Anda di halaman 1dari 103

PENGARUH METODE PENGERINGAN DENGAN

TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE


TERHADAP KEKUATAN KOMPRESI DAN
PERUBAHAN DIMENSI GIPS TIPE IV
MODEL KERJA GIGI TIRUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat


guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

YOSANNA HAYATI SITORUS

NIM: 130600046

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 08 November 2017

Pembimbing : Tanda tangan

Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS ........................


NIP. 19580624 198503 2 002

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 08 November 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K)


ANGGOTA : 1. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS
2. Siti Wahyuni, drg., MDSc
3. Putri Welda Utami Rangkuti, drg., MDSc., Sp.Pros

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2017

Yosanna Hayati Sitorus


Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang dan Microwave
terhadap Kekuatan Kompresi dan Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi
Tiruan
xiv + 75 halaman
Bahan yang umum digunakan dalam proses pembuatan gigi tiruan adalah gips
yang berasal dari kalsium sulfat dihidrat murni. Gips tipe IV merupakan gips yang
digunakan sebagai bahan model kerja untuk proses pembuatan mahkota dan gigi
tiruan jembatan. Model kerja gigi tiruan yang akurat harus memiliki kekuatan
kompresi dan perubahan dimensi yang baik. Waktu yang menjadi pertimbangan
dokter gigi dan tekniker dalam hal menunggu pengerasan model kerja sebelum
melakukan prosedur laboratoris dapat diatasi dengan metode pengeringan alternatif
yaitu pengeringan microwave. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave terhadap
kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. Jenis
penelitiaan ini adalah eksperimental laboratoris. Rancangan penelitian adalah post
test only control group design. Penelitian ini dilakukan pada sampel bahan model
kerja dengan metode pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam,
pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan ukuran sampel
20 mm x 40 mm untuk uji kekuatan kompresi dan 20 mm x 30 mm untuk uji
perubahan dimensi. Jumlah total sampel sebanyak 60 sampel yang terdiri dari 30
sampel untuk kelompok uji kekuatan kompresi dan 30 sampel untuk kelompok uji
perubahan dimensi. Pengukuran kekuatan kompresi menggunakan alat universal
testing machine dan pengukuran perubahan dimensi menggunakan alat kaliper digital.
Setiap sampel kemudian dianalisis dengan uji univarian untuk mengetahui nilai rerata

Universitas Sumatera Utara


dan standar deviasi masing-masing kelompok dan uji ANOVA satu arah untuk
mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama
24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi
dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan, kemudian dilanjutkan
dengan uji LSD untuk melihat perbedaan pengaruh antara masing-masing kelompok.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang signifikan pada
metode pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600
W selama 5 menit terhadap kekuatan kompresi diperoleh p=0,001 (p<0,05) dan
perubahan dimensi diperoleh p=0,0001 (p<0,05), metode pengeringan temperatur
ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 10 menit terhadap
kekuatan kompresi diperoleh p=0,0001 (p<0,05) dan perubahan dimensi diperoleh
p=0,0001 (p<0,05), dan metode pengeringan microwave 600 W selama 5 menit
dengan microwave 10 menit terhadap kekuatan kompresi diperoleh p=0,0001
(p<0,05) dan perubahan dimensi diperoleh p=0,0001 (p<0,05). Dari hasil penelitian
ini disimpulkan bahwa metode pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dapat
menjadi metode pengeringan alternatif dalam hal menunggu pengerasan model kerja,
meningkatkan kekuatan kompresi dengan perubahan dimensi yang rendah dibanding
dengan kelompok pengeringan yang lain.
Daftar rujukan : 36 (2007-2016)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada kedua orangtua tercinta, yaitu ayahanda James Sitorus, S.Pd dan
ibunda Rusti Silaban, Am.Keb yang telah membesarkan, selalu mendoakan
memberikan kasih sayang, nasehat, semangat, motivasi dan dukungan baik moril
maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.
Penulis juga menyampaikan kepada adik penulis Samuel SM Sitorus, Hari Kristoman
Sitorus, dan Rutyani Siahaan yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini,
dengan rasa rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan
bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator
Skripsi Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera
Utara sekaligus ketua tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku ketua Departemen Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara sekaligus penasehat akademik yang
telah memberikan bimbingan dan motivasi serta arahan kepada penulis selama masa
pendidikan maupun selama penulisan skripsi ini.

iv
Universitas Sumatera Utara
5. Siti Wahyuni, drg., MDSc dan Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc.,
Sp.Pros selaku anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Tun Holida, AmTG selaku tekniker pada Unit Jasa Industri Dental Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing, memberikan
dukungan dan membantu dalam pembuatan sampel penelitian kepada penulis.
8. Prana Ugiana Gio, S.Si., M.Si selaku staf pengajar FMIPA Universitas
Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu dan bimbingan untuk membantu
penulis dalam analisis statistik.
9. Teman-teman terdekat seperjuangan di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Sumatera Utara terutama Wulandari Gultom, Pratiwi Nababan, Mutiara Tami
Panjaitan, Riri Harliani Sihotang serta teman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu atas bantuan, perhatian, dukungan dan dorongan,
motivasi serta semangat yang telah diberikan kepada penulis sampai penulisan skripsi
ini selesai.
10. Sahabat-sahabat terdekat penulis Jesica Sinaga, Risda Sihite, Lisbet
Simanjuntak, Simon Eduardo, Reynold Nababan, Junus Nababan dan Rikki Samosir
atas segala bantuan, perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang telah
diberikan selama penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di
Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara:
Afrita Rizky, Afrina Fadilla, Ludwika P, Bayu Panca Nugraha, Hafsani Fauzia,
Rintan Permata Sari, Naro Manihuruk, Fitra Pratiwi, Ulita Khairunnisa, Jeweena AP,
Raudatul Husna, Allya Nurul L, Sri Handayani, Karina Hipatia, Jasspreet Kaur,
Dinda Talitha, Uswatun Hasanah, Tasya Estu, Tri Rizky, Hanny Natasya,
Hafisafriani, Saima Putri, Yudi Setiawan, Mira Ginta Sembiring.

v
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menghasilkan karya yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
berguna bagi pengembangan ilmu Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Sumatera Utara dan bagi kita semua serta masyarakat.

Medan, 08 November 2017


Penulis

(Yosanna Hayati Sitorus)


NIM. 130600046

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI .........................................................

ABSTRAK ....................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Permasalahan ............................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................. 8
1.5.2 Manfaat Praktis .................................................................. 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pencetakan Rahang .................................................................... 10
2.2 Gips ............................................................................................ 10
2.2.1 Klasifikasi .......................................................................... 11
2.2.1.1 Impression Plaster (Tipe I) ................................... 11
2.2.1.2 Model Plaster (Tipe II) ......................................... 12
2.2.1.3 Dental Stone (Tipe III) .......................................... 12
2.2.1.4 Dental Stone, High Strength (Tipe IV) ................. 13
2.2.1.5 Dental Stone, High Strength, High Expansion
(Tipe V) .................................................................. 13

vii
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Karakteristik ...................................................................... 14
2.3 Kekuatan Kompresi .................................................................... 16
2.4 Perubahan Dimensi .................................................................... 18
2.5 Pembuatan Model ....................................................................... 20
2.5.1 Model Studi ....................................................................... 21
2.5.2 Model Kerja ...................................................................... 22
2.6 Metode Pengeringan Model Kerja ............................................. 23
2.6.1 Metode Pengeringan Temperatur Ruang .......................... 23
2.6.2 Metode Pengeringan Microwave ....................................... 24
2.7 Kerangka Teori ........................................................................... 31
2.8 Kerangka Konsep ....................................................................... 32
2.9 Hipotesis Penelitian .................................................................... 33

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis penelitian ............................................................................ 34
3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian .......................................... 34
3.2.1 Sampel Penelitian ............................................................... 34
3.2.2 Besar Sampel Penelitian ..................................................... 35
3.3 Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian ............................ 36
3.3.1 Klasifikasi Variabel ........................................................... 36
3.3.1.1 Variabel Bebas ...................................................... 36
3.3.1.2 Variabel Terikat .................................................... 36
3.3.1.3 Variabel Terkendali ............................................... 36
3.3.2 Defenisi Operasional ......................................................... 37
3.4 Tempat dan Waktu penelitian .................................................... 39
3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel ............................................... 39
3.4.2 Tempat Pengujian Sampel ................................................. 39
3.4.3 Waktu Penelitian ............................................................... 39
3.5 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 40
3.5.1 Alat Penelitian ................................................................... 40
3.5.2 Bahan Penelitian ................................................................ 42
3.6 Prosedur Penelitian ..................................................................... 43
3.6.1 Pembuatan Sampel Kelompok A, B dan C untuk
Mengukur Kekuatan Kompresi ......................................... 43
3.6.2 Pembuatan Sampel Kelompok A, B dan C untuk
Mengukur Perubahan Dimensi ......................................... 44
3.6.3 Pengujian Kekuatan Kompresi .......................................... 46
3.6.4 Pengujian Perubahan Dimensi .......................................... 46
3.7 Kerangka Operasional ................................................................ 48
3.8 Analisis Data .............................................................................. 49

viii
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi
Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit ................................................................................ 50
4.2 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV
Model Kerja Gigi Tiruan ............................................................ 51
4.3 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur
Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama
5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe
IV Model Kerja Gigi Tiruan ....................................................... 53
4.4 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi
Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit .............................................................................. 53
4.5 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC Selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5
menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV
Model Kerja Gigi Tiruan ........................................................... 55
4.6 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur
Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama
5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe
IV Model Kerja Gigi Tiruan ...................................................... 56

BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi
Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit ............................................................................... 58
5.2 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV
Model Kerja Gigi Tiruan ............................................................ 60
5.3 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur
Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama

ix
Universitas Sumatera Utara
5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe
IV Model Kerja Gigi Tiruan ....................................................... 61
5.4 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi
Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit ............................................................................... 63
5.5 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit
dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV
Model Kerja Gigi Tiruan ............................................................ 65
5.6 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur
Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama
5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe
IV Model Kerja Gigi Tiruan ....................................................... 66

BAB 6 KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 69
6.2 Saran ........................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 72

LAMPIRAN

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Klasifikasi gips ..................................................................................... 14

2 Perbedaan pemanasan oven konvensional dengan microwave ............ 27

3 Definisi operasional variabel bebas ..................................................... 37

4 Definisi operasional variabel terikat .................................................... 38

5 Definisi operasional variabel terkendali ............................................... 38

6 Nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada
metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24
jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit ................... 51

7 Uji normalitas data kekuatan kompresi kelompok gips tipe IV model


kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan
10 menit dengan uji Shapiro-Wilk ....................................................... 52

8 Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC


selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan
dengan menggunakan uji Anova satu arah .......................................... 52

9 Perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang


23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan
10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi
tiruan dengan menggunakan uji LSD .................................................. 53

10 Nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada
metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24
jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit ................... 54

11 Uji normalitas data perubahan dimensi kelompok gips tipe IV model


kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan
10 menit dengan uji Shapiro-Wilk ....................................................... 55

xi
Universitas Sumatera Utara
12 Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC
selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan
dengan menggunakan uji Anova satu arah .......................................... 56

13 Perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang


23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan
10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi
tiruan dengan menggunakan uji LSD .................................................. 57

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Frekuensi microwave ........................................................................ 25

2 Prinsip pemanasan microwave ......................................................... 28

3 Ukuran master mold untuk mengukur kekuatan kompresi .............. 34

4 Ukuran master mold untuk mengukur perubahan dimensi .............. 35

5 Master mold pengukuran kekuatan kompresi ................................. 40

6 Ruled block dan gipsum mold pengukuran perubahan dimensi ....... 40

7 Timbangan digital ............................................................................ 41

8 Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy) ........................................... 41

9 Microwave (Sharp® R-222Y(S)/W)) ................................................ 41

10 Universal Testing Machine .............................................................. 42

11 Kaliper digital (ketelitian 0,01 mm) ................................................ 42

12 Gips tipe IV (Glastone 3000) .......................................................... 42

13 Sampel kekuatan kompresi .............................................................. 44

14 Sampel penelitian perubahan dimensi ............................................. 45

15 Pengujian sampel kekuatan kompresi ............................................. 46

16 Pengujian sampel perubahan dimensi ............................................. 46

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Surat Keterangan Ethical Clearance

2 Surat permohonan izin penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU

3 Surat permohonan izin penelitian di Laboratorium Teknik Mesin USU

4 Surat keterangan selesai penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU

5 Surat keterangan selesai penelitian di Laboratorium Teknik Mesin USU

6 Hasil uji analisis statistik

xiv
Universitas Sumatera Utara
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahap awal perawatan prostodontik dalam bidang kedokteran gigi adalah
pencetakan rahang yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan
jaringan lunak struktur rongga mulut pasien, yang berguna untuk keperluan diagnosis
dan perawatan.1 Replika tersebut akan menghasilkan model gigi tiruan yang terdiri
dari model studi, yaitu reproduksi negatif dari struktur rongga mulut yang dicetak
dengan menggunakan bahan cetak elastis seperti alginat atau elastomer dan
digunakan oleh dokter gigi untuk mempelajari keadaan rongga mulut pasien. Bahan
cetak tersebut kemudian diisi dengan bahan gips yang telah dicampur dengan air
sehingga mudah mengalir ke seluruh detail cetakan, dan dibiarkan mengeras yang
disebut dengan reproduksi positif sehingga menghasilkan model kerja yang
digunakan sebagai media pembuatan gigi tiruan.2
Salah satu bahan pembuatan model gigi tiruan adalah gips yang merupakan
mineral yang berasal dari alam dan mulai digunakan di kedokteran gigi sejak tahun
1756.2 Bahan gips yang digunakan dalam kedokteran gigi berasal dari kalsium sulfat
dihidrat murni (CaSO4.2H2O) yang dipanaskan dengan temperatur yang tinggi
sehingga terbentuk kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2.H2O.3,4 Menurut Spesifikasi
ADA No.25 terdapat 5 jenis gips yaitu: impression plaster (tipe I), model plaster (tipe
II), dental stone (tipe III), dental stone high strength (tipe IV) dan dental stone high
strength-high expansion (tipe V). Perbedaan jenis gips tersebut berdasarkan pada
penggunaan serta sifat-sifat bahan gips. Gips tipe I digunakan untuk mencetak daerah
edentulus. Gips tipe II dapat digunakan sebagai model studi dan bahan pengisian
kuvet serta pemasangan model pada artikulator. Gips tipe III digunakan sebagai
model kerja dalam media pembuatan gigi tiruan lepasan akrilik. Gips tipe IV telah
menjadi bahan yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi yang secara
luas dapat digunakan untuk pembuatan model kerja sebagai media pembuatan gigi

Universitas Sumatera Utara


2

tiruan, yaitu pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan. Gips tipe V digunakan
untuk pembuatan gigi tiruan cekat.5,6,7 Salah satu persyaratan utama dari hasil
pembuatan model bahan gips adalah reproduksi yang akurat, karena apabila proses
replikasi yang tidak akurat pada akhirnya akan memiliki efek buruk terhadap adaptasi
dari restorasi akhir.8
Karakteristik pada bahan gips untuk pembuatan model kerja yaitu meliputi:
setting time, kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi, kekuatan
kompresi, setting ekspansi, dan perubahan dimensi.1 Model kerja digunakan sebagai
media dokter gigi dan tekniker dalam prosedur pembuatan gigi tiruan. Model kerja
pada pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan disebut dengan dai yang
menggunakan bahan gips tipe IV, karena kebutuhan terhadap kekuatan kompresi dan
ketahanan terhadap abrasi pada proses pembuatan pola malam gigi tiruan pada dai
dengan menggunakan instrumen tajam.7 Sesuai karakteristik yang telah disebutkan
sebelumnya pada bahan gips tipe IV yang perlu untuk dievaluasi adalah kekuatan
kompresi dan perubahan dimensi model kerja bahan gips.9 Kekuatan kompresi adalah
kemampuan material untuk menahan fraktur dan merupakan faktor penting dalam
menentukan kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi dari bahan gips.2
Kekuatan kompresi pada bahan gips berkaitan dengan ukuran partikel dan porositas
bahan gips, serta jumlah air yang digunakan pada pembuatan model kerja.1
Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25 gips tipe IV memiliki kekuatan kompresi
minimal yaitu sebesar 34,5 MPa.5 Perubahan dimensi juga sangat penting karena
model kerja harus mereproduksi struktur intraoral secara akurat dan harus tetap pada
dimensi yang sama.2 Perubahan dimensi biasanya dinyatakan sebagai persentase dari
besar atau volume. Perubahan dimensi dapat terjadi selama waktu pengerasan sebagai
hasil dari reaksi kimia. Perubahan dimensi berhubungan dengan setting ekspansi dan
ekspansi higroskopis. Semakin besar nilai dari setting ekspansi maka perubahan
dimensinya juga akan semakin besar.2,10 Berdasarkan spesifikasi ADA No.25 setting
ekspansi gips tipe IV adalah 0,00-0,10%.5 Secara umum, beberapa faktor yang
memengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips antara lain: rasio air
dengan bubuk, waktu dan kecepatan pengadukan, akselerator dan retarder, temperatur

Universitas Sumatera Utara


3

dan kelembaban udara.7 Temperatur dan kelembaban udara yang memengaruhi


kekuatan kompresi dan perubahan dimensi yaitu pada metode pengeringan dengan
temperatur ruang dan microwave serta lama waktu pengeringan gips tipe IV model
kerja tersebut.11,12
Normalnya pengeringan pada temperatur ruang yaitu dengan temperatur
23o±2oC yang dikendalikan pada ruang AC, tetapi dapat bervariasi sesuai dengan
pengendalian temperatur ruang masing-masing para peneliti.2 Pengeringan bahan gips
tidak aman apabila dikeringkan dengan temperatur yang lebih tinggi dari 55oC
(130oF), karena dapat mengakibatkan pengerutan pada model yang memengaruhi
terjadinya perubahan dimensi.5 Sesuai dengan hasil penelitian Sweeney dan Taylor,
melaporkan bahwa bila temperatur pengeringan mencapai temperatur antara 90oC dan
110oC akan terjadi pengerutan setelah kristalisasi air dikeluarkan dan dehidrasi
kalsium sulfat yang telah terbentuk selama reaksi pengaturan dapat berubah kembali
menjadi hemihidrat. Hal inilah yang akan memengaruhi keakuratan model kerja
terhadap adaptasi akhir pada pemasangan gigi tiruan.6 Efek pengeringan bahan gips
pada temperatur ruang terhadap kekuatan kompresi terjadi peningkatan kekuatan
setelah 16 jam pengeringan. Diantara periode 8 jam dan 24 jam, hanya 0,6%
kelebihan air yang hilang namun kekuatannya berlipat ganda.5 Al-Khayat sitasi
Leubke merekomendasikan untuk menunggu selama 24-48 jam sebelum
memanipulasi model kerja.13 Satu jam pertama setelah pencampuran bahan gips
model kerja masih mengandung air. Model yang masih mengandung air biasanya
memiliki kekuatan yang cukup memadai. Hasan sitasi Kaiser mengatakan bahwa
diperlukannya waktu 7 hari untuk mencapai model kerja tersebut kering.12
Waktu merupakan salah satu pertimbangan bagi para tekniker dan dokter gigi
dalam hal mempersingkat waktu untuk menunggu model kerja mengeras pada
prosedur pembuatan gigi tiruan. Tekniker gigi di laboratorium membutuhkan waktu
yang singkat untuk pengerasan model kerja sehingga mempercepat proses pengisian
kuvet dan akan mempersingkat waktu kerja pada pembuatan gigi tiruan. Dokter gigi
juga membutuhkan waktu yang singkat untuk memanipulasi model kerja pada
pembuatan mahkota dan jembatan gigi tiruan sementara pasien, agar pasien dapat

Universitas Sumatera Utara


4

segera menggunakan mahkota gigi sementaranya sehingga estetis dan fungsi


pengunyahannya dapat kembali untuk sementara waktu sambil menunggu pembuatan
mahkota gigi permanennya selesai. Pertimbangan dalam hal mempersingkat waktu
kerja tersebut dapat diatasi dengan metode pengeringan microwave yang telah
diusulkan sebagai pengeringan alternatif gips tipe IV model kerja bagi para tekniker
di laboratorium dan dokter gigi sebelum memanipulasi model kerja tersebut.1,11,12
Dalam bidang kedokteran gigi, microwave terbukti sebagai sumber energi
elektromagnetik yang efisien digunakan untuk polimerisasi resin akrilik, sterilisasi
dan desinfeksi, serta proses reline dan rebase gigi tiruan.11 Teknik pengeringan
dengan microwave juga dapat digunakan sebagai pengeringan model kerja bahan
gips, namun sedikitnya penelitian yang dilakukan membuat kurangnya informasi
mengenai pengaruh gelombang mikro yang dihasilkan oleh microwave terhadap
karakteristik yang dimiliki oleh bahan gips tersebut. Teknik pengeringan dengan
microwave juga menjadi metode yang efisien dan akurat dari beberapa jenis
pengeringan bahan gips dengan teknik yang berbeda.14,15 Pengeringan dengan
microwave dapat mempersingkat waktu kerja dan meningkatkan kekuatan kompresi
pada model.7 Microwave merupakan konversi energi listrik menjadi panas endotermik
dengan waktu yang relatif lebih singkat dan bukan merupakan pemanasan konduksi
seperti pengeringan dengan oven konvensional.12 Hal ini terjadi karena microwave
merupakan alat yang dapat menghasilkan gelombang elektromagnetik, yang diperoleh
dari generator yang disebut sebagai magnetron. Fungsi magnetron adalah
memancarkan gelombang mikro ke dalam ruang pemanas microwave. Pemanasan
microwave disebut sebagai pemanasan dielektrik karena adanya polarisasi dipolar.16
Getaran molekul dapat menghasilkan panas dan apabila gelombang mikro mengenai
cairan maka energi gelombang mikro tersebut akan diserap oleh cairan pada gips
tersebut, sehingga gips dapat mengering secara merata dengan waktu yang singkat.17
Pengeringan microwave terhadap bahan gips telah diuji efeknya pada ketahanan
terhadap fraktur (Hersek dkk, 2002) dan kekerasan (Luebke & Chandra, 2011) serta
pada karakteristik lainnya, seperti ketahanan terhadap abrasi dan perubahan
dimensi.18 Goel dan Hasan mengatakan bahwa efek desinfeksi bahan gips dapat

Universitas Sumatera Utara


5

sekaligus memberikan keuntungan pada bahan gips yaitu dengan peningkatan nilai
kekuatan kompresi dan kekuatan tensil bahan gips tersebut.19 Abass dkk (2011)
melaporkan bahwa pengeringan bahan gips dengan microwave 850 W selama 10
menit akan memiliki efek negative terhadap perubahan dimensi bahan gips bila
dibandingkan dengan pengeringan temperatur ruang selama 24 jam.20 Sharma dkk
(2012) mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara pengeringan temperatur ruang
dengan microwave 600 W selama 5 menit terhadap perubahan dimensi bahan gips.11
Michalakis dkk (2012) mengatakan bahwa penyimpanan model gips yang
berkepanjangan selama 2 minggu atau lebih akan memiliki efek negatif pada nilai
ekspansinya.6 Anaraki dkk (2013) mengatakan bahwa selain untuk membunuh
mikroorganisme patogen, pengeringan gips dengan microwave 900 W selama 5 menit
akan menyerap air yang berlebih dan terjadi peningkatan compressive strength (CS)
dan diametral tensile strength (DTS) pada gips tipe III dan tipe IV.9,21 Sharma dkk
(2013) mengatakan bahwa dengan pengeringan microwave gips tipe III dan tipe IV
dengan daya energi 600 W selama 10 menit dapat meningkatkan kekuatan kompresi
dan mempersingkat waktu kerja para tekniker. Sharma dkk (2013) juga mengatakan
bahwa pengeringan microwave dengan daya 600 W selama 5 menit dapat diterima
sebagai metode pengeringan gips tipe IV.11 Sudhakar dkk (2014) mengatakan bahwa
pengeringan microwave lebih baik bila dibandingkan dengan 1 jam pengeringan
temperatur ruang.22 Hasan sitasi Tuncer merekomendasikan untuk menggunakan
tingkat daya yang rendah, karena dengan menggunakan tingkat daya yang tinggi
dapat menyebabkan penurunan kekuatan kompresi.12 Hasan (2008) tidak
merekomendasikan pengeringan bahan gips dalam microwave dengan tingkat daya
yang tinggi sebesar 1450 W untuk meningkatkan kekuatan kompresi bahan gips,
karena akan dapat menyebabkan lubang atau porositas dan retakan pada permukaan
luar sehingga dapat menyebabkan fraktur selama pemakaian.9,12
Pada penelitian ini, peneliti tertarik ingin meneliti pengaruh metode
pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave terhadap kekuatan kompresi
dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

Universitas Sumatera Utara


6

1.2 Permasalahan
Dalam bidang kedokteran gigi, salah satu hal yang diperlukan dalam proses
pembuatan gigi tiruan adalah pembuatan model kerja sebagai media pembuatan
mahkota dan gigi tiruan jembatan. Dokter gigi dan tekniker di laboratorium juga
memerlukan waktu yang singkat dalam proses pengeringan model kerja pada
prosedur pembuatan gigi tiruan. Model kerja tersebut diharapkan memiliki kekuatan
kompresi yang tinggi, permukaan yang keras dan tahan terhadap abrasi karena
diperlukan pada proses pengisian pola malam pada preparasi kavitas mahkota dan
gigi tiruan jembatan yang akan diukir dengan menggunakan instrumen tajam.
Kekuatan kompresi model kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam proses
pembuatan gigi tiruan. Namun perubahan dimensi juga sangat memengaruhi adaptasi
dari restorasi akhir gigi tiruan dalam rongga mulut pasien. Kekuatan kompresi
dipengaruhi oleh kelebihan air pada model kerja setelah pengeringan, namun
kekuatan kompresi berbanding terbalik dengan perubahan dimensi. Adanya sisa air
yang terperangkap pada kisi kristal dapat menurunkan kekuatan kompresi tetapi pada
perubahan dimensi, dengan adanya air terperangkap pada kisi kristal setting ekspansi
akan semakin mengecil sehingga nilai perubahan dimensi juga menjadi kecil.
Perubahan dimensi bahan gips dapat dilihat selama proses pengerasan dan dapat
berlangsung hingga 5 hari. Metode yang dapat digunakan untuk pengeringan model
kerja bahan gips untuk mendapatkan kekuatan kompresi yang baik dan tetap pada
dimensi yang baik yaitu dipengaruhi oleh metode pengeringan. Pengeringan dengan
temperatur ruang normalnya pada temperatur 23o±2oC. Pengeringan pada temperatur
yang lebih tinggi harus dikontrol secara hati-hati karena dapat menyebabkan
penyusutan lebih tinggi, pengurangan kekuatan kompresi dan mengakibatkan fraktur
pada model tersebut. Dokter gigi dan para tekniker di laboratorium normalnya untuk
menunggu gips kering biasanya selama 24-48 jam sebelum memulai prosedur
laboratorium. Waktu yang cukup lama tersebut para tekniker dan dokter gigi sering
ingin membutuhkan waktu yang efektif dalam proses pengeringan model kerja gigi
tiruan. Waktu untuk menunggu gips mengeras terbukti efisien dengan menggunakan
metode pengeringan microwave. Terbukti bahwa gips tipe IV dapat mengalami

Universitas Sumatera Utara


7

dehidrasi dalam microwave sebagai metode pengeringan alternatif. Beberapa


kontroversi tentang pengaruh tingkat energi gelombang mikro pada karakteristik dari
bahan gips tersebut, sehingga lebih disarankan pengeringan model kerja dengan
microwave yang lebih aman yaitu menggunakan tingkat energi yang rendah.
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian untuk
mengetahui apakah ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang
selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan
kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada
metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W
selama 5 menit dan 10 menit?
2. Apakah ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama
24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan
kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?
3. Apakah ada perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur
ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?
4. Berapa nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada
metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W
selama 5 menit dan 10 menit?
5. Apakah ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama
24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan
dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?
6. Apakah ada perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur
ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?

Universitas Sumatera Utara


8

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi
tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan
microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.
2. Untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang
selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan
kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.
3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan
temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.
4. Untuk mengetahui nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi
tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan
microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.
5. Untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang
selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.
6. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan
temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi


pengembangan ilmu pengetahuan maupun bahan ajar yang berguna bagi Departemen
Prostodonsia.

Universitas Sumatera Utara


9

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti


dalam menulis, memberikan informasi dan data untuk melakukan penelitian lebih
lanjut.

1.5.2 Manfaat Praktis


Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi dan
tekniker dalam memilih metode pengeringan yang efektif untuk mempersingkat
waktu kerja dan mempertahankan kekuatan kompresi serta dimensi model kerja
selama proses pembuatan gigi tiruan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam
menghasilkan model kerja yang kuat dan akurat sehingga dapat menghasilkan gigi
tiruan yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam rongga mulut pasien.

Universitas Sumatera Utara


10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencetakan Rahang


Tahap awal perawatan prostodontik pada pembuatan gigi tiruan adalah dengan
pencetakan rahang atas dan rahang bawah pasien, yang merupakan tiruan bentuk
negatif dengan menggunakan bahan elastis seperti bahan cetak alginat atau bahan
elastomer karena akan melenturkan jaringan saat dikeluarkan dari rongga mulut.
Bahan cetak tersebut kemudian diisi dengan bahan gips yang telah dicampur dengan
air sesuai dengan petunjuk pabrik yang mudah mengalir ke seluruh detail reproduksi
cetakan, kemudian akan mengeras dan menghasilkan replika yang merupakan tiruan
bentuk positif dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras struktur rongga mulut
pasien. Replika tersebut disebut dengan model studi dan model kerja yang berguna
untuk keperluan diagnosis dan perawatan pasien. Bahan yang digunakan untuk
mengisi cetakan sehingga menghasilkan model gigi tiruan disebut dengan bahan gips
dengan memiliki beberapa klasifikasi yang digunakan sesuai dengan karakteristik
masing-masing bahan gips.1,2

2.2 Gips
Gips merupakan mineral yang berasal dari alam yang telah digunakan selama
berabad-abad. Bahan gips pada bidang kedokteran gigi dapat digunakan untuk
membuat model dari rongga mulut serta struktur maksilofasial dan sebagai piranti
penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi pada pembuatan gigi tiruan.
Secara kimiawi, gips yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah kalsium sulfat
dihidrat (CaSO4.2H2O) murni. Pembuatan bahan gips yang digunakan dalam
kedokteran gigi merupakan hasil dikalsinasi yang dipanaskan dengan temperatur
tinggi (130oC) untuk mengeluarkan air dari kristalisasi gips sehingga terbentuk
kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2.H2O. Gips yang dipanaskan dengan temperatur

Universitas Sumatera Utara


11

yang lebih tinggi (200oC) akan terbentuk yang disebut dengan anhidrat (CaSO4)
seperti contoh skema dibawah ini.4,5

110-130oC 130-200oC 200-1000oC


CaSO4·2 H2O CaSO4·1/2 H2O CaSO4 CaSO4
Gypsum Plaster or stone Hexagonal Orthorhombic
(calcium sulfate (calcium sulfate anhydrite anhydrite
dihydrate) hemihydrate)

Penggunan gips dalam kedokteran gigi telah meluas. Salah satu jenis gips
adalah dental plaster atau gips tipe II. Model plaster sering digunakan untuk
pembuatan model studi. Plaster diproduksi melalui proses kalsinasi. Gips dipanaskan
pada suhu sekitar 120ºC dengan bentuk akhir dari proses kalsinasi tersebut adalah
partikel β-kalsium sulfat hemihidrat yang menghasilkan kristal yang tidak teratur,
hemihidrat yang berporus, dan relatif kecil. Pembuatan model kerja yang sering
digunakan adalah dental stone atau gips tipe III yang dipanaskan pada suhu 125oC
yang menghasilkan kristal yang padat, hemihidrat yang kurang berporus, dan relatif
lebih besar yang disebut dengan α-kalsium sulfat hemihidrat. Gips tipe IV atau dental
stone high strength dihasilkan dengan memanaskan ke dalam larutan CaCl2 30% pada
suhu 130oC sehingga kristal hemihidrat yang dihasilkan lebih pendek dan partikelnya
lebih padat dan lebih besar dibanding dengan gips tipe II dan tipe III. Gips tipe IV
disebut dengan modified α-hemihidrat atau sering dikenal sebagai die stone.2,3,5

2.2.1 Klasifikasi
Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) No. 25, produk gips
dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu:1,5
2.2.1.1 Impression Plaster (Tipe I)
Gips tipe I memiliki kalsium sulfat hemihidrat terkalsinasi sebagai bahan
utamanya dan ditambahkan zat tambahan untuk mengatur waktu pengerasan dan

Universitas Sumatera Utara


12

ekspansi pengerasan. Gips ini digunakan untuk mencetak daerah edentulus, tetapi
gips tipe ini jarang digunakan untuk mencetak dalam bidang kedokteran gigi karena
telah digantikan oleh bahan yang tidak terlalu kaku seperti hidrokoloid dan
elastomer.1,5

2.2.1.2 Model Plaster (Tipe II)


Gips tipe II terdiri dari kalsium sulfat terkalsinasi/β-hemihidrat sebagai bahan
utamanya dan zat tambahan untuk mengontrol setting time. Kristal β-hemihidrat
memiliki ciri berbentuk spons dan tidak beraturan dengan lubang-lubang kapiler
sehingga partikel β-hemihidrat menyerap lebih banyak air bila dibandingkan dengan
α-hemihidrat. Pada masa sekarang, gips tipe II digunakan terutama untuk pengisian
kuvet dalam pembuatan gigi tiruan dimana ekspansi pengerasan tidak begitu penting
dan kekuatan yang dibutuhkan cukup, sesuai batasan yang disebutkan dalam
spesifikasi ADA/Standart ISO. Selain itu, gips tipe II dapat digunakan sebagai model
studi dan penanaman model di artikulator. Biasanya dipasarkan dalam warna putih
alami. Kekuatan kompresi gips tipe II lebih rendah dibanding tipe III yaitu 9,0 MPa
dengan setting ekspansi berkisar antara 0,00%-0,30% (tabel 1). 1,3,5

2.2.1.3 Dental Stone (Tipe III)


Gips tipe III terdiri dari hidrokal/α-hemihidrat dan zat tambahan untuk
mengontrol setting time, serta zat pewarna untuk membedakannya dengan bahan dari
plaster yang umumnya berwarna putih. α-hemihidrat terdiri dari partikel yang lebih
kecil dan teratur dalam bentuk batang atau prisma dan bersifat tidak poreus sehingga
membutuhkan air yang lebih sedikit ketika dicampur bila dibandingkan dengan β-
hemihidrat. Gips tipe III memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding tipe II
sehingga gips tipe ini ideal digunakan untuk membuat model kerja gigi tiruan yang
memerlukan kekuatan dan ketahanan abrasi yang tinggi. Kekuatan kompresi gips tipe
III berkisar antara 20,7 MPa (3000 psi) dan tidak melebihi 34,5 MPa (5000 psi)
dengan setting ekspansi berkisar antara 0,00%-0,20% (tabel 1).1,3,5

Universitas Sumatera Utara


13

2.2.1.4 Dental Stone, High Strength (Tipe IV)


Gips tipe IV terdiri dari partikel yang memiliki bentuk partikel kuboidal
dengan daerah permukaan yang lebih kecil sehingga partikelnya paling padat dan
halus bila dibandingkan dengan β-hemihidrat dan α-hemihidrat. Pencampuran pada
gips tipe IV ini memerlukan air lebih sedikit dibanding dengan gips tipe III sehingga
kekuatan gips tipe IV lebih besar dari gips tipe III. Gips tipe IV sering dikenal
sebagai die stone karena gips tipe IV ini sangat cocok digunakan untuk membuat pola
malam dari suatu restorasi, umumnya digunakan sebagai dai pada inlay, mahkota dan
gigi tiruan jembatan. Diperlukan permukaan yang keras dan ketahanan terhadap
abrasi karena preparasi kavitas akan diisi dengan malam dan diukir menggunakan
instrumen tajam. Rata-rata kekerasan permukaan dari gips tipe IV kurang dari 92
MPa (Kekerasan Rockwell). Kekuatan kompresi gips tipe IV yaitu 34,5 MPa dengan
setting ekspansi yang lebih kecil dibanding gips tipe lainnya yaitu sekitar 0,00%-
0,10% (tabel 1).1,5

2.2.1.5 Dental Stone, High Strength-High Expansion (Tipe V)


Adanya penambahan terbaru bahan gips pada klasifikasi ADA dikarenakan
terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan dan ekspansi lebih tinggi.
Pembuatan gips tipe V sama seperti gips tipe IV namun gips tipe V memiliki
kandungan garam lebih sedikit untuk meningkatkan setting ekspansinya. Gips tipe V
memiliki setting ekspansi yang lebih besar yaitu sekitar 0,10%-0,30% untuk
mengkompensasi pengerutan casting yang lebih besar pada pemadatan logam campur
(tabel 1). Kekuatan kompresi gips tipe V yang lebih tinggi diperoleh dengan
menurunkan rasio air dan bubuknya. Gips tipe V umumnya digunakan sebagai dai
untuk mengimbangi pengerutan casting logam pada saat pendinginan setelah
pemanasan pada suhu tinggi. Bahan ini umumnya berwarna biru atau hijau dan
merupakan produk gips yang paling mahal.1,5

Universitas Sumatera Utara


14

Tabel 1. Klasifikasi Gips5


Two-hour
Setting
Expansion (%) One-hour
Type W/P Ratio Setting Time Compressive
(min) Min Max Strength £ (MPa)
I. Plaster, impression 0.50-0.75 4±1 0.00 0.15 4.0
II. Plaster, model 0.45-0.50 12 ± 4 0.00 0.30 9.0
III. Dental stone 0.28-0.30 12 ± 4 0.00 0.20 20.7
IV. Dental stone, high strength 0.22-0.24 12 ± 4 0.00 0.10 34.5
V. Dental stone, high strength-high expansion 0.18-0.22 12 ± 4 0.10 0.30 48.3

2.2.2 Karakteristik
Karakteristik gips meliputi:
1. Setting time
Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan
dihitung sejak gips berkontak dengan air. Setting time dikelompokkan menjadi dua
tahap yaitu: initial setting time dan final setting time. Pada initial setting time waktu
kerja gips mulai dihitung yaitu setelah pengadukan selama 1 menit. Pada proses ini,
adonan gips dituang ke dalam cetakan dengan bantuan vibrator mekanis. Ketika
viskositas dari adonan meningkat, daya alir akan berkurang dan gips akan kehilangan
tampilan mengkilatnya yang menandakan bahwa gips sudah mencapai setting
awalnya. Pada saat setting awal dicapai, bahan gips tidak dapat lagi dituangkan ke
dalam master mold, sehingga initial setting time identik disebut dengan waktu kerja
dari gips. Menurut spesifikasi ADA No. 25 waktu kerja initial setting time dimulai
dari pencampuran adalah sekitar 8-16 menit. Final setting time dapat didefinisikan
sebagai waktu konversi hemihidrat menjadi dihidrat secara sempurna atau secara
klinis bahan gips dapat dikeluarkan dari master mold dan dapat dimanipulasi tanpa
terjadi distorsi atau fraktur. Secara umum gips mengeras sekitar 45-60 menit, akan
tetapi terdapat beberapa perbedaan sesuai dengan jenis bahan gips tersebut.1,2,23

Universitas Sumatera Utara


15

2. Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi


Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi sangat diperlukan pada
bahan gips karena untuk menghindari terjadinya kerusakan pada model kerja pada
saat prosedur pembuatan gigi tiruan. Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap
abrasi meningkat pada saat model kerja sudah dalam keadaan kering dan lebih cepat
bila dibandingkan dengan kekuatan kompresi, karena permukaan model lebih cepat
mengering daripada bagian dalam model kerja tersebut. Kekerasan permukaan dan
ketahanan terhadap abrasi bahan gips berhubungan dengan kekuatan kompresi, jika
kekuatan kompresi meningkat, maka kekerasan permukaan dan ketahanan abrasi juga
akan meningkat.1,2,23

3. Kekuatan kompresi
Kekuatan kompresi bahan gips merupakan kemampuan gips untuk menahan
fraktur. Gips tipe I memiliki kekuatan kompresi yang terendah karena memiliki sisa
air yang paling tinggi, sedangkan gips tipe V memiliki kekuatan kompresi hampir
empat kali lipat, karena jumlah kelebihan air yang diminimalkan. Semakin sedikit air
yang digunakan maka semakin besar kekuatan kompresi yang dihasilkan. Nilai
kekuatan kompresi minimum pada model gips tipe II dengan rasio pencampuran air
dan bubuk yang normal (0,45-0,50 mL/gr) adalah sekitar 9,0 MPa, sedangkan untuk
dental stone (tipe III) yaitu 20,7 MPa dan untuk dental stone high-strength (tipe IV)
kekuatan kompresinya adalah 34,5 MPa (tabel 1).2,5,23

4. Setting ekspansi
Setting ekspansi terjadi pada semua jenis gips. Persentase setting ekspansi
untuk semua jenis gips sangat bervariasi. Gips tipe I memiliki setting ekspansi yaitu
0.00%-0.15%, gips tipe II memiliki setting ekspansi sekitar 0.00%-0.30% dan gips
tipe III memiliki setting expansi 0.00%-0.20%, sedangkan gips tipe IV memiliki
setting expansi hanya 0,00%-0,10% dan untuk setting expansi gips tipe V berkisar
0,10%-0,30% (tabel 1).5 Setting ekspansi merupakan hasil dari pertumbuhan kristal-
kristal gips ketika bergabung. Setting ekspansi harus dikontrol agar tetap minimum
terutama ketika gips tersebut akan digunakan untuk membuat pola malam sebuah

Universitas Sumatera Utara


16

restorasi. Apabila setting ekspansi yang terjadi berlebihan maka akan menghasilkan
restorasi yang oversized. Setting ekspansi hanya terjadi ketika gips dalam proses
pengerasan.23

5. Perubahan dimensi
Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dari bahan gips. Setting
ekspansi yang terjadi pada proses pengerasan gips disebabkan oleh adanya dorongan
ke luar oleh pertumbuhan kristal dihidrat. Semakin tinggi atau besar ekspansi
pengerasan maka keakuratan dimensi semakin rendah. Toleransi normal setting
ekspansi untuk bahan gips tipe IV adalah 0,00%-0,10% yang dipengaruhi oleh rasio
air dan bubuk yang digunakan, kecepatan pengadukan, akselerator dan retarder, serta
temperatur dan kelembaban udara.2,4

2.3 Kekuatan Kompresi


Kekuatan bahan gips umumnya dinyatakan dalam istilah kekuatan kompresi,
meskipun kekuatan tensil juga harus dipertimbangkan dalam memperoleh petunjuk
mengenai karakteristik dari kekuatan keseluruhan. Kekuatan kompresi adalah
kemampuan material untuk menahan fraktur dan merupakan faktor penting dalam
menentukan kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi dari bahan gips.
Kekuatan kompresi dan ketahanan terhadap abrasi bahan gips berkaitan dengan
ukuran partikel dan porositas bahan gips serta jumlah air yang digunakan pada
pembuatan model kerja. Kekuatan bahan gips berdasarkan teori pengerasan terbagi
menjadi 2 tahap yaitu: kekuatan dalam keadaan basah dan kekuatan dalam keadaan
kering. Kekuatan dalam keadaan basah merupakan kekuatan yang diperoleh bila
masih terdapat kelebihan air selama proses pengerasan gips. Kekuatan dalam keadaan
kering merupakan kekuatan yang diperoleh setelah gips dikeringkan selama 24 jam.1,5
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kekuatan kompresi gips antara lain:
1. Rasio air dan bubuk (W/P)
Rasio air dan bubuk (W/P) merupakan faktor penting dalam menentukan
kualitas hasil akhir bahan gips terhadap kekuatan kompresi. Rasio bubuk dan air

Universitas Sumatera Utara


17

harus diperhatikan ketika melakukan pencampuran gips karena diperlukan daya alir
yang cukup untuk menghasilkan detail reproduksi yang akurat. Tipe gips yang
berbeda akan memiliki rasio air dan bubuk yang berbeda juga. Hal ini disebabkan
oleh karena perbedaan bentuk dan ukuran kristal kalsium sulfat hemihidratnya. Gips
tipe II membutuhkan lebih banyak air pada pengadukan dibandingkan gips tipe III
karena bentuk partikel gips tipe II tidak beraturan dan lebih poreus. Gipe tipe IV
membutuhkan lebih sedikit air dibandingkan gips tipe III karena bentuk partikel
hemihidratnya lebih padat dan halus. Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh rasio air
dan bubuk yang digunakan. Jika air yang ditambahkan terlalu banyak, adonan
menjadi lebih cair dan lebih mudah di tuang ke dalam mold tetapi setting time akan
lebih panjang dan kekuatan gips cenderung akan berkurang.1,23
2. Waktu dan kecepatan pengadukan
Proses pencampuran bahan gips dengan air disebut dengan pengadukan, yang
memiliki efek terhadap setting time dan setting ekspansi. Peningkatan waktu
pengadukan memengaruhi kekuatan kompresi bahan gips. Pengadukan bahan gips
secara mekanik dengan vacum mixer biasanya tercapai dalam waktu 20-30 detik,
sedangkan pengadukan gips secara manual dengan spatula umumnya memerlukan
waktu 1 menit untuk memperoleh adukan yang halus. Semakin cepat pengadukan,
maka pengerasan gips akan lebih cepat tercapai. Pada saat dimulainya pengadukan,
kristal-kristal gips yang telah terbentuk akan bertambah. Pada saat yang sama,
kristalisasi nuklei pada gips akan pecah dengan pengadukan spatula dan
didistribusikan merata dalam adukan dengan hasil pembentukan nukleus kristalisasi
lebih banyak. Hal inilah yang menyebabkan waktu pengerasan lebih cepat
tercapai.3,5,23
3. Akselerator dan retarder
Akselerator merupakan bahan kimia yang dapat mempercepat waktu
pengerasan. Bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai akselerator adalah
potassium sulfat (K2SO4). Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi yang lebih tinggi
dari 2% karena dapat mempercepat proses reaksi. Retarder merupakan bahan kimia
yang dapat mengurangi waktu pengerasan. Retarder umumnya bekerja dengan cara

Universitas Sumatera Utara


18

membentuk lapisan penyerap hemihidrat untuk mengurangi kelarutan dan


menghambat pembentukan kristal-kristal gips yang ada. Bahan yang digunakan
sebagai retarder adalah borax.1,2,5
4. Temperatur dan kelembaban udara
Peningkatan temperatur ruang dan temperatur air yang digunakan untuk
mencampur bahan gips akan memiliki efek pada reaksi pengerasan bahan gips
tersebut. Peningkatan temperatur penyimpanan model bahan gips antara 90oC–110oC
akan mengakibatkan pengerutan yang disebabkan oleh kristalisasi air yang keluar dan
mengubah dihidrat menjadi hemihidrat kembali sehingga kekuatan kompresi bahan
gips akan berkurang.6 Peningkatan temperatur dan kelembaban udara yang lebih
tinggi dapat menurunkan kekuatan kompresi bahan gips.23
Kekuatan kompresi bahan gips diukur dengan cara menekan sampel hingga
pecah dengan alat uji kompresi. Alat yang digunakan yaitu Universal Testing
Machine (UTM). Pengujian sampel dibatasi oleh gesekan pada titik-titik kontak pada
bagian rol mesin penguji yang berdiri tegak lurus. Pengujian dilakukan dengan
menekan sampel hingga pecah, kemudian besar beban dicatat dari alat uji kompresi
dalam satuan kilogram force (kgf). Hasil pengujian kekuatan dihitung dan dicatat
dalam satuan Mega Pascal (MPa).21,24

2.4 Perubahan Dimensi


Perubahan dimensi biasanya dinyatakan sebagai persentase dari besar atau
volume. Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dan ekspansi
higroskopis. Ekspansi massa gips dapat dideteksi selama perubahan dari partikel
hemihidrat menjadi partikel dihidrat. Setting ekspansi dapat dijelaskan berdasarkan
mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi digambarkan sebagai suatu pertumbuhan
kristal-kristal dihidrat dari nukleus yang saling berikatan satu dengan yang lainnya.
Bila proses ini terjadi pada ribuan kristal-kristal selama pertumbuhan, akan dapat
terjadi suatu tekanan atau dorongan keluar dan menghasilkan ekspansi massa
keseluruhan selama proses pengerasan sehingga gips mengalami perubahan dimensi.
Semua bahan gips mengalami ekspansi yang berlanjut saat mengeras karena bahan

Universitas Sumatera Utara


19

gips menunjukkan pertumbuhan kristal dihidrat bebas dan ekspansi gips yang
berlangsung terus menerus hingga 5 hari. Setting ekspansi yang terjadi pada proses
pengerasan gips disebabkan oleh adanya dorongan ke luar oleh pertumbuhan dihidrat.
Setting ekspansi pada bahan gips harus tetap dikendalikan agar dapat menghasilkan
model kerja yang akurat.2,5,10 Ada beberapa faktor yang memengaruhi perubahan
dimensi gips antara lain:
1. Rasio air dan bubuk (WP)
Peningkatan rasio air dan bubuk cenderung akan menambah ruang antar
kristal-kristal dihidrat yang ditandai dengan semakin sedikitnya nukleus kristalisasi
per unit volume yang mengakibatkan semakin rendahnya nilai setting ekspansinya.
Sebaliknya, apabila rasio air dan bubuk rendah akan meninggalkan sedikit air sisa
dalam massa gips dengan meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari partikel
dihidrat, sehingga setting ekspansi akan tinggi dan menurunkan jumlah porositas gips
tersebut.1,5,23
2. Waktu dan kecepatan pengadukan
Sebagian kristal gips terbentuk langsung ketika gips berkontak dengan air.
Ketika pengadukan dimulai, pembentukan kristal ini meningkat. Pada saat yang
sama, kristal-kristal tersebut di putuskan oleh pengadukan dengan spatula dan
didistribusikan merata dalam adukan dengan hasil pembentukan lebih banyak nukleus
kristalisasi. Semakin lama waktu pengadukannya, maka akan meningkatkan jumlah
nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat. Akibatnya, jalinan ikatan kristalin yang
terbentuk akan semakin banyak, sehingga pertumbuhan internal dan dorongan keluar
dari kristal-kristal dihidrat meningkat. Hal inilah yang menyebabkan setting ekspansi
bahan gips dapat meningkat.3,5,23
3. Akselerator dan retarder
Metode yang paling efektif dan praktis untuk mengendalikan waktu
pengerasan gips dan setting ekspansi bahan gips yaitu dengan penambahan bahan
kimia tertentu yang ditambahkan oleh pabrik terhadap bahan gips tersebut. Bahan
kimia yang biasanya digunakan sebagai akselerator adalah potassium sulfat,
sedangkan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai retarder adalah borax.1,2,5

Universitas Sumatera Utara


20

4. Temperatur dan kelembaban udara


Temperatur dan kelembaban udara selain dapat memengaruhi kekuatan
kompresi bahan gips dapat juga memengaruhi setting ekspansinya. Kelembaban
udara dan lama pengeringan juga sangat memengaruhi terjadinya ekspansi bahan
gips, karena adanya pertumbuhan kristal yang berlangsung terus menerus selama
proses pengerasan. Pertumbuhan kristal tersebut disebabkan oleh masuknya uap air
dalam mikroporeus yang mengakibatkan menurunnya tegangan permukaan sehingga
kristal dapat tumbuh bebas. Pada saat seluruh dihidrat telah berubah menjadi
hemihidrat maka air yang terdapat pada bahan gips akan menguap dan jumlah air
akan berkurang sehingga terjadi pengerutan pada gips. Pengeringan dengan
temperatur yang lebih tinggi akan mengakibatkan pengerutan pada model bahan gips
yang memengaruhi perubahan dimensi model tersebut.5,6,23
Pengukuran perubahan dimensi menggunakan kaliper digital. Setiap sampel
dilakukan pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis cd-c’d’ yaitu pada garis
sampel penelitian, dan pengukuran panjang garis cd-c’d’ yaitu pada garis master
mold.15,25 Kemudian akan dibandingkan dimensi pada sampel dengan dimensi pada
mold seperti pada rumus:

Li dimensi sampel – Lo dimensi master mold


× 100%
Lo dimensi master mold

keterangan:
Li = adalah jarak antara garis cd dengan garis c’d’ pada mold dalam mm.
Lo = adalah jarak antara garis cd dengan garis c’d’ pada sampel dalam mm
yang diperoleh pada waktu pengukuran yang telah ditentukan.

2.5 Pembuatan Model


Salah satu prosedur dalam pembuatan gigi tiruan adalah pembuatan model
rahang atas dan bawah yang terdiri dari model studi dan model kerja. Pembuatan
model di awali dengan pencetakan rahang atas dan rahang bawah dengan

Universitas Sumatera Utara


21

menggunakan bahan cetak, kemudian cetakan diisi dengan gips yang sudah dicampur
dengan air sesuai dengan petunjuk pabrik. Model rahang atas dan rahang bawah
merupakan replika yang mencakup jaringan keras dan jaringan lunak dari struktur
rongga mulut. Model ini digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis,
menjelaskan rencana perawatan dan proses perawatan kepada pasien, serta media
pembuatan gigi tiruan. Dalam proses pembuatan model reproduksi yang akurat adalah
menjadi persyaratan utama, karena apabila terdapat penyimpangan dari keakuratan
yang diharapkan akan menyebabkan efek adaptasi yang kurang baik terhadap hasil
akhir gigi tiruan.1,8

2.5.1 Model Studi


Model studi merupakan salah satu jenis dari model gigi tiruan. Model studi
disebut juga dengan model diagnostik yang digunakan oleh dokter gigi untuk
mengamati dan mempelajari keadaan rongga mulut pasien. Model studi umumnya
terbuat dari gips tipe II. Model studi harus menghasilkan reproduksi yang akurat dari
jaringan rongga mulut pasien yang harus mencakup hal penting yaitu:

1. Lokasi gigi, kontur, dan hubungan dataran oklusal;

2. Kontur, ukuran dan konsistensi linggir yang tersisa;

3. Anatomi rongga mulut yang berguna untuk perluasan basis gigi tiruan
seperti: (vestibulum, trigonum retromolar, pterigomaxillary notch, palatum keras dan
palatum lunak, dasar mulut dan frenulum).26
Kegunaan model studi adalah sebagai berikut:1

a. Memperlihatkan gambaran tiga dimensi dari keadaan jaringan keras dan


jaringan lunak rongga mulut.
b. Sebagai media untuk mempelajari tentang relasi oklusal dari lengkung rahang
pasien.
c. Sebagai media untuk mempelajari tentang ukuran gigi, posisi gigi, bentuk gigi
serta hubungan rahang pasien.

Universitas Sumatera Utara


22

d. Sebagai media untuk mempelajari tentang jaringan keras dan jaringan lunak
dalam pandangan lingual ketika gigi dioklusikan.
e. Sebagai media untuk membandingkan keadaan rongga mulut pasien sebelum
dan setelah dilakukan perawatan.
f. Sebagai media untuk menjelaskan kepada pasien bagaimana keadaan pasien
dan rencana perawatan yang akan diberikan.
g. Sebagai media rekaman legal mengenai lengkung rahang pasien untuk
keperluan asuransi, gugatan hukum dan forensik.

2.5.2 Model Kerja


Model kerja merupakan replika dari struktur rongga mulut yang digunakan
sebagai media pembuatan gigi tiruan. Model kerja umumnya terbuat dari dental stone
atau gips tipe III yang memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan selama
prosedur laboratoris. Gips tipe IV juga dapat digunakan sebagai model kerja yang
disebut dengan dai sebagai media pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan. Gips
tipe IV memiliki nilai kekuatan kompresi yang tinggi dan setting ekspansi yang
rendah dibanding gips tipe III.1,5
Sifat-sifat ideal model kerja adalah sebagai berikut:1
a. Model gigi tiruan harus kuat dan keras.
b. Stabilitas dimensi harus dipertahankan selama dan setelah proses pengerasan.
c. Tidak melengkung atau mengalami distorsi.
d. Mempunyai setting time yang tepat.
e. Tidak pecah atau rusak selama proses laboratoris.
f. Cocok dengan semua jenis bahan cetak.
g. Mempunyai warna yang kontras sehingga tidak rusak selama proses
pengukiran malam.
h. Resisten terhadap abrasi dan fraktur.

Universitas Sumatera Utara


23

2.6 Metode Pengeringan Model Kerja


2.6.1 Metode Pengeringan Temperatur Ruang
Reaksi pengerasan bahan gips dipengaruhi oleh temperatur ruang dan
temperatur air yang digunakan untuk mencampur bahan gips tersebut. Jika
pencampuran bahan gips menggunakan temperatur air yang dinaikkan dari 20o-25oC
sampai mencapai temperatur 37,5oC setting time akan lebih cepat. Jika temperatur air
dinaikkan lagi di atas 37,5oC maka setting time akan menjadi lebih lebih lama, karena
dihidrat menjadi lebih mudah larut dalam air. Normal pengeringan temperatur ruang
dalam kondisi ruang AC yaitu 23o±2oC.2 Efek pengeringan pada temperatur ruang
setiap bahan gips baik bahan plaster atau stone bervariasi, namun pengeringan dengan
temperatur yang lebih tinggi dari 55oC tidak aman terhadap model bahan gips karena
akan mengakibatkan pengerutan yang akan menurunkan kekuatan kompresi dan
perubahan dimensi model gips tersebut.5,6
Secara teoritis kehilangan sisa air pada model bahan gips adalah sekitar 8,8%
dari total kelebihan air dalam proses mengeringnya bahan gips tersebut. Pada
pengeringan temperatur ruang apabila hanya kehilangan sisa air sekitar 7%, tidak ada
perubahan yang cukup berpengaruh terhadap kekuatan kompresi bahan tersebut.
Ketika kehilangan 7,5% dari kelebihan air, kekuatan kompresi semakin meningkat
dan ketika semua kelebihan sisa air (8,8%) hilang, kekuatan kompresi bahan tersebut
meningkat lebih dari 55 MPa. Jika bahan plaster, dental stone, dan dental stone high-
strength dibiarkan mengering dalam temperatur ruang selama beberapa hari, air akan
diserap oleh udara dan permukaan partikel akan dikonversi ke dihidrat. Pengeringan
dengan temperatur ruang kehilangan air hanya melibatkan bagian permukaan model
kerja, sehingga masih memiliki kandungan sisa air.23 Kandungan air yang masih
tersisa akan memudahkan untuk terjadinya porositas pada bahan gips. Porositas
tersebut menyebabkan kohesi antara air dengan gips menjadi rendah, akibatnya
kekuatan kompresi juga rendah. Selain itu dengan terperangkapnya air pada kisi
kristal gips menyebabkan kristal-kristal gips akan merenggang sehingga dapat
menurunkan kekuatan kompresi. Pada kekuatan kompresi pengeringan dengan
temperatur ruang yang masih memiliki sisa kadar air, mengakibatkan bentuk kristal

Universitas Sumatera Utara


24

yang dihasilkan semakin besar, jumlah dan jarak antar kristal yang terbentuk selama
proses pengerasan semakin besar dan menjadi kurang padat. Hal inilah yang
mengakibatkan kekuatan kompresi gips menjadi berkurang.27 Namun hal ini berbeda
dengan perubahan dimensi, semua bahan gips akan mengalami adanya pertumbuhan
kristal dan ekspansi yang berlangsung terus menerus selama bahan gips yang telah
mengeras dibiarkan pada temperatur ruang. Pengeringan dengan temperatur ruang
dengan adanya kelebihan air yang terperangkap pada kisi kristal akan meningkatkan
ekspansi higroskopis, karena akan menyebabkan pertumbuhan kristal dengan bebas
yang menyediakan banyak ruang untuk pembentukan kristal secara terus menerus
yang lebih banyak selama proses pengerasan. Adanya air yang terperangkap
mengakibatkan ruang antar nukleus semakin besar, sehingga semakin sedikit nukleus
kristalisasi per unit volume dan dorongan keluar dari inti kristal semakin kecil yang
mengakibatkan ekspansi gips juga mengecil.28 Sesuai dengan teori kristalisasi yaitu
terjadi dorongan keluar dari kristal gips pada saat gips mulai setting. Dorongan keluar
yang terlalu besar akan menyebabkan setting ekspansi juga semakin besar.10,27
Temperatur dan lama pengeringan bahan gips dapat bervariasi sesuai dengan ukuran
partikel dan porositas bahan gips tersebut.5,7 Pengeringan yang dibiarkan pada
temperatur ruang dengan waktu yang lama akan memengaruhi perubahan dimensi
bahan gips tersebut, karena setting ekspansinya akan terus berlangsung hingga 5
hari.6 Model kerja yang masih mengandung air biasanya memiliki kekuatan yang
cukup memadai, dan biasanya harus menunggu 24-48 jam sebelum model tersebut
cukup kuat untuk dimanipulasi atau waktu selama 7 hari untuk mencapai kekuatan
kompresi yang lebih baik.12

2.6.2 Metode Pengeringan dengan Microwave


Energi microwave adalah suatu bagian dari spektrum elektromagnetik yang
bergerak pada kecepatan cahaya dengan panjang gelombang yang berkisar antara 1
mm sampai 1 m yang sesuai dengan batas frekuensi terletak antara 300 MHz sampai
300 GHz (gambar 1). Sebuah microwave domestik beroperasi pada 2450 MHz

Universitas Sumatera Utara


25

(dengan panjang gelombang 12,24 cm). Microwave komersial untuk industri biasanya
beroperasi pada 900 MHz (dengan panjang gelombang 32.68 cm).18,29

Gambar 1. Frekuensi microwave29

Aplikasi proses microwave bermanfaat meliputi: dehidrasi, sterilisasi,


pasteurisasi, tempering (thawing), blanching dan cooking. Dehidrasi, tujuan
utamanya adalah untuk menghilangkan air. Pasteurisasi dan sterilisasi sistem
microwave dirancang untuk menaikkan temperatur ke tingkat tertentu untuk
menghancurkan patogen.30 Energi microwave dapat juga digunakan untuk
dekontaminasi makanan, alat-alat laboratorium, alat-alat kedokteran gigi, alat-alat
kesehatan rumah tangga dan lain-lain. Dalam kedokteran gigi, energi microwave
banyak digunakan untuk beberapa tujuan diantaranya: pembersihan sikat gigi, alat
pembersih lidah, alat bur dan alat poles, sterilisasi dan desinfeksi gigi tiruan berbasis
resin akrilik serta pengeringan model kerja bahan gips. Salah satu aplikasi utama
microwave dalam kedokteran gigi adalah untuk sterilisasi gigi tiruan. Sejumlah besar
penelitian dalam tahun terakhir ini meneliti mengenai efektivitas dan telah
mengidentifikasikan bahwa paparan microwave dapat memengaruhi kekerasan
permukaan resin akrilik, dan bahan pelapisan ulang gigi tiruan.18
Metode pengeringan microwave dalam beberapa tahun terakhir ini telah
mendapatkan popularitas sebagai metode pengeringan alternatif untuk beberapa
macam bahan gips.31 Pengeringan microwave terhadap bahan gips telah diuji efeknya
pada ketahanan terhadap fraktur (Hersek dkk, 2002) dan kekerasan (Luebke &
Chandra, 2011) serta karakteristik bahan gips lainnya, seperti ketahanan terhadap

Universitas Sumatera Utara


26

abrasi dan perubahan dimensi bahan gips. Luebke dan Chandra (2011) melaporkan
bahwa terjadi peningkatan kekerasan permukaan beberapa model kerja bahan gips
setelah dilakukan pengeringan dengan menggunakan microwave.18 Anaraki dkk
(2013) mengatakan bahwa pengeringan gips dengan microwave 900 W selama 5
menit akan menyerap air yang berlebih dan terjadi peningkatan compressive strength
dan diametral tensile strength pada gips tipe III dan IV.9,21 Sharma dkk (2013)
mengatakan dengan pengeringan microwave 600 W selama 10 menit dapat
meningkatkan kekuatan kompresi gips tipe III dan IV serta mempersingkat waktu
kerja para tekniker. Sharma dkk (2013) juga mengatakan bahwa pengeringan bahan
gips dengan microwave 600 W selama 5 menit dapat diterima sebagai metode
pengeringan gips tipe IV.11 Sudhakar dkk (2014) mengatakan bahwa pengeringan
dengan miccrowave lebih baik bila dibandingkan dengan 1 jam pengeringan
temperatur ruang.22 Pengeringan bahan gips terhadap karakteristiknya hanya dapat
dipertahankan pada tingkat energi yang rendah daripada tingkat energi yang lebih
tinggi.32 Apabila terjadi penurunan kekuatan kompresi dan munculnya retakan atau
porositas pada permukaan model kerja tersebut, mungkin terjadi akibat gips terkena
energi dengan daya yang tinggi yaitu sebesar 1450 W.9,13
Mekanisme pengeringan dengan energi gelombang mikro sangat berbeda dari
pengeringan oven konvensional. Penggunaan gelombang mikro sebagai sumber
energi saat ini berkembang pesat dan memiliki banyak keuntungan. Oleh karena itu,
pengeringan microwave telah menunjukkan keunggulan dibandingkan dengan metode
pengeringan oven konvensional termasuk mengacu pada tingkat dan distribusi
pemanasannya, dalam hal efisiensi energi, laju reaksi yang lebih tinggi dan
penghematan waktu yang besar serta harga yang lebih murah dari oven konvensional
(tabel 2).18,31 Dalam pengeringan oven konvensional, panas ditransfer ke permukaan
material dengan konduksi dan konveksi sedangkan pada bagian dalam material panas
tersebut ditransfer secara konduksi termal, sehingga merupakan proses pengeringan
yang lama. Pengeringan oven konvensional juga membutuhkan suhu eksternal yang
tinggi untuk menghasilkan kualitas yang baik.18 Berbeda dengan pengeringan
microwave yang merupakan alat yang dapat menghasilkan gelombang

Universitas Sumatera Utara


27

elektromagnetik, yang diperoleh dari generator yang disebut sebagai magnetron.


Pemanasan microwave terjadi disebabkan karena kemampuan material untuk
menyerap energi elektromagnetik (microwave) dengan frekuensi yang tinggi dan
mengubah energi listrik tersebut menjadi panas endotermik dengan waktu yang relatif
lebih singkat.12,33 Reaksi gelombang elektromagnetik terhadap model bahan gips
yaitu gelombang elektromagnetik dapat ditransmisikan, dipantulkan dan diserap atau
kombinasi dari ketiga interaksi tersebut tergantung dari bahan yang berinteraksi
terhadap gelombang mikro tersebut.16

Tabel 2. Perbedaan pemanasan oven konvensional dengan microwave18


Pemanasan Oven Konvensional Pemanasan Microwave
Waktu reaksi panjang (jam) Waktu reaksi singkat (menit)
Perpindahan panas, konduksi panas rendah Perpindahan panas, konduksi panas tinggi
Efisiensi pemanasan hampir tidak diperoleh Efisiensi pemanasan tinggi
Sumber pemanasan : bahan bakar Sumber pemanasan : daya listrik
Penyerap air tidak ada dan tidak merata Penyerap air ada dan merata

Pemanasan microwave sering dikenal sebagai pemanasan dielektrik.


Pemanasan dielektrik mengacu pada pemanasan melalui medan listrik (E-field) yang
merupakan komponen dari radiasi elektromagnetik frekuensi tinggi, karena kehadiran
dipol listrik dalam molekul polar. Sebagai contoh, pemanasan air dalam microwave
adalah pemanasan dielektrik karena polarisasi dipolar. Selain E-field, microwave juga
memiliki medan magnet (H-field) yang juga merupakan pasangan komponen dengan
beberapa bahan untuk menginduksi pemanasan.16 Microwave memiliki beberapa
komponen utama, salah satunya adalah magnetron. Magnetron adalah sejenis tabung
hampa penghasil gelombang mikro. Fungsi magnetron adalah memancarkan
gelombang mikro ke dalam ruang pemanas microwave. Gelombang mikro yang
dipancarkan magnetron ke dalam ruang microwave akan terperangkap di dalamnya
karena terlindung oleh dinding microwave yang terbuat dari logam. Logam
merupakan konduktor panas yang baik, tetapi pecahan energi microwave akan

Universitas Sumatera Utara


28

diabsorpsi dan dengan cepat akan dipantulkan kembali karena molekul bahan logam
yang tersusun rapat sehingga tidak bisa ditembus oleh energi microwave. 18,30

Gambar 2. Prinsip pemanasan microwave29

Prinsip pemanasan dari microwave yaitu microwave dapat menyebabkan


molekul polar menyebar karena molekul elektrik tidak seimbang.17 Ketika gelombang
mikro berhadapan dengan molekul air yang terdapat pada model kerja bahan gips,
molekul-molekul tersebut akan menyerap energi elektromagnetik yang ada pada
microwave sesuai dengan reaksi gelombang elektromagnetik yang telah dijelaskan
sebelumnya. Sebagai gelombang elektromagnetik, gelombang mikro membawa
medan listrik dan medan magnet. Molekul-molekul air memiliki dua buah muatan di
kedua ujungnya yaitu muatan positif dan negatif. Gaya listrik yang diakibatkan oleh
medan listrik gelombang mikro akan memutar molekul-molekul air yang disebut
dengan rotasi dipol (gambar 2) hingga molekul-molekul air tersebut dapat bergerak.
Pergerakan molekul-molekul air ini kemudian akan menyebabkan molekul-molekul
air saling bertubrukan. Tubrukan-tubrukan inilah yang akan meningkatkan temperatur
molekul air dan menghasilkan panas secara merata.17,18 Pengeringan microwave
dengan tingkat energi yang rendah, panas endotermik yang dihasilkan energi
microwave menyerap sisa kadar air sampai seluruh daerah model bahan gips secara
merata, dan tidak mengubah atau menghancurkan struktur molekul bahan tersebut,
tetapi akan meningkatkan kualitas bahan gips yang akan memengaruhi kekuatan
kompresi dan perubahan dimensi.16-18,28 Pengeringan microwave dengan daya energi

Universitas Sumatera Utara


29

yang lebih tinggi yaitu dengan 1450 W akan menyebabkan pembentukan retakan atau
porositas pada permukaan bahan gips sehingga akan mengakibatkan penurunan
kekuatan kompresi dan mengakibatkan fraktur pada model kerja bahan gips.9,13
Efek pengeringan microwave terhadap kekuatan kompresi yaitu: penyerapan
sisa kadar air pada seluruh bagian model bahan gips sehingga bentuk partikel gips
semakin padat, jarak antar kristal semakin dekat, luas permukaan gips akan lebih
kecil serta jumlah pori air lebih sedikit sehingga menyebabkan kekuatan kompresi
semakin meningkat.5,27 Selain itu terjadi pertumbuhan kristal yang progresif
berhubungan dengan struktur interlocking kristal yang meningkat selama
pemanasan.14,18 Winkler dkk menunjukkan bahwa konversi kalsium sulfat hemihidrat
menjadi kalsium sulfat dihidrat yaitu ditandai dengan perubahan kristal bahan gips
mulai dari hemihidrat yang berbentuk prismatik hingga menjadi seperti jarum, terjadi
pertumbuhan kristal yang semakin bebas, dan tubrukan-tubrukan kristal yang saling
berdekatan sehingga mengakibatkan jarak antar kristal lebih dekat. Hal inilah yang
dapat meningkatkan kekuatan kompresi bahan gips pada pengeringan microwave.6
Berbeda dengan perubahan dimensi gips, pengeringan dengan microwave yang
merupakan pemanasan dielektrik. Ketika gelombang mikro berhadapan dengan
molekul air, molekul air tersebut akan menyerap energi elektromagnetik dan terjadi
rotasi dipol. Rotasi dipol pada molekul air mengakibatkan pergerakan molekul
sehingga mengakibatkan gesekan antar molekul sampai mereka saling bertubrukan
hingga jutaan kali per detik. Hasil tubrukan-tubrukan tersebut akan menghasilkan
panas yang akan menyerap seluruh sisa kadar air secara merata. Hasil akhir
penyerapan air tersebut mengakibatkan bentuk kristal semakin padat dan jarak antar
kristal semakin dekat sehingga menyebabkan sedikitnya air terperangkap pada kisi
kristal. Sedikitnya air yang terperangkap menyebabkan jarak antar kristal semakin
dekat, nukleus kristalisai per unit volume semakin banyak sehingga dorongan inti
kristal keluar semakin besar yang mengakibatkan ekspansi gips juga membesar.5
Penurunan ekspansi linier juga dapat disebabkan oleh perubahan morfologi kristal
gips yang kemudian akan menghasilkan suatu tekanan atau dorongan kristal-kristal
gips untuk keluar dan menghasilkan ekspansi massa keseluruhan yang besar sehingga

Universitas Sumatera Utara


30

akan memengaruhi perubahan dimensi gips tersebut sesuai dengan temuan Hatim dkk
(2007).35 Pada saat reaksi pengerasan, kristal dapat bertumbuh lebih bebas dan akan
memengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi model kerja bahan gips.
Perubahan dimensi dapat dilihat selama proses pengerasan. Michalakis dkk (2010)
menyatakan bahwa perubahan dimensi akan berlangsung secara terus menerus hingga
mencapai 5 hari.10 Namun, apabila temperatur pengeringan semakin tinggi dengan
waktu yang lama akan menyebabkan penyusutan bahan gips yang memengaruhi
setting ekspansi gips menjadi besar. Sweeney dan Taylor juga mengatakan bahwa
kombinasi antara penyimpanan model kerja dengan periode waktu yang lama, seperti
temperatur tinggi dan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penyusutan
model kerja bahan gips sehingga akan mengakibatkan setting ekspansi gips tersebut
semakin membesar.6,36 Abass dkk (2011) mengatakan bahwa pengeringan bahan gips
dengan microwave 850 W selama 10 menit akan memiliki efek negatif terhadap
perubahan dimensi.20 Sharma dk (2012) mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara
pengeringan temperatur ruang dengan microwave 600 W selama 5 menit terhadap
perubahan dimensi bahan gips. Michalakis dkk (2012) mengatakan penyimpanan
model gips berkepanjangan selama 2 minggu atau lebih akan memiliki efek negatif
pada nilai ekspansinya.6 Oleh karena itu, agar dapat menghasilkan model kerja yang
akurat, setting ekspansi dari bahan gips harus tetap dikendalikan dan diusahakan
seminimal mungkin.

Universitas Sumatera Utara


2.7 KERANGKA TEORI

Pencetakan Rahang

Bahan replika

Gips

Klasifikasi Karakteristik Model Gigi Tiruan

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Model Kerja Model Studi

Tipe IV
Perubahan Setting Kekuatan Kekerasan Permukaan dan Setting
Dimensi Ekspansi Kompresi Ketahanan terhadap Abrasi Time
Model kerja
pembuatan
GTC
Faktor yang memengaruhi

Rasio Waktu dan Akselerator Temperatur dan


Bubuk dan Kecepatan dan Kelembaban
Air (W/P) Pengadukan Retarder Udara

Metode Pengeringan

Metode Pengeringan Metode Pengeringan


Temperatur Ruang Microwave

31
Universitas Sumatera Utara
2.8 KERANGKA KONSEP

Gips tipe IV
Metode pengeringan
sebagai
model kerja

Pengeringan temperatur ruang Pengeringan microwave

Temperatur ruang 23o ± 2oC Waktu relatif lebih singkat


dengan waktu cukup lama
selama 24 jam
Perubahan Kekuatan Daya 600 W  5 menit Daya 600 W  10 menit
dimensi kompresi
Penyerapan sisa kadar air
minimum dan kurang merata Penyerapan sisa air maksimum Penyerapan sisa air maksimum
pada seluruh bagian model gips dan merata pada seluruh bagian dan merata pada seluruh bagian
model gips model gips

Kristal dihidrat tumbuh bebas dan


jarak antar kristal menjadi besar Pertumbuhan kristal dihidrat Pertumbuhan kristal lebih padat
meningkat  jarak antar kristal  jarak antara kristal lebih
sedikit lebih besar dekat
Kekuatan kompresi
Kekuatan kompresi Kekuatan kompresi
Jarak antar kristal besar 
dorongan antar kristal kecil
Jarak antara kristal sedikit lebih Jarak antar kristal lebih dekat
besar  dorongan antar kristal  dorongan antar kristal besar
Perubahan dimensi < kecil

Perubahan dimensi < Perubahan dimensi >

32
Universitas Sumatera Utara
33

2.9 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan rumusan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian bahwa:
1. a. Ho : Tidak ada pengaruh kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi
tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan
microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.
b. Ha : Ada pengaruh kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan
pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600
W selama 5 menit dan 10 menit.
2. a. Ho : Tidak ada perbedaan pengaruh kekuatan kompresi gips tipe IV model
kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam
dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.
b. Ha : Ada perbedaan pengaruh kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja
gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan
microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.
3. a. Ho : Tidak ada pengaruh perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi
tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan
microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.
b. Ha : Ada pengaruh perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan
pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600
W selama 5 menit dan 10 menit.
4. a. Ho : Tidak ada perbedaan pengaruh perubahan dimensi gips tipe IV model
kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam
dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.
b. Ha : Ada perbedaan pengaruh perubahan dimensi gips tipe IV model kerja
gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan
microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.

Universitas Sumatera Utara


34

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian


3.2.1 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave yang dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
1. Sampel gips tipe IV yang dikeringkan pada metode pengeringan dengan
temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam (Kelompok A)
2. Sampel gips tipe IV yang dikeringkan pada metode pengeringan dengan
microwave 600 W selama 5 menit (Kelompok B)
3. Sampel gips tipe IV yang dikeringkan pada metode pengeringan dengan
microwave 600 W selama 10 menit (Kelompok C)
Setiap sampel dibentuk menggunakan master mold, yaitu:
1. Master mold untuk pengujian kekuatan kompresi merupakan tabung berbentuk
silinder stainless steel dengan ukuran diameter 20 mm x tinggi 40 mm. (Spesifikasi
ADA No.25).7 (Gambar 3)

20
Diameter Tinggi 40 mm
mm

Gambar 3. Ukuran master mold untuk mengukur kekuatan kompresi

Universitas Sumatera Utara


35

2. Master mold untuk pengujian perubahan dimensi merupakan model induk


dengan perangkat stainless steel berbentuk silinder, terdiri dari ruled block dan
gipsum mold berdasarkan spesifikasi ADA No.19. Mold tersebut memiliki permukaan
dengan diameter 30 mm x tinggi 20 mm. Dipermukaannya terdapat tiga garis vertikal
x,y,z dan dua garis lainnya yang tegak lurus dengan garis x,y,z yaitu garis cd dan c’d’
yang berjarak 25 mm.25 Setiap sampel dilakukan pengukuran, yaitu pengukuran
panjang garis cd-c’d’ pada sampel penelitian dan pengukuran panjang garis cd-cd’
pada garis master mold. Kemudian akan dibandingkan pengukuran dimensi pada
sampel dengan dimensi pada mold. (Gambar 4).

xyz 30 mm
cd
20 mm

25 mm

c’d
30 mm

Gambar 4. Ukuran master mold untuk pengukuran perubahan dimensi

3.2.2 Besar Sampel Penelitian


Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus sebagai
berikut:

(t-1)(r-1) ≥ 15

Keterangan :
t = Jumlah perlakuan
r = Jumlah ulangan

Universitas Sumatera Utara


36

Dalam penelitian ini akan digunakan t = 3 karena jumlah perlakuan sebanyak tiga
perlakuan yaitu metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam,
microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. Jumlah r tiap kelompok sampel dapat
ditentukan sebagai berikut:

(t–1)(r–1) ≥ 15
(3–1)(r–1) ≥ 15
2( r – 1 ) ≥ 15
( r – 1 ) ≥ 7,5
r ≥ 8,5

Dari hasil diatas, jumlah minimal sampel adalah 8,5 maka jumlah sampel untuk
penelitian ini masing-masing kelompok adalah 10 sampel. Dalam penelitian ini untuk
masing-masing uji akan diberikan 3 perlakuan sehingga jumlah seluruh sampel yang
dibutuhkan adalah 30 sampel untuk kekuatan kompresi dan 30 sampel untuk
perubahan dimensi.

3.3 Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian


3.3.1 Klasifikasi Variabel
3.3.1.1 Variabel Bebas
- Metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam.
- Metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit.
- Metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit.

3.3.1.2 Variabel Terikat


- Kekuatan kompresi
- Perubahan dimensi
3.3.1.3 Variabel Terkendali
- Jenis gips
- Rasio air dan bubuk gips tipe IV

Universitas Sumatera Utara


37

- Waktu pengadukan
- Kecepatan pengadukan
- Ukuran sampel penelitian
- Teknik pengujian sampel penelitian
- Temperatur dan kelembaban udara
- Daya energi microwave dan lama pengeringan
- Peneliti yang sama

3.3.2 Definisi Operasional


Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Bebas
Variabel Bebas Definisi Operasional Skala Alat
Ukur Ukur

Metode pengeringan Gips tipe IV yang merupakan bahan - -


dengan temperatur ruang model kerja yang dikeringkan setelah
23o±2oC selama 24 jam pengadukan dengan temperatur
ruang/AC (23o±2oC) selama 24 jam.
Metode pengeringan Gips tipe IV yang merupakan bahan - -
dengan microwave 600 W model kerja yang dikeringkan setelah
selama 5 menit pengadukan dan dikeringkan dalam
microwave dengan daya sebesar 600 W
selama 5 menit.
Metode pengeringan Gips tipe IV yang merupakan bahan - -
dengan mirowave 600 W model kerja yang dikeringkan setelah
selama 10 menit pengadukan dan dikeringkan dalam
microwave dengan daya sebesar 600 W
selama 10 menit.

Tabel 4. Definisi Operasional Variabel Terikat


Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Alat Ukur
Ukur
Kekuatan kompresi Kemampuan material untuk Skala Alat uji
menahan fraktur. Kekuatan yang ratio kompresi
diukur dengan alat uji kompesi (Universal
dengan cara menekan sampel Testing
hingga pecah. Machine)

Universitas Sumatera Utara


38

Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Alat Ukur


Ukur
Perubahan dimensi Persentase besarnya perubahan Skala Kaliper
dari besar atau volume. Perubahan ratio Digital
dimensi yang diukur dengan alat
kaliper digital.

Tabel 5. Definisi Operasional Variabel Terkendali

Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala Alat Ukur


Ukur

Jenis gips Gips tipe IV dengan merk glastone - -


3000.

Rasio air dan bubuk gips Perbandingan banyaknya air - Timbangan


tipe IV dengan bubuk gips tipe IV yaitu: digital dan
25 ml air : 100 gram bubuk gips. rubber
bowl
Waktu pengadukan Waktu yang dibutuhkan untuk - Stopwatch
mengaduk gips hingga homogen
yaitu 60 detik dengan
menggunakan spatula.

Kecepatan pengadukan Kecepatan untuk mengaduk gips - -


tipe IV yaitu dengan menggunakan
spatula dengan operator yang sama.

Ukuran sampel penelitian 1.Kekuatan kompresi dengan


kekuatan kompresi ukuran model gips tipe IV yang
dibentuk sesuai dengan master
mold spesifikasi ADA No. 25
berbentuk silinder dengan ukuran
diameter ±20 mm x tinggi ±40 mm.

Ukuran sampel penelitian 2.Perubahan dimensi dengan - -


perubahan dimensi ukuran model gips tipe IV yang
dibentuk sesuai dengan master
mold spesifikasi ADA No. 19
berbentuk silinder dengan ukuran
diameter ±30 mm x tinggi ±20 mm.

Universitas Sumatera Utara


39

Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala Alat Ukur


Ukur

Teknik pengujian sampel 1.Pengujian sampel kekuatan - Universal


penelitian kekuatan kompresi menggunakan alat uji Testing
kompresi kompresi (Universal Testing Machine
Machine) dengan cara menekan
sampel hingga pecah.

Teknik pengujian sampel 2.Pengujian sampel perubahan - Kaliper


penelitian perubahan dimensi menggunakan alat kaliper Digital
dimensi digital dengan mengukur jarak
antara garis cd dengan garis c’d’.

Temperatur dan Temperatur dan kelembaban udara - -


kelembaban udara laboratorium tempat pembuatan
dan pengujian sampel.

Daya energi microwave Daya energi yang dihasilkan - Timer


dan lama pengeringan microwave yang diatur oleh microwave
operator sebesar 600 W dengan
lama pengeringan dalam
microwave yaitu selama 5 menit
(kelompok B) dan 10 menit
(kelompok C).

Peneliti yang sama Operator yang sama yang - -


melakukan penelitian.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel
Unit Jasa Industri Dental FKG USU
3.4.2 Tempat Pengujian Sampel
1. Unit Jasa Industri Dental FKG USU
2. Laboratorium Penelitian Teknik Mesin USU

3.4.3 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilakukan pada Agustus 2017

Universitas Sumatera Utara


40

3.5 Alat dan Bahan Penelitian


3.5.1 Alat Penelitian
1. Silinder stainless steel dengan ukuran diameter 20 mm x tinggi 40 mm
sebagai mold cetakan sampel kekuatan kompresi. (Gambar 5)

Gambar 5. Master mold pengukuran


kekuatan kompresi

2. Silinder stainless steel dengan ukuran diameter 30 mm x tinggi 20 mm


sebagai mold cetakan perubahan dimensi. (Gambar 6a dan b)

a. b.

Gambar 6. a. Ruled blok dan b. gipsum mold


pengukuran perubahan dimensi

3. Rubber bowl dan spatula


4. Glass slab
5. Stopwatch
6. Timbangan digital (Gambar 7)

Universitas Sumatera Utara


41

Gambar 7. Timbangan digital

7. Gelas ukur (Pyrex®, Amerika Serikat)


8. Bekker Glass (AGC Iwaki, 250 ml)
9. Termometer
10. Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy (Gambar 8)

Gambar 8. Vibrator (Fili Manfredi


Pulsar-2, Italy)

11. Microwave, sharp® R-222Y(S)/W (Gambar 9)

Gambar 9. Microwave (Sharp® R-222Y(S)/W)

Universitas Sumatera Utara


42

12. Alat uji kompresi, universal testing machine (Gambar 10)

Gambar 10. Universal Testing


Machine (UTM)

13. Alat uji perubahan dimensi, kaliper digital (Gambar 11)

Gambar 11. Kaliper Digital (ketelitian 0,01 mm)

3.5.2 Bahan Penelitian


1. Gips tipe IV, glastone 3000 (Gambar 12)

Gambar 12. Gips tipe IV (Glastone 3000)

Universitas Sumatera Utara


43

2. Air keran
3. Vaselin

3.6 Prosedur Penelitian


3.6.1 Pembuatan Sampel Kelompok A, B, dan C untuk Mengukur
Kekuatan Kompresi
a. Master mold yang berbentuk tabung silinder dengan ukuran diameter 20 x
tinggi 40 mm diolesi dengan vaselin.
b. Masukkan 25 ml air ke dalam rubber bowl, kemudian 100 gram bubuk gips
tipe IV yang telah ditimbang dengan timbangan digital ditambahkan sedikit demi
sedikit kedalam rubber bowl kemudian diaduk dengan menggunakan spatula selama
60 detik hingga homogen (waktu diukur dengan menggunakan stopwatch).
c. Adonan gips tipe IV kelompok A,B dan C dituang secara perlahan ke dalam
tabung silinder stainlees steel yang beralaskan glass slab dengan bantuan spatula
sambil digetarkan dengan vibrator selama beberapa detik sampai penuh.
d. Adonan yang berlebihan diratakan dengan glass slab yang diletakkan di atas
master mold dan ditekan kuat hingga menyentuh permukaan atas master mold.
e. Sampel gips tipe IV dikeluarkan dari master mold setelah 30 menit dari
waktu awal pengadukan dan sampel dibiarkan hingga mengeras sepenuhnya selama
24 jam sebelum dilakukan pengujian sampel (sampel kelompok A).
f. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok B (sampel dikeringkan di
dalam microwave dengan daya energi 600 W selama 5 menit sebelum dilakukan
pengujian sampel) sama dengan prosedur pembuatan sampel kelompok A.
g. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok C (sampel dikeringkan di
dalam microwave dengan daya energi 600 W selama 10 menit sebelum dilakukan
pengujian sampel) sama dengan prosedur pembuatan sampel kelompok A.

Universitas Sumatera Utara


44

Gambar 13. Sampel penelitian kekuatan kompresi

3.6.2 Pembuatan Sampel Kelompok A, B, dan C untuk Mengukur


Perubahan Dimensi
a. Model induk ruled block dan gipsum mold dengan ukuran diameter 30 mm x
tinggi 20 mm diolesi dengan vaselin.
b. Masukkan 12 ml air ke dalam rubber bowl, kemudian 50 gram bubuk gips
tipe IV yang telah ditimbang dengan timbangan digital ditambahkan sedikit demi
sedikit kedalam rubber bowl, kemudian diaduk dengan menggunakan spatula selama
60 detik hingga homogen (waktu diukur dengan menggunakan stopwatch).
c. Adonan gips tipe IV kelompok A,B dan C dituang secara perlahan ke dalam
model induk yang beralaskan glass slab dengan bantuan spatula sambil digetarkan
dengan vibrator selama beberapa detik sampai penuh.
d. Adonan yang berlebihan diratakan dengan glass slab yang di letakkan di
atas ccetakan dan ditekan kuat hingga menyentuh permukaan atas cetakan.
e. Sampel gips tipe IV dikeluarkan dari cetakan setelah 30 menit dari waktu
awal pengadukan dan sampel dibiarkan hingga mengeras sepenuhnya selama 24 jam
sebelum dilakukan pengujian sampel (sampel kelompok A).
f. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok B (sampel dikeringkan di
dalam microwave dengan daya energi 600 W selama 5 menit sebelum dilakukan
pengujian sampel) sama dengan prosedur pembuatan sampel kelompok A.

Universitas Sumatera Utara


45

g. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok C (sampel dikeringkan di


dalam microwave dengan daya energi 600 W selama 10 menit setelah pengadukan
sebelum dilakukan pengujian sampel) sama dengan prosedur pembuatan sampel
kelompok A.
h. Sebelum pengeringan dalam microwave sampel diukur terlebih dahulu
untuk melihat perbandingan hasil perubahan dimensi sebelum dan sesudah
pengeringan microwave dengan pengukuran jarak cd-c’d’ pada sampel dengan kaliper
digital pada semua sampel kelompok B (microwave 600 W selama 5 menit) dan
kelompok C. (microwave 600 W selama 10 menit).

Gambar 14. Sampel penelitian


perubahan dimensi

Universitas Sumatera Utara


46

3.6.3 Pengujian Kekuatan Kompresi


a. Sampel A, B dan C yang sepenuhnya telah mengeras diuji dengan
menggunakan alat Universal Testing Machine. Sampel ditekan pada alat hingga
pecah. (Gambar 15a dan b).

a. b.

Gambar 15. Pengujian sampel kekuatan kompresi


a. sebelum sampel pecah b. setelah sampel pecah

b. Besar beban dicatat dalam satuan kilogramforce (kgf). Besar kekuatan


kompresi dihitung dan dicatat dalam satuan Mega Pascal (MPa).

3.6.4 Pengujian Perubahan Dimensi


a. Masing-masing kelompok sampel dilakukan pengukuran dari jarak antara
garis cd dengan garis c’d’ dengan menggunakan alat Kaliper Digital (Gambar 16).

x y z
cd

c’d’

Gambar 16. Pengukuran sampel perubahan dimensi

Universitas Sumatera Utara


47

b. Besarnya jarak dicatat sesuai dengan angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran.
Data hasil pengukuran perubahan dimensi kemudian diubah ke dalam bentuk
persentase dengan menggunakan rumus:

L1 dimensi sampel - L0 dimensi master mold


× 100%
L0 dimensi master mold

Keterangan :
L0 adalah jarak antara garis cd dengan garis c’d’ pada mold dalam mm.
L1 adalah jarak antara garis cd dengan garis c’d’ pada sampel dalam mm yang
diperoleh pada waktu pengukuran yang telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara


48

3.7 Kerangka Operasional

Pembuatan master mold kekuatan Pembuatan master mold


kompresi dengan ukuran perubahan dimensi dengan ukuran
diameter 20 mm x tinggi 40 mm diameter 30 mm x tinggi 20 mm

Pembuatan sampel Pembuatan sampel


penelitian dengan penelitian dengan
pengisian gips tipe IV pengisian gips tipe IV
ke dalam master mold ke dalam master mold

Pengeringan sampel penelitian Pengeringan sampel penelitian


gips tipe IV dengan metode gips tipe IV dengan metode
temperatur ruang dan microwave temperatur ruang dan microwave

Kelompok A Kelompok B Kelompok C


(pengeringan temperatur (pengeringan dengan (pengeringan dengan
ruang 23o±2oC selama microwave 600 W microwave 600 W
24 jam) selama 5 menit) selama 10 menit)

Uji kekutan kompresi Uji perubahan dimensi


menggunakan alat uji menggunakan alat uji kaliper
universal testing machine digital ketelitian 0,001 mm

Analisis Data

Hasil

Universitas Sumatera Utara


49

3.8 Analisis Data


Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan:
1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi
masing-masing kelompok.
2. Analisis ANOVA satu arah untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan
dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5
menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV
model kerja gigi tiruan.
3. Uji Least Significance Difference (LSD) untuk mengetahui perbedaan yang
lebih siginifikan antara metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama
24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan
kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

Universitas Sumatera Utara


50

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2017. Pembuatan sampel penelitian


dilakukan di Unit Jasa Industri Dental FKG USU. Setelah pembuatan sampel untuk uji
kekuatan kompresi dan perubahan dimensi selesai selanjutnya dilakukan pengukuran
kekuatan kompresi dengan menggunakan alat uji Universal Testing Machine di
Laboratorium Teknik Mesin USU. Sampel perubahan dimensi dilakukan pengukuran
dengan menggunakan alat uji Kaliper Digital di Unit Jasa Industri Dental FKG USU.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris,
yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala atau
pengaruh yang timbul akibat adanya perlakuan tertentu. Rancangan penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah jenis post test only control group design.
Penelitian ini menyelidiki kemungkinan adanya pengaruh metode pengeringan dengan
temperatur ruang dan microwave terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi
gips tipe IV model kerja gigi tiruan, dengan cara memberi perlakuan kepada satu atau
lebih kelompok eksperimen kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan
tersebut dibandingkan dengan kelompok yang lain.

4.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada
Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam
dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
Kekuatan kompresi diukur menggunakan alat uji kompresi (Universal Testing
Machine, Japan) dengan cara menekan sampel sampai pecah. Hasil yang didapatkan
dari alat ini berada dalam satuan Kgf kemudian dikonversikan menjadi MPa. Hasil
penelitian menunjukkan nilai kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam (kelompok A) adalah
35,0410 MPa dan nilai terbesar adalah 36,5349 MPa. Nilai kekuatan kompresi terkecil
gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit
(kelompok B) adalah 36,5520 MPa dan nilai terbesar adalah 38,3767 MPa. Nilai

Universitas Sumatera Utara


51

kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave
600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 40,3191 MPa dan nilai terbesar adalah
44,8572 MPa (Tabel 6).
Nilai rerata kekuatan kompresi dianalisis dengan uji Univarian. Nilai rerata
kekuatan kompresi pada kelompok A adalah 35,6640 dan standar deviasi 0,5738. Nilai
rerata kekuatan kompresi pada kelompok B adalah 37,3860 dan standar deviasi
0,7424. Nilai rerata kekuatan kompresi pada kelompok C adalah 42,0550 dan standar
deviasi 1,5331 (Tabel 6).

Tabel 6 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada
Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan
Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dalam MPa
Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan (MPa)
No. Kelompok A Kelompok B Kelompok C
Sampel (Temperatur Ruang (Microwave 600 W (Microwave 600 W
23o±2oC selama 24 jam) selama 5 menit) selama 10 menit)
**
1 36,1407 38,3767 40,3426
2 35,0910 36,6406 44,8572**
3 35,9908 36,5520* 43,9189
4 36,0408 37,7881 40,4397
5 35,2410 36,6109 42,8177
*
6 35,0410 37,9058 40,3191*
**
7 36,5349 36,5520 42,0260
8 36,2407 37,9058 42,1437
9 35,2410 37,3172 42,4380
10 35,0910 38,259 41,3197
̅
𝑋= 35,6640 ̅
𝑋= 37,3860 ̅
𝑋= 42,0550
SD= 0,5738 SD= 0,7424 SD= 1,5351
Keterangan : * nilai terkecil
** nilai terbesar

4.2 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama


24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan
Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam,
dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dianalisis dengan menggunakan
uji ANOVA satu arah. Sebelum dilakukan pengujian ANOVA satu arah, terlebih

Universitas Sumatera Utara


52

dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui
apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk
diperoleh nilai p=0,057 untuk kelompok A, nilai p=0,058 untuk kelompok B dan nilai
p=0,432 untuk kelompok C. Semua kelompok data terdistribusi normal (p>0,05),
sehingga pengujian dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah untuk menguji apakah
terdapat pengaruh kekuatan kompresi yang signifikan pada semua kelompok (Tabel
7).

Tabel 7 Uji Normalitas Data Kekuatan Kompresi Kelompok Gips Tipe IV Model
Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
dengan Uji Shapiro-Wilk
Kelompok N P
A (Temperatur Ruang 23o±2oC 10 0,057
selama 24 jam)
B (Microwave 600 W 10 0,058
selama 5 menit)
C (Microwave 600 W 10 0,432
selama 10 menit)
Keterangan : p>0,05

Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
antara kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur
ruang 23o±2oC selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600
W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 8).

Tabel 8 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24


jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan
Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan dengan Menggunakan Uji
ANOVA satu arah
Kelompok Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model
Kerja Gigi Tiruan (MPa) p
N 𝑋̅ ± SD
A (Temperatur Ruang 10 35,6640 ± 0,5738
23o±2oC selama 24 jam)
B (Microwave 600 W 10 37,3860 ± 0,7424
selama 5 menit) p=0,0001*
C (Microwave 600 W 10 42,0550 ± 1,5331
selama 10 menit)
Keterangan : * Signifikan (p<0,05)

Universitas Sumatera Utara


53

4.3 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang


23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh atau pasangan perlakuan mana yang bermakna
antara kelompok yang diberi perlakuan, yaitu pada metode pengeringan dengan temperatur
ruang 23o±2oC selama 24 jam (kelompok A), microwave 600 W selama 5 menit
(kelompok B) dan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) terhadap kekuatan
kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan maka dilakukan dengan uji LSD (Least
Significant Different). Berdasarkan hasil uji LSD maka terdapat perbedaan kekuatan kompresi
yang signifikan antara kelompok A dengan B dengan nilai p=0,001 (p<0,05), kelompok A
dengan kelompok C dengan nilai p=0,0001 (p<0,05), kelompok B dengan kelompok C dengan
nilai p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 9).

Tabel 9 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang


23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan dengan
Menggunakan Uji LSD
Kelompok gips tipe IV Temperatur ruang Microwave Microwave 600
model kerja gigi tiruan 23o±2oC selama 600 W selama W selama
24 jam 5 menit 10 menit
Temperatur ruang - p=0,001 p=0,0001
o o
23 ±2 C selama 24 jam
Microwave 600 W p=0,001 - p=0,0001
selama 5 menit
Microwave 600 W p=0,0001 p=0,0001 -
selama 10 menit
Keterangan : * Signifikan (p<0,05)

4.4 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode
Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan
Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
Perubahan dimensi pada ke tiga kelompok perlakuan di peroleh dengan
mengukur jarak antara garis cd-c’d’ yang terdapat pada sampel gipd tipe IV pada
metode pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W
selama 5 menit dan 10 menit, kemudian dibandingkan dengan jarak antara garis cd-

Universitas Sumatera Utara


54

c’d’ yang terdapat pada mold. Hasil pengukuran perubahan dimensi kemudian diubah
ke dalam persentase. Nilai perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam (kelompok A) adalah
0,0100% dan yang terbesar adalah 0,0132%. Nilai perubahan dimensi terkecil gips
tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit
(kelompok B) adalah 0,0068% dan yang terbesar adalah 0,0098%. Nilai perubahan
dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W
selama 10 menit (kelompok C) adalah 0,0152% dan yang terbesar adalah 0,0193%
(Tabel 10).
Nilai rerata kekuatan kompresi dianalisis dengan uji Univarian. Nilai rerata
perubahan dimensi pada kelompok A adalah dengan nilai rerata 0,0112 dan standar
deviasi 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi pada kelompok B adalah dengan nilai
rerata 0,0077 dan standar deviasi 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi pada
kelompok C adalah dengan nilai rerata 0,0169 dan standar deviasi 0,0013 (Tabel 10).

Tabel 10 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada
Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan
Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dalam %
Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan (%)
No. Kelompok A Kelompok B Kelompok C
Sampel (Temperatur Ruang (Microwave 600 W (Microwave 600 W
23o±2oCvselama 24 jam) selama 5 menit) selama 10 menit)
1 0,0112 0,0080 0,0172
2 0,0120 0,0076 0,0152*
3 0,0100* 0,0096** 0,0180
*
4 0,0100 0,0068 0,0180
5 0,0112 0,0080 0,0172
6 0,0116 0,0080 0,0152
7 0,0132** 0,0092 0,0164
8 0,0120 0,0076 0,0164
9 0,0116 0,0080 0,0193**
10 0,0116 0,0072 0,0180
̅
𝑋= 0,0112 ̅
𝑋= 0,0077 ̅
𝑋= 0,0169
SD= 0,0009 SD= 0,0009 SD= 0,0013
Keterangan : * nilai terkecil
** nilai terbesar

Universitas Sumatera Utara


55

4.5 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama


24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan
Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam
dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dianalisis dengan menggunakan
uji ANOVA satu arah. Sebelum dilakukan pengujian ANOVA satu arah, terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui
apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk
diperoleh nilai p=0,149 untuk kelompok A, nilai p= 0,287 untuk kelompok B dan nilai
p=0,410 untuk kelompok C. Semua kelompok data terdistribusi normal (p>0,05),
sehingga pengujian dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah untuk menguji apakah
terdapat pengaruh perubahan dimensi yang signifikan pada semua kelompok (Tabel
11).

Tabel 11 Uji Normalitas Data Perubahan Dimensi Kelompok Gips Tipe IV Model
Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang
23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
dengan Uji Shapiro-Wilk
Kelompok n P
o o
A (Temperatur Ruang 23 ±2 C 10 0,149
selama 24 jam)
B (Microwave 600 W 10 0,287
selama 5 menit)
C (Microwave 600 W 10 0,410
selama 10 menit)
Keterangan : p>0,05

Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara
perubahan dimensi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W
selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 12).

Universitas Sumatera Utara


56

Tabel 12 Pengaruh Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada
Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan
Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan Menggunakan Uji
ANOVA satu arah
Kelompok Perubahan Dimensi Gips Tipe IV
Model Kerja Gigi Tiruan (%) p
N ̅
𝑋 ± SD
A (Temperatur Ruang 10 0,0112 ± 0,0009
23o±2oC selama 24 jam)
B (Microwave 600 W 10 0,0077 ± 0,0009 p=0,0001*
selama 5 menit)
C (Microwave 600 W 10 0,0169 ± 0,0013
selama 10 menit)
Keterangan : * Signifikan (p<0,05)

4.6 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang


23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh atau pasangan perlakuan mana yang bermakna
antara kelompok yang diberi perlakuan, yaitu pada metode pengeringan dengan temperatur
ruang 23o±2oC selama 24 jam (kelompok A), microwave 600 W selama 5 menit
(kelompok B) dan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) terhadap perubahan
dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan maka dilakukan dengan uji LSD (Least
Significant Different). Berdasarkan hasil uji LSD maka terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok A dengan B nilai p=0,0001 (p<0,05), kelompok A dengan
C dengan nilai p=0,0001 (p<0,05), dan kelompok B dengan C dengan nilai p=0,0001
(p<0,05) (Tabel 13).

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 13 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang


23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan dengan
Menggunakan Uji LSD
Kelompok gips tipe IV Temperatur ruang Microwave Microwave
o o
model kerja gigi tiruan 23 ±2 C selama 600 W selama 600 W selama
24 jam 5 menit 10 menit
Temperatur ruang - p=0,0001 p=0,0001
23o±2oC selama 24 jam
Microwave 600 W p=0,0001 - p=0,0001
selama 5 menit
Microwave 600 W p=0,0001 p=0,0001 -
selama 10 menit
Keterangan : * Signifikan (p<0,05)

Universitas Sumatera Utara


58

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada
Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam
dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
Hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan nilai kekuatan kompresi terkecil gips
tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam
(kelompok A) adalah 35,0410 MPa dan nilai terbesar adalah 36,5349 MPa. Nilai
kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave
600 W selama 5 menit (kelompok B) adalah 36,5520 MPa dan nilai terbesar adalah
38,3767 MPa. Nilai kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan
dengan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 40,3191 MPa dan
nilai terbesar adalah 44,8572 MPa. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai kekuatan
kompresi yang diperoleh dari tiap sampel bervariasi dalam satu kelompok, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat memengaruhi antara lain proses
pembuatan sampel untuk setiap kelompok yang tidak dapat dilakukan sekaligus dalam
waktu yang bersamaan. Selain itu dapat disebabkan oleh teknik pengadukan yang
dilakukan secara manual dengan menggunakan spatula oleh operator, yang
menyebabkan kecepatan pengadukannya tidak dapat dikendalikan dengan baik. Faktor
lain juga kemungkinan terjadinya poreus di dalam sampel gips yang tidak dapat
terlihat. Ketika proses pengadukan gips dilakukan secara manual dan saat pengisian
gips ke dalam mold di atas vibrator yang dilakukan sama untuk setiap kelompok
sampel, tetapi porositas di dalam gips bisa saja terjadi. Perbedaan porositas inilah
yang kemungkinan juga dapat menyebabkan variasi nilai kekuatan kompresi di antara
sampel gips dalam satu kelompok perlakuan yang sama. Selain itu dapat juga
dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban udara yang tidak dapat dikendalikan
secara sempurna saat pembuatan dan pengujian sampel yang berkaitan dengan metode
pengeringan sampel tersebut.1,2 Mekanisme pengeringan gips tipe IV dengan metode

Universitas Sumatera Utara


59

pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan pengeringan microwave


600 W selama 5 menit dan 10 menit juga berbeda, sehingga dapat menyebabkan
variasi nilai kekuatan kompresi.17 Tabel 6 menunjukkan nilai rerata dan standar
deviasi kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur
ruang 23o±2oC selama 24 jam adalah 35,6640 ± 0,5738. Nilai rerata dan standar
deviasi kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave
600 W selama 5 menit adalah adalah 37,3860 ± 0,7424. Nilai rerata dan standar
deviasi kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave
600 W selama 10 menit adalah 42,0550 ± 1,5351. Hasil nilai rerata dan standar deviasi
dari penelitian ini terlihat bahwa perbedaan nilai kekuatan kompresi dengan metode
pengeringan microwave 600 W selama 10 menit lebih tinggi dibanding metode
pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama
5 menit. Hal ini disebabkan oleh pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24
jam masih memiliki sisa kadar air yang dapat menurunkan kekuatan kompresi.
Kehilangan air pada pengeringan temperatur ruang hanya sekitar 7%-8,8% dari
seluruh total kehilangan air dalam gips karena hanya menyerap pada bagian
permukaan saja. Jumlah dan bentuk kristal serta jarak antar kristal yang terbentuk
selama proses pengerasan semakin besar sehingga dapat menurunkan kekuatan
kompresi.5,23 Dibanding dengan pengeringan microwave panas yang dihasilkan energi
microwave menyerap sisa kadar air sampai seluruh daerah model gips yang ingin
dikeringkan sehingga menyebabkan kekuatan kompresi semakin meningkat. Selain itu
terjadi pertumbuhan kristal yang progresif berhubungan dengan struktur interlocking
kristal yang meningkat selama pemanasan.14,18 Penelitian ini menghasilkan nilai yang
berbeda-beda, namun nilai yang terdapat pada penelitian yang dilakukan pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W
selama 5 menit dan 10 menit masih berada dalam rentang nilai standar kekuatan
kompresi sesuai spesifikasi ADA No.25 yaitu dengan nilai minimum 34,5 MPa.5

Universitas Sumatera Utara


60

5.2 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama


24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan
Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam
dengan pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dianalisis dengan uji Anova
satu arah. Sebelum pengujian Anova, dilakukan uji normalitas data dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui bahwa distribusi data normal. Hasil
uji normalitas data pada tabel 7 untuk kelompok A diperoleh nilai p=0,057, untuk
kelompok B diperoleh nilai p=0,058 dan untuk kelompok C diperoleh nilai p=0,432,
semua kelompok data terdistribusi normal (p>0,05). Hasil uji Anova satu arah
menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kekuatan kompresi gips
tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o±2oC selama 24 jam,
microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10 menit dengan
nilai p=0,0001 (p<0,05). Faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan kekuatan
kompresi gips tipe IV disebabkan oleh faktor temperatur dan kelembaban udara yang
berhubungan dengan metode pengeringan bahan gips tersebut. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Hasan sitasi Hersek (2008) mengatakan bahwa pengeringan bahan
gips dengan temperatur ruang dan microwave signifikan berbeda.12 Pengeringan
dengan temperatur ruang untuk menghasilkan kekuatan kompresi yang cukup
memadai diperlukan waktu selama 24-48 jam. Pengeringan dengan temperatur ruang
meyerap sisa kadar air hanya pada bagian permukaan model kerja tersebut dan masih
memiliki sisa kadar air yang dapat menurunkan kekuatan kompresi. Adanya sisa air
yang terperangkap mengakibatkan bentuk kristal semakin besar, jumlah kristal dan
jarak antar kristal semakin besar dan kurang padat serta kristal-kristal akan
merenggang sehingga dapat menurunkan kekuatan kompresi.27 Berbeda dengan
pengeringan microwave yang dikenal sebagai pemanasan dielektrik yang memiliki
beberapa komponen utama salah satunya magnetron, yang merupakan sejenis tabung
hampa penghasil gelombang mikro. Ketika gelombang mikro berinteraksi dengan
molekul air yang terdapat pada bahan gips yang akan dikeringkan, molekul air akan

Universitas Sumatera Utara


61

menyerap energi elekromagnetik dengan mekanisme polarisasi yang disebabkan oleh


medan listrik. Gelombang mikro akan memutar molekul-molekul air sampai molekul
tersebut saling bertubrukan satu sama lain lalu akan menghasilkan panas, dan panas
tersebut akan menyerap kadar air secara merata dengan waktu yang relatif singkat. 17
Hasil akhir pengeringan microwave 600 W selama 5 menit menghasilkan penyerapan
air yang merata, pertumbuhan dihidrat semakin meningkat, bentuk partikel lebih
padat, jumlah pori air semakin sedikit dan jarak antar kristal sedikit lebih lebih besar
sehingga mengakibatkan kekuatan kompresi semakin meningkat dibanding dengan
pengeringan temperatur ruang. Pengeringan dengan microwave 600 W selama 10
menit lebih menyerap sisa kadar air seluruhnya sampai ke bagian dalam model
tersebut secara merata dengan hasil akhir pertumbuhan kristal dihidrat yang semakin
meningkat dan lebih padat, bentuk partikel semakin lebih padat, jarak antar kristal
semakin dekat, luas permukaan gips akan lebih kecil serta jumlah pori air lebih sedikit
sehingga mengakibatkan kekuatan kompresi semakin meningkat.5,27,34 Hal ini
berhubungan dengan penyerapan sisa kadar air dengan pengeringan microwave,
dengan hasil akhir dari pengeringan sisa air tersebut mengakibatkan kristal-kristal gips
yang halus mengendap. Perkembangan kristal gips yang semakin besar dengan bentuk
partikel gips semakin padat, jarak antar kristal semakin dekat yang menyebabkan
kekuatan kompresi semakin meningkat diantara pengeringan temperatur ruang dan
microwave 600 W selama 5 menit. Selain untuk mendapatkan kekuatan kompresi
bahan gips metode microwave juga memberikan pengaruh manfaat klinis bagi dokter
gigi, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih singkat dalam hal pengeringan model
kerja pada saat pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan sementara pasien.

5.3 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang


23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan
Berdasarkan hasil uji LSD pada tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kekuatan kompresi gips tipe IV yang signifikan pada metode pengeringan dengan
temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit

Universitas Sumatera Utara


62

dengan nilai p=0,001 (p<0,05), terdapat perbedaan yang signifikan pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600
W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) serta terdapat perbedaan yang
signifikan pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit dengan
microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). Pasangan yang
paling berbeda signifikan terjadi pada pasangan kelompok sampel gips tipe IV pada
metode pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan kelompok
sampel gips tipe IV pada metode pengeringan microwave 600 W selama 10 menit
dengan rata-rata perbedaan 6,391. Perbedaan ini disebabkan gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam masih memiliki
kandungan air saat proses pengerasan. Pengeringan dengan temperatur ruang hanya
menyerap sisa kadar air bagian permukaan bahan gips, karena temperatur dan
kelembaban udara yang tidak dapat dikendalian secara sempurna selama pengerasan.
Kandungan air yang masih tersisa memudahkan untuk terjadinya porositas pada gips.
Porositas ini menyebabkan kohesi antara air dengan gips menjadi rendah sehingga
mengakibatkan kekuatan kompresi juga rendah. Selain itu dengan terperangkapnya air
pada kisi kristal gips menyebabkan kristal-kristal gips akan merenggang sehingga
akan menurunkan kekuatan kompresi.37 Adanya air yang terperangkap mengakibatkan
bentuk dan jumlah partikel yang besar, serta jarak antar kristal yang semakin besar
yang mengakibatkan kekuatan kompresi menurun. Berbeda dengan pengeringan
microwave mampu menyerap sisa kadar air sampai pada bagian model secara merata,
yang mengakibatkan bentuk kristal yang lebih padat dan halus serta jarak antar kristal
lebih dekat sehingga meningkatkan kekuatan kompresi gips tersebut.18 Meningkatnya
kekuatan kompresi gips dipengaruhi oleh perbedaan bentuk kristal, kepadatan, jarak
antar kristal serta ikatan kristal dihidrat yang semakin kuat. Pengeringan microwave
menghasilkan jumlah inti kristal lebih banyak, jumlah ikatan kristal yang lebih besar
dan terjadinya prorositas akibat terperangkapnya air semakin berkurang yang
mengakibatkan kekuatan kompresi microwave lebih tinggi dibanding dengan
pengeringan temperatur ruang.33 Pengeringan microwave 600 W selama 10 menit
memerlukan waktu yang cukup singkat untuk proses pengeringan dengan hasil

Universitas Sumatera Utara


63

kekuatan kompresi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Sharma dkk (2013)
yang mengatakan bahwa dengan pengeringan gips tipe III dan IV dengan microwave
600 W selama 10 menit meningkatkan kekuatan kompresi dan menghemat waktu
dalam proses pengeringan yang signifikan dibanding dengan pengeringan temperatur
ruang selama 24 jam.11

5.4 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode
Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama 24 jam dan
Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
Hasil penelitian pada tabel 10 menunjukkan nilai perubahan dimensi terkecil
gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24
jam (kelompok A) adalah 0,0100% dan yang terbesar adalah 0,0133%. Nilai
perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan microwave 600 W
selama 5 menit (kelompok B) adalah 0,0063% dan yang terbesar adalah 0,0096%.
Nilai perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan microwave
600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 0,0152% dan yang terbesar adalah
0,0193%. Hasil penelitian ini bervariasi pada setiap kelompok kemungkinan
disebabkan oleh faktor waktu pengeringan, temperatur dan kelembaban udara yang
sulit untuk dikontrol secara sempurna. Menurut Michalakis dkk (2009) kelembaban
udara sangat memengaruhi terjadinya ekspansi pada bahan gips. Hal ini dikarenakan
adanya pertumbuhan kristal yang berlangsung terus menerus selama proses
pengerasan yang dibiarkan di udara hingga 5 hari.10
Pada tabel 10 terlihat nilai rerata dan standar deviasi perubahan dimensi gips
tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam
(kelompok A) adalah 0,0112 ± 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi gips tipe IV
pada metode pengeringan microwave 600 W selama 5 menit (kelompok B) adalah
0,0077 ± 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi gips tipe IV pada metode
pengeringan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 0,0169 ±
0,0013. Hasil nilai rerata dan standar deviasi dari penelitian ini terlihat bahwa
perbedaan nilai perubahan dimensi pada metode pengeringan microwave 600 W

Universitas Sumatera Utara


64

selama 5 menit lebih baik daripada metode pengeringan dengan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 10 menit. Hal ini disebabkan
pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam oleh
faktor temperatur dan kelembaban udara yang sulit untuk dikontol, akan memengaruhi
terjadinya ekspansi gips seiring berjalannya waktu yang berlangsung terus menerus
yang akan meningkatkan perubahan dimensi gips hingga mencapai 5 hari. Lamanya
waktu pengeringan bahan gips dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam
dengan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit berbeda, yang kemungkinan
menyebabkan nilai yang dihasilkan dapat bervariasi.6 Kandungan air yang masih
tersisa dalam bahan gips juga merupakan faktor yang akan memengaruhi nilai
perubahan dimensi.35 Pengeringan dengan temperatur ruang dengan akan berlangsung
selama 5 hari. Pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dengan adanya sisa air
yang terperangkap dalam kisi kristal mengakibatkan ruang antar nukleus sedikit lebih
besar dibanding pengeringan microwave 600 W selama 10 menit. Dibanding dengan
pengeringan microwave 600 W selama 10 menit mengakibatkan menyusutnya kristal-
kristal gips akibat tidak adanya air dalam gips tersebut yang mengakibatkan terjadinya
dorongan keluar dari inti kristal yang besar sehingga menyebabkan setting ekspansi
gips menjadi sangat besar. Berbeda dengan kekuatan kompresi. Pada kekuatan
kompresi, terperangkapnya air memudahkan terjadinya porositas pada gips yang
menyebabkan kohesi antara air dengan gips menjadi rendah sehingga kekuatan
kompresi menjadi rendah.6,10,27
Menurut spesifikasi ADA No. 25 nilai setting ekspansi gips tipe IV berkisar
antara 0,00-0,10%. Hasil penelitian ini masih dalam batas standar nilai yang
ditetapkan. Hasil penelitian ini nilai rerata perubahan dimensi tertinggi adalah pada
kelompok gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10
menit yaitu 0,0169% dan terendah pada kelompok gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit yaitu 0,0077%.

Universitas Sumatera Utara


65

5.5 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23o±2oC selama


24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan
Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam
dengan pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap
perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dianalisis dengan uji Anova
satu arah. Sebelum pengujian Anova, dilakukan uji normalitas data dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui bahwa distribusi data normal. Hasil
uji normalitas data pada tabel 11 untuk kelompok A diperoleh nilai p=0,149, untuk
kelompok B diperoleh nilai p= 0,287 dan untuk kelompok C diperoleh nilai p=0,410,
semua kelompok data terdistribusi normal (p>0,05). Hasil uji Anova satu arah pada
tabel 12 menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara perubahan
dimensi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC
selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10
menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). Hal ini disebabkan akibat ekspansi gips yang
dapat dijelaskan dengan teori kristalisasi yang berbeda antara masih adanya air yang
terperangkap dengan tidak adanya air terperangkap. Teori kristalisasi yaitu terjadinya
dorongan keluar dari kristal gips pada saat gips mulai setting. Dorongan keluar yang
terlalu besar akan menyebabkan setting ekspansi menjadi besar. Adanya air yang
terperangkap akan mengakibatkan ruang antar nukleus semakin besar sehingga
dorongan inti kristal semakin kecil yang mengakibatkan ekspansi juga mengecil.27
Pengeringan dengan temperatur ruang dengan adanya kelebihan air akan
meningkatkan ekspansi higroskopis, karena akan menyebabkan pertumbuhan kristal
dengan bebas yang menyediakan banyak ruang untuk pembentukan kristal secara terus
menerus yang lebih banyak selama proses pengerasan. Perubahan dimensi pada
pengeringan temperatur ruang akan semakin meningkat dan berlangsung terus
menerus hingga 5 hari oleh faktor temperatur dan kelembaban udara yang sulit untuk
dikendalikan secara sempurna.5,10 Temperatur dan waktu pengeringan dalam
microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit berbeda dengan pengeringan
temperatur ruang. Pengeringan microwave yang merupakan gelombang

Universitas Sumatera Utara


66

elektromagnetik yang mampu mengubah energi listrik menjadi panas endotermik.


Ketika gelombang mikro berinteraksi dengan molekul air, molekul air akan menyerap
energi elektromagnetik tersebut dan terjadi rotasi dipol. Rotasi dipol tersebut
mengakibatkan gesekan antar molekul sehingga mengakibatkan antar molekul saling
bertubrukan. Hasil tubrukan-tubrukan tersebut akan menghasilkan panas yang akan
menyerap sisa kadar air gips secara merata, sehingga menghasilkan bentuk partikel
yang semakin padat dan jarak antar kristal semakin dekat. Pengeringan microwave
600 W selama 10 menit menyerap seluruh kadar air dan mengakibatkan bentuk
partikel gips semakin padat, jarak antara kristal semakin dekat, nukleus kristalisasi
akan semakin banyak sehingga dorongan keluar akan semakin besar.28,36 Hal inilah
yang menyebabkan perubahan dimensi pada pengeringan microwave 600 W selama
10 menit lebih besar dibanding pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam
dan pengeringan microwave 600 W selama 5 menit. Namun, apabila temperatur
pengeringan semakin tinggi dengan waktu yang lama akan menyebabkan penyusutan
bahan gips yang memengaruhi setting ekspansi menjadi besar. Hasil penelitian ini
berbanding terbalik dengan kekuatan kompresi, nilai kekuatan kompresi metode
pengeringan mivrowave 600 W selama 10 menit lebih tinggi dibanding metode
pengeringan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dan pengeringan microwave
600 W selama 5 menit.

5.6 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang


23o±2oC selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan
Berdasarkan hasil uji LSD pada tabel 13 menunjukkan bahwa terdapat pebedaan
perubahan dimensi gips tipe IV yang signifikan pada metode pengeringan dengan
temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit
dengan nilai p=0,0001 (p<0,05), dan terdapat pebedaan yang signifikan pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600
W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) serta terdapat perbedaan yang
signifikan pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit dengan

Universitas Sumatera Utara


67

microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). Berdasarkan hasil
Uji LSD terlihat pasangan yang signifikan berbeda terjadi pada pasangan kelompok
sampel gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5
menit dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan rata-rata perbedaan 0,0092.
Perbedaan ini disebabkan bahwa seluruh gips mengalami ekspansi yang berkelanjutan
selama gips mengeras. Pengeringan bahan gips dengan temperatur yang tinggi dan
kelembaban yang rendah serta waktu yang lama akan menyebabkan kontraksi bahan
gips, ditandai dengan perubahan bentuk kristal dari hemihidrat prismatik menjadi
bentuk jarum, jarak antara kristal menjadi semakin dekat yang meyebabkan setting
ekspansi semakin besar.5 Perubahan dimensi pada microwave 600 W selama 10 menit
karena tidak adanya air yang terperangkap dalam kristal gips sehingga mengakibatkan
bentuk partikel yang lebih padat, jarak antar partikel lebih dekat serta jarak antar
nukleus semakin kecil sehingga nukleus kristalisasi dalam unit volume semakin besar
dan dorongan inti kristal semakin besar yang mengakibatkan penyusutan dan setting
ekspansi gips semakin besar.28 Metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC
selama 24 jam, pertumbuhan kristal bebas dan ekspansi gips yang berkelanjutan
hingga 5 hari. Perubahan dimensi kelompok pengeringan dengan microwave 600 W
selama 10 menit lebih besar dibandingkan metode pengeringan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit. Pengeringan dengan
microwave selama 5 menit dengan waktu yang relatif lebih singkat mengakibatkan
dorongan inti kristal keluar lebih kecil dibanding dengan waktu microwave 600 W
selama 10 menit sehingga menyebabkan setting ekspansi juga lebih mengecil.6,27
Berbeda dengan kekuatan kompresi dengan bentuk partikel yang semakin padat, jarak
antar kristal semakin dekat dan kehilangan sisa air yang menyerap seluruh bagian
model kerja akan meningkatkan kekuatan kompresi.

Kelemahan dari penelitian ini adalah temperatur ruang dan kelembaban udara
yang tidak dapat dikendalikan secara sempurna, sehingga dengan temperatur ruang air
yang masih terperangkap dapat menurunkan kekuatan kompresi dan setting ekspansi
yang berlangsung terus selama pengerasan yang menyebabkan perubahan dimensi

Universitas Sumatera Utara


68

juga berubah. Teknik pengadukan gips secara manual yang kecepatan pengadukannya
tidak dapat dikontrol secara sempurna sehingga setiap kelompok sampel yang
dihasilkan berbeda, serta saat pengisian gips ke dalam mold dengan waktu yang
berbeda kemungkinan menyebabkan terjadinya poreus internal yang tidak terlihat
sehingga menurunkan kekuatan kompresi yang dihasilkan. Hal ini disarankan dengan
penggunaan teknik pengadukan menggunakan vacum mixer sehingga pencampuran
lebih homogen dan meminimalkan poreus yang terjadi. Kelemahan lain yaitu
keterbatasan alat pengukuran perubahan dimensi dengan menggunakan kaliper digital
yang diukur oleh operator, kemungkinan sulit untuk mendapatkan hasil yang akurat
saat operator lelah mengukur titik-titik pengukuran, sehingga lebih disarankan dengan
menggunakan alat yang lebih canggih seperti traveling microscope dengan ketelitian
0,01 mm.

Universitas Sumatera Utara


69

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Nilai rerata dan standar deviasi kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam adalah 35,6640 ±
0,5739, microwave 600 W selama 5 menit adalah 37,3860 ± 0,7424 dan microwave
600 W selama 10 menit adalah 42,0550 ± 1,5351.
2. Ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama
24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10 menit
terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan nilai
p=0,0001 (p<0,05).
3. Ada perbedaan pengaruh pada metode pengeringan dengan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. Metode pengeringan
dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5
menit dengan nilai p=0,001 (p<0,05), metode pengeringan dengan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai
p=0,0001 (p<0,05) dan metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit
dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p=0,05).
4. Nilai rerata dan standar deviasi perubahan dimensi gips tipe IV pada metode
pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam adalah, 0,0112 ±
0,0009, microwave 600 W selama 5 menit adalah 0,0077 ± 0,0009 dan microwave 600
W selama 10 menit adalah 0,0169 ± 0,0013.
5. Ada pengaruh metode pada pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC
selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10
menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan nilai
p=0,0001 (p<0,05).

Universitas Sumatera Utara


70

6. Ada perbedaan pengaruh pada metode pengeringan dengan temperatur ruang


23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit
terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. Metode pengeringan
dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5
menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05), metode pengeringan dengan temperatur ruang
23o±2oC selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai
p=0,0001 (p<0,05) dan metode metode pengeringan dengan microwave 600 W selama
5 menit dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05).

Pada hasil penelitian ini bila ditinjau dari kekuatan kompresi gips tipe IV model
kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit
lebih baik daripada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23o±2oC selama 24
jam. Apabila ditinjau dari perubahan dimensi metode pengeringan dengan microwave
600 W selama 5 menit memiliki perubahan dimensi yang rendah namun tidak
menurunkan kekuatan kompresinya. Hasil penelitian ini metode pengeringan dengan
microwave 600 W selama 5 menit dapat diterima sebagai pengeringan alternatif untuk
mendapat kekuatan kompresi yang tinggi dengan perubahan dimensi yang rendah.
Aplikasi klinis dapat diterima bahwa pengeringan alternatif dengan microwave 600 W
selama 5 menit dapat mengurangi waktu kerja dokter gigi dalam hal menunggu model
kerja mengeras, pada saat pembuatan mahkota dan jembatan gigi tiruan sementara
pasien dengan meningkatkan kekuatan kompresi dan perubahan dimensi yang rendah.

6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang daya pengeringan microwave di
bawah 600 W dengan waktu yang singkat pada pengeringan gips tipe IV model kerja
gigi tiruan untuk meningkatkan kekuatan kompresi dan perubahan dimensi bahan gips
yang rendah.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh waktu dan
penggunaan tingkat energi microwave terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model
kerja gigi tiruan.

Universitas Sumatera Utara


71

3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan alat pengukuran


perubahan dimensi yaitu traveling microscope agar hasil yang diperoleh lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara


72

DAFTAR PUSTAKA

1. Powers JM, Wataha JC. Dental materials properties and manipulation. 9th ed.
Missouri: Mosby Elsevier, 2008: 203-17.
2. Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental Materials. Clinical applications for
dental assistants and dental hyginists. 2nd ed. Missouri: Saunders Elsevier, 2011:
176, 203-9.
3. McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9th ed. Oxford: Blackwell
Munksgaard, 2008: 32–9.
4. Noort RV. Introduction to dental materials. 3th ed. London: Mosby Elsevier,
2008: 211-5.
5. Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. Phillips Science of dental materials. 12th ed.
Missouri: Mosby Elsevier, 2013: 182-93.
6. Michalakis KX, Asar V, Kapsampeli V, Trikka PM, Pissiotis AL, Hirayama.
Delayed linear dimensional changes of five high strength gypsum products used
for the fabrication of definitive casts. J Prosthet Dent 2012; 108(3): 189-95.
7. Silva MAB, Vitti RP, Consani S, Sinhoreti MAC, Mesquita MF, Consani R.LX.
Linear dimensional change, compressive strength and detail reproduction in type
IV dental stone dried at room temperature and in a microwave oven. J Apl Oral
Sci 2012; 20 (5): 588-93.
8. Jassim TK. Comparison of some properties between commercially available
gypsum products. TJDS 2012; 1: 63-9.
9. Hasan RH. The effect of microwave disinfection on tensile strength of dental
gypsum. Al-Rafidain Dent J 2008; 8(2): 213-8.
10. Michalakis KX, Stratos A, Hirayama H, Pissiotis AL, Touloumi F. Delayed
setting and hygroscopic linear expansion of three gypsum products used for cast
articulation. J Prosthet Dent 2009; 102(5): 313-8.
11. Sharma A, Shetty M, Hegde C, Shetty NS, Prasad DK. Comparative evaluation of
dimensional accuracy and tensile strength of a type IV gypsum using microwave
and air drying methods. J Indian Prosthodont Soc 2013; 13(4): 525-30.

Universitas Sumatera Utara


73

12. Hasan RH, Mohammad KA. The effects of drying techniques on the compressive
strength of gypsum products. Al-Rafidain Dent J 2013; 5(1): 63-8.
13. Al-Khayat IK, Abdullah MA. Modification of gypsum products (part II): The
effect of drying methods on the compressive strength and surface hardness of
modified gypsum products. Al-Rafidain Dent J 2009; 9(2): 162-7.
14. Ahmad AS. Evaluation of some properties of iraqi plaster by using some
additives and microwave drying technique. MDJ 2015; 12(1): 39-52.
15. Sharma A, Shetty M, Hegde C, Shetty NS, Prasad DK. Comparative evaluation of
dimensional accuracy and tensile strength of a type IV gypsum using microwave
and air drying methods. J Indian Prosthodont Soc 2013; 13(4): 525-30.
16. Sun J, Wang W, Yue Q. Review on microwave-matter interaction fundamentals
and efficient microwave-associated heating strategies. Materials 2016; 9(231): 1-
25.
17. Chun WP, Kim S, Lee KW. Hot air-microwave combined drying characteristics
of gypsum board. Palma. Balearic Island, Spain 2011: 1-5.
18. Chandra U. Microwave heating. India: Croatia, 2011: 3-8, 63-78, 208, 335-7.
19. Bona AJ, Brito MGA, Rodrigues JA, Peruzzo DC, Franca FMG. Microwave
radiation is effective at disinfecting dental stone surfaces without changing their
physical properties. General Dentistry 2017; 42-6.
20. Anaraki MR, Moslehifard E, Bahari M, Shiva M. Effect of repeated microwave
disinfection on surface hardness and dimensional accuracy of two dental stone
materials. Advances in Bioscience & Clinical Medicine 2014; 3(1): 17-24.
21. Anaraki MR, Moslehifard E, Aminifar S, Ghanati H. Effect of microwave
disinfection on compressive and tensile strengths of dental stone. JODDD 2013;
7(1): 42-6.
22. Sudhakar A, Srivatsa G, Shetty R, Rajeswari CL, Manvi S. Evaluation of the
various drying methods on surface hardness of type IV dental stone. Journal of
International Oral Health 2015; 7(3): 1-4.
23. Powers JM, Sakaguchi RL. Craig’s Restorative dental materials. 12th ed.
Missouri: Elsevier, 2009: 314-23.

Universitas Sumatera Utara


74

24. Dhage SM, Miraje AA, Kumbhojkar AA. Computer-aided design optimization of
the crosshead of a ball screw driven universal testing machine: A review. Journal
of Computer Aided Manufacturing and Automation 2016; 1(1): 39-44.
25. Abass SM, Mahmood MA, Khalaf BS. Effect of microwave irradiation on
disinfection, dimensional accuracy, and surface porosity of dental casts. MDJ
2011; 8(2): 117-84.
26. Carr AB, Brown DT. Removable partial prosthodontics. 12th ed. Canada: Elsevier
Mosby, 2011: 56-8.
27. Aljubouri ZA, Al-Rawas AM. Physical properties and compressive strength of
the technical plaster and local juss. Iraqi J Earth Sciences 2009; 9(2): 49-58.
28. Alberto N, et al. Characterization of different water/powder ratios of dental
gypsum using fiber bragg grating sensors. Dental Materials Journal 2011; 30(5):
700-6.
29. Taira H, Nakamura H. Microwave drying of monolithic refractories. Nippon Steel
Technical Report 2008; 29: 70-5.
30. Rahma RA. Microwave. 05 Januari 2012.
https://rizkaauliarahma.wordpress.com/2012/01/05/microwave/ (01/02/2017).
31. Ganesapillai M, Arunagiri, Regupathi L. Dehydration characteristics and drying
quality of plaster of paris using microwave heating process. In: Applied Science
Innovations Private Limited, India. Proceeding of ICNM, 2009: 212-22.
32. Anaraki MR, Loftipour F, Moslehifard E, Morntaheni A, Sigari P. Effect of
different energy levels of microwave on disnifection of dental stone casts. JODDD
2013; 7(3): 140-6.
33. Chandrasekaran S, Ramanathan S, Basak T. Microwave material processing – A
review. Indian Institute of Technology Madras, 2011: 1-3.
34. Malaviya N, Shrestha A. Comparative evaluation of surface detail changes and
compressive strength of gypsum casts and dies after immersion in hypochlorite
solution and microwave irradiation. – An in vitro study. International Journal of
Contemporary Medical Research 2016; 3(6): 1547-51.

Universitas Sumatera Utara


75

35. Khalaf HAR, Mohammed MR. Effect of disinfectant agents on certain Physical
and Mechanical Properties of Type IV Dental Stone. J Bagh College Dentistry
2014; 26(1): 24-31.
36. Sophia M, Sakthieswaran N. Gypsum as a construction material – A review of
recent developments. IJIRST 2016; 2(12): 315-23.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

I. Kekuatan Kompresi

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelompok Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Kekuatan Kompresi Kelompok A .270 10 .037 .849 10 .057

Kelompok B .243 10 .098 .850 10 .058

Kelompok C .155 10 .200* .928 10 .432

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

Data terdistribusi normal, p>0,05 (Shapiro-Wilk)

Universitas Sumatera Utara


Oneway

Descriptives

Kekuatan Kompresi

95% Confidence Interval for Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

Kelompok A 10 35.6640 .57386 .18147 35.2535 36.0745 35.04 36.53

Kelompok B 10 37.3860 .74242 .23477 36.8549 37.9171 36.55 38.37

Kelompok C 10 42.0550 1.53312 .48481 40.9583 43.1517 40.31 44.85

Total 30 38.3683 2.92302 .53367 37.2769 39.4598 35.04 44.85

Test of Homogeneity of Variances


Kekuatan Kompresi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.837 2 27 .034

Universitas Sumatera Utara


ANOVA
Kekuatan Kompresi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups 218.699 2 109.350 101.533 .000
Within Groups 29.079 27 1.077

Total 247.778 29

Ada perbedaan dengan nilai p<0,05, maka dilanjut dengan uji LSD

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons

Kekuatan Kompresi
LSD

Mean Difference 95% Confidence Interval

(I) kelompok (J) kelompok (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

Kelompok A Kelompok B -1.72200* .46411 .001 -2.6743 -.7697

Kelompok C -6.39100* .46411 .000 -7.3433 -5.4387

Kelompok B Kelompok A 1.72200* .46411 .001 .7697 2.6743

Kelompok C -4.66900* .46411 .000 -5.6213 -3.7167

Kelompok C Kelompok A 6.39100* .46411 .000 5.4387 7.3433

Kelompok B 4.66900* .46411 .000 3.7167 5.6213

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Universitas Sumatera Utara


II. Perubahan Dimensi

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Perubahan Dimensi Kelompok A .286 10 .020 .885 10 .149

Kelompok B .224 10 .168 .911 10 .287

Kelompok C .189 10 .200* .926 10 .410

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Data terdistribusi normal, dimana p>0,05 (Shapiro-Wilk)

Universitas Sumatera Utara


Oneway

Descriptives

Perubahan Dimensi

95% Confidence Interval for Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

Kelompok A 10 .0112000 .00091894 .00029059 .0105426 .0118574 .01000 .01300

Kelompok B 10 .0077000 .00094868 .00030000 .0070214 .0083786 .00600 .00900

Kelompok C 10 .0169000 .00137032 .00043333 .0159197 .0178803 .01500 .01900

Total 30 .0119333 .00399943 .00073019 .0104399 .0134267 .00600 .01900

Test of Homogeneity of Variances

Perubahan Dimensi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.536 2 27 .233

Universitas Sumatera Utara


ANOVA
Perubahan Dimensi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups .000 2 .000 178.592 .000
Within Groups .000 27 .000

Total .000 29

Ada perbedaan, dengan nilai p<0,05 maka dilanjutkan dengan uji LSD

Post Hoc Test

Multiple Comparisons

Perubahan Dimensi
LSD

95% Confidence Interval

(I) kelompok (J) kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

Kelompok A Kelompok B .00350000* .00049141 .000 .0024917 .0045083

Kelompok C -.00570000* .00049141 .000 -.0067083 -.0046917

Kelompok B Kelompok A -.00350000* .00049141 .000 -.0045083 -.0024917

Kelompok C -.00920000* .00049141 .000 -.0102083 -.0081917

Kelompok C Kelompok A .00570000* .00049141 .000 .0046917 .0067083

Kelompok B .00920000* .00049141 .000 .0081917 .0102083

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai