SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
TIM PENGUJI:
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan selalu memberikan segala kemudahan dan
petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua
tercinta, yaitu Ayahanda Muklis Marpaung dan Ibunda Ir. Siti Rahmah Sibuea, M.Si.,
serta saudara terkasih, adik-adik penulis yaitu Afiyah Putri Marpaung dan Fauzan Amri
Marpaung, yang selalu ada untuk mendukung dan mendoakan penulis dalam
mengerjakan skripsi ini sehingga semakin termotivasi dalam pengerjaannya.
Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan, motivasi, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sedalamnya kepada :
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG(K)., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Darmayanti Siregar, drg., M.KM., selaku Plt. Ketua Departemen Ilmu
Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
3. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga, saran, dukungan, dan motivasi untuk
membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Prof. Monang Panjaitan, drg., MS., dan Darmayanti Siregar, drg., M.KM.,
selaku dosen penguji yang banyak memberikan saran dan ide yang bermanfaat kepada
penulis.
5. Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si., selaku penasehat akademik, yang telah
membimbing penulis menjalani program akademik di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKG USU, khususnya staf pengajar
dan staf administrasi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi
Masyarakat atas bimbingan dan bantuan kepada penulis.
7. Prof. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik
penelitian bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin
kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
8. Bapak Hajri, S.Ag., selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 106448 Desa
Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu, beserta guru-guru yang telah bersedia
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Rasa terima kasih juga diucapkan kepada Azizah, Kiki, Michelle,
Purnama, Rafidah, Diba, Santa, Saskia, Afifah, Indah, Dina, Frisca, Suri, Debby, Dira,
serta teman skripsi di Departemen IKGP/IKGM, Tiya, Sheryn, Qanita, Handoyo, Ovie
dan Ilma yang selalu memberi motivasi dan dukungan, doa, bantuan, dan semangat
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan seluruh
teman-teman seperjuangan FKG USU angkatan 2016 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis selama masa
perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu
dalam skripsi ini. Namun, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga
skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas,
pengembangan ilmu pengetahuan, dan masyarakat.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
HALAMAN ABSTRAK ..............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ........................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.4 Hipotesis Penelitian.................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
vi
LAMPIRAN
vii
Tabel Halaman
1. Kategori dan ambang batas status gizi berdasarkan KEMENKES ............. 8
2. Persentase karakteristik responden .............................................................. 27
3. Prevalensi stunting ....................................................................................... 27
4. Kategori laju alir saliva responden ............................................................... 28
5. Kategori kapasitas buffer responden ............................................................ 28
6. Kategori pH saliva responden ...................................................................... 28
7. Hasil uji statistik perbedaan kategori laju alir saliva pada anak normal
dan stunting pada murid usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar
Negeri 106448 ............................................................................................. 29
8. Hasil uji statistik perbedaan kategori kapasitas buffer pada anak
normal dan stunting pada murid usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar
Negeri 106448 ............................................................................................. 30
9. Hasil uji statistik perbedaan kategori pH saliva pada anak
normal dan stunting pada murid usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar
Negeri 106448 .............................................................................................. 30
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Anak Stunting ............................................................................................... 7
2. Faktor Risiko dan Dampak Stunting menurut WHO ................................... 13
3. Pengukuran Tinggi Badan menggunakan Microtoise Staturemeter ............ 24
4. GC Saliva Check Buffer Kit ........................................................................ 25
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar Pemeriksaan
2. Lembar Penjelasan Kepada Orangtua/Wali Subjek Penelitian
3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
4. Surat Ethical Clearance
5. Surat Keterangan Selesai Penelitian
6. Hasil Analisis Data
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
untuk anak normal dan stunting karena hanya ada tiga subyek dengan pH medium
(p>0,05).12
Menurut penelitian yang dilakukan Doaa Hashem dkk pada tahun 2016
dengan metode cross sectional pada 200 anak yang mengalami stunting dan normal
dengan rentang usia 3 sampai 12 tahun, menunjukkan bahwa anak stunting memiliki
LAS stimulated yang lebih rendah dengan rerata 0,884±0,554 ml/menit dibandingkan
anak normal dengan rerata 1,094±0,655 ml/menit. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara LAS stimulated pada anak normal
dan stunting (p=0,002), sedangkan untuk LAS unstimulated dan derajat keasaman (pH),
tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara pH saliva dan LAS unstimulated
pada anak normal dan stunting.13
Penelitian Johansson dkk yang dilakukan dengan metode case control pada 68
anak yang berumur 8 sampai 12 tahun menunjukkan kapasitas buffer dan LAS
stimulated anak stunting lebih rendah dibandingkan dengan anak normal. Kapasitas
buffer pada anak normal adalah 6,8±0,8, sedangkan pada anak stunting didapati rata-
rata yang lebih rendah yaitu 6,0±0,9. LAS stimulated anak normal adalah 1,21±0,44
ml/menit, sedangkan pada anak stunting didapati rata-rata yang lebih rendah yaitu
0,96±0,51 ml/menit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara kapasitas buffer dan LAS stimulated pada anak normal dan anak
stunting (p<0,01).14
Sejalan dengan penelitian Doa Hasheem dkk, pada penelitian Johansson dkk
juga tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada LAS unstimulated antara anak
normal dan anak stunting (p>0,05).14 Hal ini dapat terjadi karena malnutrisi
menyebabkan perubahan berat dan penurunan kepadatan adrenoceptor β pada kelenjar
parotid. Pada LAS stimulated diketahui bahwa kelenjar parotid memberikan kontribusi
lebih dari 50% dari total sekresi saliva dan hanya berkontribusi 20% dari total sekresi
saliva unstimulated, sehingga penurunan LAS lebih spesifik terjadi dalam keadaan
stimulated.13
Menurut penelitian yang dilakukan Hasan dan Diab tahun 2010 pada 173 anak
normal dan stunting di Baghdad, diperoleh rerata pH saliva yang lebih rendah
pada anak stunting yaitu 6,68±0,71 dibandingkan anak normal yaitu dengan rerata
7,23±0,29. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa pH saliva pada anak stunting
lebih rendah dibandingkan dengan pH saliva pada anak normal. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pH saliva pada anak normal
dan stunting (p=0,0001).15
Penurunan laju alir saliva, kapasitas buffer dan pH saliva yang terjadi pada
anak stunting diketahui dapat berdampak terdapat kesehatan rongga mulut. Namun
masih sedikit penelitian mengenai perbedaan laju alir saliva, kapasitas buffer dan pH
saliva pada anak normal dan stunting, khususnya di Sumatera Utara. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan laju alir saliva, kapasitas buffer dan pH
saliva pada anak normal dan stunting. Lokasi yang dipilih pada penelitian ini adalah
sekolah dasar negeri yang terletak di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu
karena berdasarkan penelitian oleh Simorangkir tahun 2018 yang dilakukan di Desa
Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu, prevalensi stunting di desa tersebut termasuk
kategori tinggi, yaitu sebesar 44,4%. 16 Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi
(PSG) tahun 2018, prevalensi stunting di pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan
yaitu dengan perbandingan antara 42,1% dan 32,5%. 5 Oleh karena itu
penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 106448 Desa Bagan Serdang,
Kecamatan Pantai Labu.
2. Untuk mengetahui kategori laju alir saliva pada anak normal dan stunting
usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 106448 Desa Bagan Serdang Kecamatan
Pantai Labu.
3. Untuk mengetahui kategori kapasitas buffer pada anak normal dan stunting
usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 106448 Desa Bagan Serdang Kecamatan
Pantai Labu.
4. Untuk mengetahui kategori pH saliva pada anak normal dan stunting usia 6-
12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 106448 Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu.
5. Untuk menganalisis perbedaan laju alir saliva, kapasitas buffer, dan pH
saliva pada anak normal dan stunting usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 106448
Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu.
3. Bagi pemerintah
Memberikan sumbangan atau kontribusi bagi pemerintah, khususnya
Dinas Kesehatan Republik Indonesia dan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
dalam menentukan program di bidang kesehatan gigi dan mulut pada anak
sejak usia dini.
4. Bagi peneliti
Memberikan pengalaman bagi peneliti, menambah wawasan, dan kemampuan
untuk melakukan penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
Stunting (pendek) adalah kondisi dimana seseorang memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan tinggi badan sesuai umur.
Stunting diidentifikasi dengan menilai panjang atau tinggi anak (panjang sambil
berbaring untuk anak kurang dari 2 tahun dan tinggi sambil berdiri untuk anak usia 2
tahun atau lebih), menginterpretasikan pengukuran yang diperoleh, kemudian
membandingkannya dengan nilai standar yang diterima sesuai dengan kriteria World
Health Organization (WHO). Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan
yang dibawah nilai -2 SD median standar pertumbuhan anak oleh WHO untuk usia
dan jenis kelamin yang sama.4,7
Stunting dapat terjadi pada waktu yang berbeda pada pertumbuhan tiap anak,
yakni pada awal trimester kedua dan ketiga kehamilan (in utero) akibat pengurangan
suplai nutrisi fetus, dan dapat terjadi sampai anak berusia 2 tahun.7,17 Stunting
mencerminkan kekurangan gizi kronis selama periode paling kritis untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak di awal kehidupan. Stunting pada anak-anak
dapat dinilai dengan kinerja pertumbuhan fisik melalui antropometri. Growth
faltering terjadi sebagian besar sejak bulan ke tiga hingga 18 sampai 24 bulan dari
usia anak.18
Stunting merupakan salah satu hambatan yang paling signifikan bagi tumbuh
kembang tubuh manusia karena sebagian besar tidak dapat berubah (irreversible).23
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dimulai dari konsepsi atau masa janin mulai
terbentuk sampai anak berusia 2 tahun diidentifikasi sebagai masa paling krusial atau
disebut critical stage of development karena pada masa tersebut terjadi tumbuh
kembang yang sangat pesat dimana tahapan tersebut penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh anak pada masa yang akan mendatang, sehingga bila setelah
lahir faktor eksternal (lingkungan dan suplai gizi) tidak mendukung pertumbuhan dan
perkembangan, stunting dapat menjadi permanen sebagai akibat dari nutrisi yang
tidak memadai dan serangan infeksi berulang yang terjadi selama 1000 HPK seorang
anak.24 Namun terdapat literatur yang menunjukkan bahwa setelah usia 2 tahun, untuk
mengejar pertumbuhan dan perkembangan yang telah tertinggal (catch-up growth)
masih mungkin terjadi pada anak stunting, khususnya pada masa pubertas.25
Adolescent growth spurt terjadi pada masa pubertas yakni pada rentang usia
11-15 tahun, dimana pada usia ini terjadi percepatan pertumbuhan dengan laju yang
pesat, sehingga ketika anak memasuki usia pubertas dan seluruh faktor risiko
penyebab stunting dihilangkan, seperti melakukan intervensi terhadap asupan nutrisi
serta menjaga sanitasi lingkungan dan kebersihan sumber air minum, diketahui dapat
mendorong percepatan pertumbuhan untuk mengejar ketertinggalan (catch-up growth)
pada anak stunting.16 Menurut penelitian yang dilakukan Sokolovic dkk. tahun 2014
menunjukkan anak dengan tinggi badan di bawah standar WHO (stunting) pada usia
12 tahun, 40% diantaranya mengalami pemulihan tinggi badan pada usia 19 tahun.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sudfield dkk. pada tahun 2015 menunjukkan
intervensi dalam bidang nutrisi tetap memberikan efek positif terhadap pertumbuhan
anak setelah anak berusia di atas 2 tahun.25
diare, kolera, dan tifus. Kurangnya akses terhadap air dan sanitasi yang bersih dapat
menyebabkan tubuh anak rentan terhadap penyakit infeksius tersebut dan jika anak
sering terpapar infeksi maka akan menganggu proses penyerapan nutrisi saat
pencernaan dan berisiko lebih tinggi untuk mengalami stunting.27,28
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah murid di Sekolah Dasar Negeri 106448
Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik simple random
sampling. Perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
penelitian yaitu :
n=
(z 1− 2 P (1 − P ) + z1− P1 (1 − P1 ) + P2 (1 − P2 ) )
22
( P1 − P2 ) 2
2
{1,96 √2.0,19(0,307) + 1,28 √0,07(0,93)+0,31(0,69) }
=
(0,07-0,06)2
n = 51
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal
P = Proposi gabungan
P1 = Proporsi pada kelompok 1 terdahulu yang memiliki laju alir saliva dan kapasitas
buffer yang rendah (0,07)21
P2 = Proporsi pada kelompok 2 terdahulu yang tidak memiliki laju alir saliva
dan kapasitas buffer yang rendah (0,31)21
Z1-α/2 = Nilai Z derajat kemaknaan yang dikehendaki adalah 95%
Z1-β = Nilai Z derajat kekuatan uji yang dikehendaki adalah 90%
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
yang dinyatakan dalam 2. Rendah:
ml/menit. 0,7-1,0 ml/menit
3. Sangat Rendah
< 0,7 ml/menit.
GC Saliva Check Buffer Kit. Perhitungan skor pH harus dilakukan saat strip pH masih
basah agar tidak memengaruhi interpretasi visual warna kertas strip.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tabel 2. Karakteristik Murid Usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 106448 Desa
Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang (n=112)
Karakteristik n %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 54 48,2
Perempuan 58 51,8
Usia (tahun)
6-8 36 32,1
9-10 42 37,5
11-12 34 30,4
Tabel 3. Prevalensi Stunting pada Murid Usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri
106448 Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang (n=112)
Kelompok Anak n %
Stunting 41 36,6%
Normal 71 63,4%
Tabel 4a. Kategori Laju Alir Saliva pada Murid Usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar
Negeri 106448 Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten
Deli Serdang (n= 112)
LAS n %
Normal 66 58,9
Rendah 38 33,9
Sangat Rendah 8 7,1
Tabel 4b. Kategori Kapasitas Buffer pada Murid Usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar
Negeri 106448 Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten
Deli Serdang (n= 112)
Kapasitas Buffer n %
Normal 65 58,0
Rendah 47 42,0
Sangat Rendah 0 0
Tabel 4c. Kategori pH Saliva pada Murid Usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri
106448 Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang (n= 112)
pH Saliva n %
Normal 82 73,2
Asam 30 26,8
Sangat Asam 0 0
4.4 Analisis Perbedaan Kategori Laju Alir Saliva pada Anak Normal dan
Stunting
Tabel 5. Perbedaan Kategori LAS pada Anak Normal dan Stunting pada Murid Usia
6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 106448 Desa Bagan Serdang Kecamatan
Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang (n= 112)
Kategori LAS
Status Hasil Uji
n Normal Rendah Sangat Rendah Statistik
Gizi
n % n % n %
Normal 71 60 84,5 11 15,5 0 0 p=0,0001
Stunting 41 6 14,6 27 65,9 8 19,5
Tabel 6. Perbedaan Kategori Kapasitas Buffer pada Anak Normal dan Stunting pada
Murid Usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 106448 Desa Bagan
Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang (n= 112)
Kategori Kapasitas Buffer Hasil Uji
Status Statistik
n Normal Rendah Sangat Rendah
Gizi
n % n % n %
Normal 71 52 73,2 19 26,8 0 0 p=0,0001
Stunting 41 13 31,7 28 68,3 0 0
Tabel 7. Perbedaan Kategori pH Saliva pada Anak Normal dan Stunting pada Murid
Usia 6-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 106448 Desa Bagan Serdang
Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang (n= 112)
Kategori pH Saliva Hasil Uji
Status Statistik
n Normal Asam Sangat Asam
Gizi
n % n % n %
Normal 71 59 83,1 12 16,9 0 0 p=0,004
Stunting 41 23 56,1 18 43,9 0 0
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 106448 Desa Bagan
Serdang Kecamatan Pantai Labu, menunjukkan prevalensi stunting pada murid usia
6-12 sebesar 36,6% dan tidak stunting sebesar 63,4% (Tabel 3). Prevalensi ini tidak
jauh berbeda dengan data Pemantauan Hasil Gizi (PSG) tahun 2018 yang menyatakan
bahwa prevalensi stunting pada anak usia 5-12 tahun secara nasional ialah sebesar
36,4%.5 Stunting disebabkan akibat tergangggunya perolehan nutrisi yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Sanitasi lingkungan
yang kurang baik serta kurangnya asupan energi, protein, serta defisiensi mikronutrien
akibat inadekuatnya pemberian nutrisi pada anak diketahui menjadi faktor risiko
terjadinya stunting.41,42 Menurut hasil penelitian Simorangkir tahun 2018 yang
dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 106448 Desa Bagan Serdang dan dua sekolah
lainnya di Kecamatan Pantai Labu, diketahui bahwa sebagian besar penduduk
membuang kotorannya dengan mengalirkannya ke pipa-pipa pembuangan yang
mengarah ke rawa-rawa yang memiliki aliran menuju laut dan pada rumah yang
berbentuk rumah panggung tidak memiliki saluran pembuangan atau WC di kamar
mandinya. Air yang diminum bersumber dari air isi ulang yang tidak sesuai standar
dan tidak dimasak, serta anak-anak jarang dibiasakan orangtuanya untuk mencuci
tangan sebelum makan dan sehabis buang air besar. 16 Penelitian Khairiyah dan
Fayasari di Banten pada tahun 2019 mengemukakan bahwa sanitasi lingkungan yang
buruk berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya stunting, dimana balita
dengan sanitasi lingkungan kurang baik memiliki kemungkinan kejadian stunting
empat kali lebih besar dibanding dengan sanitasi lingkungan baik. 42 Lingkungan yang
tidak memenuhi syarat kesehatan memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit
antara lain diare, cacingan, dan infeksi saluran pencernaan. Terjadinya infeksi pada
saluran pencernaan dapat mengganggu penyerapan zat gizi, penurunan nafsu makan
dan asupan makanan, serta kehilangan sejumlah zat gizi yang menyebabkan
di sekolah tersebut saat jam istirahat lebih memilih jajanan minuman dan makanan
manis serta berbentuk kemasan, sedangkan orangtua tidak membiasakan anak untuk
mengonsumsi makanan sehat seperti sayuran akibat ketersediaan pangan jenis sayur
mayur yang terbatas di daerah Desa Bagan Serdang dan kurangnya pemenuhan asupan
protein yang sesuai AKG.16 Hal ini dapat berdampak terhadap penurunan LAS,
kapasitas buffer dan pH saliva. Mengganti konsumsi makanan kariogenik menjadi buah
dan sayuran segar yang kaya akan vitamin, mineral, serat dan air dapat dapat
merangsang fungsi pengunyahan dan meningkatkan sekresi LAS.47 Diet kaya
karbohidrat akan meningkatkan metabolisme produksi asam oleh bakteri-bakteri mulut
yang dapat menurunkan kapasitas buffer dan membuat pH saliva menjadi asam,
sedangkan diet kaya protein mempunyai efek menaikkan karena protein dapat
meningkatkan zat basa seperti urea dan amonia dalam saliva. 48
Berdasarkan Tabel 5, ada perbedan yang signifikan antara LAS pada anak
normal dan stunting (p=0,0001). Pada anak stunting, LAS cenderung rendah jika
dibandingkan dengan LAS pada anak normal karena adanya hipofungsi atau penurunan
fungsi saliva sebagai akibat dari kekurangan zat esensial seperti mineral dan vitamin.
Penelitian yang dilakukan oleh Lingstrom dan Moynihan tahun 2003 menunjukkan
bahwa defisiensi mineral dan vitamin khususnya seperti kalsium, zink, dan vitamin D
diketahui menyebabkan disfungsi sekresi saliva sehingga berdampak terhadap
penurunan LAS.10,49 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hashem dkk. tahun 2016 di Mesir yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
siginifikan antara LAS pada anak normal dan stunting (p=0,002). Dari hasil
penelitiannya ditemukan bahwa LAS pada anak stunting ditemukan lebih rendah
dibandingkan dengan LAS pada anak normal.13 Hasil penelitian ini serupa dengan hasil
penelitian Psoter dkk. tahun 2008 di Amerika pada 1017 anak yang menemukan bahwa
terdapat perbedaan bermakna antara LAS pada anak stunting dan normal (p<0,009)
dimana LAS pada anak stunting lebih rendah bila dibandingkan dengan anak normal.12
Berdasarkan Tabel 6, ada perbedan yang signifikan antara kapasitas buffer
pada anak normal dan stunting (p=0,0001). Pada anak stunting, kapasitas buffer
cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan anak normal karena kelenjar saliva
yang atrofi atau terjadinya penyusutan ukuran kelenjar saliva yang terjadi pada anak
stunting, sehingga dapat berdampak terhadap penurunan kapasitas buffer yang dapat
mengurangi kemampuan untuk menetralisir asam dan menurukan perlindungan gigi
dari demineralisasi.10,14,35 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Johansson dkk. pada tahun 1992 di India yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kapasitas buffer pada anak normal dan stunting (p<0,01), dimana dari hasil
penelitiannya ditemukan bahwa kapasitas buffer pada anak stunting ditemukan lebih
rendah bila dibandingkan dengan anak normal.14
Berdasarkan Tabel 7, ada perbedaan yang signifikan antara pH saliva pada
anak normal dan stunting (p=0,004). Pada anak stunting, pH saliva cenderung rendah
jika dibandingkan dengan anak normal karena adanya penurunan fungsi-fungsi pada
kelenjar saliva sehingga berdampak terhadap penurunan pH saliva pada anak
stunting.9,10 Hasil ini sejalan dengan penelitian Hasan dan Diab pada tahun 2010 di
Baghdad pada anak usia 5 tahun yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara pH saliva pada anak normal dan stunting (p=0,0001), dimana dari
hasil penelitiannya ditemukan adanya penurunan pH saliva pada anak stunting bila
dibandingkan dengan anak normal.15
Berdasarkan teori, rongga mulut dipengaruhi oleh nutrisi untuk perkembangan,
pemeliharaan, perbaikan dan pertumbuhan gigi serta jaringan rongga mulut yang sehat.
Kekurangan asupan gizi seperti karbohidrat, protein, mineral dan vitamin akibat
stunting dapat memengaruhi perkembangan sehingga menyebabkan terjadinya
gangguan perkembangan struktur pendukung rongga mulut, salah satunya
menyebabkan tumbuh kembang kelenjar saliva menjadi tidak sempurna atau atrofi dan
menyebabkan kelenjar saliva menjadi hipofungsi. 31,32,33 Hal tersebut dapat
memengaruhi karakteristik saliva, seperti terjadinya penurunan laju alir saliva,
kapasitas buffer yang rendah, dan penurunan derajat keasaman (pH) rongga mulut
yang dapat mengganggu fungsi-fungsi saliva, serta berdampak terhadap penurunan
kesehatan dan kenyamanan pada rongga mulut.8,14
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Prevalensi stunting pada murid usia 6-12 tahun di SD Negeri 106448 Desa
Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalah 36,6%
sedangkan yang tidak stunting adalah 63,4%.
2. Kelompok anak normal ditemukan sebanyak 84,5% memiliki kategori LAS
normal, dan 15,5% memiliki kategori LAS rendah. Kelompok anak stunting ditemukan
sebanyak 14,6% memiliki kategori LAS normal, 65,8% memiliki kategori LAS rendah,
dan 19,5% memiliki kategori LAS sangat rendah.
3. Kelompok anak normal ditemukan sebanyak 73,2% memiliki kategori
kapasitas buffer normal dan 26,8% memiliki kategori kapasitas buffer rendah.
Kelompok anak stunting ditemukan sebanyak 31,7% memiliki kategori kapasitas
buffer normal dan 68,3% memiliki kategori kapasitas buffer rendah.
4. Kelompok anak normal ditemukan sebanyak 83,1% memiliki kategori pH
saliva normal, dan 16,9% memiliki kategori pH saliva asam. Pada kelompok anak
stunting ditemukan sebanyak 56,1% memiliki kategori pH saliva normal, dan 43,9%
memiliki kategori pH saliva asam.
5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara LAS (p=0,0001), kapasitas
buffer (p=0,0001), dan pH saliva (p=0,004) pada anak normal dan stunting.
6.2 Saran
1. Diharapkan peran orangtua agar lebih memerhatikan asupan nutrisi serta
kebersihan lingkungan agar dapat memulihkan keadaan stunting pada anak dan
menghindari risiko terjadinya stunting di masa yang akan datang, karena stunting
diketahui dapat berpengaruh terhadap penurunan fungsi kelenjar saliva yang dapat
meningkatkan faktor risiko terjadinya karies.
DAFTAR PUSTAKA
1. Caviness K. Food for Thought The Importance of Nutrition for Cognitive and
Physical Well-Being. Thesis: Liberty University, 2009: 4-5.
2. World Health Organization. Malnutrition. https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/malnutrition. (7 September 2019).
3. Pahlevi A. Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar. J Kemas 2012; 7(2):
123-5.
4. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Situasi Balita Pendek (Stunting) di
Indonesia. Jakarta: Pusat Data Informasi Kementrian Kesehatan, 2018: 1-3,
34.
5. Kementrian Kesehatan RI. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2017.
Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat, 2018: 8, 37-8.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta 2018: 561-2.
7. Onis M, Branca F. Childhood stunting: a Global perspective. Maternal & Child
Nutrition 2016; 12 (Suppl. 1): 12–26.
8. Prendergas A, Humphrey J. The stunting syndrome in developing countries. J
Paediatrics and International Child Health 2014; 34(4): 250-3.
9. Poojari M. Malnutrition and its Effects on Oral Tissues and Dentition. Indian J
Dent Edu 2011; 4(3): 44-5.
10. Angulo E, Hobdell M, Bernabe E. Childhood stunting and caries increment in
permanent teeth: a three and a half year longitudinal study in Peru. Int J Paediatric
Dent 2012; 10(1): 5-6.
11. Subekti A, Kristiani N, Rimbyastuti H. Hubungan pH, hidrasi, kapasitas buffer
saliva, jumlah Streptococcus mutans dengan keparahan karies pada anak rampan
karies. J Riset Kes 2013; 2(3): 360-2.
12. Psoter W, Spielman A, Gebrian B, Jean R, Katz R. Effect of childhood
malnutrition on salivary flow and pH. Archives Oral Bio J 2008; 5(3): 231-7.
24. Rahayu A, Yulidasari F,Putri A, Anggraini L. Study Guide - Stunting Dan Upaya
Pencegahannya, Yogyakarta: CV. Mine, 2018: 8,11,28.
25. Georgiadis A, Penny ME. Child undernutrition: opportunities beyond the first
1000 days. Lancet Public Health 2017; 2: e399.
26. Wellina W, Kartasurya M, Rahfilludin M. Faktor risiko stunting pada anak umur
12-24 bulan. J Gizi Ind 2007; 5(1): 55-6.
27. Piniel A. Factors contributing to severe acute malnutrition among the under five
children in Francistown-Botswana. Dissertation. Cape Town: University of
Western Cape, 2016: 28-29.
28. Oktarina Z, Sudiarti T. Faktor risiko stunting pada balita (24—59 bulan) di
Sumatera. J Giz,i dan Pangan 2013; 8(3): 176.
29. Rosha B, Hardiyansyah, Baliwati Y. Analisis determinan stunting anak 0-23 bulan
pada daerah miskin di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penel Gizi Makanan 2012;
35(1): 34-41.
30. Adani F, Nindya T. Perbedaan Asupan Energi, Protein, Zink, dan Perkembangan
pada Balita Stunting dan non Stunting. J Amerta Nutr 2012; 1(2): 48-9.
31. Pfilipsen M, Zenchenko Y. Nutrition for oral health and oral manifestations of
poor nutrition, and unhealthy habits. J General Dent 2017; 1(1): 36-7.
32. Madhusudhan S, Pallavi R. Malnutrition - a risk for oral health. Int J Scientific
Research 2019; 8(4): 74-5.
33. Sheetal A, Hiremath V, Patil A, Sajjansetty S, Kumar S. Malnutrition and its Oral
Outcome – A Review. J Clinical and Diagnostic Research 2013; 7(1): 178-180.
34. Dawood I, Samarrai S. Saliva and Oral Health. Int J Advanced Research in Bio
Sciences 2015: 5 (7): 2-9, 20.
35. Edgar M, Dawes C, O’Mullane D. Saliva and oral health. 4th ed. Bicester: Stephen
Hancocks Limited, 2012: 1-6, 7-10, 37-8.
36. Farnaud S, Kosti O, Getting S, Renshaw D. Saliva: Physiology and Diagnostic
Potential in Health and Disease. The Scientific World J 2010; 1(10): 434-6.
37. Pandey A. Physiology of saliva: a review. J Dent Ind 2014; 21(1): 32-8.
38. Suratri A, Jovina T, Tjahja I. Pengaruh (pH) Saliva terhadap Terjadinya Karies
Gigi pada Anak Usia Prasekolah. Buletin Penelitian Kesehatan 2017; 45(4): Vol.
45, No. 4, Desember 2017: 242.
39. GC America. Salica Check Buffer Testing Mat. https://www.gcamerica.com pro
ducts/preventive/Saliva_Check_Buffer/Saliva_Check_TestingMat. (1 Desember
2019).
40. Rahayu Y. Peran Agen Remineralisasi pada Lesi Karies Dini. JKG UNEJ 2013;
10(1): 26.
41. Rahmaniah, Huriyati E, Irwanti W. Riwayat asupan energi dan protein yang
kurang bukan faktor risiko stunting pada anak usia 6-23 bulan. J Gizi dan Dietik
Ind 2014; 2(3): 152-3.
42. Khairiyah D, Fayasari A. dan Perilaku higiene dan sanitasi meningkatkan risiko
kejadian stunting balita usia 12-59 bulan di Banten. Ilmu Gizi Indonesia 2020;
3(2): 124,130.
43. Rachim A, Pratiwi R. Hubungan konsumsi ikan terhadap kejadian stunting pada
anak usia 2-5 tahun. J Ked Diponegoro 2017; 6(1): 38,42.
44. Febria C, Masrul, Chundrayetti E. Hubungan kadar kalsium dalam ASI, PASI dan
MPASI dari asupan bayi dengan panjang badan bayi usia 6-12 bulan di wilayah
kerja puskesmas Lubuk Buaya Padang 2017. J Kes Andalas 2017; 6(3): 665-6.
45. Dananjaya M, Prasetya M, Giri P. Hubungan laju saliva terhadap kejadian karies
pada anak usia 7-9 tahun di Sekolah Dasar Negeri 5 Sumerta Denpasar. Bali Dent
J 2020; 4(1): 33-5.
46. Wirawan E, Puspita S. Hubungan pH Saliva dan Kemampuan Buffer dengan
DMF-T dan def-t pada Periode Gigi Bercampur Anak Usia 6-12 Tahun. Insisiva
Dent J 2017; 6(1): 27-8.
47. Hidayati S, Suyatni D. Pengaruh mengunyah buah apel dan jambu biji merah
terhadap debris indeks. J Kes Gigi 2016; 3(2): 42,45.
LEMBAR PEMERIKSAAN
Nama Pemeriksa:…………………..
I. Data Responden
Nama Anak :
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 1
Tanggal lahir :
Usia :………Tahun……Bulan
Tinggi Badan 3
2. Z- Score =
Umur
=
\
2. Kapasitas Buffer
a. Normal: 10-12 6
\
b. Rendah: 9-6
c. Sangat Rendah: 0-5
Kapasitas Buffer saliva sampel: ________
3. pH Saliva
a. Normal: 7,8-6,8 7
\
b. Asam: 6,6-6,0
c. Sangat Asam: 5,8-5,0
Nilai pH Saliva sampel : ________
Kepada Yth
Ibu/Bapak/Wali
Di tempat
Deli Serdang,………………
Yang menyetujui
Orangtua/Wali Subjek
(………………..)
Jenis Kelamin
Kelompok Usia
Status Gizi
Cases
LAS
Cases
Kapasitas Buffer
Cases
Crosstabs
Cases
Crosstab
LAS Total
Count 60 11 0 71
Normal
% within Status Gizi 84.5% 15.5% 0.0% 100.0%
Status Gizi
Count 6 27 8 41
Stunting
% within Status Gizi 14.6% 65.9% 19.5% 100.0%
Count 66 38 8 112
Total
% within Status Gizi 58.9% 33.9% 7.1% 100.0%
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.93.
Crosstabs
Cases
Normal Rendah
Count 52 19 71
Normal
% within Status_Gizi 73.2% 26.8% 100.0%
Status_Gizi
Count 13 28 41
Stunting
% within Status_Gizi 31.7% 68.3% 100.0%
Count 65 47 112
Total
% within Status_Gizi 58.0% 42.0% 100.0%
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.21.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
Cases
Crosstab
pH Saliva Total
Asam Normal
Count 12 59 71
Normal
% within Status_Gizi 16.9% 83.1% 100.0%
Status_Gizi
Count 18 23 41
Stunting
% within Status_Gizi 43.9% 56.1% 100.0%
Count 30 82 112
Total
% within Status_Gizi 26.8% 73.2% 100.0%
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.98.