SKRIPSI
Oleh
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Medan, 2018
Penulis
131101052
halaman
halaman
Bab 4. Metodologi penelitian .......................................................................... 22
4.1. Desain penelitian ........................................................................... 22
4.2. Populasi, sampel dan tehnik sampling ............................................. 22
4.2.1. Populasi .................................................................................... 22
4.2.2. Sampel ...................................................................................... 22
4.2.3. Teknik sampling ........................................................................ 23
4.3. Lokasi dan waktu penelitian ........................................................... 23
4.3.1. Lokasi penelitian ....................................................................... 23
4.3.2. Waktu penelitian........................................................................ 23
4.4. Ethical Clearance(Pertimbangan etik) ............................................ 23
4.5. Instrumen penelitian ....................................................................... 24
4.6. Validitas dan reliabilitas ................................................................. 25
4.6.1. Validitas .................................................................................... 25
4.6.2. Reliabilitas ................................................................................ 26
4.7. Prosedur pengumpulan data ............................................................ 26
4.8. Analisa data ................................................................................... 27
halaman
Tabel 3.2. Definisi Operasional ................................................................... 20
Tabel 5.1.Distribusi frekuensi karakteristik keluarga pasien ......................... 30
Tabel 5.2.Distribusi frekuensi perilaku caring perawat ................................. 31
Tabel 5.3.Distribusi frekuensi tingkat kecemasan keluarga pasien ................ 32
Tabel 5.4.Distribusi frekuensi hubungan perilaku caring perawat dengan
tingkat kecemasan keluarga pasien .............................................................. 33
Tabel 5.5.Hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan
keluarga pasien ........................................................................................... 34
Lampiran
Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian
Lampiran 2 Lembar Penjelasan
Lampiran 3. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian
Lampiran 5. Surat Etik
Lampiran 6. Lembar Persetujuan Valid
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
Lampiran 8.Nilai Reliabilitas
Lampiran 9. Master Data
Lampiran 10. Uji Normalitas Data
Lampiran 11. Hasil Data Output
Lampiran 12. Rincian Taksasi Dana
Lampiran 13. Riwayat Hidup
Lampiran 14. Lembar Bukti Bimbingan
ABSTRAK
ABSTRACT
The increase in heallh care is the key to achieve health care quality.
Caring i$ a big i$sue in nursing pro/cssion in indonesia. Nurses· caring behavior
becomes the quality assurance of nursing care. Patients' families often undergo
psychological problem; that is, anxiety due to Iheir family members being treated
in the lCU However, when nurses provide nursing c.·are with affection, care,
generosity, altendance, and full allention to patient~·' and their families'
complaints, they will be trusted in giving comfort. The objective of the research
was to analyze the correlalion belween nurses' caring behavior and the level of
aru:iety of patien/.f' families in the leu of RSUD dr. Pirngadi, Medon. The
research used dcscripf;ve correlation design. The population was 40 patients'
family members, using total sampling technique. The data were gathered by using
questionnaires and analyzed by ll.~ing Spearman's rho te$l. The result of the
research showed that 50% of the respondents had good perception on nurse.l· '.
care behavior, and 40% of them had moderate anxiety. The result of Spearman 's
rho lest showed thai p = 0.00 wilh the significance level of 0.05 (p-value < 0.05)
so that H" was rejected and H" was accepted which indicated that there was
.~ignij;cant correlation between nurses' caring behavior and the level of anxiety in
patient.y' families in the lCU of RSUD dr. Pimgadi, Medon, with negative
directive correlation and the level of moderate strong correlation (r - .0.609)
which indicated thaI lhe better the nurses' caring behavior Was", the milder the
level of anxiety of patients' familie~·. It is recommended that nur.~es include
patients' families in nursing care by applying Family Centered Model.
PENDAHULUAN
berkualitas. Beberapa upaya yang ditempuh oleh rumah sakit berfungsi untuk
(Wahyuningsih, 2011).
Caring merupakan topik saat ini yang sering dibahas dalam dunia keperawatan
karena perawat yang merupakan pelaku caring tetapi caring yang dilakukan
perawat masih jauh dari standar dalam praktik keperawatan secara fakta (Nindya,
2014).
bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan
semaksimal mungkin menekankan caring sebagai pusat dan aspek yang dominan
dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat yang
Muhith, 2011).
Griffin (1983 dalam Morrison & Burnard, 2008) menyatakan bahwa caring
aktivitas peran yang spesifik meliputi membantu, menolong dan melayani orang
Bagi keluarga ICU adalah tempat yang paling tidak menyenangkan karena respon
yang dirawat di ruangICU, hal ini dikarenakan jam besuk yang terbatas, keadaan
pasien yang tidak stabil serta keadaan ruang tunggu yang berfasilitas minim
(Rahmawati, 2014).
kecemasan yang ringan yaitu 2 orang (6,6%) artinya bahwa kecemasan pasien dan
serta selalu mendengarkan maka pasien maupun keluarga akan merasa nyaman
dan percaya terhadap perawat. Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik
untuk meneliti tentang hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat
kecemasan keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD dr.
Pirngadi Medan.
1.2. Rumusanmasalah
keluarga pasien di ruang Intensice Care Unit (ICU) RSUD dr. Pirngadi
Medan?
kecemasan keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD dr.
Pirngadi Medan?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat
dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU)
tentang pelaksanaan perilaku caring perawat di rumah sakit dan sebagai tambahan
dialami keluarga pasien dan sebagai bahan masukan tentang cara penerapan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan perilaku caring
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan untuk mengevaluasi pengaruh
Intensive Care Unit(ICU), serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
keperawatan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilakucaring
2.1.1. Definisicaring
Caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam praktik
perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi
sentral untuk praktik keperawatan karena merupakan suatu cara pendekatan yang
Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Caring mempertegas bahwa
caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan untuk meningkatkan
dari praktek keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal.Caring bukan semata-
mata perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan pasien.
berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring yang lain
melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh
hubungan keperawatan antara pasien maupun keluarga dan perawat dengan penuh
Watson (1979 dalam Tomey & Alligood, 2006) menyatakan nilai-nilai yang
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin
dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya dan menjadi bagian
keutuhan dan keharmonisan pikiran, fungsi fisik dan fungsi sosial.Kesehatan juga
Roach (1995 dalam Kozier, et al, 2007) menyatakan bahwa ada lima
orang lain dapat berupa membantu seseorang untuk tetap bertahan, memberikan
kesempatan untuk berbagi, dan memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi
diri) adalah suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar manusia dengan
kesejahteraan orang lain yang diterapkan oleh tingkah laku perawat. Commitment
2.1.4. Manfaatcaring
Caring mempunyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan seharusnya
tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan dianggap sebagai
sesuatu yang sulit untuk diwujudkan dengan alasan beban kerja yang tinggi, atau
pengalaman hidup, belajar dan juga dapat ditingkatkan selama masa pendidikan
holistik (Tomey, 1994). Perawat harus mampu menjalin hubungan yang baik
pasien, dan perawat harus mampu mendorong pasien untuk menemukan harapan
orang lain dengan cara meningkatkan kepekaan sehingga perawat bisa menerima
keberadaan diri sendiri dan orang lain (Tomey, 1994). Membangun hubungan
saling percaya dan membantu antara perawat dan pasien sangat penting dalam
terhadap ekspresi negatif dan positif (Tomey, 1994). Meningkatkan dan menerima
ekspresi perasaan positif dan negatif dengan cara mempersiapkan diri untuk
mengambil resiko saat berbagi dengan pasien (Potter & Perry 2009).
pelayanan yang berfokus pada klien (Potter & Perry, 2009). Peningkatan
dan/atau perbaikan suasana mental, fisik, sosial dan spiritual dengan cara
perawat harus mampu membuat pemulihan suasana fisik dan non fisik serta
mempertimbangkan bahwa faktor ini memang sulit untuk dimengerti. Namun hal
ini akan membawa perawat untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain.
Tujuan dari pelaksanaan carative factor oleh perawat ialah memfasilitasi klien
subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum diketahui secara
khusus faktor penyebabnya (Ermawati, 2009 ). Rasa cemas atau ansietas dapat
dimiliki oleh setiap pasien maupun keluarga pasien yang sedang berada di rumah
sakit, rasa cemas ini berbeda-beda antara setiap orang (Morrrison & Burnard,
ketakutan yang tidak jelas, tidak menyenangkan dan timbulnya rasa kewaspadaan
Pieter, Janiwarti dan Marti (2011) menyatakan bahwa ada beberapa tingkatan ansietas
ansietas ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah
dan nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada
pada masalah dan dapat menjelaskan masalah secara efektif.Respon perilaku dan
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan
memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juaga dan menyampaikan hal-hal
lain. Respon fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah sering
napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare,
konstipasi, dan gelisah. Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang
adalah lapang persepsi yang menyempit, rangsangan dari luar sulit diterima,
berfokus terhadap apayang menjadi perhatian. Respon perilaku dan emosi orang
cenderung memikirkan hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain.
adalah napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, sakit
yang mengalami ansietas berat adalah lapangan persepsi yang sangat sempit dan
terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat dan blocking.
Pada tingkatan panik lapangan persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah
mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit
fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi,
penderita panik adalah lapangan persepsi yang sangat sempit sekali dan tidak
Pieter, Janiwarti, dan Marti (2011) menyatakan bahwa ada beberapa teori yang
dimana biasanya orang yang mengalami hilangnya harga diri bisa berakibat
frustasi yang dialami maka akan semakin besar tingkat ansietasnya. Kajian
ansietas adalah adanya perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan tertentu,
Kecemasan dapat juga terjadi akibat adanya faktor pencetus yang berasal dari dalam
diri sendiri (faktor internal), dan dari luar diri (faktor eksternal).Secara umum
aktivitas hidup sehari-hari dan Ancaman terhadap sistem diri yang dapat
membahayakan indentitas diri, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi pada
Intensive Care Unit (ICU) adalah fasilitas untuk merawat pasien yang dalam keadaan
sakit berat sesudah operasi berat atau bukan karena operasi berat yang
memerlukan secara intensif pemantauan ketat dan tindakan segera (Depkes RI,
keluarga ICU adalah tempat yang paling tidak menyenangkan karena respon
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan pasien dan merupakan perawat
maka keluarga sebagai sumber daya untuk perawatan pasien tidak berfungsi
menghambat proses penyembuhan. Lebih dari dua pertiga keluarga pasien di icu
memiliki gejala kecemasan atau depresi selama hari pertama perawatan dan dapat
Tingkat kecemasan yang dialami keluarga pasien di ruang ICU berada pada
kecemasan sedang yang ditandai dengan respon fisiologis yaitu jantung berdetak
lebih cepat, tidak nafsu makan, adanya tekanan pada dada.Respon kognitif yaitu
tidak nyaman dan sulit tidur. Respon afektif yaitu perasaan khawatir dan sedih
(Kiptiyah, 2013).
kecemasan keluarga selama masa rawat inap pasien, yaitu situasi selama masa
keterbatasan yang menetap. Faktor resiko lain yang juga berhubungan dengan
dengan pasien, tingkat pendidikan, tipe perawatan pasien, kondisi medis pasien,
keluarga (Stuart, 2005). Dalam sebuah unit keluarga, penyakit yang diderita salah
satu anggota keluarga akan mempengaruhi salah satu atau lebih anggota keluarga
dan dalam hal tertentu, seringkali akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
Bila salah satu individu dalam sebuah keluarga menderita penyakit dan
memerlukan tindakan keperawatan, maka hal ini tidak akan menimbulkan cemas
yang salah satu anggota keluarganya sedang sakit dan dalam rentang hidup atau
mati. Bila salah satu anggota keluarga sakit maka hal tersebut akan menyebabkan
krisis pada keluarga dan akan mengancam dan mengubah homeostatis keluarga
Kecemasan pada pasien dan keluarga yang menjalani perawatan di unit perawatan
pasien setiap saat dan tidak bias melihat perkembangan pasien secara langsung
akan menyebabkan keluarga pasien khawatir dan cemas. Dampak langsung dari
kecemasan ini dialami oleh keluarga pasien. Kecemasan pada keluarga pasien di
ruang ICU akan menimbulkan masalah baru, keluarga pasien yang cemas akan
keluarga juga dapat dihubungkan dengan rasa takut, kecemasan, gangguan tidur,
KERANGKA PENELITIAN
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Intensive Care
1. Membentuk
sistem nilai
humanistik-
altruistik
2. Menanamkan
keyakinan dan
harapan
3. Mengembangka
n sensitivitas
untuk diri
sendiri dan
orang lain
4. Membina
hubungan saling
percaya dan
saling
membantu
5. Meningkatkan
dan menerima
ekspresi
perasaan positif
dan negatif
6. Menggunakan
problem
solving(pemeca
han masalah)
dalam
mengambil
keputusan
7. Meningkatkan
penyebabnya.
METODOLOGI PENELITIAN
yang digunakan adalah cross sectional yaitu peneliti melakukan observasi atau
dependen yaitu tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit
(ICU).
4.2.1. Populasi
objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua keluarga pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD dr. Pirngadi
4.2.2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUDdr. Pirngadi Medan.
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara Totalsampling. Total
Penelitian ini dilakukan di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD dr. Pirngadi
Medan. Lokasi ini dipilih karena RSUD dr. Pirngadi Medan merupakan rumah
Penelitian ini mempertimbangkan empat aspek penting terkait dengan etik yaitu
administrasi diawali dari izin atau persetujuan dari institusi pendidikan Fakultas
penelitian di RSUD dr. Pirngadi Medan. Selanjutnya peneliti akan merekrut calon
responden yang memenuhi kriteria penelitian. Responden yang telah terpilih akan
kepada responden yang telah dipilih. Kemudian peneliti akan menanyakan kepada
responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti akan
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa dan
dan risiko yang mungkin terjadi.Jika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada
risiko maka penelitian boleh dilakukan.Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak
bagian yaitu Kuesioner Data Demografi (KDD) yang meliputi : nomor responden,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, suku, dan hubungan
demografi dari responden saja dan tidak akan dianalisis. Kuesioner bagian kedua
4.6.1. Validitas
sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.
Sebuah instrumen juga dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat
(Nursalam, 2009).
Penelitian ini menggunakan validitas isi. Instrumen penelitian divalidasi oleh dosen
yaitu Ibu Jenny Marlindawani Purba S.Kp, MNS, Ph.D. Berdasarkan uji validitas
tersebut, kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dengan
item-item pertanyaan yang akan mengukur sasaran yang ingin diukur sesuai
dengan teori atau konsep. Adapun nilai validitas kuesioner kecemasan dan
Aiken’s. Nilai validitas isi kuesioner kecemasan adalah 0,67 dan nilai validitas isi
4.6.2. Reliabilitas
konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula (Siregar, 2013). Uji
sudah baik. Instrumen yang dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan
data yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2013). Uji reliabilitas dilakukan untuk
mengetahui apakah alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang baik.Dimana
alat ukur yang baik adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti meminta izin penelitian kepada Fakultas
manfaat dari penelitian setelah itu peneliti akan membagikan kuesioner kepada
mengisi kuesioner agar responden dapat bertanya langsung kepada peneliti jika
kuesioner peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi. Setelah itu
Setelah data di dapatkan maka peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-
responden, mengecek kelengkapan data. Pada tahap ini data yang telah
a. Analisa Univariat
perilaku caring perawat dan tabel distribusi frekuensi tingkat kecemasan keluarga
b. Analisa Bivariat
dan variabel dependen yang disajikan dalam bentuk tabel dan akan dianalisis
dengan uji statistik Spearmen Rank (Rho) yang dilakukan untuk mengetahui
dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU RSUD dr. Pirngadi
Medan.
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian hubungan perilaku caring perawat
dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU RSUD dr. Pirngadi
Medan yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada
Karakteristik keluarga pasien yang diteliti pada penelitian ini adalah umur, jenis
keluarga.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas keluarga pasien adalah lansia
Dilihat dari segi tingkat pendidikan terakhir keluarga, mayoritas berlatar belakang
gama am 29 72.5
otestan 10 25.0
udha 1 2.5
ndidikan terakhir SD 2 5,0
SMP 7 17,5
MA 22 55,0
DIPLOMA 2 5,0
SARJANA 7 17,5
kerjaan NS 4 10,0
Karyawan 5 12,5
Wiraswasta 10 25,0
Petani 4 10,0
Jawa 13 32,5
Batak 16 40,0
Nias 2 5,0
Minang 6 15,0
Ibu 1 2,5
Anak 9 22,5
Suami 5 12,5
Istri 3 7,5
Abang 2 5,0
Kakak 2 5,0
Adik 4 10,0
Bibi 1 2,5
Sepupu 2 5,0
Menantu 3 7,5
Perilaku caring perawat yang diteliti dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori
perilaku caring perawat kategori baik sebanyak 20 orang (50,0%). Perilaku caring
perawat kategori cukup diurutan kedua sebanyak 18 orang (45,0%) dan untuk
dr.Pirngadi Medan
Tingkat kecemasan keluarga yang diteliti dalam penelitian ini dibagi menjadi
lima kategori yaitu ringan, sedang, berat, sangat berat/panik. Hasil penelitian
dan sangat berat/panik berjumlah sama sebanyak 9 orang (22,5%) dan tingkat
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU
kecemasan keluarga. Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini diperoleh korelasi
menggunakan korelasi Spearman’s rho. Berikut ini adalah uji statistik hubungan
perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat
value) lebih kecil dari level of significance (α) yang ditetapkan peneliti yaitu
ICU RSUD dr. Pirngadi medan dengan nilai spearman Rank (ρ) sebesar 0,00 dan
artinya semakin baik perilaku caring perawat maka semakin rendah tingkat
kecemasan keluarga.
Tabel 5.5. Hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga
N 40 40
N 40 40
5.2. Pembahasan
RSUD dr. Pirngadi Medan menyatakan bahwa hampir semua aspek perilaku
caring sudah dilaksanakan oleh perawat di ruang ICU dengan baik. Perilaku
caring perawat yang baik berarti keluarga lebih banyak memilih jawaban kadang-
Perilaku caring yang baik sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan
kepuasan pasien rawat inap rumah sakit.Hasil penelitian yang dilakukan oleh
rawat inap menyatakan bahwa mayoritas perilaku caring perawat baik.Hal ini
didukung oleh penelitian Sera (2014) yang menyatakan bahwa 55% keluarga
Lampung. Sejalan dengan hasil penelitian Hafsyah 2012 bahwa 66% responden di
Peneliti berpendapat bahwa perilaku yang ditampilkan oleh perawat tersebut sudah
sesuai dengan esensi keperawatan. Hasil penelitian ini memberi gambaran bahwa
sebagian besar keluarga pasien di ruang ICU RSUD dr. Pirngadi medan
masih ada yang tidak caring, maka hal tersebut dapat saja terjadi seperti yang
telah diterangkan oleh apa yang dirasakan sebagian keluarga pasien jiwa tersebut
Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dedi (2008)
sepuluh faktor caratif caring dari Watson. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Rika (2013) yang menyatakan bahwa sebanyak
baik. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliawati (2012) juga mendukung terhadap
penelitian ini, dimana 98,1 % responden menilai bahwa perilaku caring perawat
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2017) di ruang perawatan interna
insting dan memiliki sifat kelembutan karena konsep awal keperawatan dalam
sejarahnya adalah mother insting.Oleh karena itu perawat wanita cenderung lebih
dengan hasil penelitian dari Supriatin (2009) yang menunjukkan bahwa tidak ada
keperawatan diharapkan semua perawat baik laki- laki maupun perempuan dapat
kerja perawat.Beban kerja yang banyak disertai tuntutan dari pihak keluarga
(2010) yang menyatakan bahwa perilaku caring perawat merupakan wujud kinerja
dengan frekuensi baik frekuensi kurang 5 perawat (16,7%), serta sikap caring
Kecemasan akan muncul pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
sedang sakit dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Bila salah satu anggota
keluarganya sakit maka akan menyebabkan krisis pada keluarga. Jika keluarga
cemas maka keluarga sebagai sumber daya untuk perawatan pasien tidak
berfungsi dengan baik. Selain itu kecemasan keluarga dapat ditransfer kepada
penyembuhan.
(sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare,
rangsangan dari luar sulit diterima, berfokus terhadap apayang menjadi perhatian,
respon perilaku dan emosi (gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit
tidur, dan perasaan tidak aman). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Columbia Asia Medan tergolong pada
kategori berat yaitu 23 orang (76,6%), kategori ringan yaitu 2 orang (6,6%),
artinya bahwa kecemasan pasien dan keluarga selama di ruang ICU banyak
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Irawati (2013) yang
kecemasan sedang (77,8%). Meskipun hasil yang diperoleh sama, tetapi ada
bahwa tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU Rumah Sakit Columbia
Asia Medan tergolong pada kategori berat yaitu 23 orang (76,6%), kategori ringan
yaitu 2 orang (6,6%), artinya bahwa kecemasan pasien dan keluarga selama di
ini mayoritas berumur lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 13 orang (32,5%).
sedang dirawat dan sistem adaptasi dalam diri tentang keputusan tersebut.
belajar akan arti kecemasan dan cara menggunakan koping untuk mengatasi
perasaan cemas. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati
(2014) yang menunjukkan bahwa mayoritas keluarga pasien yang berusia dibawah
diatas 40 tahun yaitu sebesar 51,5%. Oleh karena itu usia dapat berhubungan
Keluarga pasien pada penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak
30 orang (75%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
sebanyak 24 orang (73,7%). Hal ini didukung oleh pendapat Potter and Perry
(2005) yang menyatakan bahwa gangguan kecemasan bisa terjadi di semua usia,
Keluarga pasien dalam penelitian ini mayoritas berpendidikan terakhir SMA sebanyak
kurangnya informasi. Jika seseorang menerima informasi yang jelas, maka akan
Faktor hubungan keluarga terhadap pasien yang sedang dirawat di ruang ICU sangat
yang diteliti adalah ayah, ibu, anak, suami, istri, abang, kakak, adik, bibi, sepupu,
hari.Perasaan bergantung ini yang dapat menimbulkan rasa berduka yang besar
jika kehilangan salah satu anggota keluarga. Perasaan takut akan kehilangan ini
yang akan memicu kecemasan. Sementara bagi anggota keluarga yang tidak
serumah. Dengan demikian perasaan kecemasan yang dialami juga tidak sebesar
yang paling banyak mengalami kecemasan adalah keluarga dekat yaitu istri
Kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ruang ICU sangat dipengaruhi oleh
perilaku caring perawat pada saat memberikan pelayanan kesehatan, karena pada
saat pasien dalam kondisi kritis, keluarga akan mengalami masalah psikologis
yaitu cemas dengan sumber tertentu seperti memikirkan kondisi pasien terkait
pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD dr. Pirngadi Medan.
yang signifikan dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU RSUD
dr. Pirngadi medan dengan nilai p=0,00 (p<0,05). Hasil tersebut sejalan dengan
perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU
RSUD dr. Pirngadi Medan memiliki arah hubungan yang negatif. Hubungan yang
negatif berarti semakin baik perilaku caring perawat maka semakin ringan tingkat
kecemasan keluarga pasien, begitu juga sebaliknya. Hal ini didukung oleh hasil
terdapat hubungan negatif atau berlawanan arah (r= -0,695) antara perilaku caring
perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien ICU. Artinya semakin baik
keluarga pasien cukup kuat atau sedang (r= -0,609). Hal ini sejalan dengan
caring yang baik dari perawat kepada anggota keluarga dapat menciptakan suatu
persepsi yang baik bagi anggota keluarga pasien terhadap perawat.Perilaku caring
keluarga pasien. Persepsi yang terbangun dari adanya penilaian yang baik pada
bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan
tingkat kecemasan ibu akibat hospitalisasi anak di ruang rawat inap rsud
keluarga dan perawat dengan penuh perhatian, nilai, dan tindakan profesional,
sehingga perilaku caring perawat tidak hanya ditujukan untuk pasien yang dirawat
kecemasan keluarga. Keluarga akan merasa aman dan nyaman terhadap perawat
karena keluarga percaya bahwa ada orang yang dianggap lebih tau dan lebih
masa rawat inap pasien, yaitu situasi selama masa rawat inap, kembali bekerja,
perilaku caring perawat dalam kategori kurang dan mengalami tingkat kecemasan
oleh teori Morton (2013) bahwa pengalaman negatif pasien maupun keluarga
dan nyeri atau ketidaknyamanan. Hal ini sesuai dengan penelitian Meeboon
Peneliti berpendapat bahwa aspek caring perawat di ruang Intensive Care Unit
(ICU) sangat penting untuk diterapkan sebab ICU merupakan ruang untuk
merawat pasien dalam kondisi kritis yang memerlukan perhatian segera dan terus-
peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang sakit
kritis atau keluarga secara menyeluruh baik biologi, psikologi, sosial, dan
spiritual.
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 40 responden yaitu
sebagai berikut:
1. Perilaku caring perawat di ruang ICU RSUD dr. Pirngadi Medan paling
2. Sebagian besar tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU RSUD dr.
RSUD dr. Pirngadi Medan. Semakin baik perilaku caring perawat maka
semakin ringan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU RSUD dr.
Pirngadi Medan.
6.2. Saran
Saran yang diberikan terkait dengan hasil dan pembahasan dalam penelitian
referensi terkait perilaku caring perawat dan tingkat kecemasan keluarga pasien di
ruang ICU dalam perkuliahan bidang keperawatan dasar dan keperawatan jiwa.
satunya adalah perilaku caring perawat.Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
Centered Model.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu kuesioner dimodifikasi peneliti dari peneliti
Kozier, E., Berman & Synder. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
:Konsep, Proses & Praktik. Edisi 7 Vol. 2.Jakarta : EGC
Kulkarni, H., Kulkarni, K., Mallampali, A., Parkar, S., Karnad, D., & Guntupalli,
K. (2011). Comparison of anxiety, depression, and post-traumatic
stress symptoms in relatives of ICU patients in an american and an
indian public hospital. Indian Journal of Critical Care Medicine. 15,
147-156.
Nasir, A & Muhith, A . (2011). Dasar- dasar keperawatan jiwa: Pengantar dan
Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Tomey & Alligood (2006).Nursing theorist and their work, 3th edition.
Philadelphia: Mosby Year – Book Inc.
LEMBAR PENJELASAN
Salam sejahtera,
Nama :
Umur :
tentang penelitian,
Medan, 2017
( )
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT
KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT
(ICU) RSUD dr. PIRNGADI MEDAN
Petunjuk Pengisian :
Identitas Responden
N %
Reliability Statistics
Cases Valid 10 100.0
Cronbach's Alpha N of Items
a
Excluded 0 .0
.789 20
Total 10 100.0
Item-Total Statistics
NPar Tests
perilaku_caring_perawat
N 40
a
Normal Parameters Mean 59.22
Positive .056
Negative -.073
Kolmogorov-Smirnov Z .464
Statistics
Perilaku Caring
N Valid 40
Missing 0
Mean 1.55
Median 1.50
Range 2
Perilaku Caring
Statistics
N Valid 40
Missing 0
Mean 3.52
Median 3.00
Range 3
ecemasan berat
cemasan ringan cemasan sedang ecemasan berat sekali / panik Total
Perilaku Baik 6 12 1 1 20
CaringPerawat 18
Cukup 0 4 6 8
Kurang 0 0 2 0 2
Total 6 16 9 9 40
Correlations
N 40 40
40 40
Riwayat Pendidikan :
1. SD Methodist(2001-2007)
2. SMP Negeri 1 Pantai Cermin(2007-2010)
3. SMA Negeri 1 Perbaungan (2010-2013)
4. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (2013-sekarang)