Anda di halaman 1dari 57

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2018

Identifikasi Jenis Kelamin Berdasarkan


Indeks Sinus Maksilaris Pada Suku
Batak Ditinjau Melalui Radiografi
Sefalometri Pada Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara

Asokan, Hemarubeny
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5128
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
IDENTIFIKASI JENIS KELAMIN BERDASARKAN INDEKS
SINUS MAKSILARIS PADA SUKU BATAK DITINJAU
MELALUI RADIOGRAFI SELAFOMETRI PADA
MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Hemarubeny A/P Asokan


NIM : 140600241

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Unit Radiologi Kedokteran Gigi
Tahun 2018
Hemarubeny A/P Asokan

Identifikasi jenis kelamin berdasarkan indeks sinus maksilaris pada suku


batak ditinjau melalui radiografi sefalometri pada mahasiswa universitas sumatera
utara x + 28 halaman
Identifikasi identitas seseorang merupakan salah satu prioritas yang paling
penting dalam melakukan penyelidikan kasus pidana, bencana alam dan di bidang
forensik. Dalam suatu kasus bencana alam dan kasus pidana, di mana terjadi
kehancuran tulang yang lain di tengkorak tetapi tulang rongga sinus maksilaris baik
maka kondisi ini dapat dijadikan untuk menganalisa jenis kelamin. Sinus maksilaris
disebut juga antrum Highmore dimana terletak di posterior gigi kaninus dan premolar
maksila. Penelitian bertujuan mengetahui indeks sinus maksilaris dapat
mengidentifikasi jenis kelamin dan mengetahui nilai rata-rata indeks sinus maksilaris
antara mahasiswa pria dan wanita suku Batak di Universitas Sumatera Utara ditinjau
melalui radiografi sefalometri lateral. Jenis penelitian ini yaitu analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel 60 mahasiswa suku Batak yang terdiri
dari 30 mahasiswa pria dan 30 mahasiswa wanita berusia 18-25 tahun yang dipilih
secara purposive sampling melalui kuesioner. Dilakukan pembuatan radiograf
sefalometri lateral pada sampel dan kemudian dilakukan pengukuran secara digital.
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rerata indeks sinus maksilaris mahasiswa pria
lebih besar daripada mahasiswa wanita yaitu dengan nilai 1,30 ± 0,20 pada
mahasiswa pria dan 1,20 ± 0,13 pada mahasiswa wanita. Terdapat perbedaan yang
signifikan pada indeks sinus maksilaris antara mahasiswa pria dan wanita dengan
nilai p=0,003. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah indeks sinus maksilaris dapat
mengidentifikasi jenis kelamin dan nilai rata-rata indeks sinus maksilaris pada pria
adalah1,33 sedangkan pada wanita adalah 1,20.
Daftar Rujukan: 30 (1999 – 2018)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 28 Juni 2018

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K)

ANGGOTA : 1. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG

2. Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu sebagai salah
satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Pada penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan, saran-saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp, RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara, dosen pembimbing pertama dan ketua penguji
skripsi yang telah membimbing dengan penuh kasih sayang, kebaikan,
kesabaran, perhatian, yang bersedia meluangkan waktu, memberikan semangat
dan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
2. Minasari, drg. MM, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
3. Dewi Kartika, drg, selaku Plt Kepala Unit Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan dengan penuh kasih sayang, kebaikan, kesabaran,
perhatian, memberikan saran, motivasi dan nasihat kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.
4. Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG dan Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp.RKG
selaku staf pengajar Unit Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi dan anggota dosen
penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan saran sehingga skripsi ini
dapat ini dapat menjadi lebih baik lagi.
5. Maria Novita H. Sitanggang, drg., selaku staf pengajar Unit Radiologi Fakultas
Kedokteran Gigi.
6. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah
banyak mendidik, membantu, memberikan ilmu selama perkuliahan.

Universitas Sumatera Utara


7. Pegawai Unit Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara,
kak Rani, kak Tetty, dan bang Hari.
8. Prasanna, Azwan, Mustika dan seluruh teman-teman angkatan 2014 lainnya yang
telah memberikan bantuan, doa dan dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
9. Seluruh teman-teman Universitas Sumatera Utara khususnya yang suku Batak
yang telah bersedia membantu penulis dalam penelitian ini.
Tidak lupa teristimewa saya ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua,
Ayahanda Asokan dan Ibunda Jayanthi yang telah memberikan kasih sayang, doa dan
dukungan serta saudara-saudara penulis yang telah mendukung dan memotivasi
penulis.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini
masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan kedepannya. Semoga skripsi ini
dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan
ilmu dan masyarakat.

Medan,28 Juni 2018


Penulis,

Hemarubeny A/P Asokan


NIM: 140600241

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................iv

DAFTAR ISI ..............................................................................................................vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Antropologi Suku Batak .........................................................................5
2.1.1Sejarah Suku Batak ................................................................................5
2.1.2 Variasi Wajah Suku Batak ....................................................................6
2.2 Sinus Maksilaris ....................................................................................7
2.2.1 Definisi dan Anatomi ............................................................................7
2.2.2 Fungsi Sinus Maksilaris ........................................................................9
2.3 Radiografi Sefalometri Lateral ..............................................................9
2.3.1 Indikasi ..................................................................................................10
2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Radiografi Sefalometri Lateral .................11
2.3.3 Gambaran Radiografi Sinus Maksilaris ................................................12
2.3.4 Pengukuran Tinggi dan Lebar Sinus Maksilaris pada Radiografi
Sefalometri ............................................................................................12
2.4 Kerangka Teori ......................................................................................14

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Konsep ..................................................................................15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................16
3.2 Lokasidan Waktu Penelitian..................................................................16
3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................................................16
3.2.2 Waktu Penelitian ...................................................................................16
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................16
3.3.1 Populasi .................................................................................................16
3.3.2 Sampel ...................................................................................................16
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ........................................................18
3.4.1 Variabel Penelitian ................................................................................18
3.4.2 Definisi Operasional ..............................................................................18
3.5 Alat dan Bahan ......................................................................................19
3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................19
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ...............................................................21
3.7.1 Pengolahan Data ....................................................................................21
3.7.2 Analisis Data .........................................................................................21
3.8 Etika Penelitian .....................................................................................21

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1 Nilai Rata-Rata Tinggi dan Lebar Sinus Maksilaris ................................22
4.2 Nilai Rata-Rata Indeks Sinus Maksilaris .................................................22

BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................................23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan...............................................................................................26
6.2 Saran .........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................27

LAMPIRAN ...............................................................................................................29

DAFTAR TABEL

Universitas Sumatera Utara


Tabel Halaman

1. Nilai Rata-Rata Tinggi Dan Lebar Sinus Maksilaris .................................. 22


2. Nilai Rata-Rata Indeks Sinus Maksilaris .................................................... 22

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

Universitas Sumatera Utara


1. Distribusi sub-suku orang batak di propinsi Sumatera Utara...................... 5
2. Teori migrasi suku Batak (orang Austronesia) dari Taiwan ....................... 6
3. Letaknya sinus maksilaris .......................................................................... 8
4. Sinus maksilaris menunjukkan bentuk dasar variasi dinding dan batas .... 9
5. Radiografi periapikal sinus maksilaris ....................................................... 12
6. Radiografi sefalometri lateral dalam pengukuran tinggi dan lebar………. 13
7. Pengukuran tinggi dan lebar pada radiografi sefalometri .......................... 20

DAFTAR LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


Lampiran

1. Ethical Clearance
2. Kuesioner Penelitian
3. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
4. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian (Informed Consent)
5. Data Induk Hasil Penelitian
6. Hasil Analisis Statistik
7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
8. Rincian Biaya Penelitian
9. Data Personalia Peneliti

BAB 1

PENDAHULUAN

Universitas Sumatera Utara


1.1 Latar Belakang
Identifikasi identitas seseorang merupakan salah satu prioritas yang paling
penting dalam melakukan penyelidikan kasus pidana dan bencana alam di bidang
forensik. Penentuan jenis kelamin merupakan salah satu parameter penting dalam
identifikasi forensik. Studi mengenai karakteristik antropometri sangat penting untuk
menyelesaikan masalah berkaitan kasus tersebut.1 Penentuan jenis kelamin dilakukan
di berbagai bagian tubuh seperti tengkorak, panggul dan tulang panjang. Kedua
bagian tersebut adalah bagian yang paling mudah untuk identifikasi jenis kelamin
tetapi penentuan jenis kelamin pada tengkorak tidak dapat dilakukan apabila belum
mencapai masa pubertas. Dalam suatu kasus bencana alam dan kasus pidana, di mana
terjadi kehancuran tulang yang lain di tengkorak tetapi tulang rongga sinus maksilaris
baik maka kondisi ini dapat dijadikan untuk menganalisa jenis kelamin.2 Identifikasi
jenis kelamin bisa dilakukan berdasarkan indeks sinus maksilaris. Indeks sinus
maksilaris adalah nilai dari lebar sinus maksilaris dibagi tinggi sinus maksilaris.
Tulang lain harus dilihat untuk identifikasi jenis kelamin apabila metode
konvensional tidak dapat dilakukan.
Penelitian Tanya Khaitan dkk (2017) di India dengan menggunakan radiografi
sefalometri menyimpulkan bahwa analisis morfologi sinus maksilaris cocok untuk
menentukan jenis kelamin. Peneliti mendapatkan bahwa rata-rata tinggi sinus
maksilaris pada pria adalah 30,4 mm dan untuk wanita 28,5 mm dimana terdapat
perbedaan yang signifikan antara tinggi sinus maksilaris pria dan wanita. Rata-rata
lebar sinus maksilaris pada pria adalah 38,0 mm dan pada wanita adalah 37,3 mm,
lebar sinus maksilaris antara pria dan wanita tidak terdapat perbedaan yang
signifikan. Indeks sinus maksilaris pada pria adalah 1,26 dan pada wanita adalah
1,34. Indeks sinus maksilaris dihitung seperti berikut: ISM = lebar sinus maksilaris/
tinggi sinus maksilaris dan peneliti menggunakan rumus diskriminan yaitu G =
11,509 - 8,871 × MSI (indeks sinus maksilaris), lalu apabila G kurang dari 0
menunjukan jenis kelamin pria dan apabila G lebih dari 0 menunjukan jenis kelamin

Universitas Sumatera Utara


wanita. Peneliti juga menyatakan bahwa indeks sinus maksilaris adalah indikator
yang baik untuk mengidentifikasi jenis kelamin.1
Penelitian Ruhi Sidhu dkk (2014) di India dengan menggunakan radiografi
sefalometri mendapat bahwa morfologi analisis sinus maksilaris dengan menghitung
area dan perimeter membantu peneliti menentukan jenis kelamin. Rata-rata area sinus
maksilaris pada pria adalah 1,7261 cm2 dan perimeter sinus maksilarisnya adalah
5,2885 cm. Sedangkan rata-rata area sinus maksilaris pada wanita adalah 1,3424 cm2
dan perimeter sinus maksilarisnya adalah 4,3901 cm. Apabila discriminant function
lebih dari 0,838 menunjukan jenis kelamin pria dan kurang dari -0,838 menunjukkan
jenis kelamin wanita.2
Penelitian Balaji Babu Bangi (2017) di India dengan menggunakan radiografi
CBCT melakukan penelitian dengan beberapa parameter untuk mengetahui apakah
cocok untuk mengidentifikasi jenis kelamin. Parameternya adalah seperti ukuran
mediolateral (ML), superoinferior (SI), anteroposterior (AP) dan volume sinus
maksilaris. Peneliti mendapat bahwa rata-rata ML sinus maksilaris kanan untuk pria
adalah 3,30 cm ± 3,21 cm, SI 3,16 cm ± 0,51 cm dan AP 3,57 cm ± 0,41 cm.
Sedangkan rata-rata ML sinus maksilaris kanan pada wanita adalah 2,48 cm ± 0,44
cm, SI 2,92 cm ± 0,52 cm dan AP 3,37 cm ± 0,41 cm. Rata-rata ML sinus maksilaris
kiri untuk pria adalah 2,61 cm ± 0,54 cm, SI 3,17 cm ± 0,5 cm dan AP 3,55 cm ± 0,38
cm. Sedangkan rata-rata ML sinus maksilaris kiri pada wanita 2,44 cm ± 0,42 cm, SI
2.93 cm ± 0,54 cm dan AP 3,38 cm ± 0,38 cm dimana signifikan secara statistik lebih
besar dimensi pria berbanding dengan wanita. Rata-rata volume sinus maksilaris
kanan pada pria adalah 15,23 cm3 ± 6,17 cm3 dan bagi wanita adalah 15,38 cm3 ±
6,10 cm3 dimana rata-rata volume sinus maksilaris kiri pada pria adalah 13,35 cm3 ±
6,1 cm3 dan bagi wanita adalah 12,77 cm3 ± 5,49 cm3. Discriminative analysis, G= -
11,257 + 0,172 × MLR + 3,485 × SIR + 3,353 × APR – 0,510 × VR + 0,522 × MLL
– 1,847 × SIL – 1,460 dilakukan untuk menentukan jenis kelamin dimana apabila
nilainya positif jenis kelaminnya adalah pria dan nilai negatif jenis kelaminnya adalah
wanita.3

Universitas Sumatera Utara


Penelitian Hacer Yaser Teke dkk (2007) di Turkey dengan menggunakan
radiografi CBCT melakukan pengukuran dengan mengukur lebar, panjang dan tinggi
sinus maksilaris. Peneliti mendapatkan bahwa rata-rata lebar sinus maksilaris pada
pria adalah 27,189 mm dan untuk wanita 24,445 mm. Sedangkan rata-rata tinggi
sinus maksilaris pada pria adalah 42,558 mm dan pada wanita adalah 37,819 mm.
Panjang sinus maksilaris pada pria adalah 47,631 mm dan pada wanita adalah 45,113
mm. Peneliti menggunakan rumus diskriminan, g = - 5,397 + 0,112 × lebar sinus
maksilaris + 0,114 × tinggi sinus maksilaris - 0,0454 × panjang sinus maksilaris
untuk menentukan jenis kelamin. Dari penelitian ini didapatkan bahwa pengukuran
sinus maksilaris mungkin berguna untuk mengidentifikasi jenis kelamin tetapi,
ketepatannya relatif rendah.4
Penelitian Kunigal S Praveen dkk (2017) di India dengan menggunakan
radiografi sefalometri mendapat bahwa rata-rata panjang sinus maksilaris pada pria
adalah 41,95 mm ± 3,89 mm dan pada wanita adalah 40,96 mm ± 3,65 mm. Rata-rata
tinggi sinus maksilaris pada pria adalah 40,57 mm ± 4,20 mm dan pada wanita adalah
37,7 mm ± 9,30 mm. Menurut peneliti, perbedaan antara panjang dan tinggi sinus
maksilaris pada pria dan wanita tidak signifikan secara statistik.5
Berdasarkan hal diatas, setiap penelitian yang dilakukan terhadap identifikasi
jenis kelamin berdasarkan sinus maksilaris didapatkan hasil yang berbeda. Untuk itu,
peneliti tertarik meneliti lebih lanjut mengenai ketepatan mengukuran sinus
maksilaris untuk mengidentifikasi jenis kelamin pada mahasiswa suku batak di
Universitas Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan
masalah:
1. Apakah indeks sinus maksilaris dapat mengidentifikasi jenis kelamin
ditinjau melalui radiografi sefalometri.
2. Berapakah nilai rata-rata indeks sinus maksilaris antara mahasiswa pria
dan wanita suku batak ditinjau melalui radiografi sefalometri.

Universitas Sumatera Utara


1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui indeks sinus maksilaris dapat mengidentifikasi jenis kelamin
ditinjau melalui radiografi sefalometri.
2. Mengetahui rata-rata nilai indeks sinus maksilaris antara mahasiswa pria
dan wanita suku batak ditinjau melalui radiografi sefalometri.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat terutama kepada subjek penelitian mengenai memperkirakan indeks sinus
maksilaris dapat mengidentifikasi jenis kelamin ditinjau melalui radiografi
sefalometri.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pemerintah untuk
program pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat bidang kesehatan
mengenai perbedaan indeks sinus maksilaris antara pria dan wanita ditinjau melalui
radiografi sefalometri untuk mengidentifikasi jenis kelamin dalam kejadian bencana
alam atau kasus pidana.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para dokter,
dokter gigi dan ahli forensik mengenai memperkirakan perbedaan indeks sinus
maksilaris antara pria dan wanita ditinjau melalui radiografi sefalometri untuk
mengidentifikasi jenis kelamin dalam kejadian bencana alam atau kasus pidana.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat
khususnya masyarakat suku batak mengenai memperkirakan perbedaan indeks sinus
maksilaris antara pria dan wanita ditinjau melalui radiografi sefalometri untuk
mengidentifikasi jenis kelamin dalam kejadian bencana alam atau kasus pidana.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antropologi Suku Batak

2.1.1 Sejarah Suku Batak


Berdasarkan pada sejarah evolusinya kebanyakkan suku-suku di Indonesia
berasal dari Taiwan. Suku batak merupakan salah satu suku bangsa yang ada di
Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasi
beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli, Sumatera Timur dan
di Sumatera Utara. Suku batak mendiami provinsi Sumatera Utara tepatnya di
wilayah Kangkat Hulu, Deli Hulu, Daratan Tinggi Karo, Serdang Hulu, Toba,
Simalungun, Tapanuli Tengah dan Mandailing. Suku bangsa ini dapat dibagikan
kepada 6 jenis, yakni Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun,
Batak Angkola dan Batak Mandailing. Mayoritas orang batak manganut agama
Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada juga yang menganut agama Malim
dan juga menganut kepercayaan Animisme yang disebut juga sipelebegu atau
parbegu, penganut kedua kepercayaan ini saat ini sudah semakin berkurang.7,8,9

Gambar 1. Gambaran distribusi sub-suku orang batak di


Provinsi Sumatera Utara8

Universitas Sumatera Utara


Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan
nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Utara.
Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa
Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar
2,500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum). Terbentuknya masyarakat
Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya
migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatera.7

Gambar 2. Gambaran teori migrasi suku Batak (orang


Austronesia) dari Taiwan8

2.1.2 Variasi Wajah Suku Batak


Bentuk wajah suku batak secara umum antara laki-laki dan perempuan tidak
jauh berbeda. Perbedaan dapat dilihat pada titik exochantion (pertemuan lateral
kelopak mata atas dan bawah) pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
exochantion perempuan, dan lebar mulut (pertemuan lateral antara bibir bagian atas
dan bagian bawah) pada perempuan lebih lebar dibandingkan dengan laki-laki. Ciri
khusus wajah depan laki-laki suku Batak terdiri dari 3 tipe, dimana tipe wajah 1
memiliki glabella tinggi, rahang kecil dan dagu yang pendek ditandai dengan
pergerakan gnathion ke arah superior. Tipe wajah 2 memiliki glabella tinggi, dagu
datar serta rahang pendek. Tipe wajah 3 memiliki glabella rendah, dagu datar dan
rahang pendek. Secara keseluruhan rata-rata wajah depan laki-laki suku Batak
menunjukan ciri glabella tinggi, exochantion tinggi, mulut tidak lebar dan dagu rata.

Universitas Sumatera Utara


Ciri khusus wajah depan perempuan terdiri dari 3 tipe, dimana tipe wajah 1 memiliki
glabella tinggi, bentuk dagu yang rata serta rahang yang pendek. Bentuk tipe wajah 2
memiliki wajah pendek dan dagu paling panjang berbanding tipe 1 dan 3. Tipe wajah
3 memiliki wajah tinggi dan dagu kecil dibandingkan dengan tipe wajah 1 dan 2.
Secara keseluruhan rata-rata wajah depan perempuan suku Batak menunjukan ciri
glabella tinggi, exochantion tinggi, mulut lebar dan dagu rata.9
Tipologi wajah samping berbeda dengan tipologi wajah depan. Tipologi wajah
samping tidak dipengaruhi oleh subsuku dan usia. Penampakan wajah dipengaruhi
oleh bentuk wajah, ukuran dan komposisi wajah. Pada laki-laki suku Batak, terdapat
3 tipe wajah samping dimana, tipe wajah 1 hampir sama bentuknya dengan tipe wajah
umum suku batak. Tipe wajah 2 memiliki rahang yang pendek, wajah yang rendah
dan dagu yang kecil. Tipe wajah 3 hampir sama dengan dengan tipe wajah 1
perbedaannya hanya pada bentuk wajah yang lebih tinggi pada wajah tipe wajah 3.
Sedangkan pada perempuan terdapat empat tipe wajah samping dimana, tipe wajah 1
dan 2 memiliki bentuk wajah yang sama, perbedaanya adalah pada wajah tipe 1
dagunya relatif lebih ke belakang dan bentuk hidung lebih pendek dari tipe wajah 2.
Tipe wajah 3 memiliki wajah yang lebih tinggi berbanding tipe wajah 1 dan 2 dan
dagunya lebih pendek dibandingkan dengan tipe wajah 1 dan 2.9

2.2 Sinus Maksilaris

2.2.1 Definisi dan Anatomi


Sinus maksilaris disebut juga antrum Highmore dimana terletak di posterior
gigi kaninus dan premolar maksila. Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang
terbesar dan pertama terbentuk dari empat sinus paranasal yaitu sinus frontalis, sinus
ethmoidalis, sinus maksilaris dan sinus sphenoidalis. Diperkirakan pembentukan
sinus maksilaris terjadi pada hari ke 70 masa kehamilan. Saat lahir sinus maksilaris
bervolume 6-8 ml, yang kemudian berkembang dengan cepat. Ukuran rata-rata sinus
maksilaris pada usia dewasa ±25 mm dari sisi ke sisi, 30 mm dari depan ke belakang,
30 mm tingginya dengan kapasitas rata-rata 15 ml atau kira-kira satu sendok
makan.10,11,12

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Gambaran letaknya sinus maksilaris18

Sinus maksilaris yang berbentuk piramid empat sisi, dan terletak di dalam
korpus maksila. Sinus maksilaris penting bagi dokter gigi karena dekatnya
hubungannya dengan gigi. Lantai dasar sinus meluas ke inferior sampai pada bagian
superior dari prosessus alveolaris maksila dimana terdapat penonjolan dari apeks akar
gigi molar atas dan kadang premolar. Hubungan yang dekat antara gigi dan sinus
maksilaris hanya setipis tulang yang terletak di antara lantai dasar sinus dan apeks
akar molar atas. Dinding anterior sinus merupakan permukaan fasial os maksila,
dinding posteriornya merupakan permukaan infra-temporal maksila, dinding
medialnya merupakan dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah
dasar orbita dan dinding inferiornya adalah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium
sinus maksilaris berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke
hiatus seminularis infundibulum etmoid.10,11,12,14

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4. Gambaran sinus maksilaris menunjukkan
bentuk dasar variasi dinding dan batasnya (A)
Tampak depan (B) Tampak samping19

2.2.2 Fungsi Sinus Maksilaris


Fungsi sinus maksilaris adalah seperti berikut:10
1. Memperingan kranium
2. Memberi resonansi suara
3. Menghangatkan udara pernapasan
4. Membasahi cavum nasi
5. Penyerapan trauma kepala

2.3 Radiografi Sefalometri Lateral


Radiografi sefalometri merupakan suatu radiografi ekstraoral yang paling
popular dan paling banyak digunakan di kedokteran gigi khususnya di bidang
ortodonti.13 Radiografi sefalometri dibentuk dengan sefalostat yang menjaga
hubungan antara tengkorak tetap konstan.14 Petunjuk anatomi skeletal, dental dan

Universitas Sumatera Utara


jaringan lunak digunakan garis, bidang, sudut dan jarak yang berguna untuk
menghasilkan pengukuran dan klasifikasi morfologi kraniofasial pasien. Di awal
perawatan, ukuran yang dihasilkan biasanya dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan yaitu selama perawatan hasil pengukuran biasanya dibandingkan dengan
ukuran sebelumnya untuk melihat perkembangan yang baik dari perawatan.14,15,16

2.3.1 Indikasi
Indikasi untuk melakukan radiografi sefalometri lateral:16
1. Mempelajari pertumbuhan kepala menggunakan serial sefalogram yang
dibuat dalam interval waktu tertentu dan diperbandingkan, maka dapat diketahui
kecepatan dan arah pertumbuhan tulang muka serta pertumbuhan tulang rahang dan
gigi.
2. Analisa diagnosa kelainan muka. Dengan menggunakan sefalogram dapat
diketahui dengan jelas faktor-faktor apa yang menyebabkan maloklusi. Misalnya
anomali, ketidakseimbangan pertumbuhan tulang muka serta pertumbuhan rahang
dan gigi.
3. Untuk melakukan diagnosa inisial dengan konfirmasi kelainan tulang dan
jaringan lunak.
4. Untuk mempelajari tipe fasial. Analisa sefalogram dapat menentukan tipe
muka apakah konkaf atau lurus.
5. Untuk rencana perawatan ortodonti dengan melakukan penampakan
sefalogram.
6. Untuk melihat hasil perawatan yang telah dilakukan dengan
mempertimbangkan sefalogram sebelum dan sesudah.
7. Untuk memantau perkembangan perawatan ortodonti dengan melihat
inklinasi insisivus dan relasi rahang.

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Radiografi Sefalometri Lateral
Kelebihan utama dari penggunaan radiografi sefalometri adalah membahas
secara luas mengenai tulang-tulang kepala dan gigi, dosis radiasi yang rendah yaitu
0,002 - 0,003 mSv13 dan waktu yang singkat dalam pengambilan gambar yaitu sekitar
5 menit jika pasien koperatif, termasuk waktu memposisikan pasien dan waktu
pemaparan. Kelebihan lainnya dari radiografi sefalometri adalah:
1. Dapat digunakan untuk menilai perubahan dentoskeletal akibat
pertumbuhan dan perkembangan.
2. Dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan wajah.
3. Dapat menilai relasi wajah dan dentoskeletal sebagai alat diagnostik untuk
melakukan perencanaan perawatan.
4. Dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan dentoskeletal sebelum dan
selepas perawatan.
Kekurangan utama dari radiografi sefalometri adalah bahwa gambar tidak
menunjukkan detail anatomi karena radiografi yang diperoleh adalah dalam bentuk 2
dimensi.
Kerugian lain dari radiografi sefalometri adalah:
1. Beberapa pasien tidak dapat menyesuaikan diri sehingga beberapa struktur
dapat keluar dari fokus.
2. Terjadi superimpose antara sisi kiri dan sisi kanan wajah.
3. Posisi gigitan penderita. Pasien harus dilatih untuk memperoleh oklusi yang
benar karena biasanya pada waktu menggigit rahang bawah lebih sering maju ke
depan sehingga tidak pada oklusi sentrik.
4. Distorsi sefalogram. Semakin besar jarak sumber X ke film, maka sinar X
akan semakin sejajar, sehingga distorsi dan magnifikasinya semakin berkurang dan
pergerakan pasien selama pemaparan juga dapat menyebabkan distorsi sehingga
menyulitkan interpretasi.

Universitas Sumatera Utara


2.3.3 Gambaran Radiografi Sinus Maksilaris
Gambaran radiografi sinus maksilaris berupa rongga radiolusen di maksila
dengan margin radiopak yang tampak dengan jelas. Secara umum, semakin besar
rongga semakin tampak radiolusen. Tulang septa dan pembuluh darah kanal internal
dinding tampak tipis. Lapisan epitel tipis biasanya tidak terlihat.14,17

Gambar 5. (A) Gambaran radiografi periapikal


menunjukkan dasar rongga sinus maksilaris
dalam kaitannya dengan gigi posterior maksila
(B) Gambaran radiografi periapikal
menunjukkan struktur anatomi termasuk dasar
antrum (panah terbuka putih), dasar rongga
hidung (panah terbuka hitam), permukaan
inferior alveolar (panah hitam pekat), saluran
neurovaskular radiolusen di dinding antrum
(panah putih padat) dan sudut zygomatik (Z)10

2.3.4 Pengukuran Tinggi dan Lebar Sinus Maksilaris Pada Radiografi


Sefalometri
Pengukuran sinus maksilaris pada radiografi sefalometri adalah dengan
mengukur tinggi dan lebar sinus maksilaris. Pengukuran tinggi sinus maksilaris
adalah dari inferior (lantai dasar sinus maksilaris) ke superior (atap). Lalu lebar sinus
maksilaris adalah dari dinding anterior ke dinding posterior.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6. Gambaran radiografi sefalometri lateral pengukuran
tinggi dan lebar sinus maksilaris.1

Universitas Sumatera Utara


2.4 Kerangka Teori
Sejarah suku Batak

Antropologi suku Batak


Variasi wajah suku Batak

Sinus maksilaris

Definisi dan anatomi Fungsi sinus maksilaris

Definisi

Radiografi sefalometri lateral Indikasi

Kelebihan dan
kekurangan

Gambaran radiografi sinus maksilaris Pengukuran tinggi dan lebar sinus


maksilaris pada radiografi
sefalometri

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Konsep

Mahasiswa Suku Pengukuran Indeks Sinus


Radiografi
Batak usia Maksilaris untuk
Sefalometri Lateral
18-25 tahun Identifikasi Jenis Kelamin

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan rancangan penelitian
cross-sectional. Artinya, tiap subjek penelitian hanya observasi sekali saja dengan
pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat pemeriksaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Unit Radiologi Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara karena terdapat alat dan bahan yang dibutuhkan untuk penelitian, radiografer di
lokasi tersebut juga memiliki pengalaman yang baik di bidangnya, dan terdapat dosen
pembimbing yang dapat mengarahkan untuk hasil penelitian yang maksimal.

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai Juni 2018.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu.
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa suku Batak (dua keturunan di atasnya
baik dari pihak ayah maupun ibu adalah suku Batak) dari usia 18-25 tahun di
Universitas Sumatera Utara.

3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa suku Batak usia 18-25 tahun di
Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Perawatan di

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemilihan
sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.
Kriteria inklusi adalah:
1. Mahasiswa suku batak pria dan wanita yang berusia 18- 25 tahun.
Kriteria eksklusi adalah:
1. Memiliki riwayat terdiagnosa sinusitis, trauma fasial, fraktur sinus
maksilaris, abnormalitas perkembangan kongenital dan cleft palate.
2. Menolak menjadi sampel penelitian.

Penentuan besar sampel dilalukan dengan rumus sebagai berikut:

2. 2 (Z + Z )
n=
( 0 −  a )2

Dengan ketentuan:
n : besar sampel
Zα : taraf signifikan 5% = 1,96
Zβ : taraf signifikan 10% = 1,282
(μᵒ - μa) : selisih rata-rata = 20%
σ² : 0,2364 (Sidhu dkk, 2014)

2.0,2364 2 (1,96 + 1,282)


n=
(0.2)2
n = 30
Minimal sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel, dimana pada
sampel pria sebanyak 30 sampel dan wanita sebanyak 30 sampel.

Universitas Sumatera Utara


3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian


Adapun variabel-variabel penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas : Mahasiswa pria dan perempuan suku batak
2. Variabel terikat : Pengukuran indeks sinus maksilaris pada radiografi
sefalometri lateral.

3.4.2 Definisi Operasional


Definisi operasional dari variabel tersebut adalah:
No Variabel Definisi Cara Hasil Skala
Operasional Pengukuran Pengukuran
1 Indeks sinus Nilai dari lebar Komputerisasi Dalam satuan Rasio
maksilaris sinus maksilaris mililiter (mm)
dibagi tinggi sinus
maksilaris.
2 Suku batak Salah satu suku asli Kuesioner Pria dan Nominal
yang mendiami di Wanita
daerah Sumatera
Utara (keturunan
dua generasi keatas
baik dari pihak
Ayah maupun Ibu
adalah asli suku
Batak).
3 Jenis kelamin Perbedaan biologis Kuesioner Pria dan Nominal
dan fisiologis yang Wanita
dapat membedakan
laki-laki dan
perempuan.

Universitas Sumatera Utara


3.5 Alat dan Bahan Penelitian
1. Pesawat radiografi sefalometri
2. Software CliniView versi 10.1. 2
3. Alat tulis
4. Sensor
5. Lembar pencatatan

3.6 Prosedur Penelitian


1. Pengambilan sampel dilakukan di Universitas Sumatera Utara.
2. Peneliti memberikan lebar kuesioner kepada subjek penelitian. Kuesioner
berisi pertanyaan mengenai usia dan riwayat terdiagnosa sinusitis dan kecelakaan
pada fasial diisi oleh subjek penelitian dan diserahkan kepada peneliti pada saat itu
juga.
3. Sampel dipilih sesuai kriteria inklusi, hasil dari lembar kuesioner.
4. Setelah didapati calon sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,
maka akan diberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada subjek penelitian.
Apabila subjek penelitian menyetujui dan bersedia maka lembar persetujuan
ditandatangani, namun apabila subjek penelitian tidak menyetujui maka lembar
persetujuan tidak ditandatangani. Setelah itu, lembar persetujuan diserahkan kembali
kepada peneliti.
5. Melakukan radiografi sefalometri lateral terhadap sampel.
6. Hasil radiografi diamati dan diukur oleh peneliti dengan cara:
• Membuka software CliniView versi 10. 1. 2.
• Tekan search untuk membuka foto sefalometri yang akan diamati.
• Tekan image dan create copy untuk menghasilkan suatu foto sefalometri
lateral yang sama dengan aslinya.
• Tekan contrast brightness untuk memperjelas keberadaan sinus
maksilaris supaya lebih jelas dan terang.

Universitas Sumatera Utara


• Tekan drawing toolbar (line) untuk membuat garis lurus vertikal dan
garis lurus horizontal pada bagian yang akan diperiksa. Garis lurus ditarik secara
vertikal dari lantai dasar ke atap yang dikenali sebagai garis A.
• Garis lurus ditarik secara horizontal dari dinding anterior ke dinding
posterior yang dikenali sebagai garis B.
• Hasil pengukuran akan keluar secara otomatis.
7. Melakukan perkiraan indeks sinus maksilaris dengan lebar sinus maksilaris
dibagi dengan tinggi sinus maksilaris.
8. Menggunakan rumus D = 11,509 - 8,871 × ISM (Indeks sinus maksilaris)
untuk menentukan jenis kelamin. Apabila D kurang dari 0 menunjukan jenis kelamin
pria dan apabila D lebih dari 0 menunjukan jenis kelamin wanita.

Gambar 7. Pengukuran tinggi dan lebar sinus maksilaris. Garis 1-lantai dasar
ke atap; Garis 2- dinding anterior ke dinding posterior.1

Universitas Sumatera Utara


3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data


Data yang diperoleh diolah menggunakan program komputer berupa SPSS.

3.7.2 Analisis Data


Analisis data menggunakan independent t test.

3.8 Etika Penelitian


Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup:
1. Lembar persetujuan
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden kemudian menjelaskan lebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Ethical clearance
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik FK USU dengan
nomor 60/ TGL/ KEPK FK USU-RSUP HAM/ 2018.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Nilai Rata-Rata Tinggi dan Lebar Sinus Maksilaris

Pengukuran nilai rata-rata tinggi dan lebar sinus maksilaris baik pada pria dan
wanita terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengukuran nilai rata-rata tinggi dan lebar sinus maksilaris pada pria dan
wanita.
Lebar Sinus Maksilaris Tinggi Sinus Maksilaris
Jenis Kelamin
Mean ± Standar Deviasi Mean ± Standar Deviasi
Pria 36,11 ± 4,53 27,46 ± 3,39
Wanita 32,12 ± 3,95 27,08 ± 3,95

Nilai rata-rata lebar dan tinggi sinus maksilaris pria lebih besar dibandingkan
wanita.

4.2 Nilai Rata-Rata Indeks Sinus Maksilaris


Pengukuran nilai rata-rata indeks sinus maksilaris baik pada pria dan wanita
terlihat di Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengukuran nilai rata-rata indeks sinus maksilaris pada pria dan wanita
menggunakan uji t independen.
Indeks Sinus Maksilaris
Jenis Kelamin N Nilai-P (Uji t Independen)
Mean ± Standar Deviasi
Pria 30 1,33 ± 0,20 P = 0,003
Wanita 30 1,20 ± 0,13

Nilai rata-rata indeks sinus maksilaris pria lebih besar dibandingkan wanita.
Berdasarkan analisa statistik menggunakan independent t test, terdapat perbedaan
signifikan antara indeks sinus maksilaris pria dan indeks sinus maksilaris wanita
dengan nilai P = 0,003.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Pengukuran indeks sinus maksilaris dilakukan pada 60 sampel yang


memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, terdiri dari 30 mahasiswa pria suku Batak dan
30 mahasiswa wanita suku Batak. Penelitian dilakukan di Unit Radiologi Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata lebar sinus maksilaris pada pria
adalah 36,11 mm ± 4,53 mm, sedangkan nilai rata-rata lebar sinus maksilaris pada
wanita adalah 32,12 mm ± 3,95 mm. Nilai rata-rata tinggi sinus maksilaris pada pria
adalah 27,46 mm ± 3,39 mm, sedangkan nilai rata-rata tinggi sinus maksilaris pada
wanita adalah 27,08 mm ± 3,95 mm. Penelitian Khaitan dkk (2017) di India,
menunjukkan bahwa nilai rata-rata lebar sinus maksilaris pada pria adalah 38,0 mm ±
3,17 mm, sedangkan nilai rata-rata lebar sinus maksilaris pada wanita adalah 37,3
mm ± 3,33 mm. Nilai rata-rata tinggi sinus maksilaris pada pria adalah 30,4 mm ±
1,87 mm, sedangkan nilai rata-rata tinggi sinus maksilaris pada wanita adalah 28,5
mm ± 2,52 mm.1 Penelitian Praveen dkk (2017) di India, menunjukkan bahwa nilai
rata-rata lebar sinus maksilaris pada pria adalah 41,95 mm ± 3,89 mm, sedangkan
pada nilai rata lebar sinus maksilaris pada wanita adalah 40,96 mm ± 3,65 mm. Nilai
rata-rata tinggi sinus maksilaris pada pria adalah 40,57 mm ± 4,20 mm, sedangkan
nilai rata-rata tinggi sinus maksilaris pada wanita adalah 37,7 mm ± 9,30 mm.20 Hasil
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya diketahui bahwa lebar dan tinggi sinus
maksilaris pada pria lebih besar daripada wanita. Hal ini disebabkan, tengkorak
wanita lebih ringan dan lebih kecil dan lebih halus, sedangkan tengkorak pria lebih
berat, lebih besar dan lebih kasar. Apabila meninjau tengkorak pria dan wanita tulang
supraorbital, tulang zygomatik dan tulang oksipital kurang menonjol pada wanita
dibandingkan pria. Oleh sebab itu, tengkorak pria lebih besar dan lebih berat daripada
wanita.22,23,24

Universitas Sumatera Utara


Pada Tabel 2, ditunjukkan bahwa nilai rata-rata indeks sinus maksilaris pada
pria lebih besar daripada wanita. Diketahui nilai rata-rata indeks sinus maksilaris
pada pria adalah 1,33 ± 0,20, sedangkan nilai rata-rata indeks sinus maksilaris pada
wanita adalah 1,20 ± 0,13. Berdasarkan hasil uji statistik independent t test diperoleh
nilai p = 0,003 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan indeks sinus maksilaris
yang signifikan antara pria dan wanita. Penelitian Khaitan dkk (2017) di India,
mendapatkan hasil bahwa nilai rata-rata indeks sinus maksilaris wanita lebih besar
daripada pria dengan nilai indeks sinus maksilaris wanita adalah 1,34 ± 0,12,
sedangkan pria adalah 1,26 ± 0,11. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
Khaitan dkk karena pada penelitian ini menggunakan sampel usia 18-25 tahun,
sedangkan penelitian Khaitan dkk menggunakan sampel usia 25-55 tahun. Pada masa
dewasa ukuran dan bentuk sinus maksilaris akan mengalami perubahan terutama pada
yang mengalami kehilangan gigi. Apabila mencapai periode pertumbuhan
maksimum, volume sinus maksilaris akan menurun pada pria dan wanita karena
kehilangan mineral dalam matriks tulang dari seluruh tubuh di sekitar sinus
maksilaris. Oleh sebab itu, terjadinya kehilangan gigi pada sampel penelitian Khaitan
dkk menyebabkan perubahan indeks sinus maksilaris.1,4,26,27
Faktor lain yang membuat indeks sinus maksilaris tidak sesuai dengan jenis
kelamin sampel adalah kebiasaan merokok, karena asap dan tembakau dari kebiasaan
merokok dapat menyebabkan iritasi pada lapisan sinus yang dapat memperburuk
aliran lendir. Selain dari kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol juga dapat
menyebabkan membran hidung dan sinus mengalami pembengkakan, iritasi dan
infeksi. Pada penelitian ini, kemungkinan sampel pria memiliki kebiasaan merokok
atau sebagai perokok pasif dan mengkonsumsi alkohol, sehingga terdapat perbedaan
pada indeks sinus maksilarisnya.21,25,30
Ras yang berbeda biasanya membawa ciri-ciri morfologis berbeda sehingga
terjadi banyaknya variasi biologis yang ada pada manusia. Pada dasarnya, ras adalah
pengelompokan manusia dari segi biologisnya yang didasarkan pada tampilan fisik
bukan struktur genetiknya. Ciri-ciri ras ini juga berkaitan dengan antropometri yaitu
dalam pengukuran baik kerangka maupun tubuh. Variasi-variasi ras berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


anatomi sudah ada sejak dulu dan juga diukur menggunakan ukuran-ukuran
antropometri dalam pengidentifikasiannya. Pada penelitian ini menggunakan sampel
yang berasal dari ras mongoloid, sedangkan penelitian Khaitan et all menggunakkan
sampel yang berasal dari ras kaukasoid. Faktor-faktor ini kemungkinan dapat
menyebabkan perubahan indeks sinus maksilaris karena ukuran sinus maksilaris pada
setiap manusia pasti berbeda.21
Radiografi sefalometri lateral sebagai radiografi dua dimensi yang relatif
murah telah terbukti dapat digunakan untuk identifikasi jenis kelamin berdasarkan
indeks sinus maksilaris. Identifikasi jenis kelamin merupakan langkah pertama yang
penting dilakukan dalam proses identifikasi forensik karena dapat menemukan 50%
probabilitas kecocokan dalam identifikasi individu. Identifikasi jenis kelamin dapat
dilakukan dengan mudah dan dengan akurasi tinggi menggunakan tengkorak dewasa.
Tidak mudahnya untuk melakukan proses identifikasi dan penentuan jenis kelamin,
menjadi penting untuk menggunakan tulang yang lebih padat yang sering ditemukan
dalam keadaan utuh, misalnya sinus maksilaris.29 Apabila tengkorak ditemui
sepenuhnya dalam kasus pidana dan bencana alam, jenis kelamin dapat ditentukan
dengan akuransi 100%. Tingkat presisi 98% apabila tulang panggul dan kranium
ditemui, 95% apabila tulang panggul dan tulang panjang ditemui, dan 80%-90%
dengan tulang panjang sahaja.1,2,3 Sebagian besar tulang panggul, tengkorak, tulang
panjang dan lain-lainnya sering dijumpai dalam keadaan tidak utuh dan bercampur
dengan individu lainnya dalam kasus pidana dan bencana alam yang membuat tugas
identifikasi jenis kelamin lebih rumit. Identifikasi jenis kelamin dapat ditentukan
dengan beberapa metode, antaranya adalah dengan analisis sidik jari, morfologi gigi
dan analisis pulpa DNA. Dalam suatu kasus bencana alam dan kasus pidana, di mana
terjadi kehancuran tulang yang lain di tengkorak tetapi tulang rongga sinus maksilaris
baik maka kondisi ini dapat dijadikan untuk menganalisa jenis kelamin. Terdapat
lebih banyak ciri khusus pada struktur tengkorak dan gigi untuk identifikasi jenis
kelamin. Oleh karena itu, dalam kasus pidana dan bencana alam identifikasi jenis
kelamin dapat ditentukan dengan cepat.1,2,4

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Indeks sinus maksilaris dapat mengidentifikasi jenis kelamin.


2. Nilai rata-rata indeks sinus maksilaris pada pria adalah 1,33 sedangkan
pada wanita adalah 1,20.

6.2 Saran
1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan
pesawat radiografi CBCT-3D dengan sampel yang lebih banyak.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Khaitan T, Kabiraj A, Ginjupally U, Jain R. Cephalometric analysis for


gender determination using maxillary sinus index. International Journal of
Dentistry 2017; 2017: 1-4.
2. Sidhu R, Chandra S, Devi P, Taneja N, Sah K, Kaur N. Forensic importance
of maxillary sinus in gender determination. European Journal of General
Dentistry 2014; 3: 1-5.
3. Bangi B.B, Ginjupally U, Nadenla K.L, Vadla B. 3D evaluation of maxillary
sinus using computed tomography. International Journal of Dentistry 2017;
2017: 1-4.
4. Teke Y.H, Duran S, Canturk.N, Canturk G. Determination of gender by
measuring the size of the maxillary sinuses in computerized tomography
scans. Springer Link 2007; 29: 1-8.
5. Prabhat M, Raj S, Kaur M, Prabhat K, Bhatnagar P, Panjwani. Computed
tomography based forensic gender determination by measuring the size and
volume of the maxillary sinuses. Journal of Forensic Dental Sciences; 2016;
8: 40-46.
6. Aris. Sejarah asal usul suku batak. 15 November 2012.
http://kumpulansejarah-aris.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-asal-usul-suku-
batak.html. 14 October 2017.
7. Kesultanan dan kerajaan di Indonesia.
https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/suku-suku/suku-batak-
sumatera/. (Tanggal akses) 14 Oktober 2017.
8. Kushnick G. Karo batak fieldsite in North Sumatera, Indonesia.
http://www.philosophy.dept.shef.ac.uk/culture&mind/people/kushnickg/.
(Tanggal akses) 14 Oktober 2017.
9. Siregar M.A. Variasi wajah suku batak. Sekolah Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor. 2009.

Universitas Sumatera Utara


10. Scheid C.R, Weiss G. Anatomi gigi. 8th ed. Kota penerbit: Penerbit buku
kedokteran, 2012: 412.
11. Fehrenchbach J.M, Herring W.S, Anatomy of the head and neck. 3rd ed.
Canada: Pat joiner, 2006. 74.
12. Brook I. Sinusitis. Washington: Taylor & Francis Group, 2006: 127.
13. Boel T. Dental radiografi: Teknik & prinsip. Medan: USU Press, 2009: 12,50.
14. White S.C, Pharoah M.J. Oral radiologu principles and interpretation, 6th ed.
China: Elsevier, 2009: 191,506.
15. Iannucci M.J, Howerton J.L. Dental radiology principles and techniques. 3rd
ed. United States of America: Patricia Tannian, 2006: 331.
16. Whaites E. Radiography and radiology for dental care proffessionals. 2nd ed.
China: Elsevier, 2008: 141-9.
17. Sikri K.V. Fundamentals of dental radiology. 2nd ed. Delhi: CBS Publishers &
Distributors, 1999:98.
18. Hoffman.M. Picture of the sinuses. https://www.webmd.com/allergies/picture-
of-the-sinuses#1. 29 Oktober 2017.
19. Whaites E. Essentials of Dental Radiography an Radiology. 4th ed. Canada:
Elsevier, 2006.265-7.
20. Praveen S.K, Gowda C, Kokila G, Jayadev S, Shubha K, Suchetha D.N.
Gender determination using maxillary sinus. International Journal of Oral
Care and Research 2017: 19-22.
21. Manja C.D, Xiang Y.L. Analisis ukuran sinus maksilaris menggunakan
radiografi panoramic pada mahasiswa suku batak usia 20-30 tahun di fakultas
kedokteran gigi universitas sumatera utara. Dentika Dental Journal 2014: 101-
4.
22. Ismi. Perbedaan antara kerangka wanita dan pria. 9 Februari 2018.
http://www.sridianti.com/perbedaan-antara-kerangka-wanita-dan-
pria.html(25.5.2018).

Universitas Sumatera Utara


23. EsDifferent.com Perbedaan antara tengkorak pria dan wanita.
https://id.esdifferent.com/difference-between-male-and-female-skull
(24.5.2018).
24. Aqila N. Apa perbedaan tulang wanita dan pria.
https://www.protecal.co.id/healthybone/75/apa-perbedaan-tulang-wanita-
dengan-pria (25.5.2018).
25. Sugianto R. Variasi anatomi(morfologi pada rangka). 25 Maret 2013. http://r-
sugianto-fisip10.web.unair.ac.id. (3.5.2018).
26. Cho H.S, Kim H.T, Lee M.J, Kim R.K, Lee K.D dkk. Factors for maxillary
sinus volume and craniofacial anatomical features in adults with chronic
fhinosinusitis. American Medical Association 2010; 136(6): 610-5.
27. Jasim H.H, Taei A.J. Computed tomographic measurement of maxillary sinus
volume and dimension in correlation to the age and gender (comparative study
among individuals with dentate and edentulous maxilla). J Bagh College
Dentistry 2013; 25(1): 87-93.
28. Kanthem K.R, Guttikonda R.V, Yeluri S dkk. Sex determination using
maxillary sinus. Journal of Forensic Dental Sciences 2015; 7: 163-7.
29. Putri R.D, Imanto M, Irianto G.M. Identifikasi jenis kelamin berdasarkan
cone beam computed tomography(CBCT). 2018; 7: 232-7.
30. Djordjevic J. Zhurov I.A, Richmond S dkk. Genetic and environmental
contributions to facial morphological variation:a 3D population-based twin
study. Plos One 2016: 1-20.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

UNIT RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

IDENTIFIKASI JENIS KELAMIN BERDASARKAN INDEKS SINUS


MAKSILARIS PADA SUKU BATAK DITINJAU MELALUI RADIOGRAFI
SEFALOMETRI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Data Responden

Nama :

Usia : tahun Tanggal Lahir :

Suku :

No telp/HP :

A. Riwayat Kesehatan Umum

1. Apakah anda sedang menderita sinusitis?

A. Ya

B. Tidak

2. Apakah pernah mengalami trauma pada daerah wajah?

A.Ya

B.Tidak

3. Apakah anda pernah menjalani operasi pada daerah pada sinus?

A. Ya

Universitas Sumatera Utara


B.Tidak

4. Apakah ada kelainan pada rahang atas sejak lahir?

A. Ya

B.Tidak

B. Hasil Pemeriksaan

1. Responden layak menjadi sampel penelitian?

A. Ya

B. Tidak

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth,
Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Selamat pagi,

Diperkenalkan, nama saya Hemarubeny A/P Asokan. Saya adalah mahasiswa


fakultas Kedokteran Gigi USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk
menyelesaikan pendidikan akademik kedokteran gigi. Adapun penelitian saya
berjudul “ Identifikasi Jenis Kelamin Berdasarkan Indeks Sinus Maksilaris pada
Suku Batak Ditinjau Melalui Radiografi Sefalometri pada Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai daripada ukuran lebar
dan tinggi sinus maksilaris (sepasang rongga dalam tulang rahang atas yang berada
tepat dibawah mata dan sebelah hidung) dapat mengidentifikasi jenis kelamin ditinjau
melalui radiografi sefalometri (radiografi yang difoto di samping wajah). Manfaat
dari penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah dan kontribusi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Manfaat bagi subjek penelitian adalah mengetahui
apakah benar indeks sinus maksilaris yang diperoleh cocok dengan jenis kelamin
saudari/saudara.

Pembuatan rontgen foto tidak berbahaya karena pasien dipasangkan alat


pelindung radiasi berupa baju apron dan dalam pembuatan foto, dosis yang digunakan
sangat kecil yaitu 0,002-0,003 mSv sehingga tidak akan membahayakan
saudari/saudara. Sewaktu pengambilan gambar kepala pasien tidak boleh bergerak
karena akan mempengaruhi kualitas gambar dan akan merasakan tidak nyaman, tetapi
saya akan berupaya agar hal tersebut tidak terjadi, yaitu dengan cara mempercepatkan
proses pengambilan rontgen foto yaitu sekitar 5 menit. Untuk melakukan penelitian
ini saya membutuhkan partisipasi saudari/saudara untuk bersedia ikut dalam
penelitian yang dilakukan secara sukarela. Apabila selama penelitian ini berlangsung
terjadi keluhan, maka dapat menghubungi saya. Setiap data subjek penelitian akan
diberi jaminan atas data-data yang diberikan agar identitas saudari/saudara
dirahsiakan dan tidak akan dipublikasi tanpa izin dari subjek penelitian.

Universitas Sumatera Utara


Saya mengharapkan kesediaan mahasiswa untuk menjadi subjek penelitian.
Saudari/saudara diminta untuk mengisi kuesioner sesuai petunjuk yang diberikan.
Pada penelitian ini mahasiswa tidak akan dikenakan biaya atau gratis dan
mendapatkan souvenir berupa susu kotak sebagai ucapan terima kasih dari peneliti.
Apabila mahasiswa sudah setuju setelah membaca keterangan diatas, mohon untuk
menandatangani persetujuan pada lembar berikutnya. Apabila ada suatu hal yang
tidak sesuai, dipersilahkan mengundur diri selama penelitian ini berjalan. Jika terjadi
sesuatu yang merugikan subjek penelitian selama atau sesudah dilakukannya
penelitian, saya sebagai peneliti bertanggung jawab penuh atas kerugian tersebut.
Apabila terdapat keluhan yang diduga berhubungan dengan penelitian ini, dapat
menghubungi saya:

Peneliti : Hemarubeny A/P Asokan

Alamat :Jl Dr Mansyur No.84D

Telpon : 081915548080

Demikian surat penjelasan penelitian, mudah-mudahan penjelaslan ini dapat


dimengerti dan atas bantuan, partisipasi, serta kesediaan waktu yang telah diberikan
dalam penelitian, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 7 Maret 2018

Peneliti,

(Hemarubeny A/P Asokan)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : …………………………………………

Alamat : …………………………………………

No. Telpon/HP : ………………………………………….

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan pahan terhadap apa


yang akan dilakukan, diperiksa, didapatkan penelitian yang berjudul:

“IDENTIFIKASI JENIS KELAMIN BERDASARKAN INDEKS SINUS


MAKSILARIS PADA SUKU BATAK DITINJAU MELALUI RADIOGRAFI
SEFALOMETRI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA”

Maka dengan surat ini menyatakan setuju sebagai subjek pada penelitian ini
secara sadat dan tanpa paksaan.

Medan, ……………………. 2018

Yang menyetujui,

Subjek penelitian

(...………………………………)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5
DATA MAHASISWA PRIA SUKU BATAK
Indeks SM =
G > 0 = Wanita
G = 11,509 – (8,871× ISM) Lebar / Tinggi G < 0 = Pria

NO NAMA TINGGI LEBAR INDEKS SM NILAI ‘G’ KETERANGAN


(mm) (mm)
1. Roni 29.5 31.6 1.071186441 2.006505085 G sesuai
Tidak
2. Aditya 30.6 34.9 1.140522876 1.391421569 Tidak sesuai
3. Gerhad 26.4 39.8 1.507575758 -1.864704545 P
4. Francisco 24.7 37.0 1.497975709 -1.77954251 P
5. Sahala 32.8 47.9 1.460365854 -1.445905488 P
6. Piter 26.1 35.6 1.363984674 -0.590908046 P
7. Michael 23.6 32.8 1.389830508 -0.820186441 P
8. Rori 30.3 35.6 1.174917492 1.086306931 Tidak sesuai
9. Rio 34.2 32.8 0.959064327 3.001140351 Tidak sesuai
10. Yogi 33.1 39.4 1.190332326 0.949561934 Tidak sesuai
11. Nico 32.8 42.6 1.298780488 -0.012481707 P
12. Ricky 27.1 29.6 1.092250923 1.819642066 Tidak sesuai
13. Adventree 23.6 32.0 1.355932203 -0.519474576 P
14. Andrew 23.2 33.1 1.426724138 -1.147469828 P
15. Prakarsa 24.7 43.3 1.753036437 -4.042186235 P
16. Donal 26.8 34.9 1.302238806 -0.043160448 P
17. Andre 28.2 42.6 1.510638298 -1.89187234 P
18. Rafli 27.8 39.8 1.431654676 -1.191208633 P
19. David 22.9 33.5 1.462882096 -1.468227074 P
20. Ray 28.5 40.9 1.435087719 -1.221663158 P
21. Dani Ibrahim 29.9 29.6 0.989966555 2.727006689 Tidak sesuai
22. Naldi 28.5 37.0 1.298245614 -0.007736842 P
23. Rizky 25.0 33.1 1.324 -0.236204 P
24. Umri 28.9 38.4 1.328719723 -0.278072664 P
25. Rozi 25.0 33.5 1.34 -0.37814 P
26. Ismail 27.5 38.4 1.396363636 -0.878141818 P

Universitas Sumatera Utara


27. Subhan 20.4 35.6 1.745098039 -3.971764706 P
28. Baginda 27.5 35.9 1.305454545 -0.071687273 P
29. Fahrian 24.3 33.8 1.390946502 -0.83008642 P
30. Isten 29.9 28.2 0.943143813 3.142371237 Tidak sesuai

Universitas Sumatera Utara


DATA MAHASISWA WANITA SUKU BATAK
Indeks SM = G > 0 = Wanita
G = 11,509 – (8,871× ISM) Lebar / Tinggi G < 0 = Pria

NO NAMA TINGGI LEBAR INDEKS SM NILAI ‘G’ KETERANGAN


1. Febri 29.2 36.6 1.253424658 0.389869863 GW
2. Rahmi 32.4 37.3 1.151234568 1.296398148 W
3. Santa 29.6 34.9 1.179054054 1.049611486 W
4. Erika 31.7 36.6 1.154574132 1.266772871 W
5. Diah 22.9 28.2 1.231441048 0.584886463 W
6. Jesica 26.1 32.8 1.256704981 0.360770115 W
7. Windy 30.6 33.9 1.107843137 1.681323529 W
8. Ester 25.4 32.8 1.291338583 0.053535433 W
9. Dinda 33.1 38.7 1.16918429 1.137166163 W
10. Sarah 22.5 28.9 1.284444444 0.114693333 W
11. Rebecca 32.4 34.2 1.055555556 2.145166667 W
12. Christine Paulina 25.4 31.0 1.220472441 0.682188976 W
13. Rizka 32.8 35.9 1.094512195 1.799582317 W
14. Sarah Augi 23.6 29.6 1.254237288 0.382661017 W
15. Diana 22.2 28.5 1.283783784 0.120554054 W
16. Anita 23.2 28.9 1.245689655 0.458487069 W
17. Lidya 30.3 33.8 1.115511551 1.61329703 W
18. Belinda 27.8 34.2 1.230215827 0.595755396 W
19. Yosi 23.6 30.6 1.296610169 0.006771186 W
20. Kansa 21.6 33.3 1.541666667 -2.167125 Tidak sesuai
21. Tri 31.7 30.6 0.965299685 2.945826498 W
22. Helen 26.1 33.1 1.268199234 0.258804598 W
23. Mahranisa 23.9 30.6 1.280334728 0.151150628 W
24. Theresia 22.5 23.2 1.031111111 2.362013333 W
25. Nia 28.5 32.4 1.136842105 1.424073684 W
26. Hilda 25.0 32.4 1.296 0.012184 W
27. Lea 21.5 29.6 1.376744186 -0.704097674 Tidak sesuai

Universitas Sumatera Utara


28. Rizka Malisa 32.1 27.8 0.866043614 3.826327103 W
29. Meta 30.3 34.9 1.151815182 1.291247525 W
30. Arnita Rahmi 24.3 28.2 1.160493827 1.214259259 W

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

Group Statistics
Jenis
Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Indeks SM Pria 30 1.3296 .19756 .03607
Wanita 30 1.1983 .12730 .02324

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Indeks Equal 3.243 .077 3.058 58 .003 .13122 .04291 .04533 .21711
SM variances
assumed
Equal 3.058 49.539 .004 .13122 .04291 .04501 .21742
variances not
assumed

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Waktu Penelitian

Agustus
No. Kegiatan September 2017 Oktober 2017 November 2017 Desember 2017
2017

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan Proposal

2. Seminar Proposal

3. Revisi Proposal

4. Pengurusan Surat Izin

5. Pengumpulan Data

Pengolahan dan
6.
Analisis data

7. Penyusunan Laporan

Universitas Sumatera Utara


Waktu Penelitian

No. Kegiatan Januari 2018 Februari 2018 Maret 2018 April 2018 Mei 2018

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

Penyusunan
1. Proposal

Seminar
2. Proposal

Revisi
3. Proposal

Pengurusan
4. Surat Izin

Pengumpulan
5. Data

Pengolahan
dan Analisis
6. data

Penyusunan
7. Laporan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8
RINCIAN BIAYA PENELITIAN

IDENTIFIKASI JENIS KELAMIN BERDASARKAN INDEKS SINUS


MAKSILARIS PADA SUKU BATAK DITINJAU MELALUI RADIOGRAFI
SEFALOMETRI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Besar biaya yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebesar tiga juta lima
ratus delapan puluh ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut:
Foto radiogafi sefalometri lateral (60 x Rp 50.000,00) : Rp 3.000.000,00
Biaya fotocopy lembar penjelasan dan
informed consent : Rp 30.000,00
Biaya penjilitan dan penggandaan laporan : Rp 150.000,00
Biaya Transportasi : Rp 100.000,00
Biaya logistik Sampel : Rp 300.000,00

Jumlah : Rp 3.580.000,00

Biaya penelitian ditanggung sendiri oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9
CURRICULUM VITAE
(RIWAYAT HIDUP)

Riwayat Peneliti
Nama : Hemarubeny A/P Asokan
Tempat dan Tanggal Lahir : Perak, 30 Juni 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Anak ke : 3 (tiga) dari 4 (empat) bersaudara
Alamat : Jl. dr. Mansyur No. 84D Medan
No. Telp : 081915548080
Alamat e-mail : hemarubeny30@ymail.com
Riwayat Pendidikan
2002-2007 : Menjalani pendidikan Sekolah Dasar di SD SK Taman
Rakan, Selangor.
2008 – 2012 : Menjalani pendidikan Sekolah Menengah di SMK
Bandar Baru Sungai Long, Selangor.
2013-2014 : Menjalani pendidikan Foundation In Science di Surya
College.
2014 – sekarang : Menjalani Program Sarjana-1 Pendidikan Dokter Gigidi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai