Anda di halaman 1dari 39

PERBANDINGAN JUMLAH PERAK PADA LARUTAN

FIXER SETELAH DILAKUKAN PROSES FIXING


ANTARA FILM OKLUSAL DAN FILM PERIAPIKAL
MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
Haresh Vasudeva a/l Remesh Kumar
NIM:140600200

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Unit Radiologi Kedokteran Gigi
Tahun 2019

Haresh Vasudeva
Perbandingan jumlah perak pada larutan fixer setelah dilakukan proses fixing
pada film oklusal dan film periapikal menggunakan metode elektrolisis
vii + 28 halaman
Dalam mendiagnosa suatu penyakit pada kasus tertentu, dokter gigi juga
membutuhkan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan radiografi. Banyak jenis
radiografi yang dapat membantu dokter gigi dalam menegakkan diagnosa sesuai
dengan indikasinya, baik intra oral maupun ekstra oral. Teknik foto ronsen secara
konvensional membutuhkan larutan fixer sebagai salah satu tahap dalam melakukan
prosesing yang berfungsi untuk melarutkan dan menghambat perkembangan kristal
perak halida pada proses emulsi. Larutan fixer mengandung empat komponen yang
terlarut dengan air, yaitu clearing agent, acidifier, preservative dan hardener. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui jumlah perak yang terdapat pada larutan fixer
setelah dilakukan proses fixing pada film oklusal dan film periapikal menggunakan
metode elektrolisis.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris, dengan
rancangan penelitian post-test study. Hasil penelitian diperoleh bahwa film oklusal
melarutkan 6.0 gram sedangkan film periapikal melarutkan 0.6 gram jumlah perak
pada larutan fixer. Berdasarkan hasil uji t independent, diperoleh nilai p = 0,000 <
0,05. Kesimpulan penelitian adalah terdapat perbedaan signifikan jumlah perak dari
laruan fixer setelah dilakukan proses fixing antara film oklusal dan film periapikal
dengan menggunakan metode elektrolisis.
Daftar Rujukan : 16 (2009-2018)

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 22 Mei 2019

TIM PENGUJI

KETUA : Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG

ANGGOTA : 1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K)

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya yang telah
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi
kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di
Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Ayahanda tercinta Remesh Kumar dan Ibunda tersayang Rita Kumari atas segala
kasih sayang maupun material yang tidak akan terbalas oleh penulis sampai kapan
pun.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang
tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Cek Dara Manja, drg.,Sp.RKG sebagai pembimbing skripsi yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis serta tanpa lelah terus
memberikan arahan, masukan, dan semangat kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
3. Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG (K), Dewi Kartika, drg, MDSc, dan Maria
Novita Helen Sitanggang, drg, MDSc selaku staf pengajar Unit Radiologi Kedokteran
Gigi yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan masukan kepada penulis.
4. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang
banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani
pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


6. Sahabat-sahabat tersayang yang telah memberikan doa, bantuan, serta motivasi
kepada penulis pada penelitian ini.
7. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu bagi masyarakat
dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya Unit Radiologi
Kedokteran Gigi.

Medan, Mei 2019


Penulis,

(Haresh Vasudeva)
NIM: 140600200

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
1.4.1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 3
1.4.2. Manfaat Aplikatif ....................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Radiografi Kedokteran Gigi ......................................................... 5
2.2. Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi ....................................... 5
2.2.1. Radiografi Intra Oral ................................................................. 5
2.2.1.1. Radiografi Periapikal .............................................................. 5
2.2.1.2. Radiografi Bitewing ................................................................ 6
2.2.1.3. Radiografi Oklusal.................................................................. 6
2.3. Film Dental ................................................................................... 7
2.4. Prosesing Film .............................................................................. 7
2.5. Larutan fixer ................................................................................. 9
2.6. Limbah fixer ............................................................................... 11
2.7. Pengelolaan Limbah fixer ........................................................... 12
2.8. Kerangka Teori ........................................................................... 13
2.9. Kerangka Konsep ....................................................................... 14

Universitas Sumatera Utara


BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian .......................................................................... 15
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 15
3.3. Populasi dan Sampel.................................................................. 15
3.3.1. Populasi .................................................................................. 15
3.3.2. Sampel .................................................................................... 15
3.4 Besar Sampel ............................................................................. 16
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................ 17
3.5.1. Variabel Penelitian ................................................................. 17
3.5.2. Alat dan Bahan ....................................................................... 18
3.5.3. Definisi Operasional ............................................................... 18
3.6. Metode Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian ................ 19
3.6.1. Metode Pengumpulan Data .................................................... 19
3.6.2. Prosedur Penelitian ................................................................. 19
3.7. Analisa Data .............................................................................. 20
3.8. Etika Penelitian .......................................................................... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1. Hasil Penelitian .......................................................................... 21
4.2. Analisa Data .............................................................................. 21

BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pembahasan.................................................................................. 22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 26
6.2. Analisa Data .............................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27


LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Ukuran film intra oral.................................................... 6


2 Langkah dalam prosesing dan efluen ……….............. 10

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jumlah perak pada film periapikal dan film oklusal.......... 21


2 Analisa hasil uji t independent........................................... 21

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Ethical Clearance
2. Lembar penjelasan setelah pemberian informed consent
3. Informed Consent
4. Laporan hasil analisis
5. Jadwal pelaksanaan penelitian
6. Rincian biaya penelitian
7. Curriculum vitae

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sinar X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang
yang cenderung sangat pendek, tetapi memiliki energi yang sangat besar. Sinar x
mempunyai daya tembus yang sangat tinggi. Selain itu, sinar x juga memiliki
kemampuan mengionisasi atom dari materi yang dilewati, kemudian menjadi salah satu
bentuk radiasi elektromagnetik.1,2
Dalam mendiagnosa suatu penyakit pada kasus tertentu, dokter gigi juga
membutuhkan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan radiografi. Banyak jenis
radiografi yang dapat membantu dokter gigi dalam menegakkan diagnosa sesuai dengan
indikasinya, baik intra oral maupun ekstra oral.2,3 Teknik foto ronsen terbagi atas dua
yaitu secara konvensional dan digital. Teknik konvensional membutuhkan larutan fixer
sebagai salah satu tahap dalam melakukan prosesing yang berfungsi untuk melarutkan
dan menghambat perkembangan kristal perak halida pada proses emulsi. Fungsi lain dari
fixer adalah mengeraskan dan mengecilkan emulsi film.2
Proses fixing yang dilakukan secara manual pada larutan fixer membutuhkan waktu
dua kali lebih lama dibandingkan dengan larutan developer.2,3 Perak pada limbah hasil
pengolahan film menjadi risiko bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Namun, sedikit
upaya telah dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
pengembang radiografi dari solusi fixer dan air pencucian radiografi.4 Di samping itu,
meskipun terdapat keuntungan ternyata dari radiografi digital, sebagian besar praktek
dokter gigi masih dilengkapi dengan peralatan radiografi konvensional.5 Sebuah studi
oleh Raoof et al. (2015) menunjukkan bahwa hanya 8,4% dari praktek gigi umum di Iran
melaporkan penggunaan radiografi digital. Limbah perak berasal dari layanan proses
gambar, klinik radiologi atau praktek gigi pribadi, menjadikannya rentan terhadap risiko
bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Larutan fixer harus dibuang pada tempat

Universitas Sumatera Utara


pembuangan limbah, didaur ulang atau dilakukan pemulihan perak melalui metode
elektrolisis dan pengendapan.4
Mulyati dkk. (2014) melakukan eksperimen menggunakan metode elektrolisis dan
pengendapan untuk mendapatkan kandungan perak dari larutan fixer jenuh. Hasil
penelitian Mulyati memperoleh hasil bahwa metode elektrolisis menghasilkan jumlah
perak lebih banyak dari pada metode pengendapan. Metode elektrolisis menggunakan
listrik yang dialirkan di antara dua elektroda yang terbenam dalam larutan fixer. Perak
secara elektronik disimpan pada katoda. Perak ini dapat dipisahkan dari katoda dan
diperoleh perak halus. Metode pengendapan dilakukan dengan cara mengendapkan perak
pada larutan fixer yang sudah diberi bahan kimia tertentu, kemudian perak hasil endapan
dikeluarkan dari larutan fixer dan diperoleh perak halus.6
Penelitian Jyothirmai et al. (2014) menjelaskan tentang pengelolaan limbah pada
radiografi kedokteran gigi. Perak pada larutan fixer adalah sumber berharga yang harus di
daur ulang. Ada dua cara mananggulangi larutan fixer tersebut yaitu secara on-site
treatment and disposal dan off-site treatment and disposal. Perbedaan dari kedua cara
tersebut adalah dari jumlah film yang sudah menggunakan larutan fixer tersebut. On-site
treatment membutuhkan biaya yang lebih banyak dibandingkan off-site treatment dan
tidak membutuhkan larutan fixer yang sudah digunakan untuk jumlah film yang cukup
banyak. Penelitian Jyothirmai untuk mendapatkan perak pada larutan fixer dilakukan
dengan off-site treatment mengggunakan metode elektrolisis.7
Penelitian Hanghani et al. (2012) yang meneliti jumlah perak dalam larutan fixer
mengatakan bahwa metode elektrolisis memiliki efisiensi sebesar 70% dibandingkan
pengendapan.8 Penelitian Samson et al. (2014) menjelaskan bahwa didalam metode
elektrolisa sebesar 98% larutan berhasil dimurnikan kembali dan tidak menghasilkan
polutan baru. Namun kekurangannya adalah biaya yang cukup tinggi karena memerlukan
peralatan dan kebutuhan listrik, serta pemantauan servis untuk memastikan efisiensi yang
baik.9
Penelitian Chen et al. (2012) menjelaskan tentang pemurnian perak pada larutan
fixer menggunakan metode elektrolisis pada arus listrik 0,3A, 0,5A, 0,7A dan 0,9A

Universitas Sumatera Utara


menyimpulkan bahwa pemurnian perak terbesar didapatkan pada arus listrik 0.9A
sebesar 98.31%.10,11
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah diuraikan di atas dan belum ada yang
menjelaskan mengenai perak yang dihasilkan dari larutan fixer setelah dilakukan proses
fixing pada film oklusal dan film periapikal menggunakan metode elektrolisis, maka
peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui jumlah perak yang terdapat
dalam larutan fixer setelah dilakukan proses fixing pada film oklusal dan film periapikal
menggunakan metode elektrolisis.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu,
apakah terdapat perbedaan jumlah perak yang dihasilkan dari larutan fixer setelah
dilakukan proses fixing pada film oklusal dan film periapikal menggunakan metode
elektrolisis.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah perak yang terdapat pada
larutan fixer setelah dilakukan proses fixing pada film oklusal dan film periapikal
menggunakan metode elektrolisis.
2. Untuk mengetahui fiksasi film oklusal atau film periapikal yang menghasilkan
perak yang lebih banyak

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai jumlah perak yang terdapat pada larutan fixer setelah dilakukan proses fixing
pada film oklusal dan film periapikal menggunakan metode elektrolisis.

1.4.2 Manfaat Aplikatif


Secara aplikatif hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk :

Universitas Sumatera Utara


1. Mensosialisasikan kepada klinisi masyarakat dan lingkungan bahwa di dalam
larutan fixer mengandung limbah perak yang berbahaya.
2. Mensosialisasikan cara penanggulangan limbah perak agar dapat di daur ulang.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Kedokteran Gigi


Sinar X pertama kali ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen yang merupakan
sinar fluorescent yang berasal dari kristal barium platinosianida dengan tabung Crookes-
Hittorf yang dialirkan tenaga listrik.2 Sinar X sudah berevolusi di bidang kedokteran dan
kedokteran gigi. Pada saat ini radiografi kedokteran gigi banyak digunakan oleh dokter
gigi untuk mendiagnosa perawatan pasien, oleh karena itu radiografi kedokteran gigi
menjadi mata ketiga bagi dokter gigi.1

2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi


Radiografi di kedokteran gigi terbagi dua, yaitu radiografi intra oral dan radiografi
ekstra oral. Radiografi intra oral adalah penyinaran yang dilakukan pada film yang
berada di dalam mulut pasien, sedangkan radiografi ekstra oral penyinaran dilakukan
pada film yang diletakkan di luar mulut pasien.1

2.2.1 Radiografi Intra oral


Radiografi intraoral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur di
sekitarnya. Radiografi intra oral secara umum terbagi tiga yaitu radiografi periapikal,
interproksimal (bite-wing) dan oklusal. Masing-masing tipe mempunyai teknik yang
berbeda.1

2.2.1.1 Radiografi Periapikal


Radiografi periapikal dilakukan bertujuan untuk memeriksa gigi (mahkota dan
akar gigi) serta jaringan di sekitarnya. Teknik yang digunakan, yaitu paralleling dan
bisecting.2 Teknik yang sering digunakan pada radiografi periapikal adalah teknik
paralleling atau disebut juga right-angle atau long-cone.

Universitas Sumatera Utara


Teknik ini menggunakan film yang diletakkan paralel dengan aksis panjang gigi
dan sinar sentral dari pancaran x-ray pancaran diarahkan tegak lurus terhadap film dan
aksis panjang gigi.1 Teknik bisekting disebut short cone technique dengan prinsip
geometri, film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual/palatal dari gigi dan adanya
imaginary bisector.2,3

2.2.1.2 Radiografi Bitewing


Radiografi bitewing merupakan teknik radiografi pada interproksimal yang
memberikan hasil gambaran mahkota gigi maksila, mandibula dan puncak alveolar pada
reseptor yang sama. Prinsip-prinsip pada teknik bitewing adalah film diletakkan dalam
mulut sejajar mahkota gigi-gigi di maksila dan mandibula, film distabilkan dengan pasien
menggigit bitewing tab atau memegang film bitewing, sentral x-ray diarahkan menembus
kontak gigi dengan angulasi vertikal +10°.2 Reseptor bitewing sangat berharga untuk
mendeteksi karies interproksimal pada tahap awal perkembangan sebelum menjadi jelas
secara klinis. Karena sudut horizontal dari sinar x-ray, radiografi ini juga dapat
mengungkapkan karies sekunder di bawah restorasi yang dapat lepas dari pengakuan
dalam pandangan periapikal. Proyeksi bitewing juga berguna untuk mengevaluasi kondisi
periodontal. Radiografi bitewing memberikan perspektif yang baik dari puncak tulang
alveolar, dan perubahan tinggi tulang dapat dinilai secara akurat melalui perbandingan
dengan gigi yang berdekatan.1

2.2.1.3 Radiografi Oklusal


Teknik oklusal digunakan untuk pemeriksaan pada daerah maksila dan
mandibula. Radiografi oklusal digunakan dengan tujuan melihat lokasi akar gigi,
anomaly supernumerary, gigi tidak erupsi atau gigi yang impkasi, salivary stone di
saluran kelenjar submandibular, evaluasi dari perluasan lesi (kista, tumor dan keganasan
di mandibula dan maksila) dan evaluasi basis sinus maksilaris.1,3
Radiografi oklusal menampilkan segmen lengkung gigi yang relatif besar,
termasuk langit-langit, dasar mulut dan struktur lateral yang berdekatan. Radiografi

Universitas Sumatera Utara


oklusal juga berguna ketika pasien tidak dapat membuka mulut cukup lebar untuk
radiografi periapikal atau karena tidak dapat menerima reseptor periapikal.1,3

2.3 Film dental


Film yang digunakan dalam radiografi kedokteran gigi adalah film radiografi
yang telah disesuaikan khusus dalam ukuran, yaitu : film anak # 0, film anterior # 1, film
dewasa # 2, film bitewing # 3, film oklusal # 4. Terdapat tiga jenis film speed yaitu D-
speed, E-speed dan F-speed. Film yang tercepat adalah F speed dan film terlama adalah
D-speed.7 Film x ray gigi berfungsi sebagai media rekaman atau gambar reseptor.
Gambar laten direkam dalam film x-ray ketika terkena x-ray photons. 3,12

Gambar 1. Ukuran film intra oral1

2.4 Prosesing Film


Prosesing film dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual dan
otomatis. Prosesing secara manual dilakukan di kamar gelap dan secara injeksi
sedangkan yang otomatis menggunakan mesin prosesor. Tahap ini penting dimana
gambar yang dihasilkan digunakan untuk menegakkan diagnosa.1
Tahapan prosesing terdiri atas developing, rinsing, fixing, washing dan drying.1
Tahapan pertama adalah proses developing dengan larutan developer. Larutan developer
dapat mengurangi kristal perak bromida yang aktif mengalami ionisasi dengan
menyumbangkan elektron, melarutkan halida dan mengendapkan logam perak yang ada

Universitas Sumatera Utara


pada lapisan emulsi. Ion negatif menarik ion perak bebas yang bermuatan positif dan
direduksi menjadi atom hitam metalik. Pengendapan ini menjadi area hitam (radiolusen)
pada radiograf. Konsentrasi developer akan berkurang jika jumlah film yang
menggunakan larutan developer semakin banyak dan oleh oksidasi developer akibat
paparan udara. Secara konvensional wadah developer ditempatkan di sisi kiri dari bahan
kimia larutan lainnya.3,12
Ketika film ini dikeluarkan dari developer, emulsi gelatin akan menjadi lembut dan
mengembang. Bahan kimia yang terkandung dapat dikeluarkan dengan menempatkan
film dalam air atau proses rinsing. Pada saat film dibilas dengan air, bahan kimia akan
larut, reaksi developer terhenti dan sifat alkali developer yang tersisa berkurang. Film ini
harus dibilas selama 10-15 detik dalam air yang mengalir. Suhu air harus sama dengan
suhu developer dan fixer untuk menghindari ekspansi yang tidak rata dan kontraksi
lapisan emulsi. Jika tahapan ini tidak dilakukan, alkali developer yang ada pada film akan
menetral asam dari fixer. Film mudah tergores akibat lapisan emulsi gelatin yang masih
lembut pada keadaan basah. Kondisi safe-light harus dipertahankan ketika memindah
film dari developer ke wadah cuci dan kemudian ke wadah fixer untuk menghindari
terjadinya fogging.3
Larutan fixer yang asam akan melunturkan kristal perak bromida yang tidak
terpapar sinar x dan tidak terkena cairan developer, dari film emulsi dan mengeraskan
kembali emulsi yang lunak yang terjadi selama proses developing. Untuk proses manual,
film ini ditempatkan dalam larutan developer untuk jumlah X waktu dalam larutan fixer
selama 2X waktu dan di bilasan akhir selama 3X waktu. "X" ditentukan dengan grafik
waktu-suhu. Waktu yang ideal untuk memproses radiografi di developer ialah 680 F
selama 5 menit. Film dapat dikeluarkan dari larutan fixer setelah 5 menit untuk melihat
kasus-kasus darurat. Prosedur ini dikenal sebagai wet reading/viewing. Film ini
kemudian harus ditempatkan kembali ke dalam fixer.3 Jika sisa kristal perak bromida
tidak dihilangkan, lapisan pelindung gelatin akan mengeras dengan potassium aluminium
sehingga film ini akan tahan abrasi.3
Tujuan dari washing adalah untuk menghilangkan sisa kimia dari fixer, seperti
asam tiosulfat dan garam perak dari film. Washing yang tidak cukup akan mengubah film

Universitas Sumatera Utara


menjadi kecokelatan karena bahan kimia belum terbuang sempurna. Retikulasi dan
pembengkakan yang tidak setara dan penyusutan lapisan emulsi dapat terjadi jika
terdapat perbedaan suhu antara developer atau fixer serta air melebihi 15°F.3
Pada beberapa kasus, film dikeringkan dengan hanya menggantung di rak drip tray
di kamar gelap yang dirancang untuk menangkap kelebihan air. Selain itu, kipas angin
juga digunakan untuk mengeringkan film. Kipas angin tidak menghilangkan air secara
langsung pada film malah dengan kabinet pengering yang dilengkapi dengan kipas dan
elemen pemanas. Film basah cenderung rusak dari goresan dan abrasi jika tidak ditangani
dengan baik. Jika terdapat debu di udara, kotoran mudah tertanam pada emulsi.
Radiografi yang basah hanya dikeluarkan dari gantungan setelah kering sepenuhnya.3

2.5 Larutan Fixer


Larutan fixer mengandung empat komponen yang terlarut dengan air, yaitu
clearing agent, acidifier, preservative dan hardener. Clearing agent amonium tiosulfat
berfungsi melarutkan butir perak halida. Bentuk ini akan menjadi stabil dengan larutan
air yang kompleks dengan ion perak yang akan menyebar dari emulsi. Acidifier menjaga
pH larutan fixer tetap konstan dan menjaga difusi tiosulfat yang baik dengan emulsi
sampai tiosulfat kompleks keluar dari emulsi. Bahan pengawet akan mencegah oksidasi
tiosulfat clearing agent yang tidak stabil dalam lingkungan asam fixer.3 Bahan pengeras
yang paling sering digunakan adalah aluminium sulfat. Aluminium akan kompleks
dengan gelatin selama fixing dan mencegah kerusakan pada gelatin selama
penanganannya.3
Proses fixing di lakukan bertujuan untuk melarutkan dan menghilangkan kristal
perak halida dari emulsi film dan menjaga emulsi agar tidak mudah rusak. Proses fixing
dilakukan dengan cara memasukkan film dalam larutan fixer selama 10 menit dan
menggoncangkan film setiap 5-30 detik untuk mencegah terbentuknya gelombang udara
sampai terbentuk bayangan gigi dan jaringan sekitarnya.
Dalam proses fixing ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas
fixer yakni kandungan larutan, suhu dan waktu fixing. Larutan fixer memiliki beberapa
kandungan di dalamnya, diantaranya :

Universitas Sumatera Utara


1. Clearing Agent
Mengubah atau melarutkan butiran Kristal perak bromida (AgBr) yang tidak
terekspos pada saat penyinaran menjadi komponen yang larut dalam air. Adapun sifat
bahannya adalah bereaksi dengan perak halogen dan membentuk komponen yang larut
dalam air, tidak merusak gelatin serta tidak memberi pengaruh atau efek terhadap gas
yang terbentuk. Bahan yang biasa digunakan seperti Ammonium thiosulfat (NH4)2 S2
O3 serta Sodium Thiosulfat Na2S2O3.12
2. Acidifier
pH asam diperlukan untuk memungkinkan difusi thiosulfat kedalam emulsi film
dan kompleks thiosulfat perak keluar dari emulsi film. Kondisi larutan fixer yang asam
akan menginaktifasi developing agen yang terbawa dalam emulsi film.

Gambar 2. Langkah dalam prosesing dan efluen12

3. Preservative
Meskipun bahan yang digunakan sebagai akselerator adalah asam lemah namun
tetap terjadi hipodekomposisi dan mencegah digunakannya unsur sulfit sebagai
stabilisator. Pada fixer untuk stabilisator atau preservative adalah pasangan acetic acid
dan sulfit sebagai alternatif sering digunakan bahan yang dapat berfungsi keduanya.
Sebagai acidifisasi dan stabilisator yaitu Sodium Meta Sulfit (NaHSO3) dan Potassium
Meta Sulfit (KHSO3).12

Universitas Sumatera Utara


4. Hardener
Berfungsi untuk mengeraskan emulsi yang mengalami swelling.12

2.6 Limbah Fixer


Larutan fixer melarutkan sekitar 35-45% senyawa perak halida yang tidak terkena
developer dari emulsi film, tergantung pada objek yang terpapar. Larutan fixer yang telah
terpakai berisi kadar perak yang tinggi dalam bentuk perak tiosulfat kompleks sangat
stabil dan memiliki disosiasi yang rendah dan konstan. Proses pengolahan air limbah
mengkonversi perak tiosulfat menjadi perak sulfida dalam bentuk pengendapan. Namun,
pembuangan perak dalam larutan fixer yang tidak tepat menimbulkan pencemaran
lingkungan.7
Limbah radiografi yang dihasilkan di praktek dokter gigi harus dibuang dengan
proses pembuangan yang benar. Jika fixer yang sudah terpakai dibuang pada saluran
pembuangan air, akan berpotensi mencemari sungai atau perairan lainnya. Jika fixer
dibuang ke tempat sampah, pada akhirnya dapat mencemari tanah dan air yang
menimbulkan masalah kesehatan kepada masyarakat.7
Pembuangan perak dari fixer yang telah digunakan harus didaur ulang. Terdapat
dua pilihan untuk pengelolaan perak tersebut yaitu onsite dan offsite. Untuk melakukan
pembuangan perak dari fixer mudah dan ekonomis. Secara on-site pengelolaan dilakukan
secara chemical precipitation dan secara off site dilakukan dengan metode elektrolisis.
Off-site treatment merupakan alternatif lain kecuali pada praktek yang menghasilkan film
radiografi dengan kuantitas yang besar.7

2.7 Pengelolaan Limbah Fixer


Dalam pengelolaan limbah fixer terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan
yaitu :
1. Metode elekrolisis
Suatu proses yang menggunakan arus listrik dengan dua elektroda yang mampu
menghasilkan perak dengan kemurnian lebih dari 98%. Dengan metode elektrolisis kedua

Universitas Sumatera Utara


kutub tersebut diberi tegangan agar perak yang ada pada larutan fixer mengendap atau
menempel dikatoda berupa lempengan perak. Elektrolisis dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu arus rendah dan arus tinggi, menggunakan arus rendah dapat dilakukan tanpa
agitasi proses dapat berjalan dan proses fiksasi film terus berlangsung, sedangkan arus
tinggi dilakukan dengan agitasi besar dengan efisiensi yang lebih tinggi tetapi selama
elektrolisis berlangsung proses fiksasi tidak dapat dilakukan.13
2. Metode metalic replacement
Metode metalic replacement atau dapat juga disebut proses sementasi adalah proses
yang dilakukan berdasarkan pada penggunaan logam seperti besi dan tembaga yang
lebih aktif daripada perak untuk pengelolaan limbah yang lebih efektif. Ion dari logam
yang lebih aktif dilepaskan ke dalam larutan di mana atom pada logam yang kurang aktif
berubah bentuk menjadi padat.13
3. Metode chemical precipitation
Metode presipitasi (pengendapan) kimia merupakan salah satu metode yang diteliti
dan banyak digunakan untuk mendapatkan perak. Metode ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan fixer dengan bahan kimia atau reagen.13

2.8 Kerangka Teori

Radiografi
Kedokteran

Intraoral Ekstraoral

Universitas Sumatera Utara


2.9 Kerangka Konsep

Larutan fixer hasil Metode elektrolisis Jumlah perak


fixing film oklusal
dan periapikal

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah Eksperimental Laboratoris dengan rancangan penelitian
post-test study yaitu meneliti kandungan perak yang terdapat pada larutan fixer.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Pengambilan foto ronsen dan proses fixing dilakukan di Instalasi Radiologi
Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara. Proses
elektrolisis dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-
Februari 2019.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah larutan fixer yang digunakan di Instalasi
Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Universitas Sumatera Utara.

3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah larutan fixer yang telah digunakan untuk
melakukan proses fixing pada film periapikal dan film oklusal. Kriteria inklusi adalah
film oklusal dan film periapikal yang telah dilakukan paparan sinar x sebanyak 32 buah.
Kriteria eksklusi adalah larutan fixer yang telah dilakukan fixing lebih dari satu minggu.

3.4 Besar Sampel

Universitas Sumatera Utara


Sampel penelitian adalah larutan fixer yang telah dilakukan proses fixing film
periapikal dan oklusal. Untuk menentukan jumlah film periapikal dan oklusal yang akan
di fixing dengan larutan fixer digunakan rumus :

Zα= 5% = 1,96
n= Zβ= 10% = 1,28
SD= 0,5

µ0-µa = 25% = 0,25

n = 0,5

=0,5
= 29,1 32

Keterangan :
n = Jumlah film pada tiap larutan fixer
SD = Standart deviasi (0,5)
Z1-α = Derajat kepercayaan tipe I 5% (1,96)
Z1-β = Derajat kepercayaan tipe II 10% (1,28)
µ1-µ2 = Selisih rerata yang diduga , merupakan hak peneliti (30%)
Pada penelitian digunakan larutan fixer yang telah dilakukan proses fixing film
periapikal dan film oklusal sebanyak masing-masing 32 buah film.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Universitas Sumatera Utara


3.6.1 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas: Film oklusal dan film periapikal
2. Variabel terikat: Jumlah perak pada larutan fixer
3. Variabel terkendali: Metode elektrolisis.

3.6.2 Alat dan Bahan


1. Alat
- Wadah 1500 ml
- Jeragen 3000 ml
- Measuring scale
- Alat-alat elektrolisis
- Alat pengatur rintangan listrik
- Voltmeter
- Batangan Katoda : Carbon
- Batangan Anoda : Stainless steel
- Stopwatch
- Timbangan elektronik
2. Bahan
- Film oklusal dan periapikal
- Larutan fixer
- Air 2 liter

3.6.3 Definisi Operasional


Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur

Universitas Sumatera Utara


- Film Digunakan
oklusal untuk melihat - - - -
area lebih luas
yaitu maksila
atau mandibular
dalam satu film

Digunakan
untuk melihat
- Film gigi anterior - - - -
periapikal atau posterior
dalam satu film.

Perak yang
diperoleh pada
larutan fixer
-Jumlah setelah Metode Alat-alat Gram Ratio
Perak pada dilakukan elektrolisis elektrolisis
larutan metode
fixer elektrolisis

Metode yang
digunakan
-Metode untuk
elektrolisis mendapatkan Menggunakan Voltmeter Ampere Nominal
perak dari voltmeter
larutan fixer

3.7 Metode Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


3.7.1 Metode Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara


Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data primer, dimana peneliti
akan mengukur jumlah perak yang terdapat pada setiap larutan fixer.

3.7.2 Prosedur penelitian


Setelah melakukan radiografi oklusal dan periapikal serta melakukan proses
developing, prosedur penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Meletakkan larutan fixer pada dua buah wadah
a. Wadah 1 untuk proses fiksasi film oklusal.
b. Wadah 2 untuk proses fiksasi film periapikal.
2. Tiap larutan fixer dicampur dengan 1 liter air sehingga menjadi 2 liter larutan
fixer.
3. Masing-masing wadah dilakukan proses fiksasi sebanyak 32 film
4. Masing-masing film difiksasi selama 5 menit
5. Selanjutnya masing-masing larutan fixer dimasukkan ke dalam wadah yang
berukuran 2500 ml
6. Kemudian mempersiapkan alat untuk proses elektrolisis.
7. Batangan katoda diukur beratnya menggunakan timbangan elektronik
sebelum dimasukkan kedalam wadah alat elektrolisis.
8. Larutan fixer dimasukkan ke dalam wadah alat elektrolisis
9. Alat elektrolisis diatur pada arus 0.9 ampere dan proses elektrolisis berjalan
selama 480 menit (8 jam)
10. Setelah proses elektrolisis selesai alat didiamkan selama 60 menit
11. Batangan katoda dilepaskan dari alat dan ditimbang menggunakan timbangan
elektronik.
12. Mencatat selisih berat batangan katoda sebelum dan setelah dimasukkan ke
dalam wadah alat elektrolisis
13. No 7-12 dilakukan untuk masing-masing kelompok larutan fixer.
14. Melakukan analisa data.
3.8 Analisa Data

Universitas Sumatera Utara


Analisa data pada penelitian ini dilakukan dengan uji t-independent untuk mengetahui
perbedaan nilai kadar perak pada larutan fixer dua kelompok.

3.9 Etika Penelitian


Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup:
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada
responden serta menjelaskan lebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan, serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berhubungan
dengan penelitian.
2. Ethical Clearance
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik FK USU (Health
Research Ethical Committee of North Sumatera) berdasarkan ketentuan etika yang
bersifat internasional maupun nasional dengan nomor surat 192/TGL/KEPK FK USU-
RSUP HAM/2019.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian


Proses pengambilan foto ronsen dan proses fixing dilakukan di Instalasi Radiologi
Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara. Data untuk
penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2019. Proses elektrolisis
dilakukan di Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara menggunakan larutan fixer sebanyak 2000 ml untuk film periapikal dan
film oklusal. Metode elektrolisis dilakukan selama 8 jam. Batangan katoda yang dipakai
adalah batangan carbon dan batangan anoda yang dipakai adalah stainless steel.

Tabel 1. Jumlah perak pada film periapikal dan oklusal


No Sampel Arus (A) Tegangan (V) Massa Ag (g)
1 Fixer Periapikal 0,9 3,6 0,6
2 Fixer Oklusal 0,9 3,6 6,0

4.2 Analisa data


Tabel 2. Analisa hasil uji t independent
Larutan fixer N Rerata Massa Ag (g) Standar Deviasi P-Value
Massa Ag (g)
Film 32 0.6 0 p = 0,000 < 0,05,
Periapikal Signifikan
Film 32 6 0
Oklusal

Berdasarkan hasil uji t independent, diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05, maka terdapat
perbedaan massa Ag (g) yang signifikan antara larutan fixer kelompok film periapikal
dan kelompok film oklusal.

BAB 5

Universitas Sumatera Utara


PEMBAHASAN

Sinar X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang


yang sangat pendek tetapi memiliki energi yang sangat besar, serta mempunyai daya
tembus yang sangat tinggi dan memiliki kemampuan mengionisasi atom dari materi
yang dilewati menjadi salah satu bentuk radiasi elektromagnetik.1 Dalam mendiagnosa
suatu penyakit pada kasus tertentu, dokter gigi membutuhkan pemeriksaan tambahan
seperti pemeriksaan radiografi. Banyak jenis radiografi yang dapat membantu dokter gigi
dalam menegakkan diagnosa sesuai dengan indikasinya, baik intra oral maupun ekstra
oral. Teknik foto ronsen terbagi atas dua yaitu secara konvensional dan digital. Teknik
konvensional membutuhkan larutan fixer sebagai salah satu tahap dalam melakukan
prossesing yang berfungsi untuk melarutkan dan menghambat perkembangan kristal
perak halida pada proses emulsi serta untuk mengeraskan dan mengecilkan emulsi film.1
Film yang digunakan dalam radiografi kedokteran gigi adalah film radiografi
yang berukuran film anak # 0, film anterior # 1, film dewasa # 2, film bitewing # 3,
film oklusal # 4.3 Penlitian ini memperoleh hasil bahwa jumlah perak pada larutan fixer
untuk fixing film oklusal lebih besar daripada film periapikal. Hal ini mungkin
disebabkan oleh ukuran film yang digunakan untuk penelitian ini yaitu periapikal #2 (32
x 41 mm) dan untuk oklusal adalah #4 (57 x 76 mm).4 Terdapat tiga jenis film speed yaitu
D-speed, E-speed dan F-speed. Film yang tercepat adalah F speed dan film terlama
adalah D-speed. Film dibuat dalam satu paket yang terdiri dari pembungkus luar yang
terbuat dari plastik lunak, kertas hitam, lead foil, lapisan adhesive dan lapisan pelindung.
Kertas hitam berfungsi untuk melindungi film dari cahaya yang dapat merusak film, lead
foil terletak dibelakang film untuk mencegah adanya sisa radiasi yang dapat melewati
film menuju ke jaringan pasien film, yang terdiri dari plastic base yang merupakan bahan
dasar yang transparan, lapisan adhesif (gelatin) yang memfiksasi emulsi melekat pada
bahan dasar, lapisan pelindung (protective layer) yang berfungsi melindungi emulsi dari
kerusakan mekanis.1,14

Universitas Sumatera Utara


Pada film periapikal dapat mendeteksi infeksi apikal a t a u p e r a d a n g a n ,
p e n i l a i a n s t a t u s p e r i o d o n t a l , serta dapat mendeteksi apabila ada terjadi
trauma pada gigi dan tulang alveolar. Sedangkan pada film oklusal bertujuan
untuk melihat keadaan patologis yang berhubungan dengan gigi dan rahang pada arah
buko-lingual, serta luasnya perubahan fraktur yang melibatkan mandibul dan maksila.
Gambaran radiografi gigi dan tulang rahang yang menjelaskan bagian yang radiolusen
dan radiopak yaitu: 1)email: paling radiopak pada permukaan luar mahkota gigi,
2)sementum: radiopak pada permukaan luar akar gigi (hampir sama dengan dentin),
3)dentin: radiopak dibawah lapisan email pada mahkota gigi dan permukaan luar akar
gigi, 4)pulpa gigi: radiolusen pada bagian dalam gigi, 5)membran periodonsium:
radiolusen tipis yang berlanjut mengelilingi akar gigi, antara akar gigi dan lamina dura,
6)lamina dura: radiopak tipis yang berlanjut pada permukaan terluar socket gigi,
berbatasan dengan membran periodonsium, 7)lamina kortikal: radiopak tebal pada bagian
terluar (tepi) dari tulang rahang. Pada rahang atas daerah yang radiopak adalah tulang
palatum, prosesus zygomaticus, bagian anterior inferior dari antrum, canalis
nasolakrimalis,, sedangkan bagian radiolusen pada rahang atas adalah sinus maksilaris,
nasal cavity, sutura palatina mediana, foramen insisivus, foramen palatina mayor. Pada
rahang bawah bagian yang radiopak adalah external oblique line, internal oblique line,
torus mandibula, tuberkulum genioglossus, serta bagian radiolusen adalah foramen
mentalis, foramen mandibula, kanalis mandibular. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa
rahang bawah mempunyai daerah yang lebih radiolusen dibandingkan rahang atas.

Larutan fixer ini berfungsi untuk merubah bayangan nyata menjadi permanen,
melarutkan butir-butir kristal perak bromida (AgBr) yang tidak terekspos dan
menghilangkan emulsi film yang mengalami pembengkakan, sehingga dapat disimpan
secara permanen. Setelah larutan fixer digunakan berulang-ulang untuk proses fiksasi
gambar maka kemampuannya untuk menetapkan gambar semakin lama semakin
berkurang. Salah satu tujuan dari proses fiksasi adalah untuk melarutkan sisa perak
halida yang tidak terkena sinar photon. Apabila komponen perak dalam bentuk halida
kompleks terdapat banyak kandungannya dalam fixer maka fixer akan jenuh dan akan

Universitas Sumatera Utara


mengakibatkan daya fiksasi menurun sehingga lapisan emulsi film yang diolah akan
mudah rusak karena kurang diproses.15
Larutan fixer mengandung empat komponen yang terlarut dengan air, yaitu
clearing agent, acidifier, preservative dan hardener. Clearing agent mengubah atau
melarutkan butiran kristal perak bromida (AgBr) yang tidak terekspos pada saat
penyinaran menjadi komponen yang larut dalam air, Acidifier ph asam diperlukan untuk
memasukkan difusi thiosufat kedalam emulsi film dan kompleks thiosulfat perak keluar
dari emulsi film, kondisi larutan fixer yang asam akan menginaktifasi developing agen
yang terbawa dalam emulsi film. Preservative digunakan sebagai akselerator adalah asam
lemah namun tetap terjadi hipodekomposisi dan mencegah unsur sulfit digunakan
sebagai stabilisator. Hardener berfungsi untuk mengeraskan emulsi yang mengalami
pembengkakan.1
Larutan fixer melarutkan 35-45% perak halida yang tidak terkena developer dari
emulsi film, tergantung pada objek yang terpapar. Larutan fixer yang terpakai
mengandung kadar perak yang tinggi dalam bentuk thiosulfat kompleks sangat stabil dan
memiliki disosiasi yang rendah dan konstan. Jika limbah fixer dibuang ke tempat
sampah, hal tersebut dapat mencemari tanah dan air yang menimbulkan masalah
kesehatan kepada masyarakat.7 Menurut penelitian Hanghani et al. (2012) yang meneliti
jumlah perak dalam larutan fixer mengatakan bahwa metode elektrolisis memiliki
efisiensi sebesar 70% dibandingkan pengendapan.8
Larutan developer dan fixer merupakan konsentrat yang harus dicairkan dengan
air. Dalam keadaan normal, larutan developer dan fixer harus diganti minimal setiap 2
sampai 3 minggu sekali. Larutan developer dan fixer akan kehilangan kekuatan jika
terpapar ke udara dan harus diganti ketika maksimum beban kerja normal belum
dipenuhi. Prosesing film adalah reaksi kimia, dimana setiap larutan developer dan fixer
digunakan maka dapat mempengaruhi emulsi film, oleh sebab itu solusi dapat menjadi
lemah. Di laboratorium larutan harus diganti lebih sering yaitu setiap 2 minggu sekali
dikarenakan terdapat banyak film yang bervariasi yang harus diproses. Larutan developer
dan fixer yang lemah tidak dapat menghasilkan gambar yang optimum oleh karena itu
tidak dapat memberikan informasi diagnostik yang maksimum. Didalam larutan

Universitas Sumatera Utara


developer tidak terdapat sisa perak, film yang telah disinar harus dilakukan prosesing
secepat mungkin di kamar gelap dalam keadaan safelight. Larutan developer merupakan
larutan yang pertama digunakan jika film akan dimasukkan untuk prosesing, larutan ini
memiliki pH diatas 7 dibandingkaN dengan larutan fixer. Larutan developer dapat
melembutkan gelatin dan menghasilkan solusi secara kimia untuk mengurangi kristal
perak halida yang berenergi dengan mengendapkan perak pada basis film. Endapan ini
disebut dengan area hitam (radiolusen) pada radiograf. Area dengan kepadatan yang
lebih sedikit seperti pulpa memungkinkan penetrasi sinar-x yang dapat mencapai bagian
film. Kristal perak halida memiliki energi lebih besar dan terdapat banyak endapan perak
untuk menghasilkan warna hitam (radiolusen) yang bisa menguraikan ruang pulpa pada
radiograf. Area dengan kepadatan lebih sedikit, seperti pulpa memungkinkan penetrasi
sinar yang lebih besar sehingga lebih banyak sinar x yang mencapai bagian dari film
tersebut. Kristal perak halida lebih berenergi dan terdapat banyak endapan perak yang
memhasilkan garis hitam (radiolusen) atau garis ke luar ruang pulpa.15
Larutan developer dan larutan fixer adalah suatu reaksi kimia. Dimana
pengendapan optimal perak dengan jumlah energi sinar-x dikirim ke objek berlangsung
dalam jangka waktu tertentu dan larutan developer pada suhu tertentu yang disebut
teknik suhu waktu. Jika film dibiarkan dalam larutan developer terlalu lama, maka film
akan menjadi hitam dan tidak dapat ditegakkan diagnosa atau disebut overdeveloped
film. Kristal perak halida yang telah menerima sejumlah radiasi yang kecil memiliki
lebih sedikit perak yang diendapkan dan berwarna abu-abu. Perak halida yang tidak
mempunyai energi oleh radiasi seperti area pada film di belakang mahkota emas, tidak
terdapat enapan perak serta berwarna putih dan tidak ada radiopak pada film x-ray.15,16

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Sumatera Utara


6.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian adalah terdapat perbedaan jumlah perak dari larutan fixer
setelah dilakukan proses fixing antara film oklusal dan film periapikal dengan
menggunakan metode elektrolisis. Jumlah perak pada larutan fixer film oklusal lebih
besar dibandingkan jumlah perak pada larutan fixer film periapikal.

6.2 Saran
1. Disarankan peneliti selanjutnya untuk meneliti dengan jenis film lain yang
dapat melarutkan lebih banyak jumlah perak.
2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel yang lebih
besar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Medan. (edisi revisi ).USU press:
2015; p.18-8

Universitas Sumatera Utara


2. Imran.syarat-syarat dan proses pembentukan sinar x. ilmu-radiology imran.com/
2012/04/syarat-syarat dan proses-pembenukan.html. 3 December 3, 2018.
3. Neill S. The Stages in the Production of the Radiograph. Proces Radiograph. 9/2000;
Chap 6:1-5
4. Haghani J. Silver Recovery From Radiographic Film Processing Effluents. Vol
11:543-52
5. Abhishek M. Radiographic Waste Management. 2015; Vol 4: 2050-8
6. Mulyanti S, Ardiyanto, Sulistiyadi Haris A. Perak Yang Dihasilkan Dari Fixer Jenuh
Dengan Metode Elektrolisis.1 Januari 2014; vol 10: 737-47
7. Koneru J, Mahajam N, Mahalakshmi M. Management Of Dental Radiographic
Waste.2014; Vol 2: 55-8
8. Raoof M. Silver Recovery From Radiographic Film.;vol 11: 543-52
9. Samson O. Masebinu and Edison Muzenda. Review of Silver Recovery Techniques
from Radiographic Effluent and X-ray Film Waste. 2014; Vol 2: 22-4
10. Chen T, Ma Chi C, Lee Hsum M. Silver Recovery And Chemical Oxygen Demand
Removal From Waste Fixer Solution. 2012: 187-92
11. Nengah S. Elektrolisis Logam Perak Dari Limbah Pencucian Film Fotografi.Januari
2017: vol 1: 95-1
12. Stuart C, Michael J. Oral Radiology Principles and Interpretation. 6th ed. Missouri:
Mosby Elsevier; 2009. 68
13. Satria Permana D. Silver Recover. Dian-radiodiagnosic/2010/08/silver-
recovery.html
14. Dita K, Heri S Studi Pengendapan Perak Pada Limbah Fixer Yang Telah Jenuh
Dengan Metode Pembakaran Dan Pengendapan Naoh Dan Na2s 1, Januari 2015.;
vol 4: 111 –6.
15. Lawrence K, Hung YT, Howard HL, Yapijakis C, Kathleen HL. Handbook of
Industrial and Hazardous Wastes Treatment. New York-Basel: Marcel Dekker;
2004.305-7
16. Madhavan A, Sudahkar S, Balasubramani S. Radiographic Waste Management An
Overlooked Necessity. 2015;Vol 4: 2050-58

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7
CURRICULUM VITAE

Riwayat Peneliti
Nama : Haresh Vasudeva
Tempat dan Tanggal Lahir : Malaysia 29 Juni !995
Jenis Kelamim : Laki-Laki
Agama : Hindu
Anak ke : (satu) dari (empat) bersaudara
Alamat : Jln smtk dalam Mansyur Village no b11
No. Telp : 085946709449
Alamat e-mai : hareshvasdave@gmail.com

Riwayat Pendidikan
2001-2006 : Menjalani pendidikan sekolah rendah di Sk
Convent
2007 – 2011 :Menjalani pendidikan Sekolah MenengahCameron
Highlands
2013- 2014 : Menjalani pendidikan Foundation In Science
di Goon collage
2014 – sekarang : Menjalani Program Sarjana-1 Pendidikan dokter
Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai