Anda di halaman 1dari 79

PERBANDINGAN RERATA BESARAN LEEWAY

SPACE MAKSILA DITINJAU DARI TABEL


MOYERS DAN RADIOGRAFI PERIAPIKAL
PADA SUKU BATAK DI KOTA MEDAN

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

ERLINDA AGRIANTHY
NIM : 140600148

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Fakultas Kedokteran gigi
Unit Radiologi Kedokteran Gigi
Tahun 2018
Erlinda Agrianthy
Perbandingan rerata besaran Leeway space maksila ditinjau dari tabel Moyers
dan radiografi periapikal pada suku Batak di kota Medan
Xii+47 halaman
Leeway space terjadi akibat adanya perbedaan lebar mesiodistal gigi kaninus,
premolar satu dan premolar dua permanen dengan lebar mesiodistal gigi kaninus, molar
satu dan molar dua desidui pada fase gigi bercampur. Setiap metode perhitungan
Leeway space memiliki akurasi, tingkat kepercayaan, dan reproduksibilitas yang
berbeda. Peran Leeway space sangat penting dalam menentukan rencana perawatan
seperti mengatasi kekurangan ruang yang terjadi pada fase gigi bercampur. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui: (1) hasil pengukuran rerata besaran Leeway space
maksila ditinjau dari radiografi periapikal pada suku Batak, (2) perbedaan rerata
besaran Leeway space maksila ditinjau dari tabel Moyers dan radiografi periapikal pada
suku Batak. Penelitian ini dilakukan pada 46 murid Sekolah Dasar suku Batak di kota
Medan yang terdiri dari 28 orang murid laki-laki dan 18 orang murid perempuan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Sampel yang didapat
kemudian dicetak dan dilakukan pengambilan radiograf pada maksila yang kemudian
dilakukan perhitungan Leeway space maksila dengan menggunakan metode Moyers
dan Huckaba. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
(p<0,05) antara rerata besaran Leeway space maksila ditinjau dari tabel Moyers dan
radiografi periapikal. Hasil rerata besaran Leeway space maksila pada suku Batak
ditinjau dari radiografi periapikal adalah sebesar 1,47 mm. Uji T tidak berpasangan
menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) antara rerata besaran
Leeway space maksila pada murid laki-laki dan perempuan. Kesimpulannya adalah
perhitungan Leeway space pada masa gigi bercampur pada suku Batak sebaiknya
menggunakan radiografi periapikal untuk menunjang analisis tabel Moyers.
Daftar rujukan : 43 (1982-2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Pembimbing 1:

Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K)

NIP: 196502141992032004

Pembimbing 2:

Ervina Sofyanti, drg., Sp. Ort (K)

NIP: 198003232008122002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini akan dipertahankan dihadapan tim penguji


pada tanggal 21 Mei 2018

TIM PENGUJI
KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K)
ANGGOTA : 1. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG
2. Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi
kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Gigi.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Ayahanda Ermansyam Tanjung dan Ibunda Elila Ernawati Siregar, SKM atas segala
kasih sayang, doa, dan dukungan serta segala bantuan baik moril maupun materil yang
tidak akan terbalas oleh penulis. Serta tidak lupa kepada saudara dan saudari saya
Frisca Rhiyanthy, drg., Lola Pebriyanthy, SST., M.Keb., Monica Oktariyanthy, dr.,
Anrico Boy Riansyam, ST., dan Lisa Meiyanthy yang selalu memberikan saya
dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang
tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, petunjuk, dan
pengarahan serta saran dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin.
2. Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort (K) selaku pembimbing kedua yang juga telah
memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan serta saran dalam penulisan skripsi
ini sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin.
3. Dewi Kartika, drg., Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG., Lidya Irani
Nainggolan, drg., Sp. RKG atas segala masukan dan saran yang telah dberikan
sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Rini Octavia Nasution, drg., S.H., Sp. Perio., M.Kes., selaku penasihat
akademik yang telah memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Maya selaku dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Bidang Statistik
yang telah banyak membantu dalam penyempurnaan hasil penelitian ini.
6. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara (Kak Rani, Kak Tetty, Bang Ari).
7. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara yang telah membimbing dan telah memberikan ilmunya kepada penulis selama
menjalani masa pendidikan.
8. Sahabat-sahabat tersayang (Istaria Iskandar, Nabila, Riezky Amalia Hesy,
Mustika Lili Perdani, Dina Hudiya Nadana, Mira Hardina, Rizky Gusti Melinda, Mifta
Maharani, Intan Dyahtami, Anggi Dewi Pertiwi) yang selalu memberikan dukungan
moril kepada penulis dalam penelitian ini.
9. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam pengantar ini.
Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga hasil karya
ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan
ilmu dan masyarakat.

Medan, Mei 2018


Penulis,

Erlinda Agrianthy

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...............................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………............ 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………....... 4
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………........ 4
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………......... 4
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………………........ 4
1.4 Hipotesis………………………………………………………......... 4
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………….......... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis……………………………………………….......... 4
1.5.2 Manfaat Praktis…………………………………………………........ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Fase Gigi Bercampur……………………………………………........ 6
2.1.1 Fase Transisi Pertama……………………………………………....... 6
2.1.2 Fase Inter Transisi………………………………………………......... 7
2.1.3 Fase Transisi Kedua…………………………………………….......... 8
2.2 Leeway Space……………………………………………………........ 8
2.3 Metodi Analisa Ruang pada Masa Gigi Bercampur………………...... 9
2.3.1 Metode Radiografi………………………………………………......... 9
2.3.2 Metode Analisis Model…………………………………………......... 10
2.3.3 Metode Kombinasi………………………………………………........ 10

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4 Penggunaan Metode Moyers dalam Memprediksi Ukuran
Mesiodistal Gigi kaninusdan Premolar Permanen………………........ 11
2.5 Penggunaan Metode Huckaba dalam Memprediksi Ukuran
Mesiodistal Gigi Kaninusdan Premolar Permanen………………....... 12
2.6 Radiografi Periapikal……………………………………………….... 13
2.6.1 Indikasi Penggunaan Radiografi Periapikal………………………...... 13
2.6.2 Posisi Film dan Sinar X Radiografi Periapikal……………………..... 14
2.6.3 Teknik Periapikal Paralel…………………………………………...... 14
2.6.4 Teknik Periapikal Bisekting………………………………………...... 17
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Mesiodistal Gigi……………..... 17
2.7.1 Ethnis atau Suku……………………………………………………... 19
2.7.2 Jenis Kelamin……………………………………………………….... 19
2.7.3 Lingkungan…………………………………………………………... 20
2.8 Demografi Suku Batak……………………………………………......21
2.9 Kerangka Teori……………………………………………………..... 23
2.10 Kerangka Konsep…………………………………………………...... 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian……………………………………………………....25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………….. 25
3.2.1 Lokasi Penelitian…………………………………………………..... 25
3.2.2 Waktu Penelitian…………………………………………………..... 25
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………..... 26
3.3.1 Populasi Penelitian………………………………………………..... 26
3.3.2 Sampel Penelitian……………………………………………….......26
3.3.2.1 Besar Sampel Penelitian………………………………………..….. 26
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi…………………………………..…... 27
3.3.3.1 Kriteria Inklusi………………………………………………..…..... 27
3.3.3.2 Kriteria Eksklusi……………………………………………..…….. 27
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………………..…...... 27
3.4.1 Variabel Penelitian…………………………………………..……... 27
3.4.2 Definisi Operasional………………………………………..…….... 28
3.5 Alat dan Bahan Penelitian………………………………..……....... 30
3.5.1 Alat Penelitian…………………………………………..………...... 30
3.5.2 Bahan Penelitian………………………………………..………….. 30
3.6 Metode Pengumpulan Data…………………………..…………….. 31
3.6.1 Prosedur Pengumpulan data………………………..………………. 31
3.6.2 Alur Penelitian……………………………………..……………..... 33
3.7 Pengolahan dan Analisis Data……………………..………………. 34
3.7.1 Pengolahan Data…………………………………..……………….. 34
3.7.2 Analisis Data……………………………………..……………….... 34
3.8 Etika Penelitian…………………………………..……………….... 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN……………………………….......…………………35

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5 PEMBAHASAN…………………………………………………………....37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………..43

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................44

LAMPIRAN

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel Moyers .........................................................................................................12


2. Rerata Besaran Leeway Space Maksila Ditinjau dari Tabel Moyers dan
Radiografi Periapikal Suku Batak ……………………………………………... .35
3. Rerata Besaran Leeway Space Maksila Ditinjau dari Tabel Moyers dan
Radiografi Periapikal pada Suku Batak Berdasarkan Jenis Kelamin ………...... 36

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan oklusal pada gigi desidui dan gigi permanen ........................... 7


2. Leeway Space .............................................................................................. 9
3. Teknik paralleling pada premolar maksila ................................................. 15
4. Teknik bisecting pada premolar maksila.................................................... 18
5. Alat dan bahan penelitian………………………………………………... 30
6. Perhitungan required space dan available space pada model cetakan
gigi dan gambaran radiograf…………………………………………….. 32
7. perbedaan ukuran mesiodistal gigi desidui dan permanen laki-laki dan
perempuan suku batak………………………………………………….. 36

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Ethical clearance
2. Lembar Penjelasan Kepada Orangtua/Wali Calon Subjek Penelitian
3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
4. Kuesioner Penelitian
5. Data SPSS
6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
7. Rincian Anggaran Penelitian
8. Data Personalia Peneliti

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan radiografi pada kedokteran gigi sudah dikenal sejak di awal tahun
1896.1 Radiografi periapikal merupakan salah satu jenis radiografi intraoral yang
menunjukkan seluruh bagian gigi dan jaringan sekitarnya. Khusus pada masa gigi
bercampur, radiografi periapikal dapat menunjukkan gigi desidui dan benih gigi
permanen pada satu film. Radiografi periapikal juga sangat baik dalam mendeteksi karies,
penyakit periodontal dan periapikal.2
Radiografi periapikal merupakan jenis radiografi yang sering digunakan dokter
gigi pada pasien dalam membantu dokter gigi dalam menentukan diagnosis maupun
perawatan.3 Banyak keuntungan yang diperoleh oleh dokter gigi maupun pasien dengan
menggunakan radiografi periapikal. Dosis sinar x yang diterima pasien lebih rendah dan
film radiografi periapikal juga memiliki kemungkinan distorsi yang rendah. 2,4 Pada kasus-
kasus tertentu radiografi periapikal sangat direkomendasi, termasuk pada saat ingin
memprediksi Leeway space maksila dan mandibula.5
Pada umumnya, pergantian antara gigi desidui dan gigi permanen yang ditandai
dengan erupsinya gigi insisivus dan molar pertama permanen terjadi pada usia enam
tahun.6,7 Sementara gigi permanen lainnya seperti kaninus, premolar satu dan premolar
dua akan erupsi beberapa tahun kemudian. Masa ini disebut dengan masa gigi bercampur
yang dimana setiap pergeseran gigi desidui sangat mempengaruhi posisi gigi permanen.
Masa ini merupakan masa yang memungkinkan terjadinya maloklusi. 4 Mengetahui
Leeway space adalah salah satu cara untuk mengantisipasi terjadinya maloklusi. Leeway
space adalah kelebihan ruang yang terjadi pada saat pergantian gigi kaninus, molar satu,
dan molar dua desidui dengan gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua permanen.
Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan lebar mesiodistal antara gigi desidui dan
gigi permanen.4,8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Besarnya Leeway space sangat bervariasi. Beberapa ahli menunjukkan bahwa


Leeway space maksila lebih kecil dibanding dengan Leeway space mandibula. Proffit
menyatakan bahwa besar Leeway space pada maksila adalah 1,5 mm dan mandibula 2,5
mm.9 Menurut Nance (cit. Allen et al., 2017) besar Leeway space maksila rata-rata 0,9
mm pada setiap sisi, sedangkan mandibula rata-rata 1,7 mm.10 Besar Leeway space
normal menurut Moyers (cit. Batero et al., 2015) adalah 2,6 mm pada maksila dan 6,2
mm pada mandibula. Baume melaporkan besar Leeway space pada maksila sebesar 1,8
mm dan 3,4 mm pada mandibular. Penelitian terbaru menyatakan variasi terbaru Leeway
space pada maksila adalah 0,7-1,5 mm dan 1,7-3,3 mm pada mandibula. 11
Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan rerata besaran Leeway space
pada setiap populasi, yang diantaranya oleh Hille (2010), mendapatkan hasil besaran
rerata Leeway space laki-laki 1,94 mm pada mandibula dan 0,90 mm pada maksila dan
pada perempuan didapat hasil 2,4 mm pada mandibula dan 1,4 mm pada maksila pada
populasi di Zurich.12 Hasil lainnya di dapati oleh Tarvede et al. (2015), mereka melakukan
penelitian mengenai rerata Leeway space pada anak usia 6-13 tahun di suatu populasi
India. Mereka menyatakan bahwa Leeway space rata-rata maksila pada perempuan adalah
0,94 mm pada maksila dan 1,96 mm pada mandibula. Pada laki-laki, Leeway space rata-
ratanya adalah 1,04 mm pada maksila dan 1,98 mm pada mandibula. 8 Penelitian lainnya
dilaporkan oleh Batero, et al. (2015), melakukan penelitian tentang Leeway space
terhadap 53 anak berusia 6-12 tahun di Colombia. Hasil yang mereka dapatkan adalah
Leeway space pada mandibula sebesar 3,622 mm dan maksila sebesar 1,556 mm. 11 Hasil
yang berbeda didapati oleh Tyler, et al. (2017), yang melakukan penelitian tentang
analisis ruang pada masa gigi bercampur pada populasi di Tennessee dan mendapatkan
hasil rerata besaran Leeway space mandibula sebesar 2,03-2,45 mm.10 Sementara di
Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gusti, dkk. (2016), terhadap 77
sampel anak bersuku banjar berusia 7-9 tahun. Hasil yang didapati adalah rerata besaran
Leeway space pada maksila sebesar 0,37 mm dan 2,2 mm pada mandibula. Jika
dibandingkan dengan besaran Leeway space menurut Proffit, terdapat perbedaan yang
signifikan antara keduanya pada maksila.13 Setiap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

penelitian di atas menunjukkan hasil yang berbeda-beda sehingga memperjelas bahwa


Leeway space berbeda pada setiap individu dan pada suku atau ethnis tertentu.
Setiap ras di dunia memiliki profil wajah yang berbeda-beda. Di Indonesia,
profil wajah setiap ras secara umum lebih cembung dibandingkan dengan ras atau
ethnis lain seperti ras Jepang, Cina, dan Kaukasia. Kecembungan wajah orang
Indonesia ini kemungkinan berhubungan dengan retrusi wajah bagian tengah dan
protusi rahang atas, adanya inklinasi akar gigi anterior yang lebih protusif serta adanya
resesi dari dagu.14 Suku batak adalah salah satu suku di Indonesia yang secara umum
ditemukan di provinsi Sumatera Utara, namun sekarang hampir dijumpai di berbagai
daerah di seluruh wilayah Indonesia. Variasi wajah pada suku Batak tidak berbeda jauh
dengan suku-suku lain yang ada di Indonesia. Ciri khusus yang ditemukan terlihat pada
posisi ketika wajah diamati dari sisi lateral. Pada laki-laki suku Batak, menunjukkan
ciri-ciri rongga mulut yang lebih kecil sedangkan pada perempuan lebih lebar. 15
Perbedaan yang tersebut di atas kemungkinan memiliki hubungan dengan perbedaan
besaran Leeway space pada setiap ras maupun suku.
Metode analasis ruang merupakan hal dasar dalam memprediksi ruang yang
tersedia pada masa gigi bercampur. Terdapat beberapa metode dalam memprediksi
ruang pada masa gigi bercampur yang diantaranya adalah menggunakan model gigi
dan radiografi. Masing-masing metode memiliki akurasi, tingkat kepercayaan, dan
reproduktibilitas yang berbeda-beda. Hal tersebut telah sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kahol, et al. (2017), mereka melakukan penelitian mengenai
Leeway space pada masa gigi bercampur pada anak-anak dengan usia 8-11 tahun pada
daerah Mandi di India dengan metode radiografi dan non radiografi. Banyaknya sampel
dalam penelitian ini adalah 100 orang yang terdiri dari 52 anak perempuan dan 48 anak
laki-laki. Mereka mendapatkan hasil yang berbeda dari kedua metode tersebut. 16 Maka
berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai rerata
besaran Leeway space maksila pada suku Batak dengan menggunakan metode Moyers
yang mewakili metode non radiografi dan metode Huckaba dengan penggunaan
radiografi periapikal yang mewakili metode radiografi untuk mendapatkan rerata
besaran Leeway space pada suku Batak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hasil dari pengukuran rerata besaran Leeway space suku
Batak ditinjau dari radiografi periapikal.
2. Apakah terdapat perbedaan antara rerata besaran Leeway space maksila
ditinjau dari tabel Moyers dan radiografi periapikal pada suku Batak.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tujuan umum dan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui apakah ada perbedaan besaran rerata Leeway space maksila
ditinjau dari tabel Moyers dan radiografi periapikal pada suku Batak.

1.3.2 Tujuan Khusus


Untuk mengetahui bagaimana hasil pengukuran rerata besaran Leeway space
maksila ditinjau dari radiografi periapikal pada suku Batak.

1.4 Hipotesis Penelitian


Tidak ada perbedaan nilai rerata besaran Leeway space maksila ditinjau dari
tabel Moyers dan radiografi periapikal pada suku Batak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis


1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi bagi
pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan Republik Indonesia.
2. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan atau kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi dokter gigi, dokter umum, dan lain-
lain.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orangtua
mengenai kebutuhan perawatan dini guna mencegah maloklusi pada anak.
4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan
penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi dokter gigi untuk
memprediksi rerata besaran Leeway space maksila pada suku Batak.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dokter gigi dalam memilih
metode analisis ruang terbaik dalam menentukan Leeway space pada masa gigi
bercampur.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar dalam
penyusunan rencana perawatan di departemen Ortodonsia FKG USU.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi dokter gigi untuk
menentukan nilai normal rerata besara Leeway space maksila pada suku Batak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fase Gigi Bercampur


Fase gigi bercampur merupakan fase transisi antara periode gigi desidui menuju
periode gigi permanen. Biasanya dimulai dari usia enam tahun yang ditandai dengan
erupsinya gigi molar, yang kemudian diikuti oleh erupsinya gigi insisivus
permanen.5,7,9 Fase ini diikuti dengan perubahan yang sangat drastis pada lengkung
rahang yang disebabkan oleh digantikannya dua puluh gigi desidui oleh tiga puluh dua
gigi permanen. Pada masa pergantian tersebut, bentuk lengkung rahang sangat
bergantung pada ruang yang tersedia dan ruang yang dibutuhkan. 5
Perubahan lengkung rahang yang signifikan pada masa gigi bercampur
menyebabkan perubahan oklusi yang signifikan juga sehingga fase ini merupakan fase
yang sangat memungkinkan terjadinya maloklusi.8 Mendeteksi dini kekurangan ruang
pada lengkung rahang diperlukan untuk mencegah terjadinya gigi berjejal (crowded)
di masa mendatang.7 Fase gigi bercampur dibagi ke dalam tiga fase, yaitu fase transisi
pertama, fase inter transisi, dan fase transisi kedua.

2.1.1 Fase Transisi Pertama


Fase ini ditandai dengan erupsinya molar pertama permanen dan pergantian
insisivus desidui dengan insisivus permanen. Erupsinya molar pertama permanen
dimulai sekitar usia enam tahun dan diikuti dengan erupsinya insisivus sentralis
mandibula.5
Hubungan oklusal pada fase gigi bercampur berhubungan dengan gigi
permanen. Lokasi dan hubungan molar pertama permanen sangat bergantung pada
kontak permukaan distal molar kedua desidui maksila dan mandibula. Molar pertama
permanen menuntun ke dalam lengkung gigi oleh permukaan distal dari molar kedua
desidui. Terdapat tiga tipe hubungan molar desidui (Gambar 1), yaitu: 5,9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

a. Flush terminal plane: permukaan distal molar dua desidui maksila dan molar
dua desidui mandibula berada dalam satu dataran vertikal. Hubungan ini merupakan
hubungan yang normal dari gigi desidui, dan dapat terkoreksi dengan

bergeraknya molar mandibula ke arah mesial akibat adanya Leeway space. Sebanyak
56% hubungan oklusal ini berkembang menjadi klas I Angel. 5,9
b. Mesial step terminal plane: karakteristik tipe ini adalah permukaan distal
molar kedua desidui mandibula berada lebih mesial daripada molar kedua desidui
maksila. Tipe ini dapat berkembang menjadi klas I dan klas III Angle.5,9
c. Distal step terminal plane: tipe hubungan ini terlihat permukaan distal molar
kedua desidui mandibula berada lebih ke distal daripada molar kedua desidui maksila.
Tipe ini dapat berkembang menjadi klas II Angel dan cusp to cusp.5,9

Gambar 1. Hubungan oklusal pada gigi desidui dan gigi permanen. 9

2.1.2 Fase Inter Transisi


Pada fase ini hanya terjadi sedikit perubahan atau bahkan relatif stabil. Terdapat
gigi desidui dan gigi permanen baik pada maksila maupun mandibula. Gigi molar dan
kaninus desidui dijumpai di antara gigi insisivus permanen dan molar pertama. Berikut
beberapa karakteristik fase ini, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1. Oklusal dan interproksimal pada gigi desidui terlihat rata dikarenakan


morfologi oklusal yang menyerupai dataran.
2. Pembentukan akar terjadi pada insisivus, kaninus dan molar yang akan
erupsi dengan seiringnya peningkatan puncak prosesus alveolar.
3. Resorpsi akar pada molar desidui.

2.1.3 Fase Transisi Kedua


Karakteristik pada fase ini ditandai dengan pergantian molar kedua dan kaninus
desidui oleh kaninus dan premolar permanen. Kombinasi lebar mesiodistal kaninus
desidui dan premolar biasanya lebih kecil daripada gigi yang akan digantikan. Akibat
perbedaan ukuran ini akan dijumpai kelebihan ruang yang disebut dengan Leeway
space.4,8,9
Umumnya Leeway space pada mandibula lebih besar dibandingkan maksila.
Leeway space ini dimanfaatkan oleh molar satu permanen setelah gigi kaninus dan
molar desidui digantikan sehingga relasi antara molar satu permanen maksila dan
mandibula menjadi klas I Angle.9

2.4 Leeway Space


Leeway space adalah perbedaan total lebar mesiodistal antara gigi kaninus,
molar satu dan molar dua desidui dengan gigi kaninus, premolar satu dan premolar dua
permanen.4,5,7,8 Jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus, molar satu dan
molar dua desidui lebih besar dibandingkan dengan gigi kaninus, premolar satu dan
premolar dua permanen. Perbedaan ukuran ini disebut Leeway space (Gambar 2).
Besarnya Leeway space setiap individu tidak sama, hal ini disebabkan oleh perbedaan
antara ukuran mesiodistal setiap individu baik pada gigi desidui maupun gigi
permanen. Perbedaan tersebut disebabkan oleh ras, genetik, dan jenis kelamin. 5,7,11,15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

Gambar 2. Leeway space5

Ukuran gigi premolar permanen lebih kecil dibandingkan ukuran gigi yang
digantikannya. Gigi molar dua desidui mandibula rata-rata 2 mm lebih besar
dibandingkan gigi premolar dua permanen mandibula, sementara pada maksila, gigi
molar dua desidui 1,5 mm lebih besar dibandingkan gigi premolar dua permanen. Gigi
molar satu desidui hanya sedikit lebih besar dibanding premolar satu tetapi memberi
kontribusi sebesar 0,5 mm pada madibula. Dengan demikian, jumlah ruangan lebih
yang diperoleh pada masing-masing sisi mandibula adalah 2,5 mm yang disebut
dengan Leeway space. Sementara pada maksila, tersedia rata-rata 1,5 mm di masing-
masing sisinya.9

2.3 Metode Analisis Ruang pada Masa Gigi Bercampur

2.3.1 Metode Radiografi


Nance (1947), adalah orang pertama yang menggunakan metode radiografi
dalam menentukan perbedaan antara lebar mesiodistal gigi kaninus, molar satu, dan
molar dua desidui dengan kaninus, premolar satu, dan premolar dua permanen yang
belum erupsi.7 Namun, dengan berbagai kekurangan radiografi seperti kemungkinan
terjadinya distorsi, elongasi, maupun kesalahan teknik dalam pengambilan gambar,
metode ini dianggap kurang efektif. Beberapa tahun kemudian, Huckaba
mengembangkan akurasi dari metode radiografi. Huckaba menyatakan bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

perbandingan tingkat pembesaran gigi desidui pada film dan gigi secara klinis sama
dengan perbandingan tingkat pembesaran gigi permanen pada film dan gigi permanen
yang akan menggantikan gigi desidui.7

2.3.2 Metode Analisis Model


Penelitian seperti yang dilakukan oleh Ballard and Wylie (1947), Moyers
(1973), dan Tanaka-Johnston (1974) merupakan penelitian yang bertujuan untuk
memprediksi lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua yang
belum erupsi yang dikenal dengan metode persamaan regresi. 5,7
Ballard dan Wylie (1947) memprediksi lebar mesiodistal gigi kaninus,
premolar satu, dan premolar dua dengan cara mengkombinasikan lebar mesiodistal
keempat gigi insisivus permanen mandibula.5 Adapun persamaan regresi yang mereka
dapatkan adalah Y=9,41+0,527X, dimana Y adalah ukuran gigi kaninus, premolar satu,
dan premolar dua mandibula yang akan diprediksi dan X adalah jumlah lebar
mesiodistal keempat insisivus permanen mandibula yang telah erupsi.7 Sama halnya
dengan metode sebelumnya, metode Moyers juga menggunakan jumlah lebar
mesiodistal keempat insisivus permanen mandibula untuk memprediksi lebar
mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua. Jumlah yang didapat akan
dibandingkan dengan tabel probabiliti. Metode ini dianggap yang paling sederhana
sehingga banyak digunakan oleh para klinisi.5,7 Hampir sama dengan metode Moyers,
metode Tanaka-Johnson memanfaatkan jumlah lebar mesiodistal keempat gigi
insisivus permanen mandibula namun tidak menggunakan tabel probabiliti. Jumlah
lebar mesiodistal keempat gigi insisivus permanen mandibular ditambahkan 10,5 mm
dan 11,0 mm untuk maksila.5,7

2.3.3 Metode Kombinasi


Hixon dan Oldfather (1958) adalah pengguna metode kombinasi.19 Metode
kombinasi merupakan gabungan antara metode radiografi dan metode persamaan
regresi. Hixon dan Oldfather memprediksi ukuran gigi kaninus, premolar satu, dan
premolar dua dengan menggunakan jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

permanen mandibula dan ukuran gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua
diprediksi dengan menggunakan radiografi.5,17 Dengan demikian, metode ini dianggap
metode yang paling akurat.

2.4 Penggunaan Metode Moyers dalam Memprediksi Ukuran Mesiodistal


Gigi Kaninus dan Premolar Permanen
Moyers membuat suatu metode yang memprediksi ukuran gigi pada setiap
rahang dengan menggunakan keempat gigi insisivus mandibular permanen yang telah
erupsi. Gigi tersebut erupsi sekitar usia enam tahun, dan mudah diukur.5
Moyers membuat metode non-radiografi ini untuk beberapa alas an sebagai
berikut:
1. Hanya akan ada sedikit kesalahan sistematik, dengan kisaran yang dapat
diketahui.
2. Tidak memerlukan peralatan klinis yang canggih, dan dapat digunakan baik
oleh para ahli maupun pemula.
3. Metode ini tidak memerlukan waktu yang banyak.
4. Pengukurannya dapat pada hasil cetakan atau langsung dilakukan pada
rongga mulut.
5. Cocok untuk digunakan pada semua sisi rahang. 5
Metode prediksi Moyers menggunakan ukuran mesio distal keempat insisivus
mandibula. Jumlah dari pengukuran tersebut digunakan untuk memprediksi ukuran
mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, premolar dua permanen pada maksila maupun
mandibula. Selanjutnya tentukan jumlah ruang yang tersedia untuk gigi yang diprediksi
tersebut dengan mengukur jarak antara distal insisivus dua sampai mesial
molar pertama permanen. Kemudian bandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan
ruang yang dibutuhkan.5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Moyers menyatakan bahwa untuk mempredisksi ukuran mesiodistal gigi


kaninus, premolar satu, premolar dua permanen dengan menggunakan tabel probability
dengan tingkat kepercayaan 5-95% (Tabel 1). Derajat kepercayaan pada 75%
direkomendasikan untuk memperkiraan ukuran mesiodistal gigi kaninus, premolar
satu, premolar dua permanen karena yang dianggap paling sesuai di klinik. 5

Tabel 1. Tabel Moyers5

2.5 Penggunaan Metode Huckaba dalam Memprediksi Ukuran


Mesiodistal Gigi Kaninus dan Premolar Permanen
Banyaknya kemungkinan elongasi dan pemendekan dari hasil radiografi.
Huckaba mengembangkan metode analisis ruang pada masa gigi bercampur. Huckaba
menyatakan bahwa perbandingan tingkat pembesaran gigi desidui pada film dan gigi
secara klinis sama dengan perbandingan tingkat pembesaran gigi permanen pada film
dan gigi permanen yang akan menggantikan gigi desidui.7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Dengan demikian, untuk mengurangi kemungkinan elongasi dan pemendekan


hasil radiografi, digunakan rumus berikut:5

Lebar benih gigi permanen Lebar gigi desidui pada model


=
Lebar benih gigi permanen Lebar gigi desidui dalam ronsen foto
dalam ronsen foto

X Y (Y)(X )
= => 𝑋 =
X Y Y

2.6 Radiografi Periapikal


Radiografi periapikal merupakan salah satu jenis radiografi yang digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosis dan rencana perawatan di kedokteran gigi.
Jenis radiografi ini menunjukkan struktur gigi secara utuh mulai dari mahkota hingga
akar dan jaringan sekitarnya.2,18,19,20 Film yang dapat digunakan pada radiografi
periapikal adalah film dengan ukuran 0, 1, dan 2. Ada dua teknik yang dapat dilakukan
pada radiografi periapikal yaitu teknik paralleling dan teknik bisecting.18,19,20

2.6.1 Indikasi Penggunaan Radiografi Periapikal


Adapun indikasi penggunaan radiografi periapikal adalah: 20,22
1. Deteksi infeksi apikal atau peradangan.
2. Penailaian status periodontal.
3. Apabila terjadi trauma pada gigi dan tulang alveoar.
4. Penilaian terhadap keberadaan dan posisi gigi yang tidak erupsi.
5. Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi.
6. Selama perawatan endodontik.
7. Penilaian pra-oprasi dan pasca operasi apikal.
8. Mengevaluasi krista apikal dan lesi di dalam tulang alveolar.
9. Mengevaluasi pasca operasi implan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.6.2 Posisi Film dan Sinar X Radiografi Periapikal


Berikut beberapa ketentuan posisi film dan sinar x: 20
1. Gigi dan film harus berkontak.
2. Gigi dan film harus sejajar satu sama lain.
3. Untuk gigi anterior, film diletakkan vertikal.
4. Untuk gigi posterior, film diletakkan horizontal.

2.6.3 Teknik Peripaikal Paralel


Teknik paralleling merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
pengambilan gambar pada film dari radiografi periapikal dan bitewing.
1. Prinsip Teknik Paralleling
Prinsip dasar dari teknik paralleling dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Film diletakkan di dalam mulut dengan posisi paralel dengan aksis sepanjang
gigi yang ingin diperiksa.
b. Sentral x-ray tegak lurus terhadap film dan aksis panjang gigi.
c. Film holder harus dipakai untuk menjaga agar film tetap paralel dengan
aksis panjang gigi.18,19

2. Prinsip Pengambilan Teknik Paralleling Periapikal


a. Pemilihan film holder sesuai dengan posisi gigi yang akan diperiksa. Untuk
gigi insisivus dan kaninus baik maksila maupun mandibula, gunakan film holder
anterior dan film dengan ukuran 22 x 55 mm. Untuk gigi premolar dan molar baik
maksila dan mandibula gunakan film holder posterior dan film dengan ukuran 31 x 41
mm.
b. Kepala pasien bersandar pada kursi dengan dataran bidang oklusal sejajar
dengan lantai (Gambar 3).22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Antrum maksila

Lamina dura Lantai antrum

Kamar pulpa
Krista
alveolar
Tambalan logam

Gambar 3. Teknik paralleling pada premolar maksila: a. Posisi pasien;


b. Diagram posisi;Posisi film; d. Radiograf gigi premolar dan molar
maksila22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

3. Kelebihan dari teknik paralleling periapikal:2,18,19,23


a. Tanpa distorsi.
b. Gambaran yang dihasilkan lebih geometris.
c. Mudah dipelajari dan digunakan.
d. Mempunyai validitas yang tinggi.
e. Tinggi puncak tulang periodontal dapat terlihat jelas.
f. Jaringan periapikal tampak dengan jelas.
g. Mahkota gigi tampak dengan jelas sehingga karies proksimal dapat
dideteksi dengan baik.
h. Sudut vertikal dan horizontal, dari tabung sinar-x secara otomatis dapat
ditentukan posisinya dengan tepat.
i. Arah sinar-x sudah ditentukan pada pertengahan film sehingga dapat
menghindari cone cutting.
j. Dapat membuat beberapa foto radiografi pada kunjungan dan operator yang
berbeda.
k. Posisi relatif dari posisi film, gigi, dan sinar-x selalu terjaga, terlepas dari
posisi kepala pasien. Ini sangat berguna bagi pasien yang cacat.
4. Kekurangan dari teknik paralleling periapikal:2,18,19,22
a. Penempatan film sering menjadi kendala pada penggunaan teknik ini,
terutama pada pasien anak-anak yang memiliki rongga mulut yang kecil.
b. Penggunaan film holder saat penempatan film pada rongga mulut dapat
mengenai jaringan mulut lainnya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan.
c. Apeks gigi terkadang terlihat sangat dekat dengan tepi film.
d. Penempatan film holder pada daerah molar tiga mandibula dapat menjadi
sangat sulit.
e. Film holder harus disterilkan atau hanya untuk sekali pakai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

2.6.4 Teknik Periapikal Bisekting


Teknik bisecting perpedoman pada prinsip geometrik sederhana. Aturan dari
geometrik tersebut adalah dua segitiga adalah sama jika keduanya memiliki sudut yang
sama dan memiliki satu sisi yang sama.

1. Prinsip-prinsip pada teknik bisecting: 18,19


a. Menggunakan prinsip geometri.
b. Film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual/palatal dari gigi.
c. Film kontak dengan gigi. Bidang film dan aksis panjang gigi membentuk
sudut.
d. Adanya imaginary bisector.
e. Sentral x-ray tegak lurus terhadap garis bisektris sehingga menghasilkan dua
segitiga yang sama.
2. Prinsip penentuan posisi dalam pengambilan foto dengan teknik bisecting:
a. Film diletakkan sedemikian rupa sehingga gigi yang diperiksa tepat berada
di tengan film. Film diletakkan lebih tinggi 2 mm dari dataran insisal maupun oklusal
agar seluruh gigi tercakup dalam film. kemudian minta pasien untuk menahan film
dengan jari mereka.
b. Operator mengarahkan tabung sinar-x pada sudut vertikal dan horizontal
yang tepat.
c. Lakukan penyinaran (Gambar 4).22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

Gambar 4. Teknik bisecting pada premolar maksila: a. Jari telunjuk sebagai


pemegang film; b. Penggunaan film holder; c. Posisi film, gigi dan
sinar-x22

3. Kelebihan Teknik Periapikal Bisecting:22


a. Peletakan posisi film cukup nyaman untuk semua area rongga mulut.
b. Relatif sederhana dan cepat.
c. Jika penggunaan sudut penyinaran sesuai dengan ketentuan, hasil foto dari
gigi akan memiliki panjang yang sama dengan gigi aslinya dan biasanya adekuat.
4. Kekurangan Teknik Periapikal Bisecting:22
a. Kemungkinan distorsi pada gambar radiografi yang dihasilkan sangat besar.
b. Kesalahan sudut vertikal mengakibatkan pemanjangan atau pemendekan
gambar.
c. Tinggi tulang periodontal tidak dapat dilihat dan dinilai dengan baik.
d. Bayangan tulang zygomatic sering tampak menutupi regio akar gigi molar.
e. Sudut vertikal atau horizontal dapat berbeda-beda pada setiap pasien, dengan
demikian untuk menghasilkan gambaran yang baik, diperlukan operator yang terampil
dan berpengalaman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

f. Tidak bisa mendapatkan gambar pada kondisi dan posisi yang sama.
g. Dapat terjadi cone cutting bila titik pusat sinar-x tidak tepat di tengah film.
h. Sulit mendeteksi karies proksimal, pada gambar radiografi yang mengalami
distorsi.
i. Kesalahan sudut horizontal dapat menyebabkan gambaran radiografi
menjadi tumpang tindih pada mahkota dan akar gigi.
j. Gambar radiografi pada akar bukal gigi premolar dan molar maksila sering
mengalami pemendekan.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Mesiodistal Gigi

2.7.1 Etnis atau Suku


Etnis atau suku merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi lebar
mesiodistal gigi. Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai variasi ukuran
mesiodistal gigi terhadap beberapa etnis atau suku dan didapati hasilnya berbeda-beda.
Sehingga perbedaan etnis atau suku dinyatakan memiliki hubungan pada ukuran gigi
yang spesifik.5,23
Keene (1979), melaporkan bahwa ukuran gigi orang campuran Afrika-
Amerika sedikit lebih besar dibandingkan orang yang berkulit putih. Turner dan
Richardson (1989), menyatakan bahwa ukuran gigi populasi di Kenya jauh lebih besar
dibandingkan dengan mitra negaranya. Penelitian yang sehubungan lainnya,Bishara
(1989), membandingkan ukuran mesiodistal dan bukolingual mahkota pada tiga
kelompok populasi yaitu Egypt, Mexico, dan Amerika Serikat. Merekamendapatkan
hasil yang signifikan berbeda antara ukuran mesiodistal pada ketiga populasi. 23
Parciak, dkk (2017), melakukan penelitian mengenai perbandingan lebar gigi
anterior maksila dan dimensi wajah pada tiga ras yaitu Asia, Afrika-Amerika, dan
berkulit putih. Hasil yang mereka dapatkan untuk ukuran keenam gigi anterior maksila
memiliki perbedaan yang signifikan antara ketiga etnis. Ukuran yang paling besar
adalah milik etnis Afrika-Amerika, diikuti oleh etnis Asia, dan yang paling kecil adalah
etnis berkulit putih.23 Alam, dkk (2014), juga melakukan penelitian mengenai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

perbedaan ukuran gigi dan dimensi lengkung rahang yang memiliki torus palatinus
pada dua etnis yaitu Tionghoa Malaysia dan Malay Malaysia. Mereka mendapati
perbedaan yang signifikan pada ukuran mesiodistal gigi permanen maksila dan
mandibula (dari molar pertama ke molar pertama) pada kedua etnis, dimana ukuran
mesiodistal gigi etnis Tionghoa Malaysia lebih besar dibandingkan etnis Malay
Malaysia.24

2.7.2 Jenis Kelamin


Jenis kelamin juga memiliki pengaruh terhadap ukuran gigi. Sebagaimana hasil
penelitian dari Bugum, dkk (2014), yang mendapati bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara ukuran mesiodistal gigi antara laki-laki dan perempuan pada masing-
masing grup maloklusi.25 Penelitian Ayoub, dkk (2014), menjelaskan bahwa ukuran
mesiodistal gigi kaninus kanan dan kiri mandibula laki-laki lebih besar dibandingkan
dengan perempuan. 26
Di Indonesia, Priyambadha dan Artaria (2016), melaporkan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan antara ukuran gigi laki-laki dan perempuan pada gigi
insisivus dua,kaninus, premolar satu, premolar dua, molar satu, molar dua, molar tiga
maksila dan kaninus, molar satu, dan molar dua mandibula. Pebedaan ukuran ini
disebabkan oleh proses amelogenesis yang lebih panjang pada laki-laki, baik pada masa
gigi desidui maupun gigi permanen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran gigi
sangat bergantung pada jenis kelamin.27

2.7.3 Lingkungan
Faktor lingkungan juga turut berperan dalam penentuan ukuran gigi. Variasi
proses perkembangan seperti pembentukan gigi, memungkinkan dikarenakan oleh
adaptasi ke lingkungan yang berbeda. Brook dan John (1995) melakukan penelitian
tentang pengaruh lingkungan terhadap ukuran gigi pada populasi Romano-Britons dan
Moderen Britons. Hasil yang mereka dapati adalah ukuran gigi Romano-Brito lebih
kecil dibandingkan ukuran gigi moderen Brito. Adapun faktor lingkungan yang
dimaksud pada penelitian yang mereka lakukan adalah keadaan gizi yang buruk,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

konsumsi toksik seperti timah, dan adanya infeksi rekuren yang dialami oleh populaso
Romano-Britons.28

2.8 Demografi Suku Batak


Glinka (1990), berpendapat bahwa di Indonesia bagian utara dan barat
terbentuk Deutromelayid di bagian Tenggara dan Timur Protomelayid. Jacob (cit.
Glinka, 1992) menyebut Mongoloid bagi orang Indonesia di sebelah Utara Barat, dan
di bagian Tengggara dan Timur disebut Austro-Melanosoid. Glinka, (1990),
memecahkan ras Mongoloid atas ras Deutromelayid (atau Mongoloid menurut Jacob)
dan ras Dayakaid yang menduduki pedalaman Kalimantan serta sebagian Filipina. Ada
kesan Bahwa maloklusi, berdesakan gigi, lebih sering terjadi pada populasi Mongoloid
dari pada populasi Austro-melanosoid (Glinka, 1990).29
Negara Indonesia dengan jumlah penduduk 236.728.379 jiwa pada tahun 2010
yang sebagian besar terdiri dari ras Mongoloid.30 Ras Deutro Melayu dan ras Proto
Melayu merupakan bagian dari ras Mongoloid. Orang-orang Aceh, Minangkabau,
Sumatera Pesisir, Lampung, Jawa, Madura Bali, Bugis, Melayu termasuk ke dalam ras
Deutro Melayu. Sementara yang masuk dalam ras Proto Melayu adalah orang-orang
Batak, Gayo, Sasak, dan Toraja. Kedua ras tersebut memiliki perbedaan.
Suku Batak yang merupakan bagian dari ras Proto-Melayu adalah salah satu
suku di Indonesia yang secara umum ditemukan di provinsi Sumatera Utara, namun
sekarang ini penyebaran suku Batak hampir dijumpai di berbagai daerah di seluruh
wilayah Indonesia. Suku Batak mencakup suku Batak Angkola, Batak Karo, Batak
Mandailing, Batak Pakpah Dairi, Batak Simalungun, Batak Tapanuli, Batak Toba dan
Dairi. Tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia yang bersuku Batak mencapai
8.091.451 jiwa atau 3,58% dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. 30
Variasi wajah pada suku Batak tidak berbeda jauh dengan suku-suku lain yang
ada di Indonesia. Ciri khusus yang ditemukan terlihat pada posisi ketika wajah diamati
dari sisi lateral. Pada laki-laki suku Batak, menunjukkan ciri-ciri glabella tinggi, rongga
mulut yang lebih kecil dan dagu rata sedangkan pada perempuan suku Batak
menunjukkan ciri-ciri glabella tinggi, rongga mulut yang lebih lebar dan dagu rata. 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Buditalism (2004) menyatakan bahwa ada perbedaan antara bagian-bagian


fasial antara kelompok masyarakat Batak (mewakili Proto Melayu) dengan masyarakat
kelompok Jawa (mewakili Deutro Melayu). Buditalism menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan bermakna antara tinggi wajah total orang Batak dan Orang Jawa, dimana
tinggi wajah orang Batak lebih tinggi daripada wajah orang Jawa yang artinya ras Proto
Melayu memiliki indeks cephalic yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok
Deutro Melayu karena menurut Enlow (1982) bentuk kepala dolikosefalik membentuk
wajah yang sempit.29 Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menjadi penyebab adanya
variasi rerata besaran Leeway space pada setiap ras dan suku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

2.9 Kerangka Teori

Fase Gigi
Bercampur

Fase Transisi Pertama Fase Intertransisi Fase Transisi Kedua

Leeway Space

Faktor yang Mempengaruhi Analisis Ruang pada


ukuran Mesiodistal Gigi Masa Gigi Bercampur

Lingkungan
Analisis Model Radiografi
Jenis Kelamin

Etnis atau Suku


Moyers Huckaba

Deutro-Melayu Proto-Melayu Radiografi


Periapikal
Suku Suku Suku Suku
Toraja Sasak Gayo Batak
Teknik Teknik
Paralleling Bisecting

Perbandingan rerata besaran Leeway space maksila ditinjau


dari tabel Moyers dan ditinjau dari radiografi periapikal pada
suku Batak di kota Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

2.10 Kerangka Konsep

Suku Batak Usia 7-10 Tahun


di Kota Medan

Pencetakan untuk
Radiografi Periapikal
Mendapatkan Model

Memprediksi Leeway Memprediksi Leeway


space dengan Tabel space dengan Rumus
Moyers Huckaba

Rerata besaran Leeway


Space maksila antara
Model Cetakan (Metode
Moyers) dan Radiograf
(Metode Huckaba)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang ditujukan untuk
mencari rerata besaran Leeway space maksila pada suku Batak dan apakah ada perbedaan
antara rerata besaran Leeway space maksila jika ditinjau dari tabel Moyers dan ditinjau
dari radiografi periapikal pada suku Batak. Pada penelitian ini memakai tipe cross
sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di SDN 064979 dan SDN 060884. Pemilihan sekolah-
sekolah tersebut dikarenakan banyaknya pelajar bersuku Batak dan belum adanya data
tentang Leeway space di ketiga sekolah tersebut. Lokasi lainnya adalah instalasi
Radiologi Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Sumatera Utara (RSGM USU), Medan.
Alasan pemilihan instalasi Radiologi RSGM USU karena terdapat alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk penelitian, radiografer di lokasi tersebut juga memiliki pengalaman
yang baik di bidangnya, dan terdapat dosen pembimbing yang dapat mengarahkan untuk
hasil penelitian yang maksimal, serta belum adanya data mengenai Leeway space di
instalasi Radiologi RSGM USU.

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai Mei 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian


Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu. Populasi
pada penelitian ini adalah masyarakat suku Batak (dua keturunan di atasnya baik dari
pihak ayah maupun ibu adalah suku Batak asli) dari umur 7-10 tahun yang bertempat
tinggal di kota Medan

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat suku Batak usia 7-10 tahun yang
bertempat tinggal di kota Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemelihan
sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.

3.3.2.1 Besar Sampel


Besar sampel pada penelitian ini dapat diestimasi menggunakan rumus berikut:

𝜎 (𝑍 + 𝑍 )
𝑁=
(𝜇 − 𝜇 )
Keterangan:
N : Besar sampel minimum
Zα : Deviat baku alfa 5% = 1.96
Zβ : Deviat baku beta 10% = 1.282
σ : Simpangan baku gabungan (Tarvade et al, 2015)
μ0-μa : Perkiraan selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
Sehingga,
0,2 (1,96 + 1,282)
𝑁= = 42 sampel
(1,04 − 0,94)

Jumlah minimal sampel adalah 42 orang. Kemungkinan error sebesar 10% maka
peneliti menggunakan sampel sebanyak 43 + 10% (42) = 46 orang sampel yang terdiri
dari 28 murid laki-laki dan 18 murid perempuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.3.3.1 Kriteria Inklusi


Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Pasien belum pernah mendapatakan perawatan ortodonsia.
2. Memiliki empat gigi insisivus permanen mandibular yang sudah erupsi
sempurna.
3. Memiliki benih gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua masing-masing
pada maksila berdasarkan gambaran radiograf.
4. Gigi kaninus, molar satu, dan molar dua desidui bebas karies pada bagian
proksimal.
5. Pasien belum pernah mendapatkan perawatan dental pada gigi kaninus, molar
satu, dan molar dua desidui.

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi


Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1. Gigi malposisi.
2. Memeiliki kelainan pada rongga mulut, seperti cleft palate, kista, tumor, dan
lain-lain.
3. Memiliki riwayat trauma pada wajah.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian


Variable-variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas: Masyarakat suku Batak usia 7-10 tahun di kota Medan.
b. Variabel terikat: Rerata besaran Leeway space maksila berdasarkan metode
Moyers dan metode Huckaba dengan menggunakan radiografi periapikal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

3.4.2 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara Hasil Skala
No
Penelitian Operasional Pengukuran Pengukuran Ukur
1. Leeway Perbedaan total Pemeriksaan Satuan Numerik
space lebar mesiodistal terhadap pengukuran
maksila antara gigi model gigi (mm)
kaninus, molar dan rontgen
satu dan dua foto
desidui dengan periapikal
gigi kaninus,
premolar satu dan
dua permanen
pada maksila
2. Metode Metode yang Berdasarkan Satuan Numerik
Moyers digunakan untuk tabel pengukuran
memprediksi probabilitas (mm)
lebar gigi kaninus, Moyers
premolar satu dan
dua dengan
menggunakan
lebar keempat gigi
insisivus
permanen
mandibula
berdasarkan tabel
Moyers (derajat
kepercayaan 75%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

3. Metode Metode yang Memakai Satuan Numerik


Huckaba digunakan untuk rumus pengukuran
memprediksi perbandingan (mm)
lebar gigi kaninus, rontgen foto
premolar satu dan dan model
dua dengan (Y)(X ′ )
𝑋=
membandingkan Y′
hasil radiograf
dan model gigi
4. Radiografi Salah satu jenis Rontgen foto Kategorik
periapikal radiografi
intraoral yang
menunjukkan 2-3
gigi beserta
jaringan
sekitarnya dalam
satu film
5. Suku Suku yang secara Kuesioner Kategorik
Batak umum ditemukan
di Sumatera Utara
(dua keturunan di
atasnya baik dari
pihak Ayah
maupun Ibu
adalah suku Batak
asli)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian


1. Viewer box
2. Sarung tangan
3. Masker
4. Diagnostic tools (kaca mulut, sonde, pinset, dan ekskavator)
5. Kawat 0,033 inchi
6. Digital kaliper
7. Kalkulator
8. Alat tulis
9. Rubber bowl
10..Spatula
11. Sendok cetak maksila

3.5.2 Bahan Penelitian


1. Foto periapikal
2. Alginet
3. Dental stone

Gambar 5. Alat dan bahan penelitian (dokumentasi pribadi)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data


1. Peneliti mengurus surat izin dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, surat persetujuan penelitian dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan.
2. Setelah surat izin diperoleh, peneliti akan memilih sampel murid Sekolah
Dasar yang bersuku Batak yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
3. Sampel bersuku batak yang telah didapat dari kuesioner, dilakukan
pemeriksaan klinis berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi lalu dilakukan pencetakan pada
rahang atas dengan bahan cetak alginate yang kemudian diisi dengan dental stone dan
dilakukan pengukuran langsung pada keempat gigi insisivus mandibula yang dilakukan
pada masing-masing Sekolah Dasar.
4. Setelah itu, sampel dibawa ke instalasi Radiologi RSGM USU untuk dilakukan
pengambilan radiograf pada maksila.
5. Kaliper digunakan untuk mengukur lebar mesiodistal gigi c, m1, dan m2 pada
model serta gigi c, m1, m2, C, P1, dan P2 pada gambaran radiograf dengan cara meletakkan
ujung tip kaliper sejajar aksis panjang gigi (Gambar 6).
6. Prediksi required space pada model dengan menggunakan tabel probabilitas
Moyers dengan derajat kepercayaan 75%.
7. Prediksi required space pada gambaran radiograf dengan menggunakan rumus
Huckaba:
X Y (Y)(X ′ )
= => 𝑋 =
X′ Y′ Y′

8. Ukur available space dengan cara menggunakan kawat 0,033 inchi yang
diletakkan mulai dari distal gigi insisivus dua hingga ke mesial molar satu permanen
(Gambar 6).
9. Ruang yang tersedia dikurangkan dengan ruang yang diprediksi baik
berdasarkan hasil analisis dengan table probabilitas Moyers maupun dengan rumus Huckaba
untuk mendapatkan Leeway space .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

10. Semua pengukuran dibuat dalam satuan millimeter (mm).


11. Dalam satu hari, pengukuran hanya dilakukan pada 10 model dan gambaran
radiograf untuk menghindari kelelahan mata peneliti sewaktu pembacaan skala yang
terdapat pada kaliper sehingga data yang diperoleh lebih akurat.
12. Hasil pengukuran yang diperoleh dicatat kemudian data diolah dan dianalisis.

A B

C D

Gambar 6. (A) Pengukuran required space pada model (B) Pengukuran required space
pada gambaran radiograf (C) pengukuran available space dengan
menggunakan kawat (D) mengukur kawat available space dengan kaliper
digital (dokumentasi pribadi)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

3.6.2 Alur Penelitian

Mendata murid bersuku Batak di sekolah-sekolah

Wawancara dan kuesioner kepada orangtua/wali murid

Meminta persetujuan orang tua/informed consent

Pemeriksaan Intraoral

Positif (memenuhi kriteria inklusi Negatif (tidak memenuhi kriteria


dan eksklusi) inklusi dan eksklusi)

Dilakukan pencetakan Dilakukan radiografi Tidak dilakukan


gigi geligi pada periapikal dengan teknik pemeriksaan
maksila bisecting dengan angulasi
standar

Dilakukan pengukuran
mesiodistal pada gigi Dilakukan pengukuran
insisivus permanen mesiodistal pada gigi
mandibula kaninus, molar satu dan
molar dua desidui dan
gigi kaninus, premolar
Dilakukan analisis satu, dan premolar dua
ruang/Leeway space permanen
dengan tabel Moyers

Dilakukan analisis
Membandingkan hasil ruang/Leeway space
dari pengukuran kedua dengan metode
metode Huckaba

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan dengan program komputer dan selanjutnya data
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

3.7.2 Analisis Data


Untuk melihat analisis dari perbandingan rerata besaran Leeway space maksila
ditinjau dari tabel Moyers dan radiografi periapikal, dianalisis dengan uji T tidak
berpasangan karena data terdistribusi normal.

3.8 Etika Penelitian


Etika penelitian dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Peneliti meminta izin dan menjelaskan tujuan dari penelitian kepada
masyarakat suku Batak yang berada di Kota Medan yang termasuk dalam kriteria
inklusi dan eksklusi untuk meminta agar berpartisipasi dalam penelitian. Bagi
responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani persetujuan penelitian.
2. Ethical Clearance
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Sumatera
Utara (Health Research Ethical Committee of North Sumatera) dengan nomor surat
43/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada 46 orang murid Sekolah Dasar yang bersuku Batak
di Kota Medan yang terdiri dari 28 orang murid laki-laki dan 18 orang murid
perempuan. Masing-masing sampel dilakukan pengukuran Leeway space pada maksila
dengan menggunakan tabel Moyers dan radiografi periapikal dengan metode Huckaba.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap sampel, diperoleh hasil pengukuran
rerata besaran Leeway space maksila murid Sekolah Dasar suku Batak di kota Medan
berdasarkan tabel Moyers sebesar 2,97 mm dengan simpangan baku 1,28 mm dan
berdasarkan radiografi periapikal 1,47 mm dengan simpangan baku 0,80 mm. Hasil
analisis dengan uji T tidak berpasangan dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan
nilai signifikansi p<0,05 yang berarti bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara
rerata besaran leeway space maksila yang ditinjau berdasarkan tabel Moyers dan
radiografi periapikal dengan metode Huckaba (Tabel 2).

Tabel 2. Rerata besaran Leeway space maksila murid Sekolah Dasar suku Batak di kota
Medan berdasarkan Tabel Moyers dan radiografi periapikal dengan metode
Huckaba
Pengukuran Rata-rata Simpangan Uji T Tidak
Leeway space (mm) baku (mm) Berpasangan

Tabel Moyers 2,97 1.28

Radiografi 0,00
Periapikal dengan 1,47 0,80
Metode Huckaba

Apabila pengukuran dibedakan berdasarkan jenis kelamin, maka dapat dilihat


rerata besaran Leeway space maksila pasien suku Batak laki-laki dan perempuan
berdasarkan radiografi periapikal dengan metode Huckaba diperoleh hasil rerata
besaran Leeway space pada maksila untuk murid laki-laki adalah 1,53 mm dengan
simpangan baku 0,81 mm dan untuk perempuan adalah 1,37 mm dengan simpangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

baku 0,79 mm. Hasil analisis dengan uji T tidak berpasangan dengan derajat
kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p>0,05 yang disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antara rerata besaran Leeway space maksila murid laki-
laki dan perempuan pada maksila jika ditinjau berdasarkan radiografi periapikal
dengan metode Huckaba (Tabel 3).

Tabel 3.Rerata besaran Leeway space maksila ditinjau dari radiografi periapikal dengan
metode Huckaba pada suku Batak berdasarkan jenis kelamin
Pengukuran Simpangan baku
Rata-rata (mm)
Leeway space (mm)
Maksila Uji T Tidak
Laki- Perempuan Laki- Perempuan
Berdasarkan Berpsangan
laki (n=22) laki (n=22)
Jenis Kelamin (n=30) (n=30)
Radiografi
Periapikal
1,53 1,37 0,81 0,79 0,509
dengan Metode
Huckaba

Besarnya nilai Leeway space ditentukan lebar mesiodistal gigi kaninus, molar
satu dan molar dua desidui beserta benih yang menggantikannya. Berdasarkan
gambaran radiograf, didapati hasil pengukuran mesiodistal gigi yang tidak jauh
berbeda antara murid laki-laki dan perempuan pada suku Batak (Gambar 5).

A B
7,28

8,00

Gambar 5. Perbedaan ukuran mesiodital gigi desidui dan benih permanen suku
Batak antara murid (a) laki-laki dan (b) perempuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

BAB 5
PEMBAHASAN

Leeway space adalah perbedaan total lebar mesiodistal antara gigi kaninus,
molar satu dan molar dua desidui dengan gigi kaninus, premolar satu dan premolar dua
permanen.4,5,7,8 Mengetahui Leeway space pada masa gigi bercampur merupakan hal
penting untuk mengantisipasi terjadinya maloklusi. Besarnya Leeway space setiap
individu tidak sama, hal ini disebabkan oleh perbedaan antara ukuran mesiodistal setiap
individu baik pada gigi desidui maupun gigi permanen. Perbedaan tersebut disebabkan
oleh ras, genetik, dan jenis kelamin.5,7,11,15 Besarnya Leeway space yang diperoleh
juga bergantung pada jenis metode analisis ruang yang digunakan. Setiap metode
memiliki akurasi, tingkat kepercayaan, dan reproduktibilitas yang berbeda-beda.16
Penelitian ini dilakukan pada 46 murid Sekolah Dasar bersuku Batak di kota
Medan dan terdiri dari 28 murid laki-laki dan 18 murid perempuan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan nilai rerata besaran Leeway space
maksila murid Sekolah Dasar yang bersuku Batak di kota Medan ditinjau dari tabel
Moyers dan radiografi periapikal dan untuk melihat perbedaan nilai rerata besaran
Leeway space maksila antara murid laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini
diharapkan menjadi acuan bagi dokter gigi dalam menentukan metode analisis terbaik
yang dapat digunakan dalam memprediksi Leeway space dan menentukan rerata
besaran Leeway space maksila pada suku Batak serta menyusun rencana perawatan
ortodonsia pada pasien bersuku Batak di kota Medan.
Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran Leeway space maksila pada suku Batak
dengan menggunakan dua metode yang berbeda. Data dianalisis dengan uji T tidak
berpasangan dikarenakan data terdistribusi normal (p>0,05). Maka didapatkan hasil
bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara rerata besaran Leeway space maksila
berdasarkan analisis model dengan menggunakan tabel Moyers dan metode analisis
radiografi dengan menggunakan radiografi periapikal (p<0,05).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan metode
analisis ruang dengan tabel Moyers dan radiografi periapikal. Metode Moyers
merupakan salah satu metode yang popular dan sering digunakan dokter gigi dalam
menganalisis ruang pada masa gigi bercampur.31,32 Metode ini dapat digunakan oleh
para praktisi baik pemula maupun para ahli karena tidak memerlukan alat canggih, dan
penggunaannya pun tidak memerlukan waktu yang banyak.5,6 Namun, metode ini
dikembangkan pada populasi Kaukasoid, sehingga penggunaan metode ini pada
populasi lain telah diteliti dan diragukan karena adanya perbedaan lebar mesiodistal
gigi pada setiap populasi.6,31,32 Beberapa peneliti diantaranya menunjukkan bahwa
metode ini tidak akurat terhadap beberapa populasi. Penelitian yang menggunakan dua
jenis analisis ruang pada masa gigi bercampur (metode Moyers dan Tanaka-Johnston)
dengan menggunakan model gigi yang dilakukan oleh Memon dan Fida (2010),
menyatakan bahwa tidak terdapat hasil yang signifikan dari hasil prediksi ukuran
mesiodistal gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua yang belum erupsi dengan
menggunakan kedua metode tersebut.31 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Sholapurmath et al. (2012) menyimpulkan bahwa metode analisis ruang dengan
menggunakan metode analisis ruang pada masa gigi bercampur (metode Moyers dan
Tanaka-Johnston) tidak aplikatif terhadap komunitas Jangam di kota Belgaum. 33 Hal
serupa juga dinyatakan oleh Ramesh et al. (2014) dimana mereka menyatakan bahwa
metode Moyers maupun Tanaka-Johnston tidak akurat terhadap populasi Kadova. 34
Metode radiografi juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode radiografi
tidak selalu efektif dalam memprediksi ukuran gigi yang belum erupsi karena hasil
gambar radiografi terjadi dalam bentuk dua dimensi. Selain itu, adanya kemungkinan
distorsi, elongasi, maupun kesalahan teknik dalam pengambilan gambar yang akan
sangat mempengaruhi keakuratan dalam pengukuran.35,36,37 Pada penelitian ini, untuk
mengontrol kekurangan tersebut, pengambilan radiografi periapikal pada setiap sampel
dilakukan oleh satu radiorafer yang sama. Di sisi lain, metode radiografi memiliki
keunggulan, yaitu dapat menunjukkan secara langsung benih gigi permanen sehingga
memungkinkan praktisi untuk melakukan pengukuran secara langsung terhadap gigi
permanen. Awalnya metode radiografi memiliki berbagai kekurangan, namun Huckaba

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

melakukan penyempurnaan pada metode anlisis ruang dengan radiografi dengan cara
membandingan tingkat pembesaran gigi desidui pada film dan gigi secara klinis sama
dengan perbandingan tingkat pembesaran gigi permanen pada film dan gigi permanen
yang akan menggantikan gigi desidui. Sehingga kemungkinan elongasi dan
pemendekan gambar radiografi dapat dihindari.5,7,38 Kahol, et al. (2017), melakukan
penelitian mengenai Leeway space pada masa gigi bercampur pada anak-anak dengan
usia 8-11 tahun pada daerah Mandi di India dengan metode radiografi dan non
radiografi. Banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang yang terdiri dari
52 anak perempuan dan 48 anak laki-laki. Mereka mendapatkan hasil yang berbeda
dari kedua metode tersebut dan menyimpulkan bahwa metode radiografi dan non
radiografi memiliki perbedaan yang signifikan.16 Hal ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dimana terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara nilai
rerata besaran Leeway space maksila ditinjau dari tabel Moyers dan radiografi
periapikal. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan akurasi, tingkat
kepercayaan, dan reproduktibilitas pada masing-masing metode analisis ruang.
Tabel 3 menunjukkan hasil pengukuran Leeway space maksila berdasarkan
jenis kelamin pada suku Batak dimana data dianalisis secara statistik dengan
menggunakan uji T tidak berpasangan dikarenakan data terdistribusi normal (p>0,05),
maka didapat hasil bahwa tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara rerata
besaran Leeway space maksila laki-laki dan perempuan yang dimana rarata besaran
Leeway space maksila laki-laki sebesar 1,53 mm dan perempuan sebesar 1,37 mm jika
ditinjau dari radiografi periapikal, yang dimana Leeway space maksila laki-laki lebih
besar dibandingkan perempuan. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
tidak sesuai dengan hasil penelitian oleh Hille (2010), yang menyatakan bahwa rerata
besaran Leeway space maksila laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang
signifikan, dimana Leeway space maksila perempuan lebih besar dibandingkan laki-
laki pada populasi di Zurich.12 Penelitian lainnya menunjukkan hasil Leeway space
oleh Tarvede et al. (2015), mereka menyatakan Leeway space laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan signifikan dimana Leeway space laki-laki lebih besar
dibandingkan perempuan.8 Penelitian-penelitian tersebut memiliki jumlah sampel yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

cukup besar yaitu lebih dari 100 sampel dengan perbandingan antara laki-laki dan
perempuan yang seimbang. Penelitian yang dilakukan oleh Hille menggunakan digital
sliding caliper sementara peneliti menggunakan kaliper digital, hal ini memungkinkan
adanya perbedaan hasil pengukuran Leeway space berdasarkan jenis kelamin oleh
peneliti dan Hille. Penelitian yang dilakukan oleh Tarvede menggunakan radiografi
panoramik sementara peneliti menggunakan radiografi periapikal, perbedaan-
perbedaan tersebut memungkinkan terjadinya perbedaan hasil dari penelitian antara
yang dilakukan oleh peneliti dan Tarvede.
Besarnya Leeway space dipengaruhi oleh lebar mesiodistal gigi. Beberapa
peneliti menyatakan bahwa lebar mesiodistal gigi laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Anuthama, et al. (2011),
menyatakan bahwa terdapat perbedaan lebar mesiodistal gigi laki-laki dan perempuan
dimana ukuran mesiodistal gigi laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. 32
Hasil yang sama didapati oleh Vadavadagi, et al. (2015), dimana lebar mesiodital gigi
laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan. 39 Perbedaan lebar mesiodistal
gigi laki-laki dan perempuan tersebut terjadi karena adanya kromosom Y pada laki-
laki. Kromosom Y dapat merangsang pertumbuhan mahkota gigi terhadap dentin dan
email, sedangkan kromosom X hanya bertumpu pada pembentukan email saja. 40,41
Selain lebar mesiodistal gigi, hal lain yang mempengaruhi Leeway space adalah
panjang lengkung rahang. Panjang lengkung rahang dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Hal tersebut dibuktikan oleh Prasad, et al. (2013) yang dalam penelitiannya
menyatakan bahwa lengkung rahang antara laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan yang signifikan dimana lengkung rahang laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan pada populasi di India.42 Keberadaan kromosom Y pada laki-laki
merupakan salah satu hal yang menyebabkan ada perbedaan panjang lengkung rahang
laki-laki lebih besar dibanding perempuan.41 Hal ini dimungkinkan menjadikan adanya
perbedaan rerata besaran Leeway space laki-laki dan perempuan pada satu populasi
yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Penelitian mengenai perbandingan antara Leeway space lainnya juga


menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis kelamin
yang di antaranya oleh Batero, et al. (2015), yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara rerata besaran Leeway space antara laki-laki dan
perempuan.11 Di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf dan
Ulfa (2009), menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata
besaran Leeway space antara laki-laki dan perempuan.35 Hal tersebut mendukung
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimana tidak ada perbedaan signifikan antara
rerata besaran Leeway space maksila antara laki-laki dan perempuan. Metode
penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki beberapa persamaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Batero beserta Yusuf dan Ulfa dimana besar sampel
yang berkisar dari 40-50 anak serta rentang usia sampel peneliti berada dalam rentang
usia sampel peneltian Yusuf dan Ulfa (2009) yaitu antara 6-11 tahun. Pengukuran yang
dilakukan pada kedua penelitian juga dilakukan dengan menggunakan kaliper
digital. Hal tersebut dimungkinkan menyebabkan hasil penelitian antara peneliti
dengan Batero beserta Yusuf dan Ulfa tidak jauh berbeda.
Penelitian mengenai rerata besaran Leeway space dengan menggunakan metode
radiografi juga pernah dilakukan di Indonesia oleh Gusti, dkk. (2016), pada suku
Banjar.13 Berdasarkan penelitian yang mereka lakukan didapati rerata besaran Leeway
space maksila sebesar 0,37 mm. Hasil pengukuran yang dilakukan oleh Gusti, dkk.
(2016), memiliki selesih sekitar 1 mm dengan hasil pengukuran yang dilakukan oleh
peneliti. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan suku pada
masing-masing sampel peneliti dimana Gusti, dkk. (2016), melakukan pengukuran
Leeway space terhadap suku Banjar yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan. Suku
Banjar terbentuk dari suku bangsa Maayan, Lawangan, dan Bukit yang mengalami
proses pembudayaan dan percampuran darah dengan suku bangsa Melayu, Jawa dan
Bugis (bagian dari ras Deutro-Melayu). Sementara peneliti melakukan penelitian pada
suku Batak yang merupakan bagian dari ras Proto-Melayu. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa ras Proto-Melayu memiliki lengkung rahang yang lebih panjang di
bandingkan dengan ras Deutro-Melayu. Salah satu dari penelitian tersebut adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

penelitian Mundiyah (1982), mereka menyatakan bahwa ada perbedaan yang


signifikan antara lengkung rahang ras Proto-Melayu dan ras Deutro-Melayu dimana
lengkung rahang ras Proto-Melayu lebih panjang dibandingkan ras Deutro-Melayu. 43
Semakin besar lengkung rahang maka semakin besar pula Leeway space yang tersedia.
Hal tersebut memungkinkan Leeway space suku Batak lebih besar dibandingkan suku
Banjar. Maka hal tersebut mendukung hasil penelitian peneliti dimana rerata besaran
Leeway space maksila suku Batak lebih besar dibandingkan dengan suku Banjar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Rerata besaran Leeway space maksila pada suku Batak ditinjau dari
radiografi periapikal adalah 1,47 mm dan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)
antara rerata besaran Leeway space maksila pada murid Sekolah Dasar suku Batak
ditinjau dari tabel Moyers dan radiografi periapikal.

6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada regio mandibula dengan
menggunakan jumlah sampel yang lebih besar.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap berbagai ras dan suku di
Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

DAFTAR PUSTAKA

1. Ambika D, Narender S, Rishabh K, Rajan R. History of x-rays in dentistry. An


Dental Research 2012; 2(1): 21-5.
2. Farman AG, Kolsom SA, ADAA Council on Education. Intraoral radiographic
techniques.2014.
3. Tikhe SV, Naik AM, Bhide SD, Saravanan T, Kaliyamurthie KP. Classification of
digital intra oral periapical radiographs by selecting a feature vector using hybrid
method for selecting of features. IJST 2016; 9(33): 1-4.
4. Lane R. Dental secrets. 4 th ed. St. Louis: Elsevier, 2015: 71-247.
5. Green-Thompson NF. Measuring and predicting leeway space in the mixed
dentition on panoramic xrays using computer imaging analysis. Thesis.
Johanesburg: University of the Witwatersrand, 2007: 1-35.
6. Cirulli N. Mixed dentition space analysis of a southern italian population: new
regression equations for unerupted teeth. J biol regul homeost agents 2015; 29(2):
515-20.
7. Hucal IMB. Prediction of the size of unerupted canine and premolars in a northern
manitoban aboriginal population. Thesis. Winnipeg: University of Manitoba,
2000: 2-63.
8. Tarvade SM, Agrawal GR, Daokar S. Mean leeway space in indian population.
IJBAMR 2015; 4(3): 518-22.
9. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics. 5 th ed. St.
Luois: Mosby year book, 2007: 66-91.
10. Tyler RA, Terry MT, Edward FH. Evidence favoring a secular reduction in
mandibular leeway space. Angel Orthodontist J 2017; 87(4): 576-81.
11. Botero P, Ariza SG, Maneses D, Zapata E, Alvarez G. Appraisal of the difference
between the mesiodistal diameters of deciduous incisors and molars and
permanent teeth. European J Pediatrics Dent 2015; 16(1): 39-44.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

12. Hille HM. The mean leeway space in a population of orthodontic patients in
Zurich. Zurich: Universitas Zurich; 2010.
13. Gusti ML, Fajar KD, Irnamanda DH. Perbandingan rerata besaran leeway space
suku banjar dengan rerata leeway space menurut proffit. Odonto Dent J 2016; 3(1):
20-6.
14. Elfiah U, Putri IL, Hutagalung MR, Perdanakusuma DS, Kosbandriati T. Variasi
antropometri wajah indonesia dan sefalometri sebagai data dasar pada rekonstruksi
trauma maksilofasial. Journal of Emergency 2011; 1(1): 6-12.
15. Manja CD, Xiang LY. Analisis ukuran sinus maksilaris menggunakan radiografi
panoramik pada mahasiswa suku batak usia 20-30 tahun di fkg usu. Dentika Dent
J 2014; 18(2): 101-4.
16. Kahol H, Thakur VBS, Gupta K, Mishra P. Comparison and correlation of
radiographic and non radiographic methods of mixed dentition space analysis with
the formulation of linear regression equation in children of Mandi district,
Himachal Pradesh. IOSR-JDMS 2017; 16(1): 68-73.
17. Altherr ER, Koroluk LD, Phillips C. Influence of sex and ethnic tooth-size
differences on mixed-dentition space analysis. Am J Orthod and Dentofacial
Orthop 2007; 132: 332-9.
18. Boel T. Dental radiografi prinsip dan teknik. Edisi Revisi. Medan: USU press,
2015: 17-33.
19. Iannucci JM, Howerton LJ. Dental radiography principles and techniques. 4 th ed.
St. Louis: Elsevier, 2012: 68-209.
20. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology principles and interpretation. 7 th ed. St.
Louis: Elsevier, 2014: 91-128.
21. Ajins Ta, Anitha CS, Anupama S, Thomas A, Jacob M. Imaging modalities for
general dental practice-bird’s eye view. J of Academy of Dent Ed 2016; 2: 1-2.
22. Whaites Eric. Essensial of dental radiography and radiology. 3rd ed. London:
Churchill Livingstone, 2003.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

23. Parciak EC, Dahiya AT, AlRumaih HS, Kattadiyil MT, Baba NZ, Goodacre CJ.
Comparison of maxillary anterior tooth width and facial dimensions of 3
ethnicities. JPD 2017:1-7.
24. Alam, MK, Noor MIM, Tajuddin MF, Basri R, Purmal K, Rahman SA.
Comparison of variation in tooth size and arch dimention in malaysian malay and
malaysian chinese subject with torus palatinus. Inter Med J 2014; 21 (2):184-7.
25. Begum M, Goje SK, Karra A, Mohan S. Tooth size and arch parameter
discrepancies among different malocclusions in young permanent dentition of 13-
15-yeras-old school children of Nalgonda District-South Indian population. J
Ortho Res 2014; 2(1): 4-10.
26. Ayoub F, Shamseddine L, Rifai M, Cassia A, Diab R, Zaarour I, et al. Mandibular
canine dimorphism in establising sex identity in the Lebanese population. Int J
Dent 2014: 1-4.
27. Priyambadha F, Artaria MD. Variation of dental crown between Javanese male
dan female. JIDMR 2016; 9(3): 178-83.
28. Brook AH, Jernvall J, Smith RN, Hughes TE, Townsend GC. The dentition: the
outcomes of morphogenesis leading variations of tooth number, size and shape.
ADA J 2014; 59(1):1-12.
29. Djoeana KH, Nasution HF, Trenggono SB. Antropologi untuk mahasiswa
kedokteran gigi. Jakarta: Penerbit Univeritas Trisakti, 2005.42-6.
30. Na’im A, Syaputra H. Kewarganegaraan, suku bangsa, agama, dan bahasa sehari-
hari penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statustik, 2010: 8-9.
31. Memon S, FIda M. Comparison of Three Mixed Dentition Analysis Methods in
Orthodontic Patients at AKUH. JCPSP 2010; 20(8): 533-6.
32. Anuthama K, Shankar S, Ilayaraja V, Kumar GS, Rajmohan M, Vignesh.
Determining dental sex dismorpism in South Indians using discriminant function
analysis. J Forensic Sci 2011; 212: 88.
33. Sholapurmat SM, Beni DB, Mandroli P. Applicability of Two Mixed Dentition
Analysis in Children of Jangam Community of Belgaum City. World J Dent 2012;
3(4). 324-8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

34. Ramesh N, Reddy MSR, Palukunnu B, Shetty B, Puthalath U. Mixed Dentition


Space Analysis in Kodava Population: A Comparison of Two Methods. J Clin
Diag Res 2014; 8(9): 1-6.
35. Yusuf M, Ulfa M. Prediksi Leeway space dengan menggunakan tabel moyers pada
pasien klinik departemen ortodonsia FKG USU. Dentika Dent J 2009; 14(2): 129-
33.
36. Nafisah R, Sjafei A, Goenharto S. Besar Leeway space pada pasien ortodonti di
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
Orthodontic Dent J 2010; 1(2): 6-10.
37. Noble J. How do you predict the eventual amount of spacing or crowding that will
occur in a child in the mixed dentition stage. JCDA 2009; 74(10): 893-4.
38. Cruz BS, Rothier EKC, Viela BS, Vilella OV, Nascimento RR. Evaluation of two
methods for mixed dentition analysis using the method error. Braz J Oral Sci 2014:
13(3): 163-7.
39. Vadavadagi SV, Hombesh MN, Choudhury GK, Deshpande S, Anusha CV,
Murthy DK. Variation in size and form between left and right maxillary central
incisor teeth. J Int Oral Health 2015; 7(2): 33-6.
40. Rieuwpassa IE, Hamrun N, Riskavianti F. Ukuran mesiodistal dan servikoinsisal
gigi insisivus sentralis suku bugis, Makassar, dan toraja tidak menunjukkan
perbedaan yang bermakna. J Dentofasial 2014; 12(1): 1-4.
41. Alvesalo L. Human sex chromosomes in oral and craniofacial growth. Arch Oral
Bio 2008; 54(1): 18-24.
42. Prasad M, Kannampallil ST, Talapaneni AK, George SA, Shetty SK. Evaluation
of arch width variations among different skeletal patterns in south indian
population. JNSBM 2013; 4(1): 94.
43. Mundiyah. Masalah gigi berjejal, suatu studi perbandingan morfologi, ukuran gigi,
dan ukuran lengkung pada suku batak dan suku melayu di sumatera utara.
Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjajaran 1982.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth.
Bapak/Ibu orang tua murid
Di Tempat

Selamat pagi Bapak/Ibu,


Perkenalkan, nama saya Erlinda Agrianthy. Saya adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan
pendidikan akademik kedokteran gigi. Adapun penelitian saya berjudul
“Perbandingan Rerata Besaran Leeway Space Maksila Ditinjau dari Tabel
Moyers dan Radiografi Periapikal pada Suku Batak di Kota Medan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata ukuran gigi (Leeway
space) pada suku Batak di Medan. Manfaat dari penelitian ini adalah agar orang tua
dapat mengetahui kemungkinan kelainan susunan gigi (gigi jarang atau berlapis) pada
masa gigi permanen anak nantinya serta untuk memudahkan dokter gigi dalam
melakukan perawatan gigi anak Indonesia.
Dalam penelitian tersebut, saya akan melakukan pemeriksaan rongga mulut
secara langsung dan akan dilakukan pencetakan gigi rahang atas dengan menggunakan
alat sendok cetak dan bahan cetak. Setelah melakukan persiapan untuk mencetak gigi
anak Bapak/Ibu, bahan cetak akan dimasukkan ke dalam mulut anak Bapak/Ibu selama
1 menit dan dikeluarkan kembali. Setelah itu, anak Bapak/Ibu akan saya bawa ke FKG
USU untuk dilakukan pengambilan foto ronsen. Sebelum pengambilan foto ronsen
dilakukan, sebagai persiapan anak Bapak/Ibu diberikan apron sebagai proteksi.
Kemudian anak Bapak/Ibu akan didudukkan di atas kursi dan dimasukkan film dengan
ukuran yang paling kecil sehingga nyaman bagi anak Bapak/Ibu. Setelah semua
persiapan dilakukan, maka akan dilakukan penyinaran selama 5 detik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada penelitian ini, anak Bapak/Ibu tidak dikenakan biaya atau gratis dan tidak
terdapat risiko pada subjek yang akan diteliti. Sebagai ucapan terima kasih kepada anak
Bapak/Ibu yang berpartisipasi, saya akan memberikan anak Bapak/Ibu sikat gigi
beserta susu kotak. Dengan diberikannya sikat gigi diharapkan anak Bapak/Ibu dapat
menerapkan sikat gigi minimal 2 kali sehari yaitu pada pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur agar gigi tetap kuat dan sehat.
Sebagai informasi, di dalam prosedur pencetakan rahang atas mungkin anak
Bapak/Ibu akan merasakan tidak nyaman, tetapi saya akan berupaya agar hal tersebut
tidak terjadi, yaitu dengan cara menggunakan bahan cetak yang disenangi anak-anak
(aroma buah-buahan) dan melakukan teknik pencetakan yang benar dan nyaman bagi
adik-adik. Dalam pembuatan ronsen foto, dosis yang digunakan sangat kecil yaitu
sebesar 0,001-0,008 mSv sehingga tidak akan membahayakan adik-adik.
Untuk melakukan penelitian ini saya membutuhkan partisipasi anak Bapak/Ibu
untuk bersedia ikut dalam penelitian yang dilakukan secara sukarela. Apabila selama
penelitian ini berlangsung terjadi keluhan pada anak Bapak/Ibu, maka Bapak/Ibu dapat
menghubungi saya.
Demikian penjelasan dari saya. Jika anak Bapak/Ibu bersedia jadi subjek
penelitian, lembar persetujuan terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan
kepada saya. Apabila ada suatu hal yang tidak sesuai, kepada Bapak/Ibu dipersilahkan
untuk mengundurkan diri selama penelitian ini berjalan. Atas bantuan, partisipasi, dan
kesediaan waktu Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Peneliti : Erlinda Agrianthy
Alamat : Jl. Dr. Mansur Gg. Berdikari No. 5c, Medan
Telpon : 085260814805
Medan, 2018
Peneliti,

(Erlinda Agrianthy)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Anak :
Usia Anak :
Alamat :
Telp/Hp :
Setelah mendapat penjelasan, dengan kesadaran dan tanpa paksaan mengenai
penelitian dan faham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada
penelitian yang berjudul :
“PERBANDINGAN RERATA BESARAN LEEWAY SPACE MAKSILA
DITINJAU DARI TABEL MOYERS DAN RADIOGRAFI
PERIAPIKAL PADA SUKU BATAK
DI KOTA MEDAN”
Maka dengan surat ini menyatakan setuju memberi izin bahwa anak Bapak/Ibu
menjadi subjek penelitian secara sadar dan tanpa paksaan.

Medan,.....................2018
Saksi, Yang Menyetujui,
Orangtua/Wali Subjek Penelitian

(…………………………) (.......................................)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 4

UNIT RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERBANDINGAN RERATA BESARAN LEEWAY SPACE MAKSILA


DITINJAU DARI TABEL MOYERS DAN RADIOGRAFI
PERIAPIKAL PADA SUKU BATAK
DI KOTA MEDAN
No. Kartu :
Nama Pemeriksa :
Tanggal Periksa :
A. Nama :
B. Jenis Kelamin :
C. Umur :
D. Suku :
E. Riwayat Keturunan/Suku

Ayah :.................................
Ayah dari Ayah :................................. Ibu dari Ayah :.................................
Ibu :.................................
Ayah dari Ibu :................................. Ibu dari Ibu :.................................

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 5

HASIL PENGUKURAN LEEWAY SPACE MAKSILA DITINJAU DARI


TABEL MOYERS PADA MURID SEKOLAH DASAR
SUKU BATAK DI KOTA MEDAN

Leeway Space Maksila Ditinjau dari Rerata Besaran


No. Jenis
Tabel Moyers Leeway Space
Responden Kelamin
Regio 1 Regio 2 Maksila
1 L 3,45 3,53 3,49
2 P 5,57 5,5 5,54
3 L 4,65 4,65 4,65
4 L 5,36 5,45 5,41
5 P 4,04 4,34 4,19
6 L 2,96 2,79 2,88
7 L 3,72 3,01 3,37
8 P 4,65 4,63 4,64
9 L 2,03 1,95 1,99
10 P 3,23 3,31 3,27
11 L 3,74 4,76 4,25
12 L 4,91 3,95 4,43
13 L 2,05 2,01 2,03
14 L 2,41 2,42 2,42
15 L 1,78 1,64 1,71
16 P 3,22 3,42 3,32
17 P 4,55 4,82 4,69
18 P 5,33 5,41 5,37
19 L 3,12 3,1 3,11
20 P 4,08 4,42 4,25
21 P 2,71 2,77 2,74
22 P 2,62 2,03 2,33
23 L 3,69 2,27 2,98
24 L 3,48 3,25 3,37
25 P 2,19 3,29 2,74
26 P 4,17 5,82 5,00
27 L 3,13 3,07 3,10
28 L 3,83 4,42 4,13
29 P 3,37 2,67 3,02
30 P 2,1 1,1 1,60
31 L 1,49 2,37 1,93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32 L 2,53 1,11 1,82
33 L 1,12 0,99 1,06
34 L 2,56 2,37 2,47
35 L 1,45 1,58 1,52
36 L 2,89 2,95 2,92
37 L 1,63 1,76 1,70
38 L 3,03 3,37 3,20
39 L 2,09 1,86 1,98
40 P 1,72 1,78 1,75
41 L 1,44 1,03 1,24
42 P 3,56 3,65 3,61
43 L 1,47 1,07 1,27
44 L 2,26 2,97 2,62
45 P 0,45 0,15 0,30
46 P 1,32 1,63 1,48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL PENGUKURAN LEEWAY SPACE MAKSILA DITINJAU DARI
RADIOGRAFI PERIAPIKAL PADA MURID SEKOLAH DASAR
SUKU BATAK DI KOTA MEDAN

Leeway Space Maksila Ditinjau dari Rerata Besaran


No. Jenis
Tabel Moyers Leeway Space
Responden Kelamin
Regio 1 Regio 2 Maksila
1 L 0,80 0,89 0,84
2 P 1,73 1,67 1,70
3 L 1,42 1,49 1,45
4 L 1,05 0,82 0,94
5 P 0,74 1,03 0,88
6 L 1,88 1,76 1,82
7 L 1,79 2,09 1,94
8 P 1,89 1,91 1,90
9 L 1,47 1,47 1,47
10 P 1,48 1,50 1,49
11 L 1,90 1,96 1,93
12 L 2,06 2,30 2,18
13 L 2,72 2,61 2,67
14 L 2,55 2,67 2,61
15 L 0,58 0,56 0,57
16 P 2,03 1,96 2,00
17 P 1,65 1,51 1,58
18 P 2,96 2,99 2,98
19 L 1,08 1,20 1,14
20 P 1,36 1,95 1,66
21 P 1,29 1,32 1,31
22 P 0,31 0,25 0,28
23 L 2,71 2,42 2,57
24 L 2,71 2,90 2,80
25 P 1,59 1,45 1,52
26 P 1,97 1,94 1,96
27 L 2,93 2,81 2,87
28 L 1,34 1,24 1,29
29 P 0,45 0,49 0,47
30 P 3,19 2,38 2,78
31 L 3,02 3,08 3,05
32 L 0,82 0,82 0,82
33 L 1,40 1,19 1,30
34 L 1,15 1,10 1,13
35 L 0,36 0,21 0,28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36 L 1,85 1,58 1,72
37 L 1,96 1,94 1,95
38 L 0,29 0,33 0,31
39 L 0,95 0,93 0,94
40 P 0,35 0,95 0,65
41 L 0,86 0,84 0,85
42 P 0,70 0,72 0,71
43 L 0,96 0,79 0,88
44 L 0,84 0,72 0,78
45 P 2,29 2,23 2,26
46 P 0,75 0,63 0,69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UJI NORMALITAS RERATA BESARAN LEEWAY SPACE MAKSILA
DITINJAU DARI TABEL MOYERS DAN RADIOGRAFI PERIAPIKAL
PADA SUKU BATAK DI KOTA MEDAN

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 92
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.06650715
Most Extreme Differences Absolute .072
Positive .072
Negative -.065
Test Statistic .072
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL PERHITUNGAN STATISTIK REGIO 1 DAN REGIO 2 RERATA
BESARAN LEEWAY SPACE MAKSILA DITINJAU DARI
TABEL MOYERS DAN RADIOGRAFI PERIAPIKAL
PADA SUKU BATAK DI KOTA MEDAN

T-Test

Group Statistics

regio_model N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

nilai_moyers regio 1 46 2.9285 1.44283 .21273

regio 2 46 2.8887 1.55287 .22896

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Std.
Interval of the
Mean Error
Difference
Sig. (2- Differen Differen
F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper

nilai_m Equal
oyers variances .243 .623 .127 90 .899 .03978 .31253 -.58112 .66068
assumed

Equal
89.5
variances not .127 .899 .03978 .31253 -.58116 .66073
18
assumed

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


T-Test

Group Statistics

regio_radiografi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

nilai_radiografi regio 1 46 1.5257 .80913 .11930

regio 2 46 3.3209 12.18444 1.79650

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

Std. 95% Confidence

Sig. Mean Error Interval of the

(2- Differe Differe Difference

F Sig. t df tailed) nce nce Lower Upper

nilai_ra Equal - -
- 1.8004 1.7817
diografi variances 2.728 .102 90 .321 1.7952 5.3721
.997 5 0
assumed 2 3

Equal - -
- 45.3 1.8004 1.8302
variances not .324 1.7952 5.4206
.997 97 5 1
assumed 2 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL PERHITUNGAN STATISTIK DESKRIPTIF LEEWAY SPACE
MAKSILA DITINJAU DARI TABEL MOYERS DAN RADIOGRAFI
PERIAPIKAL PADA SUKU BATAK DI KOTA MEDAN

Descriptives
leeway space total

95% Confidence
Interval for Mean

Std. Std. Lower Upper


N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum

Tabel_Moyers 46 2.9759 1.28696 .18975 2.5937 3.3580 .30 5.54


Radiografi_Peria
46 1.4758 .80243 .11831 1.2375 1.7141 .23 3.05
pikal
Total 92 2.2258 1.30621 .13618 1.9553 2.4963 .23 5.54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL PERHITUNGAN STATISTIK DESKRIPTIF LEEWAY SPACE
MAKSILA DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL
BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA
SUKU BATAK DI KOTA MEDAN

Descriptives

rerata besaran leeway space maksila ditinjau dari radiografi total

95% Confidence Interval for


Mean
Std. Std. Maximu
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum m

laki-laki 28 1.5393 .81286 .15362 1.2241 1.8545 .28 3.05


perempuan 18 1.3770 .79875 .18827 .9798 1.7742 .23 2.98
Total 46 1.4758 .80243 .11831 1.2375 1.7141 .23 3.05

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL PERHITUNGAN STATISTIK PERBANDINGAN RERATA BESARAN
LEEWAY SPACE MAKSILA DITINJAU DARI TABEL MOYERS DAN
RADIOGRAFI PERIAPIKAL PADA SUKU BATAK

T-Test

Group Statistics

metode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

leeway space total Tabel_Moyers 46 2.9759 1.28696 .18975

Radiografi_Periapikal 46 1.4758 .80243 .11831

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means

Std. 95% Confidence

Mean Error Interval of the

Sig. (2- Differen Differen Difference

F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper

leeway Equal
space variances
total assumed 6.70 1.9443
8.900 .004 90 .000 1.50009 .22361 1.05584
8 4

Equal
6.70 75.3 1.9455
variances not .000 1.50009 .22361 1.05466
8 95 1
assumed

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL PERHITUNGAN STATISTIK PERBANDINGAN RERATA BESARAN
LEEWAY SPACE MAKSILA DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL
BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA SUKU BATAK

T-Test

Group Statistics

Std. Error
jenis kelamin N Mean Std. Deviation Mean

rerata besaran leeway laki-laki 28 1.5393 .81286 .15362


space maksila ditinjau dari perempuan
radiografi total 18 1.3770 .79875 .18827

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

Std. 95% Confidence

Mean Error Interval of the

Sig. (2- Differe Differe Difference

F Sig. t df tailed) nce nce Lower Upper

rerata Equal
besara variances .118 .733 .665 44 .509 .16229 .24394 -.32933 .65391
n assumed
leeway Equal
space variances not
maksil assumed
a 36.8
.668 .508 .16229 .24299 -.33011 .65468
ditinjau 79
dari
radiogr
afi total

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 6

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Waktu Penelitian
No. Kegiatan Agustus September Oktober November Desember
2017 2017 2017 2017 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal

2. Seminar Proposal

3. Revisi Proposal

4. Pengurusan Surat Izin

5. Pengumpulan Data

6. Pengolahan dan Analisis Data

7. Penyususnan Laporan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Waktu Penelitian
No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei
2018 2018 2018 2018 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal

2. Seminar Proposal

3. Revisi Proposal

4. Pengurusan Surat Izin

5. Pengumpulan Data

6. Pengolahan dan Analisis Data

7. Penyususnan Laporan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 7

RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN

Perbandingan Rerata Besaran Leeway Space Maksila Ditinjau dari Tabel Moyers dan
Radiografi Periapikal pada Suku Batak di Kota Medan
Rincian dana yang diperlukan untuk penelitian, yaitu:
1. Foto Periapikal Rp. 15.000 @208 radiograf :Rp. 3.120.000
2. Alginate Rp. 97.000 @5 bungkus :Rp. 485.000
3. Dental Stone Rp. 45.000 @5 bungkus :Rp. 225.000
4. Masker Rp. 25.000 @1 kotak :Rp. 25.000
5. Sarung Tangan Rp. 35.000 @2 kotak :Rp. 70.000
6. Transportasi Rp. 50.000 @11 kali Rp. 550.000
7. Souvenir Rp. 30.000 @52 orang :Rp. 1.560.000
8. Lain-lain Rp 500.000
Total Rp. 6.535.000

Rincian biaya penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 8

DATA PERSONALIA PENELITI

Nama Lengkap : Erlinda Agrianthy


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir : Padangsidimpuan / 16 Agustus 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Dr. Mansur Gg. Berdikari No. 5c, Medan
Telepon/HP : 085260814805
Email : erlindaagrianthy@gmail.com

PENDIDIKAN
2002 - 2008 : SDN 200108 Kota Padangsidimpuan
2008 - 2011 : SMPN 1 Kota Padangsidimpuan
2011 - 2014 : SMAN 2 Plus Sipirok Kab. Tapanuli Selatan
2014 – Sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai