubahan
dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W
selama 10 menit (kelompok C) adalah 0,0152% dan yang terbesar adalah 0,0193%
(Tabel 10).
Nilai rerata kekuatan kompresi dianalisis dengan uji Univarian. Nilai rerata
perubahan dimensi pada kelompok A adalah dengan nilai rerata 0,0112 dan standar
deviasi 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi pada kelompok B adalah dengan nilai
rerata 0,0077 dan standar deviasi 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi pada
kelompok C adalah dengan nilai rerata 0,0169 dan standar deviasi 0,0013 (Tabel 10).
Tabel 10 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada
Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan
Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dalam %
Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan (%)
No. Kelompok A Kelompok B Kelompok C
Sampel (Temperatur Ruang (Microwave 600 W (Microwave 600 W
23o±2oCvselama 24 jam) selama 5 menit) selama 10 menit)
1 0,0112 0,0080 0,0172
2 0,0120 0,0076 0,0152*
3 0,0100* 0,0096** 0,0180
*
4 0,0100 0,0068 0,0180
5 0,0112 0,0080 0,0172
6 0,0116 0,0080 0,0152
7 0,0132** 0,0092 0,0164
8 0,0120 0,0076 0,0164
9 0,0116 0,0080 0,0193**
10 0,0116 0,0072 0,0180
̅
𝑋= 0,0112 ̅
𝑋= 0,0077 ̅
𝑋= 0,0169
SD= 0,0009 SD= 0,0009 SD= 0,0013
Keterangan : * nilai terkecil
** nilai terbesar
Tabel 11 Uji Normalitas Data Perubahan Dimensi Kelompok Gips Tipe IV Model
Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
dengan Uji Shapiro-Wilk
Kelompok n P
o o
A (Temperatur Ruang 23 ±2 C 10 0,149
selama 24 jam)
B (Microwave 600 W 10 0,287
selama 5 menit)
C (Microwave 600 W 10 0,410
selama 10 menit)
Keterangan : p>0,05
Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara
perubahan dimensi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W
selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 12).
Tabel 12 Pengaruh Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada
Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan
Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan Menggunakan Uji
ANOVA satu arah
Kelompok Perubahan Dimensi Gips Tipe IV
Model Kerja Gigi Tiruan (%) p
N ̅
𝑋 ± SD
A (Temperatur Ruang 10 0,0112 ± 0,0009
23o±2oC selama 24 jam)
B (Microwave 600 W 10 0,0077 ± 0,0009 p=0,0001*
selama 5 menit)
C (Microwave 600 W 10 0,0169 ± 0,0013
selama 10 menit)
Keterangan : * Signifikan (p<0,05)
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada
Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam
dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
Hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan nilai kekuatan kompresi terkecil gips
tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam
(kelompok A) adalah 35,0410 MPa dan nilai terbesar adalah 36,5349 MPa. Nilai
kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave
600 W selama 5 menit (kelompok B) adalah 36,5520 MPa dan nilai terbesar adalah
38,3767 MPa. Nilai kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan
dengan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 40,3191 MPa dan
nilai terbesar adalah 44,8572 MPa. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai kekuatan
kompresi yang diperoleh dari tiap sampel bervariasi dalam satu kelompok, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat memengaruhi antara lain proses
pembuatan sampel untuk setiap kelompok yang tidak dapat dilakukan sekaligus dalam
waktu yang bersamaan. Selain itu dapat disebabkan oleh teknik pengadukan yang
dilakukan secara manual dengan menggunakan spatula oleh operator, yang
menyebabkan kecepatan pengadukannya tidak dapat dikendalikan dengan baik. Faktor
lain juga kemungkinan terjadinya poreus di dalam sampel gips yang tidak dapat
terlihat. Ketika proses pengadukan gips dilakukan secara manual dan saat pengisian
gips ke dalam mold di atas vibrator yang dilakukan sama untuk setiap kelompok
sampel, tetapi porositas di dalam gips bisa saja terjadi. Perbedaan porositas inilah
yang kemungkinan juga dapat menyebabkan variasi nilai kekuatan kompresi di antara
sampel gips dalam satu kelompok perlakuan yang sama. Selain itu dapat juga
dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban udara yang tidak dapat dikendalikan
secara sempurna saat pembuatan dan pengujian sampel yang berkaitan dengan metode
pengeringan sampel tersebut.1,2 Mekanisme pengeringan gips tipe IV dengan metode
dengan nilai p=0,001 (p<0,05), terdapat perbedaan yang signifikan pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600
W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) serta terdapat perbedaan yang
signifikan pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit dengan
microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). Pasangan yang
paling berbeda signifikan terjadi pada pasangan kelompok sampel gips tipe IV pada
metode pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan kelompok
sampel gips tipe IV pada metode pengeringan microwave 600 W selama 10 menit
dengan rata-rata perbedaan 6,391. Perbedaan ini disebabkan gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam masih memiliki
kandungan air saat proses pengerasan. Pengeringan dengan temperatur ruang hanya
menyerap sisa kadar air bagian permukaan bahan gips, karena temperatur dan
kelembaban udara yang tidak dapat dikendalian secara sempurna selama pengerasan.
Kandungan air yang masih tersisa memudahkan untuk terjadinya porositas pada gips.
Porositas ini menyebabkan kohesi antara air dengan gips menjadi rendah sehingga
mengakibatkan kekuatan kompresi juga rendah. Selain itu dengan terperangkapnya air
pada kisi kristal gips menyebabkan kristal-kristal gips akan merenggang sehingga
akan menurunkan kekuatan kompresi.37 Adanya air yang terperangkap mengakibatkan
bentuk dan jumlah partikel yang besar, serta jarak antar kristal yang semakin besar
yang mengakibatkan kekuatan kompresi menurun. Berbeda dengan pengeringan
microwave mampu menyerap sisa kadar air sampai pada bagian model secara merata,
yang mengakibatkan bentuk kristal yang lebih padat dan halus serta jarak antar kristal
lebih dekat sehingga meningkatkan kekuatan kompresi gips tersebut.18 Meningkatnya
kekuatan kompresi gips dipengaruhi oleh perbedaan bentuk kristal, kepadatan, jarak
antar kristal serta ikatan kristal dihidrat yang semakin kuat. Pengeringan microwave
menghasilkan jumlah inti kristal lebih banyak, jumlah ikatan kristal yang lebih besar
dan terjadinya prorositas akibat terperangkapnya air semakin berkurang yang
mengakibatkan kekuatan kompresi microwave lebih tinggi dibanding dengan
pengeringan temperatur ruang.33 Pengeringan microwave 600 W selama 10 menit
memerlukan waktu yang cukup singkat untuk proses pengeringan dengan hasil
kekuatan kompresi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Sharma dkk (2013)
yang mengatakan bahwa dengan pengeringan gips tipe III dan IV dengan microwave
600 W selama 10 menit meningkatkan kekuatan kompresi dan menghemat waktu
dalam proses pengeringan yang signifikan dibanding dengan pengeringan temperatur
ruang selama 24 jam.11
5.4 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode
Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan
Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
Hasil penelitian pada tabel 10 menunjukkan nilai perubahan dimensi terkecil
gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24
jam (kelompok A) adalah 0,0100% dan yang terbesar adalah 0,0133%. Nilai
perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan microwave 600 W
selama 5 menit (kelompok B) adalah 0,0063% dan yang terbesar adalah 0,0096%.
Nilai perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan microwave
600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 0,0152% dan yang terbesar adalah
0,0193%. Hasil penelitian ini bervariasi pada setiap kelompok kemungkinan
disebabkan oleh faktor waktu pengeringan, temperatur dan kelembaban udara yang
sulit untuk dikontrol secara sempurna. Menurut Michalakis dkk (2009) kelembaban
udara sangat memengaruhi terjadinya ekspansi pada bahan gips. Hal ini dikarenakan
adanya pertumbuhan kristal yang berlangsung terus menerus selama proses
pengerasan yang dibiarkan di udara hingga 5 hari.10
Pada tabel 10 terlihat nilai rerata dan standar deviasi perubahan dimensi gips
tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam
(kelompok A) adalah 0,0112 ± 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi gips tipe IV
pada metode pengeringan microwave 600 W selama 5 menit (kelompok B) adalah
0,0077 ± 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi gips tipe IV pada metode
pengeringan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 0,0169 ±
0,0013. Hasil nilai rerata dan standar deviasi dari penelitian ini terlihat bahwa
perbedaan nilai perubahan dimensi pada metode pengeringan microwave 600 W
selama 5 menit lebih baik daripada metode pengeringan dengan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 10 menit. Hal ini disebabkan
pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam oleh
faktor temperatur dan kelembaban udara yang sulit untuk dikontol, akan memengaruhi
terjadinya ekspansi gips seiring berjalannya waktu yang berlangsung terus menerus
yang akan meningkatkan perubahan dimensi gips hingga mencapai 5 hari. Lamanya
waktu pengeringan bahan gips dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam
dengan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit berbeda, yang kemungkinan
menyebabkan nilai yang dihasilkan dapat bervariasi.6 Kandungan air yang masih
tersisa dalam bahan gips juga merupakan faktor yang akan memengaruhi nilai
perubahan dimensi.35 Pengeringan dengan temperatur ruang dengan akan berlangsung
selama 5 hari. Pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dengan adanya sisa air
yang terperangkap dalam kisi kristal mengakibatkan ruang antar nukleus sedikit lebih
besar dibanding pengeringan microwave 600 W selama 10 menit. Dibanding dengan
pengeringan microwave 600 W selama 10 menit mengakibatkan menyusutnya kristal-
kristal gips akibat tidak adanya air dalam gips tersebut yang mengakibatkan terjadinya
dorongan keluar dari inti kristal yang besar sehingga menyebabkan setting ekspansi
gips menjadi sangat besar. Berbeda dengan kekuatan kompresi. Pada kekuatan
kompresi, terperangkapnya air memudahkan terjadinya porositas pada gips yang
menyebabkan kohesi antara air dengan gips menjadi rendah sehingga kekuatan
kompresi menjadi rendah.6,10,27
Menurut spesifikasi ADA No. 25 nilai setting ekspansi gips tipe IV berkisar
antara 0,00-0,10%. Hasil penelitian ini masih dalam batas standar nilai yang
ditetapkan. Hasil penelitian ini nilai rerata perubahan dimensi tertinggi adalah pada
kelompok gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10
menit yaitu 0,0169% dan terendah pada kelompok gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit yaitu 0,0077%.
microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). Berdasarkan hasil
Uji LSD terlihat pasangan yang signifikan berbeda terjadi pada pasangan kelompok
sampel gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5
menit dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan rata-rata perbedaan 0,0092.
Perbedaan ini disebabkan bahwa seluruh gips mengalami ekspansi yang berkelanjutan
selama gips mengeras. Pengeringan bahan gips dengan temperatur yang tinggi dan
kelembaban yang rendah serta waktu yang lama akan menyebabkan kontraksi bahan
gips, ditandai dengan perubahan bentuk kristal dari hemihidrat prismatik menjadi
bentuk jarum, jarak antara kristal menjadi semakin dekat yang meyebabkan setting
ekspansi semakin besar.5 Perubahan dimensi pada microwave 600 W selama 10 menit
karena tidak adanya air yang terperangkap dalam kristal gips sehingga mengakibatkan
bentuk partikel yang lebih padat, jarak antar partikel lebih dekat serta jarak antar
nukleus semakin kecil sehingga nukleus kristalisasi dalam unit volume semakin besar
dan dorongan inti kristal semakin besar yang mengakibatkan penyusutan dan setting
ekspansi gips semakin besar.28 Metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC
selama 24 jam, pertumbuhan kristal bebas dan ekspansi gips yang berkelanjutan
hingga 5 hari. Perubahan dimensi kelompok pengeringan dengan microwave 600 W
selama 10 menit lebih besar dibandingkan metode pengeringan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit. Pengeringan dengan
microwave selama 5 menit dengan waktu yang relatif lebih singkat mengakibatkan
dorongan inti kristal keluar lebih kecil dibanding dengan waktu microwave 600 W
selama 10 menit sehingga menyebabkan setting ekspansi juga lebih mengecil.6,27
Berbeda dengan kekuatan kompresi dengan bentuk partikel yang semakin padat, jarak
antar kristal semakin dekat dan kehilangan sisa air yang menyerap seluruh bagian
model kerja akan meningkatkan kekuatan kompresi.
Kelemahan dari penelitian ini adalah temperatur ruang dan kelembaban udara
yang tidak dapat dikendalikan secara sempurna, sehingga dengan temperatur ruang air
yang masih terperangkap dapat menurunkan kekuatan kompresi dan setting ekspansi
yang berlangsung terus selama pengerasan yang menyebabkan perubahan dimensi
juga berubah. Teknik pengadukan gips secara manual yang kecepatan pengadukannya
tidak dapat dikontrol secara sempurna sehingga setiap kelompok sampel yang
dihasilkan berbeda, serta saat pengisian gips ke dalam mold dengan waktu yang
berbeda kemungkinan menyebabkan terjadinya poreus internal yang tidak terlihat
sehingga menurunkan kekuatan kompresi yang dihasilkan. Hal ini disarankan dengan
penggunaan teknik pengadukan menggunakan vacum mixer sehingga pencampuran
lebih homogen dan meminimalkan poreus yang terjadi. Kelemahan lain yaitu
keterbatasan alat pengukuran perubahan dimensi dengan menggunakan kaliper digital
yang diukur oleh operator, kemungkinan sulit untuk mendapatkan hasil yang akurat
saat operator lelah mengukur titik-titik pengukuran, sehingga lebih disarankan dengan
menggunakan alat yang lebih canggih seperti traveling microscope dengan ketelitian
0,01 mm.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
1. Nilai rerata dan standar deviasi kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam adalah 35,6640 ±
0,5739, microwave 600 W selama 5 menit adalah 37,3860 ± 0,7424 dan microwave
600 W selama 10 menit adalah 42,0550 ± 1,5351.
2. Ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama
24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10 menit
terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan nilai
p=0,0001 (p<0,05).
3. Ada perbedaan pengaruh pada metode pengeringan dengan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. Metode pengeringan
dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5
menit dengan nilai p=0,001 (p<0,05), metode pengeringan dengan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai
p=0,0001 (p<0,05) dan metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit
dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p=0,05).
4. Nilai rerata dan standar deviasi perubahan dimensi gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam adalah, 0,0112 ±
0,0009, microwave 600 W selama 5 menit adalah 0,0077 ± 0,0009 dan microwave 600
W selama 10 menit adalah 0,0169 ± 0,0013.
5. Ada pengaruh metode pada pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC
selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10
menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan nilai
p=0,0001 (p<0,05).
Pada hasil penelitian ini bila ditinjau dari kekuatan kompresi gips tipe IV model
kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit
lebih baik daripada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24
jam. Apabila ditinjau dari perubahan dimensi metode pengeringan dengan microwave
600 W selama 5 menit memiliki perubahan dimensi yang rendah namun tidak
menurunkan kekuatan kompresinya. Hasil penelitian ini metode pengeringan dengan
microwave 600 W selama 5 menit dapat diterima sebagai pengeringan alternatif untuk
mendapat kekuatan kompresi yang tinggi dengan perubahan dimensi yang rendah.
Aplikasi klinis dapat diterima bahwa pengeringan alternatif dengan microwave 600 W
selama 5 menit dapat mengurangi waktu kerja dokter gigi dalam hal menunggu model
kerja mengeras, pada saat pembuatan mahkota dan jembatan gigi tiruan sementara
pasien dengan meningkatkan kekuatan kompresi dan perubahan dimensi yang rendah.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang daya pengeringan microwave di
bawah 600 W dengan waktu yang singkat pada pengeringan gips tipe IV model kerja
gigi tiruan untuk meningkatkan kekuatan kompresi dan perubahan dimensi bahan gips
yang rendah.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh waktu dan
penggunaan tingkat energi microwave terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model
kerja gigi tiruan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Powers JM, Wataha JC. Dental materials properties and manipulation. 9th ed.
Missouri: Mosby Elsevier, 2008: 203-17.
2. Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental Materials. Clinical applications for
dental assistants and dental hyginists. 2nd ed. Missouri: Saunders Elsevier, 2011:
176, 203-9.
3. McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9th ed. Oxford: Blackwell
Munksgaard, 2008: 32–9.
4. Noort RV. Introduction to dental materials. 3th ed. London: Mosby Elsevier,
2008: 211-5.
5. Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. Phillips Science of dental materials. 12th ed.
Missouri: Mosby Elsevier, 2013: 182-93.
6. Michalakis KX, Asar V, Kapsampeli V, Trikka PM, Pissiotis AL, Hirayama.
Delayed linear dimensional changes of five high strength gypsum products used
for the fabrication of definitive casts. J Prosthet Dent 2012; 108(3): 189-95.
7. Silva MAB, Vitti RP, Consani S, Sinhoreti MAC, Mesquita MF, Consani R.LX.
Linear dimensional change, compressive strength and detail reproduction in type
IV dental stone dried at room temperature and in a microwave oven. J Apl Oral
Sci 2012; 20 (5): 588-93.
8. Jassim TK. Comparison of some properties between commercially available
gypsum products. TJDS 2012; 1: 63-9.
9. Hasan RH. The effect of microwave disinfection on tensile strength of dental
gypsum. Al-Rafidain Dent J 2008; 8(2): 213-8.
10. Michalakis KX, Stratos A, Hirayama H, Pissiotis AL, Touloumi F. Delayed
setting and hygroscopic linear expansion of three gypsum products used for cast
articulation. J Prosthet Dent 2009; 102(5): 313-8.
11. Sharma A, Shetty M, Hegde C, Shetty NS, Prasad DK. Comparative evaluation of
dimensional accuracy and tensile strength of a type IV gypsum using microwave
and air drying methods. J Indian Prosthodont Soc 2013; 13(4): 525-30.
12. Hasan RH, Mohammad KA. The effects of drying techniques on the compressive
strength of gypsum products. Al-Rafidain Dent J 2013; 5(1): 63-8.
13. Al-Khayat IK, Abdullah MA. Modification of gypsum products (part II): The
effect of drying methods on the compressive strength and surface hardness of
modified gypsum products. Al-Rafidain Dent J 2009; 9(2): 162-7.
14. Ahmad AS. Evaluation of some properties of iraqi plaster by using some
additives and microwave drying technique. MDJ 2015; 12(1): 39-52.
15. Sharma A, Shetty M, Hegde C, Shetty NS, Prasad DK. Comparative evaluation of
dimensional accuracy and tensile strength of a type IV gypsum using microwave
and air drying methods. J Indian Prosthodont Soc 2013; 13(4): 525-30.
16. Sun J, Wang W, Yue Q. Review on microwave-matter interaction fundamentals
and efficient microwave-associated heating strategies. Materials 2016; 9(231): 1-
25.
17. Chun WP, Kim S, Lee KW. Hot air-microwave combined drying characteristics
of gypsum board. Palma. Balearic Island, Spain 2011: 1-5.
18. Chandra U. Microwave heating. India: Croatia, 2011: 3-8, 63-78, 208, 335-7.
19. Bona AJ, Brito MGA, Rodrigues JA, Peruzzo DC, Franca FMG. Microwave
radiation is effective at disinfecting dental stone surfaces without changing their
physical properties. General Dentistry 2017; 42-6.
20. Anaraki MR, Moslehifard E, Bahari M, Shiva M. Effect of repeated microwave
disinfection on surface hardness and dimensional accuracy of two dental stone
materials. Advances in Bioscience & Clinical Medicine 2014; 3(1): 17-24.
21. Anaraki MR, Moslehifard E, Aminifar S, Ghanati H. Effect of microwave
disinfection on compressive and tensile strengths of dental stone. JODDD 2013;
7(1): 42-6.
22. Sudhakar A, Srivatsa G, Shetty R, Rajeswari CL, Manvi S. Evaluation of the
various drying methods on surface hardness of type IV dental stone. Journal of
International Oral Health 2015; 7(3): 1-4.
23. Powers JM, Sakaguchi RL. Craig’s Restorative dental materials. 12th ed.
Missouri: Elsevier, 2009: 314-23.
24. Dhage SM, Miraje AA, Kumbhojkar AA. Computer-aided design optimization of
the crosshead of a ball screw driven universal testing machine: A review. Journal
of Computer Aided Manufacturing and Automation 2016; 1(1): 39-44.
25. Abass SM, Mahmood MA, Khalaf BS. Effect of microwave irradiation on
disinfection, dimensional accuracy, and surface porosity of dental casts. MDJ
2011; 8(2): 117-84.
26. Carr AB, Brown DT. Removable partial prosthodontics. 12th ed. Canada: Elsevier
Mosby, 2011: 56-8.
27. Aljubouri ZA, Al-Rawas AM. Physical properties and compressive strength of
the technical plaster and local juss. Iraqi J Earth Sciences 2009; 9(2): 49-58.
28. Alberto N, et al. Characterization of different water/powder ratios of dental
gypsum using fiber bragg grating sensors. Dental Materials Journal 2011; 30(5):
700-6.
29. Taira H, Nakamura H. Microwave drying of monolithic refractories. Nippon Steel
Technical Report 2008; 29: 70-5.
30. Rahma RA. Microwave. 05 Januari 2012.
https://rizkaauliarahma.wordpress.com/2012/01/05/microwave/ (01/02/2017).
31. Ganesapillai M, Arunagiri, Regupathi L. Dehydration characteristics and drying
quality of plaster of paris using microwave heating process. In: Applied Science
Innovations Private Limited, India. Proceeding of ICNM, 2009: 212-22.
32. Anaraki MR, Loftipour F, Moslehifard E, Morntaheni A, Sigari P. Effect of
different energy levels of microwave on disnifection of dental stone casts. JODDD
2013; 7(3): 140-6.
33. Chandrasekaran S, Ramanathan S, Basak T. Microwave material processing – A
review. Indian Institute of Technology Madras, 2011: 1-3.
34. Malaviya N, Shrestha A. Comparative evaluation of surface detail changes and
compressive strength of gypsum casts and dies after immersion in hypochlorite
solution and microwave irradiation. – An in vitro study. International Journal of
Contemporary Medical Research 2016; 3(6): 1547-51.
35. Khalaf HAR, Mohammed MR. Effect of disinfectant agents on certain Physical
and Mechanical Properties of Type IV Dental Stone. J Bagh College Dentistry
2014; 26(1): 24-31.
36. Sophia M, Sakthieswaran N. Gypsum as a construction material – A review of
recent developments. IJIRST 2016; 2(12): 315-23.
I. Kekuatan Kompresi
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Descriptives
Kekuatan Kompresi
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Total 247.778 29
Ada perbedaan dengan nilai p<0,05, maka dilanjut dengan uji LSD
Kekuatan Kompresi
LSD
(I) kelompok (J) kelompok (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Descriptives
Perubahan Dimensi
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Perubahan Dimensi
1.536 2 27 .233
Total .000 29
Ada perbedaan, dengan nilai p<0,05 maka dilanjutkan dengan uji LSD
Multiple Comparisons
Perubahan Dimensi
LSD
(I) kelompok (J) kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound