Anda di halaman 1dari 61

PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA

DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI


PANORAMIK ANTARA PRIA DAN
WANITA SUKU BATAK
DI FKG USU

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
NOVI DARA UTAMI
NIM: 100600018

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Radiologi Dental
Tahun 2014

Novi Dara Utami


Perbedaan ketebalan korteks mandibula ditinjau menggunakan radiografi
panoramik antara pria dan wanita suku Batak di FKG USU.
xii + 34 halaman.
Ketebalan korteks mandibula antara pria dan wanita berbeda terutama pada
ras atau suku yang tertentu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain,
hormon, nutrisi, ras, genetik dan faktor lingkungan. Radiografi panoramik dapat
digunakan untuk mengetahui rata-rata ketebalan korteks mandibula pada pria dan
wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik dan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan ketebalan korteks mandibula ditinjau
menggunakan radiografi panoramik pada pria dan wanita suku Batak usia 20-30
tahun di FKG USU.
Metode penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan jumlah sampel 50
orang yang terdiri dari 25 orang pria dan 25 orang wanita. Penelitian ini dilakukan di
Unit Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini adalah rata-rata ketebalan korteks mandibula suku Batak
usia 20-30 tahun pada sisi kanan pria adalah 4,20mm±0,630 dan wanita adalah
4,09mm±0,408. Sedangkan pada sisi kiri pria adalah4,27mm±0,585 dan wanita
adalah 4,19mm±0,413. Kesimpulan dari penelitian ini nilai adalah rata-rata ketebalan
korteks mandibula pada pria adalah 4,23mm±0,585, sedangkan ketebalan rata-rata
korteks mandibula pada wanita adalah 4,14 mm±0,370. Nilai signifikan didapatkan
bahwa p > 0,05 dinyatakan tidak berbeda secara signifikan berdasarkan hasil tes
significant T-test.
Daftar rujukan : 21 (1998-2013).

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipersetujui untuk dipertahankan


dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 8 Januari 2014

Pembimbing: Tanda tangan

Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG …………………..


NIP. 19730713 200212 2 003

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji


pada tanggal 8 Januari 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG

ANGGOTA : 1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes, Sp. RKG(K)

2. H. Amrin Thahir, drg

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk
memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Gigi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
ayahanda Zunaidi, S.E dan ibunda tercinta Sri Damayanti atas segala kasih sayang,
doa, dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moril ataupun materil yang tidak
akan terbalas oleh penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada abangda
M. Khahfi Zuhanda, adinda Arbie Saldi Zusri dan Prizuri Hartadi yang telah
memberikan dukungan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen pembimbing Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG. yang telah
bersedia meluangkan waktunya, memberikan semangat, motivasi, bimbingan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan
penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph.D., Sp. Ort selaku dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG. (K), H. Amrin Thahir, drg., Dewi
Kartika, drg., dan Maria Sitanggang, drg., atas segala masukan dan saran yang
telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Muslim Yusuf, drg., Sp. Ort., selaku penasihat akademik yang telah
memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Maya selaku dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Bidang Statistik yang
telah banyak membantu dalam penyempurnaan hasil penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


5. Pegawai Departemen RadiologiKedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara (Kak Rani, Kak Tetty dan Bang Ari).
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis
selama menjalani masa pendidikan.
7. Sahabat-sahabat tersayang (Dina, Astrid, Cucu, Putri, Dila, Fitri, Elsi, dan Ipho)
yang selalu memberikan dukungan moril kepada penulis dalam penelitian ini
8. Anggota-anggota penelitian (Liyah, Dani, Lim dan Thesdave) yang setia
menemani penulis dalam penelitian ini.
9. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini
dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan
ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, 8 Januari 2014


Penulis

(……………………....)
Novi Dara Utami
100600018

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 3
1.4 Hipotesis Penelitian ........................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antropologi Suku Batak..................................................... 4


2.2 Tinjauan Umum Mandibula ............................................... 4
2.2.1 Anatomi Mandibula ........................................................... 5
2.2.2 Proses Pertumbuhan Mandibula......................................... 6
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tulang ........... 8
2.3 Radiografi Panoramik ........................................................ 10
2.3.1 Definisi ............................................................................... 10
2.3.2 Jenis Radiografi Panoramik ............................................... 11
2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi Radiografi Panoramik ........... 12
2.3.4 Keuntungan dan Kerugian Radiografi Panoramik ............. 12
2.4 Pengukuran Korteks Mandibula......................................... 13

Universitas Sumatera Utara


2.4.1 Pengukuran Ketinggian Korteks Mandibula Menggunakan
Mental Index (MI) .............................................................. 14
2.5 Kerangka Teori................................................................... 15
2.6 Kerangka Konsep .............................................................. 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian .................................................................. 17


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 17
3.3 Populasi dan Sampel ......................................................... 17
3.3.1 Populasi ............................................................................. 17
3.3.2 Sampel ............................................................................... 17
3.4 Variabel dan Definisi Operasional .................................... 18
3.4.1 Variabel Penelitian ............................................................ 18
3.4.2 Definisi Operasional ......................................................... 19
3.5 Alat Penelitian dan Bahan Penelitian ................................ 20
3.6 Prosedur Penelitian ........................................................... 20
3.7 Pengolahan dan Analisis Data............................................ 22
3.7.1 Pengolahan Data ................................................................ 22
3.7.2 Analisis Data ...................................................................... 22
3.8 Etical Clearence ................................................................. 23

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Distribusi Ketebalan Korteks Mandibula pada Pria ........... 24


4.2 Distribusi Ketebalan Korteks Mandibula pada Wanita ..... 25
4.3 Rata-rata Ketebalan Korteks Mandibula pada Kanan dan Kiri 25
4.4 Rata-rata Ketebalan Korteks Mandibula ............................ 26

BAB 5 PEMBAHASAN .............................................................................. 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................


6.1 Kesimpulan ....................................................................... 31
6.2 Saran .................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 32

LAMPIRAN ............................................................................................

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Aspek lateral anatomi mandibula .................................................... 6

2. Aspek anterior anatomi mandibula ................................................... 6

3. Aposisi dan reabsorpsi tulang .......................................................... 8

4. Foto radiografi panoramik ................................................................ 11

5. Pengukuran ketebalan korteks mandibula berdasarkan letak


foramen mental ................................................................................. 14
6. Pengukuran ketebalan korteks mandibula dengan menggunakan
mental index ...................................................................................... 22

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula kanan dan kiri.............. 26

2. Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula ..................................... 26

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Distribusi ketebalan korteks mandibula pria .................................... 24

2. Distribusi ketebalan korteks mandibula wanita ............................... 25

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner penelitian
2. Hasil pengukuran ketebalan korteks mandibula
3. Hasil perhitungan spss
4. Surat konsultasi bagian biostatistika FKM
5. Surat persetujuan komisi etik (Ethical Clearance)
6. Lembar penjelasan kepada calon responden
7. Surat pernyataan persetujuan subjek penelitian (Informed Consent)
8. Jadwal pelaksanaan penelitian
9. Rincian biaya penelitian
10. Curriculum vitae

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Radiologi Dental
Tahun 2014

Novi Dara Utami


Perbedaan ketebalan korteks mandibula ditinjau menggunakan radiografi
panoramik antara pria dan wanita suku Batak di FKG USU.
xii + 34 halaman.
Ketebalan korteks mandibula antara pria dan wanita berbeda terutama pada
ras atau suku yang tertentu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain,
hormon, nutrisi, ras, genetik dan faktor lingkungan. Radiografi panoramik dapat
digunakan untuk mengetahui rata-rata ketebalan korteks mandibula pada pria dan
wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik dan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan ketebalan korteks mandibula ditinjau
menggunakan radiografi panoramik pada pria dan wanita suku Batak usia 20-30
tahun di FKG USU.
Metode penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan jumlah sampel 50
orang yang terdiri dari 25 orang pria dan 25 orang wanita. Penelitian ini dilakukan di
Unit Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini adalah rata-rata ketebalan korteks mandibula suku Batak
usia 20-30 tahun pada sisi kanan pria adalah 4,20mm±0,630 dan wanita adalah
4,09mm±0,408. Sedangkan pada sisi kiri pria adalah4,27mm±0,585 dan wanita
adalah 4,19mm±0,413. Kesimpulan dari penelitian ini nilai adalah rata-rata ketebalan
korteks mandibula pada pria adalah 4,23mm±0,585, sedangkan ketebalan rata-rata
korteks mandibula pada wanita adalah 4,14 mm±0,370. Nilai signifikan didapatkan
bahwa p > 0,05 dinyatakan tidak berbeda secara signifikan berdasarkan hasil tes
significant T-test.
Daftar rujukan : 21 (1998-2013).

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radiografi panoramik merupakan salah satu pemeriksaan ekstra oral di
bidang kedokteran gigi. Pada radiografi panoramik didapatkan gambaran utuh dari
keseluruhan maksilofasial mencakup maksila dan mandibula beserta struktur
pendukungnya. Gambaran yang dapat diperoleh meliputi semua gigi geligi, tulang
basal, adanya lesi patologis, gigi supernumerary, gigi impaksi, dan gambaran
kondilus dalam satu film dengan dosis relatif kecil dimana untuk satu kali pembuatan
radiografik panoramik dosis radiasinya hampir sama dengan empat kali foto
intraoral.1,2
Kegunaan radiografi pada pemeriksaan tulang sangat diperlukan karena
radiografi menggambarkan jaringan keras pada rahang atas dan rahang bawah.
Radiografi panoramik dapat digunakan untuk mendeteksi massa tulang dengan biaya
yang rendah dibandingkan melakukan tes BMD (Bone Mineral Density). Salah satu
teknik deteksi massa tulang adalah dengan mengukur ketebalan korteks mandibula
berdasarkan letak foramen mental (mental index).3,4
Massa tulang adalah jumlah kandungan mineral tulang yang diukur dengan
alat densitometer. Massa tulang pada remaja dapat menentukan risiko osteoporosis
saat usia lanjut. Densitas tulang secara umum disebut dengan istilah massa mineral
tulang atau BMD.1,3,4
Kehilangan kandungan mineral tulang berkaitan erat dengan faktor usia yang
secara signifikan muncul pada usia pertengahan atau orang tua dan berhubungan
dengan kondisi fisiologis serta jenis kelamin. Hilangnya mineral tulang dua kali lebih
besar pada wanita dibanding pria.1,4
Hasil penelitian Kalinowski dan Kalinowska (2011), dengan menggunakan
radiografi panoramik digital pada sampel penduduk Polandia usia 20-29 tahun, yang

Universitas Sumatera Utara


terdiri dari 467 wanita dan 410 pria, didapatkan rata-rata ketebalan korteks
mandibula kelompok usia 20-29 tahun adalah 3,47 mm untuk pria dan 3,31 mm
untuk wanita. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata ketebalan korteks
mandibula pada wanita lebih kecil dibandingkan ketebalan korteks mandibula pada
pria dan berbeda secara signifikan.4
Suatu penelitian yang dilakukan Nasrulloh (2013), pada suku Jawa mengenai
ketebalan korteks mandibula dengan menggunakan radiografi panoramik digital pada
sampel berusia 20-30 tahun menunjukkan pada usia tersebut kondisi mandibula
masih normal dan belum ada perubahan morfologi karena penurunan massa tulang.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil rerata ketebalan korteks kanan dan kiri
pada pria adalah 4,96 mm, dan wanita didapatkan hasil sebesar 4,33 mm. Data
tersebut menunjukkan ketebalan korteks mandibula pria lebih besar dibandingkan
wanita.1
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang seseorang
diantaranya adalah ras, usia, jenis kelamin, hormon, proses penuaan, gaya hidup
seperti kebiasaan berolahraga dan mengkonsumsi makanan. Selain itu, obat-obatan
tertentu dapat berpengaruh terhadap ketersediaan biologik kalsium atau
meningkatkan ekskresi sehingga dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang.5-7
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui perbedaan ketebalan korteks mandibula antara pria dan wanita suku
Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik, dikarenakan belum adanya
penelitian mengenai hal tersebut di kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Berapakah rata-rata ketebalan korteks mandibula pada pria dan wanita
suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik.

Universitas Sumatera Utara


2. Apakah terdapat perbedaan ketebalan korteks mandibula antara pria dan
wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik.

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka beberapa tujuan
penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui rata-rata ketebalan korteks mandibula pada pria dan
wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik.
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ketebalan korteks mandibula
pria dan wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi panoramik.

1.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan ketebalan korteks
mandibula antara pria dan wanita suku Batak ditinjau menggunakan radiografi
panoramik.

1.5 Manfaat Penelitian


Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
Secara teoritis :
1. Memberikan informasi ilmiah mengenai ukuran ketebalan korteks
mandibula menggunakan mental index antara wanita dan pria Suku Batak.
Secara aplikatif :
1. Sebagai salah satu sumber informasi dan data untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.
2. Masukan bagi para klinisi mengenai penggunaan radiografi panoramik
digital untuk menentukan ketebalan korteks mandibula.
3. Manfaat lain untuk praktisi bedah mulut dalam penanganan pencabutan
molar tiga embedded yang mendekati korteks mandibula.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antropologi Suku Batak


Suku Batak merupakan bagian dari ras Proto-Melayu yang menempati pulau
Sumatera. Sifat paling dominan dari suku ini adalah kebiasaan hidup dalam splendid
isolation di lembah sungai dan puncak pegunungan. Pertambahan penduduk
mendesak beberapa kelompok melakukan perpindahan. Beberapa kelompok
diantaranya turun ke timur untuk menetap dan membuka tanah, sedangkan sebagian
yang lain membuka pemukiman baru di daerah hutan belukar di arah pantai selatan.
Suku Batak merupakan suku terbesar yang menempati wilayah Sumatera
Utara yaitu sebanyak 44,75%. Suku ini memiliki beberapa sub suku yang masih
memiliki ikatan kuat antara satu dengan lainnya yaitu sub suku Toba, Karo,
Mandailing, Simalungun dan Pakpak. Beberapa pendapat ada yang menyatakan
dalam sebelas sub suku yaitu ditambah dengan Pasisir, Angkola, Padang Lawas,
Melayu, Nias dan Alas Gayo.8

2.2 Tinjauan Umum Mandibula


Mandibula adalah tulang pembentuk rahang bawah yang merupakan satu-
satunya tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Terdiri dari dua tulang yang
yang menyatu pada midline di area simfisis dan merupakan tulang kraniofasial yang
sangat penting karena terlibat dalam fungsi-fungsi vital antara lain: pengunyahan,
pemeliharaan jalan udara, berbicara dan ekspresi wajah. Mandibula adalah tulang
pipih berbentuk U dengan mekanisme pertumbuhan melalui proses osifikasi
endokondral dan aposisi periosteal.9,10

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Anatomi Mandibula
Mandibula terdiri atas dua bagian yaitu:9,10
A. Korpus (body)
Merupakan bagian tengah yang melengkung horizontal, yang membentuk
dagu dan tempat tersusunnya gigi geligi rahang bawah. Korpus mandibula
mempunyai dua buah pinggir, yaitu :
1) Tulang alveolar
Merupakan tempat perlekatan dari gigi geligi. Terdapat delapan lekukan dari
masing – masing belahan mandibula yaitu dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring,
dua untuk gigi premolar dan tiga untuk gigi molar. Pada orang tua setelah gigi geligi
tanggal lekukan ini tidak tampak karena atropi tulang yang mengakibatkan
berkurangnya lebar korpus mandibula.
2) Basis mandibula
Bagian tepi inferior mandibula yang tebal dan melengkug sampai tepi inferior
ramus dengan batasan gigi molar ke tiga.
B. Ramus
Merupakan bagian yang tegak berada di sebalah kiri dan kanan selanjutnya
bersatu dengan korpus pada angulus mandibula. Ramus vertikal yang mengarah
keatas dari setiap ujung arkus yang horizontal terbagi menjadi dua yaitu prosesus
koronoid tipis yang runcing tempat muskulus temporalis melekat dan kaput sendi
yang membentuk sendi dengan permukaan sendi pada permukaan inferior temporalis
membentuk artikularis temporomandibula. Kondilus membentuk sendi tulang
temporal dan menjadi sendi mandibula.7.9

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1. Aspek lateral anatomi mandibula.9

Gambar 2. Aspek anterior mandibula.9

2.2.2 Proses Pertumbuhan Mandibula


Mandibula sebagai tulang yang memiliki dua prosesus untuk perlekatan otot
dan prosesus alveolaris untuk tempat gigi geligi. Osifikasi endokondrial pada
kondilus menyumbang pertumbuhan mandibula ke arah posterior. Aposisi dan

Universitas Sumatera Utara


remodelling di tempat-tempat lain menyebabkan mandibula bertambah besar sesuai
dengan bentuknya. Pertambahan panjang mandibula disebabkan adanya aposisi di
sisi posterior ramus dan terjadi resorpsi di anterior ramus. Pertambahan tinggi badan
mandibula sebagian besar disebabkan adanya pertumbuhan tulang alveolaris. Dagu
menjadi lebih menonjol karena mandibula memanjang dan terdapat sedikit
penambahan tulang pada dagu tetapi tidak terjadi lagi sesudah masa remaja.7,12,13
Mandibula mengalami pertumbuhan melalui kartilagius, periosteal, dan
endosteal. Kedua kartilago pada simpisis mandibula dan lainnya membentuk lapisan
pada kepala masing-masing kondilus mandibula. Kartilago ini bukanlah sisa dari
kartilago Meckel, yang membentuk bakal mandibula embrionik, tetapi merupakan
kartilago sekunder yang berkembang sesudah sebagian besar kartilago Meckel
digantikan dengan osifisikasi intramembranosis.7,12,13
Kartilago kondilar bukan merupakan pusat pertumbuhan khusus, tetapi secara
keseluruhan dianggap bahwa pertumbuhan tulang di daerah kondilar dibutuhkan
untuk mendapat ukuran dan bentuk mandibula yang normal. Kartilago simpisis
mengalami pertumbuhan dan membentuk tulang selama tahun pertama kehidupan,
tetapi terosifikasi pada tahun terakhir. Pada usia 1 tahun kedua simpisis mandibula
telah menyatu dan tidak lagi terjadi pertumbuhan.7,12,13

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Aposisi dan resorpsi tulang mandibula.12

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tulang


Massa tulang pada remaja dapat menentukan risiko osteoporosis saat usia
lanjut. Massa tulang memiliki hubungan terbalik yang berkelanjutan dan bertahap
dengan risiko fraktur tulang, semakin rendah massa tulang maka semakin besar
risiko fraktur tulang.14
Beberapa faktor yang mempengaruhi massa tulang seseorang diantaranya
adalah:
1. Faktor Keturunan
Faktor genetik menentukan pengaturan perkembangan morfologenesis
selama pertumbuhan embrional setiap individu. Diperkirakan bahwa pengaruh
genetic terdapat pada ukuran, waktu, dan kecepatan pertumbuhan tulang
dentofasial.5,7
2. Ras
Pada ras yang berbeda-beda terlihat adanya perbedaan kongenital dan
kecepatan pertumbuhan. 7

Universitas Sumatera Utara


3. Usia
Massa tulang berbeda menurut usia, meningkat pada bagian pertama
kehidupan dan berangsur menurun setelah dewasa. Pertumbuhan tulang mengikuti
pola pertumbuhan somatik umum. Pada setiap percepatan pertumbuhan, wanita
dimulai dua tahun lebih dahulu sebelum pria yaitu saat usia 12 tahun. Hal tersebut
menyebabkan masa pertumbuhan dari wanita lebih cepat selesai dibandingkan pria,
sehingga total masa pertumbuhan pria lebih lama dibandingkan wanita. Pria memiliki
dua tahun tambahan pertumbuhan diakibatkan perbedaan maturasi.7
4. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi potensi pertumbuhan mandibula.
Pria memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan wanita karena
adolescent growth spurt pada pria lebih besar dibandingkan wanita, selain itu pada
pria memiliki dua tahun tambahan pertumbuhan diakibatkan perbedaan maturasi.7
5. Hormon
Setelah mencapai masa pubertas (kematangan hormon estrogen pada wanita
dan kematangan hormon testoteron pada pria) karena pengaruh anabolik dan
prekusor estrogen terjadilah proses remodeling tulang. Tulang manusia mengalami
peluruhan dan pembentukan secara berkesinambungan. Saat usia muda,
pembentukan tulang berlangsung lebih cepat dibandingkan resorpsinya.7
6. Nutrisi
Kebutuhan zat gizi selama remaja akan mengalami peningkatan karena
adanya proses pertumbuhan. Hal tersebut juga berlaku untuk kebutuhan mineral
termasuk kalsium. Seseorang yang mengkonsumsi kalsium (terutama dari susu)
dalam jumlah yang kurang pada saat anak-anak dan remaja, memiliki resiko
kurangnya kepadatan tulang dan terjadinya osteoporosis pada saat dewasa dan lanjut
usia. Selama tahap pertumbuhan dan pembentukan tulang serta guna mencapai PBM,
pria membutuhkan lebih banyak kalsium daripada wanita selama 20 tahun pertama
kehidupan mereka dikarenakan massa tulang wanita lebih kecil dibandingkan dengan
pria, sehingga absorpsi kalsium pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, pria membutuhkan kalsium yang lebih tinggi. Konsistensi makanan
yang juga mempengaruhi pertumbuhan dentofasial, dimana makanan yang keras
akan merangsang pertumbuhan tulang dibandingkan makanan yang lunak.6,7,15
7. Proses penuaan
Proses penuaan pada wanita terjadi lebih awal. Usia reproduktif wanita
berakhir pada usia 45-50 tahun ketika siklus menstruasi berakhir dan hormon seks
dengan cepat menurun. Defisiensi estrogen memainkan peranan penting yang
menyebabkan penurunan massa tulang.6,9,16
8. Pola hidup
Pola hidup seperti kebiasaan berolahraga, konsumsi alkohol, konsumsi kopi,
serta kebiasaan merokok mempengaruhi pertumbuhan tulang.5
9. Obat-obatan
Penggunaan glukokortikoid menyebabkan drug-related osteoporosis,
penggunaan glukokortikoid jangka panjang pada penyakit-penyakit seperti
rheumatoid arthritis, sistemic lupus erythematosus dan penyakit paru obstrukstif
kronik terkait dengan angka kejadian fraktur tulang yang tinggi.17,18

2.3 Radiografi Panoramik

2.3.1 Definisi
Radiografi panoramik merupakan salah satu sarana yang paling sering
digunakan untuk melihat keadaan gigi geligi secara keseluruhan. Melalui radiografi
panoramik kita dapat melihat sebagian besar struktur anatomis rongga mulut seperti
sinus maksilaris, sendi temporomandibula (TMJ), tulang hyoid. Selain itu, radiografi
juga mudah dilakukan secara operasional untuk pasien yang sulit membuka mulut
atau pembukaan mulutnya terbatas.1,2
Keadaan rongga mulut yang dapat dilihat melalui radiografi panoramik salah
satunya adalah melihat ketebalan korteks mandibula.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4. Foto radiografi panoramik.2

2.3.2 Jenis Radiografi Panoramik


Radiografi panoramik terdiri dari dua jenis yaitu :1,2
a. Radiografi Panoramik Konvensional
Jenis radiografi panoramik yang dalam proses pembuatan foto masih
menggunakan proses kimiawi berupa cairan fixer dan developer.
b. Radiografi Panoramik Digital
Jenis radiografi panoramik yang dalam proses pembuatan tidak memerlukan
proses kimiawi, hasil foto ditampilkan dalam beberapa detik, memberikan
kemudahan penyimpanan dokumen, dan dapat dikirim kemanapun dengan jaringan
internet.

Universitas Sumatera Utara


2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi Radiografi Panoramik
Indikasi penggunaan radiografi panoramik adalah sebagai berikut:1,2
1. Penilaian gambar meliputi gigi keseluruhan untuk mencatat pertumbuhan dan
posisi dari perkembangan gigi permanen.
2. Untuk pemeriksaan lesi seperti kista, tumor dan anomali pada korpus dan
ramus mandibula untuk menentukan letak dan ukuran.
3. Fraktur pada bagian mandibula kecuali bagian anterior.
4. Pemeriksaan kualitas permukaan kepala kondilus pada cedera TMJ,
khususnya digunakan jika pasien tidak dapat membuka mulut.
5. Melihat penyebaran penyakit gigi, untuk mengetahui keseluruhan level tulang
alveolar.
6. Penilaian terhadap pertumbuhan dan posisi gigi anomali.
7. Penilaian terhadap keadaan rongga mulut sebelum pemasangan gigi tiruan.
8. Mengevaluasi tinggi tulang alveolar sebelum melakukan osseo-integrated
implant.
Kontraindikasi penggunaan radiografi panoramik adalah sebagai berikut:
1. Untuk melihat lesi karies yang kecil.
2. Untuk melihat lesi periapikal.
3. Untuk melihat jaringan periodontal.

2.3.4 Keuntungan dan Kerugian Radiografi Panoramik


Keuntungan radiografi panoramik adalah sebagai berikut:2
1. Gambaran meliputi tulang wajah dan gigi.
2. Dosis radiasi kecil.
3. Nyaman untuk pasien.
4. Cocok untuk pasien yang susah membuka mulut.
5. Waktu yang digunakan pendek biasanya 3-4 menit.
6. Sangat membantu dalam menerangkan diagnosis yang meliputi tulang rahang

Universitas Sumatera Utara


secara umum dan evaluasi terhadap trauma, perkembangan gigi geligi pada fase
bercampur.
Kerugian radiografi panoramik adalah sebagai berikut:2
1. Detail gambar yang tampil tidak sebaik periapikal intraoral.
2. Tidak dapat digunakan untuk melihat karies yang kecil.
3. Pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam interpretasi.

2.4 Pengukuran Korteks Mandibula


Pengukuran massa tulang adalah pengukuran kepadatan mineral pada tulang
biasanya dengan menggunakan sinar-X spesial, CT scan, atau ultrasounds. Dari hasil
pengukuran kepadatan tulang ini dapat diperkirakan kekuatan tulang. Pengukuran
massa tulang dimaksudkan untuk mengukur kekuatan dan massa tulang serta
menganalisis kemungkinan terjadinya resiko pengeroposan atau patah tulang di masa
mendatang. Pemeriksaan massa tulang dengan densitometer merupakan pemeriksaan
akurat dan presisi untuk menilai kepadatan tulang, sehingga dapat digunakan untuk
menilai faktor prognosis, prediksi fraktur dan diagnosis resiko osteoporosis.1,18
Pemeriksaan massa tulang ini membutuhkan biaya yang mahal sehingga tidak
bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan metode
alternatif untuk melihat kesehatan tulang yang dapat digunakan dalam skala besar. 1
Radiografi panoramik menggambarkan beberapa perubahan dalam tulang
tulang maksila dan mandibula, sehingga bisa digunakan untuk mendeteksi resiko
kehilangan tulang. Beberapa indeks telah dikembangkan untuk menilai dan
mengukur kualitas massa tulang mandibula dan untuk mengamati tanda-tanda
resorpsi pada radiografi panoramik yaitu:19
1. Panoramic Mandibular Index (PMI) adalah ketebalan mandibula dibagi
dengan jarak foramen mental ke korteks inferior mandibula.
2. Mandibular Cortical Indeks (MCI) adalah klasifikasi dari morfologi
mandibula, menggambarkan porositas dari mandibula dan berhubungan
dengan kepadatan tulang mandibula.

Universitas Sumatera Utara


3. Mental Index (MI) adalah ketebalan korteks mandibula berdasarkan letak
foramen mental.

2.4.1 Pengukuran Ketebalan Korteks Mandibula Menggunakan Mental


Index
Salah satu cara mengukur kualitas mineral tulang adalah dengan ketebalan
korteks mandibula berdasarkan letak foramen mental yaitu berada diantara gigi P1
dan P2.1,19

Gambar 5. Pengukuran ketebalan korteks mandibula pada


foramen mental. Ketebalan korteks mandibula
diukur pada garis putus-putus antara kedua garis
tebal.1

Ketebalan korteks mandibula diukur secara bilateral berpatokan pada


foramen mentalis. Pengukuran dilakukan dengan menggambarkan garis parallel pada
batas atas dan bawah korteks mandibula. Kemudian, sebuah garis dibuat tegak lurus
pada garis singgung tersebut. Garis tegak lurus berpotongan dengan batas inferior
foramen mentalis, dan jarak diantara dua garis parallel diukur dengan menggunakan
komputerisasi sebagai ketebalan korteks mandibula.1,19

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Teori

Mandibula

Pertumbuhan
dipengaruhi oleh:
Anatomi Proses
pertumbuhan - Usia
- Jenis kelamin
Terdiri atas: - Hormon
- Nutrisi
- Korpus
- Proses penuaan
- Ramus
- Pola hidup

Radiografi panoramik

Konvensional Digital

- Definisi - Definisi
- Indikasi dan - Indikasi dan
kontraindikasi kontraindikasi
- Keuntungan dan - Keuntungan
kerugian dan kerugian

Pengukuran
mandibula

- PMI
- MCI
- MI

Universitas Sumatera Utara


2.6 Kerangka Konsep

SukuSuku
BatakBatak

Radiografi panoramik

Ketebalan korteks
mandibula

Mental index

Pria Wanita

Perbedaan ketebalan
korteks mandibula

Ada Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan
rancangan penelitian cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Unit Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian pada bulan
September 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh suku Batak di lingkungan FKG
USU.

3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa dan pegawai
suku Batak di lingkungan FKG USU yang berusia 20 – 30 tahun. Sampel
dikumpulkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi sampel adalah
suku Batak asli (dua keturunan di atas) yang telah menyetujui lembar informed
consent, masih memiliki gigi premolar rahang bawah, tidak memiliki penyakit
sistemik. Kriteria eksklusi sampel adalah sampel pernah mengalami trauma dengan
keterlibatan mandibula.

Universitas Sumatera Utara


Rumus Besar Sampel:

n = 2 SD (Z1-α +Z1-β)2

(µ1-µ2)2

n = 2 (0,69) (1,64 + 0,84)2

(0,63)2

n = 21,38

n = 22 sampel

Keterangan :

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan


SD = Standart deviasi (0,69)
Z1-α = Derajat kepercayaan tipe I 10% (1,64)
Z1-β = Derajat kepercayaan tipe II 20% (0,84)
µ 1-µ 2 = Selisih mean

Jumlah sampel minimal adalah 44 sampel terdiri dari 22 sampel pria dan 22
sampel wanita. Dalam penelitian ini menggunakan 50 sampel yang terdiri dari 25
sampel pria dan 25 sampel wanita.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian


a. Variabel Bebas : Jenis kelamin, suku Batak.
b. Variabel Terikat: Ketebalan korteks mandibula pada radiografi panoramik
menggunakan mental index.

Universitas Sumatera Utara


3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel-variabel tersebut adalah:
Hasil
Variabel Defenisi Operasional Skala Alat Ukur
Pengukuran
Ketebalan Ketebalan tulang kortikal Numerik Komputerisasi Dalam satuan
korteks pada basis mandibula mm
mandibula berdasarkan letak foramen (milimeter)
mental ditinjau
menggunakan radiografi
panoramik.
Usia Usia 20-30 tahun saat Kategorik Tahun Dalam satuan
dilakukan pengambilan tahun
foto panoramik.
Mental Cara pengukuran mineral
index tulang berdasarkan letak
inferior foramen mental.
Radiograf Foto ronsen ekstra oral
panoramik yang memperlihatkan
struktur tulang dan gigi
pada rahang atas dan
rahang bawah secara
keseluruhan.
Suku Batak Sampel dengan dua
keturunan diatas dari ayah
dan ibu adalah suku Batak.

Universitas Sumatera Utara


3.5 Alat dan Bahan Penelitian
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Pesawat radiografi panoramik merk Instrumentarium model OC 200 D 1-
4-1
b. Komputer merk LG
c. Software CliniView versi 10.1.2
d. Alat tulis
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar pencatatan

3.6 Prosedur Penelitian


a. Peneliti memberikan lembar kuisioner kepada subjek penelitian.
b. Peneliti mengumpulkan kuisioner yang telah diisi dan melakukan
screening untuk mendapatkan sampel yang sesuai kriteria.
c. Peneliti memberikan inform consent kepada subjek penelitian, setelah
subjek penelitian setuju, maka dilakukan pengambilan foto ronsen panoramik di Unit
Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
d. Mengumpulkan hasil foto radiografi panoramik digital dari sampel pria
dan wanita suku Batak yang sesuai dengan kriteria.
e. Melakukan pengukuran ketebalan korteks mandibula menggunakan
mental index dengan cara:
- Foto ronsen panoramik yang diperoleh diperiksa, dimana pengamatan
berpusat pada daerah korteks mandibula yang berdekatan dengan foramen
mental menggunakan komputerisasi.
- Membuka software CliniView versi 10.1.2 dan tekan search untuk
membuka foto panoramik yang ingin diperiksa.

Universitas Sumatera Utara


- Tekan image dan create copy untuk menghasilkan satu foto panoramik
yang sama seperti foto aslinya.
- Tekan contrast brightness dan zoom untuk membesarkan foto supaya foto
lebih jelas dan terang.
- Tekan drawing toolbar (line) dan membuat garis lurus vertikal dari
foramen mental ke arah korteks mandibula. Kemudian membuat garis
horizontal pada kedua tepi korteks inferior mandibula. Maka akan
terbentuk sudut 90 derajat.
- Tekan measurement (length) dan membuat garis lurus di antara garis yang
bersinggungan yang telah terbentuk untuk mendapat ketebalan korteks
mandibula.
- Hasil pengukuran akan keluar secara otomatis.
- Melakukan hal yang sama pada sisi yang lain.
f. Mencatat hasil pengukuran ketebalan korteks mandibula.
g. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan radiologist.
h. Membandingkan hasil ketebalan korteks mandibula pria dan wanita.
i. Menganalisis data yang telah diperoleh.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6. Pengukuran korteks mandibula dengan menggunakan mental
index.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan dengan program komputer berupa SPSS dan
selanjutnya data dianalisa sesuai dengan tujuan penelitian analitik observasional.

3.7.2 Analisis Data


Data statistik yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah distribusi
frekuensi, nilai mean, standar deviasi, uji normalitas dan uji homogenitas dari
ketebalan korteks mandibula pria dan wanita. Selanjutnya untuk melihat perbedaan
kedua kelompok tersebut, maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji beda
dua mean independen (T-test Unpaired) dengan menggunakan Confidence Interval
(CI) sebesar 95 % dan signifikansi statistik diperoleh jika nilai p < 0,05.

Universitas Sumatera Utara


3.8 Ethical Clearance
Mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik
Penelitian kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun
nasional. Persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan peneitian bidang kesehatan
nomor: 322/KOMET/FK USU/2013.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel pada penelitian ini berjumlah 50 orang suku Batak yang usia 20 – 30
tahun yang berada di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi USU, yang terdiri dari 25
sampel pria dan 25 sampel wanita. Penelitian dilakukan dengan menggunakan foto
ronsen panoramik untuk mengukur rata-rata ketebalan korteks mandibula dan
pengukuran dilakukan dengan menggunakan mental index.

4.1 Distribusi Ketebalan Korteks Mandibula Pria


Ketebalan korteks mandibula pada pria dapat dilihat pada grafik 1. Ketebalan
korteks mandibula pada pria yang paling tinggi adalah 5,6 mm, sedangkan ukuran
yang paling rendah adalah 3,0 mm.

Ketebalan Korteks Mandibula pada Pria


6
5,6
Ketebalan Korteks Mandibula (mm)

5,25
5 4,8
4,55 4,5 4,55 4,55 4,7 4,6
4,4 4,3 4,3 4,45 4,35 4,25
4 4 4,1 4,05
3,8 3,65 3,85
3,4 3,6
3,35
3 3

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sampel Ke-

Gambar 1. Distribusi ketebalan korteks mandibula pria

Universitas Sumatera Utara


4.2 Distribusi Ketebalan Korteks Mandibula Wanita
Ketebalan korteks mandibula pada wanita dapat dilihat pada grafik 2.
Ketebalan korteks mandibula pada wanita yang paling tinggi adalah 5 mm,
sedangkan ukuran yang paling rendah adalah 3,45 mm.

Ketebalan Korteks Mandibula pada Wanita

6
Ketebalan Korteks Mandibula

5 5
4,55 4,6 4,45 4,4 4,5
4 4,15 4,354,1 4,1
4,35
4 4,2
4,35
4,1 4,05 4,2
3,7 3,75 3,6 3,8 3,75 3,65
3,45
3
(mm)

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Sampel Ke-

Grafik 2. Distribusi ketebalan korteks mandibula pada wanita

4.3 Nilai Rata-rata Ketebalan Korteks Mandibula Kanan dan Kiri


Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula pada sisi kanan dan kiri diperoleh
dengan menggunakan SPSS 17 dan didapatkan hasil seperti terlihat pada tabel 1.
Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula pada sisi kanan pria adalah
4,20mm±0,630 dan wanita adalah 4,09mm±0,408. Sedangkan nilai rata-rata
ketebalan korteks mandibula pada sisi kiri pria adalah 4,27mm±0,585 dan wanita
adalah 4,19mm±0,413.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1. Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula kanan dan kiri
Kanan Kiri
No Jenis Kelamin N X±SD X±SD
1 Pria 25 4.20±0,630 4.27±0,585
2 Wanita 25 4.09±0,408 4.19±0,413
Total 50 4.15±0,528 4.23±0,503

4.4 Nilai Rata-rata Ketebalan Korteks Mandibula


Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula pada pria dan wanita Suku Batak
dengan menggunakan SPSS 17 diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel 2.
Ketebalan rata-rata korteks mandibula pada pria adalah 4,23mm±0,585, sedangkan
ketebalan rata-rata korteks mandibula pada wanita adalah 4,144 mm±0,370.
Data diuji dengan independent t-test, didapatkan p>0,05 maka nilai tersebut
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan.

Tabel 2. Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula


No Jenis Kelamin N X±SD P. Value
1 Pria 25 4.23±0,585 0,501
2 Wanita 25 4.14±0,370

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 50 orang suku Batak yang usia
20–30 tahun yang berada di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi USU, yang terdiri
dari 25 sampel pria dan 25 sampel wanita. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan foto ronsen panoramik untuk mengukur rata-rata ketebalan korteks
mandibula dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan mental index.
Berdasarkan hasil dari penelitian pada Suku Batak didapatkan bahwa
ketebalan korteks mandibula pria 4,23mm±0,585, sedangkan ketebalan rata-rata
korteks mandibula pada wanita adalah 4,14mm±0,370. Hasil ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kalinowski dan Kalinowska (2011) yang dilakukan di
Polandia dan penelitian Nazrulloh (2013) yang dilakukan pada Suku Jawa. Penelitian
yang dilakukan di Polandia, rata-rata ketebalan korteks mandibula pria adalah 3,47
mm dan wanita adalah 3,31 mm. Penelitian juga dilakukan pada suku Jawa, rata-rata
ketebalan korteks mandibula pria adalah 4,96 mm dan wanita adalah 4,33 mm. Usia
sampel dari penelitian ini sama dengan penelitian pada Suku Jawa yaitu usia sampel
20-30 tahun.
Tulang adalah struktur hidup yang tersusun oleh protein dan mineral.
Penyusun utama tulang adalah protein yang disebut kolagen serta mineral tulang
(kalsium fosfat). Lebih dari 99% kalsium tubuh terdapat dalam tulang dan gigi, dan
1% terdapat dalam darah. Terdapat dua tipe tulang dalam tubuh yaitu kortikal atau
korteks dan trabekular. Tulang korteks adalah tulang yang padat atau rapat dan
merupakan bagian terluar dari tulang. Tulang trabekular merupakan bagian dalam
tulang yang berongga. 20,21
Tulang secara berkala akan mengalami pembentukkan kembali (remodeling).
Proses ini meliputi resorpsi dan formasi. Pada saat resoprsi, tulang yang tua akan
hancur dan akan dipindahkan oleh sel osteoklas. Pada saat formasi, jaringan tulang
yang baru akan menggantikan tulang yang telah rusak, dan hal ini dilakukan oleh sel

Universitas Sumatera Utara


osteoblas. Fungsi osteoklas dan osteoblas diatur oleh kalsitonin, hormon paratiroid,
vitamin D, estrogen dan testosteron.5,7
Pembentukkan tulang kembali digambarkan dengan keseimbangan fungsi
osteoblas dan osteoklas. Proses ini terjadi pada tiap permukaan tulang, berlanjut
sepanjang hidup. Fungsi pembentukan tulang kembali yaitu untuk melindungi tulang
dari efek kerusakan atau menjaga kekuatan tulang. Kekuatan tulang ditentukan oleh
kuantitas dan kualitas tulang. Kuantitas yaitu kepadatan tulang sedangkan kualitas
yaitu ukuran (massa) tulang dan kandungan mineral. 5,7
Menurut Mann dan Truswell (2007) pembentukan tulang yang pesat dialami
oleh seseorang yang berada pada rentang usia antara 18 hingga 20 tahun. Kementrian
Kesehatan RI (2008), menyebutkan bahwa massa tulang pada usia 30 tahun akan
mengalami suatu puncak kepadatan tulang yang biasanya disebut Peak Bone Mass.6
Menurut Internasional Osteoporosis Foundation (2009), beberapa hal yang
mempengaruhi kondisi kepadatan tulang seseorang yaitu jenis kelamin, usia, ras,
terapi glukokortikoid jangka panjang, pola hidup, dan asupan kalsium.6
Perbedaan ketebalan korteks pada pria dan wanita disebabkan oleh adanya
growth spurt (percepatan pertumbuhan). Pertumbuhan tulang mengikuti pola
pertumbuhan somatik umum, ada percepatan pertumbuhan awal sesudah lahir
kemudian menurun dan terjadi growth spurt lagi pada usia 6-7 tahun. Percepatan
pertumbuhan ini berlangsung kurang lebih 3-4 bulan dan wanita mengalami lebih
dahulu dibandingkan pria. Percepatan pertumbuhan akan terjadi lagi pada usia
kurang lebih 12 tahun pada wanita dan 14 tahun pada pria yang disebut prepubertal
(adolescene) growth spurt. Pada setiap percepatan pertumbuhan, wanita dimulai dua
tahun lebih dahulu sebelum pria memulai percepatan pertumbuhan. Hal tersebut
menyebabkan masa pertumbuhan dari wanita lebih cepat selesai dibandingkan pria,
sehingga total masa pertumbuhan pada pria lebih lama dibandingkan wanita. Pria
memiliki dua tahun tambahan pertumbuhan diakibatkan perbedaan maturasi.1,7
Berdasarkan pernyataan tersebut, pertumbuhan tulang pada pria terjadi lebih
lama, sehingga ketebalan korteks pada pria lebih besar dibandingkan wanita. Faktor

Universitas Sumatera Utara


yang juga berpengaruh adalah hormonal. Peningkatan hormon seks dapat
menyebabkan perubahan fisiologis, termasuk percepatan pertumbuhan tubuh secara
umum dan perluasan jaringan limfoid. Hormon seks pada pria dan wanita sangat
berbeda. Hormon tersebut mempengaruhi pertumbuhan tulang. Testosteron memiliki
peranan penting pada pria, sedangkan wanita dipengaruhi oleh hormon estrogen yang
mendukung pertumbuhan tulang.1,6
Kebutuhan zat gizi selama remaja akan mengalami peningkatan karena
adanya proses pertumbuhan dan pembentukan tulang serta guna mencapai Peak Bone
Mass. Hal tersebut juga berlaku untuk kebutuhan mineral termasuk kalsium. Pria
membutuhkan lebih banyak kalsium daripada wanita selama 20 tahun pertama
kehidupan mereka dikarenakan massa tulang wanita lebih kecil dibandingkan dengan
pria, sehingga absorpsi kalsium pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.6
Berdasarkan penelitian Nguyen (1995) dikatakan bahwa faktor reproduksi
seperti paritas, menyusui, dan menstruasi juga berhubungan dengan rendahnya kadar
kalsium tulang. Keadaan hamil dan menyusui telah menyedot persediaan bahan –
bahan tulang untuk kebutuhan janin dan bayi sehingga kepadatan tulang wanita
menjadi lebih rendah daripada pria.5,6
Secara fisiologis akibat dari tekanan pada tulang akan menghasilkan
perubahan bentuk dan sususan pada tulang. Tulang akan bereaksi terhadap kebutuhan
fungsi khususnya fungsi mastikasi pada tulang rahang dengan pembentukan elemen-
elemen seluler. Rangkaian dan susunan serat-serat tulang yang merupakan trabekular
di dalam tulang spongiosa sesuai dengan prinsip-prinsip bangunan. Banyak garis-
garis atau serat-serat yang menyilang saling tegak lurus untuk menahan bermacam
tekanan sehingga menyebabkan perubahan susunan yang ada di dalam tulang.5,7
Tulang akan bersifat spongiosa atau kompak tergantung pada kepadatan dan
susunan trabekular dan jumlah lamella. Dalam hal ini konsistensi makanan
berpengaruh pada fungsi mastikasi pada tulang rahang. Konsistensi makanan yang
lebih halus menyebabkan fungsi mastikasi berkurang sehingga terjadinya perubahan
pada struktur kranio-dentofasial. Wanita biasanya lebih berindikasi untuk memilih

Universitas Sumatera Utara


makanan yang konsistensinya lebih halus, yang menyebabkan wanita mempunyai
rahang yang lebih kecil daripada pria.7,15

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut adalah:
1. Nilai rata-rata ketebalan korteks mandibula suku Batak usia 20-30 tahun
pada pria adalah 4,23mm±0,585, sedangkan ketebalan rata-rata korteks mandibula
pada wanita adalah 4,14mm±0,370.
2. Berdasarkan hasil dari uji statistik parametrik dengan independent t-test,
didapatkan hasil p>0,05 yaitu 0,501 menunjukkan ketebalan korteks mandibula
antara pria dan wanita suku Batak tidak berbeda secara signifikan.

6.2 Saran
1. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang dilakukan pada suku yang
berbeda.
2. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut dengan menggunakan alat radiografi
yang lebih modern seperti CBCT atau CT-scan agar hasil lebih valid.
3. Diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan jumlah sampel lebih besar
agar didapatkan hasil yang lebih representatif.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Nasrulloh R, Norjanto B, Savitri Y. Ketebalan korteks mandibula pada pria


dan wanita suku Jawa ditinjau radiografik panoramik. Dentomaxillofacial
Radiology 2013; (4): 20-24.
2. Whaites E. Radiography and radiology for dental care professional. 2nd Ed.
London. Churchill livingstone 2009: 151-70.
3. Taguchi A, Sugino N, Miki M, Korzai Y dkk. Detecting young Jepanese
adults with undecteted low. http://www.ncbi.nlm/pmc/article. (9 Juli 2013)
4. Kalinowski P, Kalinowka R. Mandibula inferior cortex width may serve as a
prognostic osteoporosis index in polish patients. Via Medica 2011; 70(4):
272-281.
5. Trihapsari E. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang. Skripsi.
Jakarta: Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2009:17-19.
6. Suryono. Hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi
dan densitas tulang remaja di Asrama TPB IPB. http://repository.ipb.ac.id.
(19 Desember 2013).
7. Mochtar M. Ortodonti dasar. Medan. Universitas Sumatera Utara Press 1998:
6- 17.
8. Siregar MA. Variasi wajah suku batak.

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55278 (20 Agustus 2013).

9. Liebgott B. The anatomy basis of dentistry. 3rd Ed. Kanada. Elsevier 2011:
210-13.
10. Setiawati L. Refarat condilar fraktur neck.
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/. (12 November 2013).
11. Osborn JW. Dental anatomy and embryology. Australia. Blackwell 1988: 62-
79.

Universitas Sumatera Utara


12. Liu YP, Bahrent RG, Buschang PH. Mandibular growth, remodeling, and
maturation during infancy and early childhood. Orthodontist J 2010;(80): 97-
105.
13. Sartika L. Pertumbuhan perkembangan tulang kraniofasial.
http://lydiasartika.wordpress.com/2011/05/23/tumbuh-kembang-okf/.html (10
Juli 2013)
14. Hamblen DL, Simpson AH. Adam’s outline of fractures. Toronto. Churchill
livingstone 2007: 74-79
15. Agustina W. Perbedaan panjang dan lebar lengkung rahang bawah antara pria
dan wanitapada anak dizigotik. Skripsi. Jember: Program Studi Kedokteran
Gigi UJ,2012:37-39.
16. Permana H. Patogenesis dan metabolisme osteoporosis pada manula.
http://pustaka.unpad.ac.id/content/uploads/2009/09/patogenesis_dan_metabol
isme_osteoporosis_pada_manula.pdf. (10 Juli 2013).
17. Dhillon VB, Davies MC, Hall ML. Assessment of the effect of oral
corticosteroids on bone mineral density in systemic lupus erythomatosus: a
preliminary study with dual energy x ray absorptionmetry. ard.bmj.com. (6
Juli 2013).
18. Astuti Y. Gejala medikasi, keluhan dimulut dan kemungkinan efek obat
jangka panjang pada pasien systemic lupus erythematosus (studi klinis pad
Yayasan Lupus Indonesia periode 13 November-4 Desember 2008).
http://lontar.ui.ac.id. (12 November 2013)
19. Hastar E, Yilmaz HH, Orhan H. Evaluation of mental index, mandibular
cortical index, and panoramic mandibular index on dental panoramic
radiographi in the elderly. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles. (9 Juli
2013).
20. Roux JP, Wegrzyn J, Arlot ME, Guyen O. Contribution of trabecular and
cortical component to biomechanical behavior of human vertebrae. Bone and
Mineral J 2010; 2(25):356-361.

Universitas Sumatera Utara


21. Watabe PC, Issa JP, Oliveira, Monteiro SA. Morphodigital study of
mandibular trabecular bone in panoramic radiographs. Int. J Morphol 2007;
25(4): 875-880.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU


MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK
ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK
DI FKG USU

No. Kartu:

Tanggal Pemeriksaan :
Nama Pemeriksa :

Data Responden
Nama :
Jenis Kelamin : Pr / Lk
Usia : (tahun)
Suku :
No telp/HP :
Status keturunan (suku)
Ayah :
Ayah dari Ayah :
Ibu dari Ayah :
Ibu :
Ayah dari Ibu :
Ibu dari Ibu :

A. Riwayat Trauma
1. Apakah Anda pernah mengalami trauma/ kecelakaan yang melibatkan tulang
rahang bawah ?
a. Tidak Pernah.
b. Pernah

Universitas Sumatera Utara


2. Apakah Anda pernah mengalami patah/retak tulang rahang bawah ?
a. Tidak Pernah.
b. Pernah.

B. Riwayat Kesehatan Umum


3. Apakah Anda memiliki atau sedang menderita suatu penyakit sistemik?
(diabetes, jantung, atau kelainan darah?)
a. Ya, sebutkan ……………………
b. Tidak
4. Apakah Anda sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu?
a. Ya, obat …………………………
b. Tidak

C. Riwayat Medis
5. Apakah Anda pernah menjalani operasi rahang bawah ?
a. Tidak Pernah
b. Pernah
jika pernah, melakukan operasi ...........
6. Apakah Anda pernah menjalani operasi yang melibatkan persendian rahang?
a. Pernah, operasi ...........................................
b. Tidak pernah

D. Pemeriksaan Foto Ronsen Panoramik

1. Pemeriksaan Korteks Mandibula


PRIA KANAN KIRI JUMLAH RERATA
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Dst

WANITA KANAN KIRI JUMLAH RERATA


Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Dst

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

LEMBAR HASIL PENGUKURAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA

Ketebalan korteks
Jenis mandibula (mm)
No Nama Pasien Kelamin Umur Kanan Kiri
1 Abdul Hanif P 27 3,9 3,7
2 Aqwam Lubis P 23 3 3
3 Ardi Hasibuan P 24 4,3 4,8
4 Ari Siregar P 29 4,6 4,4
5 Arigato Hutabarat P 24 3,4 3,4
6 Azrai Sirait P 22 4,3 4,5
7 Billy Sinaga P 24 3,6 3,6
8 Chandra Pandiangan P 24 4,3 4,8
9 Edi Nasution P 23 3,3 3,4
10 Faber Sidabutar P 22 4,2 4,4
11 Fandra Nasution P 21 5,3 5,2
12 Gideon Pasaribu P 23 4,6 4,5
13 Indra Sebayang P 24 4,2 4,4
14 Ivan Salomo P 24 4 4
15 Jefpri Simatupang P 21 3,6 3,7
16 Johan Sihite P 24 4,8 4,6
17 Joshua A Sibarani P 22 4,3 4,6
18 Lamser Efendi H P 24 4,1 4,1
19 Mulia Daniel S P 21 4,2 4,5
20 Naldes Limbong P 25 6 5,2
21 Rahmat Siregar P 23 4,2 3,9
22 Raja Malem H P 20 4,1 5,1
23 Ridwan Sitorus P 30 4,3 4,2
24 Rudini Ritonga P 23 3,7 4
25 Tahan Banurea P 27 4,8 4,8
26 Angelina Panjaitan W 20 4,1 4,2
27 Anita Siregar W 21 4,5 4,6
28 Dahliana Purba W 23 4,1 4,6
29 Dian Situmorang W 23 3,9 4,3
30 Emalia Rosalina W 21 3,7 3,7

Universitas Sumatera Utara


Ketebalan korteks
Jenis mandibula (mm)
No Nama Pasien Kelamin Umur Kanan Kiri
31 Erida Sari Situmorang W 24 3,4 3,5
32 Ester Surbakti W 22 3,5 4,7
33 Fransiska Banure W 23 4,9 5,1
Indah Permata
34 Sipahutar W 21 4,6 4,1
35 Isva Hutabarat W 25 3,8 3,7
36 Ita M.Tarigan W 23 4,1 3,9
37 Khairina Atyqa W 21 4,1 4,3
38 Kristiana Simamora W 21 4,5 4,2
39 Mery Muthe W 25 4,6 4,6
40 Murniati Sembiring W 29 3,4 3,8
41 Nirwana Dewi Siregar W 21 4,1 4,1
42 Nurkamila Sari W 21 4 4,1
43 Ruth Grace S Hasibuan W 20 4 3,6
44 Santi Simbolon W 22 4,2 4,2
45 Stefani Siahaan W 24 3,7 3,8
46 Tiomida Tampubolon W 23 4,5 4,4
47 Valentine Purba W 21 4,1 4,8
48 Venti Trinanda W 22 3,6 3,7
49 Yolanda Sembiring W 21 4,5 4,3
50 Zeri Winda Ayu W 21 4,5 4,5
JUMLAH P 4,204 4,272
JUMLAH W 4,096 4,192

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

HASIL PERHITUNGAN SPSS

Ketebalan Korteks Mandibula pada Pria Suku Batak


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 25 20 30 23.76 2.403

Kanan 25 3.0 6.0 4.204 .6308

Kiri 25 3.0 5.2 4.272 .5856

Total 25 6.0 11.2 8.476 1.1706

Valid N (listwise) 25

Ketebalan Korteks Mandibula pada Wanita Suku Batak


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Umur 25 20 29 22.32 1.994

Kanan 25 3.4 4.9 4.096 .4087

Kiri 25 3.5 5.1 4.192 .4132

Total 25 6.9 10.0 8.288 .7418

Valid N (listwise) 25

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

JenisKelamin Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

kanan Laki-laki .200 25 .012 .941 25 .160

Perempuan .159 25 .106 .952 25 .282

kiri Laki-laki .147 25 .175 .968 25 .606


*
Perempuan .109 25 .200 .971 25 .667
*
Total Laki-laki .108 25 .200 .977 25 .824
*
Perempuan .111 25 .200 .973 25 .721

Universitas Sumatera Utara


T-Test
Group Statistics

JenisKelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

total2 Laki-laki 25 4.2380 .58528 .11706

Perempuan 25 4.1440 .37090 .07418

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN BIOSTATISTIK FKM

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Bapak/Ibu.

Perkenalkan nama saya Novi Dara Utami. Saya adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi USU dan saat ini saya sedang menjalani penelitian pada masyarakat
suku Batak di kota Medan. Saya ingin memberitahukan kepada Bapak/Ibu bahwa
saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Ketebalan Korteks
Mandibula Ditinjau Menggunakan Radiografi Panoramik Antara Pria dan
Wanita Suku Batak di FKG USU”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan ketebalan korteks mandibula antara pria dan
wanita suku Batak berdasarkan foto ronsen panoramik. Manfaat dari penelitian ini
untuk deteksi usia, memprediksi kemungkinan terjadinya osteoporosis dini terutama
pada wanita suku Batak dengan melihat ketebalan korteks mandibula menggunakan
foto ronsen panoramik dan sebagai salah satu sumber informasi data untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
Bapak/ibu, kegunaan radiografi pada pemeriksaan tulang sangat diperlukan
karena radiografi menggambarkan jaringan keras pada rahang atas dan rahang
bawah. Radiografi panoramik dapat digunakan untuk mendeteksi massa tulang
dengan biaya yang rendah dibandingkan melakukan tes BMD (Bone Mineral
Density). Salah satu teknik deteksi massa tulang adalah dengan mengukur ketebalan
korteks mandibula berdasarkan letak foramen mental (Mental Index).
Penelitian ini dilakukan oleh saya sendiri dan dibantu oleh beberapa teman
saya. Saya akan mencatat identitas Bapak/Ibu (nama, umur, jenis kelamin, dan suku).
Setelah itu saya akan memberikan lembar kuisioner untuk diisi oleh Bapak/Ibu yang
berisi beberapa pertanyaan sehubungan riwayat kesehatan. Apabila Bapak/Ibu sesuai
dengan kriteria dari penelitian saya maka tahao selanjutnya adalah pengambilan foto

Universitas Sumatera Utara


ronsen panoramik di Unit Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara. Pengambilan foto ronsen ini hanya membutuhkan waktu
kira-kira 3-4 menit.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini tidak dipungut biaya serta tidak
akan menimbulkan masalah atau komplikasi yang serius. Demikian penjelasan dari
saya, atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Novi Dara Utami)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Setelah mendengar semua keterangan tentang keuntungan, risiko dan hak-hak


saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

“Perbedaan Ketebalan Korteks Mandibula Ditinjau Menggunakan Radiografi


Panoramik Antara Pria dan Wanita Suku Batak di FKG USU”

Maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ……………………………………….

Alamat : ……………………………………….

Telepon/Hp : ……………………………………….

dengan penuh kesadaran atau tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam


penelitian tersebut diatas. Saya berhak mengundurkan diri kapan saja apabila saya
merasa keberatan.

Medan,………………..2013

Yang menyetujui,

Subjek Penelitian

(………………………………..)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Waktu Peneltian
No. Kegiatan Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
Proposal
2 Persiapan
Lapangan
3 Pengumpulan
Data
4 Pengolahan
dan Analisis
Data
5 Penyusunan
Laporan

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8

RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN


PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU
MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA
PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU

Besar biaya yang diperlukan pada penelitian ini adalah sebesar lima juta tiga
ratus dua puluh ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut:
Biaya pengambilan foto panoramik 50 sampel : Rp 5.000.000,00
Biaya alat tulis, kertas dan tinta printer : Rp 200.000,00
Biaya penggandaan proposal dan hasil penelitian : Rp 120.000,00
+
Jumlah : Rp 5.320.000,00

Biaya penelitian ditanggung sendiri oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9

DATA PERSONALIA PENELITI

Riwayat Peneliti
Nama : Novi Dara Utami
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 12 November 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 2 (dua) dari 4 (empat) bersaudara
Alamat : Jalan Seto No. 72 Medan
No. Telp : 085260441578
Alamat e-mail : diraandrean@ymail.com

Riwayat Pendidikan
1998 – 2004 : Menjalani pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta
Al-Ittihadiyah Medan.
2004 – 2007 : Menjalani pendidikan Sekolah Menengah Pertama di
SMP Negeri 6 Medan.
2007 – 2010 : Menjalani pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 6 Medan.
2010 – sekarang : Menjalani Program Sarjana-1 Pendidikan Dokter Gigi
di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai