Anda di halaman 1dari 76

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2017

Kekasaran Permukaan Bahan


Termoplastik Nilon dengan Bahan Poles
yang Berbeda

Nasri, Khairani

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1678
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN TERMOPLASTIK
NILON DENGAN BAHAN POLES YANG BERBEDA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :
KHAIRANI NASRI
NIM: 130600139

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi
Kedokteran Gigi
Tahun 2017

Khairani Nasri

Kekasaran Permukaan Bahan Termoplastik Nilon Dengan Bahan Poles Yang


Berbeda.

xii+49 halaman

Termoplastik nilon sebagai bahan basis gigi tiruan harus memiliki permukaan
yang halus untuk meningkatkan kenyamanan pasien dan meminimalisir perlekatan
plak dan bakteri. Oleh karena itu, diperlukan proses pemolesan dengan bahan poles
untuk mendapatkan kehalusan permukaan termoplastik nilon. Tujuan penelitian untuk
mengetahui perbedaan kekasaran permukaan termoplastik nilon setelah dipoles
dengan bahan poles yang berbeda yaitu dentishine dan pumice. Sampel pada
penelitian ini menggunakan bahan termoplastik nilon yang dibuat berbentuk tablet
penampang 20 mm dan tebal 3 mm. Besar sampel penelitian 20 buah dibuat untuk
tiap kelompok, yaitu kelompok A dipoles dengan dentishine dan kelompok B dipoles
dengan pumice. Termoplastik nilon dimasukkan ke dalam cartridge dan dilelehkan
pada suhu 220-265ºC dengan furnace electric. Selanjutnya termoplastik nilon yang
telah meleleh dalam cartridge diinjeksikan ke dalam kuvet, kemudian dilepaskan dari
kuvet dan dipisahkan dari cartridge. Permukaan sampel diratakan dengan kertas pasir
grit 800, 1200, dan 2000 menggunakan rotary grinder. Kemudian sampel dipoles
dengan dentishine sebanyak 1 gram dan pumice sebanyak 1 gram dengan 1 ml air
selama 1 menit menggunakan polishing motor. Pengukuran kekasaran permukaan
dilakukan dengan profilometer. Hasil penelitian menunjukkan penurunan rata-rata
kekasaran permukaan tiap kelompok perlakuan pada kelompok A sebelum dipoles
0,5001±0,028345 μm dan setelah dipoles 0,23165±0,025551 µm, kelompok B
sebelum dipoles 0,4940±0,027736 μm dan setelah dipoles 0,28305±0,022409 μm dan

Universitas Sumatera Utara


nilai perubahan kekasaran kelompok A 0,26845±0,012816 dan kelompok B
0,21095±0,01812 ini menunjukkan kekasaran permukaan termoplastik nilon pada
kelompok A lebih rendah dibandingkan dengan kelompok B. Dari hasil uji t-
dependent pada tiap kelompok perlakuan diperoleh adanya perbedaan kekasaran
permukaan yang signifikan sebelum dan setelah dipoles, p=0,000 (p < 0,05). Dari
hasil uji t-independent diperoleh adanya perbedaan kekasaran permukaan yang
signifikan pada termoplastik nilon setelah dipoles dengan dentishine
0,26845±0,012816 μm dan setelah dipoles dengan pumice 0,21095±0,01812 μm
p=0,000 (p < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan kekasaran
permukaan termoplastik nilon yang signifikan sebelum dan setelah dipoles dengan
dentishine dan pumice dan juga terdapat perbedaan kekasaran permukaan yang
signifikan pada termoplastik nilon setelah dipoles dengan bahan poles yang berbeda
yaitu dentishine dan pumice, dimana kekasaran permukaan dipoles dengan dentishine
lebih rendah dibandingkan dipoles dengan pumice.
Daftar rujukan: 55 (1986-2016).

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 18 September 2017

Pembimbing: Tanda tangan

1. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes


NIP: 19540803 198003 2 001 ......................................

2. Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc


NIP: 19820911 20081 2 001 ...................................................

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji


pada tanggal 18 September 2017

TIM PENGUJI

KETUA: Lasminda Syafiar, drg., M.Kes

ANGGOTA: 1. Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc


2. Sumadhi S, drg., Ph.D
3. Rusfian drg., M.Kes

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, yaitu Ayahanda (Nasri) dan Ibunda
(Yuliar) yang telah memberikan kasih sayang yang tidak terbalas, mendoakan,
memberikan nasehat, semangat, dan dukungan baik moril maupun materil kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan
terimakasih kepada adik penulis Khairunnisa Nasri yang senantiasa memberikan
semangat dan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan,
bantuan, motivasi, saran-saran serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., Sp.RKG (K) sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes sebagai ketua Departemen Ilmu Material
dan Teknologi Kedokteran Gigi dan Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc sebagai
sekretaris Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi yang juga
sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga serta
pikiran dalam memberikan bimbingan dan pengarahan, serta membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Ilmu Material Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan
skripsi ini hingga selesai.

Universitas Sumatera Utara


4. Martina Amalia, drg., Sp. Perio selaku penasehat akademis yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalankan pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Pimpinan dan seluruh karyawan Unit Uji Laboratorium Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam
pembuatan sampel penelitian dan memberikan dukungan kepada penulis.
6. Drs. Moch. Agus Zaenuri, yang telah membantu penelitian ini dalam
menggunakan alat rotary grinder dan profilometer di Laboratorium Metallurgy
Teknik Mesin Polikteknik Negri Medan.
7. Darmayanti Siregar, drg., M.KM sebagai staf pengajar Departemen Ilmu
Kesehatan Gigi dan Mulut yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis
dalam analisis statistik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Akhirnya
penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan
pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi
khususnya Departemen Ilmu Material dan Tekonologi Kedokteran Gigi.

Medan, 18 September 2017


Penulis

(Khairani Nasri)
NIM : 130600139

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI .........................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.4 Hipotesis Penelitian.................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Termoplastik................................................................................ 5
2.2 Bahan Basis Gigi TiruanTermoplastik Nilon .............................. 6
2.2.1 Pengertian................................................................................. 6
2.2.2 Komposisi ................................................................................ 7
2.2.3 Manipulasi ................................................................................ 8
2.2.4 Keuntungan .............................................................................. 8
2.2.5 Kerugian ................................................................................... 8
2.3 Sifat-sifat ..................................................................................... 9
2.3.1 Sifat Mekanis ........................................................................... 9
2.3.2 Sifat Kimia dan Biologis .......................................................... 10
2.3.3 SifatFisis ................................................................................... 10
2.4 Finishing dan Pemolesan ............................................................ 12
2.4.2 Finishing .................................................................................. 12

Universitas Sumatera Utara


2.4.2 Pemolesan ................................................................................ 12
2.4.2.1 Bahan poles ........................................................................... 13
2.4.2.2 Alat Finishing dan Pemolesan .............................................. 14
2.4.2.3 Manfaat Pemolesan ............................................................... 14
2.5 Kerangka Teori............................................................................ 15
2.6 Kerangka Konsep ........................................................................ 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 17
3.2 Desain Penelitian ......................................................................... 17
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 17
3.3.1Tempat Penelitian...................................................................... 17
3.3.2Waktu Penelitian ....................................................................... 17
3.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian .......................................... 17
3.4.1 Sampel Penelitian ..................................................................... 17
3.4.2 Besar Sampel Penelitian ........................................................... 18
3.5 Kriteria Sampel ........................................................................... 18
3.5.1 Kriteria Inklusi ......................................................................... 18
3.5.1Kriteria Eksklusi........................................................................ 19
3.6 Variabel Penelitian ...................................................................... 19
3.6.1 Variabel Bebas ......................................................................... 19
3.6.2 Variabel Terikat ....................................................................... 19
3.6.3 Variabel Terkendali .................................................................. 19
3.6.4 Variabel TidakTerkendali ........................................................ 20
3.7 Definisi Operasional .................................................................... 20
3.8 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 20
3.8.1 Alat Penelitian .......................................................................... 20
3.8.1.1Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Sampel ............... 20
3.8.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel ....................... 24
3.8.2 Bahan Penelitian....................................................................... 24
3.9 Prosedur Penelitian...................................................................... 26
3.9.1 Pembuatan Sampel Penelitian .................................................. 26
3.9.1.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian .............................. 26
3.9.1.2 Pembuatan Sampel Nilon ...................................................... 26
3.9.2 Finishing dan Pengukuran Kekasaran Awal ............................ 31
3.9.2.1 Finishing ............................................................................... 31
3.9.2.2 Pengukuran Kekasaran Awal ................................................ 31
3.9.3 Pemolesan dan Pengukuran Kekasaran Akhir ......................... 32
3.9.3.1 Pemolesan ............................................................................. 32
3.9.3.2 Pengukuran Kekasaran Akhir ............................................... 33
3.10 Analisis data .............................................................................. 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN


4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 35
4.2 Analisis Hasil Penelitian ............................................................. 38

Universitas Sumatera Utara


BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................... 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ................................................................................. 44
6.2 Saran............................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Hasil pengukuran kekasaran permukaan termoplastik nilon
sebelum dan setelah dipoles ........................................................... 35

2. Hasil pengukuran kekasaran permukaan termoplastik nilon


sebelum dan setelah dipoles dengan pumice .................................. 36

3. Hasil uji normalitas data kekasaran permukaan termoplastik


nilon sebelum dan setelah dipoles kelompok A dan kelompok
B serta perubahan kekasaran tiap kelompok .................................. 38

4. Analisis statistik uji t-dependen kekasaran permukaan


termoplastik nilon sebelum dan setelah dipoles dengan
dentishine dan pumice .................................................................... 39

5. Analisis statistik uji t-independent kekasaran termoplastik


nilon setelah dipoles dengan dentishine dan pumice ..................... 40

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Sifat polimer crystalline dan amorphous ....................................... 5

2. Gigi tiruan nilon ............................................................................. 7

3. Reaksi antara dua asam amino (monomer) .................................... 7

4. Bentuk dan ukuran sampel ............................................................. 17

5. Timbangan digital .......................................................................... 20

6. Gelas ukur ...................................................................................... 21

7. Kuvet khusus .................................................................................. 21

8. Vibrator .......................................................................................... 21

9. Cartridge ........................................................................................ 22

10. Furnace .......................................................................................... 22

11. Injektor ........................................................................................... 22

12. Mikromotor .................................................................................... 23

13. Rotary grinder ................................................................................ 23

14. Polishing motor .............................................................................. 23

15. Profilometer ................................................................................... 24

16. Termoplastik nilon ......................................................................... 24

17. Gips keras ....................................................................................... 24

18. Tinfoil ............................................................................................ 25

19. Cincin plastik ................................................................................. 25

Universitas Sumatera Utara


20. Malamsprue ................................................................................... 25

21. Pumice............................................................................................ 25

22. Dentishine ...................................................................................... 26

23. Penanaman model induk pada kuvet bawah .................................. 27

24. Pemasangan sprue dan kuvet atas .................................................. 27

25. Pengisian kuvet atas ....................................................................... 28

26. Kuvet setelah dikeringkan dengan tisu .......................................... 29

27. Cartridge dimasukkan kedalam furnace ........................................ 29

28. Nilondiinjeksikedalamkuvet .......................................................... 30

29. Nilon dipisahkan dari cartridge ..................................................... 30

30. Sampel dihaluskan permukaannya dengan kertas pasir di rotary


grinder............................................................................................ 31

31. Skema daerah yang diukur ............................................................. 31

32. Pengukuran kekasaran awal sampel menggunakan profilometer .. 32

33. Pemolesan sampel dengan dentishine ............................................ 32

34. Pemolesan sampel dengan pumice ................................................. 33

35. Sampel setelah dipoles ................................................................... 33

36. Pengukuran kekasaran akhir sampel menggunakan profilometer.. 34

37. Grafik hasil pengukuran kekasaran permukaan termoplastik


nilon sebelum dan setelah dipoles dengan dentishine dan pumice 37

38. Grafik nilai rerata perubahan kekasaran permukaan kelompok A


dan kelompok B ............................................................................. 38

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Alur penelitian

2. Hasil pengukuran kekasaran permukaan termoplastik nilon sebelum dan

setelah dipoles dengan dentishine

3. Hasil pengukuran kekasaran permukaan termoplastik nilon sebelum dan

setelah dipoles dengan pumice

4. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk

5. Output uji t-dependent kekasaran permukaan termoplastik nilon sebelum

dan setelah dipoles dengan dentishine

6. Output uji t-dependent kekasaran permukaan termoplastik nilon sebelum

dan setelah dipoles dengan pumice

7. Output uji t-independent kekasaran permukaan termoplastik nilon ssetelah

dipoles dengan dentishine dan pumice

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permintaan pasien akan gigi tiruan yang dapat memperbaiki kualitas fungsi
pengunyahan, biokompatibel dan juga nilai estetis yang sangat baik memicu dokter
gigi untuk membuat basis gigi tiruan yang nyaman bagi pasien sehingga penggunaan
resin termoplastik sebagai bahan basis gigi tiruan meningkat.1,2,3 Penggunaan resin
termoplastik dalam kedokteran gigi terus berkembang dalam dekade terakhir. 2,4 Resin
termoplastik terbagi atas asetal, polikarbonat, akrilik, dan nilon. 5,6
Dalam beberapa tahun ini, ter moplastik nilon telah menarik perhatian sebagai
bahan basis gigi tiruan.7,8,9 Penggunaan bahan termoplastik nilon telah mencapai
suatu kemajuan dalam bahan kedokteran gigi.2,4,10 Termoplastik nilon merupakan
bahan termoplastik yang diperkenalkan sebagai bahan basis gigi tiruan pada tahun
1950an.9,11 Termoplastik nilon adalah nama generik pada tipe termoplastik polimer
yang termasuk dalam kelas poliamida. Secara kimiawi, termoplastik nilon merupakan
kondensasi kopolimer dibentuk dengan mereaksikan bagian yang sama dari diamina
dan asam dikarboksilat menggunakan teknik injection moulding.12-14 Sejak
diperkenalkan minat terhadap bahan ini pun terus meningkat. 1,2 Sinch dkk (2013)
menyatakan termoplastik nilon dapat menjadi pilihan yang baik ketika pasien
mementingkan estetis pada pemakaian gigi tiruan. 15
Termoplastik nilon memiliki nilai estetis yang sangat baik, ringan, kekuatan
fisik dan mekanis yang tinggi, daktilitas, stabilitas dimensi yang baik, tahan panas,
tidak poreus, biokompatibel, stabilitas warna yang baik, fleksibilitasnya tinggi yang
mengarah kepeningkatan fungsi pengunyahan dan kenyamanan pasien, dan baik bagi
pasien yang alergi terhadap monomer sisa. Selain itu, termoplastik nilon dapat
direline atau diperbaiki. Hal ini dapat mudah dimodifikasi untuk meningkatkan
kekakuan dan ketahanan aus.16- 19

Universitas Sumatera Utara


Salah satu kekurangan termoplastik nilon memiliki titik leleh yang rendah
sehingga memiliki permukaan yang kasar. 20,21 Berdasarkan evaluasi Abuzar dkk.,
(2010) mengenai perbedaan kekasaran permukaan basis gigi tiruan termoplastik nilon
dengan resin akrilik polimerisasi panas. Hasil penelitian menunjukkan basis
gigitiruan termoplastik nilon lebih kasar dibanding resin akrilik polimerisasi panas. 22
Hilgenberg (2008) mengutip pendapat dari Radford dkk., (1998) dan Taylor
dkk., (1998) yang menemukan perlekatan bakteri lebih banyak terdapat pada
permukaan yang kasar.23 Al keharif (2014) mengutip pendapat dari Barbeau dkk.,
(2003) Berger dkk., (2006) dan Radford dkk., (1997) mengenai kekasaran permukaan
gigi tiruan akan meningkatkan adhesi mikroba dan retensi plak serta mengurangi
kesehatan mulut pasien. Penelitian telah menunjukkan korelasi langsung antara
kekasaran permukaan dan retensi plak, maturasi plak, kolonisasi Candida Albicans
dan kaitannya dengan denture stomatitis.24
Permukaan basis gigi tiruan yang ideal yaitu permukaan yang tingkat
kekasarannya rendah untuk mencegah retensi mikroorganisme dan mencegah infeksi
lokal.25 Kekasaran permukaan bahan termoplastik nilon dapat diukur dengan
menggunakan profilometer.3,21,22. Dalam studi vivo oleh Bollen dkk., (1997) dan
Quirynen dkk., (1995) dan penelitian in vitro oleh O'Donnell dkk., (2003)
mengungkapkan bahwa secara klinis, kekasaran permukaan dari bahan kedokteran
gigi yang ideal adalah sekitar 0,2 µm.24,26 Zortuk M dkk., (2008) menyatakan
kekasaran permukaan suatu restorasi sebesar 0,3 µm dapat melukai lidah pasien dan
efek negatifnya dapat mengganggu kenyamanan pasien. 27
Permukaan akhir pada gigi tiruan merupakan faktor penting yang menentukan
kenyamanan pasien, gigi tiruan tahan lama dan estetis. 24,26 Pemolesan adalah salah
satu metode yang membantu pemeliharaan kebersihan gigi tiruan dengan
meningkatkan pengurangan kolonisasi Candida. Pemolesan permukaan gigi tiruan
yang secara langsung dapat mempengaruhi perlekatan mikroorganisme. 28 Basis gigi
tiruan harus dipoles untuk memberikan kenyamanan, estetis yang baik, efisiensi
mengunyah, dan bahan gigi tiruan dapat tahan lama. 29 Bahan poles digunakan untuk
meratakan permukaan yang kasar pada permukaan basis gigi tiruan yang akan

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan retensi mikroorganisme dan menghasilkan permukaan yang halus.30,31
Permukaan yang halus pada basis gigi tiruan akan membuat pasien nyaman dan dapat
menggunakan gigi tiruan dalam jangka waktu panjang serta akumulasi plak dapat
dihindari.3
Pumice merupakan bahan yang paling banyak digunakan sebagai bahan poles
untuk basis gigi tiruan dalam kedokteran gigi. 24,32 Pumice berasal dari bebatuan
vulkanik yang terbentuk akibat erupsi, memiliki tekstur kasar yang terdiri dari silika
berwarna abu-abu muda.30,33 Bahan poles lain yang bersifat abrasif yaitu dentishine
mengandung bahan abrasif diatomite atau diatomaceous earth atau yang lebih dikenal
kieselguhr yang terdiri atas sisa-sisa silika dari tanaman laut. Merupakan bahan
abrasif yang sangat halus.30,34,35
Prosedur poles pada basis gigi tiruan dapat menggunakan teknik poles
mekanis maupun teknik poles kimia. Teknīk poles mekanis termasuk teknik poles
konvensional laboratorium dapat dilakukan dengan berbagai macam bahan poles
rubber, polishing wheels, felt cones, pumice dengan air. Sedangkan teknik poles
kimia yang terdiri dari merendam bahan dasar gigi tiruan dalam monomer yang
dipanaskan.36
Berdasarkan penelitian Al Rifaiy (2010) tentang pengaruh teknik poles
mekanis dan teknik poles kimia pada kekasaran permukaan resin akrilik polimerisasi
panas mengatakan kekasaran permukaan lebih rendah pada teknik poles mekanis
dibandingkan dengan teknik poles kimia karena teknik poles mekanis adalah teknik
poles paling efektif.37
Pada penelitian Gungor dkk., (2014) yang membandingkan kekasaran
permukaan termoplastik nilon yang dipoles menggunakan pumice, acrylic polisher hp
blue, dan acrypoint, bahwa termoplastik nilon dipoles dengan bahan poles pumice
memberikan permukaan yang paling halus.36 Penelitian Oh Ju-Won dkk., (2012)
menyatakan bahwa terdapat perbedaan kekasaran permukaan termoplastik nilon
dengan bahan poles yang berbeda yaitu pumice, acrypoint dan high dental system
polisher (brown and pink polisher) dengan nilai kekasaran permukaan termoplastik
nilon yang paling halus terdapat pada pumice.38

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan uraian diatas, bahwa belum ada penelitian mengenai kekasaran
permukaan termoplastik nilon dipoles dengan bahan poles dentishine. Maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kekasaran permukaan termoplastik
nilon dengan bahan poles yang berbeda yaitu dentishine dan pumice.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas, diperoleh rumusan masalah yaitu apakah ada perbedaan
kekasaran permukaan termoplastik nilon setelah dipoles dengan bahan poles yang
berbeda yaitu dentishine dan pumice.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekasaran
permukaan termoplastik nilon setelah dipoles dengan bahan poles yang berbeda yaitu
dentishine dan pumice.

1.4 Hipotesis Penelitian


Tidak ada perbedaan kekasaran permukaan termoplastik nilon setelah dipoles
dengan bahan poles yang berbeda yaitu dentishine dan pumice.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam
melakukan pemilihan bahan poles pada termoplastik nilon.
2. Sebagai usaha untuk dapat memperbaiki kelemahan sifat bahan kedokteran
gigi.
3. Sebagai usaha untuk dapat menghasilkan bahan basis gigi tiruan yang lebih
baik
4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya di bidang Ilmu
Material dan Teknologi Kedokteran Gigi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Termoplastik
Termoplastik adalah bahan yang dapat dilunakkan dengan pemanasan dan
diubah menjadi bentuk solid tanpa mengalami perubahan struktur kimia. Resin
termoplastik terbentuk dari ikatan rantai molekul yang dikenal dengan polimer
dengan panjang dan berat molekul yang berbeda. 1 Bahan ini dapat dibagi dalam
bentuk amorphous ataupun crystalline. Pada keadaan amorphous, resin memiliki
ikatan rantai molekul yang tidak teratur, sedangkan pada keadaan crystalline, ikatan
molekulnya lebih teratur. Bahan termoplastik sendiri tidak ada yang memiliki
keadaan 100% crystalline, melainkan semi-crystalline yaitu struktur kimia yang
memiliki bentuk amorphous dan crystalline (Gambar 1). Dalam keadaan amorphous,
resin termoplastik memiliki sifat glass transition temperature (Tg), sedangkan pada
keadaan semi-crystalline resin termoplastik memiliki glass transition temperature
(Tg) dan melting temperature (Tm). Ketika proses pemanasan, ikatan rantai kimia
amorphous dapat mengalir karena material telah mencapai nilai Tg, sedangkan pada
keadaan crystalline, material harus mencapai nilai Tm agar ikatan rantai kimianya
dapat mengalir.39

Gambar 1. Sifat Polimer Crystalline dan Amorphous39

Universitas Sumatera Utara


2.2 Bahan Basis Gigi Tiruan Termoplastik Nilon

2.2.1 Pengertian
Nilon adalah nama generik pada tipe termoplastik polimer yang termasuk
dalam kelas poliamida yang diproduksi dari monomer alifatik. Nilon merupakan
polimer pertama yang sukses secara komersial, dan merupakan serat sintetik pertama.
US Federal Trade Commission telah mendefinisikan nilon sebagai serat yang
dibentuk oleh rantai panjang poliamida sintetik yang kurang dari 85% hubungan
amida melekat langsung ke dua cincin aromatik. Nilon dibentuk pada skala industri
dengan kondensasi hexamethylene diamine dan asam dikarboksilat.43 Pada tahun
1950 termoplastik nilon diperkenalkan sebagai bahan basis gigi tiruan. 1,14-16
Penggunaan termoplastik nilon pertama kali di kedokteran gigi tidak begitu
memuaskan oleh karena sifat penyerapan air yang tinggi, perubahan warna,
pembentukan permukaan yang kasar dan sulit dipoles. 22
Beberapa tahun ini, termoplastik nilon telah menarik perhatian sebagai bahan
basis gigi tiruan.7,8 Penggunaan bahan termoplastik nilon telah mencapai suatu
kemajuan dalam bahan kedokteran gigi. 2,4,9 Termoplastik nilon memiliki sifat estetis
yang sangat baik dengan translusensi warna dan baik bagi pasien yang alergi terhadap
monomer sisa (Gambar 2). Bahan ini juga memiliki fleksibilitas dan ketahanan aus
yang baik serta stabilitas dimensi yang tinggi. Sifat dan karakteristik tersebut
merupakan faktor penting untuk menciptakan basis gigi tiruan tahan lama. 19,20
Pada tahun 1962, Munns menggunakan teknik injection-moulding yang
dimodifikasi dalam pembuatan termoplastik nilon dan menganjurkan pasien yang
memakai gigitiruan berbahan basis nilon untuk memberikan perhatian yang khusus
agar dapat mencegah kerusakan gigitiruan yang digunakan. 41

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2. Gigi Tiruan Termoplastik Nilon42

2.2.2 Komposisi
Termoplastik nilon mengandung amorphous dan crystalline, crystalline yang
ada pada termoplastik nilon hanya sebagian crystalline.43 Efek kristal ini
mengakibatkan termoplastik nilon memiliki sifat yang tidak dapat larut dalam pelarut,
ketahanan panas yang tinggi dan kekuatan yang tinggi serta daktilitas. 9 Struktur
kristal poliamida didominasi oleh ikatan hidrogen. 42,43 Secara kimia, termoplastik
nilon diproduksi oleh reaksi kondensasi kopolimer antara diamine NH2-(CH2)6-NH2
dan asam dicarboxylic CO2H-(CH2)4-COOH (Gambar 3).9,12 Unsur kimia yang
termasuk adalah karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen. Reaksi polimerisasi kimia
adalah sebagai berikut:12

Gambar 3. Reaksi antara Dua Asam Amino (Monomer)12

Kopolimerisasi atau pembentukan kopolimer, selalu menyebabkan ketidak-


teraturan sehingga mendorong terbentuknya struktur nonkristal. Struktur nonkristal
relatif mudah terbentuk karena molekul rantai panjang yang fleksibel ini mudah
berbelit satu sama lain. Molekul rantai panjang ini kebanyakan jenuh, dan sering
mengikat gugus atom pada sisinya dan oleh karenanya jarang terjadi susunan yang
rapat dan hal ini memudahkan terbentuknya struktur nonkristal. 44,45

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Manipulasi
Termoplastik nilon tidak dapat larut sehingga tidak dapat dibuat dalam bentuk
adonan dan mengisi mould dengan teknik biasa, tapi harus dilelehkan dan
diinjeksikan ke dalam kuvet di bawah tekanan (injection-moulding). Termoplastik
nilon dimasukkan dalam satu cartridge dan dilelehkan pada suhu 220 - 265ºC dengan
furnace elektrik. Selanjutnya termoplastik nilon yang telah meleleh ditekan ke dalam
kuvet oleh plugger di bawah tekanan yang diberikan oleh pres hidrolik atau manual.
Tekanan injection-moulding dijaga pada tekanan 5 bar selama 3 menit kemudian
kuvet beserta cartridge segera dilepaskan. Kuvet kemudian dibiarkan dingin pada
suhu kamar selama 30 menit sebelum dibuka.21,46

2.2.4 Keuntungan16-19
Keuntungan pada bahan basis gigi tiruan nilon adalah
1. Estetis lebih baik karena bersifat translusen sehingga dapat
menggambarkan warna jaringan yang berada di bawahnya dan tidak menggunakan
cangkolan logam.
2. Tipis dan ringan tetapi sangat kuat sehingga tidak mudah patah dan tidak
mudah mengalami kerusakan.
3. Biokompatibel karena tidak mengandung monomer sisa, sehingga aman
digunakan untuk pasien yang alergi terhadap monomer sisa atau metal metakrilat.
4. Lebih lentur sehingga tekanan hampir seluruhnya disalurkan ke gigi
penyangga dan struktur tulang di bawahnya.
5. Pasien bebas melakukan pergerakan selama pengunyahan karena
fleksibilitas yang tinggi sehingga meningkatkan kenyamanan.
6. Hampir tidak memiliki porositas.
7. Tidak dapat mengalami crazing.
8. Dapat direline dan diperbaiki.
9. Tahan abrasi
10. Resisten terhadap panas dan bahan kimia

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerugian 2,12,47
1. Pembentukan permukaan yang kasar sehingga menjadi tempat perlekatan
bakteri karena memiliki titik leleh yang rendah
2. Penyerapan air yang tinggi
3. Stabilitas warna rendah
4. Proses pembuatannya lebih mahal dan memerlukan peralatan khusus di
laboratorium.
5. Sulit dalam pemrosesan

2.3 Sifat-Sifat
Sifat dari suatu bahan basis gigitiruan terbagi atas sifat mekanis, sifat biologis,
sifat kimia, dan sifat fisis.

2.3.1 Sifat Mekanis


a. Fatique
Fatique adalah rusaknya atau patahnya suatu bahan yang disebabkan beban
berulang di bawah batas tahanan bahan. Fraktur gigitiruan dapat terjadi sebagai akibat
dari fatique.48 Mathews dan Smith (1955) menyatakan bahwa daya tahan termoplastik
nilon terhadap fatique atau stressing yang berulang juga merupakan salah satu
kelebihan utama nilon.41 Termoplastik nilon memiliki ketahanan yang lebih tinggi
dibanding resin akrilik polimerisasi panas.1
b. Kekuatan Tensil
Kekuatan tensil termoplastik nilon adalah 10.000-11.500lb./sq. Nilai kekuatan
tensil termoplastik nilon lebih besar dibandingkan resin akrilik yang memiliki
kekuatan tensil sebesar 7.000-8.000 ib./sq.1
c. Flexural Strength
Flexural strength (kekuatan fleksural) adalah kemampuan suatu restorasi
untuk menahan beban dari tekanan kunyah. Kekuatan fleksural sangat
dipertimbangkan sebagai indikator kekuatan dari suatu material. Kekuatan fleksural
yang buruk dapat menyebabkan bahan basis gigi tiruan tidak mampu menahan beban
mastikasi yang berlebihan. Kekuatan fleksural yang tinggi dibutuhkan oleh suatu

Universitas Sumatera Utara


material untuk tahan terhadap tekanan penguyahan yang dapat mengakibatkan
deformasi permanen.49 Nilai flexural strength termoplastik nilon 16000 psi.13

2.3.2 Sifat Kimia dan Biologis


a. Pembentukan Koloni Bakteri
Perlekatan candida termoplastik nilon pada pertumbuhan biofilm lebih tinggi
dibanding dengan resin akrilik polimerisasi panas. 1 Pembentukan koloni bakteri pada
permukaan gigitiruan dipengaruhi oleh penyerapan air, kekerasan permukaan dan
kekasaran permukaan.50,51 Hilgenberg SP (2008) mengutip pendapat Radford dkk.,
(1998) dan Taylor dkk., (1998) bahwa perlekatan bakteri lebih banyak terdapat pada
permukaan yang kasar.23 Perlekatan candida termoplastik nilon pada pertumbuhan
biofilm lebih tinggi dibanding dengan resin akrilik polimerisasi panas. 1
b. Biokompatibilitas
Termoplastik nilon tahan terhadap pelarut dan bahan kimia. Selain itu, karena
diproses dengan teknik injection-moulding, termoplastik nilon tidak memiliki
monomer sisa dan hampir tidak memiliki porositas. Termoplastik nilon juga aman
untuk pasien yang alergi terhadap logam dan monomer resin. 12,47

2.3.3 Sifat Fisis


a. Perubahan Dimensi
Parvizi dkk., (2004) membandingkan stabilitas dimensi basis gigi tiruan
termoplastik nilon dengan resin akrilik polimerisasi panas yang diproses secara
konvensional, dan resin akrilk yang dimanipulasi dengan injection moulding. Hasil
penelitian menunjukkan penyusutan tertinggi terjadi pada basis gigi tiruan nilon
termoplastik dengan persentase 2,5% pada lengkung dimensinya yaitu 2,8 kali lebih
besar dibandingkan dengan resin akrilik.9 Stabilitas dimensi yang rendah pada
termoplastik nilon diakibatkan karena sifatnya yang mudah menyerap air sehingga
menyebabkan ekspansi pada basis gigitiruan dan perubahan dimensi yang terjadi akan
berdampak pada proses fitting pada gigitiruan.1

Universitas Sumatera Utara


b. Perubahan Warna
Penyerapan warna secara ekstrinsik menyebabkan diskolorisasi pada
termoplastik nilon. Jika dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas,
termoplastik nilon memiliki stabilitas warna yang lebih rendah. Navarro S dkk.,
(2011) membandingkan stabilitas warna dari resin akrilik polimerisasi panasdengan
termoplastik nilon dalam berbagai minuman kopi, cola, red wine, dan air suling),
hasil penelitian menunjukkan perubahan warna yang signifikan terjadi pada
termoplastik nilon. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat penyerapan hygroscopic pada
termoplastik nilon dan memiliki penyerapan air yang tinggi. 9,12
c. Penyerapan Air
Pada basis gigi tiruan polimer, nilai penyerapan air tidak boleh melewati
32µg/mm3 (ISO Standard 1567, 1999).51 Diantara semua bahan basis gigi tiruan non
logam, termoplastik nilon memiliki penyerapan air yang paling besar.9
d. Kekasaran Permukaaan
Berdasarkan evaluasi Abuzar dkk (2010) mengenai perbedaan kekasaran
permukaan basis gigi tiruan termoplastik nilon dengan resin akrilik polimerisasi
panas. Hasil penelitian menunjukkan basis gigi tiruan termoplastik nilon lebih kasar
dibanding resin akrilik polimerisasi panas. Termoplastik nilon yang belum dipoles
memiliki permukaan yang lebih kasar akibat adanya disintegrasi pada permukaan
cetakan ketika proses injeksi dan juga karena suhu pemanasan yang tinggi. 22
Salah satu faktor yang mempengaruhi kekasaran permukaan pada gigitiruan
adalah jenis bahan basis gigitiruan yang digunakan seperti bahan termoplastik nilon
yang memiliki permukaan yang sulit dipoles bila dibandingkan dengan resin akrilik
sehingga menyebabkan basis gigitiruan termoplastik nilon memiliki permukaan yang
lebih kasar.2,22
Permukaan basis gigi tiruan yang ideal yaitu permukaan yang tingkat
kekasarannya rendah untuk mencegah retensi mikroorganisme dan mencegah infeksi
lokal.25 Kekasaran permukaan bahan termoplastik nilon dapat diukur dengan
menggunakan profilometer.3,21,22.

Universitas Sumatera Utara


Dalam studi vivo oleh Bollen dkk., (1997) dan Quirynen dkk., (1995) dan
penelitian in vitro oleh O'Donnell dkk., (2003) mengungkapkan bahwa secara klinis,
kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah sekitar 0,2
µm.24,26

2.4 Finishing dan Pemolesan


Finishing dan pemolesan mengandung bahan abrasif yang merupakan sebuah
zat keras yang bersifat abrasi atau mengikis yaitu suatu proses untuk pelepasan suatu
bahan yang dikenakan pada permukaan suatu bahan oleh bahan yang lain dengan
penggosokan, pemotongan, pengasahan atau dengan cara mekanis lainnya secara
berulang ulang oleh suatu gesekan.30,31

2.4.1 Finishing
Proses untuk menghilangkan defek permukaan atau goresan yang terjadi saat
proses membuat kontur (proses untuk membuat bentuk anatomis dengan memotong
atau menggerinda bahan yang berlebihan) menggunakan partikel keras seperti alat
cutting atau grinding.30,31

2.4.2 Pemolesan
Pemolesan adalah proses menghilangkan cacat permukaan atau goresan yang
diciptakan selama proses contouring melalui pemotongan atau instrumen grinding
atau keduanya. Tujuan pemolesan adalah memberikan permukaan yang halus, kilat
dan lebih bersinar. Pada akhir proses ini, seharusnya tidak ada goresan terlihat.
Namun, akan selalu ada goresan yang terdeteksi pada pembesaran tinggi. 30,31 Untuk
melihat kualitas permukaan dapat menggunakan alat profilometer. 21,22
Permukaan akhir pada gigi tiruan merupakan faktor penting yang menentukan
kenyamanan pasien, gigi tiruan tahan lama dan estetis. 24,26 Pemolesan permukaan gigi
tiruan yang secara langsung dapat mempengaruhi perlekatan mikroorganisme. 28
Salah satu kekurangan nilon sulit untuk dipoles sehingga memiliki permukaan
yang kasar.4,9 Permukaan yang kasar pada basis gigitiruan nilon termoplastik

Universitas Sumatera Utara


disebabkan nilon termoplastik memiliki titik leleh yang rendah sehingga bahan nilon
termoplastik menjadi sulit untuk dipoles.22

2.4.2.1 Bahan Poles


Adapun macam macam bahan poles gigi tiruan yaitu :
a. Tripoli
Bahan poles tripoli berasal dari endapan batu silika yang ringan dan rapuh.
Tripoli terdapat dalam warna putih, merah muda, abu-abu, merah, atau kuning.Tripoli
yang berwarna merah dan abu-abu paling sering digunakan dalam kedokteran gigi.
Tripoli banyak digunakan untuk memoles logam campur dan beberapa bahan basis
gigi tiruan.30,31
b. Tin Oxide
Tin oxide merupakan bahan poles yang banyak digunakan dalam kedokteran
gigi sebagai bahan pemoles untuk gigi dan restorasi logam yang baik di dalam mulut.
Bahan ini dicampur dengan air, gliserin atau alkohol bagi membentuk suatu pasta
abrasif ringan.30,31
c. Pumice
Pumice merupakan hasil dari aktivitas gunung berapi. Menghasilkan bahan
silika yang berwarna abu-abu muda.30,31 Terdiri dari silica (SiO2), alumina (Al2O3),
sodium oksida-potasium oksida (Na2OK2O), dan sedikit iron oksida (Fe2O3), kalsium
oksida (CaO), dan tin oksida (TiO2).32 Secara umum, pumice digunakan dalam bentuk
bubuk tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet. Bubuk pumice berasal dari batu
vulkanik yang sangat halus di Italia dan digunakan untuk memoles banyak restorasi
misalnya, basis gigi tiruan, enamel, amalgam gigi dan lempeng emas.30,31
d. Dentishine
Dentishine adalah bahan poles yang tidak bersifat toksik dan berupa polishing
pasta merah muda yang mempunyai kandungan diatomite, borax sodium, sodium
benzoate, stearic acid, caustic soda, sassafrass oil. Digunakan untuk memoles gigi
tiruan.52 Diatomite atau diatomaceous earth atau kieselguhr yang terdiri atas sisa-sisa
silika dari tanaman laut. Merupakan bahan abrasif yang sangat halus dipergunakan

Universitas Sumatera Utara


bukan hanya sebagai bahan poles tetapi juga sebagai filler pada beberapa bahan
kedokteran gigi.30,33-35

2.4.2.2 Alat Finishing dan Pemolesan22


1. Rotary grinder
2. Polishing motor
3. Cloth wheel

2.4.2.3 Manfaat Pemolesan


1. Memberikan kenyamanan, estetis yang baik, efisiensi mengunyah, dan
bahan gigi tiruan dapat tahan lama.29
2. Meratakan permukaan yang kasar pada permukaan basis gigi tiruan yang
akan menyebabkan retensi mikroorganisme dan menghasilkan permukaan yang
halus.30,31
3. Membantu pemeliharaan kebersihan gigi tiruan dengan meningkatkan
pengurangan kolonisasi candida.28

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Teori

Bahan Basis Gigi Tiruan

Non - Logam
Logam

Termoplastik Termoset

Akrilik Acetal Nilon Polikarbonat

Pengertian Komposisi Manipulasi Sifat Kelebihan Kekurangan


Poles

Mekanis Fisis Kimia Biologis Pumice Dentishine

Abrasi
Penyerapan Air Perubahan Warna Kekasaran Permukaan Perubahan Dimensi

Universitas Sumatera Utara


2.6 Kerangka Konsep

Termoplastik Nilon Bahan Poles

Pumice Dentishine

Sifat

Sifat Fisik Kekasaran Permukaaan Abrasi

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris.

3.2 Desain Penelitian


Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Pre-test and Post-test.

3.3 Tempat dan Waktu penelitian


3.3.1 Tempat Penelitian
1. Laboratorium UJI Dental FKG USU.
2. Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan.

3.3.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada April 2017 s/d Mei 2017.

3.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian


3.4.1 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini menggunakan bahan basis gigi tiruan termoplastik
nilon berbentuk tablet dengan ukuran penampang 20 mm dan ketebalan 3 mm. 23
(Gambar 4)

20 mm

3 mm

Gambar 4. Bentuk dan Ukuran Sampel

Universitas Sumatera Utara


3.4.2 Besar Sampel Penelitian
Jumlah sampel penelitian berdasarkan rumus Federer sebagai berikut:53

(t-1) (r-1) > 15

Keterangan:
t : jumlah perlakuan
r : jumlah ulangan.

Dalam rumus akan digunakan t = 2 karena sampel terdiri dari 2 kelompok


perlakuan, yaitu:
a. Kelompok A: Sampel termoplastik nilon sebelum dan setelah dipoles
dengan dentishine.
b. Kelompok B : Sampel termoplastik nilon sebelum dan setelah dipoles
dengan pumice

Jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:


(2-1) (r-1) > 15
1 (r-1) > 15
r-1> 15
r> 15 + 1
r> 16

Jumlah sampel minimum untuk masing-masing kelompok adalah 16, namun


untuk mendapatkan sampel yang lebih representatif maka ditetapkan besar sampel
tiap kelompok sebanyak 20 sampel.

3.5 Kriteria Sampel


3.5.1 Kriteria Inklusi
1. Tidak poreus
2. Sampel berbentuk tablet dengan ukuran penampang 20 mm dan ketebalan 3
mm.

Universitas Sumatera Utara


3.5.2 Kriteria Ekslusi
1. Bentuknya tidak sempurna.
2. Terdapat poreus.
3. Sampel retak.

3.6 Variabel Penelitian


3.6.1 Variabel Bebas
Bahan poles yang berbeda yaitu: dentishine dan pumice.

3.6.2 Variabel Terikat

Kekasaran permukaan termoplastik nilon.

3.6.3 Variabel Terkendali


1. Ukuran sampel, sampel berbentuk tablet dengan ukuran penampang 20
mm dan ketebalan 3 mm.
2. Perbandingan adonan gips keras perbandingan antara jumlah gips keras
dengan air yang digunakan untuk menanam sampel dalam kuvet yaitu 300 gr gips
keras : 90 ml air.
3. Suhu pemanasan termoplastik nilon yang digunakan untuk melunakkan
bahan termoplastik nilon pada alat furnace, yaitu 220 – 265°C
4. Waktu pemanasan termoplastik nilon, lamanya pemanasan bahan
termoplastik nilon pada alat furnace, yaitu 15 menit.
5. Finishing termoplastik nilon dilakukan dengan kertas pasir grit 800, 1200
dan 2000 menggunakan rotary grinder.
6. Teknik pemolesan termoplastik nilon menggunakan teknik mekanis
menggunakan polishing motor dengan kecepatan 2800 rpm.
7. Banyaknya bahan poles yaitu pumice 1 gram dan dentishine 1 gram.
8. Lamanya pemolesan bahan termoplastik nilon dengan bahan poles yaitu 1
menit.

Universitas Sumatera Utara


3.6.4 Variabel Tak Terkendali
1. Kecepatan pengadukan gips keras.
2. Waktu pengadukan gips keras.
3. Tekanan pada saat finishing dan pemolesan
4. Jarak antara sampel dengan cloth wheel

3.7 Defenisi Operasional


1. Termoplastik nilon adalah bahan termoplastik golongan poliamida yang
melunak bila dipanaskan dan diproses menjadi basis gigi tiruan flesibel dengan
injection moulding mengandung semi-crystalline dan amorphous mempunyai nilai
estetis dan fleksibilitas yang baik dan baik bagi pasien alergi terhadap monomer sisa.
2. Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan
yang telah diproses akhir dan dipoles, dan diukur dengan satuan mikrometer (µm)
3. Bahan poles adalah bahan yang digunakan untuk proses penyelesaian
yang paling halus dan akan menghasilkan goresan yang halus. Penelitian ini
menggunakan dentishine dan pumice.

3.8 Alat dan Bahan Penelitian


3.8.1 Alat Penelitian
3.8.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Sampel

1. Model induk terbuat dari logam berbentuk tablet dengan penampang 20


mm dan ketebalan 3 mm.
2. Mangkuk karet
3. Spatula
4. Timbangan digital (ACIS, China)

Gambar 5. Timbangan Digital (ACIS, China)

Universitas Sumatera Utara


5. Gelas ukur (Pyrex, Indonesia)

Gambar 6. Gelas Ukur (Pyrex, Indonesia)


6. Lekron (Smic, China)
7. Kuvet khusus

Gambar 7. Kuvet Khusus

8. Vibrator (Pulsar-2, Italy)

Gambar 8. Vibrator (Pulsar-2, Italy)

Universitas Sumatera Utara


9. Cartridge

Gambar 9. Cartridge

10. Furnace (Indonesia)

Gambar 10. Furnace (Indonesia)

11. Injektor

Gambar 11. Injektor

Universitas Sumatera Utara


12. Mikromotor (Strong 207 B, Korean)

Gambar 12. Mikromotor (Strong 207 B, Korean)


13. Bur fraser
14. Rotary grinder (Metaserv, Germany)

Gambar 13. Rotary Grinder (Metaserv, Germany)

15. Cloth wheel


16. Polishing motor (M2V Manfredi, Italy)

Gambar 14. Polishing Motor (M2V Manfredi, Italy)

17. Stopwatch (Alba AXA29ZX, Japan)


18. Tang potong (Krisbow, Indonesia)
19. Tisu

Universitas Sumatera Utara


3.8.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel
Profilometer (Marsurf M 300, Mahr, Germany).

Gambar 15. Profilometer (Marsurf M 300, Mahr, Germany).

3.8.2 Bahan Penelitian


1. Termoplastik nilon (Bioplast, Japan)

Gambar 16. Termoplastik Nilon


2. Gips keras (Moldano, Germany)

Gambar 17. Gips Keras (Moldano, Germany)


3. Vaselin

Universitas Sumatera Utara


4. Tinfoil

Gambar 18. Tinfoil


5. Kertas pasir
6. Cincin plastik

Gambar 19. Cincin Plastik

7. Malam sprue (Renfert, Germany)

Gambar 20. Malam Sprue (Renfert, Germany)

8. Pumice (Pumice Produits Dentaires, Switzerland)

Gambar 21. Pumice (Pumice Produist Dentaires, Switzerland). Mengandung bahan


silika berwarna abu-abu muda merupakan hasil dari aktivitas gunung
berapi.

Universitas Sumatera Utara


9. Dentishine (Ainsworth, Australian)

Gambar 22. Dentishine (Ainsworth, Australian). Mengandung bahan diatomite,


borax sodium, sodium benzoate, stearic acid, caustic soda, sassafrass
oil.

3.9 Prosedur Penelitian


3.9.1 Pembuatan Sampel Penelitian
3.9.1.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian
Sampel dibuat dari termoplastik nilon dengan model induk yang terbuat dari
logam berbentuk tablet dengan ukuran penampang 20 mm dan ketebalan 3 mm.

3.9.1.2 Pembuatan Sampel Nilon


1. Penanaman model induk pada kuvet bawah
a. Kuvet khusus disiapkan untuk dilakukan proses injection-moulding.
b. Kuvet diolesi dengan bahan separasi vaselin.
c. Gips keras dicampur air dengan perbandingan 300 gr gips keras: 90 ml air
pada rubber bowl.
d. Adonan gips keras diaduk dengan spatula hingga homogen kemudian
adonan gips keras dituang ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan di atas
vibrator.
e. Gips keras dibiarkan beberapa menit hingga konsistensinya sedikit
mengeras dan model induk yang telah diolesi vaselin dibenamkan sampai setinggi
permukaan adonan gips keras dalam kuvet khusus.
f. Gips keras dirapikan dan didiamkan selama 30 menit hingga mengeras.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 23. Penanaman Model Induk Pada Kuvet Bawah

2. Pemasangan sprue dan kuvet atas


a. Setelah gips mengeras, sprue sebagai jalan masuk bahan dilekatkan pada
tepi model dengan menggunakan malam.

Gambar 24. Pemasangan Sprue dan Kuvet Atas

b. Spru yang berlebihan dibuang dengan lekron.


3. Pengisian kuvet atas
a. Setelah model induk dipasang sprue, oleskan vaselin pada permukaan
gips, model induk dan kuvet atas.
b. Kuvet atas dipasang di atas kuvet bawah dan dikunci hingga rapat.

Universitas Sumatera Utara


c. Membuat adonan gips dalam mangkuk karet dengan perbandingan 300
gram gips stone : 90 mL air.
d. Adonan diaduk dengan spatula hingga homogen.
e. Kuvet diletakkan di atas vibrator dengan posisi vertikal dan vibrator
dijalankan.
f. Adonan gips dituang ke dalam kuvet melalui salah satu lubang pengisian
pada kuvet hingga adonan keluar dari lubang lainnya.

Gambar 25. Pengisian Kuvet Atas

g. Diamkan selama 30 menit hingga gips mengeras


4. Pengangkatan model induk dan pembuangan sprue
a. Kunci kuvet dibuka dan kuvet dipisahkan.
b. Model induk dilepaskan dari gips keras dengan menggunakan lekron.
c. Kuvet dibuka dan disiram dengan air mendidih hingga tidak ada lagi sisa
spru pada gips keras dan sisa air dikeringkan dengan tisu.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 26. Kuvet Setelah dikeringkan dengan Tisu

5. Injeksi bahan nilon ke dalam mold.


a. Kuvet dipasangkan kembali dan dikunci.
b. Cartridge untuk injeksi disiapkan, kemudian diletakkan tinfoil yang telah
dipotong berbentuk lingkaran pada dasar cartridge.
c. Bahan nilon dimasukkan ke dalam cartridge sebanyak 15 gram.
d. Cartridge berisi bahan nilon dimasukkan ke furnace untuk melunakkan
bahan nilon dengan energi panas pada suhu 220 – 265ºC selama 15 menit.

Gambar 27. Cartridge dimasukkan ke Dalam Furnace.

e. Setelah bahan nilon melunak, penutup cartridge dilapisi dengan cincin.


plastik dan dituang ke dalam kuvet khusus.

Universitas Sumatera Utara


f. Cartridge dipasangkan pada posisi vertikal di atas lubang sprue pada
kuvet khusus dan kuvet khusus ditempatkan pada injektor.
g. Bahan nilon diinjeksikan ke dalam kuvet.

Gambar 28. Nilon diinjeksi ke Dalam Kuvet.

h. Bahan nilon dibiarkan di bawah tekanan selama 3 menit kemudian


lepaskan dari alat injektor dan biarkan selama 30 menit hingga mengeras.
i. Kuvet khusus dilepaskan dari injektor dan dipisahkan.
j. Nilon dilepaskan dari kuvet.
k. Nilon dipisahkan dari cartridge menggunakan tang potong.

Gambar 29. Nilon dipisahkan dari Cartridge

Universitas Sumatera Utara


3.9.2 Finishing dan Pengukuran Kekasaran Awal
3.9.2.1 Finishing
1. Sampel dirapikan dengan menggunakan bur fraser hingga permukaan
sampel rata.
2. Sampel kemudian dihaluskan permukaannya dengan kertas pasir grit 800,
1200 dan 2000 menggunakan rotary grinder.

Gambar 30. Sampel dihaluskan Permukaannya dengan Kertas Pasir di Rotary


Grinder

3. Setelah finishing selesai kemudian dibersihkan dengan air setelah itu


dikeringkan dengan tisu.

3.9.2.2 Pengukuran Kekasaran Awal


1. Setelah kering, sampel diuji kekasaran permukaan awal kemudian ditandai
dengan spidol pada 3 daerah yang akan diukur.

Gambar 31. Skema Daerah yang Diukur

Universitas Sumatera Utara


2. Sampel diletakkan dibidang datar dan operator meletakkan stylus pada titik
pertama di permukaan sampel. Kemudian alat diaktifkan, stylus bergerak menelusuri
satu garis lurus (horizontal). Pengukuran dilakukan tiga kali pada masing-masing titik
yang telah ditandai sebelumnya. Ketiga hasil yang didapatkan akan dirata-ratakan.

Gambar 32. Pengukuran Kekasaran Awal Sampel Menggunakan Profilometer

3.9.3 Pemolesan dan Pengukuran Kekasaran Akhir


3.9.3.1 Pemolesan
1. Kelompok A sebanyak 20 sampel dipoles dengan menggunakan dentishine
seberat 1 gram diletakkan diatas sampel kemudian dilakukan pemolesan
menggunakan polishing motor dengan kecepatan 2800 rpm selama 1 menit.

Gambar 33. Pemolesan Sampel dengan Dentishine

Universitas Sumatera Utara


2. Kelompok B sebanyak 20 sampel dipoles dengan menggunakan pumice
seberat 1 gram yang dicampur dengan air 1 ml diletakkan diatas sampel
menggunakan polishing motor dengan kecepatan 2800 rpm selama 1 menit.

Gambar 34. Pemolesan Sampel dengan Pumice

3. Kemudian sampel dicuci dengan air dan dibersihkan dengan tisu.

Gambar 35. Sampel Setelah Pemolesan

3.9.3.2 Pengukuran Kekasaran Akhir


Setelah sampel dipoles lalu dilakukan pengukuran kekasaran permukaan
menggunakan alat profilometer. Sampel diuji kekasaran permukaannya pada tiga
daerah yang telah diberi tanda dengan stylus profilometer dan kemudian hasil
pengukuran ketiga titik tersebut dicatat dan dihitung rata-ratanya dengan satuan (μm)
sebagai data hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 36. Pengukuran Kekasaran Akhir Sampel Menggunakan Profilometer

3.10 Analisis Data


Data dianalisis secara statistik menggunakan :
1. Uji t-dependent (p≤0,05) untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan
sebelum dan setelah dipoles pada masing-masing kelompok.
2. Uji t-independent (p≤0,05) untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan
termoplastik nilon antara kelompok A yang dipoles dengan dentishine dan
kelompok B yang dipoles dengan pumice.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil rerata perhitungan kekasaran permukaan termoplastik nilon pada
kelompok A yaitu, sebelum dipoles (0,5001±0,028345) μm dan setelah dipoles
(0,23165±0,025551) µm. Pada hasil pengukuran kelompok A mengalami penurunan
kekasaran permukaan. Seperti yang tercantum pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengukuran kekasaran permukaan termoplastik nilon sebelum


dan setelah dipoles dentishine.

Kekasaran Permukaan (µm)


No Sampel Kelompok A (dipoles Dentishine)
Sebelum (µm) Setelah (µm) Perubahan (µm)
1 0,447 0,186 0,261
2 0,480 0,209 0,271
3 0,495 0,246 0,249
4 0,483 0,208 0,275
5 0,500 0,244 0,256
6 0,508 0,232 0,276
7 0,455 0,203 0,252
8 0,521 0,236 0,285
9 0,501 0,220 0,281
10 0,535 0,256 0,279
11 0,463 0,194 0,269
12 0,535 0,249 0,286
13 0,545 0,273 0,272
14 0,512 0,255 0,257
15 0,529 0,258 0,271
16 0,487 0,222 0,265
17 0,491 0,253 0,238
18 0,542 0,266 0,276
19 0,488 0,219 0,269
20 0,485 0,204 0,281
Rata-rata 0,5001 0,23165 0,26845
SD 0,028345 0,025551 0,012816

Universitas Sumatera Utara


Hasil rerata perhitungan kekasaran permukaan termoplastik nilon pada
kelompok B yaitu, sebelum dipoles (0,4940±0,027736) µm dan setelah dipoles
(0,28305±0,022409) μm. Pada hasil pengukuran kelompok B mengalami penurunan
kekasaran permukaan. Seperti yang tercantum pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengukuran kekasaran permukaan termoplastik nilon sebelum


dan setelah dipoles dengan pumice.

Kekasaran Permukaan (µm)


No Sampel Kelompok B (dipoles Pumice)
Sebelum (µm) Setelah (µm) Perubahan (µm)
1 0,493 0,258 0,235
2 0,448 0,266 0,182
3 0,511 0,319 0,192
4 0,515 0,291 0,224
5 0,469 0,276 0,193
6 0,483 0,275 0,208
7 0,465 0,252 0,213
8 0,535 0,326 0,209
9 0,492 0,294 0,198
10 0,498 0,260 0,238
11 0,501 0,300 0,201
12 0,526 0,298 0,228
13 0,462 0,256 0,206
14 0,527 0,311 0,216
15 0,470 0,255 0,215
16 0,546 0,292 0,254
17 0,500 0,303 0,197
18 0,476 0,282 0,194
19 0,503 0,284 0,219
20 0,460 0,263 0,197
Rata-rata 0,4940 0,28305 0,21095
SD 0,027736 0,022409 0,01812

Untuk mempermudah dalam melihat perbandingan nilai rata-rata hasil


pengukuran kekasaran permukaan pada kedua kelompok perlakuan maka dapat
digambarkan dalam grafik batang (gambar 37). Kekasaran permukaan termoplastik
nilon sebelum perlakuan digambarkan dengan batang berwarna biru sedangkan pada
kelompok setelah perlakuan digambarkan dengan grafik batang berwarna hijau muda.

Universitas Sumatera Utara


Pada kelompok bahan poles dentishine nilai rata-rata hasil pengukuran kekasaran
permukaan sebelum dipoles lebih tinggi dibandingkan dengan setelah dipoles, hal
tersebut juga terjadi pada kelompok bahan poles pumice nilai rata-rata hasil
pengukuran kekasaran permukaan sebelum dipoles lebih tinggi daripada setelah
dipoles sehingga didapatkan penurunan kekasaran permukaan termoplastik nilon pada
masing-masing kelompok yang mengakibatkan semakin halusnya permukaan
termoplastik nilon.

0.6
Rerata Kekasaran Permukaan (µm)

0.5

0.4

0.3 Sebelum
Setelah
0.2

0.1

0
Dentishine Pumice

Gambar 37. Grafik Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Termoplastik Nilon


Sebelum dan Setelah dipoles dengan Dentishine dan Pumice.

Untuk mempermudah dalam melihat perbandingan nilai rata-rata perubahan


kekasaran permukaan pada kedua kelompok perlakuan dapat digambarkan dalam
grafik batang berwarna kuning (Gambar 38). Nilai rata-rata perubahan kekasaran
permukaan termoplastik nilon setelah dipoles dengan dentishine pada kelompok A
lebih besar daripada kelompok B setelah dipoles dengan pumice, dimana nilai
kekasaran permukaan termoplastik nilon pada kelompok A lebih rendah dibandingkn
dengan kelompok B.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 39. Grafik Nilai Rerata Perubahan Kekasaran Permukaan Kelompok
A dan Kelompok B.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
Sebelum dilakukan analisa statistik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
data dengan uji Shapiro-Wilk yang menunjukkan bahwa data yang diperoleh
terdistribusi normal. Seperti pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji normalitas kekasaran permukaan termoplastik nilon


sebelum dan setelah dipoles kelompok A dan kelompok B serta p
perubahan kekasaran ssebelum dan setelah tiap kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig,
Pre Kelompok A .096 20 .200* .963 20 .612
Post Kelompok A .136 20 .200* .957 20 .478
Perubahan
.167 20 .145 .945 20 .299
Kelompok A
Pre Kelompok B .110 20 .200* .973 20 .808
Post Kelompok B .127 20 .200* .950 20 .364
Perubahan
.113 20 .200* .959 20 .526
Kelompok B

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil uji normalitas Shapiro-Wilk pada tabel 3 dapat dilihat kelompok A
sebelum dipoles dentishine nilai p = 0,612 (p > 0,05) setelah dipoles dentishine nilai p
= 0,478 (p > 0,05) dan kelompok B sebelum dipoles pumice nilai p = 0,808 (p > 0,05)
setelah dipoles pumice nilai p = 0,364 (p > 0,05) serta perubahan kelompok A nilai p
= 0,299 (p > 0,05) dan perubahan kelompok B nilai p = 0,526 (p > 0,05). Kemudian
dilanjutkan dengan uji t-dependent untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan
termoplastik nilon sebelum dan setelah dipoles pada tiap kelompok.

Tabel 4. Analisis statistik uji t-dependent kekasaran permukaan termoplastik


nilon sebelum dan setelah dipoles dengan dentishine dan pumice

Paired Differences t df Sig.


Mean Std. Std. 95% (2-
Devi Erro Confidence tailed)
ation r Interval of the
Mea Difference
n Lower Upper
Pre
Kelompok A .2684 .0128 .002 .26245 .27444
Pair 1 93.672 19 .000
- Post 50 16 866 2 8
Kelompok A
Pre
Kelompok B .2109 .0181 .004 .20247 .21942
Pair 2 52.078 19 .000
- Post 50 15 051 2 8
Kelompok B

Pada kelompok A didapatkan hasil nilai rerata±standard deviasi sebelum


dipoles dentishine (0,5001±0,028345) μm dan setelah dipoles dentishine
(0,23165±0,025551) µm diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan hipotesis
penelitian ditolak berarti ada perbedaan yang signifikan mengenai kekasaran
permukaan termoplastik nilon setelah dipoles dengan kelompok A.
Pada kelompok B didapatkan hasil nilai rerata±standard deviasi sebelum
dipoles pumice (0,4940±0,027736) μm dan setelah dipoles pumice

Universitas Sumatera Utara


(0,28305±0,022409) μm diperoleh nilai p = 0,000 (p ˂ 0,05) menunjukkan hipotesis
penelitian ditolak berarti ada perbedaan yang signifikan mengenai kekasaran
permukaan termoplastik nilon setelah dipoles dengan kelompok B.
Dari hasil analisis uji t-independent didapatkan hasil nilai rerata±standar
deviasi kelompok A (0,26845±0,012816) μm serta kelompok B (0,21095±0,01812)
μm dengan nilai p = 0,000 (p ˂ 0,05) berarti terdapat perbedaan yang signifikan
mengenai kekasaran permukaan termoplastik nilon setelah dipoles dengan bahan
poles yang berbeda yaitu kelompok A (dentishine) dan kelompok B (pumice).
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Analisis statistik uji t-independent kekasaran termoplastik nilon


setelah dipoles dengan dentishine dan pumice

Independent Samples Test

Levene's Test t-test for Equality of Means


for Equality of
Variances

F Sig. t Df Sig. Mean Std. Error 95% Confidence


(2- Difference Difference Interval of the
tailed) Difference

Lower Upper

Equal
varia
.06754
nces 2.129 .153 11.588 38 .000 .057500 .004962 .047455
5
assu
med
Selisih Equal
varia
nces .06758
11.588 34.210 .000 .057500 .004962 .047418
not 2
assu
med

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapatkan nilai rerata kekasaran permukaan termoplastik


nilon sebelum dipoles dan setelah dipoles dengan kelompok A dan kelompok B. Pada
kelompok A dipoles dengan dentishine diperoleh hasil rerata kekasaran permukaan
sebelum adalah 0,5001 μm dan setelah dipoles 0,23165 µm. Pada kelompok B
dipoles dengan pumice diperoleh hasil rerata kekasaran permukaan sebelum dipoles
0,4940 μm dan setelah dipoles 0,2830 μm. Hasil uji t-dependent diperoleh nilai p =
0,000 (p < 0,05), menunjukkan terdapat perbedaan signifikan kekasaran permukaan
sebelum dan setelah dipoles dengan kelompok A dan kelompok B. Hasil penelitian
ini menunjukkan penurunan kekasaran permukaan termoplastik nilon setelah dipoles
dengan kelompok A maupun kelompok B.
Penurunan kekasaran permukaan termoplastik nilon disebabkan karena bahan
poles mengandung abrasif yang mempunyai sifat abrasi yang dapat meratakan dan
menghaluskan permukaan. Bahan poles yang digunakan pada penelitian ini adalah
bahan poles yang berbeda dan jenis kandungan abrasif yang berbeda yaitu pada
kelompok A bahan poles dentishine dengan kandungan abrasif diatomite atau
diatomaceous earth atau kieselguhr yang terdiri atas sisa-sisa silika dari tanaman laut
kecil yang disebut diatom. Merupakan bahan abrasif yang sangat halus.32,36 Pada
kelompok B bahan poles pumice dengan kandungan abrasif silika berwarna abu-abu
muda merupakan hasil dari aktivitas gunung berapi yang memiliki tekstur yang
kasar.32,33,35 Permukaan yang dipoles dengan baik secara anatomis menghasilkan
permukaan yang halus.32,33
Dalam studi vivo oleh Bollen dkk., (1997) dan Quirynen dkk., (1995) dan
penelitian in vitro oleh O'Donnell dkk., (2003) mengungkapkan bahwa secara klinis,
kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah sekitar 0,2
µm.26,28 Hasil penelitian setelah dipoles menunjukkan 0,23 µm pada bahan poles

Universitas Sumatera Utara


dentishine dan 0,28 µm pada bahan poles pumice. Berdasarkan parameter tersebut,
nilai kekasaran permukaan untuk setiap kelompok sampel setelah pemolesan dapat
diterima.
Berdasarkan penelitian Gungor (2014) yang membandingkan kekasaran
permukaan termoplastik nilon yang dipoles menggunakan pumice, acrylic polisher hp
blue, dan acrypoint, termoplastik nilon dipoles dengan bahan poles pumice
memberikan permukaan yang paling halus.38 Begitu juga dengan penelitian Oh Ju-
Won dkk., (2012) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kekasaran permukaan
termoplastik nilon dengan bahan poles yang berbeda yaitu pumice, acrypoint dan
high dental system polisher (brown and pink polisher) dengan nilai kekasaran
permukaan termoplastik nilon yang paling halus terdapat pada pumice.40 Sejauh ini
belum ada penelitian mengenai kekasaran permukaan termoplastik nilon dipoles
dengan bahan poles dentishine.
Dari hasil uji t-independent terdapat perbedaan kekasaran permukaan yang
signfikan pada termoplastik nilon dengan bahan poles yang berbeda, dimana
kelompok A yang dipoles dengan dentishine memiliki kekasaran permukaan yang
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok B yang dipoles dengan pumice. Hal ini
disebabkan dentishine mengandung bahan abrasif diatomite atau diatomaceous earth
atau lebih dikenal dengan kieselguhr merupakan bahan poles non toksik dan
berukuran halus yang mungkin mempunyai ukuran partikel lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran partikel pumice.32,36 Hanna BA dkk., (2008) menyatakan dalam
pemolesan dibutuhkan partikel yang kecil yang lebih baik dalam meningkatkan
mekanisme pemolesan yang dapat menurunkan kekasaran permukaan.54 Karena
partikel yang lebih besar menyebabkan goresan yang lebih dalam pada material.55

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Adanya perbedaan kekasaran permukaan termoplastik nilon yang


signifikan sebelum dan setelah dipoles dengan dentishine dan pumice.
2. Terdapat perbedaan kekasaran permukaan yang signifikan pada
termoplastik nilon setelah dipoles dengan bahan poles yang berbeda yaitu dentishine
dan pumice, dimana kekasaran permukaan dipoles dengan dentishine lebih rendah
dibandingkan dipoles dengan pumice.

3.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kelompok sampel yang lebih


besar agar didapat tingkat validitas yang tinggi, sehingga perbedaan sifat kekasaran
permukaan termoplastik nilon setelah dipoles terlihat jelas.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai kekasaran
permukaan yang didapatkan dengan waktu dan teknik pemolesan yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Kohli S, Bhatia S. Polyamides in dentistry. Int J of Scientific Study 2013; 1(1):


20-5.
2. Nengrutiu M, Sinescu C, Romanu M, dkk. Thermoplastic resins for flexible
framework removable partial denture. TMJ 2005; 55 (3): 296-7.
3. MJ Mustafa, HM Amir. Evaluation of candida albicans attachment to flexible
denture base material (valplast) and heat cure acrylic resin usingdifferent
finishing and polishing techniques. J Bagh College Dentistry 2011; 23 (4): 36-41.
4. Nandal S, Ghalaut P, Shekhawat H, Gulati MS. New era in denture base resins: a
review. Dental Journal of Advance Studies 2013; 1(3): 136-143.
5. Bosiceanu DN, Bosiceanu DG, Bolat M, Baciu R. Flexible acrylate bersus
classic-viable. Therapeutical solution. Romanian Journal of Oral Rehabilitation
2016; 8(1):7-11.
6. MN El Khodary, MS El Shabrawy, AW El Naihoum. Laboratory evaluation of
newly formulated thermoplastic resin complete denture base materials.
International Journal of Science and Research 2016; 5(3): 1815-21.
7. Katsumata Y, HOJC Satoru, Hamano N, dkk. Bonding strength of
autopolymerizing resin to nylon denture base polymer. Dental Materials Journal
2009; 28(4): 409-18.
8. Salman M, Saleem S. Effect of different denture cleanser solution on some
mechanical and physical properties of nylon and acrylic denture base materials. J
Bagh College Dentistry 2011; 23(special issue):19-24.
9. Vojdani M, Giti R. Polyamide as a denture base material: A Literature Review. J
Dent Shiraz Univ Med Sci 2015; 16 (l): 1-9.
10. Vivek R, Soni R. Denture base materials: some relevant properties and their
determination 2015; 1(4):1-3.
11. Pintadi H. Kombinasi gigi tiruan kerangka logam dengan termoplastik. Journal
PDGI 2013; 62(2): 45-7.

Universitas Sumatera Utara


12. Sharma A, Shashidhara HS. A review: flexible removable partial dentures. J of
Dental and Medical Sciences 2014; 13(12): 58-62.
13. Kutsch VK, Whitehouse J, Schermerhorn C, dkk. The evolution and advancement
of dental thermoplastics. Dental Town Magazine 2003: 52,54.
14. Soygun K, Bolayir G, Boztug A. Mechanical and thermal properties if polyamide
versus reinforced PMMA denture base materials. J Adv Prosthodont 2013; 5:
153-60.
15. Singh JP, Dhiman RK, Bedi RPS, dkk. Flexible denture base material: a viable
alternative to conventional acrylic denture base material. Contemporary Clinical
Dentistry 2011: 2(4); 313-4.
16. Fueki Kenji, Ohkubo C, Yatabe M, dkk. Clinical application of removable partial
dentures using thermoplastic resin-part I: definition and indication of non metal
clasp dentures. Journal of Prosthodontic Research 2014; 58: 3-10.
17. Thumati P, S Padmaja, K Reddy R. Flexible denture in prosthodontics-an
overview. Indian Journal of Dental Advacement 2013; 5(4): 1380-5.
18. Jain R A. Flexible denture for partially edentulous arches-case reports.
International Journal of Recent Advances in Multidisciplinary Research 2015;
2(1): 0182-6.
19. AM Ali, KJ Raghdaa. Evaluation and comparison of the effect repeated
microwave irradiations on some mechanical and physical properties of heat cure
acrylic resin and valplast (nylon) denture base materials. J Bagh College
Dentistry. 2011; 23(3): 6-10.
20. Fueki Kenji, Ohkubo C, Yatabe M, dkk. Clinical application of removable partial
dentures using thermoplastic resin-part II: definition and indication of non metal
clasp dentures. Journal of Prosthodontic Research 2014; 58: 71-84.
21. Mekkawy MA, Hussein LA, Al sharawy MA. Comparative study of surface
roughness between polyamide, thermoplastic polymethylmethacrylate and acetal
resins flexible denture base materials before and after polishing. Life Science
Journal 2015; 12(10): 90-95.

Universitas Sumatera Utara


22. Abuzar MA, Bellur S, Duong N, Kim BB, Lu P, Palfreyman N, dkk. Evaluating
surface roughness of a polyamide denture base material in comparison with poly
(methyl methacrylate). J of Oral Science 2010; 52(4): 577-81.
23. Hilgenberg SP, Orellana-Jimenez EE, Sepulveda-Navarro WF, Arana-Correa BE,
Alves DCT, Campanha NH. Evaluation of surface physical properties of acrylic
resins for provisional prosthesis. Mat Res 2008; 11(3).
24. Al Kheraif AAA. The effect of mechanical polishing technique on the surface
roughness of heat-polymerized and visibke light-polymerized acrylic denture base
resins. The Saudi Dental Journal 2014; 26: 56-62.
25. Arici N, Ural C. The effect of a denture cleanser on the surface roughness of a
heat-cured and cold-cured acrylic resins. Turkish Journal Orthod 2013; 26(2): 92-
5.
26. Rao CD, Kalavathy N, Mohammad HS, dkk. Evaluation of the surface of three
heat-cured acrylic denture base resins with different conventional lathe polishing
techniques: a comparative study. The Journal of Indian Prosthodontic Society
2015; 5:374-80.
27. Zortuk M, Kilic K, Uzun G, Ozlurk A, Kesim B. The Effect of Different Fiber
Concentrations on the Surface Roughness of Provisional Crown and Fixed Partial
Denture Resin. European Journal of Dentistry 2008; (2): 185-190.
28. Sapathy A, MR Dakshaini. Gujjari KA. An evaluation of the adherence of
candida albicans on the surface of heat cure denture base material subjected to
different stages of polishing. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2013;
7(10): 2360-3.
29. Serra G, Morais LS, Elias CN. Surface morphology changes of acrylic resins
during finishing and polishing phases. Dental Press Journal of Orthodontics 2013;
26-30.
30. Anusavice KJ. Philips science dental materials. 11 th ed. St. Louis: Saunders
Elsevier, 2009: 351-71.
31. Anusavice KJ. Philips science of dental materials. 12th ed. Missouri: Elsevier,
2013: 231-46.

Universitas Sumatera Utara


32. Ahmad AS. Evaluation and compare between the surface roughness of acrylic
resine polished by pumice, white sand and black sand. J of Kerbala University
2011; 9: 51
33. Turhan S, Gunduz L. Determination of specific activitu of ra, th and k for
assessment of radiation hazards from Turkish pimice samples. J of environmental
radioactivity 2008; 99: 332-42.
34. Anusavice KJ. Phillip’s Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. 10 th ed. Alih
Bahasa. Budiman. EGC: Jakarta, 1996: 574.
35. Bakr HEG. Diatomite: Its Characterization, Modifications and Applications.
Asian Journal of Materials Science 2010; 2 (3): 121-136.
36. Gungor H, Gundogdu M, Duymus ZY. Investigation of the effect of different
polishing technique on the surface roughness of denture base and repair materials.
The Journal of Prosthetic Dentistry 2012; 112(5): 1271-7.
37. Al Rifaiy MQ.The effect of mechanical and chemical polishing techniques on the
surface roughness of denture base acrylic resins. The Saudi Dental Journal 2010;
22: 13-17.
38. Oh Ju-Won, Seo Jae-Min, Ahn Seung-Keun dkk. Surface roughness and candida
albicans adhesion to flexible denture base according to various polishing
methods. J korean acad of prosthodontics 2012; 50 (2): 106-10.
39. Woishnis W, Ebnesajjad S. Chemical resistance of thermoplastics. Oxford:
Elsevier, 2012: 21, 23, 24.
40. Swift. Module 2: standard & greener approaches to nylon synthesis.Chem 118
Organic Lab II 2005. 1-9.
41. Price CA. The effect of comparison of denture base polymers on impact
resistance. Tesis. Sydney: University of Sydney, 1986: 5-30.
42. Ragain JC, Umsted DE, Morrow BR, dkk. Effect of aging and denture cleanser on
the flexural strength and surface microhardness of two flexible denture materials.
International Journal of Dentistry and Oral Health 2015; 1(5): 1-4.

Universitas Sumatera Utara


43. Dasgupta S, Hammond W B, Goddard WA. Crystal structures and properties of
nylon polymers from theory. J American Chemical Society 1996; 118: 12291-
301.
44. Stempfle F, Ortmann P, Mecking S. Long-chain aliphatic polymers to bridge the
gap between semicrystalline polyolefins and traditional polycondensates.
American Chemical Society 2016; 116: 4617-23.
45. Sudirham, S Ning Utari. Mengenal Sifat Material. Bandung: Darpublic, 2010:
107-22.
46. Kortrakulkij K. Effect of denture cleanser on color stability and flexural strength
of denture base material. Thesis. Mahidol, Thailand: Mahidol University, 2008 :
4-18.
47. Thakral GK, Aeran H, Yadav B, Thakral R. Flexible partial dentures – A hope for
the challenged mouth. People’s J of Scientific Research 2012; 5(2): 55-9.
48. Craig RG, Powers JM. Restorative dental materials. 11th ed. USA: Mobsy, 2002:
636.
49. Sundari I, Softa P A, Hanifa M. Studi kekuatan flexural antara resin akrilik heat
cured dengan termoplastik nilon setelah direndam dalam minuman kopi
uleekareng (coffea robusta). Journal of Syiah Kuala Dentistry Society 2016; 1(1):
51-58.
50. Mc Cabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9 th ed. London: Blackwell
Munksgaard, 2007 : 110-23.
51. Shah J, Bulbule N, Kulkarni S, Shah R, Kakade D. Comparative evaluation of
sorption, solubility and microhardness of heat cure polymethylmethacrylate
denture base resin & flexible (thermoplastic polyamide nylon) denture base resin.
J of Clinical and Diagnostic Research 2014; 8(8): 9-12.
52. Ainsworth Dental Company. Material safety data sheet.
https://www.dentevents.com/australia/ainsworth-dental-comoany-pty-
ltd/a11000260 (18 oktober 2016).
53. Hanafiah KA. Rancangan percobaan: teori dan aplikasi. 3rd ed. Jakarta:
Rajagrafindo Perkasa 2011: 9.

Universitas Sumatera Utara


54. Hanna BA, Al-Majeed AEA, Razaak WA. Effect of different dental materials on
the surface roughness of acrylic resin (a comparative in vitro study). J of Oral
Science 2008; 5(3): 281-285
55. Manappalil JJ. Baic dental material 3th ed. India: Jaypee Brothers Medical
Publisher, 2010: 301.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Alur Penelitian

Model induk berbentuk tablet dengan penampang 20 mm dan ketebalan 3 mm

Penanaman model induk pada kuvet bawah

Pemasangan spru

Kuvet atas dipasangkan di atas kuvet bawah dan dikunci hingga rapat

Pengisian kuvet atas

Pengangkatan model induk dan pembuangan spru

Cartridge berisi bahan nilon dimasukkan ke furnace selama 15 menit pada suhu 220-265ºC

Injeksi bahan nilon ke dalam mould

Finishing dengan bur fraser dan kertas pasir grit 800,1200,2000


menggunakan rotary grinder

Kelompok A Kelompok B
Pengukuran Pengukuran
kekasaran awal kekasaran awal
dengan profilometer dengan profilometer

Pemolesan menggunakan polishing motor

Kelompok A Kelompok B
Dentishine Pumice

Pengukuran kekasaran akhir dengan profilometer setelah dipoles masing-masing


kelompok

Analisis data Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2 Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Termoplastik Nilon

Sebelum dan Setelah dipoles dengan Dentishine

Kelompok A (dipoles dengan dentishine)

Sebelum dipoles Dentishine


No Sampel Rata-rata
I II III
(Mean)
1 0.465 0.397 0.479 0.447
2 0.427 0.471 0.542 0.480
3 0.539 0.482 0.464 0.495
4 0.476 0.495 0.478 0.483
5 0.521 0.493 0.486 0.500
6 0.526 0.463 0.535 0.508
7 0.423 0.480 0.462 0.455
8 0.474 0.526 0.563 0.521
9 0.456 0.483 0.564 0.501
10 0.544 0.538 0.523 0.535
11 0.463 0.442 0.484 0.463
12 0.522 0.551 0.532 0.535
13 0.545 0.527 0.563 0.545
14 0.456 0.538 0.542 0.512
15 0.534 0.568 0.485 0.529
16 0.525 0.454 0.482 0.487
17 0.464 0.533 0.476 0.491
18 0.547 0.523 0.556 0.542
19 0.486 0.455 0.523 0.488
20 0.494 0.463 0.498 0.485

Universitas Sumatera Utara


Setelah dipoles Dentishine
No Sampel Rata-rata
I II III
(Mean)
1 0.182 0.164 0.212 0.186
2 0.232 0.172 0.223 0.209
3 0.245 0.264 0.229 0.246
4 0.221 0.216 0.187 0.208
5 0.273 0.224 0.235 0.244
6 0.252 0.199 0.245 0.232
7 0.173 0.212 0.224 0.203
8 0.246 0.208 0.254 0.236
9 0.212 0.241 0.207 0.22
10 0.274 0.236 0.258 0.256
11 0.201 0.185 0.196 0.194
12 0.272 0.246 0.229 0.249
13 0.292 0.278 0.249 0.273
14 0.278 0.263 0.224 0.255
15 0.268 0.234 0.272 0.258
16 0.257 0.196 0.213 0.222
17 0.242 0.271 0.246 0.253
18 0.266 0.25 0.282 0.266
19 0.236 0.223 0.198 0.219
20 0.187 0.202 0.223 0.204

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3 Hasil Pengukuran Kekasaran Permukaan Termoplastik Nilon

Sebelum dan Setelah dipoles dengan Pumice

Kelompok B (dipoles dengan pumice)

Sebelum dipoles Pumice


No Sampel Rata-rata
I II III
(Mean)
1 0.527 0.484 0.468 0.493
2 0.482 0.395 0.467 0.448
3 0.497 0.515 0.521 0.511
4 0.524 0.478 0.543 0.515
5 0.459 0.483 0.465 0.469
6 0.477 0.449 0.523 0.483
7 0.449 0.464 0.482 0.465
8 0.487 0.565 0.553 0.535
9 0.485 0.494 0.497 0.492
10 0.501 0.512 0.481 0.498
11 0.474 0.543 0.486 0.501
12 0.545 0.509 0.524 0.526
13 0.464 0.425 0.497 0.462
14 0.478 0.561 0.542 0.527
15 0.492 0.453 0.465 0.470
16 0.547 0.582 0.509 0.546
17 0.484 0.442 0.574 0.500
18 0.454 0.513 0.461 0.476
19 0.482 0.474 0.553 0.503
20 0.465 0.432 0.483 0.460

Universitas Sumatera Utara


Setelah dipoles Pumice
No Sampel Rata-rata
I II III
(Mean)
1 0.283 0.260 0.231 0.258
2 0.264 0.276 0.258 0.266
3 0.347 0.324 0.286 0.319
4 0.324 0.291 0.258 0.291
5 0.272 0.246 0.310 0.276
6 0.236 0.321 0.268 0.275
7 0.268 0.232 0.256 0.252
8 0.285 0.336 0.357 0.326
9 0.283 0.267 0.332 0.294
10 0.305 0.252 0.223 0.260
11 0.262 0.312 0.326 0.300
12 0.294 0.332 0.268 0.298
13 0.251 0.245 0.272 0.256
14 0.337 0.315 0.281 0.311
15 0.272 0.228 0.265 0.255
16 0.268 0.285 0.323 0.292
17 0.326 0.268 0.315 0.303
18 0.265 0.258 0.323 0.282
19 0.287 0.312 0.253 0.284
20 0.278 0.265 0.246 0.263

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Pre Kelompok A .096 20 .200 .963 20 .612
Post Kelompok A .136 20 .200* .957 20 .478
SelIsih Kelompok A .167 20 .145 .945 20 .299
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Pre Kelompok B .110 20 .200 .973 20 .808
*
Post Kelompok B .127 20 .200 .950 20 .364
*
Selisih Kelompok B .113 20 .200 .959 20 .526
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Output Uji t-dependent Kekasaran Permukaan Termoplastik Nilon

Sebelum dan Setelah dipoles dengan Dentishine

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Std. Error
Deviation Mean
Pre Kelompok A .50010 20 .028345 .006338
Pair 1
Post Kelompok A .23165 20 .025551 .005713

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig.
Mean Std. Std. 95% Confidence (2-
Deviatio Error Interval of the tailed
n Mean Difference )
Lower Upper
Pre
Kelompok A
Pair 1 .268450 .012816 .002866 .262452 .274448 93.672 19 .000
- Post
Kelompok A

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Output Uji t-dependent Kekasaran Permukaan Termoplastik Nilon

Sebelum dan Setelah dipoles dengan Pumice

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean
Pre Kelompok B .49400 20 .027336 .006113
Pair 1
Post Kelompok B .28305 20 .022409 .005011

Paired Samples Test


Paired Differences t df Sig.
Mean Std. Std. 95% Confidence (2-
Deviation Error Interval of the tailed)
Mean Difference
Lower Upper
Pre
Kelompok B
Pair 1 .210950 .018115 .004051 .202472 .219428 52.078 19 .000
- Post
Kelompok B

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Output Uji t-independent Kekasaran Permukaan Termoplastik

Nilon Setelah dipoles dengan Dentishine dan Pumice

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kelompok A 20 .26845 .012816 .002866


Selisih
Kelompok B 20 .21095 .018115 .004051

Independent Samples Test


Levene's t-test for Equality of Means
Test for
Equality of
Variances
F Sig. t df Sig. Mean Std. 95% Confidence
(2- Differen Error Interval of the
taile ce Differen Difference
d) ce Lower Upper
Equal
variances 2.129 .153 11.588 38 .000 .057500 .004962 .047455 .067545
assumed
Selisih Equal
variances
11.588 34.210 .000 .057500 .004962 .047418 .067582
not
assumed

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai